Jurnal Sari

download Jurnal Sari

of 10

Transcript of Jurnal Sari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogea) merupakan bahan pangan yang bergizi tinggi karena bijinya mengandung lemak, protein, karbohidrat, berbagai vitamin seperti A, B, C, D, E dan K serta berbagai jenis mineral seperti Ca, Cl, Fe, Mg, P, K dan S. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Amerika Selatan dan mulai dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 1557. Tanaman kacang tanah dapat digunakan untuk makanan manusia, pakan ternak dan bahan industri manufaktur. Badan Pusat Statistik Riau 2011 menunjukkan bahwa produksi kacang tanah pada tahun 2009 adalah 2.020 ton biji kering yang menurun sebesar 220 ton biji kering (9,82%) dibandingkan dengan produksi tahun 2008. Penurunan produksi ini, disebabkan berkurangnya luas panen sebesar 16,13%. Kendati demikian, produktivitas kacang tanah mengalami peningkatan sebesar 70 kg/ha. Rendahnya produksi kacang tanah daerah Riau khususnya disebabkan oleh terbatasnya penggunaan varietas unggul, pemupukan yang tidak berimbang dan teknik budidaya yang belum optimal (Rukmana, 1998). Budidaya kacang tanah cenderung menggunakan pupuk buatan dan pestisida secara berlebihan. Penggunaan pupuk buatan ini karena efeknya yang cepat terhadap tanaman dan caranya lebih mudah sehingga pertumbuhan tanaman budidaya terlihat lebih cepat dan memberikan produksi yang lebih tinggi. Penggunaan pupuk buatan dan pestisida secara terus menerus tanpa disadari berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya pertanian. Aini dkk (2002) menyatakan bahwa dosis pupuk anorganik yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi penurunan produktivitas tanah.

meningkatkan kehidupan jasad renik dan sebagai sumber makanan bagi tanaman. Pada saat ini sudah banyak beredar pupuk organik seperti pupuk vermikompos yang berasal dari kotoran cacing yang mengandung hormon tumbuh, kaya akan unsur hara makro dan mikro serta mampu menggemburkan tanah ( Lingga dan Marsono, 2001).

Vermikompos merupakan pupuk organik yang mempunyai kualitas yang baik, kemampuan cacing tanah menguraikan bahan organik 3-5 kali lebih cepat dibandingkan proses pembusukan secara alami. Waktu yang diperlukan untuk menguraikan bahan organik sekitar 2 minggu, sedangkan tanpa bantuan cacing tanah untuk menguraikan bahan organik memerlukan waktu 2 bulan. Pupuk vermikompos sangat baik karena unsur hara yang terkandung dapat tersedia bagi tanaman dan mempunyai C/N rasio yang rendah yaitu sekitar 20 sehingga sangat baik sebagai sumber energi untuk meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertanian (Mulat, 2003).

Kehilangan unsur hara dari tanah pada saat panen akan mengurangi kadar unsur hara dalam tanah sehingga kesuburan tanah berkurang. Unsur hara yang semakin berkurang dalam tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan dibudidayakan sehingga produksi tanaman yang diharapkan tidak tercapai. Perbaikan kesuburan tanah tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik yang akan memberikan pengaruh positif terhadap tanaman terutama pada musim kemarau karena bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap air tanah, serta meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang menguntungkan tanah (Rinsema, 1983). Peningkatan aktifitas mikroorganisme akan menambah unsur hara yang tersedia dalam tanah.

Penggunaan pupuk organik mempunyai kelemahan diantaranya adalah kandungan hara rendah dan ketersediaan unsur haranya lambat (Sutanto, 2002). Sehingga dengan demikian pemilihan pupuk organik yang tepat seperti pupuk organik vermikompos diharapkan dapat mengatasi kelemahan pupuk organik yang ada (Lampiran 3). Penggunaan pupuk organik akan meningkatkan kehidupan organisme dalam tanah karena memanfaatkan bahan organik sebagai makanannya. Pemakaian vermikompos sebagai pupuk organik diharapkan mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia dan mengurangi pencemaran lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian menunjukkan pemberian pupuk vermikompos meningkatkan hasil panen sawi bila dibandingkan dengan pemberian pupuk kimia (IPT2P, 2000). Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Pupuk Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah(Arachis hypogea L.)

1.2.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk vermikompos terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.

III. Pemberian pupuk pada tanah merupakan cara untuk menggantikan unsur hara yang terpakai oleh tanaman salah satunya dengan pemberian pupuk organik yang dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap air, 3.1.

BAHAN

DAN

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan

1

Pekanbaru, dengan jenis tanah inseptisol dan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai Januari 2010.

3.2.

Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas trenggiling dari Balai Benih Sumbar, inokulan super rhizogen, vermikompos dari Dinas Pertanian Sentra Tanaman Hias, dan air. Alat yang digunakan berupa meteran (50 m), tali raffia, ajir, cangkul, garu, parang, tugal, ember, gembor, handsprayer, oven, timbangan dan alat-alat tulis. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan lapangan menggunakan 4 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga diperoleh 16 unit percobaan. Perlakuan yang dipakai adalah sebagai berikut: K0 : Tanpa pemberian pupuk vermikompos K1 : Pemberian pupuk vermikompos dengan dosis 2 ton/Ha (1 kg/plot) K2 : Pemberian pupuk vermikompos dengan dosis 4 ton/Ha (2 kg/plot) K3 : Pemberian pupuk vermikompos dengan dosis 6 ton/Ha ( 3 kg/plot) Model linear yang dipakai adalah : Y = + + j + Dimana: Y = Nilai tengah pengamatan pada satuan percobaan kelompok ke-j yang mendapat perlakuan ke-i = Nilai tengah umum = Pengaruh perlakuan ke-i j = Pengaruh kelompok ke-j = Pengaruh galat pada satuan percobaan dalam kelompok ke-j pada perlakuan ke-i Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% (Hanafiah, 2002).

3.4. Pelaksanaan Penelitian Teknik budidaya merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta produksinya. Untuk memperoleh hasil yang optimal perlu adanya teknik-teknik budidaya yang dikelola dengan baik. Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu terdiri dari persiapan lahan, pemberian pupuk kascing, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengamatan. 3.4.1. Persiapan Lahan Lahan yang digunakan adalah lahan yang datar, dekat dengan sumber air dan tidak terlindung cahaya matahari.

Lahan dibersihkan dari tanaman liar (gulma) dan bebas dari bebatuan. Pembersihan lahan dengan menggunakan cangkul dan parang. Tanah yang sudah bersih dicangkul dua kali, pengolahan tanah pertama dicangkul sedalam 30 cm sedangkan pengolahan tanah ke dua dilakukan 10 hari setelah pengolahan tanah pertama dengan tujuan menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah. Tanah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan sampah yang ada dengan menggunakan garu kemudian diratakan permukaanya. Kegiatan selanjutnya dilakukan pembuatan plot penelitian dengan ukuran 240 cm x 200 cm, dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm. 3.4.2. Pemberian Perlakuan Sebagai Pemupukan Pemberian pupuk kascing dilakukan satu minggu sebelum tanam. Dibuat larikan sedalam 3 cm dengan jarak 5 cm dari lobang tanam. 3.4.3. Penanaman Benih yang akan ditanam terlebih dahulu diinokulasi dengan super rhizogen, dengan perbandingan 5 g super rhizogen untuk 1 kg benih. Benih diletakkan dalam suatu wadah yang bersih lalu dibasahi dengan air secukupnya dan dibiarkan selama 15 menit, kemudian ditambahkan super rhizogen dan diaduk hingga rata. Lobang tanam dibuat sedalam 5 cm dengan jarak 30 cm x 30 cm. Selanjutnya benih ditanam sebanyak 2 butir benih per lobang tanam. 3.4.4. Pemeliharaan Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan normal, dilakukan pemeliharaan yang baik. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyiraman, penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit. a. Penyiraman Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari jika tidak ada hujan dan tanah kelihatan kering. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. b. Penyulaman dan Penjarangan Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh atau tidak normal pertumbuhannya. Penyulaman dilakukan pada umur 10 hari setelah tanam dengan menanam benih varietas yang sama pada lobang tanam yang tidak tumbuh. Penjarangan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dengan memotong tanaman yang tumbuh lebih satu tanaman per lobang dan meninggalkan satu tanaman yang baik. c. Penyiangan dan Pembumbunan. Penyiangan dilakukan dua kali selama pertanaman dengan menggunakan cangkul. Tujuan penyiangan adalah untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman kacang tanah dalam perolehan unsur hara, air dan cahaya. Penyiangan pertama dilakukan umur 21 hari dengan mencangkul gulma yang tumbuh diantara barisan tanaman serta mencabut gulma yang ada dalam barisan tanam. Penyiangan kedua dilakukan umur 35 hari dengan cara yang sama dan dilanjutkan dengan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan dengan cara

2

menaikkan tanah ke sekitar pangkal batang dengan tujuan agar ginofora dapat mudah masuk dan tertutup oleh tanah sehingga dapat berkembang menjadi polong yang sempurna. d. Pengendalian Hama dan penyakit Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit yang menyerang kacang tanah dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mengambil hama yang terdapat pada tanaman kacang tanah dan dengan memberikan pestisida nabati. Pestisida yang digunakan yaitu ekstrak daun mimba dengan cara disemprotkan ke tanaman. Penyemprotan tanaman dilakukan dengan interval 2 kali seminggu (Lampiran 4). 3.4.5. Panen Panen kacang tanah dilakukan dengan melihat kriteria panen dengan ciri-ciri batang sudah mengeras, daun telah menguning dan sebagian berguguran, polong terisi penuh, kulit polong terlihat berurat, kulit bagian dalam berwarna coklat kehitam-hitaman, biji telah berisi penuh dan kulit biji tipis. Panen dilakukan dengan membongkar tanaman dan membersihkannya dari tanah yang menempel pada polong dengan menggunakan air. 3.5. Pengamatan Pada penelitian ini pengamatan dilakukan terhadap 4 tanaman sampel per plot. Cara pengamatan dari masingmasing parameter adalah sebagai berikut: a. Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan meluruskan daun ke atas, diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai daun yang tertinggi dan ditandai dengan menggunakan ajir. Pengamatan dilakukan 2 minggu sebelum panen pada tanaman sampel yang ditentukan secara acak sebanyak 4 tanaman per plot. b. Jumlah Cabang Primer Pengamatan jumlah cabang primer dilakukan sekali yaitu 3 hari sebelum panen dengan cara menghitung jumlah cabang yang ada pada batang utama tanaman sampel. c. Umur Tanaman Berbunga (hari) Pengamatan umur berbunga ditentukan dengan menghitung jumlah hari yang dibutuhkan untuk keluar bunga dari saat tanam. Kriteria berbunga yaitu 50 % dari populasi tanaman setiap plot telah mulai mekar bunganya. d. Umur Panen (hari) Pengamatan umur panen dengan menghitung jumlah hari sejak penanaman sampai dengan waktu panen. Kriteria untuk saat panen adalah daun telah menguning, polong terisi penuh, sebagian daun berguguran, kulit polong telah mengeras, kulit bagian dalam berwarna coklat kehitam-hitaman, biji telah berisi penuh dan kulit biji tipis. e. Jumlah Polong Per Tanaman (polong) Pengamatan dilakukan pada saat panen yaitu dengan cara menghitung semua polong yang terdapat pada tanaman sampel, baik yang bernas maupun yang tidak bernas. f. Jumlah Polong Bernas Per Tanaman (polong) Pengamatan dilakukan setelah panen dengan menghitung

jumlah polong bernas pada 4 tanaman sampel. Kriteria polong yang dianggap bernas adalah jika pada polong tersebut terdapat minimal 50 % biji pada polong . Polong bernas dipisahkan dari total polong yang terbentuk pada tanamana sampel kemudian dihitung. g. Berat Polong Kering per Plot (g) Pengamatan berat polong bernas kering dilakukan dengan menimbang berat keseluruhan polong pada setiap plot yang telah dijemur selama 3 hari pada cahaya matahari. h. Jumlah Biji Per Polong (buah) Polong yang sudah dihitung dari tanaman sampel, dikupas untuk memisahkan biji dengan polong. Selanjutnya, biji dihitung dari seluruh polong tanaman sampel, jumlah biji per polong ditentukan dengan membagi jumlah biji dengan jumlah polong per tanaman. i. Berat Kering 100 Biji (g) Dari setiap plot diambil 100 biji yang sudah kering secara acak. Biji yang sudah diacak ini kemudian ditmbang beratnya dengan timbangan analitik. j. Berat Biji Kering Per Plot (g) Pengamatan berat biji kering per plot didapat dari berat polong kering per plot dengan cara menimbang berat seluruh biji kering dari semua tanaman dalam plot tanpa menyertakan polongnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah (Lampiran 5.1). Rerata tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi tanaman kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan Perlakuan pupuk vermikompos Tinggi Tanaman (cm) Tanpa perlakuan 4 ton per ha 2 ton per ha 6 ton per ha 65,32 a 66,96 a 73,28 a 74,24 a Rerata 69,95 KK=11,94% Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos cenderung meningkatkan tinggi tanaman bila dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Adanya kecenderungan peningkatan tinggi tanaman tersebut karena pupuk vermikompos yang diberikan mengandung unsur hara makro N, P, K, Mg, Ca (Lampiran 3), yang dibutuhkan tanaman untuk proses

3

fisiologis dan metabolisme, dengan demikian peningkatan proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman akan memacu pertumbuhan dan pertambahan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan penyusun setiap sel hidup, karenanya terdapat pada seluruh bagian tanaman. Unsur ini juga merupakan bagian dari penyusun enzim dan molekul klorofil. Fosfor juga merupakan penyusun setiap sel hidup. Fosfor sangat berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel, mengubah karbohidrat, dan meningkatkan efisiensi kerja kloroplas. Belerang berfungsi sebagai penyusun komponen seperti asam amino (Nyakpa dkk, 1988). Unsur kalium berperan dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorbsi hara, pengaturan pernafasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat. Kalsium merupakan penyusun dinding sel dan penting dalam pertumbuhan jaringan meristem. Magnesium berfungsi dalam sistem enzim dan merupakan penyusun klorofil, dan membantu translokasi fosfor dalam tanaman (Hakim dkk, 1986). Pemberian bahan organik yang sesuai ke dalam tanah dapat membantu aktifitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik tanah dan bahan organik sumber nitrogen, sehingga tanah menjadi gembur, serta meningkatkan ketersedian unsur hara nitrogen. Nyakpa (1988), menyatakan bahwa bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah. Nitrogen merupakan penyusun sel hidup, karenanya terdapat pada seluruh bagian tanaman. Unsur ini juga merupakan bagian dari penyusun enzim dan molekul klorofil. Darmawan dan Baharsjah (2010), mengemukakan bahwa jumlah klorofil yang cukup pada daun meningkatkan kemampuan daun dalam menyerap cahaya matahari, sehingga mendukung terjadinya proses fotosintesis yang kemudian menghasilkan energi yang diperlukan sel untuk melakukan aktifitas pembelahan dan pembesaran sel-sel daun. Peningkatan jumlah daun ini berhubungan erat dengan pertambahan tinggi tanaman, dimana pertambahan tinggi akan diikuti oleh pertambahan buku-buku batang dan buku-buku batang tersebut merupakan tempat kedudukan daun tanaman. Gardner, dkk (1991), menyatakan bahwa batang tanaman tersusun dari ruas yang merentang diantara buku-buku batang tempat melekatnya daun, jumlah buku sama dengan jumlah daun. 4.2. Jumlah Cabang Primer (cabang) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang primer kacang tanah (Lampiran 5.2). Rerata jumlah cabang primer disajikan pada Tabel 2. Tabel 2.Rerata Jumlah Cabang Primer kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan Perlakuan pupuk vermikompos Jumlah Cabang Primer (cabang) Tanpa perlakuan 4 ton per ha

2 ton per ha 6 ton per ha 5,50 a 5,75 a 6,18 a 6,43 a Rerata 5,96 KK= 12,78% Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos cenderung meningkatkan jumlah cabang primer dibandingkan dengan tanpa perlakuan walaupun berbeda tidak nyata. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak sumbangan hara yang diberikan ke tanah sehingga semakin meningkatkan ketersediaannya bagi tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetatif tanaman, selain unsur N juga dibutuhkan ketersediaan unsur hara K dan Mg. Nyakpa (1988) mengatakan Mg merupakan aktivator enzim-enzim fotosintesis serta respirasi yang diperlukan dalam menghasilkan fotosintat untuk perkembangan tanaman, dan tanaman memerlukan unsur hara K untuk mempercepat pertumbuhan meristematik tanaman. Gardner (1991), menambahkan fungsi kalium bersifat katalik, namun fungsinya penting secara fisiologis yaitu mempercepat perrtumbuhan meristematik tanaman. Pembentukan cabang primer dipengaruhi oleh proses fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat, menurut Harjadi (1986), bahwa pada fase pertumbuhan vegetatif tanaman hasil fotosintesis akan ditranslokasikan ke akar, batang dan daun. Peningkatan fotosintat pada fase ini menyebabkan terjadinya pembelahan, perpanjangan dan diferensiasi sel, akibat dari proses tersebut akan terjadi penambahan organ tanaman. Gardner (1991), menyatakan pembagian hasil fotosintesis selama fase vegetatif tanaman akan menentukan perkembangan percabangan tanaman. 4.3. Umur Tanaman Berbunga (hari) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berpengaruh tidak nyata terhadap umur tanaman berbunga (lampiran 5.3). Rerata umur tanaman berbunga disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata Umur Tanaman Berbunga kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan Perlakuan pupuk vermikompos Umur Berbunga (hari) 2 ton per ha Tanpa perlakuan 4 ton per ha 6 ton per ha 23,50 a 24,25 a 24,25 a 25,00 a Rerata 24,25 KK= 6,78 %

4

Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos yang tepat cenderung mempercepat umur berbunga dibandingkan dengan tanpa perlakuan walaupun berbeda tidak nyata. Hal ini diduga karena kandungan hara pada pupuk vermikompos sudah terpenuhi terutama unsur P (Lampiran3) serta suhu yang terlalu tinggi (Lampiran 6). Pemberian pupuk vermikompos dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik sehingga daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat serta draenase dan tata udara tanah dapat diperbaiki serta menyediakan unsur hara sehingga pertumbuhan bunga lebih cepat. Umur berbunga memerlukan unsur P dimana P dapat mempercepat umur berbunga tanaman. Menurut Lingga (1995), fosfor dapat mempercepat umur berbunga tanaman kacang tanah. Fosfor mempercepat saat munculnya bunga karena salah satu fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu memacu aktifitas fotosintesis. Hasil fotosintesis dirombak melalui respirasi akan menghasilkan asimilat yang sangat dibutuhkan untuk proses pembelahan sel. Dengan meningkatnya hasil fotosintesis serta jumlah asimilat yang bertambah maka jumlah dan ukuran sel juga mengalami peningkatan sehingga menyebabkan proses pembungaan cepat terjadi. Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu yang terlalu tinggi dan terlalu rendah (curah hujan tinggi), jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak dan lebih sedikit (lampiran 6). Hal ini akan merangsang pembentukan bunga (Adisarwanto, 2002). Menurut Nyakpa (1988), menyatakan bahwa energi matahari merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditentukan oleh kualitas dan pancaran matahari. Hal ini juga ditegaskan oleh Rukmana dan Yuniarsih (1996), menyatakan bahwa umur keluarnya bunga tergantung pada varietas kacang tanah pengaruh suhu dan penyinaran matahari. 4.4. Umur Panen (HST) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen. Rerata umur panen disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata Umur Panen kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan Perlakuan pupuk vermokompos Umur Panen (hari) Tanpa perlakuan 2 ton per ha 4 ton per ha 6 ton per ha 85a 85a 85a 85a

Rerata 85 Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Tabel 4 menunjukkan bahwa umur panen relatif homogen yaitu pada hari ke 85 HST untuk keseluruhan perlakuan. Hal ini diduga varietas yang sama serta penyinaran matahari yang tinggi (Lampiran 6) yang menyebabkan umur panen seragam dan lebih cepat dari deskripsi. Umur panen pada kacang tanah lebih dominan dipengaruhi oleh varietas yang ditanam (Trustinak, 1993; Sumarno dan Slamet, 1993). Menurut Gardner dkk, (1991) disamping faktor genetik , umur panen tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti lama penyinaran matahari dan temperatur. Jika dibanding dengan deskripsi kacang tanah (Lampiran 1) yang menunjukkan umur panen 90-110 HST, maka tanaman hasil penelitian ini dapat dikatakan lebih cepat berbunga dari deskripsi yaitu 85 HST. Hal ini diduga karena suhu yang tinggi saat penelitian (Lampiran 6). Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarno dan Harnoto (1991), dimana umur panen pada kacang tanah dipengaruhi oleh suhu udara, dimana pada suhu di bawah 200 C umur panen lebih cepat, dan dilingkungan yang suhunya di atas 250 C umur panen juga lebih cepat. 4.5. Jumlah Polong per Tanaman (polong) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berbeda tidak nyata terhadap jumlah polong per tanaman (lampiran 5.5). Rerata jumlah polong per tanaman disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rerata Jumlah Polong Per tanaman kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan Perlakuan pupuk vermikompos Jumlah Polong Pertanaman (polong) 6 ton per ha Tanpa perlakuan 4 ton per ha 2 ton per ha 19,50 a 21,12 a 21,43 a 22,06 a Rerata 21,02 KK= 11,92 % Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos 2 ton per ha dapat meningkatkan jumlah polong per tanaman walaupun berbeda tidak nyata dengan yang lainnya. Pada kondisi ini diperkirakan unsur hara kalium berperan dalam membantu memperbaiki penyerapan unsur hara, hal ini juga didukung dengan ketersediaan unsur hara

5

fosfor yang berperan dalam merangsang pertumbuhan akar tanaman. Kombinasi dari peran kedua unsur tersebut dan juga beberapa unsur hara lain pada pupuk vermikompos yang diberikan akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Lakitan (2000) menyatakan bahwa fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar yang dipengaruhi oleh suplai fotosintat dari daun. Hasil fotosintat akan dipergunakan untuk memperluas zona perkembangan akar akan memacu pertumbuhan akar primer baru. Sebagai akibatnya terjadi penumpukan fotosintat yang nantinya akan disimpan dalam bentuk polong. Hasil yang sama dapat ditunjukkan oleh penemuan Ferdhana (2006), bahwa unsur fosfor berguna bagi tanaman sebagai pemacu proses pembentukan protein dan juga enzim yang dimanfaatkan tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan akar serta didukung unsur kalium yang berperan mengaktifkan kerja beberapa enzim, memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman lainnya, dan sebagai pembentuk jaringan tanaman sperti pembentukan polong. Pembentukan polong pada tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh unsur hara fosfor. Nyakpa dkk (1989) menyatakan unsur hara fosfor mempengaruhi pembelahan sel dan pembentukan lemak, bunga, buah dan biji. Ibrizi (2005) menyatakan bahwa jumlah buah maksimum tiap tanaman ditentukan oleh lingkungan selama proses pembentukan buah. Pemberian pupuk vermikompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu meningkatkan daya sanggah air, agregat tanah, permeabilitas dan aerase tanah serta mengurangi pengaruh aliran permukaan dan erosi sehingga ginofor dapat berkembang dan membentuk polong dalam tanah. Pupuk vermikompos juga meningkatkan aktifitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik dengan demikian unsur yang terdapat di dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. 4.6. Jumlah Polong Bernas pertanaman (polong) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berbeda tidak nyata terhadap jumlah polong bernas per tanaman (lampiran 5.6). Rerata jumlah polong bernas per tanaman disajikan pada Tabel 6.

Rerata 7,96 KK =39,63 % Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos cenderung meningkatkan jumlah polong bernas per tanaman walaupun tidak berbeda nyata . Hal ini diduga karena pemberian yang seimbang mampu meningkatkan jumlah polong bernas tanaman. Pemberian pupuk vermikompos dosis 2 ton per ha memiliki jumlah polong bernas pertanaman tertinggi. Hal ini juga berhubungan dengan unsur hara yang tersedia yang menyebabkan pertumbuhan vegetatif dan generatif berjalan dengan baik. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), bahan organik akan terdekomposisi, dimana tingkat air dari dekomposisi adalah proses mineralisasi yang akan melepaskan hara tanaman antara lain adalah unsur P. Mulat (2003), menyatakan bahwa tanaman yang mendapat tambahan P tumbuh lebih tinggi sehingga jumlah polong bernas terbentuk lebih banyak. Pada fase pembentukan polong tanaman akan lebih banyak membutuhkan unsur P. Hakim (1986) menyatakan unsur P dijumpai dalam jumlah yang banyak pada biji, merupakan penyusun setiap sel hidup. Unsur P juga berfungsi untuk mentransfer energi dalam proses hidup dan pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lancarnya metabolisme, fotosintesis, asimilasi dan respirasi. Semua proses ini berguna dalam menentukan kualitas dan menentukan produksi biji. Novizan (2002) menyatakan peranan P antara lain dapat merangsang pembentukan bunga, buah dan biji. 4.7. Berat Polong Kering per Plot (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berbeda nyata terhadap berat polong kering per plot (lampiran 5.7). Rerata berat polong kering per plot disajikan pada Tabel 7. Tabel 7.Rerata Berat Polong Kering Per Plot kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan Perlakuan pupuk vermikompos Berat Polong Kering per Plot (g) Tanpa perlakuan 2 ton per ha 4 ton per ha 6 ton per ha 308,930 b 378,548 b 365,708 b 398,863 a Rerata 362,51 KK= 2,91% Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%

Tabel 6. Rerata Jumlah Polong Bernas Pertanaman kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan Perlakuan pupuk vermikompos Jumlah Polong Bernas Pertanaman (polong) Tanpa perlakuan 6 ton per ha 4 ton per ha 2 ton per ha 6,50 a 7,56 a 8,31 a 9,50 a

6

Tabel 7 memperlihatkan bahwa pada perlakuan 6 ton per ha dapat meningkatkan berat polong kering per plot dibandingkan dari perlakuan 2 ton per ha, 4 ton per ha dan tanpa perlakuan. Dengan meningkatnya jumlah dosis vermikompos ternyata dapat meningkatkan berat polong kering per plot. Hal ini karena pemberian vermikompos ke dalam tanah dapat membantu tersedianya unsur hara yang dibutuhkan kacang tanah. Pada fase pembentukan polong akan lebih banyak membutuhkan unsur P, sesuai dengan fungsi P yang berperan dalam proses pengisian polong, bunga dan biji (Novizan, 2002). Menurut Husin (1989) unsur P berperan sangat penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman, meningkatkan kadar P dalam tanaman, diikuti pula dengan meningkatnya serapan unsur hara lain seperti amonium yang berasal dari nitrogen, yang dapat meningkatkan penyerapan fosfor, maka proses fotosintesis juga turut meningkat dengan demikian fotosintat yang dihasilkan juga banyak sehingga pasokan bahan kering dalam biji juga semakin besar. Lakitan (2000), menyatakan bahwa jumlah buah merupakan fungsi dari laju fotosintesis (pemasakan hasil asimilasi) untuk perkembangan buah dan biji yang menyebabkan mobilisasi dan transportasi nutrien. Oleh karena itu tanaman pada seetiap perlakuan menghasilkan fotosintat untuk memenuhi kebutuhan pada pengisian polong dengan jumlah polong nyata yang terbentuk pada tanaman tersebut. 4.8. Jumlah Biji per Polong (buah) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berbeda nyata terhadap jumlah biji per polong (lampiran 5.8). Rerata jumlah biji per polong disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rerata Jumlah Biji Per Polong kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan. Perlakuan pupuk vermikompos Jumlah Biji Per Polong (buah) 4 ton per ha Tanpa perlakuan 2 ton per ha 6 ton per ha 2,06 b 2,18 ab 2,18 ab 2,56 a Rerata 2,24 KK= 11,64 % Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%

dosis tertinggi dapat meningkatkan jumlah biji per polong. Menurut Husin (1989), unsur P berperan sangat penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman, meningkatkan kadar P dalam tanaman, diikuti pula dengan meningkatnya serapan unsur hara lain seperti amonium yang berasal dari nitrogen, yang dapat meningkatkan penyerapan fosfor, maka proses fotosintesis juga turut meningkat dengan demikian fotosintat yang dihasilkan juga banyak sehingga pasokan bahan kering dalam biji juga semakin besar. Pada fase pembentukan polong akan lebih banyak membutuhkan unsur P, sesuai dengan unsur P yang berperan dalam proses pengisian polong, bunga dan biji. AAK (1989), mengatakan tidak semua ginofor masuk ke dalam tanah, ginofor yang tidak masuk ke dalam tanah tidak akan dapat membentuk polong yang sempurna untuk pembentukan biji. 4.9. Berat 100 biji (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berbeda tidak nyata terhadap berat 100 biji (lampiran 5.9). Rerata berat 100 biji disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rerata Berat 100 Biji kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan. Perlakuan pupuk vermikompos Berat Kering 100 Biji (g) Tanpa perlakuan 2 ton per ha 6 ton per ha 4 ton per ha 39,20 a 39,52 a 40,15 a 40,21 a Rerata 39,77 KK= 2,11 % Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Tabel 9 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan vermikompos cenderung meningkatkan berat kering 100 biji walaupun berbeda tidak nyata dengan tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang terkandung dalam masingmasing perlakuan sudah terpenuhi. Parameter berat kering 100 biji menunjukkan kecenderungan lebih meningkat dengan semakin rendahnya C/N tanah. Ini berarti dekomposisi bahan organik tanah yang lebih lanjut dan sempurna akibat peranan mikroorganisme dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan biji kacang tanah. Kandungan yang terdapat dalam bahan organik diantaranya unsur P yang berfungsi sebagai salah satu unsur yang dibutuhkan tanaman pada masa pertumbuhan generatif. Unsur P terdapat dalam substansi organis yang penting bagi tanaman yaitu dalam inti sel, sehingga P banyak terdapat di dalam buah atau biji dan bagian tanaman muda. Menurut Nyakpa (1988), fosfor dapat meningkatkan perkembangan akar yang kemudian dapat meningkatkan kadar P itu sendiri dalam tanaman yang akan diikuti dengan

Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos dengan dosis 6 ton per ha dapat meningkatkan jumlah biji per polong dibandingkan dengan perlakuan dosis 2 ton per ha, 4 ton per ha dan kontrol. Hal ini diduga bahwa pada pemberian

7

meningkatnya serapan unsur hara yang lain sehingga fotosintesis juga meningkat, dengan demikian fotosintat yang dihasilkan juga lebih besar sehingga pasokan berat kering dalam biji semakin besar. Pemberian pupuk vermikompos juga meningkatkan unsur hara K, dimana meningkatnya mutu biji kering akibat masukan unsur ini disebabkan peranannya dalam translokasi assimilat ke biji yang semakin meningkat akibatnya memberi peningkatan terhadap mutu biji yang dihasilkan. Menurut Osman (1996), pemberian K berpengaruh pada proses pengisisan biji yang optimal dengan demikian akan memberikan mutu biji yang baik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Saul dan Diha (1989), mutu biji kering kacang tanah lebih dipengaruhi oleh serapan unsur hara K oleh tanaman. 4.10. Berat Biji Kering per Plot (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos berbeda nyata terhadap berat biji kering per plot (lampiran 5.10). Rerata berat biji kering per plot disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rerata Berat Biji Kering Per Plot kacang tanah berdasarkan dosis vermikompos yang diberikan. Perlakuan pupuk vermikompos Berat Biji Kering Per Plot (g) Tanpa perlakuan 4 ton per ha 2 ton per ha 6 ton per ha 223,35 b 230,91 ab 233,60 ab 242,61 a Rerata 232,61 KK= 4,51 % Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Pada Tabel 10 terlihat bahwa perlakuan pupuk vermikompos berbeda nyata dengan tanpa perlakuan. Hal ini diduga pada 2 ton/ha sudah melakukan pengisian biji. Perbedaan yang terjadi pada pengamatan produksi biji kering per plot dipengaruhi oleh unsur hara yang dikandung vermikompos (Lampiran 3) sudah mencukupi untuk proses pembentukan biji kering per plot. Adisarwanto (2000), menyatakan bahwa suatu varietas tanaman mempunyai interaksi positif dengan lingkungannya akan memberikan hasil yang sesuai dengan kemampuannya apabila lingkungannya cocok atau sebaliknya akan merosot apabila keadaan lingkungannya tidak sesuai. Matson (1980), berpendapat bahwa pemberian unsur N yang tepat dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas tanaman, meningkatkan biomassa tanaman (berat kering total) dan hasil protein serta memacu pembelahan sel tanaman. Selain unur N, unsur P juga sangat berperan dalam meningkatkan berat

kering biji per plot. Menurut Hamzah dan Rasyad (1995), pupuk P mempengaruhi jumlah polong, persentase polong bernas yang akhirnya akan mempengaruhi berat kering biji. Di dalam tanaman P memberikan peran untuk merangsang pertumbuhan akar, memperluas daun, mempercepat pematangan, membantu pengangkutan bahan dari bagian lain ke biji serta memperbesar perbandingan berat biji (Ahn, 1993). Meningkatnya berat biji kering pada pemberian vermikompos juga meningkatkan unsur K. K berperan dalam proses translokasi bahan-bahan organik dari source ke sink dalam proses pengisian biji. Menurut Mangel and Kirkby (1987) peranan K sanngat penting terutama dalam proses fotosintesis, aktivator enzim dan transpor fotosintat, ditambahkan Soeprapto (1985), bahwa tanaman membutuhkan K dalam jumlah besar, K dijumpai 60 % di dalam biji kacang tanah dari jumlah K yang terdapat pada jaringan tanaman, selain itu K juga berperan dalam membantu perkembangan akar sehingga membantu penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi lebih baik. Tingginya berat kering biji per plot disebabkan karena jumlah biji per polong (Tabel 8) dan berat 100 biji (Tabel 9) serta sedikit terserang hama dan penyakit, dimana peningkatan pemberian vermikompos dapat meningkatkan ketersediaan unsur P dan K. Rosmarkam dan Yuwono (2002), menyatakan bahwa salah satu fungsi unsur P dan K adalah meningkatkan ketahanan bagi tanaman dari serangan hama dan penyakit.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian pemberian pupuk vermikompos terhadap tanaman kacang tanah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian vermikompos berpengaruh nyata terhadap bobot berangkasan kering, berat polong kering per plot, berat biji kering per plot, jumlah biji per polong, dan berat biji kering per plot . Dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur tanaman berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah polong bernas per tanaman dan berat 100 biji. 2. Pemberian dosis 2 ton per/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah sebesar 233,60 g/tanaman. 5.2. Saran Dalam budidaya tanaman kacang tanah agar mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang baik sebaiknya digunakan pupuk vermikompos tidak lebih dari 2 ton per ha. DAFTAR PUSTAKA AAK. 1989. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah

8

di Lahan Sawah dan Kering. Penebar Swadaya. Malang. Adriansyah, M.F. 2006. Pengaruh Pemberian Inokulan Mikoriza dan Rhizobium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus. L) di Lahan Gambut. Faperta Universitas Riau. Pekanbaru. Ahn, P.M. 1993. Tropiocal Soil and Fertilizer Use, Intermediate Tropical Agriculture Series. Longman Group UK Limited. Malaysia. Aini, N., Ida Rahayu LS., M. Santoso. 2002. Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Organik Kascing dan Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L) Varietas Seagon. Jurnal Agrivita, vol.24 No.1: 44-53 Aksi Agri Kanisius. 1989. Kacang Tanah. Kanisius. Jakarta. Anonimous a. 2007. Cara Pengendalian Penggunaan Insektisida Pada Tanaman Hortikultura http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/teknologi-pertanian. diakses tanggal 30 Maret 2009 Anonimous b. 2004. Agromania Kiat Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus sp) www. Mail-archieve. Com/Agromania @ yahoogroups. Com/msg 02834. html. Diakses pada tanggal 17 Desember 2007 BPT Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2003. Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah. Jawa Timur Badan Pusat Statistik Riau. 2009. Statistik Tanaman Pangan Riau Laporan Tahunan. Pekanbaru. Bell. M.J. B. Soekarno dan A. Rahmianna. 1991. Effect of Photoperiod, Temperature and Irradiance on Peanut Growth and Development. ACIAR Proceeding No. 40. Goanna Print. Ltd. Canberra. Dwidjoseputro, D. (1986), Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, pp. 180-201. Erlinda, R., dkk. 2001. Penggunaan Vermikompos dalam Budidaya Cabai Organik. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati: Payakumbuh. Ferdhana, E. 2006. Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (elaeis hypogea L.) di Pembibitan Utama. Skripsi Universitas Riau. Pekanbaru. Tidak dipublikasikan. Fransiscus. 2006. Pemberian Beberapa Pupuk Organik

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea. L). Skripsi Universitas Riau. Pekanbaru, Tidak dipublikasikan. Gardner, F. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. Gayatri. 1999. Pertanian Organis. Disampaikan pada Seminar Uji Coba Lokal Tropis, Jakarta.92 hal. Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hanafiah. K. A. 2002. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi ke III. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang. Hamzah, N dan A. Rasyad. 1995. Pengaruh Pupuk Fosfor Terhadap Perkembangan Biji dan Produksi Kedelai (Glycine max (L) Merill), Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian UNRI. Pekanbaru. Hardjadi dan Setyawan. 1973. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Husin ET. 1989. Peran Vasikular Arbuskular mikoriza terhadap serapan unsur P tanaman. Fakultas Pasca Sarjana UNPAD. Bandung. Ibrizi. 2005. Pengaruh Pupuk Fosfor dan Umur Panen Terhadap Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogeal .L). Skripsi Universitas Riau. Pekanbaru, tidak dipublikasikan. Kartini, N. I. 1997. Efek Mikoriza Vasekulan Asbeskular dan Pupuk Organik Kascing Terhadap P Tersedia Tanah, Kadar P Tanaman dan Hasil Bawang Putih. Disertasi. PPS UNPAD. Bandung (tidak dipublikasikan). Karianda, I Ketut, I Made Sukadana. 2000. Laporan Akhir Pengkajian Pupuk Organik Sayuran Pinggir Kota. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Denpasar. Bali. Lakitan, B. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Lingga, P. 1995. Pupuk dan Pemupukan. Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, P. dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Listyawan, B. 1997. Pemanfaatan Limbah Padat Organik

9

Untuk Vermicomposting. Program of The Third International Conference on Zero Emission. Jakarta. Mangel, D.B. and E.A. Kirkby. 1987. Principle of Plant Nutrition. 3rd Edition. International Potash Institut. Switzerland. Marsono dan P. Sigit, 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. Mashur, 2001. Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Cacing Tanah Eisenia foetida Savigny Untuk Meningkatkan Produksi Biomassa dan Kualitas Eksmecat Dengan Memanfaatkan Limbah Organik Sebagai Media. Tesis Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya diterjemahkan oleh Herawati Susilo. Universitas Indonesia. Jakarta. Mulat, T. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing: Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta. Murbandono L. HS. 2004. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. Narta, I. K., 2002. Pengaruh Penggunaan Pupuk Hayati Biofer 2000-N dan Pupuk Organik Kascing Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L). Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering. Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana. Denpasar. Novian. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta. Gardner FP. RP Brent. RI Nurjen, M., Sudiarso dan Agung Nugroho. 2002. Peran Pupuk Kotoran Ayam dan Pupuk N terhadap Pertumbuhan Hasil Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Varietas Sriti. Agrivita Vol. 24. No. I. 1-8. Nyakpa, M.Y., N. Hakim., A.M. Lubis., M.A. Paulung., G.B. Hong., A.G. Amrah., A. Munawar. 1998. Kesuburan tanah Universitas Lampung. Bandar Lampung. Osman, F. 1996. Pemupukan Padi dan Palawija. Penebar Swadaya. Jakarta. Palungkun, R. 1999. Sukses Beternak Cacing Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Pangaribuan,N. 2003. Hardening Dalam Upaya Meengatasi Efek Salin Pada Tanaman Bayam. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Terbuka. Rosmarkam, A dan Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Rinsema, W.T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Rukmana. 1999. Budidaya Cacing Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Rukmana. 1998. Budidaya Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Somaatmadja, S. 1987. Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Sumarno. 1987. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Sumarno dan P. Slamet. 1993. Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Dalam A. Kasno, A. Winarto dan Sunardi (peny) Kacang Tanah Monograf. Ballitan Malang. 9-23. Suprapto. 2002. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Thamrin. 2000. Perbaikan Sifat Fisik Tanah dengan Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Jatinangor. Jawa Barat (tidak dipublikasikan). Trustinak. 1993. Biologi Kacang Tanah. Dalam A. Kasno, A. Winarto dan Sunardi (peny) Kacang Tanah Monograf. Ballitan Malang. 24-30 Zahid A, 1994. Manfaat Ekonomis Dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kotoran Ternak Sapi Menjadi Kascing. Studi Kasus Di PT. Pola Nusa Duta, Ciamis. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, pp. 6 14.

10