Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

28
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya (Effect of Occupational Health and Safety Against TKBM Performance in Terminal Mirah Division PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya) M. Taufik Jurusan Teknika, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah Surabaya Abstrak: Pelabuhan Indonesia III yang menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhanan, memiliki peran kunci untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut, sehingga dengan tersedianya prasarana transportasi laut yang memadai tersebut akan mampu menggerakkan dan menggairahkan kegiatan ekonomi negara dan masyarakat. sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa fasilitas Kepelabuhanan terdiri dari empat Divisi Pelayanan Terminal, yaitu Terminal Mirah, Terminal Jamrud, Terminal Nilam dan Terminal Kalimas. Untuk menunjang kelancaran Bongkar Muat di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak Surabaya, manajemen terus berupaya meningkatkan sumber daya manusia untuk menciptakan pelayanan yang baik terutama dalam pelayanan bongkar muat di Pelabuhan. Tetapi dalam melaksanakan proses bongkar muat tidak sesuai yang diharapkan oleh Divisi Terminal Mirah PT PELINDO III Cabang Tanjung Perak Surabaya, dikarenakan sering terjadi TKBM yang tidak mengikuti prosedur Kesehatan dan Keselamatan kerja dengan tidak memakai standar prosedur alat pelindung diri. Sehingga dapat menyebabkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi terhadap TKBM, kejadian tersebut di karenakan kurang kedisiplinan dari masing-masing TKBM dan pengawasan kurang secara optimal. Tujuan Penelitian, menganalisis pengaruh secara simultan dan secara parsial Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap, peraturan dan prosedur, komunikasi dan kompetensi karyawan, lingkungan kerja dan keterlibatan karyawan dalam terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap variabel terikat yaitu kinerja TKBM. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu kesehatan dan keselamatan kerja mampu menjelaskan variabel terikat yaitu kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Hasil pengujian secara parsial sebagai berikut, Komitmen top manajemen terhadap berpengaruh secara parsial terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Peraturan dan prosedur berpengaruh secara parsial terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah 84

Transcript of Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

Page 1: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya

(Effect of Occupational Health and Safety Against TKBM Performance in Terminal Mirah Division PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya)

M. TaufikJurusan Teknika, Program Diploma Pelayaran,

Universitas Hang Tuah Surabaya

Abstrak: Pelabuhan Indonesia III yang menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhanan, memiliki peran kunci untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut, sehingga dengan tersedianya prasarana transportasi laut yang memadai tersebut akan mampu menggerakkan dan menggairahkan kegiatan ekonomi negara dan masyarakat. sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa fasilitas Kepelabuhanan terdiri dari empat Divisi Pelayanan Terminal, yaitu Terminal Mirah, Terminal Jamrud, Terminal Nilam dan Terminal Kalimas. Untuk menunjang kelancaran Bongkar Muat di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak Surabaya, manajemen terus berupaya meningkatkan sumber daya manusia untuk menciptakan pelayanan yang baik terutama dalam pelayanan bongkar muat di Pelabuhan. Tetapi dalam melaksanakan proses bongkar muat tidak sesuai yang diharapkan oleh Divisi Terminal Mirah PT PELINDO III Cabang Tanjung Perak Surabaya, dikarenakan sering terjadi TKBM yang tidak mengikuti prosedur Kesehatan dan Keselamatan kerja dengan tidak memakai standar prosedur alat pelindung diri. Sehingga dapat menyebabkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi terhadap TKBM, kejadian tersebut di karenakan kurang kedisiplinan dari masing-masing TKBM dan pengawasan kurang secara optimal. Tujuan Penelitian, menganalisis pengaruh secara simultan dan secara parsial Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap, peraturan dan prosedur, komunikasi dan kompetensi karyawan, lingkungan kerja dan keterlibatan karyawan dalam terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap variabel terikat yaitu kinerja TKBM. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu kesehatan dan keselamatan kerja mampu menjelaskan variabel terikat yaitu kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Hasil pengujian secara parsial sebagai berikut, Komitmen top manajemen terhadap berpengaruh secara parsial terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Peraturan dan prosedur berpengaruh secara parsial terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Komunikasi dan kompetensi karyawan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Lingkungan kerja berpengaruh secara parsial terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Keterlibatan karyawan dalam, berpengaruh secara parsial terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya.Kata kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kinerja TKBM

Abstract: PT. Pelindo III is running its core business as a provider of port service facilities, has a key role to ensure continuity and smooth running of sea transport, so that with the availability of adequate sea transport infrastructure will be able to move and stimulate the country's economy and society. as a company engaged in the field of facility services Ports consists of four Terminal Services Division, namely Terminal Mirah, Terminal Jamrud, Terminal Nilam and Terminal Kalimas. To support the smooth loading and unloading at the Terminal Division of Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III Tanjung Perak Surabaya branch continues to improve its management of human resources to create good service, especially in the service of loading and unloading in the port. But in carrying out the loading and unloading process is not as expected by Mirah Terminal Division PT. Pelindo III Branch of Tanjung Perak Surabaya, due to frequent TKBM that do not follow health and safety procedures do not work with standard procedures wear personal protective equipment. So can lead to a high risk for accidents to TKBM, the incident in because of lack of discipline of each TKBM and optimally less supervision. Objective, to analyze the effect of simultaneously and partially Health and Safety at Work which consists of top management's commitment, regulations and procedures, communication and

84

Page 2: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

M. Taufik: Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM … 85

competence of employees, work environment and employee involvement in the performance TKBM in loading and unloading activities at the Container Terminal Mirah Division PT , Pelindo III Surabaya.Analysis of the data in this study using multiple linear regression analysis, to determine the influence of the independent variables are Health and Safety at Work on the dependent variable is the performance TKBM. Simultaneous testing results showed that the independent variables are the health and safety at work are able to explain the dependent variable is the performance TKBM in loading and unloading activities at the Container Terminal Mirah Division PT. Pelindo III Surabaya. Partial test results below, top management's commitment to the partial effect on the performance of TKBM in loading and unloading activities at the Container Terminal Division Mirah PT. Pelindo III Surabaya. Regulations and procedures partial effect on the performance of TKBM in loading and unloading activities at the Container Terminal Mirah Division PT. Pelindo III Surabaya. Communication and employee competency partial effect on the performance of TKBM in loading and unloading activities at the Container Terminal Mirah Division PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Work environment partial effect on the performance of TKBM in loading and unloading activities at the Container Terminal Mirah Division PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Employee involvement in the partial effect on the performance of TKBM in loading and unloading activities at the Container Terminal Mirah Division PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya.Keywords: Occupational Health and Safety, Performance TKBM

Alamat korespondensi:M. Taufik, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah, Jalan A. R. Hakim 150, Surabaya. e-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia dalam perkembangannya semula menetapkan konsep 4 gateway port yaitu Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Makassar. Akan tetapi hal tersebut belum sempat diimplementasikan, hingga pada perkembangan terakhir ini ada 112 pelabuhan Indonesia yang terbuka untuk perdagangan luar negeri, sehingga akhirnya memiliki 112 pintu gerbang.

Operasi pelabuhan secara fundamental meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang, dan atau barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra dan antar moda. Seperti halnya pada Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang memiliki peranan penting terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan dan kondisi pekerja. (Simanjuntak, 1994). Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya atau tempat kerja tersebut (Ridley, J. 1983). Tetapi dalam melaksanakan proses bongkar muat tidak sesuai yang diharapkan oleh Divisi Terminal Mirah PT PELINDO III Cabang Tanjung Perak Surabaya, dikarenakan sering terjadi TKBM yang tidak mengikuti prosedur Kesehatan dan Keselamatan kerja dengan tidak memakai standar prosedur alat pelindung diri. Sehingga dapat menyebabkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi terhadap TKBM, kejadian tersebut dikarenakan kurang kedisiplinan dari masing-masing TKBM dan pengawasan kurang secara optimal.Rumusan Masalah1. Apakah Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), per-

Page 3: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

86 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 1, September 2014

aturan dan prosedur K3 (X2), komu-nikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) secara si-multan berpengaruh terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya?

2. Apakah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), per-aturan dan prosedur K3 (X2), komu-nikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) secara par-sial berpengaruh terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya?

3. Variabel bebas manakah yang mem-berikan pengaruh dominan terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan In-donesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya?

Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui pengaruh secara

simultan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang terdiri dari komit-men top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tan-jung Perak Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), per-aturan dan prosedur K3 (X2), komu-nikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan

karyawan dalam K3 (X5) terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan In-donesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

3. Untuk mengetahui variabel bebas yang memberikan pengaruh dominan terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tan-jung Perak Surabaya.

Landasan TeoriPengertian Pelabuhan

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Sedangkan pengertian kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001, yang ditetapkan oleh presiden pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan peran dalam penyelenggaraan kepelabuhanan dan ditata serta diatur kembali agar sejalan dengan otonomi daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2001 No. 127 ).

Page 4: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

M. Taufik: Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM … 87

Fungsi PelabuhanFungsi sebuah pelabuhan paling

tidak ada empat, yaitu sebagai tempat pertemuan (interface), gapura (gateway), entitas industri, dan mata rantai transportasi.a. Tempat Pertemuan (Interface)

Pelabuhan merupakan tempat pertemuan dua moda transportasi utama, yaitu darat dan laut serta berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang-barang yang diangkut dengan kapal laut akan dibongkar dan dipindahkan ke angkutan darat seperti truk atau kereta api dan sebaliknya, barang-barang yang diangkut dengan truk atau kereta api di pelabuhan dibongkar atau dimuat ke kapal, maka di pelabuhan akan berdiri bank untuk melayani pelayaran maupun kegiatan ekspor dan impor. Pelabuhan merupakan tempat bagi instansi Bea Cukai untuk memungut bea masuk. Di pelabuhan, syahbandar akan memeriksa keselamatan pelayaran.

b. Gapura ( Gateway)Pelabuhan berfungsi sebagai gapura atau pintu gerbang suatu negara. Warga negara dan barang-barang dari negara asing yang memiliki pertalian ekonomi masuk ke suatu negara akan melewati pelabuhan tersebut. Sebagai pintu gerbang negara, citra negara sangat ditentukan oleh baiknya pelayanan, kelancaran serta kebersihan di pelabuhan tersebut. Pelayanan kebersihan di pelabuhan merupakan cermin negara yang bersangkutan.

c. Entitas industri Dengan berkembangnya industri yang berorientasi ekspor maka fungsi pelabuhan menjadi sangat penting. Dengan adanya pelabuhan hal itu akan memudahkan industri mengirim produknya dan mendatangkan bahan baku. Dengan demikian, pelabuhan berkembang menjadi suatu jenis industri sendiri yang menjadi ajang

bisnis berbagai jenis usaha, mulai dari transportasi, perbankan, perusahaan leasing peralatan, dan sebagainya.

d. Mata Rantai TransportasiPelabuhan merupakan bagian dari rantai transportasi. Di pelabuhan berbagai moda trasnportasi bertemu dan bekerja. Pelabuhan laut merupakan satu titik mata rantai angkutan darat dengan angkutan laut. Orang dan barang yang diangkut dengan kereta api bisa diangkut mengikuti rantai transportasi dengan menggunakan kapal laut. Selain itu, sarana pendukung seperti perahu kecil dan tongkang akan sangat membantu kelancaran aktivitas pelabuhan sebagai salah satu mata rantai transportasi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Setiap orang yang bekerja, oleh perusahaan dikembangkan kemampuannya, diberikan kompensasi yang adil dan layak serta dipenuhi keinginan karyawan dan organisasi, berarti telah diperoleh karyawan yang cakap, mampu, dan mau melakukan kerja sama. Oleh karena itu, selayaknya dilakukan pemeliharaan terhadap karyawan-karyawan tersebut. Pemeliharaan berarti mempertahankan mereka agar tetap mau bersama organisasi dan memelihara sikap kerja sama dan kemampuan kerja. Program-program pelayanan (Employee Service) akan membantu memelihara sikap para karyawan. Program-program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat memberikan kondisi kerja yang lebih aman dan lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas kerja.

Sastrohadiwiryo (2003:47), Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan

Page 5: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

88 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 1, September 2014

Kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang ditanda tangani pengusaha atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen, dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan operasional.

Mathis dan Jackson (2002:245), menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Dalam lingkungan kerja dimanapun masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah penting. Karena bagaimanapun juga manusia menginginkan dua hal itu ada dan sanggup mengorbankan apa saja asal dapat sehat dan selamat.

Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000:6), mengartikan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Sehat berarti bahwa selama pengoperasiannya, pabrik itu tidak membawa dampak-dampak negatif yang baik secara langsung atau tidak langsung merugikan kesehatan dari pekerja, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan yang dimaksud dengan aman yaitu bahwa selama pengoperasiannya, pabrik tersebut bisa meminimalkan atau meniadakan kemungkinan terjadinya kecelakaan pada diri pekerja, rusaknya barang dan peralatan pabrik dan kondisi yang berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Schuler dan Susan E. Jackson (1999:222), menjelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga

kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Suma’mur (1994:2), menjelaskan tentang keselamatan dan kesehatan kerja bahwa, “Cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh daripada tenaga kerja”. Lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur penyediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma higiene perusahaan dan kesehatan kerja untuk mencegah penyakit, baik sebagai akibat pekerjaan maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.

Jadi disini keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam penerapannya oleh perusahaan harus sesuai dengan situasi serta kondisi karyawan di perusahaan, karena melalui sikap yang ditimbulkan dari interaksinya baik terhadap peralatan maupun lingkungannya apabila kurang perhatian dan dukungan pimpinan perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka akan sangat mungkin menimbulkan kecelakaan kerja serta produktivitas kerja karyawan yang menurun.

Tujuan dan Sasaran Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja ini untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani maupun keutuhan keadaan rohani manusia atau karyawan untuk kelangsungan dalam proses produksi dalam perusahaan. Dan tujuan dari adanya keselamatan dan kesehatan kerja menurut Anwar (2001:162), antara lain:a) Pencegahan terjadinya kecelakaan

kerja.b) Pencegahan terjadinya penyakit aki-

bat kerja.

Page 6: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

M. Taufik: Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM … 89

c) Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya kematian akibat kecelakaan akibat kerja.

d) Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat kerja.

e) Pengaman material, konstruksi, bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat.

f) Peningkatan produktivitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja yang tinggi.

g) Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber produksi lainnya sewaktu bekerja.

h) Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, aman, dan nyaman.

i) Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan pembangunan.

Lain lagi dengan Siswanto (2003:45), tujuan dan sasaran manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah “Menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif”.Veithzal (2004:412), menyebutkan bahwa tujuan dan pentingnya keselamatan kerja meliputi :1. Manfaat lingkungan kerja yang aman

dan sehat akan menghasilkan meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang, meningkatnya efisiensi dan kualitas karyawan yang lebih berkomitmen, menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi, menurunnya pengajuan klaim, fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan, serta rasio seleksi karyawan yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

2. Kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat, sebab jumlah biaya yang besar sering muncul karena ada kerugian-kerugian akibat kematian dan kecelakaan di tempat kerja serta kerugian menderita penyakit-penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan.

Sedangkan menurut komite bersama ILO dan WHO, kesehatan kerja bertujuan untuk :a. Meningkatkan dan memelihara derajat

kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun sosial untuk semua lapangan pekerjaan.

b. Mencegah timbulnya gangguan kese-hatan yang disebabkan oleh kondisi kerja (working condition).

c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan (health hazards) yang tim-bul akibat pekerjaan.

d. Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik, tubuh dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.

Ahli keselamatan kerja, Willie Hammer mengatakan, bahwa perlunya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja karena tiga alasan pokok, yaitu

1. Moral, alasan para manajer perusa-haan menyelenggarakan upaya pence-gahan kecelakaan pertama kali adalah atas dasar kemanusiaan. Hal ini di-lakukan semata-mata untuk mem-peringan penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kece-lakaan.

2. Hukum, adanya berbagai undang-un-dang yang mengatur tentang kesela-matan kerja dan hukuman atau sanksi terhadap pihak-pihak yang tidak melaksanakannya menjadi sebab pe-rusahaan menaruh perhatian terhadap keselamatan kerja.

Page 7: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

90 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 1, September 2014

3. Ekonomi, karena biaya yang harus dipikul perusahaan cukup tinggi meskipun kecelakaan yang terjadi ke-cil. Hal ini disebabkan karena adanya biaya langsung maupun biaya tersem-bunyi yang timbul ketika kecelakaan ini terjadi.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dengan mengetahui syarat-syarat keselamatan kerja, maka dilanjutkan dengan tindakan atau implementasi yang efektif untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja melalui penyusunan program-program keselamatan dan kesehatan kerja. Fungsi-Fungsi Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Payaman (2003:164), mengatakan bahwa manajemen keselamatan dan kesehatan kerja melakukan fungsi-fungsi manajemen secara utuh, yaitu :1. Menyusun rencana kerja pencegahan

dan mengatasi kasus kecelakaan dan penyakit kerja.

2. Menyusun organisasi keselamatan dan kesehatan kerja dan menyediakan alat perlengkapannya.

3. Melaksanakan berbagai program termasuk antara lain :a) Menghimpun informasi dan data

kasus kecelakaan kerja.b) Mengidentifikasi sebab-sebab

kasus kecelakaan kerja.c) Menganalisa dampak kecelakaan

kerja bagi karyawan sendiri, pengusaha, dan masyarakat.

d) Merumuskan saran-saran bagi pemerintah, pengusaha, dan karyawan untuk menghindari kecelakaan kerja.

e) Memberikan saran mengenai sistem kompensasi atau santunan bagi mereka yang menderita kecelakaan kerja.

f) Merumuskan sistem dan sarana pengawasan, pengamanan lingkungan kerja, pengukuran

tingkat bahaya, serta kampanye menumbuhkan kesadaran dan tingkat penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Melakukan pengawasan program.

Syarat-syarat dan Unsur-unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam Undang-undang no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Bab III pasal 3 disebutkan, bahwa syarat keselamatan kerja adalah untuk:

1. Mencegah dan menguragi kece-lakaan.

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu ke-bakaran atau kejadian lain yang berbahaya.

5. Memberi pertolongan pada kece-lakaan.

6. Memberi alat perlindungan pada para pekerja.

7. Mencegah dan mengendalikan tim-bul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan tim-bulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun non fisik, keracunan, infeksi, dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

11. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

12. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja.

13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tana-man, atau barang.

Page 8: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

M. Taufik: Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM … 91

14. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

15. Mengamankan dan memelihara bongkar muat, perlakuan dan peny-impangan barang.

16. Mencegah terkena aliran listrik.17. Menyesuaikan dan menyempur-

nakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya bertam-bah tinggi.

Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Seperti yang kita ketahui bahwa peraturan perundang-undangan di Indonesia menngacu pada induknya, yaitu UUD 19945, khususnya pasal 27 ayat 2, yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, mendapat upah yang cukup dan memungkinkan pekerja berada dalam kondisi yang sehat dan selamat, bebas kecelakaan, dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup yang layak sesuai martabat manusia.

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keselamtan dan kesehatan kerja merupakan dasar dalam menentukan langkah-langkah pengendalian bahaya-bahaya yang timbul akibat lingkungan kerja yang membahayakan baik fisik, mental, maupun sosial adalah :1. Undang-ndang no. 14 tahun 1969 ten-

tang ketentuan pokok mengenai kete-nagakerjaan.Di dalam undang-undang ini disebutkan bahwa tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus dijamin haknya dan diatur kewajibannya serta dikembangkan daya gunanya. Khususnya dalam hal pembinaan perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam bab IV pasal 9 dan pasal 10.

2. Undang-undang no. 1 tahun1970 ten-tang keselamatan kerja dimana di-dalamnya memuat aturan-aturan dasar

atau ketentuan-ketentuan umum ten-tang keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala tempat, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Terdiri dari 11 pasal dan 22 ayat.

3. Undang-undang no. 3 tahun 1969 ten-tang persetujuan konvensi ILO no. 120, mengenai higiene dalam pernia-gaan dan kantor-kantor. Materi yang diatur dalam konvensi ini meliputi ke-bersihan, ventilasi, suhu, tempat mengganti dan menyimpan pakaian, penggunaan alat perlindungan diri, kegaduhan serta getaran, dan seba-gainya.

4. Undang-undang no. 1 tahun 1951 ten-tang pernyataan berlakunya Undang-undang kerja tahun 1948 no. 12, di-dalam penjelasannya dikatakan bahwa Undang-undang pokok lexgeneralis, memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan wanita, waktu kerja dan istirahat, tem-pat kerja. Khusus untuk wanita pada dasarnya tidak dilarang melakukan pekerjaan, tetapi hanya dibatasi berdasarkan pertimbangan bahwa, wanita lemah badannya serta untuk menjaga kesehatannya dan kesusi-laannya.

5. Undang-undang no. 3 tahun 1992 ten-tang Jamsostek, dikeluarkannya un-dang-undang tersebut dimaksudkan untuk memberikan perlindungan jami-nan sosial kepada setiap tenaga kerja melalui mekanisme asuransi, meliputi: jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan pemeliharaan kesehatan.

6. Keputusan Presiden no. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Di dalam per-aturan ini tercantum berbagai jenis penyakit yang ada kaitannya dengan hubungan kerja.

7. Peraturan pemerintah no. 14 tahun 1993 tentang penyelenggaraan pro-

Page 9: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

92 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 1, September 2014

gram Jamsostek. Dalam peraturan ini, peranan dokter penasehat banyak menentukan besarnya derajat keca-catan serta dalam upaya pelayanan ke-sehatan kerja.

Kinerja KaryawanDefinisi kinerja dalam model

harapan adalah persepsi individu, bahwa upaya yang mereka keluarkan mengarah ke suatu evaluasi yang mendukung dan evaluasi yang mendukung itu akan menghasilkan imbalan yang mereka hargai.

Mengikuti model harapan dari motivasi, jika harapan yang diharapkan karyawan untuk dicapai tidak jelas, jika kriteria untuk pengukuran sasaran tersebut samar-samar, dan jika karyawan itu kekurangan keyakinan diri bahwa upaya mereka akan mengarah ke penilaian yang memuaskan mengenai kinerja mereka atau meyakini bahwa akan ada pembayaran yang tidak memuaskan oleh organisasi bila sasaran kinerja mereka tercapai, kita dapat mengharapkan bahwa individu-individu akan bekerja cukup jauh dibawah potensial mereka.

Timpe (1992) dalam Riyadi (2011:40) menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat prestasi seseorang atau karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan yang dapat meningkatkan produktifitas.

Menurut Suprihanto (2003:7) "Setiap kegiatan yang dilakukan karyawan pasti menghasilkan sesuatu tetapi sesuatu sebagai hasil kegiatan tersebut belum tentu merupakan kinerja yang diharapkan suatu badan usaha untuk itu badan usaha menetapkan standar kinerja karyawan agar tujuan dapat tercapai".

Arfah dan Anshori (2005:379) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan hasil dari suatu proses atau aktifitas pada fungsi tertentu yang dilaksanakan oleh seseorang baik sebagai individu maupun sebagai

anggota dari suatu kelompok atau organisasi pada periode tertentu berdasarkan standar yang telah ditetapkan, dan hasilnya dapat dinikmati sendiri maupun oleh kelompok dalam perusahaan.

Gomes, et.al. (2000:34) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.

Indikator-Indikator Yang Membentuk Kinerja

Menurut Arfah dan Anshori (2005:379) bahwa kinerja karyawan diukur dengan menggunakan 5 indikator, antara lain: Kuantitas, yaitu jumlah produk/hasil pekerjaan karyawan yang dihasilkan dari target yang ditetapkan, kesesuaian dengan yang diharapkan, dan jumlah kesalahan minimum dari pekerjaan. Kualitas, yaitu tingkat kecermatan, ketelitian, ketepatan, kecepatan karyawan dalam menggunakan cara kerja, ketekunan, kecakapan, inisiatif, dan lainnya. Ketepatan Waktu, yaitu pencapaian target waktu produksi barang/ jasa yang dihasilkan karyawan dikaitkan standar dan ketuntasan hasil kerja yang dibebankan. Keefektifan Biaya, yaitu sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi (teknologi dan material) yang digunakan oleh karyawan secara optimal dalam rangka mengefektifkan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Pengawasan, yaitu merupakan suatu kondisi dimana kinerja karyawan meningkat dalam perusahaan sebagai akibat adanya fungsi pengawasan/supervisor yang efektif, sehingga tidak saja dapat mengontrol, tetapi juga mendorong karyawan untuk menghasilkan pekerjaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Page 10: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

M. Taufik: Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM … 93

Hubungan Keselamatan dan Keamanan Kerja Dengan Kinerja TKBM

Sistem keselamatan kerja yang menciptakan suatu tata rumah tangga yang baik akan membuat kondisi yang menimbulkan rasa aman dan sikap hati-hati karyawan. Penggunaan alat pelindung diri dan alat pengaman pada mesin atau tempat berbahaya akan menciptakan rasa aman dalam bekerja. Penanganan kecelakaan dengan baik, disalurkannya keluhan karyawan dan peningkatan sistem kerja akan membawa saling pengertian dan hubungan serasi antara pengusaha dan tenaga kerja, kondisi tersebut akan dapat meningkatkan semangat dan gairah kerja.

Maslow menyatakan bahwa kebutuhan yang dirasakan seseorang akan mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan itu dengan perilakunya. Apabila kebutuhan pada suatu tingkat telah terpenuhi maka ia akan berusaha untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi lagi tingkatannya. Dengan demikian kebutuhan yang telah terpenuhi tidak lagi memotivasi seseorang, tapi kebutuhan yang lebih tinggi yang kemudian menjadi motivasinya. Jika kebutuhan fisiologis sudah dapat dipenuhi, maka yang dapat memotivasi karyawan adalah dengan memenuhi kebutuhan akan rasa amannya. Dengan pemenuhan kebutuhan ini diharapkan karyawan akan lebih giat dan semangat dalam melakukan pekerjaannya.

Hipotesis Penelitian1. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Keamanan Kerja secara parsial mem-punyai pengaruh yang signifikan ter-hadap Produktivitas Karyawan pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tan-jung Perak Surabaya di Surabaya.

2. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Keamanan Kerja secara serempak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Produktivitas Karyawan pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Ca-bang Tanjung Perak Surabaya.

METODE PENELITIANDefinisi operasional variabel-

variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) (X) adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman, baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan, maupun bagi masyarakat dan lingkun-gan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (X) dibentuk oleh 5 di-mensi antara lain :a. Komitmen Top Manajemen Ter-

hadap K3 (X1). Indikator yang di-gunakan adalah :- Perusahaan memberikan prioritas utama ter-hadap masalah K3.- Perusahaan memberikan pelatihan tentang K3 pada karyawan.

b. Peraturan dan Prosedur K3 (X2). Indikator yang digunakan adalah:- Peraturan dan prosedur K3 mu-

dah dimengerti dan diterapkan oleh karyawan.

- Ada sanksi terhadap pelanggaran prosedur K3.

c. Komunikasi dan Kompetensi Karyawan (X3). Indikator yang di-gunakan adalah :- Adanya komunikasi yang baik

antara karyawan dengan sesama karyawan dan dengan atasan.

- Karyawan mampu melakukan pekerjaannya dengan cara yang aman.

d. Lingkungan Kerja (X4). Indikator yang digunakan sebagai penguku-ran adalah :- Karyawan tidak bosan dengan

pekerjaannya yang berulang-ulang.

Page 11: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

94 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 1, September 2014

- Karyawan puas dengan kea-manan lingkungan kerja (alat pengaman, kebersihan dan penc-ahayaan).

e. Keterlibatan Karyawan dalam K3 (X5). Indikator yang digunakan se-bagai pengukuran adalah :- Karyawan dilibatkan dalam

perencanaan program K3.- Karyawan melaporkan, jika ter-

jadi kecelakaan atau situasi yang bahaya.

2. Kinerja Karyawan (Y) adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Menurut Arfah dan Anshori (2005: 379), bahwa indikator untuk mengukur Kinerja Karyawan (Y) meliputi :

- Kuantitas, yaitu jumlah produk/hasil pekerjaan karyawan yang di-hasilkan dari target yang ditetap-kan, kesesuaian dengan yang di-harapkan, dan jumlah kesalahan minimum dari pekerjaan.

- Kualitas, yaitu tingkat kecermatan, ketelitian, ketepatan, kecepatan karyawan dalam menggunakan cara kerja, ketekunan, kecakapan, inisiatif, dan lainnya.

- Ketepatan waktu, yaitu pencapaian target waktu produksi barang/ jasa yang dihasilkan karyawan dikaitkan standar dan ketuntasan hasil kerja yang dibebankan.

- Keefektifan biaya, yaitu sejauh mana penggunaan sumber daya or-ganisasi (teknologi dan material) yang digunakan karyawan secara optimal dalam rangka mengefek-tifkan biaya perusahaan.

- Pengawasan, yaitu suatu kondisi dimana kinerja karyawan meningkat dalam perusahaan seba-gai akibat adanya fungsi pen-gawasan/supervisor yang efektif.

Pengukuran VariabelPengukuran data menggunakan

skala likert, populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan bagian bongkar muat petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 96 responden. Analisis data dengan menggunakan Regresi Linier Berganda.

HASIL PENELITIANDari hasil pengolahan data

diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut.Y = 0 + 1X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5 X5 + eiY = 0,266 + 0,485 X1 + 0,213 X2 + 0,544 X3 + 0,317 X4 + 0,363 X5

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Konstanta (0) sebesar 0,266

menunjukkan besarnya pengaruh komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) terhadap kinerja TKBM (Y), artinya apabila variabel bebas tersebut sama dengan nol atau konstan, maka diprediksikan kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya naik sebesar 0,266 satuan.

2. Koefisien regresi (1) untuk variabel komitmen top manajemen terhadap K3 (X1) sebesar 0,485, berarti jika komitmen top manajemen terhadap K3 (X1) mengalami kenaikan 1 sat-uan, maka kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan mengalami kenaikan sebesar 0,485 satuan. Dengan anggapan

Page 12: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

M. Taufik: Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM … 95

variabel peraturan dan prosedur K3 (X2), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) konstan.

3. Koefisien regresi (2) untuk variabel peraturan dan prosedur K3 (X2) sebesar 0,213, berarti jika peraturan dan prosedur K3 (X2) mengalami kenaikan 1 satuan, maka kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan mengalami kenaikan sebesar 0,213 satuan. Dengan anggapan komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkun-gan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) konstan.

4. Koefisien regresi (3) untuk variabel komunikasi dan kompetensi karyawan (X3) sebesar 0,544, berarti jika komunikasi dan kompetensi karyawan (X3) mengalami kenaikan 1 satuan, maka kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan mengalami kenaikan sebesar 0,544 satuan. Dengan anggapan variabel komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) konstan.

5. Koefisien regresi (4) untuk variabel lingkungan kerja (X4) sebesar 0,317, berarti jika lingkungan kerja (X4) mengalami kenaikan 1 satuan, maka kinerja TKBM (Y) pada Divisi Ter-minal Mirah PT. Pelabuhan Indone-sia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan mengalami ke-naikan sebesar 0,317 satuan. Den-gan anggapan variabel komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), ko-munikasi dan kompetensi karyawan

(X3) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) konstan.

6. Koefisien regresi (5) untuk variabel keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) sebesar 0,363, berarti jika keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) mengalami kenaikan 1 satuan, maka kinerja TKBM (Y) pada Di-visi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tan-jung Perak Surabaya akan men-galami kenaikan sebesar 0,363 sat-uan. Dengan anggapan variabel komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3) dan lingkungan kerja (X4) konstan.

Pengujian HipotesisUntuk membuktikan kebenaran

dari hipotesis yang peneliti ajukan maka perlu diadakan pengujian hasil analisa tersebut dengan menggunakan uji F dan uji t yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) secara simultan (bersamaan) terhadap variabel terikat yaitu kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya. Karena Fhitung (29,965) > Ftabel (2,32) maka H0

ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) secara simultan (bersamaan) berpengaruh signifikan

Page 13: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

96 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 1, September 2014

terhadap kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

Karena thitung (4,449) > ttabel

(1,986) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial komitmen top manajemen terhadap K3 (X1) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

Karena thitung (2,188) > ttabel

(1,986) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial peraturan dan prosedur K3 (X2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

Karena thitung (5,022) > ttabel

(1,986) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial komunikasi dan kompetensi karyawan (X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

Karena thitung (3,388) > ttabel

(1,986) maka Ho ditolak dan Hi diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial lingkungan kerja (X4) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

Karena thitung (3.839) > ttabel (1,986) maka Ho ditolak dan Hi diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial keterlibatan karyawan dalam K3 (X5)

mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja TKBM (Y) pada Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

PEMBAHASANBerdasarkan hasil uji hipotesis

menggunakan uji F, menunjukkan adanya pengaruh secara simultan antara variabel bebas yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) (X) yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) secara simultan (bersamaan) terhadap variabel terikat yaitu kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya, terbukti dengan nilai Fhitung (29.965) > Ftabel (2,32).

Hal ini dapat diartikan bahwa jika pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang diberikan kepada karyawan semakin baik, maka kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin tinggi. Sebaliknya jika pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang diberikan kepada karyawan semakin jelek, maka kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin rendah.

Dalam hubungan secara simultan dihasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 62,5% dari data yang ada menunjukkan bahwa kelima kesehatan dan keselamatan kerja (K3) (X) yang terdiri dari komitmen top manajemen terhadap K3 (X1), peraturan dan prosedur K3 (X2), komunikasi dan kompetensi karyawan (X3), lingkungan

Page 14: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

M. Taufik: Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM … 97

kerja (X4) dan keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) mampu menjelaskan variabel terikat yaitu yaitu kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya, sedangkan sisanya sebesar 37,5% dipengaruhi oleh variabel bebas lain di luar model.

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t diketahui bahwa secara parsial komitmen top manajemen terhadap K3 (X1) berpengaruh secara signifikan positif terhadap kinerja TKBM (Y) dengan nilai thitung (4,449) > ttabel (1,986). Hal ini dapat diartikan bahwa komitmen top manajemen terhadap K3 (yang meliputi Perusahaan memberikan prioritas utama terhadap masalah K3 dan Perusahaan memberikan pelatihan tentang K3 pada karyawan) memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya. Jika komitmen top manajemen terhadap K3 semakin bagus, maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika komitmen top manajemen terhadap K3 semakin jelek maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin rendah.

Hasil uji t untuk peraturan dan prosedur K3 (X2), diketahui bahwa secara parsial peraturan dan prosedur K3 (X2) berpengaruh terhadap kinerja TKBM (Y) dengan nilai thitung (2.188) > ttabel (1,986). Hal ini dapat diartikan bahwa peraturan dan prosedur K3 (yang meliputi peraturan dan prosedur K3

mudah dimengerti dan diterapkan oleh karyawan dan ada sanksi terhadap pelanggaran prosedur K3) memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya. Jika peraturan dan prosedur K3 semakin bagus, maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika peraturan dan prosedur K3 semakin jelek maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin rendah.

Hasil uji t untuk peraturan dan prosedur K3 (X2), diketahui bahwa secara parsial peraturan dan prosedur K3 (X2) berpengaruh terhadap kinerja TKBM (Y) dengan nilai thitung (2.188) > ttabel (1,986). Hal ini dapat diartikan bahwa peraturan dan prosedur K3 (yang meliputi peraturan dan prosedur k3 mudah dimengerti dan diterapkan oleh karyawan dan ada sanksi terhadap pelanggaran prosedur K3) memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya. Jika peraturan dan prosedur K3 semakin bagus, maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika peraturan dan prosedur K3 semakin jelek maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Page 15: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

98 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 1, September 2014

Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin rendah.

Hasil uji t untuk Komunikasi dan Kompetensi Karyawan (X3), diketahui bahwa secara parsial Komunikasi dan Kompetensi Karyawan (X3) berpengaruh terhadap kinerja TKBM (Y) dengan nilai thitung (5.022) > ttabel (1,986). Hal ini dapat diartikan bahwa peraturan dan prosedur K3 (yang meliputi adanya komunikasi yang baik antara karyawan dengan sesama karyawan dan dengan atasan dan karyawan mampu melakukan pekerjaannya dengan cara yang aman) memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya. Jika Komunikasi dan Kompetensi Karyawan semakin bagus, maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika Komunikasi dan Kompetensi Karyawan semakin jelek maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin rendah.

Hasil uji t untuk Lingkungan Kerja (X4), diketahui bahwa secara parsial Lingkungan Kerja (X4) berpengaruh terhadap kinerja TKBM (Y) dengan nilai thitung (3.388) > ttabel (1,986). Hal ini dapat diartikan bahwa Lingkungan Kerja (yang meliputi Karyawan tidak bosan dengan pekerjaannya yang berulang-ulang dan Karyawan puas dengan keamanan lingkungan kerja (alat pengaman, kebersihan dan pencahayaan) memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan

Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya. Jika Lingkungan Kerja semakin bagus, maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika Lingkungan Kerja semakin jelek maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin rendah.

Hasil uji t untuk Keterlibatan Karyawan dalam K3 (X5), diketahui bahwa secara parsial Keterlibatan Karyawan dalam K3 (X5) berpengaruh terhadap kinerja TKBM (Y) dengan nilai thitung (3.839) > ttabel (1,986). Hal ini dapat diartikan bahwa Keterlibatan Karyawan dalam K3 (yang meliputi Karyawan dilibatkan dalam perencanaan program K3 dan Karyawan melaporkan jika terjadi kecelakaan atau situasi yang bahaya) memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya. Jika Keterlibatan Karyawan dalam K3 semakin bagus, maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika Keterlibatan Karyawan dalam K3 semakin jelek maka kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya akan semakin rendah.

Variabel bebas (X) yang dominan dan memberikan pengaruh terbesar terhadap kinerja TKBM dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan

Page 16: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

M. Taufik: Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja TKBM … 99

Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya adalah Komunikasi dan Kompetensi Karyawan (X3). Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi parsial (r) untuk variabel Komunikasi dan Kompetensi Karyawan (X3) sebesar 0,468 yang memiliki nilai terbesar jika dibandingkan nilai korelasi parsial (r) variabel bebas yang lain.

KESIMPULANDari hasil penelitian dan

pembahasan yang sesuai tujuan hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.1. Pengaruh pengujian secara simultan

menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) (X) mampu menjelaskan variabel terikat yaitu kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

2. Pengaruh pengujian secara parsial diketahui sbeagai berikut :a. Komitmen top manajemen ter-

hadap K3 (X1) berpengaruh se-cara parsial terhadap kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Di-visi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

b. Peraturan dan prosedur K3 (X2) berpengaruh secara parsial ter-hadap kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petike-mas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

c. Komunikasi dan kompetensi karyawan (X3) berpengaruh se-cara parsial terhadap kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Di-

visi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

d. Lingkungan kerja (X4) berpen-garuh secara parsial terhadap kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petike-mas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

e. Keterlibatan karyawan dalam K3 (X5) berpengaruh secara parsial terhadap kinerja TKBM (Y) dalam kegiatan bongkar muat Petikemas di Divisi Terminal Mirah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA Anwar Prabu Mangkunegara. (2001).

Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Edisi Ketiga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ashraf A. Shikdar, Naseem M. Sawaqed, (2003). Worker Productivity, and Occupational Health and Safety Issues in Selected Industries.

Bobby Shianto Sia. (2000). Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Universitas Kristen Petra Surabaya.

Dermawan Wibisono. (2000). Riset Bisnis: Seri Komunikasi Proffesional, Jogyakarta: Edisi Pertama, BPFE.

Diana Paramita. (2002). Peranan Pelaksanaan K3 Terhadap Peningkatan Produksi Tenaga Kerja pada PT. Kutai Timber Indonesia.

Husein Umar. (2000). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

___________. (2002). Metode Riset Bisnis. Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Himpunan Peraturan dalam Bidang Perburuan II, Cetakan Kelima, Biro

Page 17: Jurnal pdp vol 5 no 1 m taufik keselamatan dan kesehatan kerja

100 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 1, September 2014

Hukum, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1970.

Institut K3 Indonesia. (1998). Materi Pelatihan Instruksi K3. Diklat I K3 I

Malhotra, Naresh. K. (1999). Marketing Research and Applied Orientation. New Jersey: Prentice Hall International Inc.

Manullang, Sejun, H. (1989). Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Mudrajat Kuncoro. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Payaman Simanjuntak. (2003). Manajemen Hubungan Industrial. Jakarta : Penerbit Pustaka Sinar Harapan.

Randall. S. Schuler dan Susan. E. Jackson. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad 21. Jakarta: Penerbit Erlangga.

R.I Depnaker (1970), Undang-undang No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja. Jakarta.

Robert Mathis dan John Jackson. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Siswanto Sastrohadiwiryo. (2003). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administrasi dan Operasional. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara.

Singgih Santoso. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elexmedia Komputindo.

Sintawijaya, M. (1998). Industrial Housekeeping, Sungai Gerong: Pusdiklat Fire and Safety Pertamina.

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta.

Suit, Jusuf. (1996). Aspek Sikap Mental Dalam Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.

Suma’mur, P. K. (1996). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Cetakan Kesembilan, Jakarta: Penerbit Toko Gunung Agung.

Suprihanto, John. (1997). Manajemen Personalia : Kasus dan Soal Jawab. Yogyakarta : Penerbit BPFE-UGM.

Sonny Sumarsono. (2003). Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

S. W. M. Sudrajat. (1988). Statistik Non Parametrik, Bandung: Penerbit CV. Armico.

Taliziduhu Ndraha. (1999). Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Veithzal Rivai. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Perusahaan dari Teori ke Pabrik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.