Jurnal Praktikum Kimia Analitik II Penentuan Ion Klorida dengan Metode Mohr

7
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PENENTUAN ION KLORIDA DENGAN METODE MOHRSelasa, 01 April 2014 Disusun Oleh : Rizky Dayu Utami 1112016200070 Kelompok 4: Mudzilatun Nupus (1112016200049) Devi Citra Rastuti (1112016200056) Petri Wahyusari (1112016200075) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

description

Jurnal Praktikum Kimia Analitik II Penentuan Ion Klorida dengan Metode Mohr

Transcript of Jurnal Praktikum Kimia Analitik II Penentuan Ion Klorida dengan Metode Mohr

  • JURNAL PRAKTIKUM

    KIMIA ANALITIK II

    PENENTUAN ION KLORIDA DENGAN METODE MOHR

    Selasa, 01 April 2014

    Disusun Oleh :

    Rizky Dayu Utami

    1112016200070

    Kelompok 4:

    Mudzilatun Nupus (1112016200049)

    Devi Citra Rastuti (1112016200056)

    Petri Wahyusari (1112016200075)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • I. ABSTRACT

    Praktikum ini bertujuan untuk menentukan adanya ion klorida dalam

    larutan MgCl2 dengan menerapkan metode Argentometri (metode Mohr).

    Metode praktikum yang digunakan adalah metode Mohr. Prinsip dasar dari

    metode Mohr adalah pembentukan endapan berwarna antara kelebihan ion

    perak dengan indikator asam kromat (H2CrO4). Timbulnya endapan perak

    kromat berwarna merah disamping endapan perak klorida menunjukkan titik

    akhir titrasi. Dari praktikum yang telah dilakukan menunjukkan adanya ion

    klorida dalam larutan MgCl2 dan kemolaran larutan MgCl2 yaitu 0,072 M.

    Kata Kunci: Klorida, metode Argentometri, titrasi, metode Mohr

    II. INTRODUCTION

    Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti

    perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar

    zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan

    endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah

    dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat

    (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga

    seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan

    pemeriksaan dapat ditentukan (Day, R.A., Underwood, A.L., & JR, 2002).

    Klorida dapat ditetapkan dengan titrasi dengan perak nitrat standar. Dapat

    digunakan suatu titrasi langsung yang menggunakan ion kromat atau

    diklorofluoresein sebagai indikator. Cara lain, larutan perak standar yang

    berlebihan dapat ditambahkan ke sembarang sampel dan kelebihannya dititrasi

    dengan menggunakan kalium tiosianat. Untuk melakukan penentuan klorida

    ini dapat digunakan tiga metode, yaitu metode Mohr, metode Fajans, dan

    metode Volhard (Day, R.A., Underwood, A.L., & JR, 2002).

    Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat

    dibedakan atas :

  • 1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna).

    Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan

    bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan

    penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus

    dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0.

    Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan

    dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.

    2. Metode Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut).

    Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl-, Br-, dan I- dengan

    penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+

    dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan

    titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3

    dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan

    adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+

    membentuk warna merah darah dari FeSCN.

    3. Metode Fajans (Indikator Absorbsi).

    Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,

    hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator

    yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau

    fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+

    (Intyastiwi,dkk, 2007).

    Kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, Hg2Cl2, perak

    klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air

    dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga(I) klorida, CuCl,

    bismut oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium(II)

    oksiklorida, Hg2OCl2, tak larut dalam air.Reaksi klorida dengan larutan perak

    nitrat membentuk endapan perak klorida, AgCl, yang seperti ddih dan putih. Ia

    tak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer, teteapi larut dalam larutan asam

    amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat. Jika

    endapan perak klorida ini disaring, dicuci dengan air suling, dan dikocok

    dengan larutan natrium arsenit, endapan diubah menjadi perak arsenit yang

  • kuning (perbedaan dari perak bromida dan perak iodida, yang tak dipengaruhi

    oleh pengolahan ini) (Vogel, 1990).

    III. MATERIALS AND METHODS

    Praktikum dilaksanakan pada Selasa, 01 April 2014 di Laboratorium

    Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan(FITK) UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Alat dan Bahan:

    Alat yang digunakan adalah gelas kimia, batang pengaduk, gelas ukur,

    gelas kimia, labu erlenmeyer, pipet tetes, buret, klem, dan statif. Bahan yang

    digunakan adalah MgCl2, H2CrO4, kertas saring dan tisu.

    Penentuan Kadar Klorida dengan Metode Mohr

    Siapkan 10 mL MgCl2 dan masukkan ke dalam labu erlenmeyer,

    tambahkan 25 tetes H2CrO4. Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 0,02 M

    hingga menghasilkan endapan merah bata. Hitung molaritas dari larutan

    MgCl2.

    Metode Praktikum

    Metode praktikum yang digunakan adalah metode Mohr, yaitu metode

    pembentukan endapan berwarna antara kelebihan ion perak dengan indikator

    kalium kromat (K2CrO4). Timbulnya endapan perak kromat berwarna merah

    disamping endapan perak klorida menunjukkan titik akhir titrasi. Indikator

    K2CrO4 tidak dapat digunakan dalam suasana asam. Cara ini tidak dapat

    digunakan untuk menetukan kadar iodida dan harus berlangsung pada pH 7-

    10.

  • IV. RESULT AND DISCUSSION

    Hasil Pengamatan

    Reaksi Hasil pengamatan

    10 mL MgCl2 + 25 tetes H2CrO4 Larutan berwarna biru jernih

    Larutan biru jernih dititasi dengan

    AgNO3 0,02 M sebanyak 36 mL

    Terbentuk endapan perak merah bata

    Persamaan Reaksi

    Ag+ + Cl- AgCl (endapan putih)

    2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 (endapan merah)

    Ag2CrO4 + 2Cl- 2AgCl + CrO42-

    2AgNO3 (aq) + H2CrO4 (aq) Ag2CrO4 (aq) + 2HNO3 (aq)

    MgCl2(aq) + 2AgNO3 (aq) 2AgCl(s) + MgNO3 (aq)

    Perhitungan

    M1 x V1 = M2 x V2

    M1 x 10 mL = 0,02 M x 36 mL

    M1 = 0,072 M

    Pembahasan

    Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi

    pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat juga

    diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau

    kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran

    AgNO3.Tujuan dari praktikum kali ini adalah menentukan ion klorida dengan

    metode Mohr.

    Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan MgCl2 adalah

    metode Mohr dengan indikator H2CrO4. Penambahan indikator ini akan

    menjadikan warna larutan menjadi biru jernih. Titrasi dilakukan hingga

    mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan munculnya endapan

    perak merah bata.

  • Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari

    MgCl2 akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah

    ion Cl- dalam MgCl2 telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan

    ion CrO42- dari H2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan terbentuknya endapan

    perak merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan

    MgCl2. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek

    AgNO3 sama dengan jumlah mol grek MgCl2.

    Dalam proses standarisasi AgNO3 dengan MgCl2 sebanyak 10 mL dan

    larutan AgNO3 0,02 M dengan volume titrasi 36 mL. Dengan rumus netralisasi,

    maka normalitas AgNO3 dapat dihitung dengan rumus perhitungan :

    M1 x V1 = M2 x V2

    dan diperoleh hasil M MgCl2 yang digunakan adalah 0,072 M.

    V. CONCLUTION

    Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

    1. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat

    dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan

    endapan dengan ion Ag+.

    2. Dalam metode Argentometri terdapat tiga metode, yaitu metode Mohr,

    metode Fajans, dan metode Volhard.

    3. Dari data hasil praktikum dan perhitungan didapatkan molaritas MgCl2

    yaitu sebesar 0,072 M.

    VI. REFERENCE

    Day, R.A., Underwood, A.L., & JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.

    Jakarta: Erlangga.

    Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.

    Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

    Ramli, Munasprianto,M.A. 2014. Panduan Praktikum Kimia Analisa

    Kualitatif. Jakarta: FITK Press.

  • Intyastiwi,dkk. Laporan praktikum Kimia Analitik dasar.

    http://imamsamodra.files.wordpress.com/2008/02/microsoft-word-

    argentometri.pdf .2007. Diakses pada 31 Maret 2014 pukul 08.28 WIB.

    Yuli. Panduan Penulisan Laporan Praktikum.

    http://diploma.chemistry.uii.ac.id/kuliah%20online/PANDUAN%20PENULI

    SAN%20LAPORAN%20PRAKTIKUM.pdf .2011. Diakses pada 31 Maret

    2014 pukul 08.24 WIB.