Jurnal Modul 4 Kelompok 20

11
ANALISIS LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN FISIOLOGI KERJA DENGAN PENGARUH PENCAHAYAAN DAN KEBISINGAN TERHADAP HUMAN ERROR ANALYSIS OF PHYSICAL WORK ENVIRONMENT AND WORK PHYSIOLOGY WITH THE INFLUENCE OF LIGHTING AND NOISE ON HUMAN ERROR Roby Kurniawan 1) , Cindy Megarani 2) , Hany Arifah 3) Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail : [email protected] 1) , [email protected] 2) , [email protected] 3) ABSTRAK Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk menjalankan sistem produksi. Seringkali terjadi penurunan produktivitas yang dapat menyebabkan kerugian yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik merupakan kondisi lingkungan kerja yang di dalamnya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja pekerja sehingga lingkungan kerja fisik harus diperhatikan karena berkaitan dengan human error. Praktikum dilakukan di dalam ruang iklim di mana operator melakukan kegiatan dengan 4 perlakuan yaitu gelap bising, gelap sunyi, terang bising dan terang sunyi. Adapun tingkat kebisingan pada praktikum adalah sebesar 80 db dan 105 db dan pencahayaan sebesar 5 Lux dan 105 Lux yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kebisingan dan pencahayaan terhadap tingkat error pada operator, serta mengukur detak jantung dan aliran darah untuk mengetahui beban kerja yang dialami. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen, teknik perhitungan dan teknik pengumpulan data. Hasil dari praktikum lingkungan kerja fisik adalah semakin tinggi tingkat kebisingan dan semakin rendah tingkat pencahayaan dalam suatu lingkungan kerja akan menyebabkan jumlah error yang tinggi, hasil pengujian SPSS menunjukkan bahwa faktor kebisingan, faktor pencahayaan dan interaksi faktor kebisingan dan pencahayaan berpengaruh terhadap jumlah error yang dilakukan oleh operator, dan hasil % CVL dari perlakuan 1,2,3,4<30% yaitu sebesar 0%, 10,67%, 0% dan 0% sehingga kegiatan yang dilakukan operator dikategorikan pada jenis pekerjaan yang singkat dan tidak menyebabkan kelelahan. Kata Kunci : lingkungan kerja fisik, pencahayaan, kebisingan, heart rate, human error 1. Pendahuluan Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk menjalankan sistem produksi. Seringkali terjadi penurunan produktivitas yang dapat menyebabkan kerugian yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik merupakan kondisi lingkungan kerja yang di dalamnya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja pekerja sehingga lingkungan kerja fisik harus diperhatikan karena berkaitan dengan human error. Lingkungan kerja yang baik dapat meningkatkan produktivitas sedangkan lingkungan kerja yang tidak baik dapat menyebabkan human error yang akan berdampak pada penurunan produktivitas. Sebaiknya dalam sebuah perusahaan tidak hanya

Transcript of Jurnal Modul 4 Kelompok 20

Page 1: Jurnal Modul 4 Kelompok 20

ANALISIS LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN FISIOLOGI KERJA DENGAN PENGARUH PENCAHAYAAN DAN KEBISINGAN TERHADAP HUMAN ERROR

ANALYSIS OF PHYSICAL WORK ENVIRONMENT AND WORK PHYSIOLOGY WITH THE INFLUENCE OF LIGHTING AND NOISE ON HUMAN ERROR

Roby Kurniawan1), Cindy Megarani2), Hany Arifah3)

Jurusan Teknik Industri, Universitas BrawijayaJl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

E-mail : [email protected]), [email protected]), [email protected])

ABSTRAK

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk menjalankan sistem produksi. Seringkali terjadi penurunan produktivitas yang dapat menyebabkan kerugian yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik merupakan kondisi lingkungan kerja yang di dalamnya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja pekerja sehingga lingkungan kerja fisik harus diperhatikan karena berkaitan dengan human error. Praktikum dilakukan di dalam ruang iklim di mana operator melakukan kegiatan dengan 4 perlakuan yaitu gelap bising, gelap sunyi, terang bising dan terang sunyi. Adapun tingkat kebisingan pada praktikum adalah sebesar 80 db dan 105 db dan pencahayaan sebesar 5 Lux dan 105 Lux yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kebisingan dan pencahayaan terhadap tingkat error pada operator, serta mengukur detak jantung dan aliran darah untuk mengetahui beban kerja yang dialami. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen, teknik perhitungan dan teknik pengumpulan data. Hasil dari praktikum lingkungan kerja fisik adalah semakin tinggi tingkat kebisingan dan semakin rendah tingkat pencahayaan dalam suatu lingkungan kerja akan menyebabkan jumlah error yang tinggi, hasil pengujian SPSS menunjukkan bahwa faktor kebisingan, faktor pencahayaan dan interaksi faktor kebisingan dan pencahayaan berpengaruh terhadap jumlah error yang dilakukan oleh operator, dan hasil % CVL dari perlakuan 1,2,3,4<30% yaitu sebesar 0%, 10,67%, 0% dan 0% sehingga kegiatan yang dilakukan operator dikategorikan pada jenis pekerjaan yang singkat dan tidak menyebabkan kelelahan.

Kata Kunci : lingkungan kerja fisik, pencahayaan, kebisingan, heart rate, human error

1. PendahuluanSumber daya manusia merupakan faktor

yang sangat penting untuk menjalankan sistem produksi. Seringkali terjadi penurunan produktivitas yang dapat menyebabkan kerugian yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik merupakan kondisi lingkungan kerja yang di dalamnya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja pekerja sehingga lingkungan kerja fisik harus diperhatikan karena berkaitan dengan human error. Lingkungan kerja yang baik dapat meningkatkan produktivitas sedangkan lingkungan kerja yang tidak baik dapat menyebabkan human error yang akan berdampak pada penurunan produktivitas. Sebaiknya dalam sebuah perusahaan tidak hanya memperhatikan keuntungan saja tetapi juga memperhatikan keselamatan kerja operator sehingga dapat mengurangi bahkan meniadakan human error yang terjadi.

Praktikum lingkungan kerja fisik yang dilakukan adalah pengujian terhadap seorang operator di ruang iklim dengan pengaruh faktor

kebisingan sebesar 105 db dan 80 db dan pencahayaan sebesar 105 Lux dan 5 Lux untuk mengetahui pengaruh kebisingan dan pencahayaan terhadap tingkat error pada operator, serta mengukur detak jantung dan aliran darah untuk mengetahui beban kerja yang dialami.

Melalui praktikum ini diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan ergonomi lingkungan yang dapat mempengaruhi produktivitas suatu kegiatan, mampu melakukan pengukuran data lingkungan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, seperti pada faktor iklim, intensitas lampu, level kebisingan dan vibrasi, mampu mendesain sistem kerja berdasarkan pada energi yang dikeluarkan oleh tubuh manusia serta mempu menganalisis pengaruh lingkungan (pencahayaan dan kebisingan) dan beban kerja terhadap human error. Adapun batasan dari praktikum yang dilakukan adalah melakukan dengan 4 kali replikasi yaitu dengan kondisi lingkungan kerja gelap bising, gelap sunyi, terang bising dan terang sunyi. Kondisi gelap

Page 2: Jurnal Modul 4 Kelompok 20

pada 5 lux, terang pada 105 lux, bising pada 105 db dan sunyi pada 80 db. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran suhu, kelembapan, kecepatan angin, systol, diastol dan heart rate. Data yang diperoleh dari hasil praktikum diasumsikan berdistribusi normal dan homogen.

2. Landasan TeoriBerikut ini merupakan landasan teori dari

lingkungan kerja fisik.2.1 Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja merupakan kondisi yang ada di tempat kerja itu baik fisik maupun non-fisik yang mempengaruhi karyawan dalam menjalankan pekerjaannya (Nitisemo, 1996). Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi.

2.2 Fisiologi kerjaFisiologi kerja merupakan suatu studi

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja dan merupakan dasar berkembangnya ergonomi. Dengan diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu meringankan beban kerja seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Aktivitas otot yang akan mengubah fungsi-fungsi faal dalam tubuh adalah: denyut jantung, tekanan darah, output jantung, temperatur tubuh, laju penguapan, ventilasi parau-paru,dll.

2.2.1 Pengukuran Heart RateKecepatan denyut jantung dan

pernapasan dipengaruhi oleh beban psikologis, kondisi lingkungan, dan aktivitas kerja dimana ketiga faktor tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar. Gambar 1 menunjukkan pola hubungan kecepatan denyut jantung dengan tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dan lainnya.

Gambar 1 Pola hubungan kecepatan denyut jantung, tekanan darah, oksigen dan lainnya

Dapat dilakukan perhitungan secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Denyut Nadi

( DenyutMenit )= 10 Denyut

Waktu Perhitungan×60 ........(1)

Sumber: Kilbon (1992)

2.2.2 Pengukuran Konsumsi Oksigen (O2)Besarnya pengeluaran energi sebagai

akibat kerja fisik sangat berkaitan dengan konsumsi energy. Energi yang dikonsumsikan bisa diukur secara tidak langsung melalui konsumsi oksigen (O2) yang dihisap. Menurut Groover, 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 kkal energi yang merupakan nilai kalori suatu oksigen. Volume oksigen yang digunakan tersebut dihitung dengan cara mengukur volume udara ekspirasi dan kemudian kadar oksigennya ditentukan dengan teknik sampling. Dengan mengetahui temperatur dan tekanan udaranya, maka volume oksigen yang digunakan dapat dihitung. Formula 2 merupakan perhitungan

VO2 max=15 mlKg .minute

× HRmaxHrest ..........(2)

Sumber: Sanchita (1955)

2.2.3 Beban KerjaHeart rate, konsumsi oksigen, dan juga

energi yang dikerluarkan selama aktivitas dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklarifikasikan beban kerja manusia. Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular (cardiovascular load =%CVL) dengan rumus 2:

%CVL= denyut nadi kerja−denyut nadiistirahatdenyut nadi maksimum−denyut nadi istirahat

×100 %......................................................(2)Sumber: Manuaba (1996)

2.2.4 Metabolisme

Besaran kontraksi otot yang diakibatkan oleh proses konversi energi kimia menjadi energi mekanik (Groover, 2001). Ada tiga tipe

Page 3: Jurnal Modul 4 Kelompok 20

metabolisme, yaitu basal metabolism, activity metabolism, dan digestive metabolism.Formulasi 3 untuk disgestive metabolism:DMRd=0.1 (BMRd+ AMRd )........................(3)Sumber: Groover (2007: 583)Formulasi 4 untuk total metabolisme harian:TMRd=BMRd +AMRd+DMRd ..................(4)Sumber: Groover (2007: 583)

2.3 Human ErrorHuman error secara umum dapat

didefiniskan sebagai suatu keputusan atau tindakan yang mengurangi atau potensial untuk mengurangi efektivitas, keamanan atau performansi suatu sistem (McCormick, 1993).

Kategori human error dapat dibedakan menjadi: Knowledge-based Error, Cognition-based Error, Value-based Error, Reflexive-based Error, Error-including Conditional Based, Skill-based Error, Lapse-based Error.

3. PembahasanPada bab ini akan dilakukan pembahasan

dan perhitungan mengenai data hasil praktikum lingkungan kerja fisik.

3.1 Permasalahan UmumPada praktikum lingkungan kerja fisik,

dilakukan pengukuran human error dengan faktor kebisingan (105 db dan 80 db) serta pencahayaan (105 lux dan 5 lux). Praktikan melakukan praktikum pada ruang iklim (Climatic Chamber) dan diberikan tugas perakitan simulasi wiring harness sesuai dengan instruksi yang diberikan dengan perlakuan kebisingan dan pencahayaan. Dilakukan pengukuran ata personal berupa tekanan darah (systol dan diastol) dan heart rate partisipan, yaitu pada saat sebelum melakukan aktivitas sebanyak 3 replikasi, pada saat melakukan aktivitas sebanyak 4 replikasi dan sesudah melakukan aktivitas (recovery) sebanyak 3 replikasi. Data personal yang di dapat kemudian dilakukan perhitungan metabolisme, pada perhitungan BMR, usia partisipan diasumsikan 21 tahun.

3.2 Metode PenelitianBerikut merupakan Metode Penelitian

yang digunakan pada lingkungan kerja fisik:1. Pengambilan data ruang iklim

Berikut merupakan pengambilan data ruang iklim dalam 5 kali replikasi.

Tabel 1. Data Lingkungan Ruang Iklim

NoData Lingkungan

Suhu T (⁰C) Kelembaban Relatif KR (%)

Kecepatan Angin v (m/s)

1 23.6 57.9 0.062 23.7 57.8 0.023 23.7 57.8 0.024 23.7 57.7 0.025 23.7 57.8 0.02

2. Pengambilan data heart rate sebelum aktivitas.

Pada Praktikum dilakukan pengambilan data heart rate dan tekanan darah partisipan sebelum melakukan aktivitas dalam 3 kali replikasi.

3. Pengambilan data heart rate saat aktivitasPada Praktikum dilakukan pengambilan

data heart rate dan tekanan darah partisipan saat melakukan aktivitas dan sesudah melakukan aktivitas.

4. Pengambilan data kondisi lingkungan kerja Berikut merupakan kondisi lingkungan

kerja yang digunakan pada saat praktikum Perlakuan 1 = cahaya gelap 5 lux, bising 105 dbPerlakuan 2 = cahaya gelap 5 lux, sunyi 80 dbPerlakuan 3 =cahaya terang 105 lux, sunyi 80 dbPerlakuan 4 = cahaya terang 105 lux, bising 105 db

Pada Praktikum dilakukan pengambilan data data jumlah error operator pada 4 perlakuan pencahayaan dan kebisingan. Data jumlah error dapat dilihat pada tabel 2.

3.1 Pengolahan Data Berikut ini merupakan pengolahan data

dari praktikum lingkungan kerja fisik.

3.1.1 Perhitungan dan Grafik Human Error

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dan perhitungan performansi kerja operator terhadap pengaruh lingkungan kerja fisik dengan variabel kebisingan dan pencahayaan. Berikut ini merupakan data dan grafik jumlah error per perlakuan.

Tabel 2. Data Error Operator pada 4 Perlakuan

Page 4: Jurnal Modul 4 Kelompok 20

Gambar 1. Grafik performansi kerja operator dengan perlakuan pencahayaan dan kebisingan

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa human error partisipan terjadi paling tinggi pada tingkat kebisingan 105 db dan pencahayaan redup yaitu 5 lux. Tingkat error menurun pada saat kebisingan menurun dan kemudian meningkat lagi pada saat kebisingan meningkat. Semakin bising dan sekamin redup menyebabkan tingkat error semakin tinggi.

3.1.2 Pengujian Hubungan Faktor Pencahayaan dan Kebisingan dengan Error PekerjaUntuk mengetahui apakah Faktor

Pencahayaan dan kebisingan mempengaruhi secara signifikan terhadap error operator maka diuji dengan metode Two Way ANOVA. Berikut merupakan Pengujian Two Way ANOVA.

Tabel 5. Hasil Uji Two Way ANOVATests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Jumlah_ErrorSource Type III

Sum of Squares

Df Mean Square

F Sig.

Corrected Model 2189,094a 3 729,698 66,471 .000

Intercept 2432,531 1 2432,531 221,589 .000Kebisingan 1140,031 1 1140,031 103,850 .000Pencahayaan .621,281 1 .621,281 .56,595 .000Kebisisngan * Pencahayaan 427.781 1 427.781 .38,968 .000

Error 307.375 28 10.978

Total 4929,000 32

Corrected Total 735.156 31

a. R Squared = .491 (Adjusted R Squared = .864)

1. Faktor Kebisingan terhadap jumlah error operator

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (sig.) pada source kebisingan adalah 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1

diterima. Jadi, ada perbedaan rata-rata antara kebisingan terhadap jumlah error operator.2. Faktor Pencahayaan terhadap jumlah

error operator.Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa

nilai signifikansi (sig.) pada source pencahayaan adalah 0,000 < 0,05, sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Jadi, ada perbedaan rata-rata antara pencahayaan terhadap jumlah error operator.3. Faktor Interaksi Kebisingan dan

pencahayaan terhadap jumlah error operator.

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (sig.) pada source kebisingan dan pencahayaan adalah 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, ada perbedaan rata-rata antara kebisingan dan pencahayaan terhadap jumlah error operator.

3.1.3 Perhitungan Fisiologi KerjaDari Praktikum fisiologi kerja diperoleh

data heart rate dan tekanan darah saat preparation, activity dan recovery. Umur dari partisipan 21 tahun dengan berat badan 60,9 kg. Data pada saat praktikum dapat dilihat pada tabel 6 dan 7.

Tabel 6. Data Personal partisipan Saat Preparation

Sys Dia HR Sys Dia HR Sys Dia HR Sys Dia HR127 83 110 122 106 76 111 70 109 117 76 120120 80 105 109 85 115 111 73 118 117 70 115118 83 105 129 75 120 111 82 114 81 59 75

Rata-rata 121,667 82 107 120 89 104 111 75 114 105 68 103

Partisipan

Partisipan 1

PreparationP1 P2 P3 P4

Tabel 7. Data Personal partisipan Saat Beraktivitas dan Recovery

Sys Dia HR Sys Dia HR Sys Dia HR Sys Dia HR

40 165 105 66 117 62 121 182 90 72 86 59 79

80 124 78 124 125 80 114 114 80 127 131 74 112

120 94 60 70 112 78 116 126 83 128 121 76 122

160 128 86 67 109 68 128

128 82,3 81,8 118 73,3 117 133 80,3 114 113 69,7 104

Sys Dia HR Sys Dia HR Sys Dia HR Sys Dia HR

40 178 72 82 129 92 113 110 42 57 123 75 117

80 127 95 59 70 48 92 136 98 130 105 84 83

120 93 65 62 130 67 124 81 50 57 118 78 116

160 110 83 67 138 94 69

127 78,8 67,5 110 69 110 116 71 78,3 115 79 105

Partisipan 1

Rata-Rata

Activity Recovery Activity Recovery

Partisipan 1

Rata-Rata

Partisipan 1

Detik

Partisipan 1

Detik

Aktivitas 1 Aktivitas 2

Aktivitas 3 Aktivitas 4

Activity Recovery Activity Recovery

Page 5: Jurnal Modul 4 Kelompok 20

Gambar 2.Grafik Perbandingan Heart Rate Untuk mengetahui total metabolisme yang

dikeluarkan oleh operator, maka dilakukan perhitungan metabolisme sebagai berikut:

VO2 = 15 ml x BB

kg . xminute× HRp

HRrest

= 15x 60,9

4060

× 66117 = 0,344

liter/menit AMR = VO2 x 4,8 Kkal/liter

= 0,344 x 4,8 = 1,649 kkal/menit

Faktor koreksi umur (u) = (umur−20)

10x

0,02 = (21−20)

10x 0,02 = 0,002

BMR = v- (1-u) x berat badan x (1/60) kkal/menit = 1- (1-0,002) x 60,9 x (1/60) = 1,013 kkal/menit

DMRm = 0,1(BMRm +AMRm) = 0,1(1,013 + 6.696) = 0,771 kkal/menit

TMRm = BMRm+AMRm+DMRm

= 1,013 + 1,649 + 0,771 = 3,433 kkal/menit

Dengan cara yang untuk waktu periode berikutnya dan hasilnya ditampilkan pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Data Keseluruhan Perhitungan  VO2 BMR AMR DMR TMR

perlakuan 1

0.344 1.013 1.649

0.771

3.4331.291 6.196 7.981.093 5.247 7.0311.395 6.696 8.48

perlakuan 2

0.42 2.017

1.536

3.8011.483 7.117 8.92.241 10.76 12.542.989 14.35 16.13

perlakuan 3

0.455 2.186

0.816

3.970.655 3.145 4.9291.033 4.958 6.7421.488 7.144 8.927

perlakuan 4

0.33 1.582 0.867 3.3661.503 7.215 8.9990.989 4.746 6.529

1.596 7.66 9.443

Gambar 3. Grafik siklus energy expenditureUntuk mengetahui Beban Kerja atau

CVL pada pekerjaan tersebut dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut Denyut nadi maksimum = 208 - 0.7 usia

= 208 - 0.7 21= 193,3

% CVL Aktivitas 1

=denyut nadi kerja−denyut nadi istirahat

denyut nadi maksimum−denyut nadi istirahat×

100%

= 81.75−117193.3−117

×100% = 0%

Karena hasil perhitungan % CVL < 30% maka kondisi kerja yang dialami pada aktivitas 1 tidak terjadi kelelahan. Dengan cara yang sama didapatkan nilai beban kerja (CVL) yang dilakukan oleh operator dari perlakuan 2,3,4 < 30% yaitu sebesar 10,67%, 0%, dan 0% sehingga dapat dikategorikan bahwa kegiatan yang dilakukan operator tersebut tidak menyebabkan terjadinya kelelahan

3.4 Analisa HasilHasil yang didapat dari analisis

lingkungan kerja fisik pada praktikum ini adalah semakin kecil nilai pencahayaan dan semakin besar nilai kebisingan pada lingkungan kerja, maka semakin banyak jumlah error yang terjadi pada hasil kerja operator. Sedangkan semakin besar nilai pencahayaan dan semakin kecil nilai kebisingan pada lingkungan kerja, maka semakin sedikit jumlah error yang terjadi. Selain itu, jumlah error lebih banyak pada saat kondisi kerja dalam keadaan gelap dan bising dibandingkan dengan kondisi kerja dalam keadaan gelap dan sunyi, terang dan bising, serta terang dan sunyi. Jumlah error yang paling banyak selanjutnya adalah saat

Page 6: Jurnal Modul 4 Kelompok 20

kondisi kerja dalam keadaan terang dan bising dibandingkan dengan gelap dan sunyi serta terang dan sunyi. Sedangkan jumlah error yang paling banyak selanjutnya adalah saat kondisi kerja dalam keadaan gelap dan sunyi dibandingkan dengan terang dan sunyi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan penglihatan manusia lebih peka untuk melakukan pekerjaan dalam kondisi terang dibandingkan dalam kondisi gelap. Selain itu, konsentrasi manusia dalam bekerja akan lebih tinggi bila manusia berada pada kondisi lingkungan yang tidak terlalu bising.

Hasil yang didapat dari uji two way ANOVA adalah faktor kebisingan memiliki perbedaan rata-rata dengan jumlah error operator, faktor pencahayaan memiliki perbedaan rata-rata dengan jumlah error, dan faktor interaksi kebisingan dan pencahayaan memiliki perbedaan rata-rata dengan jumlah error. Kebisingan berpengaruh terhadap jumlah error yang dihasilkan, disebabkan kebisingan mengganggu konsentrasi operator dan menyebabkan stress yang berpengaruh pada hasil pekerjaan operator. Sedangkan untuk faktor pencahayaan, operator ada pengaruh terhadap pencahayaan yang diubah-ubah, dikarenakan operator tidak bisa berkonsentrasi karena visual operator sedikit terganggu. Untuk interaksi faktor kebisingan dan pencahayaan ada pengaruh terhadap jumlah error yang dihasilkan operator. Hal ini terjadi karena faktor perubahan antara faktor kebisingan dan pencahayaan yang berbeda akan mempengaruhi konsentrasi operator.Sehingga pencahayaan dan kebisingan berpengaruh pada jumlah error operator. Oleh sebab itu, ketika interaksi antara faktor kebisingan dan pencahayaan diubah-ubah akan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah error yang dihasilkan oleh operator. Dan hasil TMR dari perlakuan 1 yang diperoleh dari operator yaitu 3,433, 7,98, 7,031, dan 8,48. Dari hasil perhitungan TMR tersebut cenderung naik. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan bersifat repetitif sehingga semakin lama membutuhkan lebih banyak kalori. Dan hasil beban kerja (CVL) yang dilakukan oleh operator dari perlakuan 1,2,3,4 < 30% yaitu sebesar 0%, 10,67%, 0%, dan 0% sehingga dapat dikategorikan bahwa kegiatan yang dilakukan operator tersebut tidak menyebabkan terjadinya kelelahan.

4. Kesimpulan

Pada praktikum lingkungan kerja fisik, dilakukan pengukuran suhu, kelembapan dan kecepatan angin dengan aerometer sebanyak 5 kali replikasi. Hasil pengukuran yaitu suhu sebesar 23,680 C, kelembapan sebesar 57,8 % dan kecepatan anging sebesar 0,028 m/s.

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh intensitas cahaya dan tingkat kebisingan yaitu semakin tinggi intensitas pencahayaan dan semakin rendah tingkat kebisingan maka semakin kecil pula tingkat error yang dilakukan oleh operator. Jumlah error yang paling banyak adalah pada saat kondisi lingkungan kerja yang gelap dan bising sedangkan yang paling sedikit jumlah error terdapat pada kondisi lingkungan kerja yang terang dan sunyi.

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan software SPSS, di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan berpengaruh terhadap jumlah error yang dilakukan oleh operator. Selain faktor kebisingan, faktor pencahayaan dan interaksi faktor kebisingan dan pencahayaan juga mempengaruhi jumlah error yang dihasilkan oleh operator saat melakukan pekerjaannya.

Pada perhitungan fisiologi kerja didapatkan hasil TMR dari perlakuan 1 yang diperoleh dari operator yaitu 3,433 kkal/menit pada detik ke 40, 7,98 kkal/menit pada detik ke 80, 7,031 kkal/menit pada detik ke 120, dan 8,48 kkal/menit pada detik ke 160. Dari hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa total metabolisme yang dibutuhkan tubuh cenderung naik karena kegiatan yang dilakukan bersifat repetitif.

Berdasarkan grafik siklus energi expenditure dapat disimpulkan bahwa konsumsi energi pada aktivitas lebih tinggi dari pada saat preparation dan recovery. Pada saat preparation, energi yang dibutuhkan sedikit kemudian pada energi yang dibutuhkan pada saat aktivitas perlahan-lahan meningkat dan mencapai titik stabil, dan kemudian turun pada saat istirahat.

Berdasarkan hasil perhitungan % CVL yang dilakukan oleh operator dari perlakuan 1,2,3,4 < 30% yaitu sebesar 0%, 10,67%, 0%, dan 0% sehingga kegiatan yang dilakukan operator tersebut dapat dikategorikan pada jenis

Page 7: Jurnal Modul 4 Kelompok 20

pekerjaan yang singkat dan tidak menyebabkan terjadinya kelelahan.

Daftar PustakaAstrand, P.O. and Rodahl, K. 1977. Textbook of Work Physiology-Physiologica Boses of Excercise, Function. 2ndEdition. New York: McGraw-Hill Book Company.

Christensen, E.H. 1991. Physiology of Work. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. 3 rd Edition. Geneva : ILO.p. 1698-1700.

Francis and Taylor Group. 2005. Visual Ergonomics Handbook. United States of America : CRC Press

Grandjen, E. 2000. Fitting the Task to The Man. A Textbook Of Occupational Ergonomics 4th edition. New York: Taylor & Francis.

Groover, Mikell P. 2007. Work System-and The Methods, Measurement, and Management of Work. USA: Pearson Education.

Kanginan, Marthen, dkk. 1988. Fisika SMA jilid 3A. Jakarta : Erlangga.

Kilbon, A. 1992. Measurement and Assesment of Dynamic Work. Dalam: Evaluation of Human Work. A Practical Ergonomic Methodology, ed. by Wilson, JR dan Corleet, EN, Taylor and Francis, London: pp. 520-542. Pp.. 641-661.

Manuaba, A. 1996. Pemanfaaan Ergonomi dan Fisiologi Olahraga untuk Pembangunan Manusia dan Masyarakat Indonesia Seutuhnya. Denpasar: Program Pascasarjana Ergonomi dan Fisiologi Olahraga.

Nitisemo, Alex S. 1996. Manajemen Personalia. Jakarta : Graha Indonesia.

Pauliza, Oza. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung : Grafindo.

Rodahl, K. 1989. The Physiologi of Work. London : Tailor & Francis.

Sanders, Mark S. & Ernest J.McCormick. 1993. Human Factors in Engineering and Design. McGraw-Hill Inc.

Tambunan, S. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Yogyakarta : Andi.

Wardhana, W.A, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi.

Zaelani, Achmad, dkk. 2006. Fisika untuk SMA. Bandung : Yrama Widya.

Page 8: Jurnal Modul 4 Kelompok 20