Jurnal Review

10
Abstrak : Diet dan gaya hidup penting dalam memelihara tekanan darah. Peranan susu dalam pencegahan hipertensi masih belum jelas. Studi ini mempelajari hubungan antara asupan susu dengan tekanan darah pada 21553 orang Belanda yang berumur 20-65 tahun yang tidak menggunakan obat antihipertensi. Kemudian, resiko hipertensi diperiksa pada 3454 responden ini dengan follow up selama 5 tahun. Konsumsi susu dinyatakan pada baseline (1993-1997) dengan menggunakan FFQ semiquantitatif 178 makanan dan minuman. Baseline tekanan darah dan rasio odds untuk insidensi hipertensi dikalkulasi dalam kategori asupan susu yang energinya telah disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, status sosioekonomi, BMI, merokok, penggunaan alkohol, dan asupan makanan. Median asupan responden yaitu 344 d/dl (~2.3 penyajian) dari total asupan susu dan 174 d/dl (1.2 penyajian) dari susu rendah lemak. Rerata tekanan darah yaitu 120/76 mmHg. Asupan susu total, golongan susu spesifik (rendah lemak, tinggi lemak, hasil fermentasi) dan prodak olahan susu (keju, yogurt) tidak secara konsisten berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan darah pada 3454 responden yang difollow up, 713 diantaranya mengalami hipertensi. Resiko terjadinya hipertensi berhubungan terbalik dengan asupan susu rendah lemak, dengan hasil rasio odds multivariat (95% Cl). Disimpulkan bahwa variasi tekanan darah pada penduduk Belanda berusia menengah tidak dapat dijelaskan dengan asupan susu secara umum. Namun, efek yang menguntungkan dari asupan susu rendah lemak pada resiko hipertensi tidak dapat disingkirkan, yang mana perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan studi prospektif populasi. Pendahuluan Hipertensi merupakan masalah besar di masyarakat. Pada tahun 2025, diperkirakan 29% dari seluruh penduduk dunia akan mengalamiu hipertensi. Hipertensi dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular 2x lipat. Berdasarkan uji klinis yang sering dilakukan dengan uji cross-sectional, diet dengan tinggi asupan bauh, sayur, susu rendah lemak terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Menurut studi di 5880 universitas yang dilakukan di Spanyol dengan studi cohort selama 2 tahun menunjukkan: susu rendah lemak berasosiasi dengan penurunan tekanan darah. Di Belanda, peneliti melalukan penelitian apakah susu dan hasil olahannya dapat menurunkan tekanan darah dan resiko tekanan darah

Transcript of Jurnal Review

Page 1: Jurnal Review

Abstrak : Diet dan gaya hidup penting dalam memelihara tekanan darah. Peranan susu dalam

pencegahan hipertensi masih belum jelas. Studi ini mempelajari hubungan antara asupan susu dengan tekanan darah pada 21553 orang Belanda yang berumur 20-65 tahun yang tidak menggunakan obat antihipertensi. Kemudian, resiko hipertensi diperiksa pada 3454 responden ini dengan follow up selama 5 tahun. Konsumsi susu dinyatakan pada baseline (1993-1997) dengan menggunakan FFQ semiquantitatif 178 makanan dan minuman. Baseline tekanan darah dan rasio odds untuk insidensi hipertensi dikalkulasi dalam kategori asupan susu yang energinya telah disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, status sosioekonomi, BMI, merokok, penggunaan alkohol, dan asupan makanan. Median asupan responden yaitu 344 d/dl (~2.3 penyajian) dari total asupan susu dan 174 d/dl (1.2 penyajian) dari susu rendah lemak. Rerata tekanan darah yaitu 120/76 mmHg. Asupan susu total, golongan susu spesifik (rendah lemak, tinggi lemak, hasil fermentasi) dan prodak olahan susu (keju, yogurt) tidak secara konsisten berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan darah pada 3454 responden yang difollow up, 713 diantaranya mengalami hipertensi. Resiko terjadinya hipertensi berhubungan terbalik dengan asupan susu rendah lemak, dengan hasil rasio odds multivariat (95% Cl). Disimpulkan bahwa variasi tekanan darah pada penduduk Belanda berusia menengah tidak dapat dijelaskan dengan asupan susu secara umum. Namun, efek yang menguntungkan dari asupan susu rendah lemak pada resiko hipertensi tidak dapat disingkirkan, yang mana perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan studi prospektif populasi.

Pendahuluan

Hipertensi merupakan masalah besar di masyarakat. Pada tahun 2025, diperkirakan 29% dari seluruh penduduk dunia akan mengalamiu hipertensi. Hipertensi dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular 2x lipat. Berdasarkan uji klinis yang sering dilakukan dengan uji cross-sectional, diet dengan tinggi asupan bauh, sayur, susu rendah lemak terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Menurut studi di 5880 universitas yang dilakukan di Spanyol dengan studi cohort selama 2 tahun menunjukkan: susu rendah lemak berasosiasi dengan penurunan tekanan darah. Di Belanda, peneliti melalukan penelitian apakah susu dan hasil olahannya dapat menurunkan tekanan darah dan resiko tekanan darah dengan menggunakan sudi kohort pada 21.553 responden yang berusia 20-65 tahun.

MetodeStudi ini merupakan studi analitik dengan menggunakan desain kohort retrospektif.

Pengambilan sampel dilakukan di 3 kota (Amsterdam, Doetinchen, dan Manstricht) yang berusia 20-65 tahun. Responden yang data mengenai konsumsi susu harian dan tekanan darahnya tidak diketahui, yang menggunakan obat antihipertensi tidak dimasukan ke dalam sampel. Kriteria eksklusi ini menyisakan 21553 orang untuk dijadikan sampel.

Untuk variasi diet maka digunakan 178 jenis makanan dan minuman. Yang dimaksud dengan total susu adalah semua produk susu kecuali mentega dan eskrim. Susu rendah lemak adalah susu susu dan olahan susu dengan konsentrasi lemak <2.0 g/100 g atau keju dengan konsentrasi lemak <20 g/100g. Susu tinggi lemak yaitu susu dan olahan susu dengan konsentrasi lemak > 3.5 g/100 g atau olahan keju dengan konsentrasi lemak > 20 g/100 g. Susu yang difermentasi terdiri dari buttermilk, yogurt, keju.

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan shygnomanometer pada saat posisi duduk oleh tenaga ahli. Tekanan darah sistol diukur pada saat bunyi korotkof 1, diastol diukur pada saat bunyi korotkof 5, yang diikuti dengan pengukuran nadi selama 30 detik.

Page 2: Jurnal Review

Pengukuran dilakukan secara berulang-ulang kemudian dirata-ratakan. Hipertensi didefinisikan dengan sistol ≥140 mmHg atau diastol ≥90 mmHg. Faktor resiko dalam data yang berhubungan dengan hipertensi yaitu IMT, gaya hidup, penyakit penyerta, obat-obatan, aktivitas fisik, asupan alkohol, status merokok dan status ekonomi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SAS versi 9.1

Hasil Karakteristik PopulasiKarakteristik responden berdasarkan asupan susu yang telah disesuaikan dengan hasil energinya (Tabel 1). Rerata TD sistolik 120,1 ± 15.7 mmHg, dan 15% dari populasi memiliki peningkatan tekanan darah (ie ≥ 140 /90 mmHg). Asupan susu terkait dengan asupan buah, kopi dan non merokok. Pada kategori susu terendah, yang mana mencakup lebih banyak laki-laki, asupan energi total dari daging, roti, dan lemak jenuh lebih tinggi daripada kategori lainnya.

Konsumsi susuNilai tengah dari asupan susu total yang telah disesuaikan energinya dari hasil studi populasi yaitu 334g/hari, berkisar antara 110 g/hari (<1 sajian /hari) pada kuantil terendah sampai 765 g/hari pada kuantil tertinggi. Koefisien korelasi spearman yaitu 0.91 (p < 0.0001) untuk menunjukkan hubungan antara susu total dengan susu rendah lemak dan 0.41 (0 < 0.0001) untuk hubungan antara susu rendah lemak dan tinggi lemak.

Asupan susu dan tekanan darah Tekanan darah menunjukkan sedikit variasi sepanjang kuintil dari total susu, susu

rendah lemak, dan susu tinggi lemak. Untuk kelompok susu dan olahan susu lainnya, tekanan darah juga sama di sepanjang kuintil. Dengan mengeksklusi makanan penutup dari produk olahan susu tidak merubah hasil penemuan. Dan juga, penyesuaian lebih lanjut untuk makanan komplemen susu atau lemak jenuh tidak merubah hasil. Hasilnya juga tidak berubah saat dilakukan analisis ulang data setelah mengeksklusi responden dengan infark miokard atau diabetes dan penyesuaian penyesuaian lebih lanjut untuk asupan yang dianjurkan. Selanjutnya, penambahan inklusi aktivitas fisik pada model, dengan menggunakan data dari sebuah subkelompok yang terdiri dari 16642 responden tidak menunjukkan perubahan pada data.

Analisis subkelompok menunjukkan hubungan antara susu rendah lemak dan tekanan darah tidak bervariasi pada usia, jenis kelamin, BMI, atau tekanan darah. Saat dilakukan penilaian hubungan antara susu rendah lemak dan tekanan darah secara kontinu dengan studi kohort, dengan β 95% yang disesuaikan per 50 g, terjadi peningkatan sistolik 0.05 mmHg dan penurunan diastolik 0.04mmHg. Pada subkelompok (4310) dengan kebiasaan asupan susu yang rendah , β 0.19 mmHg dan -0.09 mmHg per 50 gram.

Asupan susu dan insidens hipertensiResponden pada subkohort yang difollow up sekitar 49.5 ±9.6 tahun, yang mana terdiri dari 45% laki-laki. Tekanan darah pada responden ini meningkat sebanyak 5.7 ±12.7 mmHg (sistolik) dan 3.1 ± 9.6 mmHg (diastolik) selama follow up pada periode pertengahan dalam 5 tahun dan 713 (20.6%) kasus baru hipertensi yang teridentifikasi.

Setelah penyesuaian dengan faktor perancu yang mungkin terjadi, total susu, susu rendah lemak, dan susu tinggi lemak tidak berhubungan secara signifikan dengan resiko hipertensi

Page 3: Jurnal Review

(p-trend 0.60, 0.24, 0.11). Kelompok susu lain dan produk olahan susu tidak memiliki hubungan yang jelas dengan resiko hipertensi.Setelah memasukan aktivitas fisik pada model multivariat (n=2768), OR (95% CI) dengan kuartil konsekutif susu rendah lemak 1.00, 0.83 (0.63, 1.10), 0.81 (0.61, 1.07) dan 0.85 (0.64, 1.13) dengan (p-trend 0.36). Hubungan antara susu rendah lemak dan resiko hipertensi tidak berbeda antara jenis kelamin dan usia. Setelah silakukan stratifikasi BMI (<25 vs ≥25 kg/m 2) OR pada kuartil kedua sampai keempat dari asupan susu rendah lemak sebesar 0.95 (068, 1.32), 0.97 (0.70, 1.36) dan 0.86(0.61, 1.21; p trend 0.42) untuk responden yang overwight, dan 0.60 (0.42, 0.87), 0.63(0.43, 0.91) dan 0.76 (0.52,1.11; ptrend 0.34) untuk yang non overweight.

Dalam penelitian cohort yang dilakukan pada 21,553 orang dewasa di Belanda , secara keseluruhan asupan susu atau produk susu tidak jelas berpengaruh terhadap tekanan darah. Berdasarakn analisa 3454 responden menunjukkan tidak ada kesesuaian antara asosiasi susu asupan yang bermakna pada responden yang telah memiliki resiko hipertensi selama 5 tahun, dengan pengecualian untuk asupan susu rendah lemak yang tidak signifikan terhadap hipertensi dengan resiko yang lebih rendah. ( P-trend ¼ 0.24 ).

Studi ini memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan. Studi ini mengacu pada negara yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi asupan susu yang lebih tinggi. Penelitian ini meliputi kebiaasaan orang sekitar untuk mengkonsumsi berbagai variasi dari berbagai produk susu, hal ini memungkinkan kita untuk memeriksa lebih banyak jenis produk susu yang terkait dengan tekanan darah. Total asupan susu berkisar < 1 sampai >5 porsi/hari. Pengambilan sampel yang lebih besar dapat dilakukan untuk mengetahui tekanan darah pada responden yang mengkonsumsi produk susu dalam jumlah yang lebih rendah (contoh; < 185 gram/hari), tetapi tidak terdapat hubungan terhadap peningkatan tekanan darah pada responden yang mengkonsumsi dalam jumalah yang lebih rendah.

Perhatian utama ditujukan pada uji epidemiologi. Data pada aktivitas fisik, tekanan darah merupakan faktor penentu penting, yang tersedia sebanyak 77% dari responden. Mengulangi analisis multivariat dengan menambahkan penyesuaian untuk aktivitas fisik dalam subkumpulan ini tidak mempengaruhi asosiasi terhadap tekanan darah. Penilaian asupan susu dalam studi ini dilakukan selama 12 bulanan dengan melakukan dietary recall setiap 24 jam. Susu dan produk susu sangat berkorelasi (r ¼ 0.7–0.8), menunjukkan responden memadai berdasarakan peringkat menurut asupan susu. Validitas untuk keju sangat rendah (r ¼ 0.4–0.5), dimana mungkin terdapat dilusi pada hubungan antar keju dan tekanan darah dan hasil ini tidak menjelaskan hasil penelitian secara keseluruhan, karena keju memberikan kontribusi hanya 8.6% total asupan susu.

Bukti ilmiah untuk efek dari susu pada bp atau hipertensi tidak konsisten. Data penelitian ini sesuai dengan temuan penelitan SU.VI.MAX di Perancis dimana studi ini melibataan 4652 responden berusia 35-63 tahun, di mana secara keseluruhan susu itu tidak berhubungan dengan tekanan darah atau peningkatan tekanan darah. Namun pada penelitian Ruidavets et al., melaporkan bahwa produk susu (range, 93-335 gram/hari) dan konsumsi kalsium adalah makanan secara signifikan dan independen berhubungan dengan penurunkan tekanan darah sistolik (7 mmHg untuk total konsumsi susu dan 4 mm hg untuk konsumsi kalsium ) dari 912 responden laki-laki berusia 45-64 tahun di Perancis. Penelitian yang dilakukan Djousse et al. menemukan bahwa asupan susu (range, 0,4-3,1 porsi/hari) dikaitkan

Page 4: Jurnal Review

dengan hasil 38% menunjukkan pravalensi hipertensi yang rendah dengan kalsium sebagai variabel tergantung di The National Heart, Lung, and Blood Institute Family Heart Study. Asupan susu dalam penelitian ini lebih tinggi (344 gram /hari; 2,5 porsi), yang mungkin dapat menjelaskan perbedaan dalam hasil. Dalam sebuah penelitian cross-sectional sebelumnya dari belanda pada 2064 responden pria dan wanita yang berusia 50-75 tahun dengan produk olahan susu, dalam makanan penutup, yogurt, dan susu pada rasio perbandingan terbalik memiliki asosiasi terhadap peningkatan tekanan darah. Terlepas dari asupan susu yang tinggi (4 porsi /hari), responden pada penelitian ini berasal dari kelompok yang lebih tua, dimana memungkinkan untuk terjadinya bias perancu dalam penelitian ini. Ketika dilakukan analisa ulang pada responden berusia 50 tahun, namun penelitian ini masih tidak menemukan hubungan susu dengan tekanan darah. Pada penelitan Snijder et al. ditemukan hubungan antara susu tinggi lemak lebih memiliki hubungan terhadap peningkatan kejadian hipertensi dibandingkan dengan susu rendah lemak, hal ini bertolak belakang dengan penelitian ini terhadap kejadian hipertensi. Disisi lain pada penelitian Alonso et al., menunjukkan bahwa ausupan susu rendah lemak (mean intake 140 gram/hari) lemak susu asupan ( rata-rata 140 g / d ), tetapi tidak pada susu tinggi lemak, dapat menurunkan resiko hipertensi sebesar 54 % selama 2 tahun dari hasil follow up 5880 responden lulusan universitas Spanyol. Efek potensial yang menguntungkan pada susu rendah lemak dengan pendekatan diet untuk penurunan tekanan darah menunjukkan hasil yang lebih menonjol pada susu rendah lemak yang disisipakn diantara diet buah dan sayuran. Pada studi The Coronary Artery Risk Development in Young Adults, pengurangan lemak dan susu tinggi lemak memiliki hubungan sebesar 21% mengurangi kemungkinan timbulnya insidensi 10 tahun kemudian terhadap peningkatan tekanan darah pada 923 remaja kelebihan berat badan, tapi tidak memiliki hubungan pada 2234 responden berat badan normal. Secara keseluruhan asupan susu tidak menimbulkan insidensi resiko peningkatan tekanan darah untuk 15 tahun pada penelitian The Coronary Artery Risk Development in Young Adults, dimana susu dan makanan penutup yang mengandung susu memiliki hubungan terbalik

Hal ini belum jelas yang spesifik makanan atau komponen yang dapat bertanggung jawab untuk efek menguntungkan pada tekanan darah.Susu adalah sumber penting dari protein dan mineral ( misalnya kalsium, kalium, magnesium ), yang dapat menurunkan tekanan darah ( 17 - 21 ).Karena vitamin d sangat penting untuk penyerapan kalsium dan homeostasis ( 22 ), vitamin d juga mungkin memainkan peran dalam pencegahan hipertensi. Wang dan lainnya. (24) menunjukkan bahwa konsumsi produk susu rendah lemak, kalsium dan vitamin D masing-masing terbalik dikaitkan dengan risiko hipertensi pada 28,886 remaja dan wanita tua. Di belanda, produk susu belum diperkuat dengan vitamin d. Hal ini dapat berspekulasi bahwa susu rendah lemak mungkin lebih bermanfaat untuk tekanan darah daripada susu tinggi lemak karena itu dapat mengurangi konsentrasi lemak jenuh dan lemak trans alami, yang dapat mengurangi efek menguntungkan dari komponen susu lainnya. Temuan kami menunjukkan bahwa asupan susu memiliki sedikit efek terhadap tekanan darah pada populasi responden usia muda dan remaja sampai dewasa di Belanda. Kami menemukan beberapa bukti untuk efek yang menguntungkan dari susu rendah lemak pada risiko hipertensi, meskipun tidak signifikan, yang perlu dikonfirmasi dalam penelitian cohort berdasarkan populasi lain.

Page 5: Jurnal Review

Critical Appraisal

Pertanyaan penelitian fokus dan jelas o Meneliti hubungan antara asupan susu dengan TD pada 21553 responden

Belanda yang berusia 20-65 tahun yang tidak mengkonsumsi obat antihipertensi

Metode yang digunakan Cohort retrospektifKeuntungan vs kelemahan cohort retrospektifResponden, pengambilannya sudah tepat belum dengan cara cohort.

Metode pengambilan sampel diambil dari data projek pemantauan faktor resiko penyakit kronis dengan mengambil 23.105 laki-laki dan perempuan berusia 20-65 tahun yang diperiksa antara tahun 1993-1997 di 3 kota di Belanda (Amsterdam, Doetinchem, Maastricht)

Kriteria inklusi : o data responden hilang (455) orang tidak diketahui data asupan dan TD nya

o menggunakan obat antihipertensi (455)

o Sisanya 21553 wanita dan pria : Hipertensi sejak awal penelitian (1384) Tidak ada informasi mengenai hipertensi selama follow up (79)

Cara pengukuran sudah akurat dapat mengurangi biaso DO VB :

Cara ukur : semi kuantitatif TFQ mengenai 178 makanan dan minuman selama tahun sebelumnya

Total energi dihitung dengan tabel Dutch Food Terkomputerisasio Susu total : makanan dari susu kecuali mentega dan es krim

o Milk : semua jenis susu, yogurt, creamer

o Keju

Low fat susu : lemak < 2 gram / 100 gram Low fat keju : lemak < 20 gram / 100 gram High fat susu > 3,5 gram / 100 gram Keju > 20 gram / 100 gram

o Yang difermentasi : butter milk, yogurt, cheese

o DO VT :

cara ukur : dengan sphygnomamometer, posisi duduk oleh tenaga ahli, tekanan sistolik diukur dengan suara korotkoff 1, diastolik diukur dengan suara korotkoff 5, di ikuti pengukuran nadi selama 30 detik

validitas : TD diukur ulang dan di rata – rata hipertensi : bila sistol ≥ 140 mmHg atau diastol ≥ 90 mmHg

semua confounding telah diidentifikasi, terutama faktor – faktor perancu yang berhubungan dengan TD dan dapat mempengaruhi perubahan TD seperti : gaya hidup, rokok, aktivitas fisik, alkohol, penyakit penyerta, obat – obatan, BMI

Apakah confounding sudah dimasukan ke dalam design atau analisis?

Page 6: Jurnal Review

o Design : belum di masukan

o Analisis : sudah dimasukan kedalam tabel multifariat yang melibatkan ( umur,

jenis kelamin, BMI, rokok, alkohol, aktivitas fisik ) Pembahasan :

o Hasil utama penelitian menunjukkan :

Terhadap perubahan TD : tidak bermakna, karena perubahan sistol < 20 mg dan diastol < 2-3 mg baik dengan susu rendah atau tinggi lemak.

Insiden hipertensi : tidak bermakna, karena menurut kelompok kami banyak frekwensi yang turut serta mempengaruhi kejadian hipertensi yang sakit disingkirkan oleh peneliti.

Faktor – faktor lain yaitu : aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, BMIo Penelitian ini tidak dapat diterapkan di Indonesia, karena penelitian

dilakukan di negara maju, yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi susu atau produk susu dalam jumlah yang tinggi.