Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja...

16
KETERBUKAAN DIRI REMAJA PENGGUNA TWITTER BERDASARKAN TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA (REMAJA AWAL, REMAJA TENGAH, DAN REMAJA AKHIR) Natalia Konradus Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma [email protected] ABSTRAK Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Salah satu tugas perkembangan remaja diantaranya adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Salah satu cara untuk mengembangkan sebuah hubungan adalah dengan membuka diri terhadap orang lain. Dengan adanya teknologi yang semakin maju, keterbukaan diri dapat dilakukan juga di dunia maya, salah satunya di dalam jejaring sosial twitter. Faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan oleh remaja awal diduga berbeda dengan remaja tengah, dan akhir karena ketiga kelompok tersebut memiliki karakteristik perkembangan yang cukup berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini ingin membuktikan apakah terdapat perbedaan faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan antara remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter. Penelitian ini menggunakan satu set kuesioner yang terdiri dari lima pengukuran tiap faktor yang dikembangkan oleh Magno, Cuason, dan Figueroa dari De La Salle University, Manila. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode purposive sampling yang melibatkan 95 responden, terdiri dari 32 orang remaja awal, 33 orang remaja tengah, dan 30 orang remaja akhir. Teknik analisis yang digunakan adalah one way anova yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.647 (p>0.05), sehingga hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada keterbukaan diri remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter, demikian pula antara masing-masing faktor keterbukaan diri yang diungkapkan. Keterbukaan diri pada tiap kelompok remaja pada penelitian ini berada pada tingkat sedang, begitu pula pada masing-masing faktor keterbukaan diri yang diungkapkan tiap kelompok remaja tersebut. Kata kunci: Keterbukaan diri, remaja awal, remaja tengah, remaja akhir, twitter.

description

Jurnal skripsi.Keterbukaan Diri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja.(2013)

Transcript of Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja...

  • KETERBUKAAN DIRI REMAJA PENGGUNA TWITTER BERDASARKAN

    TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA (REMAJA AWAL, REMAJA

    TENGAH, DAN REMAJA AKHIR)

    Natalia Konradus

    Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

    [email protected]

    ABSTRAK

    Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

    Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu remaja awal, remaja tengah,

    dan remaja akhir. Salah satu tugas perkembangan remaja diantaranya adalah

    mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun

    wanita. Salah satu cara untuk mengembangkan sebuah hubungan adalah dengan

    membuka diri terhadap orang lain. Dengan adanya teknologi yang semakin maju,

    keterbukaan diri dapat dilakukan juga di dunia maya, salah satunya di dalam

    jejaring sosial twitter. Faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan oleh remaja

    awal diduga berbeda dengan remaja tengah, dan akhir karena ketiga kelompok

    tersebut memiliki karakteristik perkembangan yang cukup berbeda. Oleh karena itu,

    penelitian ini ingin membuktikan apakah terdapat perbedaan faktor-faktor

    keterbukaan diri yang diungkapkan antara remaja awal, tengah, dan akhir pengguna

    twitter. Penelitian ini menggunakan satu set kuesioner yang terdiri dari lima

    pengukuran tiap faktor yang dikembangkan oleh Magno, Cuason, dan Figueroa dari

    De La Salle University, Manila. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode

    purposive sampling yang melibatkan 95 responden, terdiri dari 32 orang remaja

    awal, 33 orang remaja tengah, dan 30 orang remaja akhir. Teknik analisis yang

    digunakan adalah one way anova yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.647

    (p>0.05), sehingga hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang

    signifikan pada keterbukaan diri remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter,

    demikian pula antara masing-masing faktor keterbukaan diri yang diungkapkan.

    Keterbukaan diri pada tiap kelompok remaja pada penelitian ini berada pada tingkat

    sedang, begitu pula pada masing-masing faktor keterbukaan diri yang diungkapkan

    tiap kelompok remaja tersebut.

    Kata kunci: Keterbukaan diri, remaja awal, remaja tengah, remaja akhir,

    twitter.

  • SELF DISCLOSURE IN TWITTER USER ADOLESCENTS BASED ON

    ADOLESCENTS DEVELOPMENTAL STAGE (EARLY ADOLESCENCE,

    MIDDLE ADOLESCENCE, AND LATE ADOLESCENCE)

    ABSTRACT

    Adolescence is a transition from childhood into adulthood. Adolescent development is

    divided into three phases, which are early adolescent, middle adolescent, and late

    adolescent. One of adolescent developmental task is establishing a new and more

    mature relationships with peers, both men and women. One way to develop a

    relationship is to open up to others. The advance of technology, providing self-

    disclosure in cyberspace, such as in social networking twitter. Self-disclosure factors

    which expressed by early adolescents maybe different with middle and late

    adolescents because the three groups had quite different developmental

    characteristics. Therefore, this study wanted to know if there are differences in self-

    disclosure factors expressed among early, middle, and late adolescents of twitter

    users. This study used a set of questionnaire consisting of five measurements of each

    factor developed by Magno, Cuason, and Figueroa from De La Salle University,

    Manila. This quantitative study used purposive sampling method involving 95

    respondents, consisting of 32 early adolescents, 33 middle adolescents, and 30 late

    adolescents. The analysis technique used is one way anova resulting significance

    value of 0647 (p>0.05), so that the results showed no significant differences in

    adolescents self-disclosure among early, middle, and late adolescents of twitter users, as well as between each of the factors of self-disclosure. Self-disclosure on

    each group of adolescents in this study were at a moderate level, as well as in each of

    the self-disclosure factor expressed by each group.

    Key words: Self-disclosure, early adolescents, middle adolescents, late adolescents,

    twitter.

    PENDAHULUAN

    Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang

    kehidupannya. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan secara kuantitatif,

    seperti bertambahnya tinggi dan berat badan, sedangkan, perkembangan merupakan

    proses pertambahan secara kualitatif, seperti misalnya kematangan dalam sistem

    reproduksi atau kematangan dalam emosi. Fase perkembangan manusia merupakan

    proses yang panjang, meliputi masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga lanjut

  • usia. Pada tiap fase perkembangan, manusia mengalami perubahan baik secara fisik

    maupun psikologis serta memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan

    pada tahap tersebut. Salah satu tahap perkembangan yang penting dalam kehidupan

    manusia adalah masa remaja, dimana seseorang mulai meninggalkan masa kanak-

    kanaknya untuk mulai mencapai kedewasaan.

    Monks (1999) membagi remaja menjadi tiga fase, yaitu remaja awal (12-15

    tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Pada masa

    remaja awal, remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat pesat dan

    perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat remaja pada dunia

    luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak ingin dianggap anak-anak lagi namun

    belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Pada masa remaja pertengahan,

    kepribadian remaja terkadang masih bersifat kekanak-kanakan. Namun, pada masa

    ini remaja mulai menemukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap

    pemikiran filosofis dan etis. Pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri

    sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk

    melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang telah dilakukannya. Sedangkan pada

    masa remaja akhir, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal

    dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri. Remaja mulai

    memahami arah kehidupannya, dan menyadari tujuan hidupnya.

    Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, remaja dituntut untuk melakukan tugas-

    tugas perkembangan tertentu. Salah satu tugas perkembangan remaja menurut

    Havinghust (dalam Hurlock, 1990) adalah mencapai hubungan baru yang lebih

    matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, oleh karena itu remaja

    memiliki keinginan yang tinggi untuk menjalin hubungan dengan orang-orang di

    sekitarnya.

    Menurut Jourard (dalam Myers, 2005) sebuah hubungan ditandai dengan

    adanya keterbukaan diri. Dengan membuka diri seseorang dapat mengembangkan

    rasa saling percaya kepada orang lain sehingga hubungan yang dijalani akan semakin

  • baik. Keterbukaan diri memiliki arti membuka diri kepada orang lain mengenai

    sesuatu yang menyangkut dirinya sendiri (Higgins, 1982). Menurut Taylor, Peplau,

    dan Sears (2009) keterbukaan diri dapat dikatakan sebagai mengungkapkan informasi

    atau perasaan terdalam kepada orang lain.

    Keterbukaan diri tidak hanya dapat dilakukan secara langsung dengan cara

    tatap muka. Perubahan yang semakin cepat dalam teknologi komunikasi-informasi,

    menyediakan suatu media yang memudahkan komunikasi antar manusia secara

    global (Rahardjo, 2006). Kemajuan teknologi kini menyediakan suatu media

    komunikasi yang memberikan fasilitas bagi seseorang khususnya remaja untuk dapat

    membuka diri dan menjalin komunikasi dengan orang lain secara online, yaitu

    melalui media internet.

    Joinson (2001) mengemukakan bahwa komunikasi dalam internet ditandai

    dengan adanya tingkat keterbukaan diri yang tinggi. Punnyanunt dan Carter (2006)

    menyebutkan salah satu ciri hubungan interpersonal yang terbentuk melalui

    komunikasi dalam dunia maya adalah keterbukaan diri. Hasil penelitian Punnyanunt

    dan Carter tampak pada fenomena saat ini seperti berjamurnya para pengguna blog.

    Banyak individu kini yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam dunia maya

    melalui tulisan-tulisan artikel di blog atau situs-situs jejaring sosial seperti facebook,

    frindster, twitter, dan lain-lain. Para pengguna blog dan situs jejaring sosial tersebut

    memaparkan informasi mengenai dirinya dengan intensitas yang cukup sering.

    Twitter merupakan situs jejaring sosial berupa micro-blogging, yang

    memfasilitasi pengguna untuk dapat memberikan update (pembaruan) informasi

    tentang diri pengguna, bisnis, dan lain sebagainya. Twitter dapat dijuluki SMS of the

    internet atau Pesan pendek dalam internet, sebagai program aplikasi internet

    untuk mengirim pesan pendek ke aplikasi-aplikasi lain. Pesan pendek tersebut disebut

    juga tweet atau kicauan. Tweet adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang

    ditampilkan pada halaman profil pengguna.

  • Masa-masa awal remaja merupakan masa yang sulit, karena remaja

    mengalami perkembangan fisik yang cepat sehingga menyebabkan kecanggungan

    dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. Hal ini sering menimbulkan perasaan

    rendah diri, sehingga remaja akan bersifat lebih tertutup dan sulit untuk membuka diri

    terhadap orang lain, Remaja cenderung akan berteman dengan teman sesama jenis

    daripada dengan yang berlawanan jenis. Seiring dengan berjalannya waktu, ketika

    memasuki masa remaja tengah dan akhir, remaja semakin mantap dalam menghadapi

    kesulitan-kesulitan yang dimilikinya. Emosi menjadi semakin stabil dan

    pengungkapan akan identitas diri semakin terbuka.

    Penelitian yang dilakukan oleh Papini, Farmer, Clark, Micka, dan Barnett

    (1990) pada remaja awal yang berumur 12 15 tahun, menemukan remaja awal

    dengan usia yang lebih muda, lebih memilih untuk membuka diri mengenai keadaan

    emosionalnya kepada orang tua sedangkan remaja awal dengan umur yang lebih tua

    memilih untuk membuka diri kepada teman dekat. Keterbukaan diri pada orang tua

    berkaitan erat dengan persepsi remaja terhadap keterbukaan komunikasi dalam

    keluarga, kelekatan keluarga, dan kepuasan terhadap hubungan keluarga.

    Keterbukaan kepada teman berkaitan erat dengan harga diri remaja di dalam

    kelompok kawan sebaya dan perkembangan identitas.

    Penelitian yang dilakukan Alwardt (1995) menemukan bahwa remaja pada

    usia sekolah menengah membuka diri dengan membicarakan topik-topik yang umum

    dan yang khusus, sedangkan remaja pada usia mahasiswa membuka diri dengan

    hanya membicarakan topik-topik yang khusus secara lebih mendetail. Selain itu,

    dengan bertambahnya usia maka, topik-topik yang dibicarakan dalam usaha untuk

    membuka diri kepada orang lain semakin bertambah. Selain itu, banyaknya waktu

    dalam mendiskusikan suatu topik bertambah sejalan dengan bertambahnya usia.

    Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui perbedaan

    perilaku keterbukaan diri remaja pengguna twitter berdasarkan pada tahap

    perkembangan remaja

  • METODE PENELITIAN

    Identifikasi Variabel Penelitian

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) tahapan

    perkembangan remaja (sebagai variabel bebas), dan (b) keterbukaan diri (sebagai

    variabel tergantung).

    Tahapan perkembangan remaja pada penelitian ini mengacu pada pembagian

    masa remaja, yang meliputi remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Variabel

    tahapan perkembangan remaja dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan

    pembagian masa remaja menurut Monks, Knoers, Haditono, dan Rahayu (1999),

    yaitu masa remaja awal adalah remaja yang berusia antara 12 sampai 15 tahun,

    remaja tengah adalah remaja yang berusia antara 15 sampai 18 tahun, dan remaja

    akhir adalah remaja yang berusia antara 18 sampai 21 tahun. Namun, pada penelitian

    ini sampel remaja tengah akan diambil dari usia 16 sampai 18 tahun, sedangkan

    remaja akhir diambil dari usia 19 sampai 21 tahun. Pengelompokan ini dilakukan

    untuk mengontrol pengaruh masa transisi yang mungkin dapat mempengaruhi

    kondisi-kondisi psikologis subjek penelitian.

    Keterbukaan diri dalam penelitian ini adalah perilaku verbal dimana

    seseorang mengungkapkan informasi pribadi mengenai diri sendiri kepada orang lain

    secara sukarela berupa pikiran, pengalaman, dan perasaan. Variabel keterbukaan diri

    dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala keterbukaan diri yang

    berisi factor-faktor yang ada dalam keterbukaan diri dari Magno, Cuason, dan

    Figueroa (2008) yaitu faktor beliefs (keyakinan), faktor relationships (hubungan) ,

    faktor personal matters (masalah pribadi), faktor interest (minat atau ketertarikan),

    faktor intimate feelings (perasaan intim). Semakin tinggi nilai skor, maka semakin

    tinggi keterbukaan diri, sebaliknya semakin rendah nilai skor, maka semakin rendah

    keterbukaan diri.

  • Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi dalam penelitian ini adalah remaja awal, remaja tengah, dan remaja

    akhir pengguna twitter yang tinggal di Jabodetabek. Sampel penelitian ini adalah

    siswa SMP, SMA, mahasiswa dan karyawan berjenis kelamin pria dan wanita yang

    tergolong remaja awal (usia 12-15 tahun), remaja tengah (usia 16-18 tahun), dan

    remaja akhir (usia 19-21 tahun) sebanyak 95 orang. Teknik pengambilan sampel yang

    digunakan adalah teknik purposive sampling.

    Teknik Pengumpulan Data

    Daftar isian data diri subjek terdiri dari usia, status, agama, dan sejumlah

    pertanyaan yang berhubungan dengan twitter. Usia digunakan untuk menentukan

    remaja berada pada tahapan perkembangan remaja awal, remaja tengah, atau remaja

    akhir.

    Skala keterbukaan diri digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

    keterbukaan diri remaja. Skala keterbukaan diri yang digunakan dalam penelitian ini

    merupakan adaptasi alat ukur Self Disclosure Scale (SDS) yang dikembangkan oleh

    Magno, Cuason, dan Figueroa (2008). Skala ini berisi faktor-faktor yang ada dalam

    keterbukaan diri, meliputi faktor beliefs (keyakinan), faktor relationships (hubungan),

    faktor personal matters (masalah pribadi), faktor interest (minat atau ketertarikan),

    faktor intimate feelings (perasaan intim).

    Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adanya

    perbedaan keterbukaan diri berdasarkan tahapan perkembangan remaja (remaja awal,

    remaja tengah, dan remaja akhir) adalah teknik one way anova dengan bantuan

    program IBM SPSS Statistic Ver. 20.

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Uji Hipotesis

    Dari hasil analisis one way anova, diketahui nilai signifikansi keterbukaan diri

    sebesar 0.647 (p > 0.05). Dengan demikian dari hasil tersebut terlihat tidak adanya

    perbedaan keterbukaan diri antara kelompok remaja awal, remaja tengah, dan remaja

    akhir. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

    yang berbunyi Terdapat perbedaan keterbukaan diri pada remaja awal, tengah, dan

    akhir pengguna twitter, ditolak.

    Uji Perbedaan tiap Faktor dalam Keterbukaan Diri

    Dari hasil analisis one way anova, diketahui nilai signifikansi tiap faktor

    dalam keterbukaan diri adalah sebagai berikut:

    Tabel 1

    Nilai Signifikansi tiap Faktor dalam Keterbukaan Diri

    No. Faktor Sig F

    1. Belief 0.079 2.615

    2. Relationships 0.318 1.162

    3. Personal Matters 0.077 2.640 4. Interest 0.993 0.007

    5. Intimate Feelings 0.495 0.709

    Dengan demikian dari hasil tersebut terlihat tidak adanya perbedaan pada

    masing-masing faktor dalam keterbukaan diri antara kelompok remaja awal, remaja

    tengah, dan remaja akhir.

    Kategorisasi Subjek Penelitian

    Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian dapat diuraikan mengenai

    kategorisasi subjek penelitian. Kategorisasi subjek yang digunakan dalam penelitian

    ini berdasarkan perbandingan rerata hipotetik dan rerata empiric. Hasil perbandingan

    rerata hipotetik dan rerata empirik pada variabel keterbukaan diri dalam ketiga

  • kelompok tahapan perkembangan remaja pengguna twitter dapat dilihat pada tabel 1

    berikut ini:

    Tabel 2

    Rerata Empirik dan Rerata Hipotetik Keterbukaan Diri

    Kelompok Remaja Rerata Empirik Rerata Hipotetik Standar Deviasi

    Hipotetik

    Remaja Awal 91.16 92.5 18.5

    Remaja Tengah 89.33 92.5 18.5

    Remaja Akhir 91.73 92.5 18.5

    Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa keterbukaan diri pengguna

    twitter baik remaja awal, remaja tengah, maupun remaja akhir termasuk dalam

    kategori sedang.

    Analisis Faktor dalam Keterbukaan Diri

    Dari hasil deskripsi data penelitian dapat diuraikan lagi mengenai kategorisasi

    subjek penelitian berdasarkan tiap faktor dalam keterbukaan diri. Kategorisasi per

    faktor yang digunakan sama dengan kategorisasi keterbukaan diri secara keseluruhan,

    yaitu berdasarkan perbandingan rerata hipotetik dan rerata empiric. Hasil

    perbandingan rerata hipotetik dan rerata empirik pada tiap faktor keterbukaan diri

    dalam ketiga kelompok tahapan perkembangan remaja pengguna twitter dapat dilihat

    pada tabel 1 berikut ini:

  • Tabel 3

    Rerata Empirik dan Rerata Hipotetik Faktor-faktor dalam Keterbukaan Diri

    No. Faktor Kelompok

    Remaja

    Rerata

    Empirik

    Rerata

    Hipotetik

    Standar

    Deviasi

    Hipotetik

    1 Belief Remaja Awal 9.47 10 2

    Remaja Tengah 9.73 10 2 Remaja Akhir 10.43 10 2 2 Relationships Remaja Awal 22.88 25 5

    Remaja Tengah 23.24 25 5

    Remaja Akhir 24.20 25 5

    3 Personal

    Matters

    Remaja Awal 15.13 15 3

    Remaja Tengah 13.82 15 3

    Remaja Akhir 14.30 15 3 4 Interest Remaja Awal 17.47 17.5 3.5

    Remaja Tengah 17.45 17.5 3.5

    Remaja Akhir 17.40 17.5 3.5

    5 Intimate Feelings

    Remaja Awal 26.22 25 5

    Remaja Tengah 25.09 25 5

    Remaja Akhir 25.40 25 5

    Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa tiap faktor keterbukaan diri

    yang diungkapkan pengguna twitter baik remaja awal, remaja tengah, maupun remaja

    akhir termasuk dalam kategori sedang.

    Interpretasi Terhadap Hasil

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan keterbukaan

    diri pada remaja pengguna twitter ditinjau berdasarkan tahapan perkembangan remaja

    yang meliputi remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Hasil analisis

    menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam keterbukaan diri pada

    remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter. Hal ini mungkin disebabkan karena

    twitter memang merupakan tempat berbagi informasi, sehingga setiap remaja baik itu

    remaja awal, tengah, maupun akhir yang menggunakan twitter akan cenderung untuk

    membagikan informasi mengenai dirinya, meskipun ketiga kelompok remaja ini

    memiliki karakteristik perkembangan yang cukup berbeda.

  • Keterbukaan diri subjek dalam ketiga kelompok, yaitu kelompok remaja awal,

    remaja tengah, dan remaja akhir pada penelitian ini berada pada tingkat sedang. Hal

    ini berarti pada usia remaja awal, tengah, dan akhir dalam penelitian ini memiliki

    kecenderungan untuk mengungkapkan informasi pribadi mengenai diri sendiri kepada

    orang lain berupa pikiran, pengalaman, dan perasaan di dalam twitter. Namun mereka

    dapat memilih dan menentukan informasi-informasi pribadi mana yang dapat

    diungkapkan dan mana yang tidak dapat diungkapkan di dalam twitter.

    Penulis juga mencoba untuk melihat apakah ada perbedaan antara masing-

    masing faktor dalam keterbukaan diri pada remaja awal, tengah, dan akhir pengguna

    twitter. Berdasarkan uji One Way Anova, ditemukan tidak terdapat perbedaan yang

    signifikan antara faktor-faktor yang terdapat dalam keterbukaan diri pada remaja awal,

    tengah, dan akhir pengguna twitter. Analisis lebih lanjut menemukan bahwa kelima

    faktor yang terdapat dalam keterbukaan diri, yaitu faktor belief (keyakinan), faktor

    relationships (hubungan), faktor personal matters (masalah pribadi), faktor interest

    (minat atau ketertarikan), dan faktor intimate feelings (perasaan yang intim) pada

    ketiga kelompok remaja pada penelitian ini berada pada tingkat sedang, yang artinya

    remaja awal, tengah, dan akhir mengungkapkan berbagai aspek pada diri mereka

    dengan cukup terbuka.

    Hal ini mungkin terjadi karena ada beberapa anggapan bahwa keterbukaan

    diri yang berlebihan kurang baik. Menyampaikan semua informasi pribadi, baik itu

    berupa pikiran maupun perasaan secara terang-terangan dianggap kurang pantas,

    apalagi kepada orang-orang yang belum dikenal secara langsung. Teman-teman

    (follower) di dalam twitter mungkin saja bukan merupakan teman akrab dari

    pengguna twitter, melainkan hanya sekedar kenalan yang bahkan belum pernah

    bertemu sebelumnya. Sehingga pengguna twitter merasa kurang nyaman untuk

    mengungkapkan informasi mengenai dirinya. Selain itu, di dalam twitter tidak hanya

    follower saja yang dapat melihat status (tweet) pengguna, namun semua orang yang

  • bahkan tidak memiliki twitter pun dapat melihatnya, kecuali jika twitter pengguna

    diproteksi.

    Faktor-faktor dalam keterbukaan pada penelitian ini memang berada pada

    kategori sedang. Namun, jika dilihat dengan lebih teliti berdasarkan posisi dan rerata

    empirik dari masing-masing faktor, ada faktor yang berada pada kategori sedang yang

    cenderung menuju kategori tinggi, dan ada yang cenderung menuju kategori rendah.

    Faktor belief pada remaja awal dan remaja tengah berada pada tingkat sedang

    menuju pada kategori rendah, sedangkan pada remaja akhir berada pada tingkat

    sedang yang menuju pada kategori tinggi. Hal ini mungkin terjadi mengingat remaja

    akhir sudah mulai memiliki pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu

    mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya, termasuk yang

    berhubungan dengan keyakinan, prinsip, serta kepercayaan, sehingga remaja akhir

    lebih mudah untuk berbagi mengenai hal-hal tersebut.

    Faktor relationships pada remaja awal, tengah, dan akhir sama-sama berada

    pada kategori sedang yang menuju ke arah rendah, demikian pula dengan faktor

    interest.

    Fakktor personal matter pada remaja awal berada pada kategori sedang

    menuju ke arah tinggi, sedangkan pada remaja tengah dan akhir faktor personal

    matter berada pada tingkat sedang mengarah pada kategori sedang. Remaja awal

    merasa cemas terhadap dirinya sendiri karena merasa kurang mendapat perhatian dari

    orang lain atau bahkan merasa tidak ada orang yang mempedulikanya sehingga

    mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar. Remaja pada usia ini

    merasa memiliki banyak masalah yang cukup sulit berkaitan dengan perubahan

    dirinya secara jasmani sehingga mungkin inilah yang menyebabkan remaja awal lebih

    terbuka mengenai masalah pribadi mereka.

    Faktor intimate feelings pada remaja awal, remaja tengah, dan akhir,

    ketiganya berada pada tingkat sedang yang menuju ke arah kategori tinggi. Dalam hal

    ini, ketiga kelompok remaja lebih cenderung memilih membuka diri mereka

  • berkenaan dengan perasaan-perasaan yang sedang mereka rasakan, seperti perasaan

    senang maupun perasaan sedih.

    Dengan membuka diri, remaja dapat meningkatkan kedekatan dan keintiman

    dalam hubungan (Derlega, dkk, dalam Rotternberg, 1995). Namun, keterbukaan diri

    yang berlebihan dapat menimbulkan dampak yang kurang baik. Pada Februari 2010,

    ada dua orang pelajar Indonesia, Rana dan Marsha, yang menjadi bintang secara

    mendadak di twitter, nama mereka sempat masuk ke dalam deretan trending topics

    dunia. Rana, siswi SMP di Jakarta, menulis komentar berisi hinaan kepada para

    pengguna BlackBerry. Rana menyebut pengguna gadget yang sedang naik daun ini

    sebagai alay alias anak layangan (sebutan untuk orang yang dianggap kampungan).

    Sedangkan Marsha, siswi SMA swasta di Jakarta, sempat menghina dan

    menjelekkan-jelekkan sekolah negeri dan sekolah internasional. Kedua remaja

    tersebut mendapat balasan berupa hujatan bertubi-tubi dari pengguna twitter lainnya

    (tekno.kompas.com).

    Twitter memang merupakan salah satu jenis CMC yang memfasilitasi remaja

    untuk dapat berhubungan dengan orang lain, baik teman maupun kenalan yang berada

    di dalam maupun luar negeri. Hal ini didukung oleh deskripsi subjek dalam penelitian

    ini, yaitu sebanyak 51 dari total 95 subjek atau sebesar 53.68% mengatakan alasan

    membuat akun twitter adalah untuk memperluas jaringan pertemanan. Dengan

    keterbukaan diri yang sewajarnya, memilih informasi apa saja yang dapat dibagikan,

    dan informasi apa saja yang tidak seharusnya dibagikan di dalam twitter, remaja

    dapat menjalin hubungan pertemanan yang baik tanpa harus mengalami dampak

    negatif seperti yang telah dialami kedua remaja di atas.

    Namun, tidak dapat dipungkiri fungsi twitter bukan hanya untuk mencari

    teman, melainkan juga dapat digunakan untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan

    public figure, mempopulerkan web atau blog yang dimiliki, media advertise, mencari

    dukungan politik, mendapatkan informasi secara realtime, serta dapat digunakan

    untuk mencari uang (Juju dan MataMaya, 2009). Mengingat fungsi twitter tersebut,

  • mungkin saja remaja menggunakan twitter untuk salah satu hal di atas, misalnya

    untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan public figure yang ia sukai atau untuk

    mendapatkan informasi secara realtime, contohnya saja informasi mengenai beasiswa,

    sehingga aktivitas yang dilakukan remaja dalam twitter bukan untuk membagikan

    informasi pribadinya namun sebaliknya untuk mendapatkan informasi tertentu.

    Terkadang juga, pengguna saling berteman di dalam twitter karena memiliki

    hobi atau ketertarikan yang sama akan sesuatu hal, misalnya saja menyukai artis

    tertentu. Sehingga interaksi yang mereka lakukan dalam twitter hanya sebatas

    membagikan informasi mengenai artis tersebut dan bukan mengenai informasi

    pribadi masing-masing. Meskipun demikian, remaja tetap dapat menjalin komunikasi

    yang baik dan berkenalan dengan pengguna twitter lain.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Hasil analisis menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

    pada keterbukaan diri antara remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir pengguna

    twitter. Keterbukaan diri subjek dalam ketiga kelompok, yaitu kelompok remaja awal,

    remaja tengah, dan remaja akhir pada penelitian ini berada pada tingkat sedang.

    Analisis lebih lanjut menunjukkan, kelima faktor yang terdapat dalam

    keterbukaan diri, yaitu faktor belief (keyakinan), faktor relationships (hubungan),

    faktor personal matters (masalah pribadi), faktor interest (minat atau ketertarikan),

    dan faktor intimate feelings (perasaan yang intim) pada ketiga kelompok remaja pada

    penelitian ini berada pada tingkat sedang.

  • Saran

    Bagi Remaja

    Bagi remaja disarankan agar dapat memanfaatkan twitter sebagai sarana

    komunikasi dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja pengguna

    twitter memiliki keterbukaan yang cukup baik dalam twitter. Dengan adanya

    keterbukaan diri dalam batas yang sewajarnya remaja dapat memperluas jaringan

    pertemanan sehingga memungkinkan remaja untuk mendapatkan banyak

    pengetahuan dari teman dan kenalan dalam twitter, tanpa harus mendapat anggapan

    atau dampak negatif dari pengguna twitter lainnya.

    Bagi Peneliti Selanjutnya

    Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti perbedaan keterbukaan

    diri remaja awal, tengah, dan akhir yang tidak menggunakan twitter. Selain itu,

    peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan analisis mendalam untuk

    menjaring faktor-faktor apa saja yang mungkin dapat mempengaruhi perbedaan

    keterbukaan diri dalam komunikasi online, khususnya twitter.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alwardt, N. C. (1995). Can we talk? gender and age differences in self-disclosure

    among close friends. Thesis. Illinois: Eastern Illinois University Charleston.

    Derlega, V. J. (1993). Self disclosure. London: SAGE Publication.

    Higgins, J. M. (1982). Human relations concepts and skill. United States: Random

    House.

    http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/02/18/09054237/Fenomena.Indones

    ia.di.Belantara.Trending.Topics.Twitter

    Hurlock, E. B. (1990). Psikologi perkembangan:suatu pendekatan sepanjang rentang

    kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

  • Joinson, A. N. (2001). Self-disclosure in computer mediated communication: the role

    of self-awarenerss and visual anonymity. European Journal of Social

    Psychology. United Kingdom: The Open University.

    Juju, D., Studio, M. (2009). Twitter: tunggu apa lagifollow me! Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Magno, C., Cuason, S., Figueroa, C. (2008). The development of the self-disclosure

    scale. Manila: De La Salle University.

    Monks, F. J., Knoers, A.M.P., Haditono, Rahayu, S. (1999). Psikologi perkembangan

    pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University

    Press.

    Myers, D. G. (2005). Social psychology. New York: Mc.Graw Hill.

    Papini, D.R., Farmer, F.F., Clark, S.M., Micka, J.C., Barnett, J.K. (1990). Early

    adolescent age and gender differences in pattern of emotional self disclosures

    to parents and friends. Journal of developmental psychology. Macomb:

    Department of Psychology, Western Illinois University

    Punyanunt. N.M, Carter. (2006). An analysis of college students self disclosure behaviors on the internet. USA: Texas Tech University.

    Rahardjo, W., Hutahean, E.S.H., & Mufattahah, S. (2006). Kontribusi kebutuhan

    afiliasi dan privasi terhadap self-disclosure pada pengguna internet relay

    chat (irc). Jurnal Psikologi Sosial. Depok: Fakultas Psikologi Universitas

    Gunadarma.

    Taylor, S. E, Peplau, L. A, Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial (edisi ke-12). Jakarta:

    Prenada Media Group.

    Zulkarnain, I. (2010). Fenomena indonesia di belantara trending topics twitter.

    November 1, 2012.