Jurnal Praktikum Asam Destilasi

download Jurnal Praktikum Asam Destilasi

of 8

description

Asam Destilasi

Transcript of Jurnal Praktikum Asam Destilasi

  • Laporan Praktikum

    Kimia Organik II

    Sintesis Asam Salisilat dari Minyak Gandapura

    Tanggal Percobaan:

    Jumat, 04-April-2014

    Disusun Oleh:

    Aida Nadia (1112016200068)

    Kelompok 4 Kloter 1:

    Amaliyyah mahmudah (1112016200043)

    Rizky Harysetiawan (1112016200069)

    Lilik Jalaludin (1112016200074)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • I. Abstrakss

    Telah dilakukan praktikum sintesis asam salisilat dari minyak gandapura.

    Praktikum kali ini bertujuan untuk mensintesis asam salisilat dari minyak gandapura. Pada

    percobaan kali ini yang dilakukan adalah mengendapkan asam salisilat yang terkandung

    dalam minyak tersebut. Yang dilakukan pertama-tama adalah 15 ml minyak gandapura

    ditambahkan dengan 10 ml NaOH kemudian dilakukan pemanasan hingga endapan yang

    terbentuk dari hasil pencampuran minyak gandapura dengan NaOH menjadi hilang atau

    larut. Lalu diamkan hingga larutan tidak panas dan ditamahkan larutan H2SO4 8 ml dan pH-

    nya menjadi 1. Kemudian endapan disaring dan didiamkan selama satu minggu. Setelah

    didiamkan selama satu minggu endapan asam salisilat di uji titik leburnya. Dan dari hasil

    praktikum didapatkan titik leleh asam salisilat sebesar 160C.

    Kata kunci : asam salisilat, minyak gandapura, titik leleh

    II. Pendahuluan

    Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam

    kehidupan sehari-hari, serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat

    digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptic dan

    analgesic serta pembuatan bahan baku untuk keperluan farmasi. (Daniel, C.S dan Hanef, S,

    2011)

    Gandapura (Gaultheria fragran-tissima) dikenal juga sebagai Indian wintergreen,

    mempunyai sinonim G. punctuata, termasuk dalam famili Ericaceae, dan merupakan salah

    satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup potensial. Tanaman ini dapat tumbuh

    pada dataran tinggi, 1.300 3.300 m dpl., dan belum dikembangkan secara ekonomis

    karena belum tersedia teknologi budidayanya yang tepat. Selama ini, daun dipanen dari

    tumbuhan di daerah pegunungan yang ada di Jawa Tengah, terutama dari gunung Lawu,

    Tawangmangu. Secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan untuk analgesik, karminatif,

    diuretik, mengobati rematik, mencegah kerontokan rambut, antiseptik dan antelmintik.

    Dalam industri, digunakan sebagai campuran untuk pewangi dalam pembuatan minuman,

    parfum, obat, permen dan pasta gigi. Bahkan daun yang telah difermentasi dapat dibuat

    sebagai teh herbal. Daun yang masih segar mempunyai bau yang sangat aromatis sehingga

  • tanaman aromatis yang mengandung atsiri bisa dimanfaatkan dalam bidang aromaterapi,

    farmasi, kosmetik dan parfum. Daun gandapura mengandung minyak atsiri sekitar 1,2%,

    bila disuling dalam keadaan segar kadar minyaknya hanya 0,5 - 0,8%, tetapi bila telah

    dikeringkan dapat mencapai 1%. Cara penggunaan minyak atsiri bisa dalam bentuk kompres

    (4 - 5 tetes atau 0,20 0,25 ml dicampur dengan air hangat atau dingin sebanyak sekitar

    200 ml), minyak untuk pijat (12 - 15 tetes atau 0,60 0,75 ml) dalam 30 ml minyak almon)

    dan lotion (25 tetes atau 0,25 ml minyak dalam 60 g lotion netral. Selain itu, minyak atsiri

    gandapura bisa dimanfaatkan juga sebagai insektisida atau insek repellent. Metode

    ekstraksi terhadap minyak atsiri akan berpengaruh terhadap rasa, aroma, kenampakan dan

    komposisi kimia dari produk, seperti minyak hasil penyulingan mempunyai bau dan aroma

    yang berbeda dengan minyak hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik.

    Komponen utama dari minyak atsirinya adalah metil salisilat, jumlahnya dapat mencapai

    93%. Senyawa metil salisilat merupakan metil ester dari asam asetil salisilat, bersifat sangat

    iritasi dan toksik, namun bila masih terikat dalam tanaman aslinya tidak berbahaya. Senyawa ini

    terbentuk dari proses fermentasi enzim primeverosida untuk memutus rantai glikosida metil

    salisilat, kemudian metil salisilat akan terpisah dari glikosidanya. Untuk memenuhi

    kebutuhan dalam industri, dapat dibuat minyak gandapura secara sintetik atau minyak atsiri

    hasil penyulingan dari ranting dan kulit batang kayu Betula lenta dari famili Betulaceae.

    Pemakaian minyak gandapura dalam produk makanan, penambahan-nya tidak boleh terlalu

    berlebihan, karena minyak bersifat sangat toksik. Persyaratan yang dianjurkan adalah

    0,04% atau untuk campuran permen sekitar 0,2 - 0,5 mg/100 mg. Produk-produk obat

    gosok, terutama untuk pegal-pegal dan rematik yang menggunakan minyak gandapura

    sebagai bahan campuran utama telah banyak beredar

    Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus CO2R

    dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi

    langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alcohol, suatu reaksi yang disebut reaksi

    esterifikasi. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversible

    (Fessenden dan Fessenden, 1982,82).

    Pengeringan udara (temperature lingkungan). Sebagai endapan dapat dikeringkan

    secukupnya untuk penentuan analitik tanpa harus melalui temperature yang tinggi.

    Misalnya, MgNH4PO4.6H2O kadang-kadang dikeringkan dengan mencuci menggunakan

  • suatu campuran alcohol dan eter dan menyaring air dari endapan selama beberapa menit.

    Namun, prosedur ini normalnya tidak disarankan karena bahaya dari penghilangan air yang

    tidak tuntas dengan pencucian.(Underwood,2002,78)

    Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif

    melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu

    fase padat keluar dari larutan. Endapn mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid, dan

    dapat dikeluarkan darilarutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Endapan

    terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan(S)

    suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar darilarutan

    jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu,tekanan, konsentrasi

    bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya.(Shevla,1985,72)

    III. Material dan Metode Kerja

    A. Material

    Alat:

    Kondensor refluks

    Selang

    Bunsen

    Labu destilasi

    Statif dan klem

    Batu didih

    Kaki tiga

    Kawat kasa

    Gelas kimia

    Pipa kapiler

    Penangas minyak

    Thermometer raksa

    Karet

    Bahan:

  • Metal salisilat (minyak gandapura) sebanyak 5 ml

    Larutan 6M NaOH 15 ml

    Larutan 3M H2SO4 15 ml

    Air hangat 15 ml

    Air biasa 13 ml

    B. Metode Kerja

    1. Ambil 5 ml asam salisilat dan masukkan kedalam labu destilasi

    2. Masukkan beberapa batu didih kedalam labu tersebut

    3. Tambahkan juga larutan 6 M NaOH sebanyak 15 ml kedalam labu tersebut maka

    akan terbentuk endapan putih

    4. Merakit alat-alat destilasi agar saling berhubungan dengan erat

    5. Panaskan labu destilasi secara perlahan-lahan sampai semua bahan tercampur

    sempurna d an mendidih

    6. Setelah 30 menit di didihkan di alat-alat tadi, maka selanjutnya biarkan untuk di

    dinginkan sampai suhu ruang

    7. Setelah itu pindahkan larutan didalam labu destilasi tersebut kedalam gelas kimia.

    8. Masukkan gelas kimia yang berisi sampel tadi kedalam baskom yang berisi es batu

    9. Tambahkan larutan 3M H2SO4 sebanyak 15 ml kedalam gelas kimia berisi sampel

    tadi dan dalam menambahkan larutan ini gelas kimia harus tetap berada didalam

    baskom es batu dan dilakukannya di lemari asam, dalam penambahannya sambil di

    aduk larutan tersebut, lakukan penambahan H2SO4 sampai pH-nya menunjukkan

    1-2

    10. Lalu, gelas kimia berisi sampel tadi tetap di dinginkan sampai terbentuk padatan

    endapan putih yang tebal

    11. Lalu endapan disaring

    12. Endapan putih tersebut di cuci dengan air biasa sebanyak 13 ml

    13. Ambil residunya saja, lalu masukkan kedalam gelas kimia

    14. Tambahkan dengan air hangat sebanyak 15 ml kedalam gelas kimia yang berisi

    residu, lalu di aduk

    15. Setelah itu di saring dan di simpan selama beberapa hari sampai sampel mongering

    menjadi bubuk asam salisilat

  • 16. Setelah asam salisilat terbentuk lakukan melting point, yang langkahnya sebagai

    berikut: bakar salah satu ujung pipa kapiler agar tertutup ujungnya, setelah itu

    masukkan beberapa asam salisilat kedalam pipa kapiler tersebut sambil pipa kapiler

    itu dijatuh-jatuhkan agar sampel asam salisilat bisa turun kebawah dan terisi penuh

    rongga-rongga pipa kapiler tersebut, ikat pipa kapiler disamping thermometer raksa,

    setelah itu lelehkan didalam penangas minyak.

    III. Hasil Praktikum dan Pembahasan

    A. Hasil Praktikum

    Persamaan Reaksi dalam Pembuatan Asam Salisilat

    C6H5OH + NaOH C6H5ONa + H2O

    C6H5ONa + CO2 C6H4 (OH) (COONa)

    C6H4 (OH) (COONa) + H2SO4 C6H4 (OH) (COOH) + Na2SO4

    Titik leleh Asam Salisilat

    Titik leleh hasil percobaan: 1600C pada suhu 30

    0C.

    B. Pembahasan

    Minyak Gandapura termasuk family Enicaceal yang terkenal sebagai tanaman

    obat-obatan, Senyawa metal salisilat terdapat didalam minyak gandapura yang

    merupakan bahan dasar sintesis pengawet bahan makanan dan bahan dasar pembuatan

    obat sakit kepala (aspirin) sebesar 96-99%, parafin, aldehid, keton, dan alkohol.

    Minyak gandapura merupakan suatu ester yang memiliki gugus vinil dan hidroksi pada

    posisi orto dari benzena. Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan

    asam salisilat dari minyak gandapura dengan reaksi hidrolisis. Hidrolisis adalah reaksi

    kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion

    hidroksida (OH) melalui suatu proses kimia.

    Reaksi hidrolisis membutuhkan katalis basa. Katalis basa yang digunakan

    ialah NaOH. Senyawa minyak gandapura perlu diubah menjadi garamnya dengan

    penambahan basa. Hal ini terjadi karena penggunaan basa yang mengakibatkan

  • terjadinya reaksi hidrolisis. Ion hidoksida dapat bersifat sebagai basa maupun sebagai

    nukleofil.

    Pada percobaan kali ini, minyak gandapura sebanyak 5 mL dimasukkan

    kedalam labu yang dilengkapi dengan kondensor refluks. Setelah itu ditambahkan

    15mL NaOH 6M dan dilakukan refluks. NaOH yang digunakan berlebih, hal ini

    dikarenakan adanya 2 gugus fungsi yang paling reaktif. Gugus karbonil dan hidroksi

    merupakan gugus yang memungkinkan terbentuknya garam salisilat sehingga saat

    minyak gandapura ditambahkan larutan NaOH larutan berubah menjadi endapan putih.

    Tujuan dari perefluksan ini agar reaksi dapat terjadi dengan laju yang lebih cepat.

    Selain itu proses refluk menyebabkan senyawa yang direaksikan tidak mudah menguap

    ke udara sehingga tidak mengalami pengurangan volume zat yang terkandung

    didalamnya karena adanya kondensor yang mendinginkan suhu sistem. Asam salisilat

    dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit.

    Setelah 30 menit, labu di turunkan dari pemanas dan didinginkan pada suhu

    kamar. Hasil refluk berupa cairan bening karena adanya reaksi hidrolisis yang

    menghasilkan molekul-molekul air. Garam yang terbentuk akan mengalami ionisasi

    bersama air akibatnya larutan yang dihasilkan sebagai destilat berupa 1 fase.

    Larutan yang sudah dingin ditambahkan H2SO4 hingga larutan tersebut

    mencapai pH 1. Larutan lalu didinginkan sampai terbentuk endapan berwarna putih.

    Penambahan asam sulfat berfungsi untuk memprotonasi garam salisilat menjadi asam

    salisilat. Endapan yang terbentuk kemudian disaring dengan corong dan dicuci dengan

    aquades dingin. Tujuannya yaitu untuk menghilangkan pengotor.

    Filtrat lalu ditambahkan lagi dengan H2SO4. Filtrat lalu didinginkan dalam es

    batu hingga terbentuk kristal. Filtrat lalu disaring. Endapan lalu dicuci dengan air

    sebanyak 13 mL, setelah itu dicuci kembali dengan air hangat sebanyak 25,7%.

    Endapan lalu didiamkan selama beberapa hari untuk menghilangkan kandungan air

    didalamnya. Setelah beberapa hari endapan itu menjadi serbuk putih halus seperti

    bedak. Selanjutnya serbuk asam salisilat itu dicek titik lelehnya. Didapatkan hasil dari

    percobaan bahwa asam salisilat yang praktikan buat memiliki titik leleh sebesar 1600 C.

  • IV. Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

    1. Asam salisilat dapat disintesis menggunakan minyak urut gandapura.

    2. Asam salisilat dapat diperoleh dengan mereaksikan metil salisilat dengan NaOH dan

    juga penambahan H2SO4 sebagai katalis.

    3. Asam salisilat yang didapatkan berupa serbuk kristal putih.

    4. Titik leleh asam salisilat adalah 1600C.

    5. Proses pengeringan endapan asam salisilat pada percobaan kali ini adalah proses

    pengeringan udara yaitu proses pengeringan tanpa pemanasan tetapi hanya dengan

    didiamkan pada suhu ruangan selama satu minggu.

    V. Referensi

    Fessenden dan Fessenden. 1981. Kimia Oragnik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

    Svehla.G,dkk. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.Edisi

    ke lima. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.

    Underwood,A.L. dan R.A.Day,JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke enam.

    Jakarta:Erlangga.

    Daniel, C.S dan Hanef, S. 2011. Sintesis 2-hidroksi-n-fenil-benzamida Melalui Esterifikasi

    Asam Salisilat Dilanjutkan Proses Amidasi dengan Fenilamina.

    http://fmipa.unmul.ac.id/pdf/162 . Diakses pada tanggal 24 April 2014 pada pukul

    20.51 WIB.

    Hernani. 2011. Gandapura: Pengolahan, Fitokimia, Minyak Atsiri, dan Daya Herbisida.

    http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/images/publikasi/bul.vol.15.no.2/4-Hernani-

    Gandapura.pdf . Diakses pada tanggal 24 April 2014 pada pukul 20.55 WIB.