JURNAL SLOGAN SOLO THE SPIRIT OF JAVA SEBAGAI PROMOSI … Adhityo Nugroho... · 2016. 2. 27. ·...

21
JURNAL SLOGAN SOLO THE SPIRIT OF JAVA SEBAGAI PROMOSI PEMERINTAH KOTA SOLO UNTUK GO INTERNATIONAL ( Implementasi Penggunaan Slogan “Solo, The Spirit of Java” dalam Strategi City Branding Kota Solo Melalui Penyelenggaraan Event Kebudayaan Tahun 2012) Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Disusun Oleh: ADHITYO NUGROHO D1209003 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Transcript of JURNAL SLOGAN SOLO THE SPIRIT OF JAVA SEBAGAI PROMOSI … Adhityo Nugroho... · 2016. 2. 27. ·...

  • JURNAL

    SLOGAN SOLO THE SPIRIT OF JAVA SEBAGAI PROMOSI

    PEMERINTAH KOTA SOLO UNTUK GO INTERNATIONAL

    ( Implementasi Penggunaan Slogan “Solo, The Spirit of Java” dalam Strategi

    City Branding Kota Solo Melalui Penyelenggaraan

    Event Kebudayaan Tahun 2012)

    Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan

    Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

    Program Studi Ilmu Komunikasi

    Disusun Oleh:

    ADHITYO NUGROHO

    D1209003

    PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2014

  • 1

    SLOGAN SOLO THE SPIRIT OF JAVA SEBAGAI PROMOSI

    PEMERINTAH KOTA SOLO UNTUK GO INTERNATIONAL

    ( Implementasi Penggunaan Slogan “Solo, The Spirit of Java” dalam Strategi

    City Branding Kota Solo Melalui Penyelenggaraan

    Event Kebudayaan Tahun 2012)

    Adhityo Nugroho

    Andrik Purwasito

    Sofiah

    Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Abstract This thesis has a goal to know: 1) The implementation of the slogan “Solo, The

    Spirit of Java” in Solo City promotional activities towards Go International in the

    management of cultural events; 2) To describe visually the management of

    cultural events in supporting promotional strategy of Solo City that has a slogan

    “Solo, The Spirit of Java”.

    This research is a descriptive research with a qualitative approach. It was held on

    Department of Culture and Tourism of Solo City. The technique of collecting data

    consists of interview, documentation, and direct observation. The collected data

    are analyzed with the analysis of descriptive qualitative. It means that the visible

    phenomenon are recorded, studied, analyzed and interpreted, then described.

    The result of research shows that: (1) The Implementation of the slogan “Solo,

    The Spirit of Java”in Solo City promotional activities toward GoInternational is

    through the management of cultural events, that is slogan “Solo, The Spirit of

    Java” as the branding and identity for Solo City, that creates a region with strong

    economy competitiveness, uses cultural events as the implementation the program

    “Solo, The Spirit of Java. The events with cultural background and have

    international scale that was held is Solo International Performing Art (SIPA),

    Solo Batik Carnival (SBC), and Solo Keroncong Festival (SKF). (2) Visual

    description toward the management of cultural events in supporting Solo City

    promotional strategy that has slogan “Solo, The Spirit of Java” is through Solo

    Internasional Performing Art (SIPA), Solo Batik Carnival (SBC), dan Solo

    Keroncong Festival (SKF).

    Keywords: City Promotion, Slogan, Cultural Event.

  • 2

    Pendahuluan

    Pariwisata merupakan sektor andalan pendapatan devisa dalam

    pembangunan nasional Indonesia. Pariwisata juga telah diakui oleh para

    pelaku wisata, pemerintah dan masyarakat sebagai dunia bisnis yang

    menjanjikan. Meskipun pariwisata sangat menjanjikan, namun bagi daerah

    yang baru mengolah potensi wisatanya, pekerjaan ini bukan sesuatu yang

    mudah.

    Kota Solo merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Tengah.

    Wisata kota Solo juga didukung oleh lokasinya yang strategis di jalur lintas

    pulau Jawa. Jadi dari segi transferabilitas dan aksesibilitas transportasi dan

    komunikasi sampai akomodasi. Meskipun demikian masih banyak obyek

    wisata yang sepi dari pengunjung. Bukan suatu hal yang dapat dipungkiri

    bahwa dalam bidang pariwisata kota Solo tertinggal jauh dengan kota

    tetangganya yaitu Yogyakarta dan juga Bali yang memang sudah cukup lama

    dikenal masyarakat dunia (http://sosbud.kompasiana.com).

    Industri parisiwata di Kota Solo selama ini telah dikembangkan

    dengan menerapkan berbagai slogan pada berbagai event promosi Kota

    Solo, antara lain: “Solo Tempo Dulu”; “Solo Kotaku”, “Jawa Budayaku”;

    “Solo, The Spirit Of Java.” Event-event ini diselenggarakan sebagai wujud

    komunikasi pemasaran dalam konsep city branding yang diarahkan kepada

    peningkatan jumlah wisatawan dan investor.

    Strategi yang dilakukan antara lain melalui city branding. Menurut

    Madan (2006), city branding adalah upaya membangun identitas sebuah kota.

    Identitas lebih banyak berkaitan dengan apa yang dipikirkan seseorang

    terhadap orang lain, apa yang seseorang percayai dan apa yang seseorang

    lakukan.

    Upaya untuk membangun branding Kota Solo yang dilakukan

    Pemerintah Kota (Pemkot) adalah dengan menggalakkan promosi wisata

    dalam konsep budaya yaitu dengan menyelenggarakan berbagai event-event

    budaya. Untuk tahun 2012 ini akan digelar sekitar 47 acara. Jumlahnya

    meningkat dibandingkan tahun lalu, yang jumlahnya sebanyak 32 event.

    http://sosbud.kompasiana.com/

  • 3

    Mulai pertengahan Januari hingga Desember 2012, event-event tersebut

    digelar. Sebagai panduan bagi masyarakat akan disebarkan Calendar Event

    Solo 2012. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta

    dalam penyusunan kalender event, pihaknya bekerja sama dengan

    Konsultan Komunikasi dan Publik.

    Event-event lain yang akan diselenggarakan antara lain Solo

    International Performing Art (SIPA), dan Solo Batik Carnival (SBC), Solo

    Keroncong Festival, International Tea Festival, KREASSO (Kreatif Anak

    Sekolah Solo), Gunungan Charity Boat Race, Solo Batik Fashion, Festival

    Kethoprak, Solo Carnival, Pesona Balaikambang, Solo Menari, Kemah

    Budaya, Solo Kampoeng Art, Festival Dolanan Bocah, Javanese

    Theatrical, dan Bakdan ing Balekambang, Sekaten, Grebeg Maulud,

    Mahesa Lawung, Mangkunegaran Performing Art, Keraton Art Festival,

    Tingalan Jumenengan Dalem ke-7 ISKS XIII, Malem Selikuran, Grebeg

    Poso, Grebeg Pangan, Grebeg Kirab Malam 1 Sura dan Wiyosan

    Jumenengan SP KGPAA Mangkoe Nagoro IX. Berbagai event tersebut

    diselenggarakan untuk meningkatkan industri pariwisata di Kota Solo

    menuju kota pariwisata tingkat Internasional.

    Penelitian ini bermaksud mengkaji penggunaan slogan “Solo, The

    Spirit of Java” Sebagai Promosi Pemerintah Kota Solo menuju Go

    International (Implementasi Penggunaan Slogan “Solo, The Spirit of Java”

    dalam Strategi City Branding Kota Solo Melalui Penyelenggaraan Event

    Kebudayaan Tahun 2012).” Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau

    field research dengan menggunakan desain penelitian kualitatif.

    Penekanannya bukan pada pengukuran, melainkan pada pemaknaan dan

    konteks pendeskripsian (Mulyana, 2001). Fokus utama penelitian ini adalah

    untuk mengetahui bagaimana bentuk penyelenggaraan event - event

    kebudayaan dalam mendukung strategi promosi Kota Solo yang beslogan

    “Solo, The Spirit of Java”. Sesuai dengan identitas etnik yang melekat sebagai

    ciri khas Kota Solo sebagai kawasan pariwisata budaya.

  • 4

    Alasan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengukur secara

    empiris komunikasi pemasaran yang dilakukan Pemerintah Kota Solo dalam

    rangka membangun city branding melalui slogan ”Solo, The Spirir of Java”.

    Komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui penyelenggaraan event-event

    kebudayaan yang terprogram dan terjadwal pada tahun 2012 yang akan

    diadakan di Kota Solo.

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan

    sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah implementasi penggunaan slogan “Solo, The Spirit of

    Java” dalam kegiatan promosi Kota Solo menuju Go International?

    2. Bagaimanakah penyelenggaraan event-event kebudayaan tersebut

    mendukung strategi promosi Kota Solo yang beslogan “Solo, The Spirit

    of Java”?

    Tinjauan Pustaka

    1. Komunikasi

    Menurut Arni (2005: 4) komunikasi adalah pertukaran pesan verbal

    maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk

    mengubah tingkah laku. Si pengirim pesan dapat berupa seorang individu,

    kelompok, atau organisasi. Begitu juga halnya dengan si penerima pesan

    dapat berupa seorang anggota organisasi, seorang kepala bagian, pimpinan,

    kelompok orang dalam organisasi, atau organisasi secara keseluruhan.

    Komunikasi merupakan proses menukar informasi dan perasaan

    antara dua orang atau lebih dan pentingnya bagi hubungan yang efektif.

    Sedangkan komunikasi menurut Suprapto (2006: 2) adalah sebuah proses

    penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran

    tertentu. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang melahirkan

    kebersamaan dan kesepahaman di antara keduanya.

  • 5

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    komunikasi adalah proses pemindahan atau penyampaian pengertian,

    informasi, pikiran, atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain sehingga

    memperoleh pengertian yang sama.

    Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari

    pengirim kepada penerima. Menurut Moekijat (1993: 14) bahwa ada beberapa

    unsur dalam proses komunikasi yaitu sumber komunikasi, pesan, kode

    pembuat, saluran, pembacaan kode, penerima, dan umpan balik.

    Lebih lanjut menurut Moekijat (1993: 7) fungsi komunikasi yaitu

    menyampaikan informasi, mengarahkan, membentuk sikap, dan membantu

    pengenalan fisik. Fungsi komunikasi tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam

    suatu organisasi kerja komunikasi menjalankan beberapa fungsi yaitu:

    a. Menyampaikan informasi dan pengetahuan dari orang yang satu ke orang

    yang lain (kerja sama).

    b. Komunikasi membantu, mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk

    melakukan sesuatu.

    c. Komunikasi dapat membentuk sikap dan menanamkan kepercayaan untuk

    mengajak, meyakinkan dan mempengaruhi perilaku.

    d. Komunikasi membantu memperkenalkan pegawai-pegawai dengan

    lingkungan fisik dan sosial mereka.

    2. Komunikasi Pemasaran

    Dalam aktivitas pemasaran, sebuah institusi tidak hanya melakukan

    usaha untuk menemukan dan menghasilkan produk, menetapkan harga, tetapi

    perusahaan juga perlu untuk memberikan informasi kepada konsumen bahwa

    produk atau jasa yang disediakan akan dapat memuaskan mereka. Artinya

    sebuah institusi/perusahaan perlu untuk melakukan suatu aktivitas

    komunikasi kepada target sasarannya, untuk merangsang target sasarannya

    agar merasa tertarik menggunakan produk atau jasa perusahaan. Pada iklim

    kompetisi yang sangat ketat sekarang ini sangat penting artinya apabila

  • 6

    perusahaan dapat menancapkan posisi yang tepat pada pikiran target

    sasarannya.

    Menurut Kotler (2006: 496) komunikasi pemasaran adalah cara yang

    digunakan perusahaan untuk menginformasikan, mempersuasi, dan

    mengingatkan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung

    mengenai produk dan merek yang mereka jual. Komunikasi pemasaran

    mewakili “suara” merek dan adalah cara yang digunakan untuk membangun

    dialog dan hubungan dengan konsumen. Smith (2005) menyatakan

    komunikasi pemasaran adalah fungsi dalam manajemen yang memusatkan

    perhatian pada produk atau jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan

    konsumen.

    Komunikasi pemasaran juga dapat dinyatakan sebagai kegiatan

    komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pada konsumen

    dengan menggunakan berbagai media, dengan harapan agar komunikasi dapat

    menghasilkan tiga tahap perubahan, yaitu perubahan pengetahuan, perubahan

    sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki, sehingga komunikasi

    pemasaran adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk membentu

    kegiatan pemasaran sebuah perusahaan dengan menggunakan teknik-teknik

    komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi pada konsumen agar

    tujuan perusahaan tercapai.

    Bauran Komunikasi pemasaran menurut Kotler (2006: 496), terdiri dari :

    a. Advertising, semua bentuk penyajian dan promosi non personal atas

    ide, barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan sponsor tertentu.

    b. Sales Promotion, berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong

    keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.

    c. Events and Experience, kegiatan pemberian sponsor dan perusahaan

    dan program yang dibuat untuk menciptakan merek yang biasa saja atau

    merek yang spesial.

    d. Public Relations and Publicity, berbagai program untuk

    mempromosikan dan melindungi citra perusahaan atau masing-masing

    produknya.

  • 7

    e. Direct Marketing, penggunaan surat, telepon, faksimile, e-mail dan alat

    penghubung non personal untuk berkomunikasi secara langsung dengan

    mendapatkan tanggapan langsung dan pelanggan dan calon pelanggan

    tertentu.

    f. Personal Selling, interaksi langsung dengan satu pembeli atau Iebih

    guna melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan menerima

    pesanan.

    Event merupakan kegiatan pemberian sponsor dan program yang dibuat

    untuk menciptakan merek. Dalam hal ini adalah menciptakan merek Kota

    (city branding) Solo sebagai kota budaya dalam slogan “The Spirit of

    Java.”

    3. Event Marketing

    Salah satu cara yang ampuh dalam menyampaikan pesan sebuah

    brand adalah dengan mengajak customer dan potential customer untuk

    terlibat dalam sebuah event yang diselenggarakan perusahaan. Event

    marketing yang diselenggarakan harus memiliki pengaruh serta memberikan

    kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir sehingga customer maupun

    potential customer bisa cukup lama mengingat pengalaman yang

    menyenangkan tersebut (Murfianti, 2010).

    Menurut Stanton (2003: 140) Event Marketing dianggap sebagai salah

    satu strategi efektif untuk membuat perusahaan / produk menjadi lebih

    dikenal dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, kegiatan tersebut

    dipilih karena bentuk yang mendasar dalam menciptakan komunikasi antara

    satu perusahaan dengan konsumennya. Event Marketing merupakan suatu

    kegiatan yang dapat menjadikan nama perusahaan diingat dan dapat

    meningkatkan citra perusahaan. Event Marketing diselenggarakan oleh

    perusahaan dengan tujuan agar namanya menjadi lebih dikenal dan mendapat

    image yang baik dari masyarakat (Coulson dan Thomas, 1986: 285).

    Tujuan Event Marketing menurut Jefkins (2004: 176) terdiri dan tiga

    bagian, yaitu:

  • 8

    a. Tujuan-tujuan periklanan:

    1) Mengiklankan produk yang tidak boleh diklankan di media tertentu.

    2) Memasang iklan dilokasi kegiatan atau liputan yang dapat

    menjangkau orang banyak.

    3) Mempromosikan produk secara spesifik.

    4) Memperkenalkan produk baru.

    5) Menggali berbagai peluang lain di bidang periklanan.

    b. Tujuan-tujuan Humas.

    1) Menciptakan atau mempertahankan citra.

    2) Membangun citra.

    3) Meinperkenalkan identitas.

    4) Mengakrabkan nama perusahaaan.

    5) Menonjolkan keramah tamahan.

    6) Merangsang minat para wartawan untuk datang meliput.

    c. Tujuan-tujuan pemasaran.

    1) Memposisikan sebuah produk

    2) Mendukung operasi para agen penyalur.

    3) Melancarkan suatu perubahan didalam kebijakan pemasaran

    perusahaan.

    4) Meluncarkan suatu produk.

    5) Membuka cabang-cabang baru.

    6) Pemasaran International.

    7) Merangsang para konsumen untuk menggunakan suatu produk.

    Manfaat penyediaan Event Marketing adalah bahwa dana sponsor

    yang telah dikeluarkan dengan sendirinya kembali ke perusahaan

    dalam jumlah yang berlipat ganda. Adapun alasan-alasan penyediaan

    Event Marketing menurut Jefkins (2004: 267) adalah:

    d. Untuk melancarkan suatu kampanye perikianan melalui publikasi

    nama serta produk-produk perusahaan yang seluas-luasnya oleh media

    massa yang meliputi acara yang diberi sponsor itu.

  • 9

    e. Untuk mendukung strategi atau kebijakan pemasanan.

    f. Untuk memperlihatkan niat baik organisasi ataupun perusahaan guna

    melaksanakan tanggungjawab sosialnya.

    4. Promosi Kota (City Branding)

    Branding adalah upaya untuk membangun merek. Merek atau brand

    bukan hanya sebuah rangkaian kata atau gambar yang ditempel pada produk

    atau pun jasa tanpa sebuah makna yang mengikutinya. Logo, tagline, simbol,

    apapun nama dan bentuknya merupakan bagian dari merek atau brand untuk

    membedakan satu produk atau jasa dengan yang lain. Brand atau merek,

    secara tradisional dapat diartikan sebagai nama. terminologi, logo, simbol

    atau desain yang dibuat untuk menandai atau mengidentifikasi produk yang

    ditawarkan kepada konsumen. Sebuah merek merupakan identitas yang unik

    dari sebuah produk atau jasa di dalam benak konsumennya, yang

    mencerminkan tingkat perbedaan dari kompetitor. (Murfianti, 2010).

    Menurut Anholt (2006), branding adalah proses mendesain,

    merencanakan dan mengkomunikasikan nama dan identitas dengan tujuan

    untuk membangun atau mengelola reputasi. Branding merupakan proses

    deliberasi memilih dan menghubungkan atribut-atribut tersebut karena

    mereka diasumsikan memberi nilai tambah pada produk atau jasa. City

    branding dapat dipandang sebagai pendekatan yang tepat untuk

    mempromosikan suatu tempat wilayah jika melihat dunia sebagai pasar

    global. Suatu tempat/wilayah merupakan sebuah produk atau sebuah

    perusahaan yang sedang bersaing dengan tempat/wilayah lainnya dalam

    upaya untuk menjaga atau mempertahankan posisi mereka di tengah

    persaingan.

    Tindakan - tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu tempat/

    wilayah pada saat ini maupun nanti, termasuk cara promosinya,

    pariwisatanya, cara mereka bersikap dalam lingkup domestik maupun asing,

    cara mereka merepresentasikan identitas budayanya, atau membangun

    lingkungan alamnya, serta bagaimana mereka ditampilkan dalam media dunia

  • 10

    memberikan perbedaan yang sangat besar pada kemampuan suatu wilayah

    dalam scope internal maupun eksternal. (Kartajaya, 2005).

    Menurut Marconi (2004), brand/merek merupakan kombinasi dari

    image, reputasi dan performance, proses berkembangnya reaksi rasional.

    emosional dan psikologis yang dimiliki konsumen saat terekspos tidak hanya

    pada produknya saja, namun juga pada petunjuk yang dihubungkan dengan

    suatu brand/merek. Strategi untuk brand suatu tempat/wilayah menentukan

    visi strategis yang paling realistis dan kompetitif bagi suatu tempat/wilayah

    dan menjamin bahwa visi tersebut didukung dan didorong serta diperkuat

    oleh setiap tindakan investasi dan komunikasi antara tempat/wilayah tersebut

    dengan masyarakat dunia lainnya.

    Pemerintah maupun pihak yang memiliki kepentingan terhadap

    eksistensi suatu tempat / wilayah harus secara konsisten mengkomunikasikan

    dan menunjukkan maksud dari suatu brand, sehingga tidak memunculkan

    kebingungan dalam masyarakat terhadap brand tersebut. Suatu tempat /

    wilayah dapat memunculkan keunikannya dan dapat tampil berbeda dengan

    para kompetitornya, tidak hanya dalam slogan saja, yang kini terkesan

    sebagai me too product, namun dalam kemampuannya menawarkan sesuatu

    yang unik dan berbeda dan mengkristalisasi sebagai identitas yang kuat dalam

    persepsi customer. Menurut Kapferer (2000), merek memiliki beberapa

    fungsi, yaitu:

    a. Identification : Sebagai identifikasi, yang dapat dilihat dengan jelas

    dan cepat untuk dikenali

    b. Practicaliryt : Fungsi praktis. untuk menghemat energi dan waktu

    melalui pembelian kembali dan loyalitas

    c. Guarantee : Sebagai jaminan, untuk mentperoleh kualitas yang sama.

    tidak peduli dimana atau kapan membelinya.

    d. Optimization : Untuk memastikan pembelian bahwa produk tersebut

    merupakan produk yang terbaik dalam kategorinya.

    e. Characterization : Konfirmasi self image

  • 11

    f. Continuity : Kepuasan melalui keintiman dengan produk yang dipakai

    selama beberapa tahun

    g. Hecionistic : Kepuasan yang berkaitan dengan atraktifnya merek

    h. Ethical : Kepuasan berkaitan pada perilaku yang bertanggung jawab

    dari merek terhadap hubungannya dengan masyarakat

    Citra kota memiliki kekuatan dalam membentuk merek untuk sebuah

    kota, mempengaruhi bahkan membentuk kota itu sendiri. Dan merek yang

    melekat pada kota sangat bergantung pada identitas kota. Setiap kota akan

    memiliki identitasnya, kota memiliki emosinya sendiri-sendiri. sebuah

    dialektis antara masyarakat dan fisik kotanya. Ini seperti halnya sebuah mata

    uang dengan dua sisinya, bahwa pembangunan fisik sebuah kota tidak dapat

    terlepas dari masyarakat dan budaya. yang dimiliki. Membangun fisik (city)

    pada dasarnya adalah membangun roh dan jiwa masyarakatnya. Kota yang

    berhasil membangun identitas yang kuat tidak hanya dari aspek fisik tetapi

    juga kehidupan sosial masyarakatnya. Kemampuan kota untuk

    mempertahankan karakter dan identitasnya dan bahkan mempengaruhi daerah

    lainnya.

    Identitas bukanlah sesuatu yang bebas tanpa adanya sebuah batasan.

    Dengan batasan ini, seseorang akan sadar atas identitasnya. Identitas sebuah

    kota memiliki boundary antara satu dengan lainnya. Ada keterikatan dan

    social bounding, sehingga muncul apa yang disebut sebagai home atau

    rumah. Yang perlu ditekankan dalam konsep tempat adalah, tempat bukanlah

    sebuah hal yang statis. mereka selalu berubah. Tempat harus dilihat dalam

    konteks historis dan ekonomi tempat diciptakan, diperluas dan kemudian

    image dikonstruksi untuk merepresentasikan dan menjual tempat tersebut.

    (Murfianti, 2010).

    Metode Penelitian

    Lokasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Kota Solo.

    Penelitian lebih dikhususkan pada event kebudayaan yang menjadi jadwal

    kegiatan Dinas Kebudayaan dan Parisiwisata Kota Solo.

  • 12

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

    menggunakan wawancara dan pengamatan langsung di lapangan yang

    menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari nara sumber,

    dengan mencatat dan memberi gambaran sebenarnya guna mendukung

    penyajian data. Penelitian kualitatif mengembangkan konsep dan

    menghimpun data - data (fakta) dan dengan demikian tidak melakukan

    pengujian hipotesa dan statistik. (Singarimbuan & Effendy, 1999).

    Subyek penelitian ini adalah semua unsur yang berperan sebagai aktor

    atau pelaku event kebudayaan di Kota Solo. Para informan utama didasarkan

    pada persyaratan utama yaitu dari sisi event adalah orang yang berperan

    dalam perencanaan dan pelaksanaan event kebudayaan, bertanggung jawab

    terhadap operasional event kebudayaan, dan memiliki kekuatan untuk

    mengambil keputusan. Sedangkan dari sisi masyarakat adalah orang yang

    secara langsung merasakan dampak adanya komunikasi yang dijalin melalui

    penyelenggaraan event kebudayaan.

    Sedangkan informan pendukung diambil dari unsur pemerintah dan

    dinas-dinas terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Instansi-instansi

    ini sangat penting keberadannya dalam konteks koordinasi kebijakan maupun

    sebagai mitra pendukung kebijakan. Informan yang juga penting adalah para

    pendatang yang berdomisili di Kota Solo. Penunjukan mereka sebagai

    informan adalah karena mereka merupakan bagian dari penyelenggaraan

    event kebudayaan di Kota Solo.

    Sajian dan Analisis Data

    Setiap kota akan memiliki identitasnya sendiri yang mencerminkan

    kaitan antara masyarakat dan fisik kotanya. Pembangunan fisik sebuah kota

    tidak dapat terlepas dari masyarakat dan budaya yang dimiliki. City branding

    merupakan sebuah proses atau usaha membentuk merek dari suatu kota

    adalah untuk mempermudah pemilik kota tersebut untuk memperkenalkan

    kotanya kepada target pasar (investor, tourist, talent, event) kota tersebut

    dengan menggunakan kalimat posisitioning, slogan, icon, eksibisi, dan

  • 13

    berbagai media lainnya. City branding merupakan sebuah proses pengenalan

    sebuah kota yang diwakilkan pada icon, duta atau events yang

    diselenggarakan di kota yang bersangkutan sehingga kota tersebut akan

    dikenal sebagai kota yang unik dan lain dari kota lain.

    1. Kota Solo Sebagai Kota Budaya

    Hasil penelitian yang mengacu pada hasil wawancara dengan Staf

    Ahli Bidang Pariwisata Disbudpar Kota Surakarta menunjukkan bahwa upaya

    memperkenalkan identitas Kota Solo sebagai kota budaya melibatkan seluruh

    pemerintah daerah di Solo Raya (Solo, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,

    Wonogiri, Sragen, dan Klaten) dan sepakat untuk membuat suatu kebijakan

    dengan menciptakan suatu identitas wilayah dengan slogan “Solo, The Spirit

    of Java”. Penggunaan slogan “Solo, The Spirit of Java” dalam kegiatan

    promosi Kota Solo menuju Go International merupakan upaya untuk

    memperkenalkan karakteristik, budaya, dan potensi kota Solo. Slogan

    tersebut digunakan sebagai branding dan identitas bagi kota Solo sebagai

    pusat kebudayaan Jawa.

    Kesepakatan 7 daerah di wilayah Solo Raya dalam mengusung slogan

    “Solo, The Spirit of Java“ didasari pertimbangan untuk menciptakan sebuah

    kawasan dengan daya saing ekonomi yang kuat, sekaligus upaya

    menempatkan kawasan (positioning) di antara wilayah atau kawasan lain

    sehingga diperlukan ciri khusus sebagai identitas wilayah yang menjadi alat

    pemasaran (citra kegiatan pemasaran) yang wajib digunakan oleh semua

    pihak dalam segala upaya pemasaran wilayah Subosukawonosraten ke

    masyarakat luas. (Hasil wawancara dengan Staf Ahli Bidang Pariwisata

    Disbudpar, Kota Surakarta, M. Zainal Aripin, SS. Senin, 08/10/2012).

    Slogan Kota Solo yang mengusung slogan “Solo, The Spirit of Java”

    menjadikan Kota Solo semakin terkenal, perekonomiannya makin maju, dan

    banyak wisatawan yang berkunjung untuk menikmati Kota Solo yang makin

    indah. Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Zainal Aripin, SS

    menyatakan bahwa:

  • 14

    “Solo, The Spirit of Java” sebagai brand baru kota Solo sebenarnya

    sudah mulai disosialisasikan sejak bulan Agustus tahun 2006, setelah terjadi

    kesepakatan dari ketujuh kepala daerah di kawasan tersebut untuk

    menciptakan identitas tersendiri bagi wilayahnya. Untuk menunjukan

    keseriusan dari pencetusan program tersebut, sebagai langkah awal, diadakan

    kontes untuk memberikan slogan. Ada 3 slogan pemenang yaitu, Solo the

    Heart of Java, Solo the Heartbeat of Java dan Solo the Spirit of Java. Slogan

    “Solo,The Spirit of Java”, dipilih untuk menggambarkan keterikatan ini.”

    Eksistensi Solo sebagai kota besar dengan potensi budaya,

    perdagangan dan industri-pun makin diakui perlu adanya keterlibatan,

    kerjasama, dan peningkatan komitmen dari berbagai pihak dalam bidang

    pariwisata. Penggunaan slogan “Solo, The Spirit of Java” ini berkaitan

    dengan usaha memasarkan wilayah Solo Raya yang akan menjadi trade mark

    bagi setiap promosi dan usaha mengangkat produk unggulan ke dunia

    internasional.

    2. Tujuan Penggunaan Slogan “Solo, The Spirit of Java”

    Kesepakatan 7 daerah di wilayah Solo Raya dalam mengusung slogan

    “Solo, The Spirit of Java“ didasari pertimbangan untuk menciptakan sebuah

    kawasan dengan daya saing ekonomi yang kuat, sekaligus upaya

    menempatkan kawasan (positioning) di antara wilayah atau kawasan lain

    sehingga diperlukan ciri khusus sebagai identitas wilayah yang menjadi alat

    pemasaran (citra kegiatan pemasaran) yang wajib digunakan oleh semua

    pihak dalam segala upaya pemasaran wilayah Subosukawonosraten ke

    masyarakat luas.

    Strategi promosi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan

    Pariwisata Solo dalam mempromosikan slogan “Solo, The Spirit of Java”

    hanya menggunakan dua bauran promosi yaitu periklanan dan public

    relations.

  • 15

    a. Iklan

    Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi massa yang bersifat

    membujuk dan mempengaruhi. Disbudpar Kota Solo banyak menggunakan

    media iklan dalam mempromosikan event kebudayaan Solo. Dinas Pariwisata

    sangat selektif dalam mengunakan media iklan dalam mempromosikan event

    kebudayaan Solo. Beriklan membutuhkan anggaran yang sangat besar

    sedangkan anggaran yang dimiliki untuk promosi sangat terbatas. Oleh

    karena itu Disbudpar Kota Solo membatasi penggunaan media iklan. Jenis

    media yang digunakan adalah media cetak dan elektronik.

    b. Public Relations

    Peran Public Relations dalam mempromosikan slogan “Solo, The

    Spirit of Java” adalah ketika ada sebuah event budaya. Panitia sebuah event

    selalu dibantu oleh Disbudpar Kota Solo. Peran public relations adalah

    menjaga hubungan baik dengan pers, mempublikasikan produk, komunikasi

    antar panitia event, dan memberi saran kepada devisi kepanitian yang lain.

    Peran public relations selain menyebarkan booklet, calender of event dan peta

    Kota Solo, adalah perannya yang dijalankan oleh seluruh anggota panitia

    sebuah event.

    Tugas dari public relations yang dijalankan oleh kepanitian event

    adalah untuk mempromosikan berbagai event budaya kepada wisatawan lokal

    dan asing, sehingga wisatawan dapat mengenal, tertarik dan selalu ingat pada

    Kota Solo sebagai kota budaya.

    3. Analisis Hasil Deskripsi Secara Visual Penyelenggaraan Event-

    Event Kebudayaan dalam Mendukung Strategi Promosi Kota Solo

    yang Berslogan “Solo, The Spirit of Java”

    Hasil penelitian ini menggambarkan tentang pelaksanaan program

    “Solo, The Spirit of Java” melalui penyelenggaraan event budaya. Beberapa

    event budaya yang berskala internasional di antaranya adalah Solo

    Internasional Performing Art (SIPA), Solo Batik Carnival (SBC), dan Solo

    Keroncong Festival (SKF).

  • 16

    a. Solo Internasional Performing Art (SIPA)

    Event ini merupakan konsep seni pertunjukan yang menjadi spirit

    gerakan penyelamatan bumi dan segala kehidupannya. SIPA merupakan salah

    satu bagian dari kehidupan budaya yang mendukung Solo sebagai Kota

    Budaya. SIPA Tujuan penyelenggaraan SIPA adalah sebagai ruang

    pertemuan beragam seni pertunjukan untuk kemudian menyuarakan

    penyelamatan bumi. Melaluii SIPA, Solo akan menjadi jembatan bertemunya

    berbagai ragam bentuk dan jenis yang ada dalam wilayah seni pertunjukan.

    Penyelenggaraan SIPA sebagai sebuah event ini merupakan salah satu

    bentuk komunikasi dalam kegiatan city branding. SIPA merupakan upaya

    penyatuan dari semangat antar seni pertunjukan. Sebuah event berskala

    internasional di Kota Solo yang akan menyatukan semangat masyarakat

    pendukung seni pertunjukan untuk mempromosikan Kota Solo sebagai Kota

    Budaya.

    b. Solo Batik Carnival (SBC)

    SBC merupakan event budaya yang diselenggarakan sebagai agenda

    tahunan Kota Solo untuk mengakselerasi pertumbuhan dan citra Kota Solo

    sebagai Kota Batik baik di tingkat nasional maupun internasional. SBC

    merupakan event yang diisi dengan karnaval menggunakan batik yang selaras

    dengan semboyan Kota Solo yaitu “Solo, The Spirit of Java”. Harapannya

    adalah karnaval ini akan membentuk branding kota Solo sebagai Kota Batik

    serta lebih mendekatkan masyarakat Solo terhadap kearifan lokal kotanya dan

    mencintai pertumbuhan kotanya yang makin plural dan multikultural.

    Penyelenggaraan event SBC ini merupakan bagian dari upaya menjaga citra

    Kota Solo sebagai Kota Batik. Sesuai dengan prinsip konsistensi dengan

    brand yang melekat.

    c. Solo Keroncong Festival (SKF)

    SKF merupakan event untuk menumbuh kembangkan musik

    keroncong ke ranah nasional dan internasional. Para pelaku yang terlibat

    dalam SKF adalah mereka yang berkesenian dengan bentuk yang sama meski

    berada jauh di luar Indonesia, mereka masih memandang Indonesia sebagai

  • 17

    kiblat musik keroncong dengan karya-karya wahidnya. Beberapa negara

    mengutus perwakilannya dalam SKF. Penyelenggaraan event SKF bertujuan

    untuk membuktikan eksistensi keberadaan musik keroncong kepada

    masyarakat melalui sajian pementasan musik keroncong.

    Solo Keroncong Festival sebagai salah satu event yang berbasis

    masyarakat dengan menggunakan musik keroncong asli kota Solo sebagai

    medianya. Ini merupakan sumber ide dasar dan spirit kreativitas masyarakat

    yang selaras dengan slogan Kota Solo yaitu “Solo, The Spirit of Java”.

    Harapannya adalah event ini akan membentuk branding kota Solo sebagai

    Kota Budaya serta lebih mendekatkan masyarakat Solo terhadap kearifan

    budaya lokal kotanya dan mencintai pertumbuhan kota dan dinamikanya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan paparan data dan hasil analisis yang telah dilakukan,

    maka dapat diambil kesimpulan bahwa penyelenggaraan Event-Event

    Kebudayaan dalam Mendukung Strategi Promosi Kota Solo dengan slogan

    “Solo, The Spirit of Java” melalui event Solo International Performing Art

    (SIPA), Solo Batik Carnival (SBC), dan Solo Keroncong Festival (SKF)

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan pariwisata Kota

    Solo untuk Go International.

    Penggunaan slogan “Solo, The Spirit of Java” sebagai branding dan

    identitas bagi kota Solo, yaitu Solo sebagai Kota Budaya, Kota Pariwisata,

    Kota Perdagangan. Selain itu strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan

    untuk mempromosikan slogan “Solo, The Spirit of Java” menggunakan dua

    bauran promosi yaitu periklanan dan Public Relations. Iklan dilakukan melalui

    media cetak dan elektronik. Sedangkan Public Relations mempromosikan

    dengan event marketing.

    Pagelaran event International Performing Art (SIPA), merupakan

    penyatuan semangat antar seni pertunjukan, dimana penyelenggaraan SIPA

    selalu di kawasan yang sarat dengan nilai sejarah. Dukungan masyarakat

    terhadap SIPA dapat dilihat dari event-event akbar, seni budaya SIPA mampu

  • 18

    memobilisir massa sehingga dapat dipersepsikan sebagai kampanye dalam

    rangka menggugah kesadaran apresiasi publik terhadap beragam karya seni

    budaya. Peserta dari pagelaran ini banyak yang berasal dari luar negeri, jadi

    secara tidak langsung promosi kebudayaan dari kedua belah pihak, baik dari

    Indonesia khususnya Kota Solo dan dari luar negri dapat bertemu dan saling

    mengenal kebudayaan satu sama lain.

    Event Solo Batik Carnival (SBC), merupakan suatu karnaval yang

    berbasis masyarakat dengan menggunakan batik sebagai ide dasar dan

    semangat masyarakat yang selaras dengan kota Solo ″Solo, the Spirit of Java″.

    Adanya karnaval ini diharapkan bisa mendekatkan masyarakat kota Solo

    terhadap kearifan lokal kotanya dan menumbuhkan rasa cinta terhadap batik

    khususnya batik dari Solo, sekaligus pencitraan Kota Solo sebagai Kota Batik

    baik di tingkat nasional maupun internasional. Pengiriman duta/delegasi ke

    luar negri juga dilakukan oleh pemerintah Kota Solo, dari mulai Singapura,

    Belanda China, dan terakhir di Pasadena.

    Tidak lain halnya dengan Solo Keroncong Festival (SKF) ajang bagi

    seniman dan seniwati keroncong nasional dan internasional untuk unjuk

    kebolehan pada pagelaran ini, tujuan utama Pemerintah Kota Solo

    menyelenggarakan event ini adalah untuk menumbuh kembangkan musik

    keroncong ke ranah nasional dan internasional. Penyelenggaraan event ini

    mendapat perhatian dari berapa negara yang kemudian mengutus

    perwakilannya dalam event Solo Keroncong Festival, diantarannya Amerika

    Serikat, Malaysia, dan Singapore. Dengan promosi seperti ini, dirasa dapat

    langsung menuju sasaran yang diharapkan, yaitu mengenalkan Solo di dunia

    internasional.

    Saran

    Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan tersebut di atas, maka

    penulis mengajukan beberapa saran, yaitu:

    1. Dinas Pariwisata hendaknya bekerja sama dengan mahasiswa luar negeri

    yang belajar di Kota Solo, dengan melakukan pengenalan event

  • 19

    kebudayaannya, kesenian tradisionalnya, bangunan-bangunan

    bersejarahnya, dan segala sesuatunya yang berkaitan tentang Kota Solo.

    Agar kelak ketika mereka kembali ke negaranya masing-masing, mereka

    dapat menceritakan dan berbagi pengalaman selama di Kota Solo.

    2. Perlu adanya sinergi dengan biro advertising, sales promotion, dan public

    relations agar media promosi lebih banyak dan upaya branding Kota Solo

    mampu memotivasi target audience untuk berkunjung dan

    merekomendasikan Solo sebagai destinasi wisata maupun tempat tinggal.

    3. Mendatangkan Tour Writer dari luar negeri.

    4. Dibutuhkan strategi komunikasi pemasaran yang dinamis untuk setiap

    event kebudayaan untuk menghasilkan jumlah kunjungan wisatawan yang

    maksimal. Penggunaan media promosi kontemporer seperti pengadaan

    website Kota Solo, pnggunaan jejaring sosial facebook dan twitter dalam

    mempromosikan kebudayaan Kota Solo.

    5. Bagi penelitian mendatang diharapkan dapat melanjutkan oleh penelitian

    dengan objek dan sudut pendang yang berbeda sehingga dapat

    memperkaya khasanah kajian komunikasi pemasaran.

    Daftar Pustaka

    Anholt, Simon. (2006). Competitive Identity: The New Brand Management for

    Nations, Cities and Regions. London: Palgrave Macmillan.

    Arni, Muhammad. (2005). Teori Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

    Coulson, Colin J dan Thomas. (1986). Marketing Communications.

    London: Heinemann

    Jefkins, F. (2004). Event Marketing. Harlow: Pearson Education.

    Kapferer, Jean Noel. (2000). Strategic Brand Manage-ment, Creating, and

    Sustaining Brand Equity Long Term (Kogan). Edisi Bahasa Indonesia.

    Yogyakarta: Penerbit Andi.

    Kartajaya, Hermawan. (2005). Positioning, Diferensiasi, Brand, Memenangkan

    Persaingan dengan Segitiga Positioning, Diferensiasi, Brand.

    Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

    Kotler, Phillip, (2001). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,

    Implementasi, dan Pengendalian. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat

    Prentice Hall.

  • 20

    Kotler, Philip, dan Armstrong, Gary, (2001), Prinsip-Prinsip Pemasaran.

    Jakarta: Erlangga.

    Madan, Sarup. (2006). Identity. Culture and The Postmoderii World.

    Edinburgh: University Press.

    Marconi, Joe. (2004). Public Relations, the Complete Guide. Ohio: South

    Westem-Thomson.

    Milles dan Hubberman. (2002). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Gramedia

    Pustaka Tama.

    Moekijat. (1993). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.

    Mulyana, Deddy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya.

    Murfianti, Fitri. (2010). Membangun Citybranding Melalui Solo Batik Carnival.

    Jurnal Jurusan Televisi Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta.

    Singarimbuan & Effendy. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis.

    Yogyakarta: BPFE UGM.

    Smith, D. Ronald. (2005). Strategic Planning For Public Relations. Second

    Edition. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

    Stanton, William J. (2003). Prinsip Pemasaran. Alih Bahasa oleh Sadu Sundaru.

    Jilid Satu. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

    Suprapto, Tommy. (2006). Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media

    Pressindo.

    http://sosbud.kompasiana.com Diakses 15 Mei 2012

    http://sosbud.kompasiana.com/