Jurnal Selat 3 Irman

12
JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1 A. Pendahuluan Laut merupakan wilayah yang sangat penting bagi keutuhan dan pemersatu bagi sebuah negara karena laut merupakan sarana bagi kesatuan bangsa, sarana pertahanan dan keamanan, sebagai sarana diplomasi, serta yang paling utamanya adalah sebagai sarana kemakmuran dan kesejahteraan negara dan masya- rakat karena melimpahnya potensi-potensi sumber daya laut tersebut. Indonesia merupakan sebuah negara maritim yang memiliki beribu-ribu pulau, sebagian besar negara Indonesia ini terdiri dari perairan dan sisanya adalah daratan. Total luas kawasan Negara Republik Indonesia mencapai 7,7 juta km 2 . Dari luas wilayah itu sekitar 3,2 juta km 2 merupakan luas perairan yang terdiri dari 2,8 juta km 2 perairan pedalaman dan 0,3 juta km 2 berupa laut teritorial. Itu belum termasuk 2,7 juta km 2 kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone). 3 Indonesia adalah sebuah negara yang diperhitung- kan oleh negara-negara dunia. Hal ini disebabkan karena laut Indonesia menyimpan potensi kekayaan yang sangat besar selain dari sumber daya alamnya yang juga begitu besar. Semakin disadari laut merupakan wilayah potensial dalam menunjang hidup dan kehidupan bangsa maupun masyarakat dunia. PERLINDUNGAN HUKUM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE) TERHADAP EKSISTENSI INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM Oleh : Aditya Taufan Nugraha 1 dan Irman 2 Abstract Indonesia’s sea territory in the Exclusive Economic Zone is an area of the sea that has enormous potential wealth for the prosperity and welfare of the people and the country. Potential of Indonesia’s marine wealth that is certainly interesting ZEEI actors are not obliged to take up the richness demanded the government to implement and do protection and law enforcement to keep the existence of Indonesia as a maritime nation in the world. Keywords: ZEE, Maritime Country Sehingga tidak menutup terjadi berbagai konflik atau permasalahan dan pelanggaran atas wilayah tersebut. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah suatu daerah di luar laut teritorial yang lebarnya tidak boleh melebihi 200 mil diukur dari garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar laut teritorial. Berlakunya konsep Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) merupakan pranata hukum laut internasional yang masih baru. Di dalam Kon- ferensi Hukum Laut yang diprakarasai oleh PBB yang diselenggarakan mulai Tahun 1973 sampai dengan 1982 Zona Eksklusif ini dibahas secara mendalam dan intensif sebagai salah satu agenda acara konferensi dan disepakati serta dituangkan di dalam Bab V Pasal 55-75 Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Pada wilayah laut Indonesia yang berada dalam Zona Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah laut yang mempunyai potensi kekayaan yang terbesar bagi Indonesia. berdasarkan hal tersebut, pentingnya potensi-pontensi sumber kekayaan di laut pemerintah telah mengeluarkan berbagai jenis produk hukum dalam mengatur, melindungi serta melakukan penegakan hukum di wilayah perairan indonesia khususnya di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 tentang ZEEI serta 1 Advokat berkantor di Pekanbaru. 2 Dosen Luar Biasa Program Studi Ilmu Hukum UMRAH 3 Majalah Demersial (Dari Laut Untuk Pembangunan), Edisi April 2006, Pusat Data Informasi Departemen Kelautan dan Perikanan, Sebagaiman dikutip oleh M.John, dkk., Perlindungan Terhadap Tuna Sirip Biru Selatan (Southern Bluefin Tuna) Dari Illegal Fishing Dalam ZEEI di Samudera Hindia, Jurnal Mahkamah Vol. 19 No. 1, April 2007, hlm. 70. 156

description

jurnal-ku

Transcript of Jurnal Selat 3 Irman

Page 1: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

A. PendahuluanLaut merupakan wilayah yang sangat penting bagi

keutuhan dan pemersatu bagi sebuah negara karenalaut merupakan sarana bagi kesatuan bangsa, saranapertahanan dan keamanan, sebagai sarana diplomasi,serta yang paling utamanya adalah sebagai saranakemakmuran dan kesejahteraan negara dan masya-rakat karena melimpahnya potensi-potensi sumberdaya laut tersebut. Indonesia merupakan sebuahnegara maritim yang memiliki beribu-ribu pulau,sebagian besar negara Indonesia ini terdiri dariperairan dan sisanya adalah daratan. Total luaskawasan Negara Republik Indonesia mencapai 7,7juta km2. Dari luas wilayah itu sekitar 3,2 juta km2

merupakan luas perairan yang terdiri dari 2,8 juta km2

perairan pedalaman dan 0,3 juta km2 berupa lautteritorial. Itu belum termasuk 2,7 juta km2 kawasan ZonaEkonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone).3

Indonesia adalah sebuah negara yang diperhitung-kan oleh negara-negara dunia. Hal ini disebabkankarena laut Indonesia menyimpan potensi kekayaanyang sangat besar selain dari sumber daya alamnyayang juga begitu besar. Semakin disadari lautmerupakan wilayah potensial dalam menunjang hidupdan kehidupan bangsa maupun masyarakat dunia.

PERLINDUNGAN HUKUM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE) TERHADAPEKSISTENSI INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM

Oleh :

Aditya Taufan Nugraha1 dan Irman2

Abstract

Indonesia’s sea territory in the Exclusive Economic Zone is an area of the sea that hasenormous potential wealth for the prosperity and welfare of the people and the country.Potential of Indonesia’s marine wealth that is certainly interesting ZEEI actors are not obligedto take up the richness demanded the government to implement and do protection and lawenforcement to keep the existence of Indonesia as a maritime nation in the world.

Keywords: ZEE, Maritime Country

Sehingga tidak menutup terjadi berbagai konflik ataupermasalahan dan pelanggaran atas wilayah tersebut.

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah suatu daerahdi luar laut teritorial yang lebarnya tidak boleh melebihi200 mil diukur dari garis pangkal yang digunakan untukmengukur lebar laut teritorial. Berlakunya konsep ZonaEkonomi Eksklusif (ZEE) merupakan pranata hukumlaut internasional yang masih baru. Di dalam Kon-ferensi Hukum Laut yang diprakarasai oleh PBB yangdiselenggarakan mulai Tahun 1973 sampai dengan1982 Zona Eksklusif ini dibahas secara mendalam danintensif sebagai salah satu agenda acara konferensidan disepakati serta dituangkan di dalam Bab V Pasal55-75 Konvensi Hukum Laut Internasional 1982.

Pada wilayah laut Indonesia yang berada dalamZona Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah laut yangmempunyai potensi kekayaan yang terbesar bagiIndonesia. berdasarkan hal tersebut, pentingnyapotensi-pontensi sumber kekayaan di laut pemerintahtelah mengeluarkan berbagai jenis produk hukumdalam mengatur, melindungi serta melakukanpenegakan hukum di wilayah perairan indonesiakhususnya di wilayah Zona Ekonomi EksklusifIndonesia (ZEEI). Pemerintah telah mengeluarkanUndang-Undang No. 5 Tahun 1983 tentang ZEEI serta

1 Advokat berkantor di Pekanbaru.2 Dosen Luar Biasa Program Studi Ilmu Hukum UMRAH3 Majalah Demersial (Dari Laut Untuk Pembangunan), Edisi April 2006, Pusat Data Informasi Departemen Kelautan dan Perikanan, Sebagaiman

dikutip oleh M.John, dkk., Perlindungan Terhadap Tuna Sirip Biru Selatan (Southern Bluefin Tuna) Dari Illegal Fishing Dalam ZEEI di SamuderaHindia, Jurnal Mahkamah Vol. 19 No. 1, April 2007, hlm. 70.

156

Page 2: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

produk-produk hukum terkait untuk melindungi wilayahZEEI.

Wilayah laut Indonesia memiliki nilai strategis dalamsegala bidang politk, hukum, ekonomi, sosial budayaserta pertahanan dan keamanan. Oleh karena itumenciptakan wilayah laut yang aman, lestari, menjagaserta memanfaatkan segala potensi besar yang dimilikioleh laut Indonesia merupakan hal terpenting danmutlak harus dilakukan oleh pemerintah Indonesiauntuk sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemak-muran rakyat. Potensi-potensi kekayaan laut Indonesiayang ada di ZEEI sudah pasti menarik pelaku-pelakutidak bertanggungjawab untuk mengambil kekayaantersebut. Hal ini dapat dirasakan adanya kasus-kasuspenyimpangan di wilayah perairan Indonesia yangsering terjadi, salah satunya adalah meningkatnyakapal penangkap ikan asing juga lokal yang tidakmemiliki izin yang masuk ke wilayah perairan ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) . Hal ini tentusangat merugikan Negara Indonesia juga merugikanrakyat. Berdasarkan hal tersebut menuntut pemerintahuntuk melaksanakan dan melakukan perlindunganserta penegakan hukum untuk menjaga eksistensiIndonesia sebagai negara maritim di mata dunia.

B. Masalah PokokBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan

diatas, maka perumusan masalah dalam penulisanini adalah1. Bagaimana Perlindungan Hukum Zona Ekonomi

Ekslusif Terhadap Eksistensi Indonesia SebagaiNegara Maritim ?

2. Bagaimana Penegakan Hukum Terhadap Pelang-garan Di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan1. Tujuan Pembahasan

Adapun yang menjadi tujuan yang diharapkandari pembahasan yang penulis lakukan iniadalah sebagai berikut :a. Untuk mengetahui Perlindungan Hukum

Zona Ekonomi Ekslusif Terhadap EksistensiIndonesia Sebagai Negara Maritim

b. Untuk mengetahui Penegakan HukumTerhadap Pelanggaran Di Zona EkonomiEkslusif Indonesia

2. Kegunaan PembahasanAdapun yang menjadi kegunaan dari penulisanini adalah sebagai berikut :

1. Penulisan ini diharapkan dapat memberikansumbangan bagi perkembangan ilmupengetahuan hukum khususnya terhadapbidang ilmu hukum laut.

2. Penulisan ini diharapkan berguna untukmenambah dan memperluas pengetahuantentang hukum laut nasional khususnyaterhadap Perlindungan Hukum Zona Eko-nomi Ekslusif Terhadap Eksistensi IndonesiaSebagai Negara Maritim dan PenegakanHukum Terhadap Pelanggaran Di ZonaEkonomi Ekslusif Indonesia

3. Penulisan ini diharapkan berguna mengem-bangkan pemikiran pentingnya pengeta-huan terhadap hukum laut secara nasionaldan Internasional khususnya terhadapPerlindungan Hukum Zona Ekonomi Ekslu-sif Terhadap Eksistensi Indonesia SebagaiNegara Maritim dan Penegakan HukumTerhadap Pelanggaran Di Zona EkonomiEkslusif Indonesia

D. Metode Penelitian1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

Jika dilihat dari penelitian ini, jenis penelitian inimenggunakan metode studi hukum normatif.Maksudnya dalam penulisan ini mengkaji prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum yang berkaitandengan hukum laut khususnya terhadap ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia.Jika dilihat dari sudut sifatnya, maka penelitian initergolong kepada penelitian yang bersifat preskriptifyang berarti memberikan gambaran atau meru-muskan masalah sesuai dengan keadaan dan faktayang ada.

2. Obyek PenelitianObyek penulisan ini adalah perlindungan hukumZona Ekonomi eksklusif (ZEE) terhadap eksistensiIndonesia sebagai negara maritim.1. Sumber Data

Karena penelitian ini adalah jenis studi hukumnormatif, maka penulis mempergunakansumber data sekunder yang dikelompokkanmenjadi:a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang dimaksud yaitubahan-bahan hukum yang mengikat.4 danmerupakan bahan yang menjadi sumberutama dalam penulisan ini yaitu peraturan

4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, hlm. 52.

157

Page 3: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

perundang-undangan yang berkaitandengan Zona Ekonomi Ekslusif.

b. Bahan Hukum SekunderBahan hukum sekunder merupakan bahanyang memberikan penjelasan mengenaihukum primer dalam bentuk buku-buku danjurnal.

c. Bahan Hukum TertierBahan hukum tertier yakni bahan yangmemberikan petunjuk maupun penjelasanterhadap bahan hukum primer dan sekunderberupa artikel-artikel dari internet dalammembantu penulisan ini.

3. AnalisisDalam penulisan ini, penulis menggunakan analisis

pembahasan secara preskriptif yaitu analisis denganmemberikan gambaran atau merumuskan masalahsesuai dengan keadaan dan fakta yang ada. Di dalampenulisan ini langkah pertama yang penulis lakukanadalah mengumpulkan fakta-fakta yang ada, selan-jutnya penulis membahas untuk membandingkandengan buku-buku serta perundang-undangan tentanghal yang bersangkutan.4. Metode Penarikan Kesimpulan

Terhadap penelitian ini, penulis. Penulis menarikkesimpulan dengan cara deduktif yaitu melakukankesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepadahal-hal yang bersifat khusus.

E. Kerangka TeoriBerbagai konferensi tingkat internasional telah

diselenggarakan dengan melibatkan berbagai negarauntuk membahas dan membatasi pengelolaan sumberdaya laut, dengan tujuan kepentingan sekarang dapatterjangkau dan tidak mengurangi kepentingan masamendatang. Upaya yang dilakukan oleh berbagainegara yang berkawasan laut dilakukan untuk menjagawilayahnya dari berbagai ancaman, baik yang berasaldari dalam maupun dari luar, baik berupa bentuk-bentukpencurian maupun pelanggaran peraturan-peraturanlainnya yang berkaitan dengan masalah kelautan. Halini mengingat bahwa pengawasan wilayah laut relatiflebih sulit dibandingkan dengan wilayah lainnya.Penentuan batas wilayah yang meliputi kelautan didalam pembuatannya selalu memperhatikan bentukkonsekuensi dan pertimbangan lain sehingga kepen-tingannya sama-sama berjalan. Dalam pertim-bangannya secara umum dapat memperhatikan :5

1. Keadaan geografi.2. Strategi (keuntungan dan kerugian dalam perta-

hanan dan keamanan).3. kesamarataan (tingkatan).

Bagi negara-negara yang wilayahnya berbatasandengan wilayah negara lain batasnya tidakditentukan secara sepihak, melainkan mem-perhatikan:1. Historisnya, dan2. Perjanjian yang dilakukan

Upaya yang dilakukan untuk membentuk danmelahirkan ketentuan yang dapat diterapkan secarainternasional terus dilakukan dengan melihat gam-baran keadaan praktek penentuan batas wilayah lautdari masing-masing negara pantai adalah :6

1. Pada tahun 1936 telah diadakan KonferensiKodifikasi di Den Haag.

2. Pada tahun 1939, dikeluarkan Ordonansi yangmengatur batas lebar laut teritorial sejauh 3 mil laut.

3. Pada tahun 1958, diadakan Konferensi Hukum Lautdi Jenewa belum mampu menghasilkan kesepa-katan internasional dalam jarak 3 mil laut.

4. Pada tahun 1960, diadakan konferensi di Jenewa(Hukum Laut II) belum menghasilkan kesepakatan.

5. Pada tahun 1974, diadakan Konferensi Hukum Lautdi Caracas Venezuela yang menentukan jarakwilayah laut teritorial sejauh 12 mil.

6. pada tahun 1982, diadakan Konferensi Hukum LautIII dan diperoleh kesepakatan bersama dalam jaraksejauh 12 mil laut.Berdasarkan pada negara Indonesia yang meliputi

wilayah udara, daratan dan lautan yang memilikiperanan penting dalam mewujudkan dan memberikankesejahteraan bagi rakyat. Dalam konteks ini, wilayahlaut Indonesia merupakan wilayah yang memilikiperanan besar bagi negara dan juga merupakanancaman terbesar bagi keutuhan negara itu sendiri,karena jika ditinjau Indonesia merupakan negarakepulauan dengan posisi silangnya yang sangatstrategis. Terletak di antara dua benua dan duasamudra. Posisi silang yang strategis menyebabkanIndonesia mempunyai peranan penting dalam lalulintas laut, tetapi posisi silang seperti ini di sampingmenguntungkan juga membahayakan bagi negara,baik dalam bidang sosial ekonomi, kebudayaan,maupun pertahanan dan keamanan.

Indonesia telah membuat peraturan yang jelas dan

5 P. Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 3.6 Ibid

158

Page 4: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

tegas mengenai batas wilayah perairan laut negaraRepublik Indonesia, agar bahaya-bahaya yangmungkin timbul dapat dicegah. Indonesia menganutpersetujuan Hukum Laut Internasional yang telahdisepakati pada tahun 1982. Berdasarkan kesepakatantersebut wilayah perairan Indonesia meliputi batas lautteritorial, batas landas kontinen, dan batas ZonaEkonomi Eksklusif.

Batas laut teritorial tidak melebihi 12 mil laut diukurdari garis pangkal normal. Untuk negara-negarakepulauan yang mempunyai karang-karang disekitarnya, garis pangkalnya adalah garis pasang surutdari sisi karang ke arah laut.7

Batas Landas kontinen suatu negara meliputi dasarlaut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawahpermukaan laut yang terletak di luar laut teritorialnyasepanjang kelanjutan alamiah di wilayah daratannyahingga pinggiran luar tepian kontinen, atau hinggajarak 200 mil laut dari garis pangkal di mana lebar lautteritorial diukur dalam hal pinggiran laut tepi kontinentidak mencapai jarak tersebut.8

Sedangkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) merupa-kan wilayah laut yang dimiliki oleh negara pantai danpengaturannya secara internasional diatur dalamKonvensi Hukum Laut PBB (United Nations Conventionon the Law of The Sea) tahun 1982 dimana secara khususZEE diatur dalam Bab V Pasal 55 sampai Pasal 75Konvensi atau disebut dengan UNCLOS III Tahun 1982.

Zona Ekonomi Eksklusif diartikan sebagai suatudaerah di luar teritorial yang lebarnya tidak bolehmelebihi 200 mil diukur dari gatis pangkal yangdigunakan untuk mengukur lebar laut teritorial.9

Zona Ekonomi Eklusif Indonesia adalah jalur di luardan berbatasan dengan laut wilayah indonesiasebagaimana ditetapkna berdasarkan undang-undangyang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputidasar laut, tanah dibawahnya dan air diatasnya denganbatas terluar 200 mil laut diukur dari garis pangkal lautwilayah Indonesia.10

Melihat dari sejarah, negara Indonesia yang cukupdikenal wilayahnya merupakan kumpulan dari pulau-pulau besar dan kecil, dalam praktek ketatane-garaannya telah memperlakukan ketentuan selebar 12mil laut. Dimana tanggal 13 Oktober 1957 PemerintahRI mengeluarkan pernyataaan yang dikenal dengan“Deklarasi Djuanda” “

“Bahwa segala perairan di sekitar, di antara danyang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratanNegara Republik Indonesia dengan tidak memandangluas atau lebarnya adalah bagian yang wajar daripadawilayah daratan Negara Republik Indonesia dandemikian merupakan bagian daripada perairannasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak darinegara Republik Indonesia.”

Dikeluarkannya deklarasi ini dimaksudkan untukmenyatukan wilayah daratan yang terpecah-pecahsehingga deklarasi akan menutup adanya lautan bebasyang berada di antara pulau-pulau wilayah daratan.Pertimbangan lain yang mendorong PemerintahIndonesia mengeluarkan pernyataan mengenaiwilayah perairan indonesia adalah :1. Bahwa bentuk geografi Republik Indonesia sebagai

negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulaumempunyai sifat dan corak tersendiri yangmemerlukan pengaturan tersendiri.

2. Bahwa penetapan batas-batas laut teritorial yangdiwarisi dari pemerintah kolonial sebagaimanatermaktub dalam “territoriale Zee en MaritimeKringen Ordonantie 1939” Pasal 1 ayat (1) tidaksesuai lagi dengan kepentingan keselamatan dankeamanan NKRI.

3. Bahwa setiap negara yang berdaulat berhak danberkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakanyang dipandang perlu untuk melindungi kebutuhandan keselamatan negara.Deklarasi Djuanda merupakan kemajuan besar

karena Indonesia mempertegas konsep negarakepulauan (Archipelago State). Indonesia sebagainegara Archipelago memiliki arti kedalam dan artikeluar. Berdasarkan arti ke dalam Indonesia adalahnusantara lebih menampakkan sifat dan ciri sebagaikesatuan wilayah dengan pulau-pulau dan gugusanpulau-pulau di dalamnya, yang merupakan satukesatuan utuh dengan segenap unsur-unsurnya yangmanunggal. Sedangkan dalam arti keluar adalahNusantara (Indonesia) yang letak geografisnya beradadiantara dua benua dan dua samudra, sehingga beradadi persimpangan jalan penghubung, memiliki sifat danciri sebagai posisi silang dengan segala konse-kuensinya sendiri, sehingga merupakan kepriba-diannya.11

7 T. May Rudy, Hukum Internasional 2, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm. 18.8 Ibid, hlm. 199 Heru Prijanto, Hukum Laut Internasional, Bayumedia, Malang, 2007, hlm. 11.10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Pasal 2.11 C.S.T. Kansil & Christine S.T. Kansil, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2005, hlm. 123-125.

159

Page 5: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

Pasal 33 UUD 1945 merupakan landasan utamadalam pengelolaan kekayaan alam di bumi indonesia,sehingga dalam pengelolaan sumebr daya yangberkaitan dengan pemenuhan kebutuhan proteindimanfaaatkan untuk kepentingan bersama rakyatnyaIndonesia. sebagai pedoman dalam pengelolaansumber daya alam dengan pendekatan ekologi telahditetapkan dalam GBHN sebagai berikut :12

1. Sumber daya alam harus digunakan secararasional.

2. Penggunaannya harus diusahakan dengan tidakmerusak lingkungan hidup.

3. Dilaksanakan dengan kebijaksanaanya yangmenyeluruh.

4. Memperhatikan generasi yang akan datang.

Sumber daya alam (laut) yang dapat dimanfaatkanuntuk kepentingan rakyat banyak, pengelompokannyadapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu hayati dan nonhayati. Sumber daya alam hayati adalah semua jenisbinatang dan tumbuhan termasuk bagian-bagiannyayang terdapat di dasar laut dan ruang air Zona EkonomiEksklusif Indonesia.13 sedangkan sumber daya alamNon Hayati adalah Sumber daya alam non hayatiadalah unsur alam bukan sumber daya alam hayatiyang terdapat di dasar laut dan tanah di bawahnya sertaruang air Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.14

F. Pembahasan1. Perlindungan Hukum Zona Ekonomi Ekslusif

Terhadap Eksistensi Indonesia Sebagai Ne-gara Maritim.Indonesia adalah negara kepulauan dengan 80 %

wilayah laut dan 20 % wilayah darat dan posisi geografiIndonesia berada pada lalu lintas perdagangan dunia.Pemahaman Negara Maritim, diawali denganDeklarasi Djoeanda pada tanggal 13 Desember 1957,yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya konsepWawasan Nusantara, UU No 4 Tahun 1960 tentangPerairan dan UNCLOS 1982. Pada tanggal 18Desember 1996 di Makassar juga dicanangkanDeklarasi Negara Maritim Indonesia, dengan tindaklanjut Konsep Pembangunan Negara MaritimIndonesia, Dewan Kelautan Nasional. Substansinya

adalah menyebut Negara Kesatuan RI beserta perairannusantara, laut wilayah, zona tambahan, ZEE, danlandas kontinennya sebagai Negara Maritim Indonesia.

Pengembangan negara maritim Indonesia berlan-daskan kepada Pancasila dan UUD 1945 karenadalam prikehidupan kebangsaan Indonesia Pancasilapada hakekatnya disusun secara serasi dan seimbanguntuk mewadahi seluruh aspirasi bangsa Indonesia.Landasan konsepsionalnya adalah wawasan nusan-tara dan ketahanan nasonal. Dengan wawasannusantara bangsa Indonesia memandang wilayahnusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi,sosial budaya dan keamanan. Pada hakekatnya negaramaritim Indonesia merupakan pengembangan darikonsepsi ketahahan nasional, maka konsepsi negaramaritim Indonesia perlu dijadikan pedoman danrangsangan serta dorongan bagi bangsa kita dan upayapemanfaatan dan pendayagunaan secara terpadu,terintegrasi dan berkelanjutan.15

Indonesia adalah negara kepulauan yang terben-tang dari sabang hingga merauke. Batas wilayah lautIndonesia pada awal kemerdekaan hanya selebar 3mil laut dari garis pantai (Coastal baseline) setiappulau, yaitu perairan yang mengelilingi KepulauanIndonesia bekas wilayah Hindia Belanda (TerritorialeZee en Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 dalamSoewito et al 2000). Namun ketetapan batas tersebut,yang merupakan warisan kolonial Belanda, tidak sesuailagi untuk memenuhi kepentingan keselamatan dankeamanan Negara Republik Indonesia. Atas pertim-bangan tersebut, maka lahirlah konsep Nusantara(Archipelago) yang dituangkan dalam DeklarasiJuanda pada tanggal 13 Desember 1957.

Deklarasi Djuanda dikukuhkan pada tanggal 18Februari 1960 dalam Undang-Undang No. 4/PrpTahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Ketetapanwilayah Republik Indonesia yang semula sekitar 2 jutakm2 (daratan) berkembang menjadi sekitar 5,1 jutakm2 (meliputi daratan dan lautan). Dalam hal ini, adapenambahan luas sebesar sekitar 3,1 juta km2, denganlaut teritorial sekitar 0,3 juta km2 dan perairan lautnusantara sekitar 2,8 juta km2. konsep Nusantaradituangkan dalam Wawasan Nusantara sebagai dasarpokok pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negaramelalui ketetapan MPRS No. IV tahun 1973.16

12 P. Joko Subagyo, Op.Cit, hlm. 4.13 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Pasal 1 Huruf a.14 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Pasal 1 Huruf b.15 Pusjianmar, Konsep Negara Maritim dan Ketahanan Nasional, diakses pada hari Senin Pada tan ggal 6 Oktober 2014 Pukul 12.20 Wib.16 http://wulanhandika09.blogspot.com/2013/03/pik-hukum-dan-lembaga-laut-unsri-2013.html diaksespada hari selasa tanggal 9 september 2014

pukul 15.43 wib

160

Page 6: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

Apabila diambil intisari dalam Undang-UndangNo. 4/Prp Tahun 1960, maka asas-asas pokok dariKonsep Nusantara sebagaimana diundangkan dalamUndang-Undang No. 4 Tahun 1960 tentang PerairanIndonesia adalah sebagai berikut :17

1. Untuk kesatuan bangsa, integritas wilayah, dankesatuan ekonominya ditarik garis-garis pangkallurus yang menghubungkan titik-titik terluar daripulau terluar.

2. Negara berdaulat atas segala perairan yang terletakdalam garis pangkal lurus ini termasuk dasar lautdan tanah dibawahnya maupun ruang udara diatasnya, dengan segala kekayaan alam yangterkandung di dalamnya.

3. Jalur laut (wilayah teritorial) selebar 12 mil diukurterhitung dari garis-garis pangkal lurus ini.

4. Hak lintas damai kendaraan air (kapal) asingmelalui perairan nusantara (archipelago state)dijamin selama tidak merugikan kepentingannegara pantai dan menganggu keamanan danketertibannya.

Bentuk dan susunan UU No. 4/Prp. Tahun 1960 inisangat sederhana dan hanya terdiri dari empat buahPasal. UU ini pada hakikatnya mengubah carapenetapan laut wilayah Indonesia dari penetapan lautwilayah selebar 3 mil diukur dari garis pasang surutatau garis air rendah menjadi laut wilayah selebar 12mil diukur dari garis pangkal lurus yang ditarik ujungke ujung pulau-pulau terluar. Kemudian UU No. 4/Prp.Tahun 1960 diganti dengan Undang-Undang No. 6Tahun 1996. UU lainny yang menyangkut penggunaandan pemanfaatan laut serta pengaturan batas-batasperairan yang masih tetap berlaku dan berkaitandengan UU No. 6 Tahun 1996 tentang PerairanIndonesia adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1983tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) danUndang-Undang No. 17 Tahun 1985 (RatifikasiUNCLOS III).

Ketika Indonesia melakukan ratifikasi berartiIndonesia secara hukum sudah terikat (legal binding)untuk melaksanakan dan menjalankan isi konvensiyang berkaitan dengan pengaturan laut secara umum.Di dalam Konvensi memberikan tempat tersendiriberkaitan dengan pengelolaan sumber daya hayati dannon hayati yang terdapat di ZEE yang menjadi acuanbagi negara-negara pantai untuk mengatur wilayahZona Ekonomi Eksklusifnya secara Internasional,

sedangkan implementasinya khusus untuk ZonaEkonomi Ekslusif, maka Indonesia telah menerbitkanUndang-Undang No. 5 Tahun1983 yang terdiri atas 9Bab dan 21 Pasal yang isinya mengacu kepada Bab VKonvensi Hukum Laut PBB Tahun 1982 (UNCLOS III).

Di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI),Indonesia memiliki hak dan yurisdiksi. BerdasarkanPasal 4 UU No. 5 Tahun 1983 di Di Zona EkonomiEksklusif Indonesia, Republik Indonesia mempunyaidan melaksanakan :a. Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan

eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumberdaya alam hayati dan non hayati dari dasar laut dantanah di bawahnya serta air di atasnya dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasiekonomis zona tersebut, seperti pembangkitantenaga dari air, arus dan angin;

b. Yurisdiksi yang berhubungan dengan :1. Pembuatan dan penggunaan pulau-pulau

buatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan lainnya;

2. Penelitian ilmiah mengenai kelautan;3. Perlindungan dan pelestarian lingkungan Laut;

c. Hak-hak lain dan kewajiban-kewajiban lainnyaberdasarkan Konvensi Hukum Laut yang berlaku.

Adapun beberapa peraturan perundang-undanganlain yang memuat tentang Zona Ekonomi EksklusifIndonesia adalah sebagai berikut :1. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1984

tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati diZona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

2. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor60/Men/2001 Tentang Penataan PenggunaanKapal Perikanan di Zona Ekonomi EksklusifIndonesia.

3. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan NomorKep.60/MEN/2001 Tentang Penataan PenggunaanKapal Perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

4. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentangPerikanan yang menyatakan bahwa wilayahperikanan Indonesia termasuk dalam Zona Eko-nomi Eksklusif Indonesia.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2002tentang Hak dan Kewajiban Kapal Asing DalamMelaksanakan Lintas Damai Melalui PerairanIndonesia yang menyatakan tentang hak dankewajiban kapal asing untuk melaksanakan Hak

17 T. May Rudy, Op.Cit, hlm. 10-11.

161

Page 7: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

Lintas Damai di wilayah zona ekonomi eksklusifIndonesia.

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.04/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas ImporHasil Laut Yang Ditangkap Dengan SaranaPenangkap Yang Telah Mendapat Izin dinyatakanbahwa impor hasil laut yang ditangkap dan diambildengan sarana penangkap dari Zona EkonomiEksklusif Indonesia diberikan pembebasan beamasuk.

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap,Peraturan Presiden RI Nomor 109 tahun 2006tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tum-pahan Minyak di Laut yang menyatakan bahwaprosedur penanggulangan keadaan darurat tum-pahan minyak di laut termasuk di wilayah ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia.

Dibandingkan dengan negara-negara aseanlainnya luas ZEE Indonesia menduduki peringkatpertama, artinya Indonesia memiliki ZEE yang palingluas, ZEE Indonesia yang terluas di asia tenggara ituternyata menyimpan berbagai kekayaan hayati yangbernilai ekonomis tinggi. Salah satunya adalah populasiberbagai jenis ikan tuna yang memberikan optimismebagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan industriperikanannya secara spektakuler di masa mendatang.Kekayaan mineral seperti minyak dan gas bumi,kerang, rumput laut dan sponges dan sumber hayatilainnya menyimpan harapan untuk dikelola sesuaiperaturan dan dengan tetap memperhatikan keles-tarian lingkungan hidup di laut. Pada tahun 2005muncul gagasan dari dewan maritim Indonesia untukmembentuk badan penataan batas wilayah dan ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia yang bertujuan untukmempertegas kedaulatan negara dan meningkatkankeamanan laut yang memiliki tugas :18

a. Menuntaskan dan memelihara batas laut wilayahNKRI;

b. Melakukan penelitian dan pengembangan basisdata sumber daya alam kelautan di ZEE Indonesia;

c. Melakukan pengendalian dan pewasan peman-faatan sumber daya alam di ZEE Indonesia;

d. Melakukan pengamanan wilayah laut di wilayahZEE Indonesia;

e. Mengkoordinasikan pengembangan wilayah pulau-pulau perbatasan dengan instansi terkait di pusat

dan daerah.Sebagai negara pantai tentunya Indonesia berke-

pentingan untuk melakukan perlindungan terhadapwilayah perairannya, terutama dari gangguan ke-amanan dan juga terhadap pencurian kekayaan alamdi laut. Letak posisi silang Indonesia yang strategismengakibatkan seringnya gangguan itu terjadi.Lahirnya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)tahun 1983 melalui Undang-Undang No. 5 semakinmendapatkan pengukuhan Internasional dalammenjaga keutuhan teoritial negara kepulauan. AdanyaYuridiksi eksekusif yang dimiliki oleh negara pantai seba-gaimana diatur dalam konvensi hukum laut tahun 1982semakin memantapkan kedaulatan perairan Indonesia.Dengan semakin banyaknya Indonesia meratifikasikonvensi Internasional dibidang kelautan, maka diharap-kan perwujudan kepedulian terhadap perlindunganpenegakkan hukum di wilayah ZEEI bisa terwujud.

2. Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran diZona Ekonomi Ekslusif IndonesiaWilayah laut Indonesia menyimpan banyak potensi

kekayaan laut yang sangat berlimpah. Hal tersebutdikarenakan Indonesia memiliki perairan laut yang luas.Kawasan tersebut diperkirakan menyimpan kekayaansumberdaya ikan sebesar 6,4 juta ton pertahun. Namunupaya eksploitasi berlebihan dan aksi pencurian ikan yangmarak kini mengancam potensi kekayaan tersebut.

Sejak 2005, operasi kapal pengawas SDKP telahberhasil menangkap lebih kurang 1.343 kapalperikanan pelaku illegal fishing, terdiri atas 58 KapalPerikanan Asing (KIA) dan 585 Kapal PerikananIndonesia (KII). Selama 2012, KKP telah melakukanpemeriksaan sebanyak 4.326 kapal perikanan. Darijumlah tersebut, kapal yang ditangkap sejumlah 112kapal perikanan diduga melakukan tindak pelang-garan, 70 merupakan kapal ikan asing, dan 42 kapalikan Indonesia. Versi lain menyebutkan, menurut PusatData dan Informasi KIARA, selama kurun waktu 10 tahundari 2002 hingga 2012 grafik illegal fishing mengalaminaik turun tidak stabil. Namun, data terakhir pada 2012,terdapat 75 kasus. Jumlah illegal fishing paling tinggiterjadi pada 2003, yaitu sebanyak 522 kasus. Sementaradari rekap data Hasil Operasi Kamla TNI AL tahun 2012terdapat 17 kapal asing yang melakukan illegal fishing.Dari seluruh data dapat disimpulkan bahwa pelang-garan illegal fishing paling paling banyak dilakukanoleh kapal-kapal ikan asing.19 Kementerian Kelautan

18 Rivai H. Sihaloho, Penetapan Garis Batas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan India Dalam Penegakan Kedaulatan Teritorial Ditinjau DariHukum Internasional, diakses pada hari Senin pada tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.50 wib.

19 http://jurnalmaritim.com/2014/8/484/kapal-asing-dominasi-illegal-fishing diakses pada hari selasa pada tanggal 7 Oktober 2014 Pukul 11.12 wib.

162

Page 8: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

dan Perikanan memperkirakan kerugian negara akibattindak Illegal Unreported and Unregulated (IUU)Fishing ditaksir melebihi Rp 101 triliun per tahunnya.

KKP mendefinisikan Il legal Fishing adalahpenangkapan ikan tanpa izin dari Wilayah PerikananTangkap Republik Indonesia (WPTRI) mulai dari lautteritorial hingga ZEE Indonesia. Bahkan tak jarangpencurian ikan dilakukan dengan menyalahgunakanizin penangkapan baik berupa alat tangkap yang takramah lingkungan maupun membawa ikan dan transitdi tengah laut. Demi mencegah meluasnya aksipencurian ikan KKP menetapkan tiga perairan yangmenjadi skala prioritas pengawasannya. Ketiganyaadalah perairan Natuna, laut utara Sulawesi, dan lautArafuru. Di Arafuru dan utara Sulawesi ada (TTC)tongkol, tuna dan cakalang. Pada saat musim dinginutara ikan terebut akan turun ke selatan di antara Papuadan Belitung turun ke Arafuru. Modus yang biasadigunakan dalam aksi pencurian ikan. Yaitu kapal ikanasing yang menangkap ikan tanpa izin, kapal berben-dera Indonesia yang dulunya adalah kapal asing danberizin palsu. Modus ketiga adalah kapal ikanIndonesia tapi dokumennya palsu. Keempat kapal ikanIndonesia tanpa dokumen.20

Berdasarkan modus yang dilakukan oleh pencuriikan tersebut terbukti karena menangkap ikan tanpaizin dan melanggar ZEEI. Hal ini terbukti pada saatKapal Pengawas HIU 001 milik Direktorat JenderalPengawasan Sumberdaya Kelautan dan PerikananKementerian Kelautan dan Perikanan tanggal 7 April2011, berhasil menangkap Dua kapal berbenderaMalaysia yang sedang melakukan pencurian ikan /Illegal Fishing di Wilayah Pengelolaan PerikananRepublik Indonesia Perairan Zona Ekonomi EksklutifIndonesia (ZEEI) Selat Malaka. Kapal yang ditangkapantara lain KM KF 5325 GT 75,80 ditangkap padaposisi 04 derajat 35‘02" N/099 derajat 24‘01" E danKM. KF 5195 GT 63,80 ditangkap pada posisi 04derajat 40‘50" N/099 derajat 25‘00" E. Kedua kapalditangkap karena :21

1. Telah melanggar batas wilayah ZEE Indonesia.2. Tidak mempunyai Surat Izin Usaha Perikanan

(SIUP) .3. Tidak mempunyai Surat Izin Penangkapan Ikan

(SIPI) dari pemerintah RI4. Serta penggunaan alat tangkap terlarang Trawl.

Permasalahan terpenting dari adanya wilayah ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) adalah aspek “lawenforcement” atau penegakan hukumnya. Penegakanhukum (law enforcement) disini diartikan sebagaibagian dari jurisdiksi negara. Jurisdiksi dimaksudmeliputi dan mempunyai pengertian yang antara lainadalah :22

a. Jurisdiksi of legislation atau jurisdiction to prescribe(wewenang membuat aturan-aturan hukum untukmengatur berbagai kepentingan, dan

b. Jurisdiction to enforce the law (wewenang mene-gakkan aturan hukum yang berlaku.

Wacana tentang illegal fishing muncul bersama-sama dalam kerangka IUU (Illegal, Unreporterd andUnregulated) fishing practices pada saat diseleng-garakannya forum CCAMLR (Commision for Conser-vation of Artarctic Marine Living Resources) pada 27Oktober – 7 Nopember 1997. IUU Fishing dapatdikategorikan dalam tiga kelompok:23

1. Illegal fishing yaitu kegiatan penangkapan ikansecara illegal di perairan wilayah atau ZEE suatunegara, atau tidak memiliki ijin dari negara tersebut;

2. Unregulated fishing yaitu kegiatan penangkapan diperairan wilayah atau ZEE suatu negara yang tidakmematuhi aturan yang berlaku di negara tersebut;dan

3. Unreported fishing yaitu kegiatan penangkapan ikandi perairan wilayah atau ZEE suatu negara yangtidak dilaporkan baik operasionalnya maupun datakapal dan hasil tangkapannya.

Berdasarkan pada Undang-Undang No. 5 Tahun1983 tentang Zona ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)maka kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan baikoleh orang dan/atau badan hukum asing yangberoperasi di ZEE Indonesia harus berdasarkan izindari pemerintah indonesia. tindakan ini dilakukandalam rangka menjamin kelestarian sumber daya ikan,lahan pembudidayaan ikan, tata ruang, mengop-timalkan pengelolaan sumber daya ikan, meningkatkanketersediaan dan konsumsi protein ikan.24

20 http://www.portalkbr.com/berita/perbincangan/3079345_4215.html diakses pada hari jum’at pada tanggal 12 september 2014 pukul 16.36 wib21 http://maimunarenhoran.blogspot.com/2012/01/analisa-kasus-penangkapan-kapal nelayan.html22 https://hukummaritim.wordpress.com/tag/zona-ekonomi-eksklusif/ diakses pada hari rabu pada tanggal 10 september 2014 pukul 14.47 wib23 http://rezaaidilf.wordpress.com/2012/11/18/penegakan-hukum-iuu-fishing-menurut-unclos-1982-studi-kasus-volga-case/ diakses pada hari selasa

pada tanggal 7 Oktober 2014 pukul 10.55 wib.24 M.John, dkk., Perlindungan Terhadap Tuna Sirip Biru Selatan (Southern Bluefin Tuna) Dari Illegal Fishing Dalam ZEEI di Samudera Hindia,

Jurnal Mahkamah Vol. 19 No. 1, April 2007, hlm. 86.

163

Page 9: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

Penegakan hukum adalah merupakan usaha ataukegiatan negara berdasarkan kedaulatan negara atauberdasarkan ketentuan-ketentuan Hukum Internasionalagar segala segala aturan yang berlaku, baik aturanhukum nasional negara itu sendiri maupun aturanHukum internasional, dapat diindahkan oleh setiaporang dan/atau badan-badan hukum, bahkan negara-negara lain, dalam rangka memenuhi kepentingannyanamun tidak sampai mengganggu kepentingan pihaklain. Jika dihubungkan dengan penegakan hukumnasional telah termuat dalam Undang-Undang No. 5Tahun 1983 dinyataka di dalam Pasal 13 yaitu :

“Dalam rangka melaksanakan hak berdaulat, hak-hak lain, yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), aparaturpenegak hukum Republik Indonesia yang berwenang,dapat mengambil tindakan-tindakan penegakanhukum sesuai dengan UU No. 8 Tahun 1981 tentangkitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),dengan pengecualian sebagai berikut :a. Pengkapan terhadap kapal dan/atau orang-orang

yang diduga melakukan pelanggaran di ZEEIndonesia meliputi tindakan penghentian kapalsampai dengan diserahkannya kapal dan/atauorang-orang tersebut di pelabuhan dimana perkaratersebut dapat diproses lebih lanjut;

b. Penyerahan kapal dan/atau orang-orang tersebutharus dilakukan secepat mungkin dan tidak bolehmelebihi jangka waktu 7 (tujuh) hari, kecuali apabilaterdapat keadaan force majeure;

c. Untuk kepentingan penahanan, tindak pidana yangdiatur dalam pasal 16 dan pasal 17 termasuk dalamgolongan tindak pidana sebagimana diamksudkanPasal 21 ayat (4) huruf b. UU No. 8 tahun 1981tentang KUHAP.

Selanjutnya ditetapkan pula bahwa aparaturpenegak hukum dibidang penyidikan di ZEE Indonesiaadalah perwira Tentara Nasional Indonesia AngkatanLaut yang ditunjuk oleh Panglima Bersenjata RepublikIndonesia.25 Dan juga ditetapkan bahwa penuntutumum adalah jaksa pada pengadilan Negeri sebagai-mana dimaksud dalam ayat (3).26 Selanjutnya Peng-adilan yang berwenang mengadili perlanggaranterhadap ketentuan UU ini adalah Pengadilan Negeriyang daerah hukumnya meliputi pelabuhan dimanadilakukan penahanan terhadap kapal dan atau orang-

orang sebagimana yang dimaksud dalam pasal 13huruf a.27

Sesuai pasal 73 ayat 1 UNCLOS 1982 dijelaskanbahwa Negara Pantai mempunyai hak penegakanhukum yang terkait dengan hak berdaulatnya ataseksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberkekayaan hayati di ZEE untuk menaiki kapal, meme-riksa, menangkap dan melakukan proses peradilan,sebagaimana di perlukan untuk menjamin ditaatinyaperaturan perundang-undangan yang ditetapkansesuai dengan ketentuan dalam UNCLOS. Dari Uraiandi atas jelas bahwa penangkapan terhadap kapal-kapalasing yang memasuki wilayah ZEEI merupakanpenegakan hukum yang telah sesuai dengan undang-undang Indonesia untuk menjaga eksistensi Indonesiasebagai negara maritim.

Setiap kapal-kapal asing atau lokal yang memasukiwilayah ZEEI untuk melakukan penangkapan wajibmemiliki izin terlebih dahulu dari Pemerintah ReoublikIndonesia. hal ini Berdasarkan UU No. 45 Tahun 2009tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 2004 tentangPerikanan, Pasal 27 ayat 2 dan ayat 3 yang berbunyi :1. Setiap orang yang memiliki dan/atau mengope-

rasikan kapal penangkap ikan berbendera asingyang digunakan untuk melakukan penangkapanikan di ZEEI wajib memiliki SIPI.

2. Setiap orang yang mengoperasikan kapal penang-kap ikan berbendera Indonesia di wilayah pengelol-aan perikanan Negara Republik Indonesia ataumengoperasikan kapal penangkap ikan berbenderaasing di ZEEI wajib membawa SIPI asli.

Dari data yang telah diuraikan sebelumnya, kapal-kapal yang ditangkap adalah kapal-kapal yang tidakmemiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan SuratIzin Penangkapan Ikan (SIPI) ini jelas telah melanggarketentuan Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (2) danayat (3) tersebut di atas sehingga dapat dikenakanpidana sesuai dengan Pasal 92 dan Pasal 93 UU No.45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU No. 31Tahun 2004 tentang Perikanan. Pelanggaran diper-berat dengan digunakannya alat tangkap terlarangTrawl, hal ini juga melanggar Pasal 9 ayat (1) UU No.45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU No. 31Tahun 2004 tentang Perikanan yang berbunyi “Setiaporang dilarang memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan dan/atau alat

25 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Pasal 14 ayat 1.26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Pasal 14 ayat 2.27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Pasal 14 ayat 3.

164

Page 10: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

bantu penangkapan ikan yang mengganggu danmerusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapalpenangkap ikan di wilayah pengelolaan perikananNegara Republik.” Dimana dalam penjelasan Pasal 9ayat 1 disebutkan alat penangkapan ikan dan/atau alatbantu penangkapan ikan yang mengganggu danmerusak keberlanjutan sumber daya ikan termasukdiantaranya jaring trawl atau pukat harimau, dan/ataukompresor.

Penegakan hukum di dalam bidang kegiatan illegalfishing yang terjadi di wilayah ZEEI tidak berlaku hukumpidana penjara. Hal ini berdasarkan pada Pasal 102Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikananyaitu :

“Ketentuan tentang pidana penjara dalam Undang-Undang ini tidak berlaku bagi tindak pidana di bidangperikanan yang terjadi di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, kecuali telah adaperjanjian antara Pemerintah Republik Indonesiadengan pemerintah negara yang bersangkutan”

Berdasarkan pada Pasal 5 ayat (1) huruf b, wilayahpengelolaan perikanan RI adalah ZEEI, dan di Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 tentang ZEEI Bab VII Pasal16-18 juga tidak ada mengatur ketentuan pidanapenjara yang ada hanya adalah pidana denda. Sesuaidengan hasil Konvensi PBB tahun 1982 yang diikutiIndonesia tentang Hukum Laut, setiap kapal asing yangmemasuki ZEE dan melakukan pencurian ikan,pelakunya tidak dapat dikenakan hukuman penjara.Sebagai peserta konvensi yang tersebut, Indonesiamengikuti aturan sesuai Konvensi tersebut. Namundibalik itu semua pertahanan juga harus dilakukanpeningkatan, untuk itu upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menghindari adanya pencurian ikan(Illegal fishing) oleh kapal-kapal asing adalah :28

1. Melakukan perlindungan wilayah perairan ZonaEkonomi Eksklusif (ZEE) untuk pencegahanpencurian ikan (illegal fishing) di wilayah Indonesia.Hal ini harus dilakukan TNI Angkatan Laut sebagaibentuk perlindungan wilayah perairan ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia berkewajibanmenjaga kedaulatan Indonesia serta melindungisumber daya alam laut dari tindakan-tindakanpencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif. Salahsatu faktor penyebab terjadinya praktek pencurianikan (illegal fishing) yang terjadi di wilayah perairanIndonesia adalah lemahnya sikap aparat yang

berkewajiban mengawasi laut Indonesia terutamaperairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan initidak boleh terjadi dengan cara meningkatkanperlindungan wilayah laut, dengan menambaharmada patroli, penggunaan teknologi VesselMonitoring System (VMS) sebuah sistem monitoringkapal ikan dengan alat transmitor yang berfungsiuntuk mengawasi proses penangkapan ikan yangdilakukan di wilayah perairan Indonesia.

2. Melakukan tindakan hukum tegas bagi pelakupencurian ikan (illegal fishing) yang dilakukan olehkapal asing di perairan Zona Ekonomi Eksklusif(ZEE) berdasarkan Undang-Undang Nomor 31Tahun 2004 tentang Perikanan. Tindakan hukumyang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurianikan (illegal fishing) tersebut adalah pidana penjara,pidana denda dan penyitaan.

3. Meningkatkan kompetensi nelayan tradisionaldengan pemberdayaan nelayan dapat mencegahpencurian ikan oleh kapal asing. Cara ini lebihmengedepankan partisipasi aktif para nelayan,lebih organik dan efektif di samping dari peng-awasan oleh pihak aparat di laut. Pemberdayaannelayan yang di maksud adalah dengan caramemfasilitasi penggunaan kapal dengan GT (GrossTonnage) yang besar dengan teknologi modern, dankompetensi yang cukup agar kapal nelayan dapatbisa menjangkau laut lepas. Sementara ini nelayannelayan tradisional masih beroperasi di laut pinggirsedangkan kapal-kapal asing melakukanpencurian di laut lepas perairan Indonesia dimanasumberdaya ikan sangat melimpah dan sangatmudah di eksploitasi oleh kapal asing. Jika nelayantradisional ini banyak beroperasi di laut lepas,secara alami kapal-kapal asing akan takut masukke perairan Indonesia.

Penegakan hukum untuk melindungi ZEE Indo-nesia pada dasarnya sudah dilaksanakan secara baikoleh pemerintah karena telah berhasil menangkapkapal-kapal asing maupun lokal yang masuk dalamperairan ZEEI untuk melakukan pencurian ikan tanpaizin, hal ini merupakan prestasi bagi pemerintah.Namun dengan hal tersebut pemerintah juga tidak bisapuas diri karena ancaman dari manapun akan selaludatang untuk merebut kekayaan bangsa Indonesiakhususnya di wilayah laut. Hal ini merupakan pekerjaanrumah terberat bagi pemerintah Indonesia baik darisegi pelaksanaan peraturan perundangan serta dari

28 http://biru-lautku.blogspot.com/2014/09/mencegah-illegal-fisihing.html diakses pada hari Senin tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 16.00 Wib.

165

Page 11: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

segi penegakan hukum dalam mengimplementasikanketentuan-ketentuan hukum bagi pelaku pelanggarandi wilayah laut indonesia khususnya di Zona EkonomiEksklusif Indonesia (ZEEI). Dengan demikianpeningkatan di wilayah laut indonesia harus selaludilakukan peningkatan guna melindungi eksistensiIndonesia sebagai negara maritim guna memajukankesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan rakyat,karena tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kekayaan lautyang ada di Indonesia sangat melimpah dan dapatdipergunakan bagi kemajuan kesejahteraan sertakemakmuran rakyat Indonesia jika dilakukan perta-hanan nasional dari pihak-pihak yang tidak ber-tanggungjawab yang masuk di wilayah laut indonesiadan khusunya kekayaan laut itu juga harus dikeloladengan sebaik-baiknya.

G. KesimpulanBerdasarkan pada uraian pembahasan, maka

adapun kesimpulan dari penulisan ini adalah sebagaiberikut :1. Sebagai negara yang memiliki wilayah laut yang

luas dan potensi-potensi sumber laut yang besartentunya Indonesia berkepentingan untuk melaku-kan perlindungan terhadap wilayah perairannya,terutama dari gangguan keamanan dan jugaterhadap pencurian kekayaan alam di laut. LahirnyaZona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) melaluiUndang-Undang No. 5 Tahun 1983 merupakanpemantapan dan kepedulian pemerintah Indonesiaterhadap perlindungan kedaulatan perairan

Indonesia khususnya terhadap ZEEI untuk menjagaeksistensi Indonesia sebagai negara maritim.

2. Penegakan hukum di wilayah ZEEI merupakanbentuk pertahanan Indonesia untuk melindungiyurisdiksi negara sehingga pemerintah dapatmelakukan tindakan-tindakan hukum terhadappelaku pelanggaran yang memasuki wilayah ZEEI.

H. SaranBerdasarkan pada hasil kesimpulan di atas, maka

adapun saran dari penulis dari adalah sebagai berikut:1. Pemerintah Indonesia harus selalu melakukan

peningkatan pertahanan dan keamanan di wilayahperairan Indonesia agar eksistensi negara Indo-nesia sebagai negara maritim selalu terjaga danterlindungi. Peningkatan dilakukan melalui mema-jukan dan menambah kualitas pertahanan baik darisegi sumber daya manusia, sarana dan prasaranaagar wilayah perairan khususnya ZEEI menda-patkan perlindungan dan pemanfaatan yang baikguna memberikan sebesar-besarnya kesejahteraandan kemakmuran negara dan rakyat Indonesiamelalui potensi-potensi sumber kekayaan laut yangada tersebut.

2. Untuk lebih memberikan perlindungan terhadapZEEI, di dalam penegakan hukum sebaiknya selainpidana denda diberikan tindakan tegas tambahan yaitupidana penjara atau penyitaan bagi pelaku pelang-garan yang masuk di wilayah ZEEI. Kalau-punmemberikan pidana denda sebaiknya denda yangdiberikan adalah dengan denda yang sangat tinggi.

166

Page 12: Jurnal Selat 3 Irman

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1

A. Buku-bukuC.S.T. Kansil & Christine S.T. Kansil, Pendidikan

Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 2005.

Heru Prijanto, Hukum Laut Internasional, Bayumedia,Malang, 2007

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UIPress, Jakarta, 2006.

T. May Rudy, Hukum Internasional 2, PT. RefikaAditama, Bandung, 2011.

P. Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, Rineka Cipta,Jakarta, 2009.

B. JurnalJohn, dkk., Perlindungan Terhadap Tuna Sirip Biru

Selatan (Southern Bluefin Tuna) Dari IllegalFishing Dalam ZEEI di Samudera Hindia, JurnalMahkamah Vol. 19 No. 1, April 2007.

C. InternetPusjianmar, Konsep Negara Maritim dan Ketahanan

Nasional, diakses pada hari Senin Pada tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 12.20 Wib.

http://wulanhandika09.blogspot.com/2013/03/pik-hukum-dan-lembaga-laut-unsri-2013.htmldiaksespada hari selasa tanggal 9 september2014 pukul 15.43 wibRivai H. Sihaloho,Penetapan Garis Batas Zona Ekonomi EksklusifIndonesia dan India Dalam Penegakan Kedau-latan Teritorial Ditinjau Dari Hukum Inter-

Daftar Kepustakaan

nasional, diakses pada hari Senin pada tanggal6 Oktober 2014 Pukul 14.50 wib.

http://jurnalmaritim.com/2014/8/484/kapal-asing-dominasi-illegal-fishing diakses pada hari selasapada tanggal 7 Oktober 2014 Pukul 11.12 wib.

http:/ /www.portalkbr.com/beri ta/perbincangan/3079345_4215.html diakses pada hari Jum’atpada tanggal 12 september 2014 pukul 16.36wib

http://maimunarenhoran.blogspot.com/2012/01/a n a l i s a - k a s u s - p e n a n g k a p a n - k a p a lnelayan.html, diakses hari jum’at pada tanggal12 september 2014 pukul 16.54 wib.

https://hukummarit im.wordpress.com/tag/zona-ekonomi-eksklusif/ diakses pada hari rabu padatanggal 10 september 2014 pukul 14.47 wib

h t tp : / / rezaa id i l f .wordpress .com/2012 /11 /18 /penegakan-hukum-iuu- f ish ing-menurut-unclos-1982-studi-kasus-volga-case/ diaksespada hari selasa pada tanggal 7 Oktober 2014pukul 10.55 wib.

http://biru-lautku.blogspot.com/2014/09/mencegah-illegal-fisihing.html diakses pada hari Senintanggal 6 Oktober 2014 Pukul 16.00 Wib.

D. Peraturan Perundang-UndanganUndang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona

Ekonomi Eksklusif Indonesia.Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan.

167