JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi...

82
VOL. 4 NO. 3 AGUSTUS 2015 JURNAL PENELIT Kelas Penerapan Model Aktivitas dan Motivasi Be Pembelajaran Pohon Peningkatan Hasil Bela Pembelajaran Power L Meningkatkan Kualita Penera Sumber-Sumber Efektifitas Mode Penerapan Pendek Hasil Belajar S BADAN PENELITIAN P KABUPAT Jurnal Pinisi Research Vol. 4 TIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi B s VII A SMPN 39 Bulukumba Melalui Tek l Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Un elajar Peserta Didik Kelas IX D SMP Ne Dalam Pembelajaran Pendid Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan ajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalu Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Ne Penerapan Pola Latbim Da Kinerja Guru Pada SD as Pembelajaran Geografi Melalui Pembela Tipe TSTS Dengan Memperhatikan G Kelas XII IS 1 SMA Ne apan Model Pembelajaran Contextual Teac Dalam Peningkatan Kemampuan Menu Pada Murid Kelas VI SD Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendid Di Kabu el Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Te Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Be katan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA Un Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantaran PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN D TEN BULUKUMBA SULAWESI SELATA No. 3 Hal. 191 – 258 Bulukumb Agustus 20 ISSN : 2442-3939 K BULUKUMBA Bagi Pesesrta Didik knik Media Gambar Andi Basri ntuk Meningkatkan egeri 17 Bulukumba dikan Agama Islam Nursiah n Kreativitas Siswa Muhammad Jufri ui Penerapan Model egeri 17 Bulukumba Rajamuddin alam Meningkatkan D Negeri 71 Barugae H. Abd. Rahman ajaran Cooperative Gaya Kognitif Siswa egeri 10 Bulukumba Ramli ching And Learning ulis Paragraf Narasi D Negeri 60 Tanete Hj. St. Juwaeriah dikan Jasmani SMA upaten Bulukumba Mahsum ermodifikasi Untuk elajar Peserta Didik Ambo Upe ntuk Meningkatkan ng Kab. Bulukumba Hj. Artati Usmar DAN KEARSIPAN AN ba, 015 ISSN 2442-3939

Transcript of JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi...

Page 1: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

ISSN : 2442-3939VOL. 4 NO. 3 AGUSTUS 2015

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K BULUKUMBA

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bagi Pesesrta DidikKelas VII A SMPN 39 Bulukumba Melalui Teknik Media Gambar

Andi Basri

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk MeningkatkanAktivitas dan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX D SMP Negeri 17 Bulukumba

Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama IslamNursiah

Pembelajaran Pohon Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas SiswaMuhammad Jufri

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan ModelPembelajaran Power Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba

Rajamuddin

Penerapan Pola Latbim Dalam MeningkatkanKinerja Guru Pada SD Negeri 71 Barugae

H. Abd. Rahman

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi Melalui Pembelajaran CooperativeTipe TSTS Dengan Memperhatikan Gaya Kognitif Siswa

Kelas XII IS 1 SMA Negeri 10 BulukumbaRamli

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And LearningDalam Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi

Pada Murid Kelas VI SD Negeri 60 TaneteHj. St. Juwaeriah

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMADi Kabupaten Bulukumba

Mahsum

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasi UntukMeningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik

Ambo Upe

Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA Untuk MeningkatkanHasil Belajar Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Hj. Artati Usmar

BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPANKABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

JurnalPinisi Research

Vol. 4 No. 3 Hal. 191 – 258 Bulukumba,Agustus 2015

ISSN2442-3939

ISSN : 2442-3939VOL. 4 NO. 3 AGUSTUS 2015

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K BULUKUMBA

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bagi Pesesrta DidikKelas VII A SMPN 39 Bulukumba Melalui Teknik Media Gambar

Andi Basri

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk MeningkatkanAktivitas dan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX D SMP Negeri 17 Bulukumba

Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama IslamNursiah

Pembelajaran Pohon Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas SiswaMuhammad Jufri

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan ModelPembelajaran Power Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba

Rajamuddin

Penerapan Pola Latbim Dalam MeningkatkanKinerja Guru Pada SD Negeri 71 Barugae

H. Abd. Rahman

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi Melalui Pembelajaran CooperativeTipe TSTS Dengan Memperhatikan Gaya Kognitif Siswa

Kelas XII IS 1 SMA Negeri 10 BulukumbaRamli

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And LearningDalam Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi

Pada Murid Kelas VI SD Negeri 60 TaneteHj. St. Juwaeriah

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMADi Kabupaten Bulukumba

Mahsum

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasi UntukMeningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik

Ambo Upe

Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA Untuk MeningkatkanHasil Belajar Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Hj. Artati Usmar

BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPANKABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

JurnalPinisi Research

Vol. 4 No. 3 Hal. 191 – 258 Bulukumba,Agustus 2015

ISSN2442-3939

ISSN : 2442-3939VOL. 4 NO. 3 AGUSTUS 2015

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K BULUKUMBA

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bagi Pesesrta DidikKelas VII A SMPN 39 Bulukumba Melalui Teknik Media Gambar

Andi Basri

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk MeningkatkanAktivitas dan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX D SMP Negeri 17 Bulukumba

Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama IslamNursiah

Pembelajaran Pohon Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas SiswaMuhammad Jufri

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan ModelPembelajaran Power Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba

Rajamuddin

Penerapan Pola Latbim Dalam MeningkatkanKinerja Guru Pada SD Negeri 71 Barugae

H. Abd. Rahman

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi Melalui Pembelajaran CooperativeTipe TSTS Dengan Memperhatikan Gaya Kognitif Siswa

Kelas XII IS 1 SMA Negeri 10 BulukumbaRamli

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And LearningDalam Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi

Pada Murid Kelas VI SD Negeri 60 TaneteHj. St. Juwaeriah

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMADi Kabupaten Bulukumba

Mahsum

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasi UntukMeningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik

Ambo Upe

Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA Untuk MeningkatkanHasil Belajar Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Hj. Artati Usmar

BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPANKABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

JurnalPinisi Research

Vol. 4 No. 3 Hal. 191 – 258 Bulukumba,Agustus 2015

ISSN2442-3939

Page 2: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K BULUKUMBA

VOL. 4 NO. 3 ISSN: 2442-3939 AGUSTUS 2015

Pelindung : Bupati Kabupaten Bulukumba

Pembina : Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan KearsipanKabupaten Bulukumba

Penanggungjawab : DR. Drs. Baharuddin P., SE, M. Si

Dewan Redaksi : Hj. A. Ruhaya, S. PdA. Rakhmat Syarif, SEAkhmad Syam, S. PdDra. Hj. Indaryati, MMA. Nurhayati B., SEHj. Husniar, S. Sos

Pemimpin Redaksi : Ahmad Rizaldy Ihsan, SE, M. Si

Penyunting/Editor : Drs. Abd. Rajab, M. SiDrs. Rusli Umar, M. PdMuh. Jafar, S. Pd, M. PdH. Arafah, S. Pd, M. PdJihad Talib,S.Pd.,M.Hum.

Design Grafis & Fotografer : Drs. Abdul HalimMoh. RamliMulyadi Sam, S. Kom

Pemimpin Sekretariat : Muhammad Yunus, S. Sos

Urusan Administrasi : Rismayani, S. Sos; Armawati, S. Sos; A. Aswan, S. Sos;A. Syamsinar.

Urusan Keuangan : Hj. Nur Aeni; Nirwana; Hj. Nakira; Irmawati, A. Md.

Urusan Sirkulasi dan Distribusi : A. Sukaena; Mansur; Wati Iswati; Irdana; A. Suruga.

Urusan Artistik dan Multimedia : Abd. Wahid S., SE

Alamat Sekretariat :Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan

Jl. Durian No. 2 Bulukumba Sulawesi SelatanTelp. +62413 81102, Fax. +62413 81102Email : [email protected]

Jurnal Pinisi Research memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kajian penelitian, atau tinjauan kepustakaanbidang penelitian dan pengembangan yang terbit empat kali dalam setahun

(Februari, Mei, Agustus, dan November)

Redaksi menerima karya ilmiah atau artikel kajian, gagasan di bidang penelitian dan pengembangan.Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah makna substansi tulisan.

Page 3: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

ISSN : 2442-3939

Redaksi Jurnal Pinisi Research:Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan (BP3K)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanJl. Durian No. 2 Bulukumba 92511

Telepon: +62413 81102, Fax: +62413 81102e-mail: [email protected]

ISSN : 2442-3939

Redaksi Jurnal Pinisi Research:Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan (BP3K)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanJl. Durian No. 2 Bulukumba 92511

Telepon: +62413 81102, Fax: +62413 81102e-mail: [email protected]

ISSN : 2442-3939

Redaksi Jurnal Pinisi Research:Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan (BP3K)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanJl. Durian No. 2 Bulukumba 92511

Telepon: +62413 81102, Fax: +62413 81102e-mail: [email protected]

Page 4: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

SAMBUTANKEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN,

PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN KAB. BULULUKUMBA

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Puji syukur tercurah ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT,

atas limpahan karunia-Nya tanpa terasa Jurnal “PINISI RESEARCH”telah terbit untuk edisi ketiga dari rencana empat edisi diterbitkan pada

tahun 2015 ini.

“PINISI RESEARCH” edisi ketiga ini sebagai media informasi hasil- hasil penelitian yang

bertujuan menghadirkan sebuah wahana penuangan kreasi dan kreativitas bagi para stake

holder penelitian, pengkajian, dan pengembangan dan segenap warga masyarakat bangsa

peminat, pemerhati, dan pelaku penelitian dan pengembangan pada umumnya, baik yang

bermukim dalam daerah Kab. Bulukumba maupun di luar daerah Kab. Bulukumba.

Senang dan bahagia kami rasakan setelah penerbitan edisi ketiga jurnal ini ternyata

telah memancing tumbuhnya kegairahan dan antusiasme dari berbagai kalangan (pejabat

pemerintahan, akademisi, mahasiswa, siswa ) untuk berpartisipasi mengisi halaman-halaman

jurnal menuangkan ide pemikiran, kajian dan analisis terkait permasalahan kemasyarakatan,

ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Akhir kata, kata maaf adalah ungkapan tepat untuk menyatakan bahwa jurnal ini

belum sempurna dan masih serba kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran perbaikan

adalah suatu keniscayaan dalam sebuah proses yang amat kami butuhkan. Terima kasih dan

salam luar biasa kepada seluruh yang terlibat terutama kepada tim kerja.

Bulukumba, Agustus 2015

TAUFIK, SH., MH.

VOL. 4 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2015

Page 5: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

i

Pengantar RedaksiMembangun Kemitraan

Profesionalismeuji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Penelitian, Pengembangan,Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bulukumba telah berhasil menerbitkan JurnalPinisi Research padaVolume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015. Sebuah upaya yang dilandasikomitmen para Penulis maupun Dewan Redaksi untuk bersama-sama

meningkatkan profesionalisme kelitbangan bidang pemerintahan daerah. Dalam upaya membangunkemitraan profesionalisme, redaksi senantiasa melakukan perluasan komunitas profesionalisme,intelektual, dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka untuk berpartisipasi dalamJurnal Pinisi Research.

Pada edisi kali ini redaksi menyajikan 10 (sepuluh) artikel yang membahas tentang :Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bagi Pesesrta Didik Kelas VII A SMP Negeri 39Bulukumba Melalui Teknik Media Gambar*), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX D SMP Negeri17 Bulukumba Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam*), Pembelajaran Pohon MatematikaSebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa*), Peningkatan Hasil Belajar PendidikanKewarganegaraan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Power Learning pada Siswa Kelas VIII CSMP Negeri 17 Bulukumba*), Penerapan Pola Latbim Dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada SDNegeri 71 Barugae*), Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi Melalui PembelajaranCooperative Tipe TSTS Dengan Memperhatikan Gaya Kognitif Siswa Kelas XII IS 1 SMA Negeri10 Bulukumba*), Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning DalamPeningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi pada Murid Kelas VI SD Negeri 60 Tanete*),Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMA Di KabupatenBulukumba*), Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasi UntukMeningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik*), Penerapan Pendekatan Inkuiri DalamPembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. GantarangKab. Bulukumba*).

Pada bulan Agustus tahun 2015, Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan danKearsipan Kab. Bulukumba berinisiatif menerbitkan Jurnal Pinisi Research Edisi III yang menjadiicon media berkala ilmiah yang mampu mendorong kuriositas para peneliti/perekayasa.

Selain itu demi terwujudnya para calon peneliti/perekayasa di bidang pemerintahan yangberkiprah secara professional, sehingga mempercepat terwujudnya tata kelola pemerintahan yanglebih baik.

Akhir kata, segenap staf redaksi Jurnal Pinisi Research mengucapkan selamat berkarya dansalam luar biasa sukses bahagia selalu.

Salam Redaksi

VOL. 4 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2015

Page 6: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

ii

Daftar IsiPengantar Redaksi iDaftar Isi ii

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bagi Pesesrta DidikKelas VII A SMPN 39 Bulukumba Melalui Teknik Media GambarAndi Basri

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw UntukMeningkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Peserta Didik KelasIX D SMP Negeri 17 Bulukumba Dalam Pembelajaran PendidikanAgama IslamNursiah

Pembelajaran Pohon Matematika Sebagai Upaya MeningkatkanKreativitas SiswaMuhammad Jufri

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan MelaluiPenerapan Model Pembelajaran Power Learning Pada Siswa KelasVIII C SMP Negeri 17 BulukumbaRajamuddin

Penerapan Pola Latbim Dalam Meningkatkan Kinerja GuruPada SD Negeri 71 BarugaeH. Abd. Rahman

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi Melalui PembelajaranCooperative Tipe Tsts Dengan Memperhatikan Gaya Kognitif SiswaKelas XII IS 1 SMA Negeri 10 Bulukumba 74Ramli

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And LearningDalam Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf NarasiPada Murid Kelas VI SD Negeri 60 Tanete 81Hj. St. Juwaeriah

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru PendidikanJasmani SMA Di Kabupaten Bulukumba 93Mahsum

iii

191-196

197-202

203-210

211-216

217-220

221-226

227-232

233-242

VOL. 4 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2015

Page 7: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

iii

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw TermodifikasiUntuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta DidikAmbo Upe

Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA UntukMeningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Neg. 27 MatekkoKec. Gantarang Kab. BulukumbaHj. Artati Usmar

243-248

249-258

Page 8: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bagi Peserta Didik Kelas VII A

SMP Negeri 39 Bulukumba Melalui Teknik Media Gambar Andi Basri | 191

PENDAHULUAN

Dalam Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan diterapkan sistem pembelajaranberbasis kompetensi, sistem pembelajarantuntas, dan sistem pembelajaran yang memper

anak didik, sedangkan sebagai pendidik gurubertugas membimbing dan membina anakdidik agar menjadi manusia susila yang cakap,aktif, kreatif, dan mandiri.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 14tahun 2005 tentang guru dan dosen, sebagai

hatikan perbedaan individual peserta didik.Sistem tersebut ditandai dengandirumuskannya secara jelas standar kompetensidan kompetensi dasar yang harus dikuasai olehpeserta didik. Jika seorang peserta didik telahmencapai tingkat kompetensi dasar tertentu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BAGI PESERTA DIDIKKELAS VII A SMP NEGERI 39 BULUKUMBA MELALUI TEKNIK MEDIA GAMBAR

Andi Basri *)Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten Bulukumba

Guru SMP Negeri 39 Bulukumba

Abstrak

Penelitian ini adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuanmendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi bagi peserta didik kelas VII A SMP Negeri39 Bulukumba melalui teknik media gambar. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 39Bulukumba pada semester 2 tahun pelajaran 2012-2013 dengan jumlah peserta didik 34 orang.

Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan media gambar ini mencakup peningkatanhasil aspek kemampuan menentukan tema puisi yang sesuai dengan gambar, kemampuan memilihkata(diksi), kemampuan menggunakan rima, dan penggunaan majas. Aspek tersebut dijadikanindikator untuk menilai hasil menulis puisi pada setiap siklus. Dari hasil penelitian diketahui bahwapada siklus I 80,2% peserta didik telah mampu menentukan tema puisi sesuai dengan gambar. Padasiklus II meningkat menjadi 100% peserta didik telah mampu menentukan tema puisi. Sementaraaspek kemampuan memilih kata (diksi) pada siklus I hanya 25% peserta didik yang mampu.Kemudian meningkat menjadi 75% pada siklus II. Aspek penggunaan rima pada siklus I 85% pesertadidik telah mampu, meningkat menjadi 95% peserta didik yang telah mampu menggunakan rima padasiklus II. Aspek penggunaan majas juga mengalami pengingkatan dari 5,5% pada siklus I menjadi 6%pada siklus II.

Secara utuh, pada siklus I jumlah peserta didik yang mencapai nilai KKM dalam menulispuisi sesuai dengan indikator yang telah ditentukan hanya 55% peserta didik. Sedangkan pada siklus IIsudah ada 95% peserta didik yang mampu mencapai nilai KKM.

Kata kunci: Kemampuan Menulis, Puisi, Teknik Media Gambar.

Abstract *)

This research is the form of the action class research. This research aim is to describe theability of writing poem of VII A Grade of SMP Negeri 39 Bulukumba trough picture technique . Thisresearch held in SMP Negeri 39 Bulukumba at the semester 2 school year 2012-2013 by using 34students.

The increasing of ability to write poem by using picture included; the increasing of result fromdetermine poem theme according to the picture, the ability from choosing words (diksi), the abilityfrom using rima and using majas. The aspect is indicated to assess the result of writing poem in eachcycle. The result from this research, we know that at the first cylcle 80,2% students have been able todetermine poem theme according to the picture. At the second cycle, we have found 100% studentscan do that. While/whereas the ability aspect of chosen word (diksi) at the first cycle, we just found25% students can do that. Then, at the second cycle, there was the improvement of students, it was75%. The aspect from using rima at the first cycle, there are 85% students can using it and there wasthe improvement at the second cycle to become 95%. While the ability of using majas from students inthe first cycle is 5,5% anda have been improved to become 6% in the second cycle.

Intactly, at the first cycle, there were 55% students can write poem according to the indicatorgiven and gain the KKM value and at the second cycle, there was the improvement. There are 95%students can do that and can reach the KKM value.

Key word: The ability of writing, poem, picture technique media.

Page 9: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

192 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

(berdasarkan standar ketuntasan setiap matapelajaran), maka peserta didik dinyatakan telahmencapai ketuntasan belajar.

Salah satu kompetensi yang harusdikuasai oleh peserta didik adalah kompetensimenulis puisi. Setiap peserta didik tentumenginginkan agar kegiatan untuk mencapaikompetensi tersebut bisa berjalan lancar danhasilnya pun memuaskan. Oleh karena itu,maka perlu diciptakan suasana belajar agarpeserta didik diarahkan untuk dapatmengembangkan potensi dirinya. Selain itu,proses pembelajaran juga harus memberikankesempatan kepada peserta didik untukberpartisipasi aktif dalam mengembangkankreativitasnya.

Namun, kenyataannya para pesertadidik pada umumnya selalu mengalamikesulitan dalam mencapai kompetensi tersebut.Seringkali para peserta didik merasa kesulitanpada saat hendak menulis puisi. Merekakelabakan mencari gagasan atau ide yanghendak disampaikan dan dituangkan dalamtulisan.

Sesuai dengan hasil observasi dalamproses pembelajaran bahasa Indonesia di SMPNegeri 39 Bulukumba, bahwa kemampuanmenulis puisi dari peserta didik masihmengalami kesulitan. Kesulitan mereka diantaranya adalah kadang-kadang mereka tahutopik yang akan mereka tulis, tetapi karenatidak banyak memiliki bahan pendukung untukmenyajikan topik itu. Akhirnya, mereka gagaluntuk menuliskan topik tersebut dalam larik-larik puisi.

Media gambar merupakan salah satumedia yang cocok untuk digunakan dalampembelajaran menulis puisi. Media gambardapat merangsang peserta didik untukmemberikan imajinasi dan membuat pesertadidik untuk bertindak kreatif dalam penulisanpuisi. Media gambar juga dapat digunakanuntuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran,perasaan, perhatian, dan kemampuan pesertadidik, sehingga dapat mendorong prosesbelajar mengajar. Dengan cara pemanfaatanmedia gambar tesebut diharapkan dapatmembangkitkan kreativitas peserta didik dandiperoleh pengalaman belajar yang lebihberarti bagi peserta didik.

Dengan adanya penelitian untukmeningkatkan kemampuan menulis puisidengan media gambar ini, diharapkanketerampilan menulis puisi peserta didik kelasVII A SMP Negeri 39 Bulukumba meningkat.Penelitian ini juga diharapkan dapatmemberikan manfaat sebagai bahan kajiantentang penggunaan media gambar untuk

meningkatkan kemampuan menulis puisi bagipeserta didik SMP kelas VII khususnya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskansebagai berikut.Bagaimana peningkatan kemampuan menulispuisi peserta didik kelas VII A SMP Negeri 39Bulukumba melalui teknik media gambar?

Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui peningkatan kemampuan menulispuisi peserta didik kelas VII A SMP Negeri 39Bulukumba melalui teknik media gambar..

Penelitian ini diharapkan dapatbermanfaat sebagai masukan bagipengembangan pembelajaran menulis puisi,secara praktis, penelitian ini diharapkan dapatmemberikan manfaat sebagai salah satualternatif teknik pembelajaran dalam mengatasikesulitan menulis puisi.

KAJIAN PUSTAKAKonsep Pembelajaran Menulis

Menulis merupakan suatu proseskreatif memindahkan gagasan ke dalamlambang-lambang tulisan. Dalam pengertianini, menulis memiliki tiga aspek utama. Yangpertama, adanya tujuan atau maksud tertentuyang hendak dicapai. Kedua, adanya gagasanatau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.Ketiga, adanya sistem pemindahan gagasan itu,yaitu berupa sistem bahasa. (Semi, 1995:16)

Pada prinsipnya fungsi utama menulisadalah untuk mengkomunikasikan ide kepadaorang lain. Oleh karena itu, kegiatan menulissangatlah penting dalam dunia pendidikankarena akan melatih anak didik menuangkanide atau gagasannya ke dalam bentuk tulisan.Selain itu, menurut Salam (2009: 2) kegiatanmenulis juga dapat membantu dalammeningkatkan kemampuan berpikir kritisdalam menanggapi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Kemampuan menulis merupakanmodal penting dalam kehidupan seseorangterutama peserta didik. Peserta didik perlumelakukan komunikasi dengan orang lain.Dengan demikian kemampuan menulis sebagaisalah satu bentuk komunikasi tertulismerupakan suatu kebutuhan bagi peserta didik.Kemampuan menulis yang baik akanmembantu peserta didik untuk berhasilmenempuh pendidikan yang lebih tinggi.Puisi dan Model Menulis Puisi

Puisi pada hakikatnya mengomunikasikan pengalaman yang penting-penting karenapuisi lebih terpusat dan terorganisasi.(Badrun1989:2). Puisi berhubungan denganpengalaman (Perrinel 1988:512).

Page 10: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bagi Peserta Didik Kelas VII A

SMP Negeri 39 Bulukumba Melalui Teknik Media Gambar Andi Basri | 193

Beberapa sastrawan telah mencobamemberi definisi tentang puisi sebagai berikut:(1) Puisi adalah seni peniruan, gambar bicara,yang bertujuan untuk mengejar kesenangan,(2) Luapan secara spontan perasaan terkuatyang bersumber dari perasaan yang terkumpuldari ketenangan (3) Puisi adalah laharimajinasi yang menahan terjadinya gempabumi, (4) puisi adalah ekspresi konkrit danartistik pemikiran manusia dalam bahasa yangemosional yang berirama, (5) Puisi adalahpengalaman imajinatif yang bernilai dan berartisederhana yang disampaikan dengan bahasayang tepat, (6) puisi adalah pendramaanpengalaman yang bersifat menafsirkan dalambahasa berirama.

Menurut Altenbernd (1970:2) puisiadalah pendramaan pengalaman yang bersifatpenafsiran (menafsirkan) dalam bahasaberirama (bermetrum) ( as the interpretivedramatization of experience in metricallanguage). Maksud pengertian diatas adalahbahwa pendramaan di sini adalah orangpenyair mengubah atau menceritakanpengalaman melalui puisi engan bahasa yangterstruktur. Pengalaman itu dapat berupapengalaman menyedihkan, menyenangkan,atau mengharukan.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisiadalah ekspresi pengalaman yang ditulis secarasistematik dengan bahasa yang puitis. Katapuitis sudah mengandung keindahan yangkhusus untuk puisi. Disamping itu puisi dapatmembangkitkan perasaan yang menarikperhatian, menimbulkan tanggapan yang jelasatau secara umum menimbulkan keharuan.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas dengan alur kerja refleksi diriberulang, yaitu perencanaan, tindakan,pengamatan, refleksi, perencaraan berulang,dan seterusnya.

Subjek penelitian ini adalah pesertadidik kelas VII A SMP Negeri 39 Bulukumbapada semester genap tahun pelajaran 2012 -2013 dengan jumlah peserta didik 34 orang.

Teknik pengumpulan data dalampenelitian ini adalah data mengenai perubahansikap, kehadiran, dan keaktifan peserta didikmengikuti kegiatan pembelajaran diambildengan cara pengamatan dan observasi. Datatentang hasil belajar peserta didik diambil darihasil tes akhir siklus pertama dan siklus kedua.

Teknik analisis data, data yangterkumpul kemudian dianalisis denganmenggunakan teknik analisis kualitatif dan

kuantitatif. Untuk analisis secara kuantitatifdiguanakan statistik deskriptif. Untukmendeskripsikan karakteristik dari subjekpenelitian. Sementara untuk analisis datakualitatif digunakan cara pengelompokanberdasarkan data kualitatif

PEMBAHASANProses peningkatan keterampilan

menulis puisi peserta didik berisi penjabaranseluruh kegiatan yang terjadi di kelas atau dilapangan pada saat tindakan dilaksanakan.Tindakan pada siklus I berisi tindakan yangdilakukan guru untuk mengatasi permasalahanyang selama ini dialami ketika membelajarkanmenulis puisi. Hal yang dilakukan adalahsebagai upaya agar permasalahan yang selamaini dihadapi guru dan peserta didik dapatteratasi. Pelaksanaan siklus I ini dilakukanselama dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan meliputi kegiatan awal,kegiatan inti, dan penutup. Hasil refleksi daritindakan siklus I dijadikan dasar untukmemperbaiki tindakan pada siklus II.Perbaikan rancangan tindakan siklus IImerupakan rencana untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi atau solusi dari masalahpada tindakan siklus I dan memperbaikitindakan pada siklus II.

Siklus I berlangsung dua kalipertemuan. Masing-masing pertemuandilaksanakan dalam waktu 2 x 40 menit atau80 menit. Tindakan yang diberikan untukmeningkatkan ketrampilan menulis puisi adatiga tahap. Pertama, tahap sebelum menulispuisi, peserta didik diajak untuk menyanyikanlagu tentang puisi agar peserta didik lebihbersemangat dalam pembelajaran. Pesertadidik juga diingatkan kembali mengenai materimenulis puisi. Peserta didik diberi pertanyaan-pertanyaan untuk membangkitkan kembaliingatan mereka mengenai puisi dan hal-halyang perlu diperhatikan dalam menulis puisi.

Dari kegiatan ini diketahui bahwapengetahuan peserta didik tentang puisi sudahcukup baik, hanya saja masih ada kekurangan.Peserta didik masih kesulitan untukmenggunakan majas. Hal ini dapat diketahuidari respon peserta didik saat menjawabpertanyaan peneliti tentang kesulitan yangdialami peserta didik dengan menjawab bahwakesulitannya terletak pada penggunaan majas.Kejadian tersebut ditindaklanjuti guru untukmemberikan tambahan penguatan tentangmajas. Untuk meningkatkan pemahamanpeserta didik, peneliti memberikan contoh-contoh penggunaan majas seperti metafora dansimile.

Page 11: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

194 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Dalam penulisan puisi,menggambarkan atau membandingkan sesuatuseolah-olah seperti hal lain disebut metafora,misalnya, angin adalah singa yang mengaum.Penyair membayangkan angin sebagai singayang mengaum. Simile atau kiasan miripdengan metafora, yakni, dua hal yangdibandingkan untuk menghasilkan sebuahlukisan kata. Simile menggunakan kata”seperti‟ atau ”bagaikan‟, misalnya, kuatseperti banteng.

Setelah menjelaskan hal-hal yang perludiperhatikan dalam menulis puisi danpenggunaan majas, guru juga mengajak pesertadidik untuk berlatih membuat puisi denganmedia gambar. Guru membagikan contoh puisiyang ditulis dengan media gambar kepadapeserta didik untuk didentifikasi. Guru jugamemberikan penjelasan tentang langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakanmedia gambar. Langkah-langkah pembelajarantahap sebelum menulis puisi tersebut di atasdimaksudkan untuk membangkitkan skematapeserta didik tentang menulis puisi. Selain itu,peserta didik diajak untuk menulis puisi secaraklasikal berdasarkan media gambar yang telahdisiapkan. Kegiatan ini, peserta didik dapatmenggali kembali skema tentang menulispuisinya untuk dihubungkan denganpengalaman baru yakni belajar menulis puisidengan media gambar. Kegiatan ini merupakanlangkah awal dari pembelajaran menulis puisidengan media baru agar peserta didik dapatmenyesuaikannya dengan baik.

Tahap kedua adalah menulis puisi.Pada tahap pembelajaran menulis puisi iniadalah peserta didik melakukan penulisan puisisecara individu dengan menggunakan mediagambar secara individu. Gambar yangdigunakan sebagai media dalam menulis puisiadalah rumah. Gambar rumah tersebutdijadikan objek untuk merangsang ide maupungagasan peserta didik dalam menulis puisi.Tahap setelah menulis puisi dilakukan padaakhir pembelajaran. Dalam kegiatan ini, gurudan peneliti menanyakan ulang hal-hal yangperlu diperhatikan dalam menulis puisi,khususnya dengan media gambar. Darikegiatan ini, dapat diketahui bahwapemahaman peserta didik tentang hal-hal yangperlu diperhatikan dalam menulis puisi,khususnya menulis puisi dengan media gambarsudah cukup baik. Peserta didik dan gurumerefleksi pembelajaran denganmendiskusikan manfaat yang diperoleh dalampembelajaran menulis puisi. Peserta didikdengan semangat menyatakan pendapatnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapatdisimpulkan bahwa kegiatan penutup inimerupakan refleksi dari pembelajaran yangtelah dilaksanakan. Dari kegiatan ini, dapatdiketahui keterampilan peserta didik dalammenulis puisi dengan media gambar, kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik selamaproses pembelajaran, manfaat pembelajaranyang diperoleh peserta didik, dan perencanaankegiatan tindak lanjut dari pembelajaranmenulis puisi dengan media gambar.

Berdasarkan hasil pembelajaran siklusI, hasil yang dicapai peserta didik belummenunjukkan hasil yang memuaskan, sehinggaperlu dirancang lagi tindakan siklus II. Hasilpeningkatan kemampuan menulis puisi pesertadidik dengan menggunakan media gambardiuraikan dalam dua kelompok. Pertama, hasilpeningkatan pada setiap aspek yang sesuaidengan indikator yang harus dicapai pesertadidik dalam menulis puisi. Indikator tersebutmeliputi (1) menentukan tema puisi yangsesuai dengan gambar, (2) memilih kata (diksi)yang baru dan kreatif, (3) menggunakan rimayang tertata, dan (4) menggunakan majas.

Berdasarkan indikator tersebut, makaanalisis data hasil pada siklus I diketahuikemampuan peserta didik dalam menulis puisipada aspek kemampuan menentukan tema,80,2% peserta didik, aspek kemampuanmemilih kata (diksi) hanya 25% peserta didik,aspek kemampuan menggunakan rima, 92%peserta didik, dan aspek kemampuanmenggunakan majas, 5,5% peserta didik.Secara umum, kemampuan peserta didik dalammenulis puisi pada siklus I dengan indikatortersebut di atas hanya 55 % peserta didik yangmampu mencapai nilai 75 sesuai denganKriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Siklus II berlangsung selama dua kalipertemuan dengan jumlah tindakan yang sama.Tindakan pembelajaran sama dengan Siklus I,yaitu tahap sebelum menulis, saat menulis, dansetelah menulis. Pada tahap sebelum menulis,tindakan yang dilakukan sama dengan siklus Idilakukan pembelajaran dengan memberipenjelasan untuk mengembangkan skemata.Kegiatan ini, dimaksudkan menggali kembaliskemata peserta didik tentang menulis puisiuntuk dihubungkan dengan pengalaman baruyakni belajar menulis puisi dengan mediagambar.

Hasil penelitian pada tahap inimenunjukkan kemampuan peserta didikmeningkat. Tahap saat menulis, peserta didikmenulis puisi secara individu. Dalam kegiatanini peserta didik mencermati media gambaryang telah dibagikan. Pada Siklus II ini media

Page 12: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bagi Peserta Didik Kelas VII A

SMP Negeri 39 Bulukumba Melalui Teknik Media Gambar Andi Basri | 195

gambar yang digunakan adalah gambarsekolah. Peserta didik menentukan tema yangada dalam gambar, peserta didik mendaftarkata sebanyak-banyaknya sesuai dengangambar, kemudian peserta didik menuliskanperistiwa-peristiwa yang terjadi pada gambardan dapat dikembangkan dengan pengalamanpribadi peserta didik, peserta didik menyusunpuisi berdasarkan media gambar tersebutdengan penemuan kata-kata yang telahdiidentifikasinya.

Tahap setelah menulis puisi, pesertadidik mereviu puisi yang telah ditulisnyaberdasarkan rubrik yang telah disiapkanpeneliti dan guru. Peserta didik ditugasi untukmerevisi puisi yang telah direviu untukdikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.Selain itu, pada tahap ini peserta didik danguru merefleksi pembelajaran denganmengidentifikasi kesulitan peserta didik dalammenulis puisi. Pada akhir kegiatan gurumemberikan penguatan langkah-langkah dalammenulis puisi, dan indikator apa saja yangperlu diperhatikan dalam menulis puisi.

Hasil tindakan siklus II inimenunjukkan adanya peningkatanketerampilan peserta didik dalam menulispuisi. Berdasarkan indikator tersebut, makaanalisis data hasil pada siklus II diketahuikemampuan peserta didik dalam menulis puisipada aspek kemampuan menentukan tema,100% peserta didik, aspek kemampuanmemilih kata (diksi) 75% peserta didik, aspekkemampuan menggunakan rima, 100% pesertadidik, dan aspek kemampuan menggunakanmajas, 6 % peserta didik. Secara umum,kemampuan peserta didik dalam menulis puisipada siklus II dengan indikator tersebut di atas100% peserta didik yang mampu mencapainilai 75 sesuai dengan Kriteria KetuntasanMinimal (KKM).

Hasil tersebut menunjukkan adanyapeningkatan dalam pembelajaran keterampilanmenulis puisi dengan menggunakan mediagambar. Berdasarkan hasil studi pendahuluanyang menunjukkan bahwa peserta didik kelasVII A SMP Negeri 39 Bulukumba masihmengalami kesulitan dalam menulis puisi,maka dirancang tindakan sebagai upayameningkatkan kemampuan menulis puisipeserta didik dengan menggunakan mediagambar. Dengan penerapan media gambar ini,pembelajaran yang dilakukan dapat melatihketerampilan peserta didik dalam menulispuisi. Dari kegiatan belajar seperti itu, makakemampuan berbahasa peserta didik dalambahasa tulis akan lebih mudah terpantau.

Proses meningkatkan keterampilanpeserta didik dalam menulis puisi peserta didikSMP kelas VII A dengan media gambar inidilaksanakan dalam dua tindakan, yaitutindakan siklus I dan indakan siklus II. Dalamsetiap tindakan dilakukan dua kali pertemuan,setiap pertemuan ada tiga tahapan, yaitu tahapsebelum menulis puisi pada kegiatan awal, saatmenulis puisi pada kegiatan inti, dan setelahmenulis puisi pada kegiatan akhir dalampembelajaran.

Berdasarkan paparan data dan temuanpenelitian dapat dikatakan bahwa penggunaanmedia gambar dapat meningkatkankemampuan menulis puisi peserta didik kelasVII A SMP Negeri 39 Bulukumba.Peningkatan tersebut terdapat pada aspekproses dan hasil pembelajaran. Prosesmeningkatkan keterampilan menulis puisipeserta didik dengan media gambar, baiktindakan siklus I maupun siklus IIdilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu sebelummenulis puisi pada kegiatan awal, saat menulispuisi pada kegiatan inti, dan setelah menulispuisi pada kegiatan akhir dalam pembelajaran.

Kegiatan awal meliputi pembangkitanskemata peserta didik tentang menulis puisi,penulisan puisi dengan media gambar secaraklasikal. Semangat peserta didik jauh lebihbaik jika dibandingkan dengan studipendahuluan. Semangat peserta didik initerjadi karena adanya inovasi pembelajaranseperti penggunaan apersepsi seperti yel-yelmenyanyikan lagu puisi, dan adanya strategibaru dalam pembelajaran menulis puisi.Kegiatan inti dilakukan kegiatan penulisanpuisi dengan media gambar secara individuyang melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut dilakukan peserta didikdengan baik. Semangat belajar peserta didikdalam kegiatan inti pada siklus I dan siklus IImengalami peningkatan jika dibandingkanpada studi pendahuluan.

Kegiatan penutup merupakan refleksidari pembelajaran yang telah dilaksanakan.Dari kegiatan ini dapat diketahui keterampilanpeserta didik dalam menulis puisi denganmedia gambar, kesulitan-kesulitan yangdialami peserta didik selama prosespembelajaran, manfaat pembelajaran yangdiperoleh peserta didik, dan perencanaankegiatan tindak lanjut dari pembelajaranmenulis puisi dengan media gambar.

Peningkatan hasil pembelajaranmenulis puisi dengan media gambar inimencakup peningkatan hasil setiap aspek danpeningkatan hasil secara utuh. Aspek-aspektersebut, antara lain: peningkatan aspek

Page 13: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

196 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

kemampuan menentukan tema puisi yangsesuai dengan gambar, memilih kata (diksi)yang baru dan kreatif, menggunakan rima yangtertata, dan menggunakan majas. Aspek-aspektersebut dijadikan indikator untuk menilai puisipada tindakan siklus I dan siklus II.

Pada siklus I diketahui 80,2% pesertadidik mampu mengerjakan puisi sesuai denganaspek kemampuan menentukan tema puisiyang sesuai dengan gambar, dan 100% pesertadidik pada siklus II diketahui kemampuanpeserta didik dalam menulis puisi pada aspekkemampuan menentukan tema. Aspekkemampuan menggunakan memilih kata(diksi) pada siklus I hanya 25% peserta didik,sedangkan pada siklus II meningkat 75%peserta didik. Pada siklus I aspek kemampuanmenggunakan rima diketahui 85% pesertadidik mampu menggunakan rima, dan padasiklus II meningkat menjadi 95% peserta didik.Aspek kemampuan menggunakan majas padasiklus I hanya 5,5% peserta didik, dan padasiklus II diketahui 6% peserta didik yangmampu menggunakan majas.

Semua aspek kemampuan tersebutterangkum dalam hasil kemampuan menulispuisi secara utuh yang harus mencapai KriteriaKetuntasan Minimal (KKM). Ketuntasanbelajar peserta didik dalam keterampilanmenulis puisi ini akan dicapai jika pesertadidik memperoleh nilai 75. Pada tindakansiklus I, jumlah peserta didik yang mencapainilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)dalam menulis puisi sesuai dengan indikatortersebut di atas hanya 55 % peserta didik yangmampu mencapai nilai 75. Sedangkan padasiklus II dengan indikator tersebut di atas 95%peserta didik yang mampu mencapai nilai 75sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM). Hasil tersebut menunjukkan adanyapeningkatan dalam pembelajaran keterampilanmenulis puisi dengan menggunakan mediagambar.

PENUTUPBerdasarkan paparan hasil penelitian

di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaranketerampilan menulis puisi denganmenggunakan media gambar yangdilaksanakan dalam penelitian ini telah berhasilsesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.Kemampuan keterampilan menulis puisipeserta didik menjadi meningkat. Peningkatantersebut meliputi peningkatan kemampuandalam menulis puisi dengan aspek kemampuanmenentukan tema puisi yang sesuai dengangambar, memilih kata (diksi) yang baru dankreatif, menggunakan rima yang tertata, danmenggunakan majas.

Selain itu, peningkatan kemampuanpeserta didik dalam keterampilan menulis puisisecara utuh. Demikian pula terjadi peningkatanpada guru dalam melaksanakan pembelajaranketerampilan menulis dengan menggunakanmedia gambar. Peningkatan tersebut meliputimembangkitkan skemata peserta didik tentangmenulis puisi, membimbing peserta didikdalam menulis puisi, memberi respon secarapositif, melakukan refleksi untukmengidentifikasi kesulitan peserta didik dalammenulis puisi, dan memberikan pemantapanpemahaman langkah-langkah dalam menulispuisi dengan memperhatikan indikator dalammenulis puisi.

Berdasarkan simpulan hasil penelitian,disarankan hasil penelitian ini dapatdimanfaatkan sebagai salah satu alternatifstrategi pembelajaran keterampilan menulispuisi, terutama di SMP. Guru perlumemperhatikan tahapan dalam pembelajaranketerampilan menulis puisi, yaitu tahapsebelum menulis, saat menulis, dan setelahmenulis. Selain itu, guru perlu mempersiapkanrancangan pembelajaran denganmempersiapkan berbagai media yangdigunakan sebagai alat dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKADepartemen Pendidikan Nasional. 2006.

Kurikulum 2006, Standar KompetensiMata pelajaran Bahasa IndonesiaSekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta: Departemen PendidikanNasional.

Jabrohim, dkk. 2001. Cara Menulis Kreatif.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. PenilaianPembelajaran Bahasa BerbasisKompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Rahim, Abd. Korelasi Kemampuan Menyimakdan Membaca dengan KemampuanBerbicara dan Menulis Siswa Kelas IISMU Negeri Kabupaten Gowa. Tesis.Makassar. Tidak Diterbitkan.

Roekhan. 1991. Menulis Kreatif. Malang:Yayasan Asih Asah Asuh (Y A 3)Malang.

Salam. 2009. Pendidikan Penulisan Kreatif.Makassar: UNM.

Semi, M. Atar. 1995. Dasar-DasarKeterampilan Menulis. Bandung:Mugantara.

Trianto. 2007. Model-model PembelajaranInovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka

Waluyo, Herman J.1991. Teori dan ApresiasiPuisi. Jakarta : Erlangga

Page 14: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas danMotivasi Belajar

Peserta Didik Kelas IX D SMP Negeri 17 Bulukumba Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Nursiah | 197

PENDAHULUAN

Salah satu cara untuk membangkitkanaktivitas peserta didik dalam prosespembelajaran adalah dengan menggunakanmodel pembelajaran yang diminati oleh peserta

anak didik, sedangkan sebagai pendidik gurubertugas membimbing dan membina anakdidik agar menjadi manusia susila yang cakap,aktif, kreatif, dan mandiri.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 14tahun 2005 tentang guru dan dosen, sebagai

didik. Model pembelajaran yang selama iniumum digunakan guru seperti ceramah dantanya jawab membuat peserta didik merasajenuh dan tidak kreatif. Padahal suasanapembelajaran yang diharapkan adalahmenjadikan peserta didik sebagai subjek yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR

PESERTA DIDIK KELAS IX D SMP NEGERI 17 BULUKUMBADALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nursiah *)Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten Bulukumba

Guru SMP Negeri 17 Bulukumba

Abstrak

Rendahnya hasil belajar bagi peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor, antara lainrendahnya perhatian dalam mengikuti pelajaran. Mereka kurang termotivasi dan kurang aktifmengikuti pelajaran khusus mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal inilah yang mendorongpenulis untuk mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penulis melihatbahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini memberikan tugas dan tanggung jawab kepadasemua anggota kelompok. Dengan demikian, seluruh anggota dalam kelompok itu harus bekerjasesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan, sebab tugas itu ada yang merupakantanggung jawab individu dan ada pula tanggung jawab kelompok.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanapeningkatan aktivitas dan motivasi belajar bagi peserta didik melalui penggunaan model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas peserta didik dari siklus Ike siklus II. Aspek dalam mengajukan pertanyaan pada awal pertemuan 1 siklus I sangat kurang, yaituhanya 4 peserta didik (14%) yang berani dari 28 peserta didik yang ada. Setelah melalui penjelasandan motovasi, maka terjadilah peningkatan pada pertemuan berikutnya, yaitu sudah 8 peserta didik(29%) dan meningkat lagi menjadi 46% pada siklus II. Aktivitas memberi saran, semua peserta didikbelum berani. Namun setelah pertemuan berikutnya sudah ada sehingga pada siklus II 25% pesertadidik yang berani menyampaikan saran. Hal menunjukkan bahwa setelah penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini perlahan timbul keberanian peserta didik untuk melakukanaktivitas pembelajaran yaitu pada siklus I rata-rata aktivitas peserta didik 25,5%, sementara padasiklus II rata-rata aktivitas peserta didik menjadi 38,8% atau meningkat rata-rata 13,3%.

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Aktivitas dan Motivasi Belajar

Abstract *)

The lower result of learning for students is caused by some factors, for example the lowattenlion in following the lesson. They are demotivate and less active to follow the lesson speciallyIslamic Religion. This problem make writer try to use Jigsaw type Cooperative Model. The writer seethat the model can give the task to all member in group and they can do the task as well as they hope.Thereby, all member in the group have to work according to their task given and must be responsiblefor their work, because the task is representing for individual and for groups.

The aim of this research is wanted to know how the increase of motivation and ability inlearning to students by using this jigsaw type cooperative model.

The result of this research is indicated that there was the increasing activity students, from thefirst cycle to the second cycle. Raising questions in the first meeting at the first cycle is very low, just 4students (14%) dare to ask from 28 students. After joining the explamation and motivation, there is theimprovement at the next meeting, there are 8 students (29%) and improve again to become 46% at thesecond cycle. At the give suggestion activity, all students didn’t dare to that, but at the next meetingthere are some students dare to subnit suggestion until 25% in the second cycle. This method slowedus that after applying the jigsaw type cooperative model, students can brave to do the activity instudying. That was 25,5% of students can do it in the first cycle and 38,8% in the second cycle orincrease to 13,3%.

Keyword: Cooperative jigsaw type model, activity and motivation in learning

Page 15: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

198 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

berupaya menggali sendiri, memecahkansendiri masalah-masalah dari suatu konsepyang dipelajari. Sementara itu guru lebihbanyak bertindak sebagai motivator danfasilitator. Hal ini sesuai dengan pendapatSanjaya (2006: 19) yang mengatakan bahwaperan guru adalah sebagai sumber belajar,fasilitator, pengelola, demonstrator,pembimbing, dan evaluator. Dengan demikiansituasi belajar yang terjadi adalah peserta didikyang lebih banyak berperan (kreatif).

Kegiatan pembelajaran PendidikanAgama Islam yang dilakukan di SMP Negeri17 Bulukumba selama ini penelitimenggunakan model pembelajaran ceramah.Model pembelajaran ini kurangmembangkitkan aktivitas peserta didik dalampembelajaran. Hal ini tampak dari perilakupeserta didik yang cenderung hanyamendengar dan mencatat pelajaran yangdiberikan oleh guru. Peserta didik kurangtermotivasi untuk bertanya apalagimengemukakan pendapat tentang materi yangdiberikan.

Dari kondisi ini, peneliti berusaha untukmenggunakan model pembelajaran diskusi.Peserta didik dibagi atas beberapa kelompokyang beranggotakan 4-5 orang. Dalam kegiatandiskusi yang dilakukan, ternyata peserta didikmasih kurang mampu mengemukakanpendapat, sebab kemampuan dasar pesertadidik rendah. Dalam bekerja kelompok, hanyasatu atau dua orang peserta didik yangkelihatan aktif, sedangkan yang lainnyamembicarakan hal lain yang tidak berhubungandengan tugas kelompok. Dalam pelaksanaandiskusi kelompok tersebut, terlihat beberapaanggota kelompok suka mengganggu temanyang lainnya. Mereka beranggapan bahwadalam diskusi kelompok tidak perlu semuanyabekerja. Selain itu, ditemukan juga anggotakelompok yang egois sehingga tidak maumenerima pendapat teman. Hal ini menjadikankurangnya tanggung jawab dalam kelompok.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukanpeneliti dalam proses pembelajaran PendidikanAgama Islam, di mana masih banyak pesertadidik yang belum aktif dalam kegiatanpembelajaran. Oleh karena itu, peneliti akanmencoba menerapkan model pembelajaran lainsehingga kegiatan pembelajaran lebihbermakna dan berkualitas. Model pembelajarantersebut adalah Kooperatif Tipe Jigsaw.Ketertarikan peneliti menggunakan modelpembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw karenapeneliti melihat dalam model pembelajarantersebut semua anggota kelompok diberi tugasdan tanggung jawab, baik individu maupun

kelompok. Jadi keunggulan pembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw dibandingkan dengandiskusi yaitu seluruh anggota dalam kelompokharus bekerja sesuai dengan tugas yangdiberikan. Tugas yang diberikan kepadaanggota kelompok itu merupakan tanggungjawab individu dan ada pula tanggung jawabkelompok. Hal inilah yang melandasi sehinggapeneliti ingin meneliti apakah penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapatmeningkatkan aktivitas dan motivasi belajarpeserta didik kelas IXD SMP Negeri 17Bulukumba dalam pembelajaran PendidikanAgama Islam.

Berdasarkan batasan masalah yang telahditetapkan dalam pembelajaran PendidikanAgama Islam, maka rumusan masalah adalah“Apakah penerapan model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkanaktivitas dan motivasi belajar peserta didikkelas IX D SMP Negeri 17 Bulukumba dalampembelajaran Pendidikan Agama Islam”

Tujuan penelitian yang hendak dicapaiadalah untuk mengetahui apakah penerapanmodel pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat meningkatkan aktivitas dan motivasibelajar peserta didik kelas IX D SMP Negeri17 Bulukumba dalam pembelajaran PendidikanAgama Islam.

Hasil penelitian ini diharapkan dapatbermanfaat terutama kepada: peserta didikdalam memberikan suasana pembelajaran yangmenggairahkan dan menyenangkan,menghilangkan anggapan bahwa belajarkelompok itu cukup dikerjakan oleh satu ataudua orang anggota kelompok saja., memupukpribadi peserta didik yang aktif dan kreatif.

KAJIAN PUSTAKAAktivitas Peserta Didik dalamPembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi (2003: 26) aktivitas diartikan keaktifan,kegiatan, atau kesibukan. Jadi segala sesuatuyang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yangterjadi baik fisik maupun non-fisik merupakansuatu aktivitas. Sementara itu menurutHamalik (2001: 28) aktivitas diartikan sebagaisuatu proses perubahan tingkah laku individumelalui interaksi dengan lingkungan. Aspektingkah laku tersebut adalah pengetahuan,pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,emosional, hubungan sosial, jasmani, etis ataubudi pekerti, dan sikap. Dengan demikian, jikaseseorang telah belajar, maka akan terlihatterjadinya perubahan pada salah satu ataubeberapa aspek tingkah laku.

Page 16: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas danMotivasi Belajar

Peserta Didik Kelas IX D SMP Negeri 17 Bulukumba Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Nursiah | 199

Jadi aktivitas belajar adalah segalakegiatan yang dilakukan dalam proses interaksiantara guru dan peserta didik dalam rangkamencapai tujuan. Aktivitas yang terjaditersebut penekanannya pada peserta didik,sebab dengan adanya aktivitas peserta didikdalam proses pembelajaran akan terciptasituasi belajar yang aktif. Hal ini sejalandengan pendapat Natawijaya (dalamDepdiknas, 2005: 31) yang mengatakan bahwabelajar aktif adalah suatu sistem belajarmengajar yang menekankan keaktifan pesertadidik secara fisik, mental intelektual danemosional guna memperoleh hasil belajar yangberupa perpaduan antara aspek kognitif,afektif, dan psikomotor.

Minat, membedakan, berani, tenang,dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian aktivitas belajartersebut di atas dapat dipahami bahwa dalamkegiatan pembelajaran sangat dituntutkeaktifan peserta didik. Peserta didik yanglebih banyak melakukan kegiatan sedangkanguru lebih banyak membimbing danmengarahkan.

Hal lain yang juga sangat berpengaruhterhadap hasil belajar peserta didik adalahmotivasi. Menurut Hamalik (2001: 158) bahwamotivasi adalah perubahan energi pada diriseseorang yang ditandai dengan timbulnyaperasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawDalam pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw terdapat tiga karakteristik, yaitu: 1.kelompok kecil, 2. belajar bersama, dan 3.pengalaman belajar. Esensi pembelajarankooperatif tipe Jigsaw adalah adanya tanggungjawab individu sekaligus tanggung jawabkelompok sehingga dalam diri peserta didikterbentuk sikap ketergantungan positif yangmenjadikan kerja kelompok aptimal. Keadaanini mendukung peserta didik dalamkelompoknya belajar bekerja sama danbertanggung jawab dengan sungguh-sungguhsampai suksesnya tugas-tugas dalamkelompok. Hal sesuai dengan pendapatJohnson (1991: 27) yang menyatakan bahwapembelajaran kooperatif Jigsaw ialah kegiatanbelajar secara kelompok kecil, peserta didikbelajar dan bekerja sama sampai kepadapengalaman belajar yang maksimal, baikpengalaman individu maupun pengalamankelompok.

Persiapan dalam pembelajarankooperatif tipeJigsaw adalah sebagai berikut:1. Pembentukan kelompok belajar

Pada pembelajaran kooperatif tipeJigsaw peserta didik dibagi menjadi duaanggota kelompok yaitu kelompok asaldan kelompok ahli.a. Kelompok kooperatif awal

Peserta didik dibagi atas beberapakelompok yang terdiri atas 3-5 anggota.Setiap anggota diberi nomor kepala,kelompok harus heterogen terutamapada kemampuan akademik.

b. Kelompok ahliKelompok ahli anggotanya adalahnomor kepala yang sama padakelompok asal.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatiftipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsawini berbeda dengan pembelajarankooperatif lainnya. Pembelajarankooperatif tipe Jigsaw setiap peserta didikbekerja sama pada dua kelompok secarabergantian. Ada pun langkah-langkahkegiatan pembelajaran sebagai berikut.a. Peserta didik dibagi dalam kelompok

kecil yang disebut kelompok asal yangberanggotakan 3-5 orang. Setiap pesertadidik diberi nomor kepala, misalnya 1,2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, E.

b. Membagi wacana/tugas sesuai denganmateri yang diajarkan. Masing-masingpeserta didik dalam kelompok asalmendapat wacana/tugas yang berbeda.Nomor kepala yang sama mendapattugas yang sama pada masing-masingkelompok.

c. Masing-masing peserta didikdikumpulkan yang memilikiwacana/tugas yang sama dalam satukelompok sehingga jumlah kelompokahli sama dengan jumlah tugas yangtelah dipersiapkan oleh guru. Dalamkelompok ahli ini ditugaskan agarbelajar bersama untuk menjadi ahlisesuai dengan tugas yang menjaditanggung jawabnya.

d. Semua anggota kelompok diberi tugassebagai kelompok ahli untukmemahami dan dapat menyampaikaninformasi tentang hasil dari tugas yangtelah dipahami kepada kelompok asal.

e. Apabila tugas telah selesai dikerjakandalam kelompok ahli masing-masingpeserta didik kembali ke kelompokasalnya. Kegiatan pada poin c, d, dan edilakukan dalam waktu 30 menit.

f. Masing-masing peserta didik diberikesempatan secara bergiliran untuk

Page 17: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

200 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

menyampaikan hasil dari tugas padakelompok ahli.

g. Apabila semua kelompok telahmenyelesaikan tugasnya, maka masing-masing kelompok menyampaikan hasilpekerjaannya. Kegiatan pada poin f dang dilakukan dalam waktu 20 menit.

h. Guru memberikan klarifikasi dilakukandalam waktu 10 menit.

METODE PENELITIANSesuai dengan masalah yang diteliti,

maka jenis penelitian yang dilakukan adalahPenelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitupenelitian yang dilakukan di kelas. Arikunto(2006: 2) menganggap Penelitian TindakanKelas sebagai bentuk penelitian yang bertujuanuntuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.Selain itu, PTK juga bertujuan untukmeningkatkan kinerja guru dan dosen dalamproses pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan di SMPNegeri 17 Bulukumba yang terletak di DesaSalassae Kecamatan Bulukumpa KabupatenBulukumba. Penelitian dilakukan pada bulanSeptember-Oktober 2013 (semester 1 TahunPelajaran 2013-2014).

Subjek penelitian adalah peserta didikkelas IX D yang berjumlah 28 orang, terdiriatas 15 orang laki-laki dan 13 orangperempuan. Kelas ini dipilih sebagai subjekpenelitian karena kondisi peserta didik padakelas tersebut bermasalah sesuai denganidentifikasi masalah yang telah diuraikan padabab terdahulu.

Data yang diperoleh dianalisis secarakolaboratif dengan teman sejawat dan hasilnyadijadikan sebagai bahan penyusunan rencanatindakan berikutnya. Analisis data dilakukansetiap selesai satu kali pertemuan tatap mukadan setiap akhir siklus. Data dianalisis secarakualitatif yaitu lembaran observasi dan catatanlapangan. Analisis data untuk catatan lapangandan lembar observasi dilakukan dengan jalanmembandingkan keaktifan peserta didik padasiklus satu dengan keaktifan peserta didiksiklus kedua. Lembar observasi dipergunakanuntuk mengungkapkan aktivitas peserta didikdan guru selama proses pembelajaranberlangsung.

PEMBAHASANDeskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pertemuan I aktivitas peserta didikmasih rendah. Pada pertemuan I ini guru belummenerapkan model pembelajaran kooperatiftipe Jigsaw, tetapi hanya berbentuk ceramahyang disertai dengan penugasan. Pada akhir

pembelajaran baru guru membentuk kelompokuntuk persiapan pembelajaran kooperatif tipeJigsaw pada pertemuan berikutnya. Padapertemuan II guru telah menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Ternyataterjadi peningkatan aktivitas peserta didikseperti yang terlihat dalam tabel 1 di atas.Peningkatan terjadi pada hampir semua aspekyang diamati. Dari tabel 1 ini juga terlihatbahwa aktivitas peserta didik yang palingrendah adalah member saran. Hal inidisebabkan tingkat pengetahuan peserta didikyang masih rendah. Kemudian peningkatanaktivitas peserta didik yang agak tinggi adalahdalam menjawab pertanyaan peserta didik atauguru. Hal ini disebabkan peserta didik diberidorongan atau motivasi, sehingga secarabertahap timbul keberanian peserta didik untukmenjawab pertanyaan.

Pada awal pembelajaran terlihat pesertadidik dapat mengikuti pembelajaran denganbaik. Prasyarat pengetahuan dan motivasi yangdiberikan guru saat membuka pelajaranmembuat peserta didik terbawa pada suasanabelajar. Apalagi peserta didik dapat merasakandan melihat secara langsung maupun taklangsung. Setelah peserta didik terpancingdengan suasana belajar, maka barulah gurumember tahu kompetensi dan tujuanpembelajaran yang akan dipelajari. Namunsetelah guru member tugas sesuai denganmodel pembelajaran yang dibawakan, mulailahtimbul permasalahan.

Refleksi Siklus IBerdasarkan kumpulan data yang

diperoleh dari kolaborasi dengan temansejawat serta catatan lapangan yang ada padapeneliti, ternyata sebagian besar peserta didikbelum mampu menyelesaikan tugas denganoptimal, baik pada tahap kerja kelompok ahli(tahap I), kelompok asal (tahap II), maupuntahap III.

Tingkat keaktifan peserta didik dalampembelajaran sangat rendah. Hal inimenunjukkan bahwa tujuan yang hendakdicapai sehubungan dengan pelaksanaantindakan ini belum tercapai secara optimal.Menurut pengamatan peneliti bahwa kegagalanpeserta didik tampak dengan jelas dalammemanfaatkan waktu. Peserta didik belummampu memanfaatkan waktu sesuai denganyang dialokasikan untuk setiap tahapan.

Agar peserta didik dapatmenyelesaikan tugas-tugas yang diberikantersebut, maka perlu diberikan perpanjanganwaktu. Dari perpanjangan waktu ini ada

Page 18: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas danMotivasi Belajar

Peserta Didik Kelas IX D SMP Negeri 17 Bulukumba Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Nursiah | 201

tersedia waktu untuk kegiatan presentasi hasilkerja kelompok.

Bila dicermati, penyebab darikegagalan peserta didik dalam mengerjakantugas saat proses pembelajaran bersumber darihal-hal berikut:a. Peserta didik belum memahami tentang

langkah-langkah kerja atau tahapan-tahapanpembelajaran yang harus dilalui. Misalnyaapa yang seharusnya dilakukan dalamtahapan I (kooperatif asal), tahapan II(kooperatif ahli), dan seterusnya.

b. Pada tahapan III, ada peserta didik yangtidak mampu menyampaikan informasiyang didapatnya dari kelompok ahli,sehingga teman sekelompoknya tidak dapatmenyerap pelajaran sebagaimana mestinya.

c. Masih ada peserta didik yang sukamengganggu teman, sehingga terkendaladalam menyelesaikan tugas.

Berdasarkan permasalahan dankegagalan di atas, maka guru mencaikansolusinya. Ada pun solusi yang diberikanadalah dengan memberikan arahan kembalikepada peserta didik tentang langkah-langkahkerja kelompok pada model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw. Hal ini dilakukan agarpada siklus berikutnya kegiatan pembelajarandapat berjalan dengan lancar seperti yangdiharapkan.

Deskripsi Pelaksanaan Siklus IIPada siklus II ini dilakukan tindakan

seperti pada siklus I. materi pembelajaran yangdibahas adalah. Siklus II ini dilakasanakandalam dua kali tatap muka. Seluruh perangkatpembelajaran disusun sesui dengan rencanatindakan yang akan dilakukan.

Gambaran mengenai perubahanaktivitas dari siklus I dan siklus II bahwaterjadi peningkatan aktivitas peserta didik darisiklus I ke siklus II. Aspek dalam mengajukanpertanyaan pada pertemuan pertama siklus Isangat kurang, yaitu hanya empat orang dari 28peserta didik yang ada (14%). Kemudiansetelah peserta didik diberikan penjelasan danmotivasi dalam proses pembelajaran, makaterjadilah peningkatan aktivitas belajar padapertemuan berikutnya. Selanjutnya aktivitasyang sangat kurang bahkan tidak ada samasekali pada pertemuan pertama siklus I yaitudalam hal member saran. Menurut pengamatanpeneliti hal ini terjadi karena keterbatasan ilmudan pemahaman peserta didik terhadap konsepyang dipelajari. Selain itu, peserta didik tidakterbiasa dan tidak berani tampil untukmengajukan pendapat, menjawab pertanyaan,

apalagi member saran. Namun, setelahpenerapan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw ini secara perlahan timbul keberanianpeserta didik, sehingga aktivitas peserta didikdalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan.Pada siklus I rata-rata aktivitas peserta didik25,5%. Rata-rata aktivitas peserta didikmeningkat pada siklus II, yaitu 38,8%. Hal iniberarti terjadi peningkatan rata-rata aktivitaspeserta didik sebanyak 13,3%.

Refleksi Siklus IISebagaimana yang dilakukan pada

siklus I, pada siklus II juga dilakukan diskusiyang mendalam terhadap deskripsi data yangdiuraikan di atas. Sesuai hasil observasiaktivitas belajar peserta didik terlihat terjadiperubahan keaktifan yang cukup berarti. Padasiklus I peserta didik belum berani dan ragu-ragu untuk menyampaikan pendapat, tetapipada siklus II sudah ada keberanian. Demikianjuga dalam mengerjakan tugas kelompok ataudiskusi, secara keseluruhan peserta didik sudahmenunjukkan aktivitas yang baik.

PENUTUPSesuai dengan hasil pengamatan

peneliti mengenai aktivitas belajar pesertadidik di kelas IX D SMP Negeri 17Bulukumba, ternyata setelah penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw aktivitasbelajar peserta didik dapat meningkat. Haldapat dilihat dari beberapa hal sebagaiberikut.1) Peserta didik mengikuti prosespembelajaran terlihat lebih bersemangat dantermotivasi. 2).Peserta didik telahmenunjukkan keberanian dalammenyampaikan idea tau pikiran. 3). Timbulnyarasa percaya diri peserta didik dalammengemukakan pendapatnya. 4).Meningkatnya rasa tanggung jawab pesertadidik dalam mengikuti pembelajaran. 5). Sudahsangat kurang peserta didik yang berkeliaranatau pun mengganggu teman yang sementarabekerja.

Sebaiknya peserta didik memiliki bukureferensi atau buku penunjang, sehingga dalammelaksanakan diskusi tidak kekurangan bahan,Pembagian kelompok peserta didik sebaiknyadilakukan sebelum memasuki materipembelajaran, bahkan kalau memungkinkankelompoknya permanen, lembar kerja pesertadidik dan penyampaikan kompetensi dasarsebaiknya dilakukan beberapa hari sebelumkegiatan proses pembelajaran dimulai.

Page 19: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

202 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, dkk. 2004. Pendidikan AgamaIslam. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: PT.BumiAksara.

Depdikbud. 2001. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 2003. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdikbud. 2003. Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses BelajarMengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi PembelajaranBerorientasi Proses Standar Pendidikan.Jakarta: Kencana Prima.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan MotivasiBelajar Mengajar. Jakarta: PT.RajaGafindo Persada.

Page 20: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Pembelajaran Pohon Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Muhammad Jufri | 203

PENDAHULUAN

Peranan pendidikan matematika dalampembentukan sumber daya manusia yangberkualitas sangat penting, karena matematikasebagai salah satu mata pelajaran yangmengantar manusia berfikir secara logis,analisis dan sistematis. Dalam kehidupansehari-hari matematika memegang perananyang sangat penting. Hampir setiap haridijumpai situasi yang memerlukan penggunaanmatematika, misalnya menghitung belanjaharian, menghitung berat suatu benda, danlain-lain, semuanya memerlukan perhitunganmatematika. Namun apabila melihatpengajaran matematika baik di sekolah dasar,sekolah lanjutan, maupun perguruan tinggi,masih jauh dari mencapai tujuan.

Dalam semua jenjang pendidikan,pelajaran matematika memiliki porsi terbanyakdibandingkan dengan pelajaran-pelajaran yanglain. Tetapi kenyataan yang terjadi selama ini,siswa malah menganggap matematika sebagai

monster yang menakutkan. Matematikadidakwa sebagai biang kesulitan dan hal yangpaling dibenci dari proses belajar di sekolah.Padahal ketidaksenangan terhadap suatupelajaran berpengaruh terhadap keberhasilanproses pembelajaran. Karena tidak senang akanmembuat siswa enggan dan malas untukbelajar. Dan secara langsung akan berpengaruhpada prestasi belajar siswa.

Pada umumnya proses pelaksanaanbelajar mengajar matematika di sekolah hanyamentransfer apa yang dipunyai guru kepadasiswa dalam wujud pelimpahan faktamatematis dan prosedur penghitungan, Bahkansering terjadi, dalam menanamkan konsephanya menekankan bahwa konsep–konsep itumerupakan aturan yang harus dihafal, tidakperlu tahu dari mana asal–usul rumus tersebut.Siswa diprogram hanya untuk bisa menghafalrumus dan mengerjakan soal tanpa harus tahuapa makna dan fungsi soal tersebut dalamkehidupannya sehari-hari.

PEMBELAJARAN POHON MATEMATIKA SEBAGAI UPAYAMENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

Muhammad Jufri *)Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten Bulukumba

Guru SMA Negeri 14 Bulukumba

Abstrak

Perkembangan globalisasi menuntut para siswa untuk mampu beradaptasi dalam menghadapitantangan globalisasi yang sangat cepat. Dalam menghadapi tantangan perkembangan ilmupengetahuan dan informasi diperlukan sumber daya yang memiliki keterampilan tinggi yangmelibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan bekerjasama yang efektif. Caraberpikir tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Matematika selama ini masihmenjadi mata pelajaran yang menakutkan, sehingga kreativitas siswa masih cenderung rendahdibandingkan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran dengan pohon matematika inidiharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dalam pembelajaran dengan media pohonmatematika, siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalamanmenemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai cara sehinggadiharapkan kreativitas siswa dapat terbangun dengan baik

Kata Kunci: pohon matematika, kreativitas.

Abstract *)

The development of gobalization demands students to be able to addapt to face its chalenge thatchanges rapidly. Therefore, students need high skills that include critical, sistematic, creative andlogica thinking, and the ability to work in team. These skills can be developed through learningMathematics. Mathematics is still considered as difficult subject. As a result, students creativity tendsto be lower than the achievement of other subjects. Therefore, this Mathematic Tree is expected to beable to improve the students , creativity. In learning using Mathematic Tree , students can get thecreativity through the experience of finding, recognising, and solving problems using varioustechniques. At last, it is expected that Mathematics Tree can improve the students creativity.

Keyword: Mathematics Tree can improve the students creativity.

Page 21: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

204 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Untuk bisa menghadapi tantangandunia global, paradigma pembelajaran jugaharus diadakan perubahan: dari yang semulahanya ”banyak mengajari” menjadi banyak”mendorong anak untuk belajar”; dari yangsemula di sekolah hanya diorientasikan untukmenyelesaikan soal menjadi berorientasimengembangkan pola pikir kreatif; dari yangsemula siswa dianggap sebagai kertas putihyang siap ditulisi oleh guru, sekarang siswabukan lagi kertas putih, tetapi individu unikyang memiliki karakteristik tertentu danmampu mengembangkan potensinya apabiladifasilitasi. Karena itu peran guru berubah dari”mengajar” menjadi fasilitator untukmengembangkan potensi siswa.

Telah banyak penelitian modelpembelajaran berkaitan dengan pengembanganberpikir kritis dan kreatif, antara lain: openended, problem posing, pemecahan masalah,dan penemuan. Open ended merupakan modelpembelajaran yang berorientasi pada duabentuk: (1) pembelajaran yang dalamprosesnya menyajikan masalah yangjawabannya tidak tunggal dan (2) pembelajarandengan menyajikan masalah yang memilikibanyak cara untuk mengerjakannya. Denganjawaban tidak tunggal, siswa akan memilikikebebasan untuk mendapatkan jawaban sesuaidengan pemikirannya. Pada akhirnya siswamampu mengembangkan penalaran secarakreatif. Begitupula dengan banyak cara dalammenyelesaikan soal (meskipun jawabannyatunggal), maka akan mampu memberikankebebasan berpikir sehingga penalaran siswaakan mampu berkembang.

Problem posing merupakanpembelajaran yang dilakukan dengan memintasiswa untuk mengajukan masalah. Dengandiberikan suatu stimulus (formal atauinformal), siswa diminta untuk mengajukanmasalah matematika yang berkaitan denganstimulus yang dihadapi. Problem posing telahbanyak dikaji, antara lain oleh Suryanto (2004)dan Sutiarso (2006). Pengajuan masalahlmerupakan salah satu bentuk menumbuhkanpola pikir kreatif. Hal ini dapat terjadi karenadalam problem posing memberikan kebebasankepada siswa untuk berpikir. Dengan demikianakan muncul masalah-masalah baru sebagaiaktualisasi penalaran siswa.

Dari hasil beberapa penelitian(Subanji, 2004:32), telah diperoleh hasil bahwaproblem posing dan open ended mampumeningkatkan prestasi matematika siswa.Namun belum ada suatu pembelajaran yangmenggunakan kolaborasi antara problemposing dan open ended. Dalam tulisan ini

dikaji suatu bentuk pembelajaran yangmengkolaborasikan antara open ended danproblem posing yang selanjutnya disebutpembelajaran dengan pohon matematika.

PEMBAHASAN

Kajian tentang Problem Posing dan OpenEnded

Pengajuan masalah (problem posing)merupakan istilah dalam bahasa Inggris,sebagai padanan katanya digunakan istilah“merumuskan masalah (soal) atau membuatmasalah (soal)”. Menurut Silver (dalamSutiarso, 2006:57) problem posing mempunyaibeberapa arti. Pertama, problem posing adalahperumusan soal sederhana atau perumusanulang soal yang ada dengan beberapaperubahan agar lebih sederhana dan dapatdikuasai. Kedua, problem posing adalahperumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan ataualternatif soal yang masih relevan. Problemposing dimaksudkan adalah perumusanmasalah (soal) oleh siswa dari situasi yangtersedia atau soal yang diberikan oleh guru,yang dilakukan sebelum, ketika, dan setelahpemecahan masalah, misalnya gurumengajukan masalah/soal kepada siswa,selanjutnya siswa disuruh mengajukanpertanyaan-pertanyaan (masalah-masalah)yang mengarah kepada pemecahan masalah.Ketiga, problem posing yaitu merumuskan ataumembuat soal dari situasi yang diberikan.

Pengajuan masalah bukan hanyasebagai suatu pendekatan dalam prosespembelajaran. Akan tetapi, lebih dari itupengajuan masalah juga sebagai suatu tujuanyang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.Misalnya, kemampuan pemahamanmatematika siswa dapat ditelaah melaluikemampuan mereka merumuskan masalah.Setiap respon yang diajukan oleh siswamempunyai tingkat keterselesaian yangberbeda menurut hubungan semantik danstruktur sintaksisnya.

Silver dan Cai (dalam Upu, 2008:90)membagi pengajuan masalah dalam tigabagian, yaitu (1) pertanyaan matematika, (2)pertanyaan non matematika dan (3)pernyataan. Yang dimaksud dengan pertanyaanmatematika adalah pertanyaan yangmengandung masalah matematika danmempunyai kaitan dengan situasi yangdiberikan. Pertanyaan matematika yangdimaksud dibagi menjadi dua bagian, yaitupertanyaan matematika yang dapat

Page 22: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Pembelajaran Pohon Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Muhammad Jufri | 205

diselesaikan dan pertanyaan matematika yangtidak dapat diselesaikan.

Suatu pertanyaan matematikadikatakan dapat diselesaikan, jika pertanyaantersebut memuat informasi yang cukup darisituasi yang ada untuk diselesaikan. Jenispertanyaan ini dibedakan lagi menjadi duabagian, yaitu pertanyaan matematika yangmemuat informasi baru dan pertanyaanmatematika yang tidak memuat informasi baru.Sedangkan pertanyaan matematika yang tidakdapat diselesaikan adalah pertanyaan yangtidak memuat informasi yang cukup darisituasi yang diberikan untuk diselesaikan.Pertanyaan matematika yang tidak dapatdiselesaikan dapat juga berarti pertanyaan yangmemiliki tujuan yang tidak sesuai dengansituasi yang diberikan. Pertanyaan nonmatematika adalah pertanyaan yang tidakmengandung masalah matematika dan atautidak mempunyai kaitan atau hubungan dengansituasi atau informasi yang diberikan. Selainpertanyaan matematika dan pertanyaan nonmatematika, juga terdapat masalah atau soalyang diajukan oleh siswa dalam bentukpernyataan (statement). Jenis respon siswatersebut tidak mengandung kalimat pertanyaanyang mengarah kepada matematika atau non-matematika.

Pengajuan masalah (problem posing)matematika menurut Brown dan Walter (dalamUpu, 2008:88) terdiri dari dua aspek penting,yaitu accepting dan challenging. Acceptingberkaitan dengan kemampuan siswamemahami situasi yang diberikan oleh guruatau situasi yang sudah ditentukan. Sementarachallenging, berkaitan dengan sejauhmanasiswa merasa tertantang dari situasi yangdiberikan sehingga melahirkan kemampuanuntuk mengajukan masalah atau soalmatematika. Hal ini berarti bahwa pengajuanmasalah matematika dapat membantu siswauntuk mengembangkan proses bernalarmereka. Dengan demikian terdapat tiga unsurpenting yang saling terkait dalam pembelajarandengan pendekatan pengajuan masalah(problem posing) dalam pembelajaranmatematika, yaitu (1) situasi masalah, (2)pengajuan masalah, dan (3) pemecahanmasalah.

Suryanto (2004:31) mengemukakanbeberapa petunjuk pembelajaran bagi gurudengan pendekatan pengajuan masalah(problem posing), yaitu;1. Guru hendaknya membiasakan merumuskan

soal baru atau memperluas soal dari soal-soal yang ada di buku pelajaran;

2. Guru hendaknya menyediakan beberapasituasi yang berupa informasi tertulis, bendamanipulatif, gambar, atau yang lainnya,guru melatih siswa merumuskan soaldengan situasi yang ada;

3. Guru dapat menggunakan soal terbukadalam tes;

4. Guru memberikan contoh perumusan soaldengan beberapa taraf kesukaran baikkesulitan isi matematika maupun kesulitanbahasanya;.

5. Guru menyelenggarakan reciprocalteaching, yaitu pembelajaran yangberbentuk dialog antara guru dan siswamengenai sebagian isi buku tes, yangdilaksanakan dengan menggilir siswaberperan sebagai guru.

Sedangkan petunjuk pembelajaran yangberkaitan dengan siswa dalam pendekatanpengajuan masalah (problem posing) yaitu:1. Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan

pertanyaan sebanyak-banyaknya terhadapsituasi yang diberikan;

2. Siswa dibiasakan mengubah soal-soal yangada menjadi soal yang baru sebelum siswamenyelesaikan soal tersebut;

3. Siswa dibiasakan untuk membuat soal-soalserupa/sejenis setelah menyelesaikan soaltersebut;

4. Siswa harus diberanikan menyelesaikansoal-soal yang dirumuskan temannyasendiri;

5. Siswa dimotivasi menyelesaikan soal-soalnon rutin.

Selanjutnya pendekatan open endedmerupakan pendekatan pembelajaran yangdilakukan dengan menyajikan masalah yangmemiliki jawaban tidak tunggal atau caramenyelesaikan tidak tunggal. Karena itupendekatan open ended dapat dikelompokkanmenjadi dua model: (1) masalah dirancangdengan jawaban tidak tunggal dan (2) masalahyang memiliki jawaban tunggal tetapi carapenyelesaiannya tidak tunggal. Ketika masalahdirancang dengan jawaban tidak tunggal, makaproses berpikir siswa akan bebas menentukanbentuk jawabannya, asalkan jawaban tersebutlogis dan rasional. Begitupula untuk masalahyang memiliki jawaban tunggal tetapi carapenyelesaiannya tidak tunggal, maka siswadapat menyelesaikan dengan berbagai bentuk,yang penting proses penyelesaian tersebut logisdan rasional. Dengan jawaban atau prosestidak tunggal tersebut dapat mendorong siswauntuk berpikir kreatif.

Page 23: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

206 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Menurut Krulik, Rudnik, dan Milou(dalam Subanji, 2007:33), kreatif merupakanbentuk penalaran tertinggi dari tahapanberpikir orang. Tahapan berpikir dapatdigambarkan pada diagram 1 berikut.

Tahapan berpikir paling rendah adalahmengingat, yang tidak membutuhkankesadaran berpikir. Sebagai contoh, ketikaseorang siswa SMP atau SMA ditanya 2 + 2,dia tidak benar-benar berpikir tetapi secaraotomatis menjawab 4.

Tahapan berpikir kedua adalahberpikir dasar (basic thinking), merupakanbentuk yang lebih umum dari berpikir.Kebanyakan keputusan dibuat dalam berpikirdasar. Ketika seseorang dihadapkan padapermasalahan akan membeli 4 baju, yangmasing-masing harganya Rp. 30.000,00; makadia berpikir akan mengalikan 4 dengan Rp.30.000,00 yang menghasilkan Rp. 120.000,00.Dalam hal ini, orang tersebut sudahmenggunakan penalarannya dengan melakukanoperasi mengali dan bukan membagi.

Berpikir kritis merupakan tahapanberpikir ketiga, yang ditandai dengankemampuan menganalisa masalah,menentukan kecukupan data untukmenyelesaikan masalah, memutuskanperlunya informasi tambahan dalam suatumasalah, dan menganalisis situasi. Dalamtahapan berpikir ini juga termasuk mengenalikonsistensi data, dapat menjelaskankesimpulan dari sekumpulan data, dan dapatmenentukan validasi dari suatu kesimpulan.

Tahapan berpikir tertinggi adalahberpikir kreatif, yang ditandai dengankemampuan menyelesaikan suatu masalahdengan cara-cara yang tidak biasa, unik, danberbeda-beda. Seperti Gauss ketika masihanak-anak diminta menjumlahkan bilangan 1

sampai 100, hanya dalam beberapa menitsudah mampu menyelesaikannya. Gaussmampu mengatur bilangan 1 sampai 100dengan cara berpasangan:

1 + 100 = 1012 + 99 = 1013 + 98 = 101

dan seterusnya. Jadi jawabannya sederhana ada50 pasang bilangan yang jumlahnya 101.Berarti jawabannya 50 x 101 = 5.050.

Penalaran adalah proses berpikir yangmencakup berpikir dasar, berpikir kritis, danberpikir kreatif, tetapi tidak termasukmengingat (recall). Pengembangan penalaranberarti juga pengembangan berpikir dasar,berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Karena itu,salah satu aspek yang ditekankan dalamkurikulum berbasis kompetensi adalahmeningkatkan kemampuan penalaran siswa.Kemampuan penalaran siswa merupakan aspekpenting, karena dapat digunakan untukmenyelesaikan masalah-masalah lain, baikmasalah matematika maupun masalahkehidupan sehari-hari. Bahkan menurut Krulikdan Rudnick (dalam Suherman 2003:152)kemampuan penalaran merupakan aspek kuncidalam mengembang-kan kemampuan berpikirkritis dan kreatif dari siswa. Betapa pentingnyaaspek penalaran ini, maka perlu adanyapengembangan kemampuan penalaran siswadalam pembelajaran matematika.

Problem posing dan open endedmerupakan pendekatan pembelajaran yangdapat digunakan untuk meningkatkanpenalaran siswa. Keduanya memilikikarakteristik memberikan kebebasan berpikirkepada siswa. Problem posing mengarahkansiswa untuk mengajukan masalah, sedangkanopen ended mengarahkan kepada siswa untukmenyelesaikan soal yang memiliki jawabanatau cara penyelesaian tidak tunggal. Dalamhal ini siswa ”bebas” untuk menentukan carapenyelesaian atau mendapatkan jawaban, yangpenting prosedur penyelesaian atau jawabanyang diperoleh logis dan rasional. Meskipunopen ended sangat baik untuk mengembangkannalar siswa, namun banyak guru yang masihkesulitan menerapkannya. Hal ini dapat terjadi,karena ”tidak mudah” untuk mengkonstruksimasalah yang memiliki jawaban atau prosedurpenyelesaian tidak tunggal. Begitupula dalammenerapkan problem posing, ”tidak mudah”bagi guru untuk memilih stimulus yang dapatdigunakan untuk membangkitkan masalah.Karena itu, perlu ada pendekatan pembelajaranyang mampu memadukan open ended danproblem posing serta mudah pelaksanaannya

Kreatif

Kritis

Dasar (Basic)

Ingatan (recall)

Penalaran(Reasoning)

Berpikir tingkattinggi

Diagram 1. Herarki Berpikir

Page 24: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Pembelajaran Pohon Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Muhammad Jufri | 207

bagi guru. Pembelajaran dengan media pohonmatematika merupakan salah satu alternatifyang dapat digunakan untuk mengatasinya.

Pembelajaran dengan Pohon MatematikaSecara umum langkah-langkah

pembelajaran matematika seperti berikut: (1)guru menyajikan materi, (2) guru memberikancontoh beserta penyelesaiannya, (3) gurumemberikan soal (yang mirip-mirip dengansoal yang contohkan), (4) siswa mengerjakansoal latihan (yang dibuat guru atau dari bukuteks), (5) pembahasan.

Sebenarnya ada yang perlu ”diwaspadai”dalam langkah-langkah tersebut. Karenapembelajaran tersebut lebih menekankan padaprosedur. Siswa diminta untuk ”meniru” caramengerjakan gurunya, ditandai denganmemberikan soal-soal latihan yang miripdengan yang sudah dikerjakan oleh gurunya.Hal ini dapat menjadi tidak bermakna apabilapengajar matematika ”hanya” mengajarkanprosedur dengan tanpa menjelaskan mengapaprosedur tersebut digunakan. Akibatnya siswaberanggapan bahwa dalam menyelesaikanmasalah, cukup memilih prosedur penyelesaianyang sesuai dengan masalah yang diberikan.Dalam hal ini fokus pembelajaran tidak padamengapa prosedur tertentu itu yang digunakanuntuk menyelesaikan, tetapi prosedur manayang dipilih untuk menyelesaikan masalah danpada bagaimana menyelesaikan denganprosedur tersebut. Dengan penekananpembelajaran hanya pada prosedurmengakibatkan penalaran siswa tidakberkembang secara optimal. Bahkan bisamenumbuhkan proses berpikir pseudo(Subanji, 2007:34).

Pohon matematika merupakan suatumedia yang dapat digunakan untukmengembangkan penalaran siswa.Pembelajaran dengan pohon matematikamerupakan balikan dari pembelajaran yangbiasa dilakukan di kelas, terutama dalamlatihan-latihan soal yang diberikan. Selama inisoal-soal yang diberikan kepada peserta didikdapat dikategorikan: (1) menentukan nilai(menghitung), (2) menyederhanakan, (4)menggambar, dan (3) membuktikan (meskipunsangat jarang). Dalam pembelajaran denganpohon matematika, justru jawaban sudahdiberikan dan siswa diminta untukmengkonstruksi soalnya. Atau soal yangjawabannya tidak tunggal dan siswa dimintauntuk mencari semua jawaban yang mungkin.

Dalam pembelajaran dengan pohonmatematika, guru menyajikan pohon sebagaipokok bahasan, ranting sebagai jawaban atau

masalah. Jika ranting berisi jawaban, makasiswa diminta mengkonstruksi soal didaunnya. Jika ranting berisi masalah (syaratnyamasalah harus opend ended), maka siswamencari semua jawaban sebagai daunnya.

Sebagai contohnya, ketika membahasmateri penerapan integral tentu (matematikaSMA), soal yang biasa diberikan di kelasadalah menentukan luas daerah yang dibatasioleh beberapa kurva atau menentukan volumedari suatu kurva yang diputar mengelilingisuatu sumbu. Dengan pembelajaranmenggunakan media pohon matematika:ditetapkan pohonnya adalah integral,cabangnya adalah luas daerah atau volumeyang nilainya sudah diberikan, siswa dimintamembuat daun (mencari masalah sebanyak-banyaknya) yang jawabannya di cabang.Adapun pohon integral yang bisa dibuat sepertidiagram 2 berikut.

Diagram 2. Pohon Integral

Di pohon integral tersebut, siswa dimintamengkonstruksi daun (yaitu masalah yangjawabannya sudah ditentukan dari dahannya(yakni luas daerah = 12 satuan persegi danvolume = 14 satuan kubik). Untukmengonstruksi pohon matematika ini, tentunyasiswa harus memahami konsep secara utuh danmendalam. Selain itu siswa harus berpikir lebihkeras, untuk mengkaitkan antara konsep,masalah, dan jawaban yang disediakan. Dalamhal ini, siswa tidak cukup jika hanya

Integral

Buat masalahsebanyak-banyaknya ttgluas daerahyang dibatasioleh beberapakurva yangluasnya 12satuan2

Buat masalahsebanyak-banyak-nya ttgvolume bendaputar yangdiperoleh darikurva diputarthd Sb X,dengan V= 14П satuan3

Page 25: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

208 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

mengingat prosedur yang dicontohkan olehguru. Karena itu pembelajaran dengan mediapohon matematika ini dapat mengembangkanpenalaran siswa.

Dalam pembelajaran persamaan garislurus (matematika SMP), penerapan konseppersamaan garis pada soal yang biasa diberikandi kelas adalah tentukan persamaan garis yangtegak lurus dengan y = 2x – 3 dan melalui(1,2). Soal semacam tidak mendorong siswauntuk kritis dan kreatif, karena hanya memilikisatu jawaban dan siswa cenderung hanyameniru penyelesaian yang sudah diberikan olehgurunya. Untuk mengembangkan penalaran,perlu dikembangkan dengan pohon matematikaseperti berikut. Misalkan pohonnya adalahpersamaan garis lurus, cabangnya adalahpersamaan garis y = 2x -3, siswa diminta untukmencari sebanyak-banyaknya persamaan garisyang tegak lurus dengan y = 2x – 3. Adapunpohon persamaan garis disajikan pada diagram3 berikut.

Diagram 3. Pohon Persamaan Garis

Dalam pembelajaran persamaan garislurus, terutama penerapan konsep persamaangaris lurus dalam menyelesaikan masalah,siswa diberi lembar tugas untuk

mengkonstruksi daun dari pohon persamaangaris yang diberikan. Dalam tugas inikemampuan yang dituntut dari siswa tidakhanya sekedar menyelesaikan masalah tetapijuga harus mengkonstruksi masalah. Dengandemikian pengetahuan siswa tentang prosedurpenyelesaian masalah tidak cukup untukmembangun pohon matematika. Siswa harusmampu mengkaitkan berbagai konsep sehinggamenjadi bahan untuk membangun daun daripohon matematika. Pada akhirnya siswa akanmenemukan sendiri suatu cara untukmenyelesaikan masalah. Dalam kasuspersamaan garis ini, soal yang biasa dihadapioleh anak adalah mencari persamaan garisyang diketahui satu titik dan gradiennya. Dancara baku yang diberikan oleh guru adalahrumus y – b = m (x – a). Dengan pohonmatematika rumus tersebut tidak harusdigunakan, tetapi anak akan mampu mencaricara unik dan mudah dengan penalarannya.Sebagai contoh, ketika menentukan persamaangaris dengan gradien -2 dan melalui (1,2), anakbisa menemukan cara menuliskan persamaangaris y = -2x (gradiennya 2). Ketika x = 1, nilaiy = -2.1 = -2. Karena yang yang dikehendakinilai y adalah 2, maka persamaan garisnya bisaditulis y = -2x + 4.

Pada pembelajaran materi KelipatanPersekutuan Terkecil (KPK) dan FaktorPersekutuan Terbesar (FPB) di Sekolah dasar,soal yang biasa disajikan di sekolah adalahtentukan FPB dan KPK dari beberapa bilangan.Dalam hal ini siswa hanya cukup menerapkanprosedur yang biasa diberikan oleh gurunya.Karena itu siswa menjadi tidak kreatif.

Dengan pohon matematika, masalahyang disajikan justru FPB dan KPK sudahdiketahui, siswa diminta mencari pasangan-pasangan bilangan yang memenuhi FPB danKPK yang diketahui. Dalam prakteknya, gurucukup menentukan ranting yang berupa tigabilangan yang FPBnya 6 dan ranting yang lain,tiga bilangan yang KPKnya 24, siswa dimintamencari daun sebanyak-banyaknya yangberupa pasangan tiga bilangan yang memenuhiFPB = 6 dan KPK = 24. Dengan cara ini siswaakan mampu mengonstruksi masalah (tigabilangan) sebanyak-banyaknya yangmemenuhi syarat tersebut. Kebebasan untukmengonstruksi masalah tersebut akan mampumembuat siswa menjadi kreatif, yang berarti

Pers

Grs

Buatsebanyak-banyaknyapersamaangaris yangtegak lurusgaris y = 2x-3

Buatsebanyak-banyaknyapersamaangaris yangmelalui titik(-2,1)

Page 26: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Pembelajaran Pohon Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Muhammad Jufri | 209

penalarannya juga akan mencapai tingkat yangtertinggi.

Adapun pohon matematika yangberkaitan dengan FPB dan KPK disajikan padaDiagram 4 berikut.

Diagram 4 Pohon FPB dan KPK

Dalam pembelajaran matematika denganpohon matematika ini, semakin banyakmasalah yang dibuat, maka pohon tersebutsemakin memiliki banyak daun, berartisemakin “rindang”. Sebaliknya bila daun yangdibuat salah, maka daun tersebut menjadi“benalu” yang mengurangi kesuburan pohon.Dari kerindangan pohon matematika ini, dapatdilihat kretaivitas siswa.

Dalam pelaksanaannya, pembelajarandengan pohon matematika dapat dilakukandengan: (1) sistem individu dan (2) sistemkelompok. Pada tahap awal guru membuatkanranting dan siswa melengkapi daunnya. Padatahap berikutnya, ranting bisa dibuat olehsiswa. Sehingga dalam proses pembelajaran,guru ”benar-benar” hanya menjadi fasilitator.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan sebagai berikut. (1). Pohonmatematika merupakan perpaduan antaraprobelm psoing dan open ended, (2).Pohonmatematika merupakan pembelajaran alternatifyang dapat digunakan untuk meningkatkankreatifitas siswa.

Dari kesimpulan diatas disarankankepada guru matemamatika agar pembelajaranmenggunakan Pohon Matematikadipertimbangkan sebagai alternatifpembelajaran di kelas.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas, 2004. Kurikulum BerbasisKompetensi Puskur, Balitbang,Depdiknas

Subanji, 2004. Pembelajaran Problem Posingdi MTs Surya Buana. Penelitian DUELIKE

Subanji, 2007. Proses Berpikir PenalaranKovariasional Pseudo dalamMengkonstruksi Grafik FungsiKejadian Dinamik Berkebalikan.Disertasi. Tidak Dipublikasikan

Suherman, Erman, dkk. 2003. StrategiPembelajaran MatematikaKontemporer. Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia

Suryanto, 2004. Problem Possing dalamPembelajaran Matematika. Makalahdalam Seminar Nasional. PPS IKIPMalang

Sutiarso, Sugeng. 2006. “Problem Possing:Strategi Efektif MeningkatkanAktivitas Siswa dalam PembelajaranMatematika”. Journal. Volume 6 No5. 2006. Hal. 631

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20.Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas

Upu, 2008. Problem Posing dan ProblemSolving dalam PembelajaranMatematika. Bandung: PustakaRamadhan

FPB&KPK

TigabilanganFPBnya=6

TigabilanganKPKnya =24

Page 27: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

210 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Page 28: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Power Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba Rajamuddin | 211

PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang dihadapi duniapendidikan saat ini adalah bagaimana carauntuk meningkatkan hasil belajar siswaterutama pada pelajaran PKn. Strategi, metodeatau model pembelajaran yang digunakandiharapkan mampu melibatkan siswa aktifdalam belajar, baik secara mental, fisikmaupun sosial. Salah satu model pembelajaranyang dimaksud adalah model pembelajaranP.O.W.E.R Learning. Model ini merupakansuatu bentuk pembelajaran yang memberikankesempatan kepada siswa untuk berdiskusidengan temannya dalam menyelesaikanmasalah PKn, dengan kata lain modelpembelajaran ini memanfaatkankecenderungan siswa untuk lebih berinteraksi

dalam belajar untuk mencapai tujuanpembelajaran dan mampu meningkatkan hasilbelajar siswa.

Masalah ini juga dialami siswa KelasVIIIc SMP 17 Bulukumba, para siswamengeluhkan susahnya belajar PKn. Penelitimemilih sekolah ini karena melihat kondisisiswa yang pada saat observasi tidak terlalubergairah mengikuti pelajaran PKn denganmenggunakan model tradisional seperticeramah.

Terungkap bahwa hasil belajar PKnsiswa sangat rendah. Sehingga seorang guruPKn diharapkan dapat menggunakan carapenyampaian yang dapat dimengerti siswamengingat sifat dari PKn itu sendiri yangabstrak sehingga sulit dicerna oleh siswa jikatidak menggunakan model yang tepat. Perlu

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUIPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POWER LEARNING PADA SISWA

KELAS VIII C SMP NEGERI 17 BULUKUMBA

Rajamuddin *)Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten Bulukumba

Guru SMP Negeri 17 Bulukumba

Abstrak

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan diSMP Negeri 17 Bulukumba yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa denganpenerapan model power learning. Subjek dari penelitian ini adalah siswa Kelas VIII C SMP Negeri 17Bulukumba dengan jumlah siswa 36 orang pada semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014.Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar siswa, lembar observasi, danangket respon siswa. Dari data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.Hasil penelitian yang dicapai setelah dianalisis yaitu: 1) Pada Siklus I, diperoleh skor rata-rata hasilbelajar PKn siswa sebesar 74,5 berada dalam kategori pada skor ideal 100. 2) Pada Siklus II, diperolehskor rata-rata hasil belajar PKn siswa sebesar 81,81 berada dalam kategori tinggi pada skor ideal 100.Hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar PKn siswa dari Siklus I ke Siklus II. 3) Keaktifan siswaselama proses belajar mengajar juga meningkat dari siklus I ke siklus II serta respon positif siswaterhadap penerapan Model Power Learning. Dari hasil penelitian ini, secara umum dapat disimpulkanbahwa terjadi peningkatan hasil belajar PKn siswa Kelas VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba setelahditerapkan Model Power Learning

Abstract *)

This study is a Class Action Research (Classroom Action Research) conducted in SMP Negeri 17Bulukumba which aims to improve learning outcomes Civics students with learning power modelapplication. The subject of this research is the students of class VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba thenumber of students 36 people on odd semester 2013/2014 Academic Year. Data collection wasperformed by using the test results of student learning, observation sheets, and student questionnaireresponses. From the data collected and analyzed qualitatively and quantitatively. Results of the studywere achieved after analysis, namely: 1) In the first cycle, obtained an average score of studentlearning outcomes Civics 74.5 are in the category of the ideal score of 100. 2) In the second cycle, theaverage score obtained Civics students' learning outcomes amounting to 81.81 are in the highcategory in the ideal score of 100. This means an increase learning outcomes Civics students fromCycle I to Cycle II. 3) The active participation of students during the learning process also increasedfrom cycle I to cycle II and the positive response of students to the application of the Model PowerLearning. From these results, it can generally be concluded that an increase in student learningoutcomes Civics Class VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba after applied Model Power Learning

Page 29: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

212 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

disadari bahwa tidak semua model pengajarancocok digunakan untuk mencapai semua tujuandan semua keadaan. Sehingga suatu modelpembelajaran dipilih sesuai kebutuhan.

Model POWER Learning ataupembelajaran POWER diperkenalkan olehRobert S. Feldman, seorang profesor dalambidang psikologi dari UniversitasMassachussets Amherst. Model ini adalahsebuah akronim dari lima kata pembangunnyayaitu Prepare, Organize, Work, Evaluate, danRethink. ( Robert S. Feldman, 2005, 6 )

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dikajidalam penelitian ini yaitu apakah penerapanmodel POWER Learning dapat meningkatkanhasil belajar PKn siswa Kelas VIIIC SMP 17Bulukumba..

Tujuan penelitian yang ingin dicapaiadalah untuk meningkatkan hasil belajar PKnsiswa kelas VIIIc SMP 17 Bulukumba melaluipenerapan model POWER Learning.

Manfaat yang diperoleh dari hasilpenelitian ini adalah dengan adanya modelyang baru maka akan memotivasi siswa untukbelajar PKn dan melatih siswa agar mampubelajar lebih aktif, memanfaatkan waktu luanguntuk memperkaya pengetahuan danketerampilan, serta melatih siswa agar mampumengembangkan kemandirian, disiplin danrasa tanggung jawab.

KERANGKA TEORITIKPower learning

Dalam melakukan proses belajarmengajar, banyak faktor yang mempengaruhiberhasil tidaknya siswa menerima pelajarantersebut. Sehingga seorang guru perlumengetahui situasi pengajaran di dalam kelas.Situasi ini dipengaruhi oleh empat faktor yaitufaktor guru, faktor siswa, faktor kurikulum,dan faktor lingkungan.(Muhammad Ali,2007,5).

Hal ini menunjukkan betapa besarperan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.Sehingga dapat dikatakan gurulah yangmenentukan keberhasilan siswa-siswanya.

Power Learning dapat ditinjau dari duaaspek yaitu Power itu sendiri yang berartikekuatan dan Power Learning dalam artiakronimnya. Power Learning merupakansistem yang didesain untuk membantu orangdalam mencapai tujuan berdasarkan lima tahapyaitu Prepare (persiapan), Organize(pengaturan), Work (bekerja), Evaluate(Evaluasi), dan Rethink (Berpikir kembali).Perlu diketahui bahwa power Learning adalahsebuah proses dan tanpa ada kemauan untuk

berubah menjadi lebih baik maka PowerLearning hanyalah sebuah tulisan.

Jika kita lihat Power Learning secaraumum, cakupannya sangat luas dan kaya akanmetode dan cara untuk meningkatkan kualitashidup kita. Diantaranya adalah cara mengaturwaktu, mengetahui diri pribadi, sukses dalamakademik, dan bagaimana mengatasi masalah-masalah disekitar kita.

Komponen Model P.O.W.E.R LearningSeperti yang telah diungkapkan di atas

bahwa POWER Learning terdiri dari limatahap yaitu Prepare (persiapan), Organize(pengaturan), Work (bekerja), Evaluate(Evaluasi), dan Rethink (Berpikir kembali).

Dalam menerapkan model ini, Seorangguru harus menyiapkan segala yangdibutuhkan dalam menerapkan model ini.Komponen pertama dalam P.O.W.E.RLearning ini adalah Prepare (Persiapan), iniberarti seorang guru harus membimbing siswaagar dapat menetapkan tujuan pembelajaranbaik jangka panjang maupun jangka pendekdan hal-hal yang ingin dicapai dalampembelajaran tersebut. Dalam tahap persiapanini segala sesuatunya harus dipersiapkandengan baik karena langkah ini mempengaruhilangkah selanjutnya. Seorang guru harus betul-betul memahami kurikulum yang ada sehinggatujuan pembelajaran dapat ditetapkan, seorangguru dapat menyesuaikan kebutuhan dankemampuan peserta didik dalam menerimamateri tertentu. Standar kompetensi dankompetensi dasar harus diperhatikan gurubegitupula dengan indikator harus disesuaikandengan waktu yang tersedia. Jangan sampaiseorang guru memaksakan mengajarkan tigaindikator padahal waktu dan kemampuan siswahanya bisa dua indikator.

Komponen kedua yaitu Organize(Pengaturan), ini berarti sebelum terjadi prosesbelajar mengajar guru membantu siswa dalammenyiapkan alat untuk mencapai tujuan yangtelah ditetapkan. Alat di sini adalah segalayang dibutuhkan dalam proses belajarmengajar. Tidak hanya perlengkapan pribadisiswa tetapi perlengkapan dalam proses belajarmengajar serta perangkat pembelajaranlainnya. Semuanya perlu diatur sedemikianrupa sehingga dapat mendukung proses belajarmengajar.

Dalam menyiapkan bahan-bahanpembelajaran yang tak kalah penting adalahmedia pembelajaran. Kedudukan mediapengajaran ada dalam komponen metodemengajar sebagai salah satu upaya untukmempertinggi proses interaksi guru-siswa dan

Page 30: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Power Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba Rajamuddin | 213

interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya.Oleh sebab itu fungsi utama dari mediapengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar,yakni menunjang penggunaan metodemengajar yang dipergunakan guru. (NanaSudjana dan Ahmad Rivai, 2005,7).

Komponen ketiga adalah Work(Bekerja), hal ini berarti guru membantu siswauntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkandan menggunakan tujuan mereka sebagaimotivasi. Hal ini berarti, guru memberikanmotivasi untuk mencapai tujuannya. Seorangguru harus meyakinkan siswa bahwa tujuanyang ingin mereka capai benar-benar penting.Setelah itu barulah guru dapat memotivasisiswa agar memperhatikan dan mengertipelajaran yang diberikan agar tujuannya dapattercapai.

Komponen keempat adalah Evaluate(Evaluasi), hal ini berarti guru mengevaluasiapa yang telah mereka kerjakan danmengaitkannya dengan tujuan yang telahditetapkan pada tahap persiapan denganmelihat tingkat keberhasilannya. Evaluasi yangdimaksudkan disini tujuannya adalah melihattingkat pencapaian siswa sehingga apa yangdiperoleh siswa dapat dikatakan berhasil atautidak. Evaluasi ini tidak hanya untuk siswatetapi guru pun harus mengevaluasi diripribadi. Apakah hal-hal yang dilakukannyasudah sesuai dengan prosedur yang ada.

Komponen kelima yaitu Rethink(Berpikir kembali), ini berarti guru merefleksiproses yang telah dilalui siswa danmerencanakan apa yang akan dilaksanakanselanjutnya dengan cara yang lebih baikberdasarkan pengalaman sebelumnya. Dalamhal ini, guru memberikan waktu kepada siswauntuk melihat kembali apa yang telahdilakukannya dan apa yang perlu diperbaikiserta tujuan apa yang belum dicapainya.

Dari komponen-komponen di atas,maka dijabarkan dalam lagkah-langkahpenerapan model P.O.W.E.R Learning. Adapunlangkah-langkah pembelajarannya yaitu:a. Guru membimbing siswa menetapkan

tujuan pembelajaran materi yang akandipelajari.

Dalam hal ini guru harusmemberikan bimbingan yang alami kepadasiswa bukan buatan. Maksudnya guru tidaklangsung menunjukkan materi tersebut tapihanya memberikan arahan sehingga siswadapat menemukan sendiri materi yangdimaksud. Hal ini akan memotivasi siswauntuk mengetahui materi selanjutnya karenamereka mengasumsikan telah memiliki

pengetahuan tentang materi yang akandiberikan.

b. Siswa diberikan materi dan diberikesempatan untuk menyerap dan mengertimateri tersebut.

Pada tahap ini, guru memberikanmateri yang akan dipelajari dan denganmenggunakan berbagai teknik, diupayakansiswa tertarik unuk belajar. Kemudian siswadiberikan kesempatan untuk mengertimateri baru tersebut.

c. Guru memberikan beberapa strategi untukmengingat materi baru tersebut.

Maksudnya disini, gurumemberikan beberapa tips cara memahamipelajaran. Misalnya saja menghapal rumus-rumus trigonometri dengan meletakkanrumus-rumus itu di tempat strategissehingga semua orang dapat membacanya,dan sebagainya.

d. Guru memberikan tes.Tes di sini tidak harus tertulis,

tetapi bisa dilihat jika siswa telah aktifbertanya dengan pertanyaan yangberkualitas, yang tidak asal bertanya.Tetapi pertanyaannya berbobot. Ataudengan memberikan kuis kepada siswasehingga siswa diwajibkan setiap saatharus siap ujian.

HipotesisBerdasarkan kerangka teoritik yang

telah dikemukakan di atas, maka jawabansementara ( hipotesis ) terhadap permasalahandi atas adalah:

Jika diterapkan Model POWERLearning maka Hasil Belajar PKn pada siswakelas VIIIc SMP 17 Bulukumba dapatmeningkat.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah PenelitianTindakan Kelas atau CAR (Classroom ActionResearch). Secara garis besar, ada empat tahapyang lazim digunakan yaitu tahap perencanaan(Plan), pelaksanaan (Act), pengamatan(Observe), dan refleksi (Refleck).(SuharsimiArikunto, 2008, 16).

Penelitian ini dilaksanakan di SMP 17Bulukumba dengan subjek penelitian adalahsiswa kelas VIIIc sebanyak 36 orang, terdiridari 15 siswa laki – laki dan 21 siswaperempuan.

Teknik pengumpulan data yangdilakukan dalam penelitian tindakan kelas iniadalah, data mengenai peningkatan hasilbelajar diambil dari tes setiap siklus, yang

Page 31: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

214 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

mana tes setiap siklus ini dibuat oleh penulisbekerja sama dengan guru PKn yang mengajardi kelas tersebut. Data tentang situasi belajarmengajar pada saat dilakukan tindakan diambildengan menggunakan lembar observasi. Datatentang gambaran tindakan diperoleh daridokumentasi pada setiap siklus.

Data yang telah terkumpul dianalisisdengan menggunakan teknik analisis kualitatifdan analisis kuantitatif. Adapun Analisiskualitatif digunakan untuk menganalisis hasildari lembar observasi. Sedangkan analisiskuantitatif digunakan untuk menganalisis hasiltes belajar setiap siklus, dengan menggunakanteknik kategorisasi standar berdasarkanketetapan kementrian pendidikan nasional.(dalam ayudiah, 2007) yang dimodifikasi.

Untuk keperluan analisis , disusun suatukategori ketuntasan siswa dalam belajar yangberlaku disekolah tempat penelitian, yaituapabila persentase ketercapaian penguasaanmateri 0 – 64 maka dikategorikan belum tuntasdan apabila persentase tercapainya penguasaanmateri 65 – 100 maka dikategorikan tuntas.Sedangkan ketuntasan klasikal dicapai apabilaminimal 85% siswa mencapai ketuntasanperorangan.

PEMBAHASANPada siklus I ini khususnya pada

pertemuan ke-1 dan ke-2, kegiatan berlangsungseperti biasanya, tidak ada perubahan-perubahanyang berarti dari sebelumnya. Berdasarkan hasilobservasi, kurangnya perhatian serius dari siswadalam menanggapi materi, hal ini dapat dilihatdari kurangnya respon siswa yang bertanyamateri yang diberikan atau menjawab pertanyaanguru pada saat menjelaskan materi, dari hasilpengamatan pada pertemuan ke-1 ada 2 siswayang bertanya begitu pula pada saat gurumengajukan pertanyaan hanya beberapa siswayang mau menjawab itu pun setelah pertanyaanitu diulang beberapa kali oleh guru. Merekamengaku takut salah dan malu pada teman yanglain. Namun sampai pada pertemuan ke-3 siswasudah mulai aktif dalam memperhatikan ataumenanggapi materi yang dijelaskan oleh guru,hal ini terlihat siswa yang bertanya materi yangbelum dimengerti maupun yang yangmengajukan diri mengerjakan soal dan PR dipapan tulis sudah meningkat. Walupun masihdidominasi oleh siswa yang pintar.

Selama pertemuan pada siklus Iberlangsung, ada beberapa siswa yang tidakmengerjakan PR sampai pada pertemuan ke-3siswa yang mengerjakan PR berjumlah 31orang walaupun menurut informasi dari ketuakelas masih ada yang mengerjakan di sekolah

itupun meniru jawaban temannya. Siswa yangtidak mengerjakan PR mengajukan berbagaimacam alasan seperti tidak hadir padapertemuan yang lalu atau buku PRnyaketinggalan dirumah.

Sedangkan kegiatan diskusi kelompokuntuk menyelesaikan LKS yang diberikan,siswa dalam tiap kelompok belum bisamelakukan diskusi seperti yang diharapkan.Hal ini disebabkan karena siswa perempuanmengaku tidak bisa berdiskusi dengan siswalaki-laki begitupun sebaliknya. Belum adakekompakan yang terjadi antara anggotakelompok dan kurangnya semangat dalammengerjakan LKS. Ada beberapa siswa yanghanya mengharapkan atau menunggu jawabantanpa ikut berpartisipasi dalam menyelesaikanLKS. Mereka hanya cenderung melakukanaktivitas yang tidak ada hubungannnya denganpelajaran, seperti ngobrol atau salingmengganggu antara sesama temankelompoknya ataupun dengan kelompok lainyang berdekatan sehingga soal LKS tidakterselesaikan semua.

Memasuki siklus II terlihat bahwaperhatian, motivasi, keaktifan serta semangatsiswa untuk belajar semakin memperlihatkankemajuan setelah diterapkan model powerlearning. Ini terlihat dari keaktifan siswamemberikan respon jika guru memberikanpertanyaan maupun keberanian dankepercayaan diri dari siswa untuk tampil didepan mengerjakan soal yang diberikan.

Melihat dari hasil tugas yang diberikanpada siklus II ini, dapat dikatakan bahwahasilnya sudah mulai mengalami peningkatandan siswa yang tadinya mencontoh jawabansiswa lain sudah mulai berkurang. Begitupunjumlah siswa yang mengerjakan danmengumpulkan PR bertambah meningkat darisebelumnya Bahkan sebagian besar siswaselalu mengingatkan guru untuk mengumpulPR yang diberikan. Ini menandakan tingkatpemahaman dan kesungguhan siswa dalammengerjakan soal atau tugas yang diberikansemakin meningkat.

Pada kegiatan kelompokmenyelesaikan soal-soal LKS, kerjasama yangbaik antara sesama anggota sudah mengalamipeningkatan terlihat dari keaktifan dansemangat siswa pada saat diskusi kelompok.Setiap anggota kelompok termotivasi untuktahu cara mengerjakan LKS dan tugas,terutama yang berkemampuan rendah sangatantusias dengan memahami permasalahan danjawabannya karena mereka merasa merekalahyang akan ditunjuk guru untuk menjawab.Yang berkemampuan tinggi bersedia

Page 32: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Power Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 17 Bulukumba Rajamuddin | 215

membantu, meskipun mungkin mereka tidakdipanggil untuk menjawab. Pada saat kerjakelompok siswa yang melakukan kegiatan lainseperti ribut, mengganggu teman semakinberkurang sehingga semua kelompok dapatmenyelesaikan LKS dalam jangka waktu yangtertentu. Penghargaan berupa nilai inilah yangmemotivasi setiap anggota kelompok, sehinggamereka berusaha keras untuk dapatmempresentasekan danmempertanggungjawabkan hasil kerjakelompok mereka dengan baik.

Secara umum, hasil yang dicapaisiswa setelah pelaksanaan tindakan denganpenerapan model power learning mengalamipeningkatan, baik dari segi kemampuan siswamengerjakan soal di papan dan mengerjakantugas/PR. Hasil tes Siklus II telahmenunjukkan hasil yang memuaskan yangsemakin meningkat.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa ,hasil belajar PKn siswa kelas VIIIC SMP 17Bulukumba sebelum diterapkan model powerlearning pada kategori rendah dengan rata-ratahasil belajar 59,78, setelah diterapkan modelpower learning mengalami peningkatan. Halini ditunjukkan dari perolehan nilai penguasaanmateri pada Siklus I dalam kategori sedangdengan rata-rata hasil belajar 74,5 dan padaSiklus II dengan rata-rata hasil belajar 81,81.Melalui model power learning dapatmeningkatkan hasil belajar PKn siswa kelasVIIIC SMP 17 Bulukumba, hal ini dibuktikandengan adanya perbedaan hasil belajar sebelumdan sesudah diterapkan model power learning.Dalam hal ini terjadi peningkatan hasil belajarsesudah diterapkan model power learning.

Untuk meningkatkan hasil belajar PKn,para guru sebaiknya menerapkan model powerlearning dalam proses belajar mengajar.Dengan model tersebut, guru dapatmenyesuaikan model pembelajaran denganperbedaan kemampuan siswa sehingga gurudapat menegakkan salah satu prinsip dalammengajar yaitu individualitas, yang berartibahwa yang harus diperhatikan bukan hanyaanak-anak yang pandai sehingga setiap anakberkembang sesuai dengan kemampuannyamasing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. Guru dalam Proses BelajarMengajar. Cet. XIII; Bandung: SinarBaru Algesindo, 2007.

Ayudiah, Fitri. Kesiapan Guru SMA Negeri diKabupaten Brebes Utara dalammelaksanakan Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP) TahunAjaran 2007/2008.(Diakses darinternet).http://www.digilib,unes.Ac.Id/gsdi/ colled/ skripsi/ indes/assoc/HASHO ib8/9390bb4. Dir/doc.Pdf.(8/10/2011)

Feldman, Robert S. P.O.W.E.R Learning:Strategies for Success in College and Life,2005 Edition. New York: McGraw-Hill, 2005.

Hastuti. 2011. Peningkatan Hasil Belajar PKnmelalui Penerapan Belajar Bermaknapada Siswa Kelas VIIF SMP Negeri 4Sungguminasa Kabupaten Gowa.Skripsi. Makassar. Unismuh.

Sahabuddin. Mengajar dan Belajar Dua Aspekdari Suatu Proses yang DisebutPendidikan. Cet. III, Makassar: BadanPenerbit UNM, 2007.

Salam, Burhanuddin. Pengantar Pedagogik(Dasar-Dasar Ilmu Mendidik).Cet.I;Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yangMempengaruhinya. Cet IV, Jakarta:Rineka Cipta, 2003.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. MediaPengajaran. Cet. VI, Bandung: SinarBaru Algesindo, 2005.

Tim Penghimpun Redaksi Sinar Grafika.Undang-Undang Guru dan Dosen(UU RI No.14 Th. 2005).Cet. I,Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Tiro, M.Arif. Dasar-Dasar Statistik. Cet. II,Makassar: State University ofMakassar Press, 2000.

Page 33: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

216 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Page 34: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Pola Latbim Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Pada SD Negeri 71 Barugae H. Abd. Rahman | 217

PENDAHULUAN

Guru sebagai pendidik berkewajibanuntuk senantiasa meningkatkan kemampuanprofesionalnya sejalan dengan kemajuan danperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiserta pembangunan bangsa. Sehingga gurudituntut untuk tumbuh dan berkembang sertamenguasai berbagai metode dalammenyampaikan materi kepada siswa.

Keberhasilan pendidikan formal akanbanyak ditentukan oleh keberhasilanpelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaituketerpaduan antara kegiatan guru dengan siswaatau anak didik. Untuk meningkatkan kualitasdan kuantitas kegiatan belajar mengajar inibanyak upaya yang diupayakan oleh guru,yang diantaranya adalah meningkatkanprofessional guru. Kedudukan guru sebagaitenaga profesional berfungsi untukmeningkatkan martabat dan peran guru sebagai

agen pembelajaran berfungsi untukmeningkatkan mutu pendidikan nasional. Guruwajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmanidan rohani, serta memiliki kemampuan untukmewujudkan tujuan pendidikannasional.Kompetensi guru meliputi kompetensipedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensi profesionalyang diperoleh melalui pendidikan profesi

Dalam meningkatkan kualitaspembelajaran seorang guru hendaknyamengembangkan potensi diri secara optimaldan memiliki profesionalisme dalam berbagaikemampuan pembelajaran, seperti metodologipembelajaran, pengembangan teknologipembelajaran, dan melaksanakan kegiatanbelajar dan mengajar yang effektif. Sehinggapeningkatan kualitas seorang guru diperlukanuntuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjasebagai seorang pendidik, sehingga kualitas

PENERAPAN POLA LATBIM DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURUPADA SD NEGERI 71 BARUGAE

H. Abd. Rahman *)Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten Bulukumba

Kepala SD Negeri 71 Barugae

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah yang diakukan pada SD negeri 71 Barugae yangbertujuan untuk meningkatkan kinerja guru. Subjek penelitian adalah guru SD Negeri 71 Barugaesebanyak 15 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi. Data yangterkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Dari analisis diperoleh bahwa terjadi peningkatankinerja guru dalam menyusun perencanaan dan melaksanakan pembelajaran dari siklus I ke siklus II.Ketercapaian indikator kinerja terdapat pada tindakan ke II. Dengan demikian, dapat diumpamakanbahwa pola latbim dapat meningkatkan kinerja guru-guru pada SD Negeri 71 Barugae, gurumemberikan respon positif terhadap pelaksanaan latbim. Dengan demikian dapat disarankan kepadakepala sekolah atau peneliti yang lain agar pola latbim tetap dilaksanakan secara berkesinambunganuntuk peningkatan kinerjai guru

Kata Kunci : Pola Latbim, Kinerja Guru

Abstract *)

This research is a school action which transactions are carried out in 71 public school Barugae whichaims to improve the performance of teachers. Subjects were 71 primary school teachers Barugae asmany as 15 people. Data collection techniques used is by observation. The collected data wereanalyzed quantitatively and qualitatively. From the analysis shows that an increase in theperformance of teachers in planning and implementing lessons learned from the first cycle to thesecond cycle. Achievement of performance indicators contained in the action II. Thus, it can belikened to that pattern latbim can improve the performance of teachers in primary schools 71Barugae, teachers give positive response to the implementation of latbim. Thus it can be suggested tothe principal or other researchers latbim order patterns remain to be implemented on an ongoingbasis to increase teacher performance

Keywords: Pattern Latbim, Teacher Performance

Page 35: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

218 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

mutu yang dimiliki seorang guru menjadisemakin meningkat.

Sekolah Dasar Negeri 71 BarugaeKecamatan Bulukumpa sebagian besar guru-gurunya telah mengikuti penataran, seminardan pelatihan. Namun pada kenyataannyamasih terdapat beberapa guru yang belummaksimal dalam mempersiapkan danmelaksanakan tugas pengajaran pokoknya,seperti membuat program pengajaran (RPP),membuat dan menggunakan alat peraga,penerapan metode yang tepat serta pelaksanaanpenilaian. Oleh karena dalam upayaperbaikkan tersebut penulis melakukanpenelitian tindakan sekolah (PTS) dengan judul“ Penerapan Pola Latbim dalam MeningkatkanKinerja guru pada SD Negeri 71 Barugae”.

Berdasarkan latar belakang di atas,maka penulis rumuskan penelitian tindakansekolah ini adalah Apakah dengan pola latbimdapat meningkatkan kinerja guru di SD Negeri71 Barugae ?. Tujuan penelitian inidilaksanakan Untuk mengetahui apakahdengan latbim guru dapat meningkatkankinerja guru di SD Negeri 71 Barugae. Hasilpenelitian yang telah dilakukan ini diharapkandapat bermafaat bagi guru, kepala sekolah danpemerintah.

KAJIAN PUSTAKA

Kinerja GuruDalam kamus Besar Bahasa Indonesia

(Depdiknas 2003;503) kinerja berarti sesuatuyang dicapai, prestasi diperlihatkan ataukemampuan kerja. Dalam sebuah artikel yangditerbitkan oleh lembaga administrasi negara(1992:12) merumuskan kinerja merupakanterjemahan bebas dari istilah performance yangartinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaankerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja.

Kinerja merupakan suatu wujudprilaku seorang atau organisasi denganorientasi prestasi. Kinerja guru akan menjadioptimal, bilamana diintegrasikan dengankomponen-komponen lain di sekolah, apakah

itu kepala sekolah, guru, karyawan maupunanak didik. Kinerja guru akan bermaknaapabila dibarengi dengan niat yang bersih danikhlas, serta selalu menyadari akan kekuranganyang ada pada dirinya, dan berupaya untukmemperbaiki kekurangan tersebut sebagaiupaya untuk meningkatkan kearah yang lebihbaik.

Kinerja menunjukkan hasil-hasilprilaku yang dinilai dengan beberapa kriteriaatau standar mutu. Dengan demikian, ketikakita membicarakan kinerja, kita biasanyaberpikir tentang dimensi baik buruk. Artinyaapabila seseirang memberikan hasil pekerjaanyang sesuai dengan standar mutu kriteria yangtelah dibubukan oleh organisasi, maka kinerjayang dimiliki oleh orang tersebut tergolongbaik dan jika sebaliknya berarti kinerjanyaburuk

Pola LatbimPola Latbim (latbim disertai

bimbingan) adalah pola usaha, tindakan dankegiatan yang dilakukan secara efesien danefektif untuk memperoleh hasil yang lebih baikdan sesuatu yang akan atau disediakan untukditiru/diikuti untuk hasil latihan dalampengawasan sehingga kegiatan melakukansesuatu tidak bergantung pada orang lain(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007 : 711)

Pola Latbim (latbim disertaibimbingan) adalah pola perbuatan membinasesuatu yang disediakan untuk ditiru/diikutidari hasil berlatih dengan pengawasan dalamkegiatan melakukan sesuatu sehingga tidakbergantung pada orang lain (kamus PelajarSLTP, 2003 : 751)

Dengan demikian . Pola Latbim(latbim disertai bimbingan) dalam penelitianini adalah pola usaha, tindakan dan kegiatanyang dilakukan secara efesien dan efektifuntuk memperoleh hasil yang lebih baik untukditiru dari hasil latihan dalam pengawasansehingga dalam melakukan sesuatu tidakbergantung pada orang lain.

METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian TindakanAdapun pentahapan dalam penelitian

tindakan sekolah (PTS) adalah sebagai berikut:

No Jenis KegiatanOktober 2014 Nopember 2014

Ket1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal

2 Pembuatan Instrumen

3 Pengumpulan Data Sekolah

4 Analisis Data

5 Penyusunan Laporan

6 Penyajian

7 Revisi perbaikan

Page 36: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Pola Latbim Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Pada SD Negeri 71 Barugae H. Abd. Rahman | 219

Tahap TindakanPengamatan dan pencatatan semua

aktivitas penelitian tindakan sekolah dilakukanbersamaan dengan saat pelaksanaan,pengamatan dilakuakn pada saat tindakansedang berjalan, sehingga kedua berlangsungdalam waktu yang bersamaan. Pengamatan danpencatatan yang dilakukan pada peneliti iniberdasarkan format observasi atau penilaianyang telah di susun, dalam hal ini adalahkinerja guru (Kemampuan Merencanakan danMelaksanakan Pembelajaran). Instrumenpenilain kinerja guru menggunakan formatIPKG 1 untuk kemampuan merencanakanpembelajaran dan IPKG 2 untuk kemampaunmelaksanakan Pembelajaran. Teknik yangdipergunakan analisi data adalah menggunakanpersentase. Yaitu kenaikkan kinerja guru darisebelum dan sesudah dilakukan latbim.

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Analisi Data Siklus IBerdasarkan hasil refleksi dalam

tindakan penelitian sekolah, maka dapatdiperoleh data hasil kelatbim dan kinerja paraguru SD Negeri 71 Barugae adalah sebagaibertikut :

Guru dinyatakan memiliki kinerja baikjika nilai rata-rata kinerja minimal 3,00 baikpenilaian kinerja guru yang meliputikemampuan merenmcanakan pembelajaranmaupun kemampuan melaksanakanpembelajaran.

Guru yang memiliki kemampuanmerencanakan pembelajaran atau rata-rata 3,00ke atas sebanyak 2 orang dari 15 guru atau13,33 %, sehingga 13 guru lainnya atau 86,66%, Belum memiliki kemampuan merencanakanpembelajaran. Sedangkan kemampuanmel;aksanakan pembelajaran terdapat 3 guruatau 20 % yang sudah termasuk memilikikemampuan melaksanakan pembelajaransedangkan 12 guru atau 80 % , baru cukupmemiliki kemampuan melaksanakanpembelajaran yang baik atau modelPembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Effektifdan Menyenangkan (PAIKEM).

Selanjutnya digabungkan antarakemampuan guru merencanakan danmelaksanakan pembelajaran dengan estándartuntas atau memiliki kinerja minimal 3,00 juga,maka terdapat 3 orang guru atau 20 % yangsudah termasuk memiliki kinerja yang baik,dan 12 guru atau 80 % belum.

Hasil refleksi dan analisis data padapenelitian, meskipun adanya peningkatankinerja guru sebelum dilakukan latbim, Namurmasih Belum mencapai target atau 70 % gurumemiliki kinerja dengan rata-rata skor minimal3,00. Sementara skor rata-rata kinerja gurubaru 2,60. Oleh karena itu peneliti merasaperlu adanya tindakan selanjutnya ke siklus IIsebagai upaya peningkatan kinerja guru secara

optimal baik kemampuan guru dalammerencanakan dan melaksanakan pembelajarandi kelas, yang pada akhirnya terjadilahpembelajaran yang berkualitas ataupembelajaran PAIKEM.

Tahap Analisa data Siklus IIBerdasarkan hasil refleksi dalam

pelaksanaan tindakan sekolah pada siklus IIini, maka dapat dilihat bahwa terdapatpeningkatan yang signifikan kinerja guru baikkemampuan merencanakan pembelajaran dankemampuan melaksanakan pembelajaran.

Dari hasil pengamatan dan penilaiandiperoleh bahwa kemampuan guru dalammerencanakan pembelajaran, guru yangmemperoleh rata-rata skor di atas 3,00 adalah13 orang guru atau 86,66 % dan hanya ada duaguru atau 13,33 % yang memiliki rata-ratakemampuan merencanakan pembelajaran,dengan rata-rata kemampuan guru dalammerencanakan pembelajaran 3,56.

Hasil kemampuan guru dalamperencanaan pembelajaran dapat dinyatakantuntas karena lebih dari 75 % dari keseluruhanguru telah berhasil rata-ratanya di atas 3,00(baik kinerjanya) dan bahkan berhasilmencapai 86,66 %.

Kemampuan guru dalammelaksanakan proses pembelajaran jugameningkat sangat signifikan dari siklussebelumnya, bahwa terdapat 13 guru yang rata-rata kemampuan dalam melaksanaan prosespembelajaran 3,00 sebanyak 13 orang guruatau 86,66 % dan hanya 2 guru atau 13,33 %yang memiliki kemampuan cukup atau antara2,00 – 2,99. Dan rata-rata kemampuan gurudalam melaksanakan pembelajaran sebesar3,36.

Sedangkan secara komulatih antarakemampuan guru dalam merencanakan danmelaksanakan pembelajaran diperolehkenaikkan yang juga signifikan dari siklussebelumnya, yaitu 12 guru atau 80 % termasukmemiliki kinerja baik di atas rata-rata kinerja3,00 dan hanya 3 guru atau 20 %, yangmemiliki kinerja cukup aatau rata-ratakinerjanya antara 2,00 – 3,00. Dengan rata-ratakinerja sebesar 3,41.

Berdasarkan hasil refleksi dan analisisdata pada tahap ini ternyata hasil kinerja guruSD Negeri 71 Barugae sudah melebihi daritarget yang ditetapkan yaitu 75 % gurumemiliki rata-rata kinerja di atas 3,00. Bahkanpeningkatan kinerja setelah latbim siklus I kesiklus II meningkat sangat signifikansi, yaitusebelumnya guru belum merencanakanpembelajaran, sehingga kinerjanya rendahsetelah latbim siklus I guru melakukanperencanaan pembelajaran walaupun termasukkategori kinerja cukup atau dengan rata-ratakinerja 2,69, tetapi setelah latbim siklus IImeningkat menjadi rata-ratanya 3,41, initermasuk kategori yang baik atau tinggi,

Page 37: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

220 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

artinya setelah latbim guru-guru SD Negeri 71Barugae memiliki kinerja yang tinggi.

PembahasanData yang diperoleh dari tindakan,

pengamatan dan pencatatan di atas makaterjadi peningkatan yang signifikan kinerjaguru sebelum latbim, siklus I dan siklus IIguru-guru di SD Negeri 71 Barugae.

Berdasarkan hasil kinerja guru yangmemiliki nilai rata-rata di atas 3,00 terjadipeningkatan dari 20,00 pada siklus I menjadi86,13 % pada siklus II, sementara rata-rataskor 2,00 – 3,00 pada siklus 80,00 % otomatismenurun menjadi 13,33 %, untuk skor rata-rata2,00 ke bawah baik siklus I dan II tidak ada.

Peningkatan kinerja ini dimungkinkankarena metode latbim yang dilakukan padasiklus II telah berjalan dengan baik, disampingguru memiliki kesadaran yang tinggi akanpentingnya latbim dan peningkatan kinerjadalam upaya perbaikkan mutu pelayanankepada anak didik.

Peningkatan hasil kinerja guru SDNegeri 71 Barugae sikulus I dan siklus II,menunjukkan peningkatan jumlah guru yangmemiliki skor rata-rata di atas 3,00 dari 3 gurumenjadi 13 guru atau dari 20 % menjadi 86,66%, dan rata-rata skor 2,00 – 3,00 yang semula12 guru tinggal 2 guru atau semua 80 % tinggal13,66 %, peningkatan rata-rata kinerja dari 15guru dari 2,69 menjadi 3,41 ataua mengalamipeningkatan 0,82.

Hasil latbim untuk meningkatkankinerja guru SD Negeri 71 Barugae berhasilatau mengalami peningkatan yang signifikan.Adapun peningkatan dari siklus I dengan siklusII mengalami peningkatan rata-rata skor 0,75,atau semula kinerja guru sebelum rendahsetelah siklus I cukup dan setelah usai siklus IIguru memiliki kinerja yang baik.

Keberhasilan pelatih dalammelaksanakan latbim dimungkinkan penerapanmetode dan pendekatan dalam latbim yangtepat, serta peran serta dari peserta yang tinggi.Adanya motivasi yang tinggi dari para gurumemiliki dampak positif secara langsungterhadap berlangsungnya proses latbim hinggapembelajaran di kelas termasuk penilaiankinerja dari peneliti dalam hal ini kepalaSekolah langsung. Pemahaman dan aplikasidari perencanaan akan memperlancar prosespelaksanaan pembelajaran di kelas, yang padagilirannya akan terciptanya PembelajaranAktif, Inovatif, Kreatif, Effentif danmenyenangkan, baik bagi murid termasuk bagiguru. Sehingga dapat disimpulkan bahwapenelitian tindakan sekolah (PTS) yangdilakukan ini telah mencapai tujuan sepertiyang diharapkan.

PENUTUPDari hasil observasi, analisis data dan

pembahasan maka dapat disimpulkan dalampenelitian tindakan sekolah (PTS) adalah

sebagai berikut 1) Latbim adalah satu cara danusaha untuk meningkatkan kinerja guru dalammengupayakan pembelajaran yang berkualitas,yang dilaksanakan berkala dan menumbuhkanSistem Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,Effektif dan Menyenangkan. 2) Dari hasilpenelitian bahwa rata-rata kinerja gurumengalami peningkatan yang signifikan darisebelumnya kurang memiliki kinerja setelahsiklus I rata-rata kinerja guru 2,69 dan setelahsiklus II berakhir kinerja guru meningkatmenjadi 3,41. Atau dengan kata lain kinerjaguru SD Negeri 71 Barugae termasuk kategoribaik, dengan demikian bahwa upayameningkatkan kinerja guru dapat dilaksanakandengan melaksanakan latbim yang berkualitas .

Dengan hasil di atas maka kamisarankan hal-hal sebagai berikut : 1) Bagi gurumata pelajaran hendaknya konsistenmelaksanakan hasil latbim dalam pelaksanaanproses belajar mengajar di kelas. 2) KepadaSekolah dalam upaya meningkatkan kinerjaguru perlu terus pembimbingan, dengankepemimpinan yang adil dan bijaksana,keseimbangan antara reward dan punisedterhadap para guru yang baik, dan manajerialkurikulum yang tepat sasaran. 3) Kepada pihakDinas Pendidikan agar latbim pembelajaranditingkatkan kualitas dan kuantitasnya,sehingga tercipta PAIKEM di setiap kelas dansekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar (2006). Pembinaan Guru di Indonesia.Jakarta: Pustaka Jaya

Depdiknas. (2003). Strategi DasarPembinaan dan PengembanganPendidikan Guru. Jakarta: DirektoratPendidikan Guru dan Tenaga Teknis

…………… (2006). Kurikulum Sekolah DasarPedoman Pembinaan Guru. Jakarta:Depdiknas

…………… (2007). Sistem PembinaanProfesional Guru. Direktorat JenderalPendidikan Dasar dan Menengah

………….. 2007. Pedoman Umum SystemPengujian Hasil Kegiatan Belajar.Jakarta: Depdiknas

Hasan M. Iqbal. (2004). Analisis DataPenelitian dengan Statistik. Jakarta :Bumi Aksara

Nawawi (2007). Penilaian Kinerja. Jakarta:Ghalia Indonesia

Simamora (2007). Profil PendidikProfesional. Yogyakarta: Andi Offset

Tiro, Muh. Arif. 2000. Dasar-Dasar Statistik.Makassar: Makassar State UniversityOf Makassar Press

Udin Syaefudin Saud (2008). PenelitianTindakan Sekolah. ProyekPendidikan Guru Sekolah Dasar: DiktiDepdiknas

Page 38: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi Melalui Pembelajaran Cooperative Tipe TSTS

dengan Memperhatikan Gaya Kognitif Siswa Kelas XII IS 1 SMA Negeri 10 Bulukumba Ramli | 221

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI MELALUIPEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE TSTS DENGAN MEMPERHATIKAN GAYA

KOGNITIF SISWA KELAS XII IS 1 SMA NEGERI 10 BULUKUMBA

Ramli *)Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten Bulukumba

Guru SMA Negeri 10 Bulukumba

Abstrak

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan selama dua siklus yang bertujuanuntuk meningkatkan kualitas pembelajaran Geografi melalui pembelajaran kooperatif tipe TSTS (twostay two stray) dengan memperhatikan gaya kogntif siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelasXII IS 1 SMA Negeri 10 Bulukumba tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22 orang.Peningkatan kualitas pembelajaran ini meliputi kualitas proses dan kualitas hasil. Pengumpulan datadilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, lembar observasi, dan angket respon siswa.Kumpulan data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil tindakan menunjukkan bahwa: (1)pada siklus I, skor rata-rata yang diperoleh siswa pada tes hasil belajar adalah 71,9 dari skor ideal 100dengan standar deviasi 9,21 dimana 14 dari 22 siswa atau 64% memenuhi ketuntasan individu yangmenunjukkan bahwa ketuntasan klasikal belum tercapai; (2) pada siklus II, skor rata-rata yangdiperoleh siswa adalah 82,63 dari skor ideal 100 dengan standar deviasi 6,32 dimana 21 dari 22 siswaatau 95% memenuhi ketuntasan individu yang menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal tercapai; (3)pada siklus I, 75% siswa dengan gaya kognitif field independent dan 46% siswa dengan gaya kognitiffield dependent memenuhi ketuntasan individu; (4) pada siklus II, 100% siswa dengan gaya kognitiffield independent dan 91% siswa dengan gaya kognitif field dependent memenuhi ketuntasan individu;(5) untuk kualitas proses dilihat dari tiga indikator yaitu: a) Dari segi keaktifan siswa terlihat bahwasiswa semakin aktif dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II, b) Motivasi siswa jugasemakin meningkat dari siklus I ke siklus II, c) dari segi minat yang dilihat dari dua aspek yaitu afektifdan kognitif juga semakin meningkat dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa kualitas pembelajaran Geografi kelas XII IS 1 SMA Negeri 10 Bulukumbameningkat melalui pembelajaran kooperatif tipe TSTS (two stay two stray) dengan memperhatikangaya kogntif siswa.

Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran, Pembelajaran Cooperative, Tipe TSTS, Gaya Kognitif

Abstract *)

This research is a classroom action research conducted during two cycles that aim to improve thequality of learning geography through cooperative learning TSTS (two stay two stray) with attentionto style kogntif students. The subjects were students of class XII IS 1 SMA 10 Bulukumba school year2013/2014, amounting to 22 people. These include improving the quality of learning process qualityand quality of results. Data collection is done by using the test results of learning, observation sheets,and student questionnaire responses. The data set was analyzed quantitatively and qualitatively.Action results showed that: (1) the first cycle, the average scores obtained at the student achievementtest was 71.9 than ideal score of 100 with a standard deviation of 9.21 that # 14 of 22 students or a64% meet the individual mastery shows that the classical completeness has not been reached; (2) inthe second cycle, the average score obtained by the students was 82.63 from the ideal score of 100with a standard deviation of 6.32, where 21 out of 22 students or 95% meet the individual masteryindicating that classical completeness is reached; (3) in the first cycle, 75% of students with cognitivestyle field independent and 46% of students with field dependent cognitive style meet individualmastery; (4) in the second cycle, 100% of students with cognitive style field independent and 91% ofstudents with field dependent cognitive style meet individual mastery; (5) to the quality of the visits ofthree indicators, namely: a) In terms of student activity seen that students are more active in thelearning process from the first cycle to the second cycle, b) motivation of students also increased fromcycle I to cycle II, c) of In terms of interest are viewed from two aspects, namely affective andcognitive also increased from cycle I to cycle II. Based on these results it can be concluded that thequality of teaching geography class XII IS 1 SMA Negeri 10 Bulukumba increased throughcooperative learning TSTS (two stay two stray) with attention to style kogntif students.

Keywords: Quality of Learning, Cooperative Learning, Type TSTS, Cognitive Style

Page 39: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

222 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

PENDAHULUAN

Kualitas pendidikan inilah merupakansalah satu masalah krusial yang dihadapi olehnegara-negara berkembang, termasukIndonesia, selain masalah kuantitas, masalahefektivitas, masalah efisiensi, dan masalahrelevansi pendidikan. Komponen guru dansiswa merupakan dua subjek yang sangatmenentukan keberhasilan proses pembelajarandi dalam kelas. Guru merupakan subjek yangmerancang strategi sekaligus sutradara yangmengatur jalannya proses pembelajaran didalam kelas, termasuk menyiapkan rencanapengajaran dengan mempertimbangkankurikulum, sarana dan prasarana yang ada,sedangkan siswa merupakan subjek yang harusmemiliki kemampuan, motivasi, dan kesiapanyang memadai untuk belajar.

Gaya kognitif berhubungan dengan carapenerimaan dan pemrosesan informasiseseorang. Menurut Woolfolk (1998), gayakognitif merupakan cara seseorang dalammenerima dan mengorganisasi informasi.Pendapat serupa dikemukakan oleh Burden &David (2010), yakni gaya kognitif merupakancara seseorang dalam memproses informasidan menggunakan strategi dalam meresponsuatu masalah. Hal ini harus diperhatikandalam perencanaan pembelajaran. Doebler(dalam Ormrod, 1995) mengatakan bahwaketika kita memperhatikan level gaya kognitifsiswa dalam merancang metode pengajaran,hubungan kita dengan mereka akan lebih baikdan meningkatkan prestasi belajar mereka.

Terkait dengan perbedaan karaktersiswa, beragamnya karakteristik yang dimilikisiswa XII IS 1 di SMA Negeri 10 BulukumbaKabupaten Bulukumba. Tidak ada siswa yangpunya daya tangkap, daya serap, daya pikir dandaya kecerdasan yang sama antara satu siswadengan siswa yang lainnya dalam kelastersebut. Hal ini dapat dilihat dari rata-ratanilai ujian semester ganjil siswa kelas XII IS 1SMA Negeri10 Bulukumba pada tahun ajaran2013/2014 yaitu 54,7 dengan nilai terendah 23dan nilai tertinggi 90 yang dicapai oleh siswa.Sebagian besar siswa memiliki nilai dibawahstandar kriteria ketuntasan minimal (KKM)yang ditentukan adalah 70. Selain itu, daripemantauan penulis selama ini menununjukkanbahwa hanya sebagian kecil siswa kelas XII IS1 yang aktif dalam proses pembelajaran dikelas.

Teknik TSTS ( two stay two stray)adalah teknik yang memberi kesempatankepada kelompok untuk membagikan hasil daninformasi dengan kelompok lain. Teknik ini

dirancang agar siswa dapat belajar denganlangsung diterapkan dan saling membantuantar teman untuk mempelajarinya. Ciri khasTSTS ( two stay two stray) yaitu siswabekerjasama dalam kelompok berempat sepertibiasa, setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok bertamu dan dua oranglainnya tinggal. Dengan pembelajarancooperative tipe TSTS ( two stay two stray)memberikan kesempatan kepada kelompokuntuk membagikan hasil dan informasi dengankelompok lain.

Berdasarkan permasalahan tersebut,maka peneliti mengangkat penelitian denganjudul “Meningkatkan Kualitas PembelajaranGeorafi Melalui Pembelajaran CooperativeTipe TSTS dengan Memperhatikan GayaKognitif Siswa Kelas XII IS 1 SMA Negeri10Bulukumba”.

Berdasarkan latar belakang masalah(dan identifikasi masalah) tersebut,permasalahan yang akan dikaji dalampenelitian ini dirumuskan sebagai berikut:Apakah penerapan pembelajaran cooperativetipe TSTS ( two stay two stray) denganmemperhatikan gaya kognitif siswa dapatmeningkatkan kualitas pembelajaran georafipada siswa kelas XII IS 1 SMA Negeri10Bulukumba?

Tujuan penelitian ini adalah untukmeningkatkan kualitas pembelajaran georafimelalui pembelajaran cooperative tipe TSTS (two stay two stray) dengan memperhatikangaya kognitif siswa kelas XII IS 1 SMANegeri10 Bulukumba.

Hasil penelitian ini diharapkan dapatmemberikan manfaat bagi siswa akan merasadirinya mendapat perhatian dan kesempatanuntuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan,dan pertanyaan, siswa akan dapat bekerjasecara mandiri maupun kelompok serta mampumempertanggungjawabkan segala tugasindividu maupun kelompok.

KAJIAN TEORI

Pembelajaran CooperativePembelajaran cooperative melibatkan

siswa bekerja sama dalam kelompok kecil,mixed-ability, atau tim belajar untukmenyelesaikan tugas pelajaran tertentu,sehingga siswa saling membantu danmendukung antara satu dengan yang lainselama proses pembelajaran. Guru menyajikansuatu masalah atau memberikan suatu tugasyang harus diselesaikan kepada masing-masingkelompok. Siswa dalam kelompok tersebutkemudian bekerja di antara mereka sendiri,

Page 40: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi Melalui Pembelajaran Cooperative Tipe TSTS

dengan Memperhatikan Gaya Kognitif Siswa Kelas XII IS 1 SMA Negeri 10 Bulukumba Ramli | 223

membantu satu sama lain, memberikankontribusi lain berupa pujian dan kritikan, danmenerima skor kinerja kelompok (Gillies,2007).

Tujuan pembelajaran cooperativeadalah memenuhi dua ranah yakni kognitif dansosial. Siswa bekerja dalam tim untukmemperoleh dan menguasai informasi baru danbelajar tentang keterampilan sosial dan kerjatim. Mereka juga belajar untuk lebih menerimakeanekaragaman dan lebih toleran terhadapperbedaan. Pembelajaran cooperative yangtelah dikembangkan menghasilkan tigaoutcome penting yakni prestasi akademik,keterampilan sosial, dan penerimaan siswaterhadap perbedaan (Lihat Gambar 2.1).

Penelitian menunjukkan bahwapendekatan pembelajaran cooperativemenyebabkan prestasi akademik lebih tinggidaripada strategi yang menuntut siswa untukmenyelesaikan tugas-tugas yang sama secaraindividu (Marzano, Pickering, & Pollock,2005). Selain itu, pembelajaran kooperatiftelah terbukti memiliki efek positif pada sikapsiswa. Siswa dalam kelompok pembelajarancooperative memiliki (a) hubunganinterpersonal yang lebih baik dan (b) sikaplebih positif terhadap mata pelajaran yangdipelajari dan pengalaman kelas keseluruhan(Johnson & Johnson, 1999).

Melalui pembelajaran cooperative,siswa memahami bahwa mereka bertanggungjawab tidak hanya untuk pembelajaran merekasendiri tetapi juga untuk pembelajaran anggotatim mereka. Model pembelajaran kooperatifsering digunakan untuk melengkapi praktekinstruksional lainnya. Penelitian yangdilakukan oleh Lou dan rekan (1996)melaporkan bahwa pembelajaran cooperativepelaksanaannya paling baik bila digunakandalam model mingguan yang sistematis.

Pembelajaran cooperative tipe TSTS (two stay two stray) ini dapat dipetakan tentangbagaimana cara siswa berbagi pengetahuan danpengalaman dengan kelompok lain.Menurutnya Spencer Kagan dalam Lie (2002),keunggulan teknik belajar mengajar ini adalahbisa digunakan dalam semua mata pelajarandan untuk semua tingkatan usia anak didik.Keunggulan lain adalah memberi kesempatankepada kelompok untuk membagikan hasil daninformasi dengan kelompok lain. Hal senadajuga diungkapkan Nafsitah (2009) yaknikelebihan metode TSTS antara lain: a) dapatditerapkan untuk semua kelas atau usia siswa,b) lebih berorientasi kepada keaktifan siswadalam belajar, c) saling membantu dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa, dan d)belajar siswa lebih bermakna.

Gaya KognitifKemampuan seseorang untuk

memahami dan menyerap pelajaran sudah pastiberbeda tingkatannya. Ada yang cepat sedang,dan ada pula yang sangat lambat, oleh karenaitu mereka seringkali harus menempuh caraberbeda untuk bisa memahami sebuahinformasi atau pelajaran yang sama. Perbedaancara memproses dan memberlakukan kegiatandalam mempengaruhi belajar siswa di sekolahdisebut dengan cognitive style atau gayakognitif.

Siswa dengan tingkat intelegensi dankreatifitas yang sama, bisa saja memilikiperbedaan dalam menyelesaikan masalah danmemproses informasi secara mental. Perbedaandari segi gaya kognitif ini dicerminkan dalambagaimana siswa tampil dengan baik di dalamkelas.

Pembelajaran Cooperative Tipe TSTS ( twostay two stray) dengan MemperhatikanGaya Kognitif Siswa.

Mengacu dari pandangan para pakartentang dimensi gaya kognitif, menurutWoolfolk (dalam Uno, 2006) bahwaimplementasinya dalam pembelajaran sangatmempengaruhi pembelajaran. Seorang siswayang memiliki gaya kognitif field dependent,global perseptual merasakan beban yang berat,sukar memproses, mudah mempersepsi apabilainformasi dimanipulasi sesuai dengankonteksnya. Seorang yang memiliki gayakognitif field independent, artikulasi akanmempersepsi secara analitis. Individu padakategori field independent, biasanyamenggunakan faktor-faktor internal sebagaiarahan dalam mengelola informasi danmengerjakan tugas secara tidak berurutan danmerasa efisien bekerja sendiri.

Adapun cara mempengaruhi gayakognitif siswa, dikemukakan secara jelas olehSlameto (1995), sebagai berikut :a. Menempatkan siswa di dalam kelas yang

berbeda berdasarkan gaya kognitif mereka.Melalui penempatan kelas yang terpisah,guru dapat memberiakan pengajaranmelalui metode yang dianggap lebih efektifdan relevan untuk masing-masing gayakognitif. Dalam hal ini, siswa dengan gayakognitif field independent akan lebih efektifjika diajar dengan metode penemuan(discovery), sedangkan siswa dengan gayakognitif field dependent lebih efektif jikadiajar dengan metode expository

Page 41: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

224 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

(ekspositori). Kesimpulan ini diperoleh darihasil penelitian Davis (1971).

b. Menempatkan siswa-siswa field dependentdan field independent dalam kelas yangsama, dengan perbandingan yang cukupseimbang. Untuk cara ini, kesadaran guruakan metode mengajar yang dipilih pentingsekali. Teknik pengajaran yang dipakaiharus selektif diberikan. Pada tahap pertamapelaksanaan pengajaran, metode kuliahdapat dipergunakan, tetapi pada tahap-tahapberikutnya diskusi diskusi kelompok dapatdilakukan. Pada metode diskusi ini,perhatian khusus perlu diberikan bagisiswa-siswa field dependent. Melaluikelompok diskusi ini pula diharapkansiswa-siswa field independent dapat belajar,mengambil manfaat dari interaksi, dandiskusi yang dilakukan dengan siswa-siswafield dependent.

c. Cara lain yang dapat dilakukan untukmemperbaiki pengajaran adalahmemberikan umpan balik kepada pengajarsehubungan dengan pola-pola interaksiyang mereka gunakan dengan siswa-siswatertentu. Informasi atau umpan balik yangditerima diharapkan dapat membantu guruuntuk mengetahui bagaimana mereka dalamkenyataaannya berhubungan dengan siswadalam hal pengajaran yang digunakan.

METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah PenelitianTindakan Kelas yang dilaksanakan selama duasiklus. Tindakan yang dilakukan dalam actionini adalah pembelajaran cooperative tipe TSTS( two stay two stray) dengan memperhatikangaya kognitif siswa dengan tahapan-tahapanperencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,dan refleksi.

Indikator keberhasilan dalam penelitianini menggunakan acuan berikut:1)Meningkatnya proses belajar siswa yangdiamati dengan meningkatnya minat, motivasiserta keaktifan siswa sesuai masing-masingamatan pada tiap-tiap siklus.2) Meningkatnyaprestasi belajar siswa tiap siklus. Peningkatanyang dimaksud adalah prestasi belajar siswa(nilai) tuntas klasikal, yaitu memenuhi 80%dari jumlah siswa memperoleh nilai standarKriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matapelajaran georafi Kelas XII IS di SMA Negeri10 Bulukumba , yaitu 70.

Penelitian tindakan ini dilaksanakanselama dua siklus. Setiap siklus melalui tahap:perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi,dan refleksi. Sebelum penerapan siklus I,

dilakukan recheck kelas untuk memperolehformat yang sesuai untuk menerapkanpembelajaran cooperative tipe TSTS ( two staytwo stray) yang memperhatikan gaya kognitifsiswa pada Siklus I, sedangkan penerapanSiklus II ditentukan berdasarkan hasil refleksidan analisis data pada Siklus I.

Sumber data penelitian diperolehlangsung dari siswa kelas XII IS 1 sebagaisubjek penelitian. Data penelitian terdiri datakualitatif berupa hasil pengamatan, hasilpengisian angket respon siswa, hasilwawancara, dan dokumentasi berupafoto/rekaman video dan data kuantitatif berupahasil tes belajar pada tiap akhir siklus.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptifdiperoleh bahwa rata-rata prestasi belajargeorafi siswa pada siklus I yang diajar denganpembelajaran cooperative tipe TSTS ( two staytwo stray) adalah 71,9 dan standard deviasi9,21. Sedangkan koefisien kemiringan(skewness) yaitu -4,22 yang berati distribusidata miring negative. Siswa yang memperolehketuntasan belajar pada siklus I yaitu 14 orangatau 63,7% dan 8 orang atau 36,3% darijumlah siswa dinyatakan belum tuntas.

Rata-rata prestasi belajar georafi siswapada siklus II sebesar 82,63 dan standar deviasi6,32. Koefisien kemiringan (skewness) yaitu -2,56 yang berarti distribusi data miringnegative. Siswa yang memperoleh ketuntasanbelajar pada siklus II sebanyak 21 orang atau95% dari jumlah siswa dan 1 orang siswa atau5% dinyatakan masih belum tuntas.

Dari hasil prestasi belajar siswa duasiklus tersebut terlihat terjadinya peningkatanrata-rata prestasi belajar georafi dari Siklus I keSiklus II, yaitu 71,9 pada siklus I meningkatmenjadi 82,63 pada siklus II.

Diagram rata-rata skor prestasi belajarsiswa tiap siklus.

65

70

75

80

85

Cycle I Cycle II

71.9

82.63

Mean

AchievementTest

Page 42: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi Melalui Pembelajaran Cooperative Tipe TSTS

dengan Memperhatikan Gaya Kognitif Siswa Kelas XII IS 1 SMA Negeri 10 Bulukumba Ramli | 225

Koefisien kemiringan (skewness) darisiklus I ke siklus II juga miring negative yangmenunjukkan bahwa banyak siswa yangmemperoleh nilai tinggi, selain itu nilaistandard deviasi yang mengalami penurunandari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwapembelajaran cooperative tipe TSTS ( two staytwo stray) dengan memperhatikan gayakognitif siswa yang dilakukan mengurangikesenjangan prestasi diantara siswa.

Ditinjau dari segi ketuntasan individujuga mengalami peningkatan dimana jumlahsiswa yang prestasi belajarnya tidak tuntaspada siklus I dan menjadi tuntas di Siklus IIsebanyak 7 orang atau mengalami peningkatansebesar 31,3%. Adapun peningkatanketuntasan individu berdasarkan gaya kognitifsiswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihatpada diagram berikut.

Diagram persentase ketuntasan individutiap siklus berdasarkan gaya kognitif siswa

Dari uraian di atas menunjukkan adanyapeningkatan prestasi belajar georafi siswa kelasXII IS 1 SMA Negeri 10 Bulukumba setelahditerapkan model pembelajaran cooperativetipe twostay two stray dengan memperhatikangaya kognitif siswa. Hal ini terlihat dariketuntasan klasikal 95% mencapai KKM padasiklus II. Dengan tercapainya 95% daribanyaknya siswa yang prestasi belajarnyamemenuhi KKM georafi maka salah satuindikator keberhasilan dalam penelitian initelah terpenuhi.

Hal ini sesuai dengan teori yangdikemukakan Arends dalam bukunya yangberjudul Learning to Teach. Arendsmengatakan bahwa pembelajaran cooperativemenghasilkan tiga outcomes, yakni: prestasiakademik, keterampilan sosial, dan penerimaanterhadap perbedaan.

Keterampilan sosial dan penerimaanperbedaan dapat dilihat dari dari hasil analisiskualitatif tentang kualitas proses pembelajarancooperative tipe TSTS ( two stay two stray)dengan memperhatikan gaya kognitif siswadari siklus I ke siklus II yang sangatmeningkat. Dari segi keaktifan siswa terlihatbahwa siswa semakin aktif dalam prosespembelajaran baik dari fisik, sosial dan mental.Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkanpeningkatan aktivitas siswa, baikmemperhatikan penjelasan siswa/guru,mengajukan pertanyaan, member bantuankepada teman, dan merespon presentasekelompok lain mengalami peningkatan.Melakukan aktivitas diluar pembelajaran jugamengalami penurunan dari siklus I ke siklus II.Hal ini berarti adanya kesadaran siswa danmeningkatnya keterampilan sosial siswa.

Adanya faktor pendorong siswa untukbelajar georafi diantaranya untuk mendapatkannilai yang tinggi baik kelompok maupunindividu sehingga siswa sangat antusias dalambelajar georafi, serta lebih memperhatikanpelajaran. Ini menunjukkan bahwa motivasisiswa juga semakin meningkat setiappertemuan dari siklus I ke siklus II.

Aktivitas lain yang menjadi penilaiandari segi mental/kognitif adalah kemampuansiswa dalam mempresentasekan hasil diskusi.Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatanpersentase jumlah siswa yangmempresentasikan hasil diskusinya. Padasiklus II ini presentasi kelompok tidak lagihanya didominasi oleh siswa field dependentsaja yang cenderung percaya diri. Padaumumnya siswa field independent sudahmemberanikan diri untuk tampil danmempresentasekan hasil diskusi kelompoknya.Mereka juga tidak lagi merasa canggung untukmemberikan tanggapan terhadap jawaban atauhasil presentase kelompok lain. Dengandemikian dapat dikatakan bahwa secara umumkeaktifan siswa dalam proses belajar mengajardari siklus I ke siklus II mengalamipeningkatan.

Keaktifan sosial siswa juga mengalamipeningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal initergambar dalam kegiatan kelompok yangdilakukan. Persentase siswa yang memberikankontribusi atau berusaha membantu temanuntuk menyelesaikan LKS dan memahamimateri georafi sebesar 32% dan siswa yangmengharapkan bantuan teman hanya sebesar5%.

Demikian pula dengan siswa yangmemberikan saran atau tanggapan atas jawabanteman kelompoknya juga mengalami

0102030405060708090

100

Cycle ICycle II

46

95

82

100

Field DependentField Independent

Page 43: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

226 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

peningkatan dari siklus I ke siklus II.Kemampuan komunikasi ini sangat signifkanpeningkatannya terjadi pada siswa fieldindependent. Di sisi lain, siswa field dependentlebih mampu menghargai pendapat teman dantidak memaksakan kehendak, serta mampumenyampaikan pendapat dengan baik dansopan. Peningkatan keaktifan dan keterampilansosial siswa ini disebabkan karena setelahbeberapa pertemuan motivasi siswa untuk aktifterlibat dalam kegiatan kelompok semakinbesar. Hal ini juga didukung oleh kekompakansiswa semakin baik antar sesama anggotakelompok.

KESIMPULAN DAN SARAN

Mengacu pembahasan yang telahdiuraikan, maka dapat ditarik kesimpulanpenelitian 1) kualitas proses pembelajarangeorafi kelas XII IS 1 SMA Negeri 10Bulukumba mengalami peningkatan setelahmenggunakan pembelajaran cooperative tipeTSTS ( two stay two stray) denganmemperhatikan gaya kognitif siswa. Hal iniditandai dengan meningkatnya minat, motivasi,dan aktivitas siswa.2) pembelajarancooperative tipe TSTS ( two stay two stray)dengan memperhatikan gaya kognitif siswameningkatkan prestasi belajar georafi siswakelas unggulan SMA Negeri 10 Bulukumba.Hal ini ditandai dengan meningkatnya rata-rataskor hasil tes siswa dari siklus I ke siklus II. 3)Lebih dari 75% siswa kelas XII IS 1 SMANegeri 10 Bulukumba memberikan tanggapanpositif terhadap pembelajaran cooperative tipeTSTS ( two stay two stray) denganmemperhatikan gaya kognitif siswa.

Implikasi atau tindak lanjut yang dapatdirekomendasikan berdasarkan hasil-hasilpeneliltian adalah:1) diharapkan kepada guruagar memperhatikan gaya kognitif siswa dalammerancang dan mengelola pembelajarangeorafi.2) untuk melaksanakan pembelajarangeorafi secara kooperatif, guru hendaknyamembuat persiapan yang matang danhendaknya melatihkan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam memfasilitasiaktivitas siswa di dalam kelompok.

DAFTAR PUSTAKAArends, I. R. 1999. Learning to Teach 5th

edition. Boston: Mc Graw Hill.

Burden, R. & David, M. 2010. Method forEffective Teaching Meeting the Needsof All Students. Fifth Edition. Boston:Pearson Education, Inc.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Dimyati, M. 2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Gillies, R, M. 2007. Cooperative Learning:Integrating Theory into Practice. ThousandOaks, CA: Sage.

Hamalik, O. 2005. Kurikulum danPembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah PenelitianTindakan Kelas SebagaiPengembangan Profesi Guru. Jakarta:Rajagrafindo Persada.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning.Grasindo. Jakarta.

Nafsitah, S. 2009. Proses Interaksi BerpikirSiswa dalam Pembelajaran KooperatifModel Two Stay Two Stray ( TSTS)Kelas VIII Semester II di SMPN 4Malang. Skripsi, FMIPA UniversitasNegeri Malang.

Ormrod, J. L 1995. Educational Psycology:Principle and Applications. NewJersey: Prentice-Hall, Inc.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar: Pedoman Bagi Guru danCalon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar.Jakarta: Departemen PendidikanNasional.

Uno, H. 2006. Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Supridjono, A. 2010. Cooperative Learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 44: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Kemampuan

Menulis Paragraf Narasi Pada Murid Kelas VI SD Negeri 60 Tanete Hj. St. Juwaeriah | 227

PENDAHULUAN

Menulis merupakan aspek berbahasa yangtidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalamproses belajar yang dialami murid selamamenuntut ilmu di sekolah. Dalam kegiatan ini,seorang penulis harus terampil memanfaatkangrafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Daripernyataan itu, dapat diketahui bahwa menulisialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatubahasa yang dipahami oleh seeseorang,sehingga orang-orang lain dapat membacalambang-lambang grafik tersebut kalau merekamemahami bahasa dan grafik tersebut(Tarigan, 2005: 22).

Keterampilan menulis meliputiketerampilan menyusun pikiran tentang

gagasan atau ide yang akan disampaikankepada pembaca dengan menggunakan kata-kata dalam susunan yang tepat berdasarkanpikiran, organisasi, pemakaian kata, pemilihankata, dan struktur kalimat. Di samping itu,diperlukan juga keterampilan menyusunkalimat yang merupakan prasyarat untukmembentuk kesatuan isi dalam paragraf.Paragraf yang baik bukan hanya ditentukanoleh kaidah-kaidah sintaksis, kosa kata, danpenguasaan diksi yang tepat, melainkan jugabagaimana cara seseorang dalam menuliskankalimat yang saling bertalian atau tersusundengan baik sebagai ungkapan gagasan atauide yang mereka ciptakan secara unik yangmewakili daya kreasi dan imajinasi orangtersebut.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNINGDALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI

PADA MURID KELAS VI SD NEGERI 60 TANETE

Hj. St. Juwaeriah *)Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten Bulukumba

Guru SD Negeri 60 Tanete

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui tingkatkemampuan murid menulis paragraf narasi melalui penerapan model pembelajaran ContextualTeaching and Learning. Subjek penelitian adalah murid Kelas VI SD Negeri 60 Tanete dengan jumlahmurid 19 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Data hasil belajar murid dianalisis secarakuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif. Data hasil observasi aktivitas murid dianalisissecara kualitatif. Hasil Observasi aktivitas murid mengalami kenaikan sebesar 18%, dari siklus Ipertemuan 1 dan 2 rata-rata sebesar 54,72 menjadi 71,26 pada pertemuan 3 dan 4 di siklus II. Nilaihasil belajar murid pada siklus I dikategorikan masih sedang dengan nilai rata-rata 58,76, pada siklusII nilai hasil belajar murid dikategorikan tinggi dengan nilai rata-rata 76,21. Berdasarkan hasilpenelitian disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi melaluipenerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada murid Kelas VI SD Negeri 60Tanete.

Abstract *)

This research is a classroom action research that aims to determine the level of students' ability towrite a paragraph of narrative through the application of learning models Contextual Teaching andLearning. The subjects were students in Grade VI Elementary School 60 Tanete the number ofstudents 19 people. This study was conducted in two cycles. Data student learning outcomesquantitatively analyzed using descriptive statistics. Data from observation of student activity wasanalyzed qualitatively. Observations of student activity increased by 18%, from the first cycle ofmeetings 1 and 2 by an average of 54.72 into 71.26 at a meeting of 3 and 4 in the second cycle. Thevalue of learning outcomes of students in the first cycle is still being categorized with the averagevalue of 58.76, the second cycle the value of student learning outcomes categorized as high with anaverage value of 76.21. Based on the results of the study concluded that an increase in the ability towrite a paragraph of narrative through the application of learning models Contextual Teaching andLearning in Sixth Grade Elementary School students 60 Tanete.

Page 45: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

228 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Tujuan yang diharapkan dari kegiatanmenulis adalah agar murid mampumengungkapkan ide atau gagasan, pendapat,dan pengetahuan secara tertulis sertamempunyai hobi menulis. Melaluiketerampilan menulis yang dimiliki, muriddapat mengembangkan kreativitas dan dapatmempergunakan bahasa sebagai saranakomunikasi. Akan tetapi, tidak semua orangmampu melaksanakan tugas menulis denganbaik. Itu bukan pekerjaan yang mudah karenamerupakan kemampuan yang kompleks, yangmenuntut sejumlah pengetahuan danketerampilan.

Melalui latihan menulis secarabertahap, murid diharapkan mampumembangun keterampilan menulis lebihmeningkat lagi. Akan tetapi, fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuanmenulis murid masih rendah biladibandingkan dengan kegiatan berbahasalainnya. Sampai saat ini pengajaranketerampilan menulis belum mendapatkanperhatian secara optimal. Dari pengamatanpenulis, pengajaran menulis diberikan kepadamurid, baru mengacu pada teori yang harusmengikuti langkah-langkah dalam menulisyang baik. Selain itu menulis paragrafkebanyakan diberikan sebagai tugas rumah.

Melihat kenyataan seperti itulahpeneliti ingin memberikan kemudahankepada murid. Peneliti ingin menerapkanpenggunaan model pembelajaran kontekstualuntuk meningkatkan hasil belajar menulisparagraf narasi, terutama di kalangan muridkelas VI SD Negeri 60 Tanete. Denganmenggunakan model pembelajarankontekstual diharapkan dapat membantumurid untuk meningkatkan hasil belajarmenulis paragraf khususnya paragraf narasidan diharapkan pula murid nantinya dapattermotivasi untuk menulis khususnya muriddi SD Negeri 60 Tanete.

Pembelajaran kontekstual (ContextualTeaching and Learning) adalah konsep belajaryang membantu guru mengaitkan antara materiyang diajarkannya dengan situasi dunia nyatamurid dan mendorong murid membuathubungan antara pengetahuan yang dimilikinyadengan penerapannya dalam kehidupan merekasehari-hari (Sagala. 2006: 87). Melalui modelpembelajaran kontekstual, hasil pembelajaranlebih bermakna bagi murid. Prosespembelajaran bersifat alami, karena muridbekerja dan mengalami, bukan sekadarmentransfer pengetahuan dari guru ke murid.Strategi pembelajaran lebih dipentingkandaripada hasil (Nurhadi, 2003:1).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapatdirumuskan sebagai berikut: apakah terjadipeningkatan kemampuan menulis paragrafnarasi melalui penerapan model pembelajaranContextual Teaching and Learning pada muridkelas VI SD Negeri 60 Tanete?. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahuipeningkatan kemampuan menulis paragrafnarasi melalui penerapan model pembelajaranContextual Teaching and Learning pada muridkelas VI SD Negeri 60 Tanete.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Menulis ParagrafMenulis adalah kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk menghasilkan tulisan. Menulisadalah segenap rangkaian kegiatan seseorangdalam rangka mengungkapkan gagasan danmenyampaikannya melalui bahasa tulis yangdapat dimengerti oleh masyarakat pembaca.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:897) mengemukakan bahwa menulis adalahMembuat huruf, angka dsb dengan pena,kalam, pensil, kapur dsb; melahirkan pikiranatau perasaan seperti mengarang, membuatsurat dsb dengan tulisan; menggambarkan,melukiskan; membatik kain.

Pengertian paragraf adalah rangkaiankalimat yang saling berhubungan danmembentuk satu kesatuan pokok pembahasan(Sunarti, 2006: 259). Sebuah paragraf terdiriatas beberapa kalimat atau lebih dari satukalimat. Pada umumnya paragraf yang dikenaladalah paragraf bertekuk yang ditulis agakmenjorok ke dalam, sedangkan jarak barisdengan paragraf sebelumnya tetap sama.

Berdasarkan uraian beberapa pengertiandi atas mengenai menulis dan paragraf, makabisa kita simpulkan bahwa menulis paragrafadalah kegiatan yang dilakukan seseoranguntuk menghasilkan tulisan dalam pemakaianbahasa secara tertulis dengan menggabungkanlebih dari satu kalimat yang ditulis agakmenjorok ke dalam.

Jenis Paragraf NarasiDawud dkk (2007) dalam blognya

memaparkan bahwa Paragraf narasi artinyaparagraf yang berisi cerita. Narasi artinyacerita. Paragraf narasi dimaksudkan untukmemberi tahu pembaca atau pendengar tentangapa yang telah diketahui atau apa yang telahdialami oleh penulisnya. Ada beberapa caramengembangkan paragraf narasi 1) Polahubungan kejadian dan runtun peristiwa dan 2)Pola hubungan mula dan akhir.

Page 46: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Kemampuan

Menulis Paragraf Narasi Pada Murid Kelas VI SD Negeri 60 Tanete Hj. St. Juwaeriah | 229

Pola hubungan kejadian dan runtunperistiwa menggambarkan suatu peristiwamenurut rangkaian kejadian dan urutanperistiwanya. Kata yang dicetak miring padacontoh di bawah menunjukkan urutan kejadianatau peristiwa.

Pembelajaran Contextual Teaching andLearning

Belajar akan lebih bermakna jika anakmengalami apa yang dipelajarinya, bukanmengetahuinya. Pembelajaran yangberorientasi target peguasaan materi terbuktiberhasil dalam kompetisi mengingat dalamjangka pendek, tetapi gagal dalam membekalianak memecahkan masalah dalam kehidupanjangka panjang.

Pendekatan kontekstual (Contextual.Teaching and learning) disingkat menjadiCTL merupakan konsep belajar yangmembantu guru mengaitkan antara materi yangdiajarkannya dengan situasi dunia nyata muriddan mendorong murid membuat hubunganantara pengetahuan yang dimilkinya denganpenerapannya dalam kehidupan merekasebagai anggota keluarga dan masyarakat(Kunandar, 2007).

Pembelajaran kontekstual (ContextualTeaching and Learning) adalah konsep belajaryang membantu guru mengaitkan antara materiyang diajarkannya dengan situasi dunia nyatamurid dan mendorong murid membuathubungan antara pengetahuan yangdimilikinya dengan penerapannya dalamkehidupan mereka sehari-hari.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas (class room action research)dengan pemberian tindakan berupapembelajaran dan penilaian pada keterampilanMenulis Paragraf narasi yang melaluipenerapan model pembelajaran ContextualTeaching and Learning. Subjek dari penelitianini adalah murid kelas VI SD Negeri 60 Tanetetahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlahmurid 19 orang yang terdiri dari 12 muridperempuan dan 7 murid laki-laki.

Penelitian ini dilaksanakan dalam duasiklus yaitu siklus I dan siklus II Kedua siklusini merupakan rangkaian kegiatan yang salingberkaitan. Siklus II merupakan kelanjutan danperbaikan dari siklus I

Tahapan awal siklus I berupa kegiatanrefleksi awal dan permasalahan yang diangkat,adapun permasalahan yang dapat timbul dilapangan antara lain pada pengajaran denganmodel pembelajaran contextual teaching

learning yang digunakan adalah metodeceramah di dalam ruang kelas yangdikombinasikan dengan situasi mengajar diluar ruangan dapat menyebabkan antusiasmeyang berlebihan dengan akibat fokus muridmenjadi terbagi antara materi pelajaran dengansuasana lingkungan di luar ruang kelas.Akibatnya adalah perhatian akan materi masihterbatas dan tidak maksimal.

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Hasil PenelitianSetelah pembelajaran siklus I

dilakukan, maka murid diberikan tes hasilbelajar. Hasil dari tes belajar murid tersebutsebagaimana yang tertera pada lampiran 1.Selanjutnya berdasarkan lampiran 1 tersebuthasil belajar murid dikelompokkan ke dalambentuk distribusi frekuensi, persentase dankategori hasil belajar sebagaimana berikut:

Hasil menunjukkan bahwa secaraumum nilai hasil belajar yang diperoleh muridberada pada rentang nilai 75-89 atau kategoritinggi dengan jumlah murid 7 orang atau36,9% dan nilai 55-74 atau kategori sedangsebanyak 5 orang atau 26,3%. Tidak terdapatmurid yang memperoleh nilai sangat tingginamun masih ada 3 orang yang memperolehnilai kurang sekali dan 1 orang yang tidakhadir untuk mengikuti tes belajar.

Setelah melakukan proses pembelajaranselama siklus II (pertemuan ketiga dankeempat) maka dilakukan tes hasil belajar.Hasil belajar menunjukkan bahwa pada siklusii murid umumnya memperoleh nilai dengankategori tinggi, yaitu 9 orang atau 47,3% dankategori sangat tinggi, yaitu 5 orang atau26,3%. Pada siklus II terdapat 4 orang muridyang memperoleh nilai dengan kategori sedangatau 21,1%, 1 orang nilainya masuk dalamkategori kurang dan tidak terdapat murid yangmemperoleh nilai kategori kurang sekali.

PembahasanSebagaimana hasil penelitian yang telah

dianalisis di atas, maka pada bagian ini akandilakukan pembahasan sebagaimana data-datayang ada. Data pengamatan aktivitas muridpada siklus I menunjukkan bahwa pada prosespembelajaran siklus I belum ada nampakketertarikan murid dalam mengikuti pelajaranbahasa Indonesia dengan menggunakanmetode Contextual Teaching And Learningdimana murid diarahkan ke lingkungan di luarkelas untuk berlatih menyusun paragraf narasiberdasarkan teks wawancara yang dilakukan.

Page 47: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

230 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Hal ini terlihat dari persentase muridyang melakukan aktivitas yang relevan denganpembelajaran masih rendah, sementara ituaktivitas yang tidak relevan denganpembelajaran masih terlihat pada siklus I.

Aktivitas murid pada siklus Imenunjukkan bahwa aktivitas yang relevandengan pembelajaran pada pertemuan pertamadan kedua adalah murid yang menyimakpengarahan guru dengan rata-rata 65,78%,murid yang bekerja sama di kelompoknyadengan rata-rata 68,42%, murid yangmemberikan tanggapan dengan rata- rata47,37%, murid yang mengajukan pertanyaandengan rata-rata 47,37%. Murid yangmenjawab pertanyaan dengan rata-rata 31,57%dan murid yang mencatat materi pelajarandengan rata-rata 78,94%. Selanjutnya aktifitasmurid yang tidak relevan denganpembelajaran, misalnya murid yangmembicarakan hal-hal yang tidak berhubungandengan materi 36,83%, murid yang keluarmasuk kelas 15,78%. Tidak terdapat muridyang makan dan minum di kelas, sedangkanmurid yang bermain-main di kelas 15,78%.

Hasil pengamatan pada siklus I(Pertemuan pertama dan kedua) tersebutmenunjukkan bahwa persentase keaktifan dankeikutsertaan murid berpartisipasi dalarppembelajaran masih kurang, hasil pengamatantersebut menjadi dasar bagi penelitian dalammenetukan langkah tindakan yang akandiberikan pada siklus II. Berdasarkan data-datadari siklus I maka pada siklus II diberikanbeberapa tindakan berupa pemberian motivasidari dorongan bagi murid untuk ikutberpartisipasi dan aktif dalam pembelajaran.Selain itu kepada murid yang yangmenunjukkan perkembangan yang baik dalampembelajaran akan diberikan nilai yangmemuaskan. Dengan harapan bahwa motivasidan janji itu akan memberikan dorongan bagimurid untuk memperbaiki aktifitas mereka.Dari hasil pengamatan penulis bahwa faktorlain yang menyebabkan murid kurangberpartisipasi dalam pembelajaran adalahmedia buku paket yang terbatas, oleh karenaitu pada siklus II diharapkan murid untukmemiliki buku paket minimal tiga pada setiapkelompok. Selanjutnya murid yang bersikaptidak relevan dengan pembelajaran misalnyaribut, keluar masuk kelas dan main-main akandiberikan sanksi bila mengulangi perbuatannyapada siklus II.

Pengamatan pada siklus IImenunjukkan adanya peningkatan aktifitasmurid untuk ikut berpartisipasi dalampembelajaran hal ini ditandai dengan

meningkatnya rata-rata persentase murid yangmelakukan aktifitas yang relevan denganpembelajaan di dua pertemuan di siklus ke II,yakni di pertemuan ke III dan ke IV. Misalnyamurid yang menyimak pengarahan gurumeningkat menjadi 92,10%, murid yangbekerja sama di kelompoknya meningkatmenjadi 89,47%, murid yang memberikantanggapan meningkat menjadi 42,10%, namunmurid yang mengajukan pertanyaan menurunmenjadi 44,73%. Murid yang menjawabpertanyaan meningkat menjadi 42,10% danmurid yang mencatat materi pelajaranmeningkat menjadi 84,21%. Selanjutnyaaktifitas murid yang tidak relevan denganpembelajaran, mengalami penurunan.

Keterlibatan murid dalam pelaksanaanpengajaran melatih kemandirian murid dalamproses belajar mengajar. Murid tidak hanyamenerima materi pelajaran yang diberikanguru, melainkan murid juga menggali danmengembangkan sendiri. Dengan demikian,metode contextual teaching and learningsesuai bila diterapkan pada pembelajaranbahasa Indonesia. Selain itu, hasil belajar tidakhanya pada peningkatan pengetahuan sematatetapi juga peningkatan keterampilan muridkhususnya keterampilan menulis paragrafnarasi.

Hasil penelitian mengenai hasil belajarmurid menunjukkan bahwa pada siklus I nilairata-rata yang diperoleh murid adalah 59,86nilai tersebut berada pada kategori "sedang"sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yangdiperoleh murid adalah 78,28 nilai tersebutberada pada kategori "tinggi". Selanjutnyaberdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi,persentase dan kategori hasil belajar diketahuibahwa pada siklus 1 terlihat secara umummurid memperoleh nilai dengan kategori"sedang" dengan persentase 26,3% dankategori "kurang" dengan persentase 15,7%,sedangkan pada siklus II murid umumnyamemperoleh nilai kategori "tinggi" denganpersentase 47,3% dan kategori sangat tinggidengan persentase 26,3%. Dengan demikianmaka telah terjadi peningkatan kemampuanmenulis paragraf narasi dengan melihatpeningkatan hasil belajar murid melaluipenggunaan model pembelajaran contextualteaching and learning pada pelajaran bahasaIndonesia di kelas VI SD Negeri 60 Tanete.

KESIMPULAN DAN SARANDari hasil penelitian dan pembahasan

yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwaterjadi peningkatan peningkatan kemampuanmenulis paragraf narasi melalui penerapan

Page 48: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Kemampuan

Menulis Paragraf Narasi Pada Murid Kelas VI SD Negeri 60 Tanete Hj. St. Juwaeriah | 231

model pembelajaran Contextual Teaching andLearning pada murid kelas VI SD Negeri 60Tanete. Ini bisa dilihat dari Hasil penelitianmengenai hasil belajar murid menunjukkanbahwa pada siklus I nilai rata-rata yangdiperoleh murid adalah 59,86 nilai tersebutberada pada kategori "sedang" sedangkan padasiklus II nilai rata-rata yang diperoleh muridadalah 78,28 nilai tersebut berada padakategori "tinggi".

Sebaiknya dalam proses belajarmengajar guru menerapkan modelpembelajaran contextual teaching and learningagar murid lebih aktif dalam memperolehpengetahuannya sendiri. Diharapkan kepadapeneliti selanjutnya agar dapat memperkuathasil peneltian ini dengan mengadakanpengkajian lebih lanjut tentang ModelPembelajaran Contextual Teaching andLearning.

DAFTAR PUSTAKA

Dawud dkk. 2007. Paragraf Narasi. Diakseslewat internet pada 16 Maret 2008melalui blog Media BahasaIndonesia; Media Belajar bahasa dansastra Indonesia.

Jumingin, Sulastriningsih dan Syamsudduha.2006. Perencanaan PembelajaranBahasa dan Sastra IndonesiaBerbasis KTSP: Teori DanPenerapannya. Makassar: BadanPenerbit UNM.

Kunandar. 2007. Guru ProfesionalImplementasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP) DanSukses Dalam Sertifikasi Guru.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT. Rajawali Press.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual.Malang: Universitas Negeri Malang.

Sunarti, danYani Maryani. 2006. Inti Sari TataBahasa Indonesia Untuk SD.Bandung: Pustaka Setia.

Tarigan, Henry Guntur. 2005. Menulis SebagaiSebuah Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Tim Pustaka Phoenix. 2006. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: PT.Media Pustaka Phoenix.

Yuniar, Tanti. 2006. Kamus Lengkap BahasaIndonesia. Jakarta: Agung Media Muli

Page 49: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

232 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Page 50: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMA

Di Kabupaten Bulukumba Mahsum | 233

PENDAHULUAN

Rendahnya kinerja guru pendidikan jasmanidapat menimbulkan proses belajar mengajarmenjadi asal-asalan, tujuan pembelajaranmenjadi tidak terarah, tidak tepat waktu dansering meninggalkan pekerjaan, sehinggamenimbulkan kerugian-kerugian baik siswamaupun lembaga pendidikan itu sendiri,

bahasa yang dipahami oleh seeseorang,sehingga orang-orang lain dapat membacalambang-lambang grafik tersebut kalau merekamemahami bahasa dan grafik tersebut(Tarigan, 2005: 22).

Keterampilan menulis meliputiketerampilan menyusun pikiran tentang

dan ini terjadi karena guru pendidikan jasmanimengalami stres kerja. Payne dan Firth (dalamSapora Sipon, 2003 journal Kolej UniversitasIslam Malaysia tentang pengurusan stres kerjaguru melalui keberkesanan kaunselingkelompok) melihat stres kerja guru sebagaipenyebab utama ketidak hadiran, penurunankualitas kerja dan keinginan meninggalkanpekerjaan.

SUMBER-SUMBER STRES KERJA DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANISMA DI KABUPATEN BULUKUMBA

Mahsum *)Kementerian Agama Kabupaten Bulukumba

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sumber stres kerja konflik interpersonal, streskerja kendala organisasi, stres kerja beban kerja dengan kinerja guru pendidikan jasmani SMA diKabupaten Bulukumba.Metode penelitian ini adalah metode survey dengan sampel sebanyak 31 guru pendidikan jasmaniyang tersebar pada SMA Negeri dan SMA Swasta se Kabupaten Bulukumba. Pengumpulan databerdasarkan jawaban responden dari daftar pertanyaan. Penelitian ini terdapat dua variabel, yaituvariabel bebas sumber stres kerja dengan indikator sumber stres kerja konflik interpersonal, sumberstres kerja kendala organisasi, dan sumber stres kerja beban kerja. Variabel terikat kinerja gurupendidikan jasmani. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan analisiskorelasi dengan tingkat kepercayaan 0.05. Uji normalitas Smirnov-Kolmogorov dan uji linieritas P-PPlot sebagai prasayarat sebelum pengujian hipotesis.Hasil analisis korelasi pearson secara partial menunjukkan ada hubungan sumber stres kerja konflikinterpersonal dengan kinerja guru pendidikan jasmani, sumber stres kerja kendala organisasi dengankinerja guru pendidikan jasmani, sumber stres kerja beban kerja dengan kinerja guru pendidikanjasmani. Secara simultan menunjukkan ada hubungan sumber stres kerja konflik interpersonal, sumberstres kerja kendala organisasi, sumber stres kerja beban kerja dengan kinerja guru pendidikanjasmani.

Kata kunci: Stres kerja, Kinerja guru

Abstract *)

The study aimed examining the work stress of interpersonal conflict, organization problems, sportteachers’ work load in relation to the performance of sports education teachers at SMA in Bulukumbadistrict.This study employs survey method with 31 teachers of sports education spread in public and non-public senior high school in Bulukumba district as the sample. The data were collected based on theanswers of the respondents from the list of questions. There are two variabels on this study, namelythe independent variabel which is the work stress with the indicator of work stree on interpersonalconflict, the work stress on organization problems, and the work stress on work load. The dependentvariabel was the performance of sports education teachers. The analysis techniques used weredescriptive and analysis correlation Pearson with the probability score of 0.05. The normality test ofSmirnov-Kolomogorov and linier test P-P Plot as a requirement before hypothesis test is conducted.The result of the correlation Pearson in partial show that there is correlation between the source ofwork stress on interpersonal conflict with performance of sports education teachers, the source ofwork stress on organization problems with performance of sports education teachers, and the sourceof work stress on work load with performance of sports education teachers. It shows simultaneouslythat there is correlation between source work stress on interpersonal conflict, source work stress onorganization problems, source work stress on work load with performance of sports educationteachers.

Page 51: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

234 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Sumber stres kerja guru dikenalsebagai satu isu yang serius dan merupakanhambatan serta tantangan terhadapproduktivitas kerja yang baik. Untuk itu perluadanya penanganan secara preventif sebab, iniakan berpengaruh terhadap performance guruyang pada akhirnya dalam peningkatkan mutudan kualitas pendidikan tidak akan berjalansesuai dengan harapan dan kenyataan. Banyakpeneliti telah mempelajari sumber stres kerjadalam beberapa dekade terakhir, namunsebagian besar penelitian mengenai penyebabstres kerja guru hanya berfokus pada gurusecara umum. Dengan demikian, yang melatarbelakangi penelitian ini adalah untukmengidentifikasi sumber stres kerja gurusecara spesifik yakni sumber stres kerja gurupendidikan jasmani dihubungkan dengankinerja. Sumber sttres kerja guru pendidikanjasmani di sekolah sudah merupakan gejalasosial yang cukup merata dan sangat terasa.

Berdasarkan hasil observasi yangpeneliti lakukan menunjukkan bahwa beberapafaktor yang menyebabkan stres kerja gurupendidikan jasmani antara lain: (1) Adanyaanggapan bahwa pelajaran pendidikan jasmanidapat dilaksanakan seadanya sehingga kurangpengakuan dan penghargaan karena pendidikanjasmani hanya dipandang sebagai matapelajaran gampang dan hanya menggunakanotot saja, (2) Penempatan guru pendidikanjasmani yang tidak seimbang sehingga disatusekolah memfungsikan tenaga guru yangtidak sesuai kualifikasi yang diajarkan,(3) Pembinaan yang kurang merata, (4)Kurang tanggung jawab terhadap tugas karenaketidak mampuan merealisasikan programkerja dalam proses pembelajaran, (5)Pengurangan alokasi waktu, (6) Tingkatabsensi/ketidak hadiran/keterlambatan yangtinggi karena beban kerja dan tuntutankebutuhan yang tidak seimbang, (7)Lingkungan pekerjaan yang menimbulkanketidaksesuaian harapan dan kenyataan, (8)Karakteristik siswa yang beragam, (9)Minimnya sarana prasarana pendidikan sebagaidaya pendukung sumber daya manusia.

Kemudian dalam sebuah studi diBahrain Al-Khalefa, 1999 (dalam journal Al-Mohannadi, A. dan Capel, S. tentang stress inphysical education teachers in Qatar, 2006)menemukan penyebab utama stres bagi gurupendidikan jasmaniadalah: Kondisi pekerjaan,gaji, bonus dan tunjangan, status pendidikanjasmani, pengawasan, fasilitas sekolah, bebankerja, pengembangan karir.Berawal dari fakta-fakta yang ada, maka dapat dipastikan bahwarendahnya kinerja guru pendidikan jasmani

dipengaruhi tingginya tingkat stres kerja yangdialami oleh para guru pendidikan jasmani. Halini dapat menimbulkan sistem pembelajaran disekolah tidak terlaksana secara optimal. Olehkarena itu, layak untuk dikaji lebih lanjutmengenai sumber stres kerja guru pendidikanjasmanisehubungan dengan kinerja gurupendidikan jasmani SMA di KabupatenBulukumba.

Berdasarkan latar belakang di atas,maka permasalahan dalam penelitian inisebagai berikut: 1) Bagaimana hubungansumber stres kerja konflik interpersonal dengankinerja guru pendidikan jasmani SMA diKabupaten Bulukumba? 2) Bagaimanahubungan sumber stres kerja kendalaorganisasidengan kinerja guru pendidikanjasmani SMA di Kabupaten Bulukumba? 3)Bagaimana hubungan sumber stres kerja bebankerja dengan kinerja guru pendidikan jasmaniSMA di Kabupaten Bulukumba? 4) Bagaimanahubungan sumber stres kerja secara simultandengan kinerja guru pendidikan jasmani SMAdi Kabupaten Bulukumba?

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan sumber-sumber streskerja yang meliputi konflik interpersonal,kendala organisasi, beban kerja dengan kinerjaguru pendidikan jasmani SMA di KabupatenBulukumba.

Kinerja merupakan istilah yang berasaldari kata job performance atau actualpeformance atau istilah lazimnya prestasikerja. LAN, 1992 (dalam Sedarmayanti,2009:51) Performance diterjemahkan menjadikinerja, juga berarti prestasi kerja pelaksanaankerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/unjukkerja/penampilan kerja. Menurut August W.Smith, 1992 (Dalam Sedarmayanti, 2009:51)bahwa kinerja adalah ”Output drive fromprocesses, human or otherwise”, jadidikatakannya bahwa kinerja merupakan hasilatau keluaran dari suatu proses.

Husdarta, (2009:99), mengemukakansecara umum terbentuknya kinerja disebabkanoleh tiga faktor yaitu: 1) Faktor kemampuan,2) Faktor upaya, dan 3) Faktorkesempatan/peluang. Sementara menurut T.R.Mitchell, 1978 (dalam Sedarmayanti, 2009:51),menyatakan bahwa kinerja meliputi 5 aspek,yaitu: 1) Quality of work, (2) Promptness,3) Initiative, 4) Capability, 5) Communication.Kelima aspek tersebut dapat dijadikanukuran dalam mengadakan pengkajian tingkatkinerja seseorang. Di samping itu, dikatakanpula bahwa untuk mengadakan pengukuranterhadap kinerja, ditetapkan: ”Performance =Ability x Motivation”.

Page 52: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMA

Di Kabupaten Bulukumba Mahsum | 235

Faktor kemampuan (ability) terdiri darikemampuan potensi IQ dan kemampuanpengetahuan serta keterampilan , faktorkemampuan atau ability seorang guru tentusangat berhubungan kompetensinya sebagaiguru sebagaimana diatur dalam PP. RI No. 74Tahun 2008, tentang guru. Kemudian faktormotivasi diartikan sebagai suatu sikap(attitude) pimpinan dan karyawan terhadapsituasi kerja (situation) di lingkunganorganisasinya. Mereka yang bersikap positip(pro) terhadap situasi kerjanya akanmenunjukkan motivasi kerja tinggi dansebaliknya jika mereka bersikap negatifterhadap situasi kerjanya akan menunjukkansituasi kerja yang rendah.

Situasi kerja yang dimaksudadalahlingkungan kerja organisasi diantarnya:uraian jabatan yang jelas, autoritas yangmemadai, target kerja yang menantang, polakomunikasi yang efektif, hubungan kerja yangharmonis, iklim kerja yang respek dandinamis,peluang berkarier dan fasilitas kerja yangmendukung.Peraturan Menteri PendidikanNasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun2007 tentang Standar Kualifikasi Akademikdan Kompetensi Guru maka, kinerja gurupendidikan jasmani mempunyaispesifikasi/kriteria tertentu yang dapat dilihatdan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteriakompetensi yang harus dimiliki oleh setiapguru. Dijelaskan bahwa standar kompetensiguru dikembangkan secara utuh dari 4kompetensi utama, yaitu: (1) Kompetensipedagogik, (2) Kompetensi kepribadian, (3)Kompetensi sosial, dan 4) Kompetensiprofesional.

Kompetensi pedagogik, yaitukemampuan yang harus dimiliki guruberkenaan dengan karakteristik siswa dilihatdari berbagai aspek seperti moral, emosional,dan intelektual. Kompetensi kepribadianadalah pelaksanaan tugas sebagai guru harusdidukung oleh suatu perasaan bangga akantugas yang dipercayakan kepadanya untukmempersiapkan generasi kualitas masa depanbangsa. Kompetensi sosial adalahguru dimatamasyarakat dan siswa merupakan panutan yangperlu dicontoh dan merupkan suritauladandalam kehidupanya sehari-hari. Kompetensiprofesional, yaitu kemampuan yang harusdimiliki guru dalam perencanaan danpelaksanaan proses pembelajaran. Gurumempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatanbelajar siswa untuk mencapai tujuanpembelajaran, untuk itu guru dituntut mampumenyampaikan bahan pelajaran.

Kinerja guru merupakan hasil kerjayang dicapai oleh guru dalam melaksanakantugas-tugas yang dibebankan kepadanya yangdi dasarkan atas kecakapan, pengalaman dankesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerjaguru akan lebih baik jika guru telahmelaksanakan unsur-unsur yang terdiri ataskesetiaan dan komitmen yang tinggal padatugas mengajar, menguasai danmengembangkan bahan pelajaran kedisiplinandalam mengajar dan tugas lainnya kreativitasdalam pelaksanaan pengajaran, kerjasamadengan semua warga sekolah kepemimpinanmenjadi panutan siswa, kepribadian yang baikjujur dan oyektif dalam membimbing siswa,serta tanggung jawab terhadap tugasnya.

Stres kerja guru pendidikan jasmaniadalah suatu masalah yang tidak dapatdihindari sebab pekerjaan guru pendidikanjasmani memiliki banyak elemen dan situasikerja yang bisa menimbulkan kejenuhan, gurupendidikan jasmani yang jenuh menghadapimasalah kesenjangan antara harapan dankenyataan. Alih-alih merealisasikan harapanmereka, para guru pendidikan jasmanidihadapkan pada kenyataan, kehilanganantusiasme kerja, mengalami ketidakpuasankerja, dan berakhir pada perasaan sinis danfrustasi.

Al-Khalefa, 1999 (dalam journal Al-Mohannadi, A. dan Capel, S. Tentang stresguru pendidikan jasmani di Qatar, 2007),menemukan penyebab utama stres bagi gurupendidikan jasmani adalah: (1) kondisipekerjaan, (2) gaji,(3) bonus dan tunjangan,(4) status pendidikan jasmani, (5)pengawasan,(6) fasilitas sekolah, (7) bebankerja, (8) pengembangan karir. Lebih lanjutAl-Khalefa,menjelaskan bahwa banyakpenyebab stres kerja telah diidentifikasi untukguru secara umum, termasuk guru pendidikanjasmani, meskipun ada beberapa penyebabkhusus untuk guru pendidikan jasmani diTimur Tengah, seperti adanya perbedaankelompok guru lain dengan latar belakangyang berbeda dan pengalaman yang mungkinmengakibatkan mereka berbeda berinteraksidengan lingkungan mereka.

Paul E. Spector, 2003 (dalam journalpenelitian dan praktek-intruduction untukIndustri. Florida Selatan DepartemenUnivercity Psychology), stres dapatdidefinisikan sebagai suatu kondisi di manaada dirasakan ditandai perbedaan antaratuntutan idividu dan kemampuan individuuntuk merespon, konsekwensi yang dapatmerugikan kondisi masa depanbiopsychosocialpenting bagi keseimbangan

Page 53: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

236 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

dan kesejahteraan. Dalam ilmu psikologi stresdiartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidakterpenuhi secara adekuat, sehinggamenimbulkan adanya ketidakseimbangan.http//www.forumsdm.org. (Diakses 03 Maret2009).

Kyriacou dan Sutcliffe, 1987:3(dalam journal Al-Mohannadi, A dan Capel, S.Tentang stres guru pendidikan jasmani diQatar, 2007). Menjelaskan bahwa "stres adalahsindrom respons dimediasi oleh penilaianancaman terhadapharga diri guru ataukesejahteraan.” Selanjutnya Kyriacou(1987:146) menambahkan bahwa:

Guru yang stres dapat didefinisikansebagai pengalaman dengan emosi guru yangtidak menyenangkan seperti; ketegangan,frustrasi, kegelisahan, amarah dan depresi,yang dihasilkan dari aspek-aspek daripekerjaannya sebagai guru.

Andrew Goliszek, (2005:52)menyatakan berbagai situasi kerja dapatmenjadi sumber potensial munculnya stres.Cara pandang kita dalam melihat situasi kerjaakan menentukan seberapa jauh stres yang kitaalami dan apakah kita mengalami gejala stresserius. Stres kerja dirumuskan sebagai suatukeadaan psikologi yang merupakan responyang khas dan spesifik antara seseorang padasaat seseorang berinteraksi dengan situasi-situasi yang dihadapinya (lingkungannya).

Al-Farmawy&Mohammed, 2000(dalam journal Al-Mohannadi, A. dan Capel,S. tentang stres guru pendidikan jasmani diQatar, 2007) menemukan bahwa penyebabstres bagi guru pendidikan jasmani meliputi:'perilaku murid, permasalahan yang terkaitdengan kurikulum, fasilitas sekolah, bebankerja,tekanan waktu,konflik peran, pekerjaanrutin, rendah pengawasan, hubungan antaraguru pendidikan jasmanidan administrasisekolah,kurangnya dukungan dari administrasisekolah, kurangnya apresiasi yang ditunjukkanoleh administrasi sekolah dan orang tua,hubungan dengan rekan kerja, kurangnyakepuasan profesional, status pendidikanjasmani dianggap gampang diajarkan, sikapmasyarakat terhadap pendidikan jasmani,tidakmemadai gaji/pendapatanmengajar.

Paul E. Spector, 2003 (dalam JournalPenelitian dan Praktek-Intruduction untukIndustri. Florida Selatan DepartemenUnivercity Psychologi), menjelaskan sumberpotensial penyebab stres ditempat kerjaadalah (1) konflik interpersonal, (2) kendalaorganisasi, (3) beban kerja. Gmelch dan Burns(dalam Istijanto, 2005:228), mengatakan

bahwa ada lima penyebab, gejala stres yangmembebani pengajar adalah: (1) tugaspekerjaan, (2) peran, (3) konflik antarbagian,(4) balas jasa, (5) jabatan atau profesi. Jikalandasan teori antara Gmelch dan Burns danPaul E. Spector dicombain maka, secaraspesifik stres kerja para pengajar dalam hal iniguru pendidikan jasmani akan mengalamigejala sumber stres kerja: (1) konflikinterpersonal terkait dengan konflik antarbagian, (2) kendala organisasi terkait denganbalas jasa atau penghargaan, dan jabatan atauprofesi guru pendidikan jasmani (3) bebankerja terkait dengan tugas pekerjaan dan peran

Lebih lanjut dikatakan oleh Paul E.Spector, 2003 bahwa gejala stres di tempatkerja dapat dijelaskan gejala fisik yangdirasakan antara lain; mual atau sakit perut,sakit punggung, ruam kulit, sesak napas, nyeridada, headache, demam, mulas atau asampencernaan, eye strain, kehilangan nafasumakan, pusing, lelah atau fatique.

Kinerja guru pendidikan jasmanimerupakan tolok ukur dalam menumbuhkanproduktivitas pembelajaran. Peran gurupendidikan jasmani memiliki tugas dantanggung jawab yang sangat besar dalammencerdasakan bangsa, oleh karena itu gurupendidikan jasmani harus mampu menjalankantugasnya sebagai pendidik yang berdedikasitinggi dalam pencapaian tujuan pendidikanyang berkualitas. Menurut Mangkunegara,(2005:9) bahwa ”Kinerja karyawan (prestasikerja) adalah hasil kerja secara kualitas dankuantitas yang dicapai oleh seseorangkaryawan dalam melaksanakan tugasnya sesuaidengan tanggung jawab yang diberikankepadanya.”

Tugas dan tanggung jawab gurupendidikan jasmani bukan hanya dalammelaksanakan proses pembelajaran di kelasataupun di lapangan saja, melainkan jugaberperan utama dalam membuat keputusanmengenai isi dan metode belajar, membimbing,mendorong, dan merangsang siswa untukbelajar dan membina watak, perilaku, sikap,serta moral. Hal tersebut tidak terlepas adanyakriteria yang harus dimiliki oleh seorang gurupendidikan jasmani yaitu motivasi dankemampuan. Mangkunegara, (2005:13)yaitu:Performance = Motivation x Ability.

Pengelolaan dan pengendalian dalampekerjaan sangat penting dilakukan, sebabseorang guru pendidikan jasmani memilikisifat dan karakter yang unik dan semuaindividu memiliki rentang kendali yangterbatas pada hidup kita. Hal tersebutmerupakan pemicu munculnya tekanan-

Page 54: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMA

Di Kabupaten Bulukumba Mahsum | 237

tekanan dalam pekerjaan lalu menimbulkanperbedaan antara yang dilakukan dengan yangdicapai. Menurut Lesley Towner, (2002:25)”Dan inilah penyebab stres terbesar dalamhidup kita: tidak memegang kendali.”mengacuhkan stres kerja dan pengaruhnyaakan menimbulkan resiko menjadi kurangproduktif dan efesien, dan karenanya kurangkompetitif. Menurut Suprihanto, dkk(2003:64), stres dan motivasi tampak jelasbahwa stres yang terlalu rendah atau terlalutinggi dapat menyebabkan tingkat prestasi(kinerja) yang rendah (tidak optimal). Stresyang berlebihan akan menyebabkan karyawantersebut frustrasi dan dapat menurunkanprestasinya (performance).

Dari beberapa pendapat para ahlitersebut, dapat di simpulkan bahwa kinerjaguru pendidikan jasmani dan stres kerjamerupakan satu manajemen dalam organisasiyang baik dalam merencanakan danmelaksanakan pembelajaran sebagai kekuatanuntuk mewujudkan tingkat efesiensi danefektifitas untuk mencapai prestasi kerja(kinerja).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah metodesurvei asosiatif, hal ini dimaksudkanuntukmemberikan gambaran hubungan antara duavariabel, pada kelompok tertentu, denganpopulasinya adalah seluruh guru pendidikanjasmani SMA se Kabupaten Bulukumba,dengan menggunakan teknik multi-stagesample, yakni mengambil sampel denganmenempuh beberapa tahapan secararandom,sehingga total jumlah sampel gurupendidikan jasmani sebanyak 31 orang. yangtersebar di 10 Kecamatan KabupatenBulukumba. (Dispora Kab. Bulukumba:2009).Berikut desain penelitian ini dapatdigambarakan sebagai berikut:

Gambar 1. Desain penelitianKeterangan:X = Sumber stres kerja,

X1 = Konflik interpersonal;X2 = Kendala organisasi;X3 = Beban kerja;Y = Kinerja guru pendidikan jasmani

Instrumen penelitian inimenggunakan skala sumber stres kerja (hakcipta Paul E. Spector dan Gmelch & Burns),terdiri dari indikator: (1) Stres kerja konflikinterpersonal atau skala ICAWS, memiliki 1-11 pertanyaan, (2) Stres kerja kendalaorganisasi atau skala OCS, memiliki 1-17pertanyaan, (3) Stres kerja beban kerja atauskala QWI, memiliki 1-6 pertanyaan. Jadijumlah pertanyaan instrumen stres kerja secarakeseluruhan sebanyak 34 pertanyaan.Instrumen ini menggunakan skala likert yangtelah dimodifikasi dengan lima ketgori, yaitu;tidak pernah (TP), jarang (J), kadang-kadang(K), cukup sering (CS), dan sangat sering(SS).Disetiap kategori dari item dari kuesionerdiberi bobot 1, 2, 3, 4, dan 5.

Untuk skala tes kinerja gurupendidikan jasmanidipergunakan skala tes hakcipta GeorgiaDepartemen of Educationteacher performanceassessment instrumentyang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknasmenjadi alat penilaian kemampuan guru(APKG).Dengan indikator menurut T.R.Mitchell (dalam Sedarmayanti, 2009:51)bahwa Performance = Motivation x Ability .Instrumen ini memiliki indikator yaitu: (1)motivasi perencanaan pembelajaranpendidikan jasmani terdiri 1-5 pertanyaan, (2)kemampuan (ability) pelaksanaanpembelajaran pendidikan jasmani terdiri 1-8pertanyaan. Jadi jumlah pertanyaan secarakeseluruhan sebanyak 13 pertanyaan.Instrumen ini menggunakan skala likert yangtelah dimodifikasi oleh Depdiknas denganbobot nilai 1, 2, 3, 4, dan 5. Data yang telahdikumpulkan kemudian diolah denganmenggunakan teknik analisis korelasi dengantingkat signifikan 0.05% melalui programSPSS 21.

HASIL PENELITIAN

Analisis Korelasi Sumber Stres KerjaKonflik Interpersonal dengan Kinerja GuruPendidikan Jasmani

Hasil analsis korelasi sumber streskerja konflik interperonal dengan kinerja gurupendidikan jasmani, disajikan pada Tabel 1 dibawah ini:

X1

X2

X3

YX

Page 55: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

238 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Berdasarkan Tabel 1 di atas bahwakoefisien korelasi secara parsial menunjukkannilai probabilitas 0.028, karena nilai signifikantersebut berada dibawah 0.05, atau (P < 0.05),berarti ada hubungan sumber stres kerjakonflik interpersonal (X1) dengan kinerja gurupendidikan jasmani (Y). Nilai korelasi antarasumber stres kerja konflik interpersonal dengankinerja guru pendidikan jasmani adalah sebesar-0.395, menunjukkan angka negatif makahubungan tersebut berlawanan arah artinya jikasumber stres kerja konflik interpersonalmeningkat maka kinerja guru pendidikanjasmani akan menurun, begitupun sebaliknyajika sumber stres kerja konflik interpersonalmenurun maka kinerja guru pendidikanjasmani akan meningkat.Realitas yang terjadipada guru pendidikan jasmani SMA di Kab.Bulukumba, bahwa hubungan sumber streskerja konflik interpersonal dalam menjelaskankinerja guru pendidikan jasmani, dapatdipahami karena harapan diri yang terlalutinggi terhadap kenyataan yangada, sementara perilaku buruksiswa yang berada pada kelas paralelpaling bawah.

Analisis Korelasi SumberStres Kerja KendalaOrganisasi dengan KinerjaGuru Pendidikan Jasmani

Hasil analsis korelasi sumber streskerja kendala organisasi dengan kinerja gurupendidikan jasmani, disajikan pada Tabel 2 dibawah ini:

Berdasarkan Tabel 2 di atas bahwakoefisien korelasi secara parsial menunjukkannilai probabilitas 0.000, karena nilai signifikantersebut berada dibawah 0.05, atau (P < 0.05),berarti ada hubungan sumber stres kerjakendala organisasi (X2) dengan kinerja gurupendidikan jasmani (Y). Nilai korelasi antarasumber stres kerja kendala organisasi dengankinerja guru pendidikan jasmani adalah sebesar-0.614, menunjukkan angka negatif maka

hubungan tersebut berlawananarah artinya jika sumber stres

kerja kendala organisasimeningkat maka kinerjaguru pendidikan jasmani

akan menurun, begitupun sebaliknya jikasumber stres kerja kendala organisasi menurunmaka kinerja guru pendidikan jasmani akanmeningkat.Realitas yang terjadi pada gurupendidikan jasmani SMA di Kab. Bulukumba,bahwa hubungan sumber stres kerja kendalaorganisasi dalam menjelaskan kinerja gurupendidikan jasmani, dapat dipahami karenaminimnya sarana prasarana pembelajaranmenyebabkan beberapa materi pelajaran tidakdapat dilaksanakan secara optimal, sementarastatus pendidikan jasmani itu sendiri masihkurang mendapatkan penghargaan khususnyadalam pembinaan prestasi.

Analisis Korelasi Sumber Stres Kerja BebanKerja dengan Kinerja Guru PendidikanJasmani

Hasil analsis korelasi sumber streskerja beban kerja dengan kinerja gurupendidikan jasmani, disajikan pada Tebel 3 dibawah ini:

Berdasarkan Tabel 3 di atas bahwakoefisien korelasi secara parsial menunjukkannilai probabilitas 0.003, karena nilai signifikantersebut berada dibawah 0.05, atau (P < 0.05),berarti ada hubungan sumber stres kerja bebankerja (X3) dengan kinerja guru pendidikanjasmani (Y). Nilai korelasi antara sumber stress

kerja beban kerja dengan kinerjaguru pendidikan jasmani adalah

sebesar -0.521, menunjukkanangka negatif maka hubungan

tersebut berlawanan arah artinyajika sumber stres kerja beban

kerja meningkat maka kinerja gurupendidikan jasmani akan menurun, begitupunsebaliknya jika sumber stres kerja beban kerjamenurun maka kinerja guru pendidikanjasmani akan meningkat.Realitas yang terjadipada guru pendidikan jasmani SMA di Kab.Bulukumba, bahwa hubungan sumber streskerja beban kerja dalam menjelaskan kinerjaguru pendidikan jasmani, dapat dipahamikarena pembelajaran dilakukan denganterburu-buru bahkan meninggalkan pekerjaankarena ada sesuatu yang harus dilakukan di

rX1Y P KeteranganSumber stres kerja konflikinterpersonal (X1)Kinerja Guru Pendidikan Jasmani (Y) -0,395 0,028 Ada hubungan

rX2Y P Keterangan

Sumber stres kerja kendalaorganisasi (X2)Kinerja guru pendidikan jasmani (Y) -0,614 0,000 Ada hubungan

rX3Y P KeteranganSumber stres kerja beban kerja (X3)

Kinerja guru pendidikan jasmani (Y) -0,521 0,003 Ada hubungan

Page 56: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMA

Di Kabupaten Bulukumba Mahsum | 239

luar pekerjaan, sampai kepada pelaporanadministrasi dan rencana programpembelajaran terkadang tidak diselesaikantepat waktu.

Analisis Korelasi Ganda Sumber-SumberStres Kerja dengan Kinerja GuruPendidikan Jasmani

Hasil analsis korelasi gandasumberstres kerja konflik interpersonal, kendalaorganisasi dan beban kerja dengan kinerjaguru pendidikan jasmanipada Tabel 4 di bawahini:

Berdasarkan Tabel 4 di atas bahwakoefisien korelasi secara simultanmenunjukkan nilai F secara keseluruhansebesar 7,562 dengan nilai probabilitas 0,001,karena nilai signifikan tersebut dibawah 0.05atau (P < 0,05), berarti ada hubungan secarasimultan sumber stres kerja konflikinterpersonal (X1), sumber stres kerja kendalaorganisasi (X2), sumber stres kerja beban kerja(X3) dengan kinerja guru pendidikan jasmani(Y). Atau dapat dikatakan seluruh variabelbebas sumber stres kerja yang ditelitimemberikan hubungan dengan variabel terikatkinerja guru pendidikan jasmani SMA di Kab.Bulukumba. Proporsi variansi dalam variabelkinerja guru pendidikan jasmani (Y) dijelaskanoleh variabel sumber stres kerja (X) secarasimultan ditunjukkan oleh nilai koefisiendeterminasi nilai R Square (R²) adalah 0,457atau 45,7% artinya sebesar 45,7% dari variansivariabel terikat kinerja guru pendidikanjasmani (Y) dijelaskan oleh variabel bebassumber stres kerja (X) secara bersama-samadan sisanya sebesar 54,3% dijelaskan olehfaktor-faktor variabel lain yang tidakdimasukkan dalam model.

Untuk melihat koefisien determinasi(R) korelasi antara variabel bebas sumberstres kerja (X1, X2, X3) dengan variabelterikat kinerja guru pendidikan jasmani (Y)dapat ditunjukkan pada nilai multiple regresionsebesar 0,676 atau 67,6%. Besarnya angkatersebut menunjukkan bahwa antara seluruhvariabel bebas sumber stres kerja (X1, X2, X3)dengan variabel terikat kinerja guru pendidikan

jasmani (Y) memiliki korelasi keeratan yangkuat.

PEMBAHASANBerdasarkan hasil analisis korelasi

secara parsial dan simultan ditemukan bahwaada hubungan sumber stres kerja konflikinterpersonal dengan kinerja guru pendidikanjasmani SMA di Kabupaten Bulukumba. Halini menunjukkan nilai probabilitas 0,028,karena nilai signifikan tersiebut dibawah 0,05atau (P < 0,05). Realitas yang terjadi pada gurupendidikan jasmani SMA di Kabupaten

Bulukumba, bahwasumber stres kerjakonflik interpersonaldalam menjelaskankinerja gurupendidikan jasmani,dapat dipahamikarena harapan diriyang terlalu tinggiterhadap kenyataan

yang ada, sementara perilaku buruk siswayang berada pada kelas paralel paling bawah.Hal ini sesuai dengan teori Goliszek,(2005:54) mengatakan bahwa: Tidak ada halyang sebanding dengan pekerjaan yangsempurna. Apapun karier yang kita pilih, danapapun jenis pekerjaan kita, masalah selalumuncul manakala kita harus mengubah ataumenyesuaikan harapan kita dengan kenyataanyang ada.

Ada hubungan sumber stres kerjakendala organisasi dengan kinerja gurupendidikan jasmani SMA di KabupatenBulukumba. Hal ini menunjukkan nilaiprobabilitas 0,000, karena nilai signifikandibawah 0.05 atau (P < 0,05). Realitas yangterjadi pada guru pendidikan jasmani SMA diKabupaten Bulukumba, dapat dipahamikarena minimnya sarana prasaranapembelajaran, sehingga terkadang dalam matapelajaran tertentu tidak dapat dilaksanakan.Namun demikian para guru pendidikan jasmanitetap melaksanakan pembelajaran denganmenggantikan materi lain yang adahubungannya dengan materi tersebut tanpameninggalkan tugasnya, sementarastatuspendidikan jasmani itu sendiri masih kurangmendapatkan penghargaan dalam pembinaanprestasi anak didik. Sehubungan dengan teoriSuprihanto, (2003:140) menyatakan bahwaterciptanya iklim kompetisi yang sehat kiranyaakan merangsang setiap pihak dalam organisasiuntuk berusaha meraih prestasi terbaiknya.(www.damandiri.Hasil Penelitian Stres Kerjadan Kinerja.or.id. Novitasari. 20 Maret 2010).

Model Sum ofSquares

Df MeanSquare

F Sig.

1 Regression 70.757 3 23.586 7.562 .001(a)Residual 84.211 27 3.119

Total 154.968 30Diketahui indeksdeterminasi:

R = 0.676R Square = 0.457

Adjusted R Square = 0,396Std. Error of the Estimate = 1,766

Page 57: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

240 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Ada hubungan sumber stres kerjabeban kerja dengan kinerja guru pendidikanjasmani SMA di Kabupaten Bulukumba. Halini menunjukkan nilai probabilitas 0,003,karena nilai signifikan tersebut dibawah 0.05atau (P < 0,05). Realitas yang terjadi pada gurupendidikan jasmani SMA di KabupatenBulukumba, bahwa sumber stres kerja bebankerja dalam menjelaskan kinerja gurupendidikan jasmani, dapat dipahami karenapembelajaran dilakukan dengan terburu-burubahkan meninggalkan pekerjaan karena adasesuatu yang harus dilakukan di luar pekerjaan,sampai kepada pelaporan administrasi danrencana program pembelajaran terkadang tidakdiselesaikan tepat waktu. Sehubungan denganteori Payne dan Firth (dalam Sapora Sipon,2003 journal Kolej Universitas Islam Malaysiatentang masalah stres kerja guru) melihatsumber stres kerja guru sebagai penyebabutama ketidak hadiran, penurunan kualitaskerja dan keinginan meninggalkan pekerjaan.

Ada hubungan secara simultan antarasumber stres kerja konflik interpersonal, streskerja kendala organisasi, stres kerja bebankerja dengan kinerja guru pendidikan jasmaniSMA di kabupaten Bulukumba. Dapatdiketahui nilai F secara keseluruhan sebesar7.562 dengan nilai probabilitas 0,001, karenanilai signifikan tersebut dibawah 0.05 atau (P <0.05). Sementara nilai R² sebesar 0,457 atau45,7% artinya sebesar 45,7% dari variansikinerja guru pendidikan jasmani dijelaskanoleh sumber stres kerja secara simultan dansisanya sebesar 54,3% dijelaskan oleh variabellain yang tidak dimasukkan dalam model.

Hasil penelitian ini memberikanbeberapa implikasi. Implikasi teoritisnyaadalah pada umumnya guru pendidikanjasmani SMA di Kabupaten Bulukumbamemiliki kecenderungan stres kerja disebabkankarena sumber-sumber penyebab stres kerja itusendiri. Hal ini sesuai hasil analisi datasumber-sumber stres menunjukkan bahwayang paling besar menimbulkan stres kerjaadalah sumber stres kerja kendala organisasidengan mean sebesar 34,26 selebihnya sumberstres kerja konflik interpersonal dengan meansebesar 18,29 dan sumber stres beban kerjadengan mean sebesar 14,71. Namun dapatdikatakan bahwa sumber-sumber penyebabstres kerja guru pendidikan jasmani SMA diKabupaten Bulukumba dapat dikendalikan,jika dihubungkan kinerjanya menunjukkannilai mean sebesar 51.97. artinya nilai meantersebut cukup representatif dalam menekansumber stres kerja dengan meningkatkankinerja dengan baik.

Dengan demikian nyata adanyahubungan, terlihat analisis korelasi antarasumber stres kerja konflik interpersonal,sumber stres kerja kendala organisasi, sumberstres kerja beban kerja dengan kinerja gurupendidikn jasmani SMA di KabupatenBulukumba menunjukkan angka negatif yangartinya memiliki hubungan yang berlawananarah secara interpretasi jika sumber stres kerjatersebut meningkat maka terjadi penurunankinerja begitupun sebaliknya jika sumber strestersebut menurun maka kinerja akan meningkatatau baik. Menurut teori Goliszek, (2005:38)bahwa salah satu teori stres yang palingpopuler menyatakan bahwa individu yangtoleran terhadap stres memiliki sikap hidupyang terkendali, punya komitmen, dan pekaterhadap tujuan (sense of purpose). Dilainpihak, individu yang cenderung mengalamistres merasa tidak berdaya terhadap peristiwa-peristiwa disekitarnya.

Secara umum, kita dapat mengatakanbahwa stres yang baik berasal dari situasi yangdapat kita kendalikan, sedangkan stres yangburuk berasal dari situasi yang tidak dapatdikendalikan. Sejalan dengan teori Goliszek,(2005:37) mengatakan bahwa: Pada dasarnya,setiap orang mempunyai respon yang samaterhadap stres. Seberapa besar pengaruh responstres pada diri kita bergantung sepenuhnyapada penanganan yang kita lakukan.Mempunyai pandangan bahwa stresmerupakan sesuatu yang membangun, danbukan sebaliknya, adalah langkah pertamauntuk menjadi pribadi yang lebih sehat danbebas stres.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian ini, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Sumber stres kerja konflik interpersonal

berhubungan dengan kinerja gurupendidikan jasmani SMA di KabupatenBulukumba, hal ini ditunjukkan hasilanalisis korelasi secara partial dengan nilai0,028 ˂ 0,05

2. Sumber stres kerja kendala organisasiberhubungan dengan kinerja gurupendidikan jasmani SMA di KabupatenBulukumba, hal ini dapat dilihat hasilanalisis korelasi secara partial dengan nilai0,000 ˂ 0,05.

3. Sumber stres kerja beban kerja berhubungandengan kinerja guru pendidikan jasmaniSMA di Kabupaten Bulukumba, haltersebut dapat dilihat hasil analisis korelasisecara partial dengan nilai 0,003 ˂ 0,05

Page 58: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Sumber-Sumber Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMA

Di Kabupaten Bulukumba Mahsum | 241

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adahubungan secara simultan antara sumberstres kerja konflik interpersonal, sumberstres kerja kendala organisasi, sumber streskerja beban kerja dengan kinerja gurupendidikan jasmani SMA di KabupatenBulukumba, hal tersebut dapat dilihat hasilanalisis regresi berganda dengan nilai0,001 ˂ 0,05.

DAFTAR PUSTAKAGoliszek, Andrew. 2005. Manajemen Stres.

Jakarta: Buana Ilmu Populer.

Gmelch, WH dan Burns, JS. 1994. ”Sources ofStress for Academic DepartemenChairpersons.” Journal of EdicationAdministration, vol. 32 no. 1, hlm 79-94.

Gibson dkk. 1996. Organisasi. Editor. LyndonSaputra. Jakarta: Binarupa Aksara.

Garniwa, Iwa. 2007. Penelitian MandiriPengaruh Stres Kerja terhadapMotivasi serta Dampaknya terhadapPrestasi Dosen Tetap. UniversitasWidyatama.

Handoyo. 2001. Manajemen Personalia danSumber Daya Manusia. Yogyakarta:BPFE

Hakim Lukmanul.2008, PerencanaanPembelajaran. Bandung: WacanaPrima

Harsuki. 2003. Perkembangan OlahragaTerkini, Kajian Para Pakar. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Hamilton, Allen. 2007. The Power of Stresss.Menciptakan Stres di Tempat Kerja.Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Husdarta, HJS. 2009. Manajemen PendidikanJasmani. Bandung: Alfabeta

Ibrahim, R dan Nana Syaodih, S. 2003.Perencanaan Pengajaran. Jakarta:RinekaCipta.

Istjanto. 2008. Riset Sumber Daya Manusia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Lutan, Rusli. 2004. Pembaharuan PendidikanJasmani di Indonesia. Jakarta:Direktoral Jenderal Olahraga,Depdiknas.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005.Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung: Refika Aditama.

Maksum Ali. 2008. Menyingkap KompetensiGuru Pendidikan Jasmani.Surabaya:Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Surabaya.

O’reilly, Ronald. 2004. Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta: PrestasiPustaka

Paul E. Spector, 2003. Penelitian dan Praktek-Intruduction untuk Industri. FolridaSelatan: Journal DepartemenUnivercity Psychology.

PP. RI. Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.Jakarta: Departemen PendidikanNasional

Rabin, S., Feldman, D. 1999.”Stres danStrategi Intervensi Kesehatan MentalProfesional”. British Journal ofMedical Psychology. Vol. 72 (2), 159-169.

Sedarmayanti, 2009. Sumber Daya Manusiadan Prduktivitas Kerja. Bandung:Mandar Maju

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.

Sujianto, Agus Eko. 2007. Aplikasi Statistikdengan SPSS untuk Pemula. Jakarta:Prestasi Pustaka.

Towner Lesley. 2002. Managing EmplyeeStress. Jakarta: Elex MediaKomputindo

Page 59: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

242 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Page 60: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasi

Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Ambo Upe | 243

PENDAHULUAN

Paradigma pendidikan di tanah air saat inisedang mengalami perubahan. Telah terbangunkesadaran yang kuat di kalangan pengambilkebijakan untuk memperhatikan penanamannilai karakter bangsa pada setiap pembelajaran.Tujuannya adalah agar pembelajaran lebih

yang dipahami oleh seeseorang, sehinggaorang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau merekamemahami bahasa dan grafik tersebut(Tarigan, 2005: 22).

Keterampilan menulis meliputiketerampilan menyusun pikiran tentang

bermakna bagi peserta didik dandapatmembangun karakter peserta didik sertamemberikan bekal yang memadai baik untukmenempuh pendidikan kejenjang yang lebihtinggi maupun untuk memasuki dunia kerjayang menjanjikan masa depan lebih baik.

Sejalan dengan itu pemerintah telahmenetapkan Kurikulum Tingkat Satuan

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWTERMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Ambo Upe *)Guru SMA Negeri 7 Bulukumba

Abstrak

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui tingkat efektifitas model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw Termodifikasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaranFisika materi gerak rotasi dan kesetimbangan benda tegar. Penelitian ini difokukan untuk mengetahuitingkat efektifitas model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasiuntuk meningkatkanaktivitas dan hasil belajar peserta didik. Adapun metode pengambilan data dalam penelitian ini adalahdengan eksperimen semu yang mengunakan disain One group pretest posttest design yaitu mengamatiefektifitas pembelajaran Model KT-JTyang meliputi peningkatan aktivitas dan hasil belajar. Disainyang digunakan dalam penelitian ini digambarkan seperti berikut ini: O1 X O2 (Arikunto S,2009:212). Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 7 Bulukumba Kelas XITP 2014/2015 Semester 2dengan sampel Kelas XI IPA1. Efektivitas penerapan pembelajaran model KT-JT diukur dengan caramengamati perkembangan aktivitas peserta didik dalam PBM dan membandingkan antara nilai hasilbelajar peserta didik setelah treatment (O2) dengan keadaan sebelum treatment (O1). Hasil pengamatanselama pelaksanaan uji coba menunjukkan bahwa keseluruhan aktivitas peserta didik yang diamatidiproleh nilai rata-rata total 2,72 dengan persentase 90,76 yang berarti aktivitas peserta didik beradapada kategori tinggi (ideal). Sedangkan nilai rata-rata hasil Belajar peserta didik yaitu pretest sebesar62,28 dan postest sebesar 82,36 ini berada pada kategori tinggi. Ketuntasan belajar peserta didiksecara klasikal mencapai 92,31%, artinya ada 92,31 % peserta didik telah mencapai nilai KKM.

Kata kunci = Efektifitas, model pembelajaran, eksperimen semu

Abstract *)

The purpose of this study was to determine the effectiveness of cooperative learning model of JigsawType Modified to enhance the activity and learning outcomes of students in physics learning materialsrotational motion and rigid body equilibrium. This study difokukan to determine the effectiveness ofcooperative learning model of Jigsaw Type Modified to enhance the activity and learning outcomes ofstudents. The method of data collection in this study is that using a quasi-experimental design Onegroup pretest posttest design of observing the effectiveness of learning Model KT-JT that includes anincrease in activity and learning outcomes. The design used in this study are described as follows: O1X O2 (Arikunto S, 2009: 212). This study took place in SMAN 7 Bulukumba Class XI TP 2014/2015Semester 2 with samples of Class XI IPA1. The effectiveness of the application of learning models ofKT-JT was measured by observing the development of the activity of learners in PBM and comparingthe value of student learning outcomes after treatment (O2) with the situation before treatment (O1).The observation during the execution of the trial showed that the overall activity of learners whoobserved diproleh total average value of 2.72 with a percentage of 90.76, which means the activity oflearners at the high category (ideal). While the average value of learning outcomes learners arepretest and posttest at 62.28 at 82.36 is in the high category. Mastery learning classical learnersreached 92.31%, 92.31% means that no learners have achieved the KKM.

Keywords = Effectiveness, learning model, a quasi-experimental

Page 61: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

244 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Pendidikan (KTSP) sesuai PP. NO. 19 Tahun2005 sebagai solusi tantangan pendidikan masakini. Untuk mendukung pelaksanaan KTSPmaka pemerintah melakukan berbagai upayaseperti sosialisasi KTSP kepada pihak-pihakterkait dan juga penetapan delapan standarpendidikan. Walaupun demikian, tetap sajapendidikan di tanah air belum mencapaiperkembangan sebagaimana yang diharapkandalam tujuan pendidikan nasional.

SMA Negeri 7 Bulukumba adalah salahsatu sekolah di Kabupaten Bulukumba telahmelaksanakan KTSP sejak tahun 2006. Selamaini prestasi peserta didik tidakmenggembirakan (hasil belajar rendah)khususnya mata pelajaran Fisika. Hal inidisebabkan oleh beberapa faktor yang antaralainjumlah peserta didik dalam satu kelasterlalu besar, sehingga guru dalam melakukanPBM menerapkan model pembelajaranlangsung (ceramah). Keadaan ini juga yangmemberi konstribusi terhadap rendahnyaaktivitas peserta didik dalam kegiatanpembelajaran.

Untuk mengatasi masalah-masalahtersebut di atas, salah satunya dibutuhkanmodel pembelajaran dengan suatu paradigmapendidikan yang lebih menekankan pesertadidik sebagai manusia yang memiliki potensiuntuk belajar dan bekerjasama. Melaluiparadigma ini, diharapkan di kelas pesertadidik aktif dalam belajar, aktif berdiskusi,berani menyampaikan gagasan dan menerimagagasan dari orang lain, dan memilikikepercayaan diri yang tinggi (Zamroni,2000:28). Adapun model pembelajaran yangdimaksud adalah model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw.

Penerapan model pembelajarankooperatiftipe Jigsaw masih memilikiketerbatasan penerapan khususnya untuk kelasdengan jumlah peserta didik yang banyakdalam satu rombongan belajar. Oleh karenaketerbatasan tersebut, maka dilakukan strategimodifikasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdengan model kooperatif tipe debat.Modifikasikedua model pembelajaran kooperatif iniadalah menjadi suatu model pembelajaran baruyang dapat mengakomodasi kelas denganjumlah peserta didik yang banyak.

Berdasarkan uraian diatas, maka akandiadakan penelitian yang berhubungan denganpengembangan Model pembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasi. Modelpembelajaran ini adalah merupakanmanifestasi modifikasi dari modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipeDebat.Upaya ini dilakukan untuk

meningkatkanaktivitas dan hasil belajar pesertadidik, khususnya pada mata pelajaran Fisika.

Berdasar pada uraian diatas, makaperumusan masalah penelitian ini adalah:Apakah model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw Termodifikasi efektif untukmeningkatkan aktivitas dan hasil belajarpeserta didik?

Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian

dan pengembangan atau biasa disebut denganresearch and development, yaitu metodepenelitian yang digunakan untuk menghasilkanproduk tertentu, dan menguji keefektifanproduk tersebut. Uji coba produk dilakukandengan eksperimen semu yang mengunakandisain One group pretest posttest design.

Metode pengambilan data dilakukandengan eksperimen semu yang mengunakandisain One group pretest posttest design(Arikunto S, 2009:212) digambarkan sepertiberikut ini :Dimana:

Penelitian ini bertempat di SMANegeri 7 Bulukumba Sulawesi SelatanIndonesia Kelas XITP 2014/2015 semester 2dengan sampel Kelas XI IPA1 yang terdiri dari38 peserta didik. Seluruh peserta didk kelas XIIPA1 dijadikan sebagai subjek penelitian.

Indikator penelitian dapat dilihat dariEfektivitas penerapan pembelajaran model KT-JT yang diukur dengan cara mengamatiperkembangan aktivitas peserta didik dalamPBM dan membandingkan antara nilai hasilbelajar peserta didik setelah treatment (O2)dengan keadaan sebelum treatment (O1).Untukmendapatkan batasan yang jelas tentangvariabel dalam penelitian ini, maka dijelaskandefinisi Operasional variabel tersebut sebagaiberikut:a) Pembelajaran Model KT-JT adalah

pembelajaran model kooperatif yangdikembangkan dari model kooperatif tipeJigsaw dengan kooperatif tipe Debat.

b) Aktivitas Peserta didik adalah aktivitaspeserta didik selama pembelajaranberlangsung.

O1 X O2

O1= keterampilan sosial dan nilai hasilbelajar sebelum treatment

X= treatment yang diberikan(Pembelajaran model KT-JT)

O2= keterampilan sosial dan nilaihasil belajar sesudah treatment

Page 62: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasi

Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Ambo Upe | 245

c) Hasil belajar Fisika adalah hasil belajaryang diperoleh peserta didik setelahmelalui kegiatan belajar Fisika pada ranahkognitif.

Kerangka pikir yang merupakangambaran dari penelitian ini dilukiskanseperti gambar berikut:

Gambar Skema Kerangka Pikir Peneliti

Hasil penelitianAktivitas Peserta Didik

Adapun hasil analisis deskriptif nilaiaktivitas peserta didik selama 6 kali pertemuandirangkum sebagaimana pada tabel berikut:

Dari tabel di atas menunjukkan bahwaaktivitas peserta didik dalam mengikuti prosesbelajar mengajar pada aspek (1) memiliki nilairata-rata 2,92 dengan persentase 97,29%, aspek(2) memiliki nilai rata-rata 2,89 denganpersentase 96,44%, aspek (3) memiliki nilairata-rata2,89 dengan persentase 96,44, aspek(4) memiliki nilai rata-rata 2,11 denganpersentase 70,23, aspek (5) memiliki nilai rata-rata 2,51 dengan persentase 83,76%, aspek (6)

memiliki nilai rata-rata 2,91 dengan persentase97,01%, dan aspek (7) memiliki nilai rata-rata2,82 dengan persentase 94,16%.

Secara umum dapat dikemukakanbahwahasil pengamatan selama pelaksanaanuji coba menunjukkan bahwa keseluruhanaktivitas peserta didik yang diamati diprolehnilai rata-rata total 2,72 dengan persentase90,76 yang berarti aktivitas peserta didikberada pada kategori tinggi.

Hasil BelajarStatistik deskriptif Nilai Hasil Belajar Pretest(O1) dan Postest (O2) pada peserta didik kelasXI IPA1 SMA Negeri 7 Bulukumba melaluipembelajaran model KT-JT ditunjukkan padatabel berikut ini:

Berdasarkan analisis deskriptif terhadapnilai tes hasil belajar Pretest (O1) yangdiberikan pada peserta didik sebelum Treatment

diperoleh skor rata-rata adalah 62,28 dariskor ideal 100 dengannilai minimun 26,00dan nilaimaksimum96,00.Selanjutnya dapat jugadijelaskan bahwa nilaites hasil belajarpeserta didik stelahtreatment(O2) terlihatbahwa skor rata-rataadalah 82,36 dari skorideal 100 dengan nilai

minimun 46,00 dan nilai maksimum 99,00.Hal ini menunjukkan tingkat penguasaanpokok bahasan yang diajarkan sebesar 82,36 %pada seluruh subpokok bahasan yangdipelajari.

Deskripsi hasil belajar peserta didiksesudah diajar melalui model KT-JTmenjadi

indikator keberhasilan dalam prosesbelajar mengajar adalah nilai hasil belajar pada

Aktivitas dan Hasil belajarPeserta didik Tinggi

Pengembangan ModelKT-JT

Pembelajaran ModelKT-JT

Perangkat pembelajaran:1. RPP2. Buku Siswa3. LKPD4. THB

Aktivitas dan Hasil belajarsiswa rendah

PertemuanAspek Aktivitas / Nilai

I II III IV V VI VII

1 2.97 2.92 2.90 1.79 1.85 2.92 2.72

2 3.00 2.95 2.97 1.97 2.69 3.00 2.77

3 2.85 2.79 2.79 2.18 2.59 2.85 2.77

4 3.00 3.00 3.00 2.10 2.72 3.00 3.00

5 2.85 2.85 2.85 2.18 2.59 2.85 2.85

6 2.85 2.85 2.85 2.41 2.64 2.85 2.85

Jumlah 17.51 17.36 17.36 12.64 15.08 17.46 16.95

Rata-rata 2.92 2.89 2.89 2.11 2.51 2.91 2.82

Persentase 97.29 96.44 96.44 70.23 83.76 97.01 94.16

Parameter Pretes(O1) Postes (O2)

Subyek 39 39

Mean 62,28 82,36

Median 67,00 82

Varians 519,37 98,76

Standar Deviasi 22,79 9,94

Nilai Minimum 26 46

Nilai Maksimum 96 99

Range 70 53

Page 63: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

246 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

ranah kognitif. Adapun nilai hasil belajarpeserta didiksetelah mengikutipembelajaranmodel KT-JT dapat dideskripsikan melaluihistogram berikut:

Berdasarkan histogram di atas,nampak bahwa rata-rata hasil belajarpeserta didik pada pokok bahasan dinamikagerak rotasi dan kesetimbangan benda tegaryaitu 82,36 dengan standar deviasi 9,94.Nilai yang paling sering muncul adalahnilai dari 80,88 – 89,71. Nilai maksimum 99dan nilai minimum 46 sehingga rentangskornya 53.

Selanjutnya untuk mendeskripsikanketuntasan belajar peserta didik melaluipembelajaran model KT-JT, dapat dilihat padagrafik berikut ini:

Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik

Dari grafik di atas, persentaseketuntasan hasil belajar peserta didik setelahdiajar dengan menggunakan perangkatpembelajaran berbasis model KT-JT. Peserta

didik yang mencapai nilai KKM sebanyak 36orang atau 92,31%, sedangkan yang tidakmencapai nilai KKM sebanyak 3 orang atau7,69 %. Ini menunjukkan bahwa sebagianbesar peserta didik yang telah mengikutipembelajaran dengan model KT-JT mampumenjawab dengan baik tes yang diberikan.

PEMBAHASAN

Aktivitas peserta didikSelama berlangsungnya pembelajaran

dengan model KT-JT untuk materi dinamikagerak rotasi dan kesetimbangan benda tegar,telah dilakukan pengamatan terhadap aktivitaspeserta didik dalam mengikuti prosespembelajaran. Adapun kegiatan yang menjadiperhatian dalam aktivitas ini adalah (1)Kehadiran peserta didik, (2) Perhatian pesertadidik terhadap penjelasan guru, (3)Keterlibatan peserta didik dalammenyelesaikan pembahasan materi/soal(kelompok ahli), (4) Pertanyaan yang diajukanpeserta didik sesuai/relevan dengan materi(sebangai kelompok penanggap),(5) Jawaban peserta didik sesuai/relevandengan pertanyaan (sebagai kelompokpenyaji),(6) Sikap peserta didik dalammengajukan/menjawab pertanyaan dalamdiskusi (debat), dan (7) Penyelesaianrangkuman materi isian LKS.

Hasil pengamatan selama pelaksanaanuji coba menunjukkan bahwa keseluruhanaktivitas peserta didik yang diamati diprolehnilai rata-rata total 2,72 dengan persentase90,76 yang berarti aktivitas peserta didikberada pada kategori tinggi. Dapat puladisimpulkan bahwa aktivitas peserta didikdalam pembelajaran materi dinamika gerakrotasi dan kesetimbangan benda tegar denganpembelajaran model KT-JT adalah ideal.

Keidealan aktivitas yang dilakukan olehpeserta didik tidak terlepas dari efektifnyaperangkat yang telah dirancang sebelumnyauntuk mengendalikan waktu yangdipergunakan untuk pelaksanaan pembelajarandengan pembelajaran model KT-JT. Drafrencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)dengan setiap fasenya mampu dilaksanakandengan baik sehingga waktu yang digunakanbisa diatur sedemikian rupa sehinggapelaksanaan pembelajaran melalui model KT-JT dapat terlaksana dengan baik. Demikianjuga halnya dengan LKS, soal-soal yangdisajikan dalam LKS dianggap bisadiselesaikan dalam waktu yang telahditetapkan dengan mempertimbangkanaktivitas interaksi sosial antara peserta didik

Gambar Histogram nilai hasil belajarpeserta didik setelah treatment

Nilai Postes

Page 64: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Termodifikasi

Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Ambo Upe | 247

dengan peserta didik dan atau gurunya. Dengandemikian rata-rata waktu yang dipergunakanpeserta didik beraktivitas dalam mengerjakantugas untuk kegiatan pembelajaran denganmodel KT-JT sangat baik.

Hasil BelajarDari hasil pengujian hipotesis diperoleh

bahwa hasil belajar peserta didik kelas XISMA Negeri Bulukumba setelah pembelajaranmodel KT-JT secara signifikan telah mencapainilai rata-rata di atas 70 pada taraf nyata

05,0 . Hasil tersebut menunjukkanbahwa interaksi peserta didik dalamkelompoknya telah memberikan sebuahpengaruh positif terhadap hasil belajarmereka. Dalam interaksi tersebut, pesertadidik akan saling membagi pengetahuanmereka, sehingga semua anggota kelompokdan kelompok ahli memperoleh pengetahuanyang hampir merata.

Untuk melihat ketercapaian kompetensidasar dan indikator terhadap pembelajaransetting kooperatif, maka dilakukan tes hasilbelajar. Kriteria keefektifan peserta didik jikaditinjau dari ketercapaian hasil belajar secaraklasikal yaitu minimal 80% peserta didikmencapai nilai KKM yang ditetapkan sekolah.Hasil belajar peserta didik sesudahdilaksanakan pembelajaran model KT-JTdiperoleh rata- rata nilai 82,36, ini berada padakategori tinggi. Ketuntasan belajar pesertadidik secara klasikal mencapai 92,31%, iniberarti bahwa ada 92,31 % peserta didiktelah mencapai nilai KKM.

Berdasarkan hasil di atas, secara umumdapat diasumsikan bahwa pembelajaran modelKT-JTyang telah dilakukan adalah efektifdalam pembelajaran utamanya materi dinamikagerak rotasi dan kesetimbangan benda tegar.Disamping itu, hasil tersebut menunjukkanbahwa interaksi peserta didik dalamkelompoknya telah memberikan sebuahpengaruh positif terhadap hasil belajarmereka. Hal ini sesuai dengan teori yangmenyatakan bahwa ilmu pengetahuandibangun dalam diri seorang individu melaluiproses interaksi yang berkesinambungandengan lingkungan. Aliran kognitif (RiyantoY, 2010:9). Dan juga sejalan dengan pendapatIbrahim dkk (2000), bahwa pembelajarankooperatif memiliki dampak yang positif bagipeserta didik yang hasil belajarnya rendah.

KesimpulanAktivitas peserta didik dalam pembelajaranmateri dinamika gerak rotasi dan

kesetimbangan benda tegar denganpembelajaran model KT-JT adalah ideal.Pembelajaran model KT-JTyang telahdilakukan adalah efektif dalam pembelajaranutamanya materi dinamika gerak rotasi dankesetimbangan benda tegar sehingga hasilbelajar peserta didik meningkat.

Kepustakaan

Anik Ghufron, “Model Pengembangan SistemPembelajaran bagi PenyiapanSumber. Daya Manusia EraInformasi”,http://www.teknologipendidikan.net,hlm.Diakses: 1/12/2014

Anita Lie. 2002. Cooperative Learning.Jakarta: GramediaWidiasaranaIndonesia.

Arikunto, S. 2009. Manejemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

-------. 2009. Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Borg, W. R., & Gall, M. D. (1989).Educational Research: AnIntroduction (Fifth ed.). New York:Longman.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003.Evaluasi Pembelajaran. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Dasardan Menengah,Direktorat tenagaKependidikan.

Dimyati. Modjiono. 2006. Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ibrahim, dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Pusat Sains danMatematika Sekolah ProgramPascasarjana UNESA.

Isjoni. (2011). Cooperative LearningEfektivitas Pembelajaran Kelompok.Bandung: ALFABETA

Kadir, A. Dkk. 2012. Dasar-DasarPendidikan. Jakarta: Kencana PMG.

Nur, M. 2011. Model pembelajaranKooperatif. Surabaya: Badan penerbitUNESA

Purwanto, N. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Page 65: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

248 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Sugiono. 2010. Metode penelitian pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Suprijono A, 2012. Cooperative LearningTeori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Thobroni M dkk, 2011 Belajar danPembelajaran PengembanganWacana dan Praktik Pembelajarandalam Pembangunan Nasional.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Trianto. (2009). Mendesain ModelPembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta: Kencana

Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan MasaDepan. Yogyakarta: BigrafPublishing.

Page 66: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba Hj. Artati Usmar | 249

PENDAHULUAN

Model pembelajaran inkuirimerupakan model pembelajaran yang banyakdianjurkan karena memiliki beberapakeunggulan, antara lain: a) Menekankankepada pengembangan aspek kognitif, afektif,dan psikomotor secara seimbang, sehinggapembelajaran melalui model ini dianggap lebihbermakna, b) Memberikan ruang kepada siswauntuk belajar sesuai dengan belajar mereka, c)Merupakan model yang dianggap sesuaidengan perkembangan psikologi belajarmodern yang menganggap belajar adalahproses perubahan tingkah laku berkat adanyapengalaman.

Penerapan pendekatan pembelajaranmerupakan salah satu cara atau jalan yangditempuh untuk mencapai tujuan yangdiharapkan. Melainkan dalam memperolehilmu pengetahuan untuk konsep - konsep serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-harisehingga murid akan lebih mudah memahamisuatu konsep jika belajar menemukan sendiridan murid terlibat langsung dalampembelajaran tersebut sehingga terjadi suasanabelajar yang menyenangkan.

Akan tetapi pada fakta di lapanganmelalui hasil observasi yang dilakukan padaNeg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab.Bulukumba, terlihat masih sulit direalisasikankarena masih terdapat kelemahan padapembelajaran IPA diantaranya adalah : 1)Pembelajaran berpusat pada guru, 2) tidakmenantang murid untuk berfikir kritis, 3)Kurangnya kegiatan percobaan dandemonstrasi, 4) pendekatan metode masihbersifat konvensional, untuk itu pembelajaranIPA pada pelaksanannya haruslah diupayakandalam kondisi pembelajaran yang kondusif,menyenangkan dengan memaksimalkanberbagai sarana dan prasarana yang ada serta

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD NEG. 27 MATEKKO

KEC. GANTARANG KAB. BULUKUMBA

Hj. Artati Usmar *)Guru SD Negeri 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba

Abstrak

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang meliputi dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi.Data penelitian diambil melalui tes dan nontes. Alat pengambilan data yang digunakan tes tertulisdalam bentuk LKS yang berisi aspek-aspek perubahan wujud benda melalui penerapan metode inkuiri.Alat pengambilan data nontes yang digunakan berupa pedoman observasi, dan dokumentasi.Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian, ditemukan peningkatan aktivitas murid dalam pembelajaran IPA melaluipenerapan metode inkuiri murid kelas V SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba dalamkriteria baik. hasil belajar pada siklus I nilai rata-rata sebesar 8,5 dengan nilai persentase sebesar56,6% kategori cukup atau kurang meningkat, setelah mengikuti pembelajaran IPA melalui penerapanmetode inkuiri secara intensif dengan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I, maka padasiklus II terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata 12,5 nilai persentase sebesar 83,3% dalam kriteriabaik. Selisih peningkatnnya sebesar 26,6%

Kesimpulan bahwa Penerapan pendekatan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitasbelajar IPA murid Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba, hasil nilai rata-rata yangdiperolehan pada siklus I sebesar 12,25 point (55,6%) dalam kriteria cukup. Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 18 point (81,8%) dalam kriteria sangat baik, secara keseluruhan selisihpeningkatan perolehan nilai rata-rata aktivitas murid antara siklus I dan siklus II sebesar 5,75 poinatau 26,1%. Ada Peningkatan hasil belajar murid melalui penerapan pendekatan inkuiri dalampembelajaran IPA SD Inpres Kayuloe Bantaeng, nilai rata-rata siklus I sebesar 8,5 (56,6%) siswayang sudah mencapai KKM (13,6%), dan yang belum mencapai KKM (18,1%), nilai rata-rata padasiklus II sebesar 12,5 (83,3%) murid yang sudah mencapai KKM (81,8%) siswa yang belum mencapaiKKM (0%), secara keseluruhan selisih peningkatan perolehan nilai rata-rata hasil belajar antara siklusI dan siklus II sebesar 4 point atau 26,6%

Kata kunci : Inkuiri, Pembelajaran IPA

Page 67: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

250 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

diperlukan proses pembelajaran yangdiarahkan kepada kegiatan yang mendorongmurid belajar secara serius dan melibatkansiswa aktif dalam memahami konsep-konsepIPA dan mengembangkan kemampuan berfikirkritis dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian diatas makadiperlukan suatu penerapan pendekatan yangdapat mengatasi kendala yang telah disebutkandiatas, salah satu yang sesuai adalahpendekatan inkuiri. Suryosubroto, (1996:72)mengemukakan bahwa pendekatan inkuiridalam bahasa inggris disebut “ DiscoveryApproach” yang artinya adalah penyelidikanmelalui pencarian informasi atau pertanyaan-pertanyaan dengan memberi kesempatankepada peserta didik untuk menemukaninformasi dengan tanpa bantuan guru. Halterebut bertujuan agar para murid dapatmenemukan atau memecahkan permasalahansendiri sehingga para murid dalam kegiatanbelajar lebih aktif dan kreatif.

Model pembelajaran inkuiri dirancanguntuk mendorong siswa untuk berfikir kritis,melakukan percobaan serta mengembangkanketerampilan dan melakukan penerapan.Berdasarkan latar belakang inilah, makapenulis tertarik untuk melakukan penelitiantindakan kelas tentang model pembelajaraninkuiri dalam meningkatkan pembelajaranmurid pada mata pelajaran IPA. Materi IPAsungguh luas cakupannya, maka penelitimelakukan batasan materi pelajaran IPA yangpelaksanaan pembelajarannya pada semesterganjil Tahun Pelajaran 2014/2015 yakni topikperubahan wujud benda pada murid kelas V diSD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab.Bulukumba.

Rumusan masalah dalam penelitian iniadalah: 1) Apakah penerapan pendekataninkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajarmurid kelas V siswa SD Neg. 27 Matekko Kec.Gantarang Kab. Bulukumba?, 2) Apakahpenerapan pendekatan inkuiri dalampembelajaran IPA dapat meningkatkan hasilbelajar murid kelas V SD Neg. 27 MatekkoKec. Gantarang Kab. Bulukumba?

Tujuan penelitian ini untukmeningkatkan aktivitas belajar murid kelas VSD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab.Bulukumba dan untuk meningkatkan hasilbelajar murid kelas V SD Neg. 27 MatekkoKec. Gantarang Kab. Bulukumba

Usman, U, (2003:5) mendefinisikanhasil belajar adalah ketercapaian melalui hasilproses dan hasil tes sesuai dengan yangdiharapkan standar yang ditentukan. Hasilbelajar siswa berarti kemampuan atau

kecakapan yang dimiliki siswa berupapengetahuan, sikap dan keterampilan dalamdimensi intelektual, emosional, spiritual dansosial. Hasil pengukuran belajar siswadinyatakan dalam bentuk nilai yang diperolehsiswa yang diperoleh siswa sebagaipengalaman belajar.

Menurut Bloom (dalam Angga, D,2002:29) ada tiga domain belajar yaitu: 1)Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalahkawasan yang berkaitandengan aspek-aspekintelektual atau secara logis yang bisa diukurdengan pikiran atau nalar, 2) Affective Domain(Kawasan afektif). Adalah kawasan yangberkaitan dengan aspek-aspek emosional,seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhanterhadap moral dan sebagainya, 3)Psychomotor Domain (Kawasanpsikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitandengan aspek-aspek keterampilan yangmelibatkan fungsi sistem syaraf dan otot(neuronmuscular system) dan fungsi psikis.

Hasil belajar adalah pola-polaperbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikap-sikap, apresiasi, abilitas danketerampilan. Hasil belajar bukan hanya suatupenguasaan hasil latihan saja, melainkanmengubah perilaku. Bukti yang nyata jikaseseorang telah belajar adalah terjadinyaperubahan tingkah laku pada orang tersebut,misalnya dan tidak tahu menjadi tahu, dantidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajarmerupakan segala perilaku yang dimilikiseseorang sebagai akibat proses belajar yangtelah ditempuhnya. Belajar diarahkan padapencapaian sasaran atau tujuan belajar, balkyang berjangka panjang (Tujuan InstitusionalKurikuler) maupun tujuan jangka pendek(Tujuan Pembelajaran).

Pendapat tersebut di atas dapatdisimpulkan, belajar merupakan suatu proses,suatu kegiatan dan bukan suatu hasil satutujuan, belajar bukan hanya mengingat, akantetapi lebih luas dan itu, yakni mengalami danmemperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,berubah tingkah laku yang disebabkan olehpengalaman.

Pendidikan IPA menekankan padapemberian pengalaman secara langsung. Padaprinsipnya IPA di Sekolah Dasar membekalisiswa untuk mengembangkan kemampuanberbagai cara mengetahui dan suatu caramengerjakan yang dapat membantu diri dengantuntutan perkembangan dunia yang sangatcepat. Menurut Nasution, N (2007:59),menyatakan bahwa: Pembelajaran IlmuPengetahuan Alam sebagai inkuiri adalah suatupendekatan yang menggunakan cara

Page 68: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba Hj. Artati Usmar | 251

Gas

bagaimana atau jalan apa yang harus ditempuholeh murid dengan bimbingan guru untuksampai pada penemuan penemuan dan bukanpenemuan itu sendiri. Dalam pendekataninkuiri Ilmu Pengetahuan Alam yaitu pertamamembuat perumusan hipotesis, ke dua mengujihipotesis.

Menurut Kurniawan, (2008:76) bahwametode inkuiri adalah cara untukmenyampaikan sesuatu agar tercapai tujuan,cara melaksanakan, cara menyelidiki, taktik,siasat. Sementara menurut Januari, S,(2009:19) mengemukakan bahwa metodeInkuiri adalah menanyakan, memintaketerangan atau menyelidiki, penyelidikan.Hamalik, Oemar, (2005:56) berpendapatbahwa metode inkuiri adalah suatu pola untukmembantu para siswa belajar merumuskan danmenguji pendapatnya sendiri dan memilikikesadaran akan kemampuannya.. Pendapat lainmenurut Usman, U, (2003:78) Metode inkuiriadalah cara penyajian pelajaran yang memberikesempatan kepada siswa untuk menemukaninformasi dengan atau tanpa bantuan guru.Lain halnya menurut Nasution, N, (2002:128)bahwa metode inkuiri adalah merupakanproses belajar yang memberikan kesempatanpada siswa untuk menguji dan menafsirkanproblema secara sistematika yang memberikankonklusi berdasarkan pembuktian. SedangkanSri Haryati, (2010:4) bahwa metode inkuirimerupakan perluasan metode discovery yangartinya suatu proses mental yang lebih tinggitingkatannya misalnya merumuskan problema,merancang eksperimen, melaksanakaneksperimen, mengumpulkan data, menganalisisdan membuat kesimpulan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas tentang metode inkuiri, terlihatmempunyai pendangan yang berbeda-bedaakan tetapi maksud dan tujuannya sama,seperti pula yang dikemukakan Pigeta, (dalamWinata Putra, 1998:20) menyatakan bahwa“inquiry is the process of infestigating aproblem” artinya bahwa inkuiri adalah prosespenyelidikan suatu masalah. Lebih lanjutpendapat Kurniawan, (2008:14)mendefinisikan model pembelajaran inkuirisebagai pembelajaran yang mempersiapkansituasi bagi anak untuk melakukan Inkuirisendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yangterjadi, ingin menggunakan simbol-simbol danmencari jawaban atas pertanyaan sendiri,menghubungkan penemuan yang satu denganpenemuan yang lain, membandingkan apayang ditemukan orang lain.

Dimyati, (2002:52) membagi beberapatahapan yang terdapat dalam pendekatan

inkuiri yaitu : a) Bertanya (ask). Pada tahap inisiswa berkeinginan untuk menemukan sesuatu,mulai bertanya tentang apa hendak diketahuiserta menggambarkan dan menguraikan apaartinya, b) Penyelidikan (investigate). Tahappenyelidikan, siswa mengungkapkan apa yangdipikirkannya yang diwujudkan dalamtindakan dan mulai mengumpulkan informasimeneliti, mempelajari berinkuiri danmengobservasi, c) Menghasilkan (create).Siswa ditahap Create menggabungkaninformasi uang didapat dan saling berhubunganserta melakukan tugas yang kreatif membentukpemahaman baru yang gagasan dan teorinyadiluar pemahaman utamanya, d) Dikusi(Discuss). Pada tahap diskusi, siswa mulaiberbagi gagasan baru mereka dengan oranglain, bertukar fikiran dan mulai bertanya padayang lain tentang investigasi dan pengalamanmereka sendiri, e) Refleksi (reflect). Siswapada tahap refleksi menggunakan waktunyauntuk melihat kembali permasalahan awal ataupertanyaan awal mereka, alur penelitian danmembuat kesimpulan.

Dalam kurikulum Tingkat SatuanPendidikan untuk Sekolah Dasar Tahun 2006,dijelaskan bahwa suatu bentuk yang nyatapenerapan pendekatan inkuiri dalampembelajaran IPA pokok bahasan perubahanwujud benda siswa secara aktif mempelajaridan menemukan sendiri perubahan wujud zatyaitu padat, cair dan gas, sertamemanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Perubahan wujud benda merupakanWujud zat yang terbagi menjadi tiga yaitupadat, cair dan gas. Pada saat tertentuumumnya zat hanya berada dalam satu wujudsaja, tetapi zat dapat berubah dan wujud yangsatu ke wujud yang lain. Setiap zat akanberubah apabila menerima panas (kalor). Esdipanaskan akan mencair. Air dipanaskan akanmenguap menjadi uap air (gas). Apabila uapair didinginkan menjadi embun dan kembalimenjadi air. Air didinginkan menjadi es.Proses perubahan wujud zat tersebut dapatdiamati pada gambar berikut ini:

Menyublim Menguap-Mengembun

Membeku-Mencair

Gambar 1 Zat dan Wujud Benda

CairPadat

Page 69: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

252 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Zat dan wujud yang satu ke wujudyang lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut:1) Mencair. Mencair adalah proses perubahanwujud benda padat menjadi cair. Contohnyalilin yang dibakar akan meleleh dan mencair,es batu mencair karena pemanasan suhu, 2)Membeku. Membeku adalah proses perubahanwujud benda cair menjadi padat. Contohnyaproses air yang dimasukan kedalam kulkassehingga air berubah menjadi es batu, 3)Menguap. Menguap adalah proses perubahanwujud benda cair menjadi gas. Contohnyaproses pemanasan air didalam panci hinggamendidih dan berubah menjadi panas, bila airdipanaskan terus menerus maka air akan habis,4) Mengembun. Mengembun adalah prosesperubahan wujud benda gas menjadi cair.Contohnya awan menjadi hujan dan embun.Proses pengembunan dapat dilihat pada waktupagi hari, 5) Menyublim. Menyublim adalahproses perubahan wujud dari padat menjadigas. Contohnya pada waktu kita menyimpanbaju dilemari kita sering memberikan kapurbarus (kamper), kamper itu lama-lama akanhabis dengan sendirinya. Mengkristal adalahperubahan wujud gas menjadi padat. Contohmelenyap dan mengkristal adalah kapur barusataupun kamper.

METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Menurut Wardani, dkk.(2002:56) mengemukakan bahwa PTK adalahpenelitian yang dilakukan oleh guru di dalamkelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengantujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagaiguru sehingga hasil belajar siswa menjadimeningkat. Sedangkan Sukidin, dkk. (2002:47)mengemukakan bahwa PTK sebagai suatubentuk penelaahan penelitian yang bersifatreflektif dengan melakukan tindakan-tindakantertentu agar dapat memperbaiki danmeningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara profesional.

Rancangan penelitian ini terdiri duasiklus. Siklus I yang meliputi perencanaan,tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakanawal kegiatan penelitian untuk mengetahuikondisi awal siswa mengenai hasil belajardalam pembelajaran IPA pada sub pokokbahasan perubahan wujud benda melaluipenerapan pendekatan inkuiri Refleksi meliputianalisis penilaian proses tindakan pada siklusI, akan muncul penilaian baru guna mengatasipermasalahan tersebut sehingga memerlukanperencanaan ulang, tindakan ulang,pengamatan ulang, dan refleksi ulang pada

siklus II. Berikut desain penelitian ini dapatdigambarkan sebagai berikut:

Gambar 2 Desain penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SD Neg.27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumbadan subjeknya seluruh murid kelas V tahunajaran 2014/2015 yang berjumlah 22 orang.Alasan pemilihan kelas V sebagai subjekpenelitian adalah karena kelas ini memilikipermasalahan dalam kemampuan pembelajaranIPA, namun memiliki motivasi yang cukuptinggi untuk terus belajar.

Fokus penelitian ini adalah 1)Penerapan pendekatan inkuiri yang dimaksuddalam penelitian ini adalah suatu pola untukmembantu para siswa belajar merumuskan danmenguji pendapatnya sendiri dan memilikikesadaran akan kemampuannya untukmenemukan informasi dengan atau tanpabantuan guru, 2) Hasil Belajar yang dimaksuddalam penelitian ini adalah ketercapaianmelalui hasil proses dan hasil tes sesuai denganyang diharapkan standar yang ditentukan.Hasil pengukuran belajar siswa berupaperubahan wujud benda dengan unsur-unsurzat padat, cair, gas yang dikembangkan dalambentuk pilihan ganda dan diujikan untukmengukur hasil belajar dan dinyatakan dalambentuk nilai yang diperoleh murid sebagaipengalaman belajar, 3) Pembelajaran IPA yangdimaksud dalam penelitian ini adalah prosepengajaran yang dilaksanakan guru yangdiitegrasikan kedalam RPP berupa perubahanwujud benda dengan indikator zat padat, cair,gas

Instrumen penelitian ini berupa tespengetahun IPA pada sub materi perubahanwujud benda dalam bentuk pilihan ganda yangdikembangkan menjadi 15 item pertanyaanberdasarkan kurikulum tingkat satuanpendidikan di SD Neg. 27 Matekko Kec.Gantarang Kab. Bulukumba. Berikut

Siklus IPerencanaan

Tindakan

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan ulang

Tindakanulang

Pengamatan ulang

Refleksiulang

Hasil

Hasil

SiklusII

Siklus II

Hasil

Page 70: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba Hj. Artati Usmar | 253

instrument penelitian ini dapat dilihat padatable 1 di bawah ini:

Secara garis besar, pengumpulan dataterdiri dua yakni teknik tes dan non tes. 1)Teknik tes dalam penelitian ini adalah berupates pilihan ganda dalam bentuk lembar kerjasiswa (LKS). Adapun tujuan darimenggunakan tes dalam bentukpilihan ganda akan terlihat prosesberfikir murid yang lebihmengungkapkan pembelajaraninkuiri, 2) Teknik non tes berupacatatan lapangan. Muslich,(2009:78) bahwa catatan lapanganmerupakan salah satu alatpengumpulan data yangdipergunakan untuk memperolehdata secara objektif yang tidakterekam melalui lembar observasi.

Teknik pengolahan datayang digunakan dalam penelitianini yaitu secara deskriptifkuantitatif dan kualitatif. Kriteriakeberhasilan tindakan terhadappemahamandan pengetahuansiswa dalam pembelajaran IPApada sub pokok bahasan perubahan wujudbenda melalui pendekatan inkuiri denganjumlah butir soal sebanyak 10 , dan tiap soalmempunyai skor 10, sehingga skor maksimaladalah 100. Setelah menghitung nilai yangdiperoleh skor kemudian menghitung nilai yangdiperoleh siswa dengan rumus sebagai berikut:

NilaiAkhir

=Skor yang diperoleh

x 100Skor maksimal

Untuk menentukan indikatorkeberhasilan murid dalam pembelajaran IPAberdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum(KKM) yang telah ditetapkan di sekolah untukpembelajaran IPA adalah 65. Dan jikadihubungkan dengan kriteria penilaianberdasarkan persentase yang diperoleh, dapatdilihat pada Table 2 di bawah ini:

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Hasil TindakanSiklus I

Berdasarkan hasilpengamatan terhadap data dantemuan yang ada dilapangan,hasil yang diperoleh daripelaksanaan penelitian tindakansiklus I berdasarkan hasil

tes, lembar kerja siswa (LKS),observasi, catatan lapangan diketahui bahwahasil belajar IPA dengan menerapkan metodeinkuiri, dapat dilihat persentase observasiaktivitas siswa siklus I pada Tabel 3 di bawahini:

Hasil observasi aktivitas positif dannegatif belajar murid siklus I di atas padaaktivitas positif dalam proses belajar mengajarmenunjukkan nilai rata-rata sebesar 12,25(55,6%) dalam kriteria “Cukup”, sedangkananalisis aktivitas negatif murid dalam prosesbelajar mengajar menunjukkan nilai rata-ratasebesar 4,75 (21,5%) dalam kriteria “Baik”.Dapat dipahami dari hasil pengamatan yangdiperoleh bahwa murid sudah memiliki sikapyang cukup dalam pembelajaran IPA, hanyasaja masih ada yang kurang disiplin dalambekerja kelompok serta kurang teliti dalammelakukan pengamatan, disebabkan karenaperhatian diluar kelas, mengobrol, melamun,dan melakukan pekerjaan/tugas lain, nampakterlihat pada saat proses belajar mengajarberlangsung di kelas.

Sementara pada hasil tespengetahuan belajar IA pada subpokok bahasan perubahan wujudbenda dengn penerapan metodeinkuiri siklus I melalui analisis

Dimensi Indikator ItemPertanyaan

Alat Ukur

Perubahanwujud benda

Wujud Cair 1,2,3,4,5,6 Skala 0-10: salah1: benarNilai tertinggi: 15Nilai terendah: 1

Wujud Padat 7,8,9,10,11,12Wajud Gas 13,14,15

Sumber: KTSP SD Th. Ajaran 2014/2015

Rentang Penilaian (%) Interval Nilai Kriteria73,3 – 100% 11 - 15 Baik40 – 66,6% 6 - 10 Cukup0 – 33,3% 1 - 5 Kurang

Sumber: Sugiyono, 2008

No Aspek Yang Diamati JumlahSiswa

Rata-rata Keterangan

1. Aktivitas positif murid selamaPBMa. Memperhatikan

penjelasan gurub. Keberanian bertanyac. Berpartisipasi dalam

pembelajarand. Termotivasi dan senang

dalam pendekatan inkuiri

17

114

17

77,2

5018,1

77,2

Baik

CukupKurang

Cukup

Jumlah Total 12,25 55,6 Cukup2. Aktivitas negatif murid

selama PBMa. Tidak memperhatikan

penjelasan gurub. Mengobrol dengan

temanc. Mengerjakan tugas laind. Mengganggu teman lain

5

6

35

22,7

27,2

13,622,7

Baik

Baik

Sangat baikCukup

Jumlah Total 4,75 21,5 Baik

Page 71: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

254 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

deskriptif persentase hasil belajar IPA tindakansiklus I dapat dilihat pada Tabel 4 di bawahini:

Hasil tes diataspada Siklus I jumlahtotal skor 198 dengannilai rata-rata kelasyaitu 8,4 (56%) danyang telah mencapaiKKM dengan kriteribaik atau meningkatsebanyak 3 orang(13,6%) dan yangmemiliki kriteriacukup atau kurangmeningkat sebanyak15 orang (68,1%)sedangkan yangmemiliki kriteriakurang atau belummeningkat sebanyak orang (18,1%).

Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa pengetahuan belajar IPA melaluimetode inkuiri kelas V SD Neg. 27 MatekkoKec. Gantarang Kab. Bulukumba pada siklus Imenunjukkan nilai rata-rata kemampuansebesar 8,4 atau sebesar 56% dalam kriteriacukup atau kurang meningkat, begitupun hasilobservasi aktivitas murid dalam proses belajarmengajar di kelas menunjukkan nilai rata-ratasebesar 12,25 atau sebesar 55,6% dalamkriteria cukup, demikian halnya kemampuanguru/peneliti dalam membelajarkan materi IPAkelas V melalui metode inkuri juga dalamkriteria cukup.

Deskripsi Hasil Tindakan Siklus IIBerdasarkan hasil analisis observasi

dan refleksi pada siklus I, maka penelitimelakukan kegiatan penelitian kembali padasiklus II. Ppelaksanaan penelitian tindakansiklus II berdasarkan hasil tes, lembar kerja

siswa (LKS), observasi, catatan lapangandiketahui bahwa hasil belajar IPA denganmenerapkan metode inkuiri. Berikut catatan

observasi aktivitas murid dankemajuan yangdialami oleh muriddalam pembelajaran perubahanwujud benda dalam prosespembelajaran siklus II dapat dilihatpersentase observasi aktivitassiswa pada Tabel 5 di bawah ini:

Hasil observasi aktivitas positif dannegatif belajar murid siklus II pada aktivitaspositif dalam proses belajar mengajarmenunjukkan nilai rata-rata sebesar 18 (81,8%)dalam kriteria “Sangat Baik”, sedangkananalisis aktivitas negatif murid dalam prosesbelajar mengajar menunjukkan nilai rata-ratasebesar 1,5 (6,8%) dalam kriteria “SangatBaik”.

Aktivitas siswa dalam pembelajaranIPA melalui metode inkuiri kelas V SD Neg.27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba,menunjukkan ada peningkatan terlihat aktivitaspositif murid dalam proses belajar mengajarmengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar18 atau sebesar 81,8% dalam kriteria “SangatBaik”. Sedangkan aktivitas negatif muriddalam proses belajar mengajar terjadipenurunan dengan nilai rata-rata sebesar 1,5atau sebesar 6,8%, hal ini menandakan bahwaproses pelaksanaan tindakan siklus II telahmemberikan perubahan yang lebih baik.

Sementara pada hasil tes pengetahuanbelajar IPA pada sub pokok bahasan perubahan

Statistik Nilai Hasil Belajar IPA dengan MetodeInkuiri

Deskriptif Frekuensi PersentaseNilai MinimumNlai maksimumTotal skorNilai rata-rataNilai Interval

Kriteria

5111988,4

11 – 156 – 101 – 5

-

----3154-

33,373,3

-56

13,668,118,1

Cukup

No Aspek Yang Diamati JumlahSiswa

Rata-rata Keterangan

1 Aktivitas positif murid selama PBMa. Memperhatikan penjelasan gurub. Keberanian bertanyac. Berpartisipasi dalam pembelajarand. Termotivasi dan senang dalam

pendekatan inkuiri

2017

15

20

90,977,2

68,1

90,9

Sangat BaikBaik

Baik

Sangat Baik

Jumlah Total 18 81,8 Sangat baik2 Aktivitas negatif murid selama PBM

a. Tidak memperhatikan penjelasanguru

b. Mengobrol dengan temanc. Mengerjakan tugas laind. Mengganggu teman lain

2

3-1

9,09

13,6-

4,5

Sangat Baik

Sangat BaikSangat baikSangat Baik

Jumlah Total 1,5 6,8 Sangat Baik

Page 72: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba Hj. Artati Usmar | 255

wujud benda dengn penerapan metode inkuirisiklus II melalui analisis deskriptif persentasehasil belajar IPA tindakan siklus II dapatdilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

Dari hasil tes diatas pada Siklus IIjumlah total skor 275 dengan nilai rata-ratakelas yaitu 12,5 (83,3%) dan yang telahmencapai KKM dengan kriteri baik ataumeningkat sebanyak 18 orang (81,8%) danyang memiliki kriteria cukup atau kurangmeningkat sebanyak 4 orang (18,1%)sedangkan yang memiliki kriteria kurang ataubelum meningkat tidak ada.

Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa pengetahuan belajar IPA melaluimetode inkuiri kelas V SD Neg. 27 MatekkoKec. Gantarang Kab. Bulukumba pada siklus IImenunjukkan nilai rata-rata kemampuanbelajar IPA sebesar 12,5 atau sebesar 83,3%dalam kriteria sangat baik, begitupun hasilobservasi aktivitas positif murid dalam prosesbelajar mengajar di kelas menunjukkan nilairata-rata sebesar 18 atau sebesar 81,8% dalamkriteria sangat baik, demikian halnyakemampuan guru/peneliti dalammembelajarkan materi IPA kelas V melaluimetode inkuri juga mengalami perubahan danpeningkatan kearah yang lebih baik.

PEMBAHASANSiklus I

Berdasarkan data hasil penelitianterlihat peningkatan hasil belajar siswa padasetiap siklusnya. Tindakan siklus I, nilai rata-rata hasil belajar IPA murid kelas V SD Neg.27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumbasebesar 56,6% dan presentase ketuntasan hasilbelajar murid dalam kriteria baik ataumeningkat sebanyak 3 orang (13,6%),sedangkan hasil belajar murid dalam kriteriacukup atau kurang meningkat sebanyak 15orang (68,1%) sementara hasil belajar muriddalam kriteria kurang atau tidak meningkatsebanyak 4 orang (18,1%).

Hasil observasi aktivitas positif dannegatif belajar murid siklus I pada aktivitaspositif dalam proses belajar mengajarmenunjukkan nilai rata-rata sebesar 12,25

(55,6%) dalam kriteria“Cukup”, sedangkan analisisaktivitas negatif muriddalam proses belajarmengajar menunjukkan nilairata-rata sebesar 4,75(21,5%) dalam kriteria“Baik”. Pengamatan yangdiperoleh bahwa muridsudah memiliki sikap yangcukup dalam pembelajaranIPA, hanya saja masih ada

yang kurang disiplin dalam bekerja kelompokserta kurang teliti dalam melakukanpengamatan, disebabkan karena perhatiandiluar kelas, mengobrol, melamun, danmelakukan pekerjaan/tugas lain, nampakterlihat pada saat proses belajar mengajarberlangsung di kelas. demikian halnyakemampuan guru/peneliti dalammembelajarkan materi IPA kelas V melaluimetode inkuri juga dalam kriteria cukup.

Siklus IIBerdasarkan temuan pada siklus II,

pelaksanaan pembelaranan model inkuiridikatakan cukup memuaskan. Hal tersebutterus ditingkatkan dengan memperbaikikekurangan-kekurangan yang ada pada siklusI, hasil yang diperoleh pada siklus II dalamkriteria baik atau meningkat dengan nilai rata-rata kelas sebesar 83,3%. dan presentaseketuntasan hasil belajar murid dalam kriteriabaik atau meningkat sebanyak 18 orang(81,8%), sedangkan hasil belajar murid dalamkriteria cukup atau kurang meningkat sebanyak4 orang (18,1%) sementara hasil belajar muriddalam kriteria kurang atau tidak meningkattidak ada.

Hasil observasi aktivitas positif dannegatif belajar murid siklus II pada aktivitaspositif dalam proses belajar mengajarmenunjukkan nilai rata-rata sebesar 18(81,8%) dalam kriteria “Sangat Baik””,sedangkan aktivitas negatif murid dalamproses belajar mengajar menunjukkan nilairata-rata sebesar 1,5 atau sebesar 6,8%, hal inimenandakan bahwa proses pelaksanaantindakan siklus II telah memberikan perubahanyang lebih baik.

Dengan demikian dapar refleksikanbahwa hasil observasi dan temuan di kelas Vpada saat pembelajaran berlangsung dari siklus

Statistik Nilai Hasil Belajar IPA dengan Metode InkuiriDeskriptif Frekuensi Persentase

Nilai MinimumNlai maksimumTotal skorNilai rata-rataNilai Interval

Kriteria

111427512,5

11 – 156 – 101 – 5

----

184-

5063,6

-83,381,818,1

-Sangat Baik

Page 73: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

256 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

I dan siklus II telah memberikan perubahandan peningkatan yang lebih baik melaluimetode inkuiri, hal ini terbukti dari hasilcatatan lapangan terkait dengan aktivitas muriddalam proses belajar mengajar dilkelasmenunjukkan selisih penigkatan antara siklusII dan I (18 - 12,25 = 5,75) atau sebesar 26,1%peningkatannya. Sedangkan hasil teskemampuan belajar IPA dari siklus II dansiklus I (12,25 – 8,5 = 4) atau sebesar 18,1%peningkatannya, demikian halnya kemampuanguru/peneliti dalam menyampaikan materiperubahan wujud benda melalui metode inkuirijuga terlihat jauh lebih baik dari tindakansiklus II. Hal ini terlihat pada siklus II inimurid sudah mulai paham dan menunjukkanrespon positif dalam pembelajaran IPA melaluimetode inkuiri sehingga suasana kelas sudahterlihat kondusif, rasa semangat dan senangdalam melakukan percobaan lebih bermaknasetelah dibimbing oleh guru.

Dari hasil penelitian tersebut dapat kitasimpulkan bahwa penerapan pendekataninkuiri dapat meningkatkan hasil belajar danaktivitas siswa. Hal ini didukung oleh pendapatGulo, W (2002:117), menyatakan bahwapenerapan pendekatan inkuiri sebagai suaturangkaian kegiatan belajar yang melibatkansecara maksimal seluruh kemampuan siswauntuk mencari dan menyelidiki secarasistematis, kritis, analisis, sehingga merekadapat merumuskan sendiri penemuannyadengan penuh percaya diri. Karena inkuiriadalah cara penyajian pelajaran untuk memberikesempatan menemukan informasi dengantanpa bantuan guru. Menurut Suryosubroto,(1996:192) Inkuiri adalah suatu penerapanpendekatan yang digunakan dalampembelajaran (fisika/sains) dan mengacu padasalah satu cara untuk mempertanyakan,mencari pengetahuan atau informasi ataumempelajari suatu gejala. Dari berbagaipemahaman yang disampaikan oleh para ahlidapat disimpulkan bahwa secara umum inkuirimerupakan suatu proses pendekatan untukmemperoleh informasi melalui observasi atauInkuiri untuk memecahkan suatu masalah.

SIMPULANBerdasarkan hasil Penelitian Tindakan

Kelas yang dilaksanakan di Kelas V SD Neg.

27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba,dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan metode inkuiri dapatmeningkatkan aktivitas belajar IPA muridSD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab.Bulukumba, hasil nilai rata-rata yangdiperolehan pada siklus I sebesar 12,25point (55,6%) dalam kriteria cukup. Padasiklus II nilai rata-rata yang diperolehsebesar 18 point (81,8%) dalam kriteriasangat baik, secara keseluruhan selisihpeningkatan perolehan nilai rata-rataaktivitas murid antara siklus I dan siklus IIsebesar 5,75 poin atau 26,1%

2. Ada Peningkatan hasil belajar muridmelalui penerapan pendekatan inkuiri dalampembelajaran IPA SD Neg. 27 MatekkoKec. Gantarang Kab. Bulukumba, nilai rata-rata siklus I sebesar 8,5 (56,6%) siswa yangsudah mencapai KKM (13,6%), dan yangbelum mencapai KKM (18,1%), nilai rata-rata pada siklus II sebesar 12,5 (83,3%)murid yang sudah mencapai KKM (81,8%)siswa yang belum mencapai KKM (0%),secara keseluruhan selisih peningkatanperolehan nilai rata-rata hasil belajar antarasiklus I dan siklus II sebesar 4 point atau26,6%

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2007. PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Angga, D. (2002). Pengertian PendekatanInkuiri. Tersedia [online]http://www.Angadidi.blogspot.com.(diakses 10 November 2012)

Dimyati, (2002) . Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta

Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas(Clacroom Action Research). Jakarta:Depdikbud.

Depdiknas. (2003). Pedoman Penulis KaryaIlmiah. Bandung: UPI.

Diknas. (2006). Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Jakarta: Badan StandarNasional Pendidikan.

Gulo, W (2002). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : PT Gramedia Widiasarana

Page 74: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa SD Neg. 27 Matekko Kec. Gantarang Kab. Bulukumba Hj. Artati Usmar | 257

Hamalik, Oe. (2005). Proses BelajarMengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hopkins, dkk. (1993). Metode PenelitianTindakan Kelas Sekolah Dasar : UPIPRESS

Januari, S. (2009) . Pengertian PendekatanInkuiri. Tersedia [online]http://www.Januarisenja.blogspot.com.(diakses 15 November 2012)

Kemmis dan Mc Taggart, Kasbollah.(1997/1998). Penelitian TindakanKelas.Malang : DepartemenPendidikan dan kebudayaan DirektoratJendral Pendidikan Tinggi

Kurniawan, (2008). Pengembangan ModelPembelajaran Inkuiri, Bandung :Yudistira

Mulyasa, E. (2003). Kurikulum BerbasisKompotensi, Konsep, Karakteristikdan Implementasi. Bandung : PTRemaja Rosda Karya

Muslich, Masnur, 2009. Melaksanakan PTK.Jakarta: Bumi Aksara

Nasution, N. et al. ( 1989). Pendidikan IPA diSD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sri Haryati, (2010). Hakikat IPA. Jakarta :Rineka Cipta

Suryosubroto, B. (1996). Proses BelajarMengajar di Sekolah. Jakarta : RinekaCipta

Winata Putra, Udin, dkk. 1998. StrategiBelajar Mengajar. Petunjuk Guru IPA.Jakarta: Depdikbud

Page 75: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

258 | Jurnal Pinisi Research | Volume 4 Nomor 3 Edisi Agustus 2015

Page 76: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Andi BasriLahir di Sinjai 20 Februari1968, putra dari bapakA.Mustawa (almarhum)dan ibu Nurhaedah. Iamenamatkan pendidikandasar di SDN 70Kasuarang Desa ArabikaKecamatan Sinjai Barattahun 1981, SMP Negeri 1Bulukumba tahun 1984,

dan SMA Al’Ittihad Sinjai tahun 1987. Ia melanjutkanpendidikan di IKIP Ujung Pandang program D2Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 1987dan lulus tahun 1989. Ia diterima menjadi PegawaiNegeri Sipil (guru) tahun 1990 yang ditempatkan diSMP Negeri Ulaweng Kabupaten Bone. Sambilmenekuni profesinya sebagai guru, ia melanjutkanpendidikan program S1 di STKIP Bone JurusanBahasa dan Sastra Indonesia. Ia pindah mengajar keSMP Negeri 2 Bulukumpa Kabupaten Bulukumba(sekarang SMP Negeri 39 Bulukumba) sejak tahun2005 sampai sekarang. Kemudian ia melanjutkanpendidikan S2 Program Studi Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia Universitas MuhammadiyahMakassar sejak tahun 2009 dan selesai pada tahun2011. Sekarang telah dikaruniai dua anak yakni FaridFathurrahman dan Fatihah Fauziyah dari pernikahandengan wanita seprofesinya yaitu Dra.Nursiah bintiKaddu. Anak yang pertamanya lahir pada tahum1999, sedangkan anak yang kedua lahir pada tahun2000.

Dra. NursiahDilahirkan di Tanete,Kecamatan BulukumpaKabupaten Bulukumbapada tanggal 27 Februari1965. Penulis merupakananak dari Kaddu dan Hase.Penulis hidup dalamlingkungan keluarga yangsederhana, namun,

senantiasa optimis meraih kesuksesan. Penulis

mulai memasuki pendidikan formal di bangkusekolah dasar di SDN 58 tahun 1972 dan tamat tahun1977. Pada tahun yang sama penulis melanjutkanpendidikan di Tsanawiyah Negeri Tanete dan tamattahun 1981. Selanjutnya melanjutkan pendidikan diPGAN Tanete tahun 81 dan tamat tahun 1984. Padatahun 1984, penulis melanjutkan pendidikan di IAINAlauddin Ujung Pandang Jurusan Pendidikan Agama(Sarjana Muda) dan lulus tahun 1987. Kemudianlangsung melanjutkan untuk tingkat Sarjana (S1) danberhasil tamat pada tahun 1990. Tahun 1993,penulis diterima menjadi Calon Pegawai Negeri Sipildan ditempatkan di SMP Negeri Ulaweng KabupatenBone. Selanjutnya penulis pindah mengajar ke SMPNegeri 6 Bulukumpa Kabupaten Bulukumba(sekarang SMP Negeri 17 Bulukumba) sejak tahun2005 sampai sekarang. Penulis telah menikah sejaktahun 1998 dan sudah dikaruniai dua orang anak.

Muh. Jufri, S. PdLahir di BatuhulangKecamatan BulukumpaKabupaten Bulukumbapada tanggal 12 April 1974, putra dari pasanganAhmad Mappisabbi denganA. Nacirah. Pendidikanformal yang ditempuhadalah menamatkanpendidikan dasar di SDN

224 Salassae tahun 1987, SMP Negeri 2 Bulukumbatahun 1990, dan SMA Negeri 1 Bulukumba tahun1993. Pada tahun 1994 terdaftar sebagi mahaiswaIKIP Ujung Pandang pada Fakultas FMMIPA jurusanPendidikan Matematika dan selesai tahun 1999.Diterima menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil tahun2000 dan ditempatkan di SMP Negeri 5 SinjaiSelatan. Tahun 2006 dipindahtugaskan sebagai gurupada SMA Negeri 10 Bulukumba. Kemudian Tahun2012 sampai sekarang aktif mengajar dan diberikantugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah di SMANegeri 14 Bulukumba. Sekarang ini penulis dalampenyelesaian tugas akhir pada Pasca Sarjana jurusanPendidikan Matematika UNM Makassar.

Biodata Penulis

VOL. 4 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2015

Page 77: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Rajamuddin, S. PdLahir Bonto Peddakabupaten Bulukumbatahun 1965. Penulismerupakan anak darikeluarga sederhanapasangan bapak Sanre danibu Hj. Saoda. Penulismenamatkan pendidikanformal di bangku sekolahdasar tahun 1971.

Menamatkan pendidikan di SMP tahun 1979. TamatSMA tahun 1985. Gelar sarjana diperoleh pada tahun1999. Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil pada SMPPGRI Bulo-bulo tahun 1989. Tahun 1998 dipindahkandi SMP PGRI Bulukumba. Tahun 2002 sampaisekarang aktif mengajar di SMP Negeri 17 Bulukumba.

H. Abd. Rahman, S. PdLahir di Tanete KecamatanBulukumpa tahun 1960,putra dari bapak H.Taherong dan ibu Hj.Melleng. Menamatkanpendidikan dasar di SDN59 Tanete tahun 1973,SMP Negeri 1 Bulukumpatahun 1976, dan SGONegeri Makassar tahun

1980. Diterima menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil(guru) tahun 1982 dan ditempatkan di SDN 58 Tanete.Tahun 1989 dipindahtugaskan sebagai guru padaSDN 60 Tanete Kecamatan Bulukumpa KabupatenBulukumba. Sambil menekuni tugasnya, penulismelanjutkan pendidikan di pada FPOK UNMMakassar tahun 2002 dan selesai tahun 2004.Kemudian Tahun 2011 – 2012 diberikan tugastambahan sebagai Kepala SDN 278 Pakombong.Tahun 2013 sampai sekarang aktif sebagai KepalaSDN 71 Barugae.

Drs. Ramli, M. SiLahir di Bulukumba padatanggal 6 Juni 1968.Penulis merupakan anakdari pasangan bapak Kr.Tahiya dan ibu Kr.Nage.Memasuki jenjangpendidikan dasar pada SDNegeri 82 Palampang padatahun 1976 dan tamat1981. Pada tahun yang

sama melanjutkan pendidikan pada sekolah lanjutantingkat pertama di SMP 2 Bulukumpa di Palampangdan tamat tahun 1994. Selanjutnya melanjutkanpendidikan di SMAN 1 Bulukumpa di Tanete tamattahun 1987. Pada tahun tersebut terdaftar sebagaimahasiswa FPIPS jurusan Pendidkan Geografi IKIPUjung Pandang dan tamat tahun1992. Pada tahun

1995 sd 1999 aktif mengajar di SMA NegeriPasimasunggu kabupaten Selayar. Pada tahun 2000dipindahtugaskan di SMA Negeri 1 Bulukumpa.Mulai tahun 2003 sampai sekarang aktif mengejarsebagi guru geografi di SMA Negeri 10 Bulukumba.

Hj. St. Juwaeriah. S. PdLahir di Kabupaten Gowapada tanggal 12 Juni 1962.Penulis merupakan anakdari pasangan H. Mustaridengan Hatija Dg Kanang.Penulis hidup dalamlingkungan keluarga yangsederhana, namunsenantiasa optimis meraihkesuksesan. Penulis mulai

memasuki pendidikan formal di bangku sekolah dasardi SDN 60 Tanete tahun 1969 dan tamat tahun 1974.Pada tahun yang sama penulis melanjutkanpendidikan di SMP Negeri Tanete dan tamat tahun1977. Selanjutnya melanjutkan pendidikan di SPGNBantaeng dan tamat tahun 1981.Penulis diterimamenjadi Calon Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1982dan ditempatkan di SD Negeri 59 Tanete. Tahun 1995dipindahkan di SDN 58 Tanete. Sambil menekunitugasnya sebagi guru, tahun 2007 penulis melanjutkanpendidikan pada Universitas Terbuka (UT) dan selesai2010 tahun, tahun 2013 sampai sekarang diberikantugas tambahan sebagai kepala SDN 60 Tanete.

Mahsum. S. Pd., M. Pddilahirkan 05 September1970 di Kecamatan UjungBulu KabupatenBulukumba Propinsisulawesi selatan. Anak keenam dari enambersaudara, dari pasanganPatte. S dengan St. Hajrah.Tahun 1983 menyelesaikanpendidikan di SD Negeri

No. 5 Appasarenge Kab. Bulukumba, Tahun 1986menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri I Matajang,tahun 1989 menyelesaikan pendidikan SMAMuhammadiyah di Bulukumba, tahun 1989melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi InstitutKeguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) UjungPandang, Fakulatas Pendidikan Olahraga danKesehatan jurusan pendidikan olahraga. Tahun 1995menyelesaikan pendidikan strata satu (S1), tahun 1996lulus sebagai pegawai negeri sipil (guru pada MANBulukumba), tahun 2004 pindah dan mengabdi padaMadrasah Aliyah Muhammadiyah (MAM)Bulukumba, dan tahun 2005 menjadi kepala (MAM)sampai sekarang, tahun 2008 melanjutkan pendidikanpada Program Pascasarjana Universitas NegeriMakassar, jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahragakhusus Manajemen Olahraga.

Page 78: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

Ambo Upe, S. Pd., M. PdLahir pada tanggal31Desember 1970 daripasangan Baharuddindengan Singkeru,di desaKampiri KecamatanPammana KabupatenWajo. Penulis adalah anakpertama dari limabersaudara. Mengawalijenjang pendidikan formal

pada tahun 1978 di SDNegeri 123 Babassaloe dantamat pada tahun 1985. Melanjutkan studi ke SMPNegeri Kampiri Kabupaten Wajo dan tamat padaTahun 1988. Setelah menyelesaikan Studi di SMPkemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMANegeri Pompanua Kabupaten Bone dan tamat padatahun 1991.Pada tahun 1991melanjutkan studi diJurusan Pendidikan Fisika D3 F.MIPA UNHASMakassar melalui jalur UNPTN. Studi D3diselesaikan penulis pada tahun 1994. Penulismengawali karir sebagai pegawai negeri sipil di SMPNegeri 1 Kayuadi Kabupaten Selayar pada tahun 1995s/d tahun 2003.Kemuadian pada bulam Mei tahun2003 atas permintaan sendiri dimutasi ke SMP Negeri5 Gangking Kabupaten Bulukumba dan bertugassampai pada tahun 2005. Dalam kurung waktutersebut Penulis memulai hidup berumah tanggadengan sorang gadis bernama Surya Ridwan tepatnyapada bulan Februari 1999 sampai sekarang dan telahdikarunia tiga orang anak (Nurul Arya Ramadhani,Aidil Arya Al-Fitra, dan Rahmatul Arya Syahbani).

Di Tahun 2003 Penulis melanjutkan pendidikan S1Jurusan Biologi di STKIP Muhammadiyah Bulukumbadan dapat menyelesaikan kuliah pada tahun 2005.Selanjutnya setelah selesai kuliah bulan Mei 2005 danatas permintaan sendiri pada bulan Agustus 2005Penulis dimutasi ke SMA Negeri 7 bertugas sampaisekarang. Pada tahun 2008 dan 2013 menjadi juara 1pada lomba guru berprestasi dan berdedikasi tingkatKabupaten Bulukumba Jenjang SMA. Pada Tahun2009 Penulis melanjutkan studi kejenjang S2 ProgramPascasarjana Universitas Negeri Makassar padaprogram studi Pendidikan Fisika dan PadaTahun2013Penulis melanjutkan studi kejenjang S3 ProgramPascasarjana Universitas Negeri Makassar padaprogram studi Ilmu Pendidikan..

Hj. Artati UsmarLahir 09 April 1962 diGangking KabupatenBulukumba PropinsiSulawesi Selatan. Tahun1975 menyelesaikanpendidikan di SD NegeriNo. 30 Gattareng Kab.Bulukumba. Tahun 1979menyelesaikan

pendidikan di SMP Negeri I Gantarang. Tahun1982 menyelesaikan pendidikan di SPG NegeriBantaeng. Tahun 1997 melanjutkan pendidikandi Sekolah Tinggi Ilmu PendidikanMuhammadiyah Bulukumba (STKIP). Tahun2010 melanjutkan pendidikan pada ProgramPascasarjana Universitas Indonesia Timur,jurusan Magister Manajemen Pendidikan.

Page 79: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

PEDOMAN PENULISANJURNAL PINISI RESEARCH

1. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa inggris dalam bidang kajian pemerintahandaerah.

2. Substansi artikel diharapkan sejalan dengan panduan penulisan karya ilmiah yang diterbitkan olehBadan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bulukumba.http://[email protected]

3. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang baku, baik, danbenar.

4. Sistematika PenulisanSistematika penjengjangan atau peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan caraberikut :(1) Judul ditulis dengan huruf besar semua, debagian tengah atas pada halaman pertama(2) Sub Bab Peringkat 1 ditulis dengan huruf pertama besar semua di tengah/center(3) Sub Bab Peringkat 2 ditulis dengan huruf besar-kecil rata tepi kiri@ Sistematika artikel hasil penelitian adalah : judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama

dan alamat institusi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata) yang berisi tujuan,metode, dan hasil penelitian; kata kunci (4-5 kata kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul)yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasilpenelitian dan pembahasan; simpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yangdirujuk).

JUDUL (ringkas dan lugas; maksimal 14 kata, hindari kata “analisis”, “studi”, “pengaruh”)Penulis 11 dan Penulis 22

1 Nama instansi/lembaga Penulis 1Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis2 Nama instansi/lembaga Penulis 2Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis(Jika nama instansi penulis 1 dan 2 sama, cukup ditulis satu saja)E-mail penulis 1 dan 2:

Abstract: Abstract in English (125-150 words)Keywords: 4 – 5 words/phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)Kata kunci: 4 – 5 kata/frase

PENDAHULUAN(Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, yang dimasukkan dalamparagraf-paragraf bukan dalam bentk subbab)

VOL. 4 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2015

Page 80: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

METODE PENELITIANSubbab…

HASIL DAN PEMBAHASAN(Hasil adalah gambaranlokus, pembahasan adalah analisisdan interpretasi)Subbab…

SIMPULAN(Simpulan adalah hasil dari pembahasa yang menjawab permasalahan peneliti)

DAFTAR PERTAKA@ Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); dan

alamat instansi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata); kata-kata kunci (4-5 katakunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruanglingkup tulisan; bahasa utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-judul); simpulan; daftarrujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

JUDUL

Penulis

Nama instansi/lembaga penulisAlamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulisE-mail penulis

Abstract: Abstrack in English (125-150 words)Keywords: 4 – 5 words/ phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)

PENDAHULUANPEMBAHASANSIMPULANDAFTAR PUSTAKA

5. Artikel diketik pada kertas ukuran A4 berkualitas baik. Dibuat sesingkat mungkin sesuai dengansubyek dan metode penelitian (bila naskah tersebut ringkasan penelitian), biasanya 20-25 halamandengan spasi satu, untuk kutipan paragraf langsung diindent (tidak termasuk daftar pustaka).

6. Abstrak, ditulis satu paragraf sebelum isi naskah. Abstrak dalam bentuk bahasa yaitu bahasaIndonesia dan bahasa Inggris. Abstrak tidak memuat uraian matematis, dan mencakup esensi utuhpenelitian, metode dan pentingnya temuan dan saran atau kontribusi penelitian.

7. a. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf, contohnya:Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah CSR berpengaruhpositif terhadap nilai perusahaan, (2) Untuk mengetahui apakah persentase kepemilikanmanajemen berperan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara CSR dengan nilaiperusahaan, dan (3) Untuk mengetahui apakah tipe industri berperan sebagai variabelmoderating dalam hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan?

b. Penulisan bullet juga diintegrasikan dengan dalam paragraf dengan menggunakan tanda komapada antarkata/kalimat tanpa bullet.

8. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) sebagai lampiran dicantumkan pada halamansesudah teks. Sedangkan tabel atau gambar baik di dalam naskah maupun bukan harus diberi nomorurut.a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul table diletakkan di atas tabel sedangkan judul

gambar diletakkan di bawah gambar.b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.

Page 81: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabelsedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.

d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang refresentatif.

9. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberinomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar denganbaris tersebut. Contoh:wt = f (yt, kt, wt-1)

10. Keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan symbol sama dengan (=) masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh:

Dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitasmodal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya

11. Perujukan sumber acuan di dalam teks (body teks) dengan menggunakan nama akhir dan tahun.Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengandipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarangaslinya.Contoh: Buiter (2007:459) berpendapat bahwa….. Nuraeni dan Daryoky (1997) menunjukkan adanya….. Yunus dkk (2007) berkesimpulan bahwa….. Untuk meningkatkan perekonomian daerah….. (Rizky, Mentari, dan Agung Mizard, 2009) Indah (2009) berpendapat bahwa…..

12. Setiap kutipan harus diikuti sumbernya (lihat poin no. 11) dan dicantumkan juga dalam daftarpustaka. Contoh:Di dalam paragraf isi (Body Text) ada kutipan:

Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..Maka sumber kutipan tersebut wajib dicantumkan/disebutkan di dalam daftar pustaka:

Buiter, W. H. 2007. The Fiscal Theory of Price Level: A Critique, Economic Journal,112(127):459

13. Sedapat mungkin pustaka-pustaka yang dijadikan rujukan adalah pustaka yang diterbitkan 10tahun terakhir dan diutamakan lebih banyak dari Jurnal Ilmiah (50 persen). Penulis disarankanuntuk merujuk artikel-artikel pada Jurnal-jurnal yang sudah terakreditasi.

14. Unsur yang ditulis dalam daftar pustak secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang,nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) judul buku termasuksubjudul. (4) tempat penerbitan, (5) nama penerbit.Contoh cara penulisan:a. Format rujukan dari buku: Nama pengarang. (tahun). Judul Buku.Edisi Kota penerbit: Nama

Penerbit.Jika penerbit sebagai editor tunggal, ditulis (Ed.) di belakang namanya. Ditulis (Eds.) jikaeditornya lebih dari satu orang. Kemudian bila pengarang lebih dari 3 orang, dituliskan namapengarang pertama dan yang lain disingkat “dkk”(pengarang domestik) atau “et.al” (pengarangasing)

Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. Second edition. New York: John Wiley &Son.Purnomo, Didit (Ed.) 2005. The Role of Macroeconomic Factors in Growth. Surakarta:Penerbit Muhammadiyah University Press

b. Format rujukan dari artikel dalam buku ditulis: Nama Editor (Ed.), (tahun) judultulisan/keterangan, Judul Buku..hlm atau pp. kota penerbit: nama penerbit.

Daryoky (Ed.). 2005. Concept of Fiscal Decentralization and Worldwide Overview (hlm.12-25).Bulukumba: Penerbit Muhammadiyah University Press.

Page 82: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K …balitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol.4... · BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN

c. Format rujukan dari artikel dalam jurnal/majalah/Koran: Nama pengarang (tahun). Judultulisan/karangan. Nama jurnal/majalah/Koran. volume (nomor): halaman. Jika rujukan Korantanpa penulis, nama koran ditulis diawal

Yunus, MC. 2002. The Dilemma of Fiscal Federalism: Grants and Fiscal Performance aroundthe world. Amerirican Economic jurnal. 46(3): 670. Nashville: American EconomicAssociation.

Tridian. 2008. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksana DesentralisasiFiskal Efek. Warta Ekonomi. Vol. 4,. Agustus: 46-48

Harwanto, S. 2007, 13 November, DEsentralisasi Fiskal dan Pembangunan Ekonomi, HarianRadar Bulukumba, hlm,7.

Harian Makassar. 2009, 1 April, Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia hlm, 4.

15. Referensi Online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia:a. Glosarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia:

http://pusatbahasa.diknas.go.id/glosarium/b. Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/c. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD):

http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-BID.PENGEMBANGAN.pdf

Pengiriman Artikel1. Atikel dikirim sebanyak 2 eksemplar hardcopy, dan softcopy berupa file. File bisa dikirim melalui e-

mail [email protected] atau dalam media cd.2. Artikel yang dikirim wajib dilampiri biodata ringkas pendidikan termasuk catatan riwayat karya-

karya ilmiah sebelumnya yang pernah dipublikasikan, institusi dan alamatnya, nomor telepon kontakatau e-mail penulis.

3. Penulis yang menyerahkan artikelnya harus menjamin bahwa naskah yang diajukan tidak melanggarhak cipta, belum dipublikasikan atau telah diterima untuk dipublikasikan oleh jurnal lainnya.

4. Kepastian naskah dimuat atau tidak, akan diberitahukan secara tertulis atau melalui telepon. Artikelyang tidak dimuat tidak akan dikembalikan.

Alamat Jurnal Pinisi Research:Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan KearsipanKabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanJl. Durian No. 2 BulukumbaTelepon/Fax: +62413 81102 / +62413 81102e-mail: [email protected]