Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

download Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

of 10

Transcript of Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    1/10

    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-16 7

    7

    PERSAMAAN (EQUATION) TINGGI BADAN MANUSIA USIA LANJ UT(MANULA) BERDASARKAN USIA DAN ETNIS PADA 6 PANTI TERPIL IH

    DI DKI J AKARTA DAN TANGERANG TAHUN 2005

    Fatmah

    Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

    E-mail: [email protected]

    Abstrak

    Tinggi badan adalah salah satu indikator klinik utama dalam menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) dalammenentukan status gizi individu/populasi. Namun, pengukuran tinggi badan manusia usia lanjut (manula) cukup sulitdilakukan dan reliabilitasnya diragukan. Persamaan estimasi tinggi badan dari pengukuran tinggi lutut untuk

    memprediksi tinggi badan manula yaitu persamaan Chumlea telah dikembangkan beberapa tahun lalu, tetapi belum adastudi yang dilakukan di Indonesia untuk mengembangkan suatu persamaan bagi pengukuran tinggi badan populasi usialanjut menurut bermacam-macam kelompok etnis. Oleh karena itu, suatu cross sectional studi untuk mengembangkanpersamaan tinggi badan manula berdasarkan pengukuran dua parameter yaitu tinggi lutut dan panjang depa (knee heightdanarmspan) telah dilakukan pada bulan Desember 2005 lalu. Total 217 manula (usia 60 - 92 tahun) dari 3 kelompoketnik yaitu: Jawa (56,7%), Cina (31,3%), dan lain-lain (12,0%) berpartisipasi dalam studi ini. Pengukuran antropometritermasuk berat badan, tinggi badan, panjang depa, dan tinggi lutut dilakukan oleh ahli gizi terlatih. Kesalahan inter danintra observer dilakukan untuk pengukuran antropometri tinggi lutut dan panjang depa manula. Temuan utama studiadalah rata-rata usia manula asal Cina adalah tertinggi di antara suku lainnya; kebanyakan manula mengalami gizikurang (43%); distribusi rata-rata tinggi lutut dan panjang depa hampir sama di tiap kelompok etnis; ada perbedaansignifikan antara tinggi lutut dengan tinggi badan sebenarnya pada wanita lanjut usia (lansia), dan korelasi tertinggiditunjukkan oleh parameter tinggi lutut pada wanita lansia dan panjang depa pada pria lansia. Persamaan Chumleamenunjukkan kecenderungan under-estimate pada pria lansia dan over-estimate pada tinggi badan wanita lansia.Kesimpulannya, tinggi badan tegak/sebenarnya merupakan teknik ideal untuk estimasi tinggi badan lansia. Tetapi, padakasus di mana pengukuran itu sendiri tidak memungkinkan atau tidak reliable, maka tinggi badan dapat diestimasi dariindikator proksi tinggi badan. Pada studi ini, panjang depa menggambarkan korelasi tertinggi dengan tinggi badan

    sebenarnya pada pria lansia , dan tinggi lutut pada wanita lansia.

    Abstract

    The Equation of Prediction Stature Based on Age and Ethnic in Six Institutionalized Elderly at DKI J akartaand Tangerang, Year 2005. Height is an important clinical indicator to derive body mass index (BMI) predicting thenutritional status. However, height measurement in the elderly may impose some difficulties and the reliability isdoubtful. Equations estimating height from knee height parameter to predict stature in elderly i.e. Chumlea have beendeveloped, but no one study has developed an equation for Indonesian population according to variety of ethnics.Therefore, a cross sectional study was conducted to develop equations using two types of anthropometric measurements(knee height and arm span) for estimating stature in Indonesian elderly. A total of 217 elderly (aged 60 to 92 years old)from three major ethnic groups Javanese (56.7%), Chinese (31.3%), and others (12.0%) participated in this study.Anthropometric measurement included body weight, height, arm span, and knee height were carried out by trainednutritionist. Inter and intra observer errors was calculated for each anthropometric measurement of arm span and knee

    height of elderly. Main findings of this study were the mean of age of Chinese was the highest among other ethnics; themost elderly suffered from underweight (43%); the distribution of mean knee height and arm span was almost similar ineach ethnic group; there was a significant difference between knee height with stature in elderly women, and thehighest correlation indicated by knee height in elderly women and arm span in elderly men. Chumlea equation showedtend to be under-estimate in stature of elderly men and over-estimate in stature of elderly women. In conclusion,standing height is an ideal technique for estimating the stature of elderly. However, in cases where its measurement isnot possible or reliable, height can be estimated from proxy indicators of stature. In this study, arm span showed thehighest correlation with standing height in elderly men, and knee height in elderly women.

    Keywords: elderly, predictive equation, estimation of stature, armspan, knee height

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    2/10

    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-168

    1. Pendahuluan

    Dalam dua dekade terakhir ini terdapat peningkatanpopulasi penduduk usia lanjut (usila) di Indonesia.Proporsi penduduk usila di atas 65 tahun meningkat dari

    1,1% menjadi 6,3% dari total populasi1. Dalam 20 tahunterakhir ini ada peningkatan 5,2% penduduk usila diIndonesia pada tahun 1997. Hal itu mencerminkanbahwa proporsi penduduk usila akan meningkat dua kalipada tahun 2020 menjadi 28,8 juta atau 11,34% dariseluruh populasi2. Fenomena terjadinya peningkatan itudisebabkan oleh perbaikan status kesehatan akibatkemajuan teknologi dan penelitian-penelitiankedokteran, transisi epidemiologi dari penyakit infeksimenuju penyakit degeneratif, perbaikan status gizi yangditandai peningkatan kasus obesitas usila daripadaunderweight, peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)dari 45 tahun di awal tahun 1950 ke arah 65 tahun padasaat ini, pergeseran gaya hidup dari urbanrural lifestyle

    ke arah sedentary urban lifestyle, dan peningkatanincome perkapita sebelum krisis moneter melandaIndonesia.

    Peningkatan jumlah manula mempengaruhi aspekkehidupan mereka seperti terjadinya perubahan-perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagaiakibat proses penuaan atau munculnya penyakitdegeneratif akibat proses penuaan tersebut. Salah satuperubahan fisik yang terjadi seiring pertambahan usiaadalah terjadinya penurunan massa tulang yang dapatmerubah struktur tulang3. Keadaan di mana penurunanmassa tulang melampaui 2,5 kali standard deviasi massatulang pada populasi usia muda yang disebut

    osteoporosis. Perubahan struktur tulang akan terjadipada tulang-tulang punggung (vertebrae), strukturjaringan pengikat dan tulang rawan (invertebrae) yangakan merubah kurvatura tulang punggung menjadi lebihmelengkung (kifosis torakalis) dan posisi akan menjadibungkuk3.

    Tinggi badan (TB) merupakan komponen beberapaindikator status gizi sehingga pengukuran TB seseorangsecara akurat sangatlah penting untuk menentukan nilaiIMT (Indeks Massa Tubuh). IMT berguna sebagaiindikator untuk menentukan adanya indikasi kasus KEK(Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas).Namun untuk memperoleh pengukuran TB yang tepat

    pada usila cukup sulit karena masalah postur tubuh,kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang menyebabkanharus duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Beberapapenelitian menunjukkan perubahan TB usila sejalandengan peningkatan usia dan efek beberapa penyakitseperti osteoporosis. Oleh karena itu, pengukuran tinggibadan usila tidak dapat diukur dengan tepat sehinggauntuk mengetahui tinggi badan usila dapat dilakukandari prediksi tinggi lutut (knee height). Tinggi lututdapat digunakan untuk melakukan estimasi TB usila danorang cacat. Proses penuaan tidak mempengaruhi

    panjang tulang di tangan, kaki, dan tinggi tulangvertebral. Selanjutnya prediksi TB usila dianggapsebagai indikator cukup valid dalam mengembangkanindeks antropometri dan melakukan interpretasipengukuran komposisi tubuh.

    Chumlea telah mengembangkan persamaan (equation)untuk melakukan estimasi TB usila melalui tinggi lutut.Formula ini diperuntukkan bagi kaum Caucasian dansetelah melalui beberapakali pengukuran tinggi lututusila ditemukan adanya prediksi nilai yang terlalu tinggi(overestimate). Myers, dkk pada tahun 1985membuktikan bahwa persamaan Chumlea menimbulkankesalahan sistematik (systematic error) saat diterapkanpada penduduk usila Jepang-Amerika4. Studi-studi itubanyak dilakukan pada populasi Amerika Utara danEropa. Sementara informasi tentang perumusanpersamaan TB penduduk usila di Indonesia berdasarkanetnis/suku bangsa dibandingkan dengan persamaan

    Chumlea belum pernah dilakukan. Oleh karena itu,penting sekali dilakukan studi tentang pengukuran TBusila melalui beberapa variasi pengukuran yaitu tinggilutut (knee height), panjang depa (armspan), dan TB(stature) pada etnis-etnis Jawa, Sumatera, dan Cina.Alasan pemilihan 3 macam variasi pengukuran TB usilaitu adalah untuk membandingkan hasil pengukurantinggi lutut dan panjang depa setelah dirumuskan dalampersamaan multiple regression. Selanjutnya data TBtersebut dibandingkan dengan tinggi tubuh usilasebenarnya yang diperoleh melalui melalui pengukuranTB subyek dalam posisi tubuh berdiri tegakmenggunakan alat microtoise sehingga pemilihansubyek penelitian harus dalam kondisi sehat, dan dapat

    berdiri tegak.

    2. Metode Penelitian

    Penelitian menggunakan rancangan cross sectionalterhadap 217 penghuni panti werdha di 6 panti jompo(wreda) terpilih di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang.

    Subyek terpilih adalah 217 anggota penghuni pantiwreda (jompo) di 6 panti wreda terpilih yang terdiri dari2 panti jompo swasta (Graha Werdha Aussie dan PWKHana) dan 4 panti jompo pemerintah (PSTW/PantiSosial Tresna Werdha 03 Budi Mulia Jelambar, PSTWBhakti Mulia 01 Cipayung, PSTW 04 Margaguna, dan

    PSTW 02 Ciracas). Pengukuran tinggi badan, tinggilutut, dan panjang depa dilakukan oleh 3 ahli giziterlatih pada minggu I IV Desember 2005.

    Tinggi badan diukur dengan alat Microtoise, tinggi lututdiukur dengan alat Knee Height Caliper dalam posisiduduk dan atau berbaring, dan panjang depa dengan alatarmspan. Subyek terpilih adalah penghuni panti werdhabaik pria maupun wanita yang berusia antara 60 90tahun, dalam kondisi sehat, dan mampu berdiri tegak.Kriteria ekslusi sampel yang tidak masuk dalam

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    3/10

    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-16 9

    penelitian adalah: usila dalam kondisi sakit, kifosis,osteoporosis, memiliki salah satu tangan yang tidakdapat direntangkan karena patah atau akibat tertentu,dan mengalami patah tulang/kaki palsu.

    Kesalahan inter dan intra observer dievaluasimenggunakan sub-sampel sebanyak 23 usila olehobserver 1 dan observer 2. Tiap-tiap observer telahmelakukan pengukuran TB, tinggi lutut, dan panjangdepa sebanyak 3 kali. Koefisien Variasi (% CV) tiapindikator pengukuran dihitung dan analisis regresi lineardilakukan untuk memperoleh persamaan prediksi untukestimasi tinggi badan usila sebagai variabel dependen.Panjang depa dan tinggi lutut sebagai variabelindependen berdasarkan gender,usia, dan etnis/ras.Kedua persamaan tinggi lutut dan panjang depadigunakan untuk melakukan estimasi TB individu usila.Selanjutnya estimasi tinggi badan usila yang dihitungdengan kedua persamaan tersebut akan dibandingkan

    dengan tinggi badan sebenarnya. Data pengukuran TB,tinggi lutut, dan panjang depa dientri dan dianalisisdalam Program SPSS versi 10.

    Teknik pengukuran tinggi lutut sangat erat hubungannyadengan tinggi badan sehingga sering digunakan untukmengestimasi tinggi badan dengan gangguan lekukanspinal atau tidak dapat berdiri. Tinggi lutut diukurdengan caliper berisi mistar pengukuran dengan matapisau menempel pada sudut 900.

    Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuatdari kayu. Subyek yang diukur dalam posisi duduk atauberbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri

    subyek antara tulang tibia dengan tulang pahamembentuk sudut 900. Alat ditempatkan di antara tumitsampai bagian proksimal dari tulang platela. Pembacaanskala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm(Gambar 1). Hasil penguluran dalam cm dikonversikanmenjadi tinggi badan menggunakan rumus Chumlea7,8:

    TB pria = 64,19 (0,04 x usia dalam tahun) +(2,02x tinggi lutut dlm cm)

    TB wanita = 84,88 (0,24 x usia dalam tahun) +(1,83x tinggi lutut dlm cm)

    Teknik pengukuran panjang depa. Dilakukanpengukuran panjang depa bagi subyek dengan alatmistar panjang 2 meter. Panjang depa biasanya

    menggambarkan hasil pengukuran yang sama dengantinggi badan normal dan dapat digunakan untukmenggantikan pengukuran TB. Subyek yang diukurharus memiliki kedua tangan yang dapat direntangkansepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral dan tidakdikepal. Jika salah satu kedua tangan tidak dapatdiluruskan karena sakit atau sebab lainnya, makapengukuran ini tidak dapat dilakukan. Subyek berdiridengan kaki dan bahu menempel melawan temboksepanjang pita pengukuran ditempel di tembok.Pembacaannya dilakukan dengan skala 0,1 cm mulai

    dari bagian ujung jari tengah tangan kanan hingga ujungjari tengah tangan kiri (Gambar 2).

    Teknik pengukuran tinggi badan subyek diukur dalamposisi tegak pada permukaan tanah/lantai yang rata (flat

    surface) tanpa memakai alas kaki. Ujung tumit keduatelapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalamposisi agak terbuka di bagian depan jari-jari kaki,pandangan mata lurus ke depan, kedua lengan dikepalerat, tulang belakang dan pantat menempel di dinding,

    Gambar 1. Pengukuran Tinggi Lutut dengan PosisiBerbaring

    Gambar 2. Pengukuran Panjang Depa

    Gambar 3. Pengukuran Tinggi Badan

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    4/10

    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-1610

    Gambar 4. Pengukuran Berat Badan

    dan bahu dalam posisi relaks. Tinggi badan diukurdengan mikrotoa yang pembacaannya dilakukan dengan

    skala 0,1 cm (Gambar 3).

    Teknik pengukuran berat badan adalah variabelantropometri yang sering digunakan dan hasilnya cukupakurat. Berat badan juga merupakan kompositpengukuran ukuran total tubuh. Alat yang digunakanuntuk mengukur berat badan adalah timbangan injakdigital (Seca). Subyek diukur dalam posisi berdiridengan ketentuan subyek memakai pakaian seminimalmungkin, tanpa isi kantong dan sepatu/sandal.Pembacaan skala dilakukan pada alat dengan ketelitian0,1 kg (Gambar 4).

    3. Hasil dan Pembahasan

    Penelitian dilakukan di 6 panti werdha terpilih diwilayah DKI Jakarta dan Tangerang. Mereka adalahPanti Werdha Kristen (PWK) Hana, Graha WerdhaAussie, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) BudiMulia Jelambar, PSTW Bhakti Mulia 01 Cipayung,PSTW 04 Margaguna, dan PSTW 02 Ciracas. Dua pantiwredha pertama adalah milik swasta dan sisanya milikpemerintah.

    Tugas utama PSTW adalah memberikan pelayanan,perawatan jasmani dan rohani bagi orang lanjut usiayang terlantar agar mereka dapat hidup secara wajar,tenteram baik lahir maupun batin. Para lanjut usiatersebut berasal dari berbagai wilayah dari luar dandalam DKI Jakarta, terdiri dari para tunawisma,pembantu rumah tangga yang tidak memiliki sanaksaudara, dan juga orang hilang yang tidak tahu di manakeluarganya berada. Rata-rata jumlah total penghuniPSTW sebanyak 80 100 orang dengan jumlahterbanyak di PSTW 04 Margaguna dan paling sedikit diPSTW Bhakti Mulia 01 Cipayung. Keempat PSTW ituberada di bawah naungan Dinas Sosial Pemda DKIJakarta. Seluruh penghuni PSTW tinggal dalam barakatau kamar yang terpisah antara laki-laki dan

    perempuan. Pemerintah menanggung kebutuhan makan3 kali sehari dengan alokasi dana perhari sekitar Rp7500,-; tempat tidur; pelayanan kesehatan; pengetahuanketerampilan kerja seperti menjahit, seni, kerajinantangan, dan sebagainya; siraman agama/rohani; dan

    hiburan.

    PWK Hana dan Graha Werdha Aussie milik swastaterletak di wilayah Ciputat dan Cinere, KabupatenTangerang. Penghuni yang ingin tinggal di PWK Hanaharus membayar biaya tiap bulannya yang bervariasiantara Rp 500.000,- - Rp 1.000.000,-. Sementara pantijompo Graha Werdha Aussie terkesan lebih eksklusiflagi dibandingkan PWK Hana. Para penghuni pantiharus membayar biaya kamar antara Rp 1.200.000,-(tarif standard) sampai Rp 3.500.000,- (tarif VIP). Satuorang menghuni satu kamar dengan fasilitas AC, kamarmandi pribadi lengkap dengan water heater, seperangkatsofa tamu untuk kamar VIP, serta perlengkapan kamar

    lainnya. Para penghuni Graha Werdha Aussie juga dapatmemanfaatkan jasa dan fasilitas seperti salon, rekreasike luar kota, pemeriksaan kesehatan secara rutin,perayaan ulang tahun, ruang olah raga, dan permainan.Graha Werdha Aussie terlihat seperti sebuah apartemenmewah yang terletak di daerah padang rumput dantertata apik. Sementara PWK Hana terkesan lebihsederhana dibandingkan dengan Graha Werdha Aussie.Mayoritas penghuni PWK Hana dan Graha WerdhaAussie berasal dari etnis Cina keturunan.

    Tabel 1 menggambarkan karakteristik demografiresponden. Mayoritas penghuni panti yang diukur dalampenelitian ini berasal dari PSTW 04 Margaguna

    (22,1%). Usia tertinggi responden adalah 92 tahun danterendah 60 tahun dengan rata-rata usia responden laki-laki satu tahun lebih rendah (71 tahun) dibandingkanperempuan (72 tahun). Dari seluruh responden yangdiukur, penghuni panti berjenis kelamin perempuanadalah yang terbanyak (61,3%). Suku Jawa merupakankelompok responden yang paling banyak diukur dalampenelitian ini (56,7%), diikuti oleh etnis Cina (31,3%).

    Suku lain-lain yang dimaksud dalam penelitian iniadalah suku Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.Sementara suku Jawa dikelompokkan dari beberapasuku bangsa asli/pribumi dan bukan keturunan yaituJawa Tengah, Jawa Timur, J awa Barat (Sunda), dan

    Suku Sumatera terdiri dari suku Batak, Minang/Padang,Palembang, dan Aceh. Untuk analisis data selanjutnyamaka suku Sumatera digabungkan dengan kelompoksuku lain-lain mengingat jumlah sampel yang keciluntuk etnis Sumatera. Pengelompokan etnis Cinadilakukan berdasarkan penampilan fisik seperti matayang sipit, kulit putih; nama asli; dan bahasa yangdikuasai (Mandarin).

    Tabel 1 juga menunjukkan rata-rata usia responden etnisCina adalah tertinggi di antara 3 suku lainnya yakni 75

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    5/10

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    6/10

    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-1612

    untuk mengestimasi tinggi badan lansia perempuan danpanjang depa bagi kelompok lansia laki-laki.Berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)pada subyek lansia perempuan dengan indikator tinggilutut dan panjang depa pada subyek lansia laki-laki

    diperoleh hasil perhitungan IMT kategori gizi lebih(obesitas) ditemukan pada subyek lansia perempuan(10%), dan persentaseoverweightpada kelompok yangsama lebih tinggi daripada kelompok subyek lansialaki-laki.

    Pada lansia wanita, efek peningkatan aktivitas fisikdihubungkan dengan peningkatan lean body mass.Tetapi rendahnya konsentrasi hormon estrogen yangterkandung dalam tubuh wanita lansia mungkinmendorong penumpukan lemak dan terjadi peningkatanberat badan yang lebih pesat dibandingkan lansia pria17.

    Gambaran antropometri pada kedua kelompok lansia

    laki-laki dan perempuan ditampilkan pada Tabel 2.Rata-rata tinggi badan dari pengukuran tinggi badansebenarnya dengan alat mikrotoa pada subyek priaadalah 158 cm dengan standard deviasi 5,9 cm, danpada subyek perempuan adalah 145 cm dan standarddeviasi 6,0 cm.

    Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata beratbadan subyek berdasarkan jenis kelamin adalah cukupjauh (sekitar 3 kg). Rata-rata berat badan laki-laki lebihbesar daripada perempuan. Demikian pula hasilpengukuran panjang depa dan tinggi lutut lebih besarditemukan pada subyek laki-laki. Selisih pengukuranpanjang depa pada kelompok laki-laki dan wanita lebih

    tinggi daripada selisih pengukuran tinggi lutut padakelompok yang sama. Terdapat perbedaan nilai 13 cmpada panjang depa dan 4 cm pada tinggi lutut.

    Berdasarkan pengelompokan suku/etnis yang disajikanpada Tabel 3, mean tinggi badan dan berat badanresponden etnis Cina lebih tinggi dibandingkan etnisJawa. Namun tidak demikian dengan mean panjangdepa dan tinggi lutut. Kedua indikator pengukuran inihampir sama ditemukan nilai meannya pada kedua etnisJawa dan Cina. Pada Tabel 3, suku lain-lain telahmemasukkan etnis Sumatera ke dalamnya karenajumlah sampelnya yang kecil.

    Tabel 4 menunjukkan penghuni panti PSTW Jelambarmemiliki rata-rata tinggi badan dan panjang depa palingtinggi di antara penghuni 5 panti lainnya. Sementararata-rata berat badan terbesar terdapat pada penghuniGraha Werdha Aussie, dan rata-rata tinggi lutut tertinggidimiliki oleh penghuni PWK Hana.

    Tabel 5 menampilkan analisis statistik (t-test) terhadaprata-rata pengukuran tinggi lutut subyek laki-laki setelahdikonversikan ke rumus Chumlea tidak menunjukkanhubungan bermakna dengan tinggi badan sebenarnya (p

    >0,05). Tetapi kebermaknaan hubungan ini ditunjukkanoleh kelompok subyek perempuan (p

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    7/10

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    8/10

    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-1614

    Tabel 7. Persamaan (equation) untuk estimasi tinggi badan tegak berdasarkan gender

    Gender Persamaan Nilai r2 SEE

    Laki-laki H= (0,603 x PD) +60,16 0,590 3,80(n=84) H =(1,647 x TL) +80,08 0,512 4,13Perempuan H =(0,470 x PD) +75,23 0,371 4,84(n =133) H =(1,807 x TL) +66,54 0,579 3,96

    PD =Panjang DepaTL =Tinggi Lutut

    Tabel 8. Persentase perbedaan (%) antara tinggi badan sebenarnya dan estimasi tinggi badan subyek berdasarkan gender

    Subyek laki-laki (n=84) Subyek perempuan (n-1330Tinggi badan % perbedaan Tinggi badan % perbedaan(Mean +SD) (Mean +SD)

    Tinggi badan sebenarnya 158,6 +5,9 - 145,8 +6,1 -

    Estimasi tinggi badan:Panjang depa 158,6 +4,5 0,07 145,8 +3,7 0,14Tinggi lutut 158,6 +4,2 0,06 145,8 +4,6 0,09

    * % perbedaan =[estimasi tinggi badan tinggi badan sesungguhnya)/tinggi badan sesungguhnya)] x 100

    Tabel 9. Persamaan regressi untuk estimasi tinggi badan subyek berdasarkan gender

    Gender Parameter (unit) Persamaan R2

    Laki-laki Panjang depa TB =63,05 +(0,59 x PD) (0,05 x U) + 0,62

    (0,07 x BB) (0,39 x JAWA) +(1,13 x CINA)

    Perempuan Panjang depa TB =83,96 +(0,41 x PD) (0,07 x U) + 0,47(0,07 x BB) (0,39 x JAWA) +(1,13 x CINA)

    Laki-laki Tinggi lutut TB =81,48 +(1,58 x TL) (0,04 x U) + 0,55(0,07 x BB) (0,79 x JAWA) +(1,82 x CINA)

    Perempuan Tinggi lutut TB =71,55+(1,66 x PD) (0,03 x U) + 0,63(0,07 x BB) (0,76 x JAWA) +(1,82 x CINA)

    Ketika persamaan baru dalam studi ini digunakan untukmengestimasi tinggi badan subyek pria dan wanita,

    ditemukan bahwa persentasi perbedaan antara tinggibadan sebenarnya dengan estimasi tinggi badan daripanjang depa dan tinggi lutut berkisar antara 6 sampai14%, dengan tinggi lutut yang terendah (Tabel 8).

    Tabel 9 menyajikan persamaan regressi ganda (multipleregression) estimasi tinggi badan dari temuan studi,dengan panjang depa memiliki korelasi paling kuat padasubyek laki-laki dan tinggi lutut pada subyekperempuan. Kedua persamaan ini digunakan hanya bagilansia laki-laki dan perempuan yang masih dapat berdiri

    tegak tanpa mengalami gangguan postural tulang tubuh,kelumpuhan, dan sebagainya. Di duga parameter tinggi

    lutut lebih valid digunakan untuk memprediksi tinggibadan lansia wanita karena penyakit osteoporosis terjadi4 kali lebih sering pada wanita daripada pria (80%dibandingkan dengan 20%). Laki-laki memilikikepadatan tulang dan tubuh lebih besar daripada wanita.Wanita cenderung mengalami keretakan tulang dibagian pinggang dan tulang belakang, sementara retakpada pergelangan tangan jarang terjadi. Wanita usialanjut yang telah mengalami menopause juga lebihbanyak menderita kyphosis yaitu postur tulang

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    9/10

    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-16 15

    belakang membungkuk ke depan akibat postur berdiritubuh yang salah (berdiri tidak tegak atau bungkuk).

    Panjang depa lebih baik digunakan untuk mengestimasitinggi badan pria lansia karena lebih jarang mengalami

    osteoporosis. Namun tidak semua individu memiikihubungan 1:1 antara panjang depa dengan tinggi badan6.

    4. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian tentang Persamaan (Equation)Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula)Berdasarkan Usia dan Etnis pada 6 Panti WerdhaTerpilih di ini dapat disimpulkan bahwa:

    Mayoritas subyek penelitian berasal dari PSTW 04Margaguna milik pemerintah, dengan usia tertinggi92 tahun dan usia terendah 60 tahun. Rata-rata usiasubyek wanita lebih tinggi daripada subyek pria di

    mana jenis kelamin subyek yang diukur palingbanyak adalah wanita. Sebagian besar subyekpenelitian berasal dari Suku Jawa dan sisanya dariCina, serta suku lain di luar kedua etnis ini. Meanusia subyek etnis Cina adalah paling tinggi diantara etnis lainnya. Mean usia tertinggi berada diGraha Werdha Aussie milik swasta dan terendah diPSTW 04 Margaguna milik pemerintah.

    Sebagian besar subyek penelitian memiliki gizikurang/underweight (43%). Hal itu wajar terjadikarena adanya perubahan pola makan padakelompok usia lanjut yang dipengaruhi oleh faktorfisiologis/fisik seperti berkurangnya kemampuangigi dalam mengunyah makanan, penurunan

    kemampuan mencium bau dan rasa makanan, sertafaktor psikologis yakni merasa diri kesepian,depressi, dan stress.

    Rata-rata tinggi badan dari pengukuran tinggibadan sebenarnya pada subyek pria adalah 158 cmdengan standard deviasi 5,9 cm, dan subyekperempuan adalah 145 cm dan standard deviasi 6,0cm. Mean berat badan, tinggi lutut, dan panjangdepa subyek pria lebih besar dibandingkan dengansubyek wanita. Tetapi mean tinggi lutut danpanjang depa adalah hampir sama pada seluruhkelompok etnis.

    Ada hubungan antara pengukuran tinggi lututdengan tinggi badan sebenarnya pada subyek

    wanita. Persamaan Chumlea pada tinggi badansubyek pria cenderung bersifatunder-estimateddanpada subyek wanita cenderung bersifat over-estimated.

    Terdapat hubungan bermakna antara panjang depadan tinggi lutut dengan tinggi badan sesungguhnyapada subyek pria dan wanita. Korelasi tertinggiuntuk parameter tinggi lutut ditemukan padasubyek wanita dan panjang depa pada subyek pria.

    Parameter panjang depa lebih baik digunakan padalansia pria untuk memprediksi tinggi baan sebenarnya.Tinggi lutut lebih tepat digunakan unutk mengukurestimasi tinggi badan lansia wanita karena wanita lebihbanyak menderita osteoporosis daripada pria.

    Daftar Acuan

    1. Abikusno N, Rina KK. Characteristic of ElderlyClub Participants of Tebet Health Center SouthJakarta. Asia Pacific J Clinical Nutrition1998; 7:320-324.

    2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman TatalaksanaGizi Usia Lanjut untuk Tenaga Kesehatan. J akarta:Direktorat Bina Gizi Masyarakat Ditjen BinkesmasDepkes RI , 2003.

    3. Darmojo RB, Martono HH. Buku Ajar Geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). edisi kedua.Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro,

    1999.4. Shahar S, Pooy NS. Predictive Equations for

    Estimation of Stature in Malaysian Elderly People.Asia Pacific J Clinical Nutrition2003; 12: 80-84.

    5. WHO Expert Committee. Physical Status: The Useand Interpretation of Anthropometry. WHO, 1999.

    6. Wahlqist ML, Widjaja L. Hand Out KuliahNutrition in Elderly. Jakarta: SEAMEO UI, 2000.

    7. Perissinotto E, Pisent C, Giuseppe S, Francesco G.Anthropometric Measurement in the Elderly: Ageand Gender Differences. British J ournal ofNutrition2002; 87: 177-186.

    8. Chumlea WC, Roche AF, Mukherjee D. NutritionalAssessment of the Elderly through Anthropometry.

    Columbus OH: Ross Laboratories, 1984.9. Chumlea WC, Roche AF, Steinbaugh ML.

    Estimating Stature from Knee Height for Person60-90 Years of Age. J ournal of the AmericanGeriatrics Society1984; 33: 116-120.

    10. Rutishauser IHE. Body Composition in AboriginalAustralians. Asia Pacific J Clinical Nutrition1995;4: 73-76.

    11. Solomons N, Mazariegos M. Body Composition inMeso America. Asia Pacific J Clinical Nutrition1995; 4: 59-62.

    12. Launer LM, Haris T. Weight, Height, and BodyMass Index (BMI) Distributions in Geographic andEthnically Diverse Samples of Older Persons. Age

    and AgeingOxford Journal1996; 25: 300-306.13. Li ETS, Tang EKY, Wong CYM, Lui SSH, Chan

    VYN, Dai DLK, Predicting Stature from KneeHeight in Chinese ElderlySubjects. Asia Pacific J .Clinical Nutrition2000; 9: 252-255.

    14. Myers SA, Takiguchi A, Yu M. Stature Estimatedfrom Knee Height in Elderly Japanese Americans.J AmGeriatric Society1994; 42: 157-160.

    15. Pini R, Tonon E, Cavallini MC, Bencini F, Di BariM., Masotti G, Marchionni N. Accuracy ofEquations for Predicting Stature from Knee Height

  • 7/23/2019 Jurnal Status Gizi Lansia Di Panti Jompa

    10/10

    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-1616

    and Assessment of Statural Loss in an Older ItalianPopulation.J Gerontol A Biol Sci Med Sci 2001;56: B3-B7.

    16. Donini LM, De Felice MR, De Bernardini L,Ferrari G, Rosano A, d Medici M, Cannella C.

    Prediction of Stature in the Italian Elderly.J NutrHealth & Aging2000; 4; 72-76.

    17. Mohanty SP, Babu SS, Nair NS. The Use of ArmSpan as a Predictor of Height: a Study of South

    Indian Women. J ournal of Orthopaedic Surgery2001; 9: 19-23.

    18. Brown Judith E. Nutrition through the Life Cycle.Pacific Grove: Wadsworth Publ Co, 2002.

    19. Brown JK, Whittemore KT, Knapp TR. Is Arm

    Span an Accurate Measure of Height in YoungMiddle-Age Adults? Clinical Nursing Res2000; 9:84-94.