Jurnal Marley

download Jurnal Marley

of 3

description

kompoooooo

Transcript of Jurnal Marley

MASALAH KLINISRhinitis Alergika didefinisikan dengan gejala pasien berupa bersin, pruritus nasal, obstruksi aliran udara [hidung tersumbat], dan biasanya ditandai dengan sekret nasal yang jernih (serosa) dan disebabkan oleh reaksi yang dimediasi oleh IgE terhadap alergen yang terinhalasi dan menyebabkan inflammasi mukosa akibat sel T-helper tipe 2 (Th2). Alergen yang sering menyebabkan keluhan ini termasuk serbuk bunga dan debu, serta alergen indoor (di dalam ruangan), seperti debu, tungau, bulu hewan peliharaan, hama, dan beberapa serbuk lainnya. Pola dari alergen dominan tergantung dari area geografis dan tingkat kepadatan penduduk, namun prevalensi sensitisasi pasien terhadap alergen secara keseluruhan tidak terlalu beragam diantara jalur sensus di Amerika Serikat. Sensitisasi terhadap alergen inhalan dimulai sejak manusia berusia 1 thaunl sensitisasi terhadap alergen indoor akan lebih meningkatkan sensitisasi terhadap serbuk bunga juga. Karena ada infeksi respirasi terhadap virus yang terjadi lebih sering pada anak-anak dan menunjukkan gejala yang serupa, rhinitis alergi tergolong sulit untuk didiagnosa pada saat anak berusia 2-3 tahun. Puncak dari prevalensi rhinitis alergika adalah pada usia sekitar dekade kedua-keempat dan kemudian akan menghilang dengan sendirinya.Frekuensi dari sensitisasi untuk alergen inhalan semkain meningkat dan saat ini mengenai lebih dari 40% populasi di Amerika Serikat dan Eropa. Prevalensi dari rhinitis alergika di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 15% berdasarkan diagnosa dokter dan lebih tinggi hingga 30% berdasarkan laporan gejala nasal yang dilaporkan pasien sendiri. Rhinitis alergika sering menyebabkan gangguan dan penurunan produktifitas pada waktu kerja dan sekolah, gangguan tidur, dan diantara anak dengan rhinitis, terdapat penurunan aktivitas outdoor (aktivitas di luar rumah). Selain itu, anak dengan rhinitis alergika lebih sering mendapatkan pemasangan selang myringotomy dibandingkan anak normal dan lebih sering menjalani operasi pengangkatan tonsil dan adenoid. Pengendalian asma pada pasien dengan asma dan rhinitis alergika juga dihubungkan dengan pola kontrol dari rhinitis alergika.

Kebanyakan orang dengan asma juga mengalami rhinitis. Adanya rhinitis alergika (musiman atau perennial) dapat meningkatkan kemungkinan asma: 40% orang dengan rhinitis alergika mengalami atau akan mengalami asma. Atopic eczema sering mendahului terjadi rhintis alergi. Pasien dengna rhinitis alergi biasanya juga mengalami conjunctivitis alergika juga. Faktor yang menentukan penyakit atopi mana yang akan terjadi pada setiap individu dan alasan kenapa beberapa orang anya mengalami rhinitis sementara yang lainnya mengalami rhinitisi setelah eczema atau disertai asma masih belum jelas. Pasien yang mempunyai orangtua dengan riwayat rhinitis alergika dapat meningkatkan resiko terkena rhinitis alergika menjadi 2x lipat; diperkirakan bahwa faktor protektif tubuh juga dapat terjadi karena paparan mikroba pada usia dini yang akan menyebabkan pergantian sistem immunitas dari polarisasi Th2 dan alergi.

Ketika seseorang mengalami paparan terhadap suatu alergen dan mengalami sensitisasi, terjadi cross-linking (reaksi silang) antara alergen dengan IgE yang akan berikatan pada mukosa sel mast, sehingga dapat menyebabkan gejala nasal dalam beberapa menit (Gambar 1). Hal ini terjadi karena pelepasan substansi neuroaktif dan vasoaktif seperti histamin, prostaglandin D2, dan leukotrien kisteinyl. Pada beberapa jam berikutnya, melalui interaksi kompleks antara sel mast, epitel, dendrit, sel T, limfoid, eosinofil, dan basofil, Inflammasi Th2 terjadi pada mukosa nasal dengan bantuan berbagai kemokin dan sitokin yang diproduksi oleh sel ini. Sebagai akibat dari inflammasi mukosa, gejala nasal akan bertahan hingga beberapa jam setlah terjadi paparan alergen dan mukosa menjadi lebih reaktif terhadap alergen tersebut (priming) sera alergen lain dan jug aterhadap stimuli non-alergen, seperti bau yang terlalu kuat dan iritan lainnya (hiperresponsif nasal non-spesifik). Rhinitis alergika juga dikaitkan dengan mekanisme ini dan bukan hanya merupakan reaksi akut sederhana terhadap paparan alergen.