Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif...

88
Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 1

Transcript of Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif...

Page 1: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 1

Page 2: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 2

Page 3: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 3

Page 4: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

1

RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DOSEN

DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

Suryaman

Hamdan

Universitas Serang raya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagimana kinerja dosen di Universitas

Serang Raya di ukur melalui data kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan

balanced scorecard dan dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

acuan Universitas dalam memperbaiki kinerja dosennya terutama yang

berhubungan dengan empat perspektif, yaitu melalui perspektif keuangan,

perspektif kepuasan mahasiswa, perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

metode survei, yaitu sebuah desain penelitian yang memberikan uraian kuantitatif

data narasumber dari dokumen-dokumen historis Universitas dan kualitatif

maupun numerik dari sejumlah pecahan populasi (sampel) melalui proses

pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan

datanya. Kemudian dilakukan analisa yang hasilnya bahwa Kinerja dosen

Universitas Serang Raya secara perspektif keuangan pada bidang penelitian dan

pengabdian masyarakat selang periode 2011 sampai dengan 2014 dari 8 instrumen

pengukuran tiga pengukuran yang kinerjanya rendah, ini terutama kinerja dosen

pada bidang pengabdian pada masyarakat yang di biayai melalui instansi diluar

Universitas, sedangkan melalui perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dinilai

cukup tinggi, meskipun masih terdapat beberapa kelemahan namun secara

keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di Universitas Serang Raya dapat

dikatakan baik. Akhirnya penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada

Universitas dalam mengelola para tenaga pendidiknya atau dosen. Luaran yang

ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah akun dipublikasikan di Jurnal

nasional atau diterbitkan pada proceeding seminar nasional.

Kata Kunci: kinerja dosen, balanced scorecard

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-

masing pusat pertanggung-jawaban yang dibandingkan dengan tolak ukur

yang telah ditetapkan. Sistem pengukuran kinerja dalam manajemen bukan pada

satu aspek keuangan, karena ada aspek-aspek lain yang perlu pengukuran dalam

menjalankan fungsi-fungsi manajemen, pengukuran dan penilaian kinerja suatu

Page 5: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

2

lembaga pendidikan seharusnya didasarkan pada kemampuannya untuk

mewujudkan visi dan misinya. Selain itu dalam penilaian pada suatu lembaga

pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh dan menggunakan alat ukur

yang bisa mengukur seluruh kegiatan pelayanan yang dilakukan organisasi,

karena kegiatannya bersifat jasa dan bukanlah mencari laba. Para ahli manajemen

menemukan suatu pendekatan penilaian kinerja perusahaan yang dapat diadopsi

pada organisasi nir-laba. Alat penilaian kinerja yang disebut balanced

scorecard merupakan metode penilaian kinerja yang komprehensif. Metode

ini menilai kinerja menggunakan seperangkat ukuran kinerja terpadu yang telah

disusun berdasarkan visi dan strategi. Hasil pengukuran kinerja dosen biasanya

akan berbanding lurus dengan kondisi kepangkatan dosen, semakin kinerjanya

tinggi maka kepangkatan semakin naik, dan sebaliknya semakin rendah

kinerjanya semakin kepakatan dosen rendah, padahal Undang-Undang Nomor 14

tahun 2005 juga mensyaratkan bahwa Dosen harus mempunyai jabatan fungsional

sekurang-kurangnya Asisten Ahli. Tapi kenyatanya bahwa dari 21 Perguruan

tinggi memiliki dosen sebanyak 677 dosen memiliki jabatan fungsional baru

sebanyak 109 orang (13,44 %), sedangkan yang belum memiliki jabatan

fungsional sebanyak 568 orang (86,56 %)

Rumusan Masalah

1. Bagaimana kisi-kisi yang baik untuk menyusun alat ukur yang valid dan

reliable untuk mengukur kinerja dosen dengan menggunakan pendekatan

balanced scorecard ?

2. Bagaimanakah validitas alat ukur yang valid untuk mengukur kinerja dosen

dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard ?

3. Bagaimana alat ukur yang reliable untuk mengukur kinerja dosen dengan

menggunakan pendekatan balanced scoraecard ?

Tujuan

Tujuan dari Kajian ini adalah untuk mengkaji secara lebih mendalam kinerja

dosen melalui pendekatan balanced scorecard yang pengukurannya melalui

empat perspektif tujuan tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui kisi-kisi alat ukur yang mampu mengukur kinerja dosen

dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard.

2. Untuk mengetahui tingkat kinerja dosen universitas dengan menggunakan

pendekatan balanced scoraecard.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrument kinerja

dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard. Sebagaimana diketahui

instrumen yang berkembang saat ini adalah instrument yang dikembangkan

berdasarkan pendekatan tradisional, di mana suatu instrument hanya diujicobakan

sekali pada pihak yang bersangkutan. Penelitian berusaha menyusun instrument

kinerja dosen yang diujicobakan baik kepada dosen maupun kepada mahasiswa

dengan harapan diperoleh instrument yang benar-benar valid baik dari sudut

pandang dosen maupun mahasiswa. Manfaat lain dari penelitian ini adalah, proses

Page 6: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

3

pembentukan aturan untuk evaluasi kinerja dosen, dapat dijadikan sebagai

referensi dalam mendapatkan hasil pengukuran yang tepat dan akurat dalam upaya

pengukuran kinerja dosen di Universitas Serang Raya.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kinerja

Untuk kerja, penampilan kerja atau kinerja didefinisikan sebagai kemampuan

kerja di dalam terminologi kualitas dan kuantitas (Khan et.al., 2010: 297). Dengan

kata lain, pendapat Khan di atas dapat dipahami bahwa kinerja merupakan

prestasi kerja (performance) yang dicapai oleh seseorang. Prestasi kerja adalah

penampilan kerja secara kualitas dan kuantitas yang disuguhkan oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ivancevich Konopaske, dan

Matteson (2002: 157) bahwa kinerja menunjukkan kemampuan dan keterampilan

pekerja. Pada bagian lain juga dijelaskan bahwa kinerja adalah pekerjaan yang

berhasil ditunjukkan dengan adanya usaha. Kinerja karyawan adalah yang

mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada

organisasi yang antara lain termasuk kuantitas keluaran, kualitas keluaran, jangka

waktu yang dibutuhkan, kehadiran di tempat kerja, sikap kooperatif di dalam

organisasi.

Ivancevich Konopaske, dan Matteson (2002: 163) juga menjelaskan bahwa

kinerja dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam usahanya mencapai tujuan,

termasuk di dalamnya ketekunan untuk bekerja keras, ketepatan waktu

menyelesaikan pekerjaan, penggunaan biaya sesuai rancangan, kemandirian

bekerja dalam arti tidak selalu membutuhkan pengawasan, dan kemampuan

mengatasi masalah atau penghalang.

Berdasarkan tiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil

kerja yang dapat dicapai pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya mencapai

visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja pegawai dapat dilihat dari

segi kecakapan, keterampilan, pengetahuan dan kesungguhan pegawai yang

bersangkutan. Kelangsungan hidup suatu oganisasi tergantung salah satu dari segi

kecakapan, keterampilan, pengetahuan dan kesungguhan pegawai yang

bersangkutan. Oleh karena itu, “Manager must devise some strategies which will

improve the performance of the employees working.” Manajer harus memikirkan

beberapa strategi yang akan digunakan untuk meningkatkan kinerja para pekerja

(Khan et.al., 2010: 297).

Penilaian Kinerja Menurut Bernardin and Russel (2011: 382) terdapat enam kriteria untuk menilai

kinerja karyawan.

1. Quality yaitu tingkatan di mana proses atau penyesuaian pada cara yang ideal

di dalam melakukan aktifitas atau memenuhi aktifitas yang sesuai harapan.

Page 7: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

4

2. Quantity yaitu jumlah yang dihasilkan diwujudkan melalui nilai mata uang,

jumlah unit, atau jumlah dari siklus aktifitas yang telah diselesaikan.

3. Timeliness yaitu tingkatan di mana aktifitas telah diselesaikan dengan waktu

yang lebih cepat dari yang ditentukan dan memaksimalkan waktu yang ada

untuk aktifitas lain.

4. Cost effectiveness yaitu tingkatan di mana penggunaan sumber daya

perusahaan berupa manusia, keuangan, dan teknologi dimaksimalkan untuk

mendapatkan hasil yang tertinggi atau pengurangan kerugian dari tiap unit.

5. Need for supervision yaitu tingkatan di mana seorang karyawan dapat

melakukan pekerjaannya tanpa perlu meminta pertolongan atau bimbingan

dari atasannya.

6. Interpersonal impact yaitu Tingkatan di mana seorang karyawan merasa

percaya diri, punya keinginan yang baik, dan bekerja sama di antara rekan

kerja.

Dimensi Kinerja Dosen

Mutu kinerja dosen dapat diukur atau dinilai dengan melihat kemampuan dosen

dalam melaksanakan sejumlah aspek sebagai berikut:

1. Sikap dosen dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran: Sikap

menganggap mahasiswa lebih rendah statusnya dalam penguasaan

pengetahuan. Sikap kehati-hatian dalam menjalankan kuliah, sikap kehati-

hatian dalam membedakan fakta dengan hipotesa, sikap toleran dalam

perbedaan pendapat, minat terhadap mata kuliah yang diajarkan, sikap ingin

menularkan perasaan senang kepada mahasiswa;

2. Perencanaan pendidikan dan pengajaran: menyesuaikan dengan

perkembangan iptek, konsultasi dengan teman sejawat, membuat satuan acara

perkuliahan (SAP) dengan jelas menyiapkan catatan kuliah, menyiapkan

hand out kuliah memilih buku referensi, mengajukan buku perpustakaan

pegangan, merencanakan tugas terstruktur;

3. Poses pembelajaran: penjelasan tujuan mata kuliah, penjelasan sasaran mata

kuliah, mengetahui kemampuan awal mahasiswa, menepati jadwal, berusaha

mengetahui penguasaan mahasiswa, memberikan pertanyaan dugaan,

mengkaitkan antara materi, melakukan problem solving approach

menyediakan waktu bertanya, menggunakan bahan peraga, menggunakan alat

bantu audio visual, menjelaskan pentingnya mata kuliah, mempelajari bahan

kepustakaan, memberi tugas mahasiswa, memberikan balikan tugas

mahasiswa, membahas tugas mahasiswa, mengaitkan mata kuliah dengan

bidang profesi; dan

4. Dosen dalam melaksanakan tugasnya memiliki standar kinerja dengan

dimensi: 1) pendidikan dan pengajaran dengan indikator pada (pra-

pendidikan dan pengajaran) berupa: menyiapkan rencana dan silabus

perkuliahan, dapat merangkum materi kuliah sebagaimana yang disusun

dalam rencana dan silabus perkuliahan. Mengelola program belajar mengajar,

menguasai bahan pelajaran, menyiapkan dan menggunakan media sumber,

(proses pendidikan dan pengajaran) berupa memenuhi semua perkuliahan

tepat pada waktunya, memberikan pelayanan bantuan/bimbingan pada

Page 8: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

5

mahasiswa pada waktu yang telah ditentukan, memperbaharui bahan

perkuliahan secara teratur, memberikan kuliah secara efektif, menciptakan

fasilitas bagi terlaksananya diskusi kelas maupun kegiatan belajar mahasiswa.

Menggunakan berbagai media belajar untuk memperjelas dan

membangkitkan minat belajar mahasiswa. Membimbing mahasiswa dalam

kegiatan seminar mahasiswa, makalah dan kegiatan akademik lainnya

(evaluasi pendidikan dan pengajaran) berupa menyusun dan mengembangkan

bahan ujian. Membicarakan hasil ujian dengan mahasiswa sebagai bantuan

umpan balik yang positif, memperbaharui bahan perkuliahan secara teratur,

membuat laporan ilmiah, pembuatan makalah, kegiatan pendukung akademik

lainnya; 2) penelitian dengan indicator: mengadakan penelitian secara

mandiri maupun kelompok, membuat karya ilmiah atau laporan penelitian

secara benar menyajikan karya tulis dalam pertemuan ilmiah. Menulis buku

ilmiah., mengkaji karya-karya ilmiah terbaru; dan 3) dimensi pengabdian

pada masyarakat dengan 5ndicator: memberikan penyuluhan kepada

masyarakat sesuai dengan bidangnya, aktif memecahkan masalah

kemasyarakatan dan lingkungan, menulis karya pengabdian kepada

masyarakat (Dikti 2010: 1).

Berdasarkan uraian di atas, kinerja dosen adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai seorang dosen dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja dosen memiliki dimensi: (1) pendidikan dan pengajaran, (2)

penelitian, dan (3) pengabdian kepada masyarakat.

Dimensi pendidikan dan pengajaran dengan indicator: (a) memotivasi

mahasiswa, (b) menyusun modul atau buku teks untuk pegangan mahasiswa,

(c) membuat silabus pembelajaran, (d) memberikan tugas terstruktur, (e)

melakukan interaksi dosen dan mahasiswa, dan (f) mengevaluasi hasil belajar.

Dimensi penelitian dengan indicator: (a) mengadakan penelitian secara

mandiri maupun kelompok, (b) menyajikan karya tulis dalam pertemuan

ilmiah, (c) menulis Jurnal ilmiah, (d) menulis buku reverensi dari hasil

penelitian, (e) mengaplikasikan hasil penelitian dalam proses pembelajaran.

Dimensi pengabdian kepada masyarakat dengan indicator: (a) memberikan

penyuluhan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya, (b) aktif

memecahkan masalah kemasyarakatan dan lingkungan, (c) menulis karya

pengabdian kepada masyarakat, dan (d) mengaplikasikan hasil perkuliahan

melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat.

Konsep Balanced Scorecard

Balanced Scorecard (BSC) merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan

Robert Kaplan tahun 1992, sebagai perkembangan dari konsep pengukuran

kinerja (performance measurement) yang mengukur kinerja perusahaan. Robert

Kaplan mempertajam konsep pengkuran kinerja dengan menentukan suatu

pendekatan efektif yang “seimbang” (balanced) dalam mengukur kinerja dan

strategi perusahaan. Pendekatan tersebut berdasarkan 4 perspektif, yaitu

keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Key

Performance Indicators (KPI), performance measurement sebenarnya bukanlah

Page 9: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

6

konsep yang baru. Dalam literatur akuntansi manajemen, konsep-konsep tersebut

sudah banyak dibahas. Dalam dunia sumber daya manusia, kita mengukur angka

perputaran karyawan, analisis hari absen dan lain-lain.

Definisi Balanced Scorecard

Definisi balanced scorecard menurut Garrison dalam bukunya “International

Corporate Governance” yang diterjemahkan oleh Amin Widjaja Tunggal salah

satu pakar akuntansi manajemen mengembangkan suatu konsep yang sama

dengan balanced scorecard yang dinamakan “Tableau de Bord” atau

“Dasboard”.

“Tableau de bord adalah pemicu keberhasilan perusahaan” sedangkan,

“Balanced Scorecard adalah sekelompok tolok ukur kinerja yang terintegrasi

yang berasal dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan

di seluruh organisasi”(2001:1).

Empat Perspektif Balanced Scorecard

1. Perspektif Keuangan

Balanced Scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti laba

bersih dan ROI (Return On Investmen), karena tolok ukur tersebut secara

umum digunakan dalam organisasi yang mencari laba. Tolok ukur keuangan

memberikan bahasa umum untuk menganalisis dan membandingkan

perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana untuk perusahaan seperti

lembaga keuangan dan pemegang saham sangat mengandalkan tolok ukur

kinerja keuangan dalam memutuskan apakah meminjamkan atau

menginvestasikan dana. Tolok ukur keuangan yang didesain dengan baik dapat

memberikan pandangan agregat keberhasilan suatu organisasi. Tolok ukur

keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup mengarahkan kinerja dalam

menciptakan nilai (value). Tolok ukur non keuangan juga tidak memadai

untuk menyatakan angka paling bawah (bottom line). Balanced Scorecard

mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja yang multiple baik

keuangan maupun non keuangan untuk mengarahkan kinerja organisasional

terhadap keberhasilan.

2. Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan memfokus pada bagaimana organisasi memperhatikan

pelanggannya agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan mereka

tidaklah cukup. Suatu organisasi juga harus memberikan insentif kepada

manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan.

Perusahaan antara lain menggunakan tolok ukur kinerja berikut, pada waktu

mempertimbangkan perspektif pelanggan, yaitu :

Kepuasaan pelanggan (customer satisfaction);

Tolok ukur kepuasan pelanggan menunjukkan apakah perusahaan

memenuhi harapan pelanggan atau bahkan menyenangkannya.

Retensi pelanggan (customer retention);

Tolok ukur retensi atau loyalias pelanggan menunjukkan bagaimana

baiknya perusahaan pelanggannya. Secara umum dikatakan bahwa

Page 10: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

7

dibutuhkan 5 x lebih banyak untuk memperoleh seorang pelanggan baru

daripada mempertahankan seorang pelanggan lama.

Pangsa Pasar (market share);

Pangsa pasar mengukur proporsi peusahaan dari total usaha dalam pasar

tertentu.

Kemampulabaan pelanggan.

Untuk perusahaan yang mencari untung, garis paling bawah (bottom line)

adalah kemampulabaan pelanggan, yakni pelanggan yang memberikan

keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan yang puas dan

setia dari pangsa pasar yang besar adalah baik, akan tetapi pencapaian

tersebut tidak menjamin kemapulabaan. Kepuasan pelanggan yang lebih

baik mengarah pada peningkatan kemampulabaan pelanggan.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan dengan perspektif poses usaha internal. Karyawan yang

melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk

memproses usaha yang lebih baik. Pelanggan menilai barang dan jasa yang

diterima dapat diandalkan dapat tepat pada waktunya. Pemasok dapat

memuaskan pelanggan apabila mereka memegang jumlah persediaan yang

banyak untuk menyakinkan bahwa barang-barang tersedia ditangan. Akan

tetapi biaya penanganan dan penyimpangan persediaan menjadi tinggi dan

kemungkinan keusangan persediaan. Untuk menghindari persediaan yang

berlebihan, alternatif yang mungkin adalah membuat pemasok mengurangi

throughput time. Throughput time adalah total waktu dari waktu peasanan

diterima oleh perusahaan sampai dengan pelanggan menerima produk.

Memperpendek throughput time dapat berguna apabila pelanggan

menginginkan barang dari jasa segera mungkin.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Untuk tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memfokus

pada kemampuan manusia. Manajer bertanggung jawab untuk

mengembangkan kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci untuk menilai

kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan

produktivitas karyawan. Kepuasan karyawan mengakui bahwa moral karyawan

adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, umumnya kepuasan

pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur

kepuasan karyawan dengan mengirim survey, mewawancari karyawan,

mengamati karyawan pada saat bekerja. Produktivitas karyawan mengakui

pentingnya keluaran per-karyawan, keluaran dapat diukur dalam arti tolok ukur

fisik seperti halaman yang diproduksi atau dalam tolok ukur keuangan seperti

pendapatan per-karyawan, laba per karyawan. Contoh pengukuran

produktivitas sebuah bank misalnya jumlah pinjaman yang diproses per loan

officer per bulan. Suatu sistem insentif yang baik akan mendorong manajer

meningkatkan kepuasan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang

rendah dan produktivitas karyawan yang tinggi.

Page 11: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

8

C. METODE PENELITIAN

Tipe Penelitiaan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

pendekatan Balanced scorecard, yaitu metodologi riset yang berupaya untuk

mengkuantifikasi data, dan biasanya menerapkan analisis statistik tertentu

(Malhotra,2005:115). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan

menggunakan metode survei, yaitu sebuah desain penelitian yang memberikan

uraian kuantitatif maupun numerik dari sejumlah pecahan populasi (sampel)

melalui proses pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpul datanya (Fowler, 1988 dalam Jhon W Creswell, 1994:112.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari

sumbernya. Data diperoleh melalui focus group discussion dan uji coba

instrument dengan para responden. Data sekunder adalah data diambil melalui

dokumen terkait administrasi di UNSERA. Pada penelitian ini teknik

pengambilan sampel dilakukan secara acak dan metode purposive sampling

baik kepada mahasiswa maupun kepada Dosen Unsera.

Operasional Variabel

Kinerja Dosen

Variabel Dimensi Indikator Kode

Angket

Kinerja

Dosen

Undang

Undang

Guru dan

Dosen

Nomor: 14

Tahun 2005

1 Pendidikan dan

pengajaran

a. Sikap dosen memotivasi

mahasiswa

b. Menyususn buku teks sebagai

bahan ajar

c. Membuat silabi pelajaran

d. Memberikan tugas terstruktur

mahasiswa.

e. Interaksi dosen dengan

mahasiswa.

f. Mengevaluasi hasil belajar

K1

K2

K3

K4

K5

K6

Page 12: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

9

Variabel Dimensi Indikator Kode

Angket

2 Penelitian

a. mengadakan penelitian secara

mandiri maupun kelompok,

b. menyajikan karya tulis dalam

pertemuan ilmiah .

c. menulis Jurnal ilmiah

d. memberikan tugas

terstruktur,

e. Aplikasi hasil penelitian

dalam proses pembelajaraan

f.

g.

K7

K8

K9

K10

K11

3 Pengabdian pada

Masyarakat

a. Memberikan penyuluhan

kepada masyarakat sesuai

dengan bidangnya,

b. Aktif memecahkan masalah

kemasyarakatan dan

lingkungan,

c. Menulis karya pengabdian

kepada masyarakat

d. Mengaplikasikan hasil

perkuliahan melalui kegiatan

pengabdian pada masyarakat

K12

K13

K14

K15

Populasi dan Sample.

Populasi dalam penelitian ini terdiri adalah civitas akademika yang berada di

lingkungan Universitas Serang Raya, baik itu mahasiswa, pegawai maupun dosen.

Sedangkan teknik sampel mengacu pada pada Surat Keputusan Rektor tentang

penilaian kinerja universitas, dalam SK Rektor No 245/01/UNSERA/E.20/I/2011

tersebut memuat ketentuan jumlah sampel yang digunakan untuk mengukur

kinerja dalam bentuk kualitatif yaitu, Sampel yang diberikan kepada mahasiswa

minimal 250 mahasiswa, sampel yang diberikan kepada pegawai minimal 50 dan

sampel yang diberikan kepada dosen hanya diberikan pada dosen yang berstatus

dosen tetap yaitu minimal 50 sample.

Uji Instrumen Penelitian

Validitas (Validity )

dilakukan uji coba koesioner pada sejumlah responden untuk mengetahui apakah

instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini valid atau tidak. dan

pernyataan yang dinyatakan Valid adalah pernyataan yang memiliki angka

korelasinya diatas korelasi r Product moment (rtabel)

Page 13: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

10

Uji Reliabilitas

Uji ini adalah untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama pada alat ukur yang sama

(Internal Consistency Reliability). Dalam pengukuran reliabilitas ini digunakan

rumus Cronbach‟s Alpha (α )

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan pendekatan

balacescorecard, yaitu metode analisis dengan menggunakan pengukuran kinerja

melalui 4 perspektif, yaitu :

1. Kinerja Dosen di analisis melalui Perspektif keuangan

Penilaian kinerja dosen di ukur melalui pengukuran daya serap

dosen dalam memanfaatkan anggaran yang disediakan oleh perguruan

tinggi pada setiap periodenya untuk kegiatan penelitian dan pengabdian

masyarakat., data kinerja dosen melalui :

a) Kinerja dosen diukur melalui jumlah kuantitas penelitian dari

periode tahun 2011 s/d 2014

b) Kinerja dosen diukur melalui daya serap anggaran penelitian dari

periode tahun 2011 s/d 2014

c) Kinerja dosen diukur melalui jumlah kuantitas pengabdian pada

masyarakat dari periode tahun 2011 s/d 2014

d) Kinerja dosen diukur melalui daya serap anggaran pengabdian

kepada masyarakat dari periode tahun 2011 s/d 2014

Tinggi rendahnya kinerja dosen dapat diketahui dengan

membadingakan realisasi penggunaan anggaran penelitian atau anggaran

pengabdian kepada masarakat dengan anggaran yang di rencanakan pada

bidang tersebut, sehingga perbandinagnya merupakan interprestasi

meningkat atau menurunnya kinerja dosen

2. Kinerja Dosen dianalisis melalui perspektif Kepuasan Mahasiswa

Perspektif kepuasan mahasiswa memfokus pada bagaimana

seorang dosen memperhatikan mahsiswanya pada saat proses belajar

mangajar, maka analisa yang digunakannya adalah dengan menganalisa

hasil score responden melalui sebaran angket pertanyaan yang kemudin

di cari rata-ratanya untuk menentukan ukuran tinggi dan rendahnya suatu

pernyataan atau persepsi mahasiswa terhadap kinirja dosen, hal yang di

rata-ratakan adalah :

a) Sikap dosen memotivasi mahasiswa

b) Menyususn buku teks sebagai bahan ajar

c) Membuat silabi pelajaran

d) Memberikan tugas terstruktur mahasiswa.

e) Interaksi dosen dengan mahasiswa.

f) Mengevaluasi hasil belajar

Tinggi rendahnya kinerja dosen diukur melalui perbandinag

antara nilai sempurna ( Jumlah responden x bobot tertinggi dari setiap

Page 14: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

11

butir pertanyaan) dengan realisasi nilainya, jika nilai perbandinag lebih

besar dari nilai rata-ratanya maka kinerja dosen dapat dikatakan tinggi,

begitu juga sebaliknya

3. Kinerja dosen dianalisis melalui prospek Bisnis Internal

Perspektif Kinerja dosen dianalisis melalui prospek Bisnis Internal

memfokus pada bagaimana seorang dosen dengan berhubungan :

a) Mengadakan penelitian secara mandiri maupun kelompok

b) Menulis Jurnal Ilmiah

c) Mmenulis buku reverensi dari hasil penelitian

d) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sesuai dengan

bidangnya

e) Aktif memecahkan masalah social kemasyarakatan dan lingkungan

f) Menulis karya pengabdian kepada masyarakat

4. Kinerja dosen dinilai dari Perspektif Pertumbuhan dan

Pembelajaran

Analisis ini pentingnya untuk terus memperhatikan dosen,

memantau kesejahteraannya, meningkatkan pengetahuan yang pada

gilirannya akan meningkatkan kemampuan untuk mencapai hasil ketiga

perspektif tersebut.

a) Menyajikan karya tulis dalam pertemuan ilmiah

b) Mengaplikasikan hasil penelitian dalam proses pembelajaran

c) Mengaplikasikan hasil perkuliahan melalui kegiatan pengabdian

pada masyarakat

Tinggi rendahnya kinerja dosen ditentukan dengan model yang

sama dengan perspektif kepuasan mahasiawa.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN KINERJA DOSEN DARI MASING-MASING

PERSPEKTIF

1. Mengukur Kinerja Dosen Perspektif Keuangan

Pengukuran perspektif finansial pada kinerja dosen dengan melihat biaya-

biaya yang dikeluarkan dan di hasilkan secara hibah oleh universitas yang

berhubungan dengan kinerja dosen pada bidang penelitian dan pengabdian

pada masyarakat berdasarkan 2 hal yaitu, target, dan capaian dari

universitas tersebut. Hasil pengukran perspektif finansial sebagai berikut :

Kinerja Penelitian

Berdasarkan data empiris dari Lembaga Pelitian dan Pengabdian kepada

Masarakat (LPPM) dan Kabiro Keuangan Universitas serang Raya

(UNSERA) Sebagai berikut :

Page 15: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

12

TAHUN

TARGET

INTERNAL EKSTERNAL JUMLAH

Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya

2011 36 270,000,000 4 60,000,000 40 330,000,000

2012 39 256,000,000 5 75,000,000 44 331,000,000

2013 49 317,500,000 20 300,000,000 69 617,500,000

2014 55 395,000,000 28 600,000,000 83 995,000,000

Jlh 179 1,238,500,000 57 1,035,000,000 236 2,273,500,000

TAHUN

REALISASI

INTERNAL EKSTERNAL JUMLAH

Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya

2011 31 155,000,000 0 0 31 155,000,000

2012 38 222,000,000 0 0 38 222,000,000

2013 44 308,000,000 11 157,750,000 55 465,750,000

2014 48 360,000,000 18 219,400,000 66 579,400,000

Jlh 161 1,045,000,000 29 377,150,000 190 1,422,150,000

TAHUN

PERSENTASE

INTERNAL EKSTERNAL JUMLAH

Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya

2011 86.11 57.41 0 0 77.50 46.97

2012 97.44 86.72 0 0 86.36 67.07

2013 89.80 97.01 55.00 52.58 79.71 75.43

2014 87.27 91.14 64.29 36.57 79.52 58.23

Jumlah 360.62 332.27 119.29 89.15 323.09 247.70

Rata rata 89.94 84.38 50.88 36.44 80.51 62.55

Ket : Data dioleh dari laporan keuangan Universitas

Kinerja perspektif keuangan dapat dikatakan baik, ini tercermin dari daya

serap Volume dengan rata- rata dari tahun 2011- 2013 sebesar 80,51 %

dan daya serap biaya 62,55 %, dengan rincian rata-rata volume internal

89,94 %untuk biaya 84,38 %, sedankan ekternal dengan volume 50,88 %

dengan biaya 36,44 % dikarenakan selama 2 (dua ) tahun dari 2011-2012

tidak memperoleh hibah penelitian akan tetapi dari tahun 2013 -2014

cenderung terjadinya kenaikan sehingga berdampak pada penurunan daya

serap anggaran penelitian yang di targetkan oleh universitas pada tahun

tersebut, secara umum kinerja penelitian dosen di Universitas baik .(Data

pada lampiran 2).

Kinerja Pengabdian Pada Masyarakat

Untuk perspektif daya serap pengabdian pada masyarakat dosen tergambar

pada data sebagai berikut :

Page 16: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

13

TAHUN

TARGET

INTERNAL EKSTERNAL JUMLAH

Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya

2011 28 140,000,000 5 75,000,000 33 215,000,000

2012 30 180,000,000 5 75,000,000 35 255,000,000

2013 46 317,500,000 2 300,000,000 48 617,500,000

2014 64 395,000,000 1 600,000,000 65 995,000,000

Jumlah 168 1,032,500,000 13 1,050,000,000 181 2,082,500,000

TAHUN

REALISASI

INTERNAL EKSTERNAL JUMLAH

Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya

2011 17 85,000,000 0 0 17 85,000,000

2012 22 132,000,000 0 0 22 132,000,000

2013 26 182,000,000 2 155,000,000 28 337,000,000

2014 35 262,500,000 1 77,500,000 36 340,000,000

Jumlah 100 661,500,000 3 232,500,000 103 894,000,000

TAHUN

PERSENTASE

INTERNAL EKSTERNAL JUMLAH

Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya

2011 60.71 60.71 0 0.00 51.52 39.53

2012 73.33 73.33 0 0.00 62.86 51.76

2013 56.52 57.32 100 51.67 58.33 54.57

2014 54.69 66.46 100 12.92 55.38 34.17

Jumlah 245.26 257.83 200 64.58 228.09 180.04

Rata-

rata 59.52 64.07 23.08 22.14 56.91 42.93

Ket : Data dioleh dari laporan keuangan Universitas

Sedangkan berdasarkan table kinerja daya serap perspektif keuangan dapat

dikatakan baik, hal ini tercermin dari daya serap Volume dengan rata- rata

dari tahun 2011- 2014 sebesar 56,91 % dan daya serap biaya 42,93%,

dengan rincian rata-rata volume internal 59,52 % untuk biaya 64,07%,

sedangkan ekternal dengan volume 23,08% dengan biaya 22,14 %

dikarenakan selama 2 (dua) tahun dari 2011-2012 tidak memperoleh

hibah penelitian akan tetapi dari tahun 2013 -2014 cenderung terjadinya

kenaikan sehingga berdampak pada penurunan daya serap anggaran

penelitian yang di targetkan oleh universitas pada tahun tersebut, secara

umum kinerja pengabdian pada masarakat dosen di Universitas belum

maksimal. (Data pada lampiran 2).

2. Mengukur Kinerja Dosen Perspektif Pelanggan (Kepuasan

Mahasiswa)

Mahasiswa merupakan faktor penting dalam merespon kinerja dosen di

bidang pendidikan dan pengajaran. Pada Perspektif Pelanggan yang diukur

adalah kriteria-kriteria bagaimana kinerja dosen dalam memuaskan

Page 17: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

14

mahasiswa. Untuk itu data diambil melalui penyebaran instrument yang

berhubungan dengan kinerja dosen dalam bidang pendidikan dan

pengajaran di Universitas Serang Raya

Hasil Uji Validitas Instrumen Kinerja Dosen

Berdasarkan hasil analisis uji coba kuesioner, bahwa setiap butir

pertanyaan yang di uji dalam penelitian ini dengan analisis korelasi produk

moment (Uji Validitas) semua instrument valid, karena semua nilai

korelasinya > r table 0.316 dan penghitungan reliabilitas dalam penelitian

ini, besarnya nilai koefisien reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha

sebesar 0,788. Maka semua butir pertanyaan yang valid dalam penelitian

ini juga reliable.

Hasil pengukuran Kinerja Dosen

UKURAN HASIL PENGUKURAN RATA

RATA 2011 2012 2013 2014

Sikap dan Motivasi dosen

dalam memberikan

perkuliahan

697 1010 729 875 828

Membuat Buku Ajar dalam

perkuliahan 520 589 631 743 621

Membuat silabi dan SAP

perkuliahan 754 882 903 950 872

Memberikan tugas terstruktur

mahasiswa. 658 755 929 887 807

Interaksi dosen dengan

mahasiswa. 930 823 110 1130 998

Mengevaluasi hasil belajar 750 884 828 1020 871

Berdasarkan tabel diatas bahwa nilai rata-rata yang diperoleh dari sebaran

instrument penelitian dapat dikatakan kinerja dosen pada bidang

pendidikan dan pengajaran secara parsial atau pada setiap periodenya

memiliki nilai diatas rata-ratanya yaitu sebesar 625 walaupun ada satu

instrument kinerja yang masih di bawah rata-rata atau kinerja dosen dalam

memotivasi mahasiswa melalui produksi buku ajarnya masih rendah,

ukuran ini mengacu pada hasil rata-rata pengukur yang diperoleh dari

jawaban tertinggi setiap varian butir di bagi 2 (dua) untuk mendapatkan

nilai rata-ratanya yaitu sebesar 5 x250 / 2 = 625, sedangkan secara total

untuk setiap butir instrumennya memiliki score di atas mean, ini dapat di

katakana bahwa kinerja dosen pada bidang pendidikan dan pengajaran

menurut sekala yang ditentukan melalui SK Rektor tersebut berada pada

kisaran nilai 2501 – 5000, yaitu kinirja dosen dikategorikan tinggi.

Page 18: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

15

3. Mengukur Kinerja Dosen Perspektif Bisnis Internal

UKURAN

HASIL PENGUKURAN RATA

RATA 2011 2012 2013 2014

mengadakan penelitian secara

mandiri maupun kelompok 145 212 210 232 200

menulis Jurnal ilmiah, 89 113 120 198 130

menulis buku reverensi dari

hasil penelitian 67 74 103 150 99

memberikan penyuluhan

kepada masyarakat sesuai

dengan bidangnya,

230 222 206 206 216

aktif memecahkan masalah

kemasyarakatan dan

lingkungan

143 245 233 220 210

menulis karya pengabdian

kepada masyarakat 221 225 221 247 229

Dari tabel tersebut dapat di deskripsikan baha kinerja dosen dalam

memberkan kontribusi keuntungan melalui produksi ilmiahnya masih

dinilai rendah, terutama pada bidang kepemimpinan public atau jarang

para dosen menjadi nara sumber dalam pertemuan-pertemuan ilmiah apa

lagi diikutsertakan sebagai pengurus suatu forum yang berkaitan dengan

bidangnya dan juga pada pada bidang penulisan karya ilmiahnya, masih

rendah Pengukuran nilai rata-rata diperoleh dari jawaban tertinggi setiap

varian butir di bagi 2 (dua) untuk mendapatkan nilai rata-ratanya yaitu

sebesar 5x50/2=125, maka berdasarkan table tersebut dengan melihat

perbandingan rata-rata kinerja dosen pada bidang tersebut masih rendah,

untuk periode tahun 2010 s/d 2012, namun walaupun di katakana rendah,

jika dilihat pertumbuhan dari 2 kinerja tersebut pada setiap periodenya

mengambarkan ada pertumbuhan yang cukup baik. Dan ini juga di

gambarkan melalui perhitungan rata rata secara total yaitu melalui

perbandinag criteria yang ditetapkan melalui SK rektor, seluruh butir

instrument memiliki angka diatas rata-ratanya atau semua skor total

berada pada kisaran 126 s/d 250, kinerja dosen pada bidang tersebut

meniliki kategori tinggi.

Page 19: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

16

4. Mengukur Kinerja Dosen Pertumbuhan dan Pembelajaran

UKURAN

HASIL PENGUKURAN RATA

RATA 2011 2012 2013 2014

Menyajikan karya tulis dalam

pertemuan ilmiah 120 176 201 228 181

Mengaplikasikan hasil penelitian

dalam proses pembelajaran 78 93 102 112 96

Mengaplikasikan hasil

perkuliahan melalui kegiatan

pengabdian pada masyarakat

209 113 143 203 167

Dari hasil perbandingan nilai skor dengan rata-ratanya, maka dapat

dikatakan bahwa kinerja dosen melalui perspektif ini dapat dikatakan

tinggi, hal ini dapat dibuktikan dari skor yang diberikan oleh responden

pada setiap pernyataannya adalah secara keseluruhan berada di atas nilai

rata-ratanya, nilai rata-rata terbentuk sebagai berikut 5x50/2= 125, seperti

halnya pada pengukuran kinerja dosen melalui perspektif bisnis internal,

walaupun ada beberapa varian instrument yang memiliki skor di bawah

rata-ratanya, namun dilihat secara pertumbuhan kinerja pada setiap

periodenya mengambarkan pertumbuhan yang selalu meningkat salah satu

contoh kinerja dosen pada aplikasi hasil penelitian, terlihat rendah yaitu

scor sebesar 78 tahun 2010 kemudian meningkat 16% (93-78/93x100) di

tahun 2011 walaupun kedua skor tersebut berada pada kategori rendah jika

dibandingkan dengan rata-ratanya, dan secara total kinerja dosen pada

perspektif ini berada padakisaran 126-250 dengan kategori tinggi.

HASIL PENGUKURAN KINERJA DOSEN PENDEKATAN

BALANCED SCORECARD

1. Kinerja dosen Kuantitatif

UKURAN HASIL PENGUKURAN

REALISASI TARGET RASIO BALAN

SCORECARD 2011 2012 2013 2014

KINERJA DOSEN PERSPEKTIF KEUANGAN

Jumlah Penelitian Internal

31 38 44 48 160 179 89.38 Kinerja Tinggi

Jumlah Penelitian Eksternal

0 0 11 18 29 57 50.88 Kinerja Tinggi

Biay Biaya Penelitian Internal

( 000.000) 155 222 308 360 1,045 1,238,5 84.38 Kinerja Tinggi

Biaya Penelitian Eksternal ( 000.000)

0 0 157,75 219,4 377,15 1035 36,44 Kinerja Rendah

Jumlah Pengabdian pada masyarakat (program Internal)

17 22 26 35 100 168 59.52 Kinerja Tinggi

Jumlah Pengabdian pada

masyarakat (Program Eksternal)

0 0 2 1 3 13 23.08 Kinerja Rendah

Page 20: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

17

Biaya pengabdian pada masyarakat dari Internal (000.000)

85 132 182 262,5 661,5 1,032,5 64.07 Kinerja Tinggi

Biaya pengabdian pada masyarakat dari Eksternal (000.000)

0 0 155 78,5 232,5 1,050 22.14 Kinerja Rendah

2. Kinerja Dosen Kualitatif

Qs UKURAN HASIL PENGUKURAN Rata

Rata SCORECARD

2011 2012 2013 2014

1 Kinerja Dosen Perspektif

Pelanggan

K1 Sikap dan Motivasi dosen dalam

memberikan perkuliahan 697 1010 729 875 828 Kinerja Tinggi

K2 Membuat Buku Ajar dalam

perkuliahan 520 589 631 743 621

Kinerja

Rendah

K3 Membuat silabi dan SAP

perkuliahan 754 882 903 950 872 Kinerja Tinggi

K4 Memberikan tugas terstruktur

mahasiswa. 658 755 929 887 807 Kinerja Tinggi

K5 Interaksi dosen dengan mahasiswa. 930 823 110 1130 998 Kinerja Tinggi

K6 Mengevaluasi hasil belajar 750 884 828 1020 871 Kinerja Tinggi

2 Kinerja Dosen Perspektif Bisnis Internal

K7 mengadakan penelitian secara

mandiri maupun kelompok 145 212 210 232 200 Kinerja Tinggi

K9 menulis Jurnal ilmiah, 86 113 120 198 129 Kinerja Tinggi

K10 menulis buku reverensi dari hasil penelitian

67 74 103 150 99 Kinerja Rendah

K12

memberikan penyuluhan kepada

masyarakat sesuai dengan

bidangnya,

230 222 206 206 216 Kinerja Tinggi

K13 aktif memecahkan masalah

kemasyarakatan dan lingkungan 143 245 233 220 210 Kinerja Tinggi

K14 menulis karya pengabdian kepada

masyarakat 221 225 221 247 229 Kinerja Tinggi

3 Kinerja Dosen Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

K8 menyajikan karya tulis dalam

pertemuan ilmiah 120 176 231 244 193 Kinerja tinggi

K11 mengaplikasikan hasil penelitian

dalam proses pembelajaran 78 93 133 146 113 Kinerja Rendah

K13

mengaplikasikan hasil perkuliahan

melalui kegiatan pengabdian pada

masyarakat

209 113 143 203 167 Kinerja Tinggi

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja dosen Universitas Serang

Raya secara keseluruhan pada setiap perspektifnya mengalami peningkatan

dari selang waktu antara tahun 2011 sampai tahun 2014. Hal ini dapat dilihat

dari pengukuran perspektif keuangan (Kuantitatif) dari 8 instrumen

pengukuran tiga pengukuran yang kinerja nya rendah, ini terutama kinerja

Page 21: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

18

dosen pada bidang pengabdian pada masyarakat yang dibiayai melalui

instansi diluar universitas, Perspektif kepuasan mahasiswa dari 6 instrumen

yang di ukur hanya dua yang memiliki kinerja masih rendah, kemudian pada

perspektif bisnis internal juga terlihat ada 1 instrumen pengukuran yang

memiliki kinerja dosen masih rendah dari 6 instrumen yang di ukur,

sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran juga, hanya 1

instrument kinerja dosen memiliki nilai kinerja yang rendah.

Meskipun masih terdapat beberapa kelemahan namun secara keseluruhan

kinerja dosen atau secara umum di universitas serang raya dapat dikatakan

baik. Tentu saja masih banyak sekali dibutuhkan pembenahan terkait dengan

kelemahan-kelemahan yang ada. Pada akhirnya, penggunaan konsep

Balanced Scorecard diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan

manajemen universitas dalam menilai kinerja dosennya, baik dari sektor

keuangan maupun non keuangan

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, pengukuran kinerja dosen dengan pendekatan

balanced scorecard dapat disimpulkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif

adalah sebagai berikut :

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang di susun dan yang telah di uji kevaldannya,

masih terlalu sederhana, karena masih kurangnya literature yang

digunakan sebagai pembuatan instrument tersebut, sehingga belum

mengukur secara keseluruhan dalam menetukan tinggi rendahnya kinerja

dosen.

2. Kuantitatif

Kinerja dosen Universitas Serang Raya secara kuantitatif dilihat dari

perspektif keuangan pada bidang penelitian dan pengabdian pada

masyarakat selang periode 2011 sampai dengan 2014 dari 8 instrumen

pengukuran tiga pengukuran yang kinerja nya rendah, ini terutama kinerja

dosen pada bidang pengabdian pada masyarakat yang dibiayai melalui

instansi diluar universitas.

3. Kualitatif

Kinerja dosen secara kualitatif melalui Perspektif kepuasan mahasiswa ,

melalui perspektif bisnis dan melalui perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran dinilai cukup tinggi, Meskipun masih terdapat beberapa.

kelemahan namun secara keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

universitas serang raya dapat dikatakan baik.

Page 22: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

19

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Oemi. 2001. Dasar-dasar Public Relations, Bandung ; PT. Citra

Aditya Bakti.

Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta ; PT. Raja Grafindo

Persada.

DeVito, Joseph S., Communicology : An Introduction to the Study of

Communication, Herper & Row Publisher, New York-London, 1978.

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung ;

PT. Remaja Rosdakarya.

Hasan, Iqbal, M. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta ; Ghalia.

Lexy J Moleong, 1995. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung ; Rosda

Karya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung ; PT.

Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi, Bandung ; PT. Remaja

Rosdakarya.

Severin, Werner J & James W. Tankard Jr. 2008. Communication Theories :

Origins, Methods & Uses in the Mass Media, alih bahasa oleh Sugeng

Hariyanto, Jakarta ; Kencana Prenada Media Group.

Stephen W, Little John dan Karen A. Foss, 2009. Encyclopedia of

Communication. London, Sage

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung ;

Alfabeta.

Turner, Lynn. H dan Richard West. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis

dan Aplikasi, Jakarta ; Salemba Humanika.

West Richard & Lynn H. Turner, Introducing Communication Theory. Singapore

2007

Page 23: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

20

PENGARUH DAN KONSEKUENSI WORK-FAMILY ENRICHMENT

Elisabet Dita Septiari

Debora Wintriarsi

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

([email protected])

([email protected])

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor antesenden dan konsekuensi dari

work-family enrichment. Peneliti menggunakan variable karakteristik personal

yaitu optimisme, otonomi pekerjaan, dan dukungan supervisor sebagai faktor

yang mempengaruhi work-family enrichment. Sedangkan faktor yang menjadi

konsekuensi dari work-family enrichment adalah kepuasaan kerja. Peneliti

menggunakan survei dengan penyampelan secara convenience, dengan responden

karyawan di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Hipotesis akan diuji menggunakan

analisis regresi. Hasil penelitian akan memberikan kontribusi bagi manajemen

perusahaan mengenai pengelolaan work-family enrichment.

Kata kunci: Optimisme, Otonomi pekerjaan, Dukungan supervisor, Work-family

enrichment, Kepuasaan kerja

A. PENDAHULUAN

Perubahan trend mengenai pekerjaan dan keluarga saat ini telah banyak

bergeser. Tren sosial seperti partisipasi wanita dalam dunia kerja,

berkembangnya tingkat perceraian yang menyebabkan semakin banyak

seseorang menjadi orangtua tunggal, serta keluarga berpenghasilan ganda,

mendorong seseorang untuk berkomitmen dalam keluarga maupun

pekerjaannya (Grzywacz & Marks, 2000). Pekerjaan dan keluarga merupakan

dua faktor penting dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan penelitian

terdahulu, beberapa hasil uji empiris menunjukkan peran ganda dalam

pekerjaan dan keluarga akan menimbulkan konflik bagi individu dan

organisasi (Warner dan Hausdof, 2009). Konflik tersebut dapat berakibat

buruk bagi individu, antara lain munculnya stress, kesehatan yang menurun,

dan kepuasan hidup yang menurun (Warner dan Hausdof, 2009). Konflik

antara pekerjaan dan keluarga tersebut juga berpengaruh negatif pada

organisasi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konflik pekerjaan dan

keluarga berpengaruh pada kepuasaan kerja di organisasi (Allen et al, 2000,

Page 24: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

21

dalam Grandey et al, 2005). Konflik antara pekerjaan dan keluarga juga

dapat berpengaruh negatif pada sikap kerja (Boyar et al, 2008), keinginan

untuk keluar (Yavas et al, 2008), dan perilaku kerja negatif (Boyar et al,

2008). Beberapa penelitian mengenai konflik pekerjaan dan keluarga yang

menunjukkan pengaruh negatif biasanya menggunakan perspektif role-strain

(depleting). Menurut Rothbard (2001), dasar dari teori depletion adalah

seseorang memiliki keterbatasan dalam fisik dan psikologis, sehingga mereka

harus melakukan pilihan dalam peranan mereka untuk menghadapi

keterbatasan sumber daya tersebut, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan

konflik.

Berbeda dengan perspektif role strain, peneliti lain mengemukakan teori

enriching. Teori ini berpendapat bahwa keterlibatan seseorang dalam

keluarga dan pekerjaan dapat memfasilitasi, memperkaya, dan mendukung

satu dengan lainnya (Rothbard, 2001; Greenhaus dan Powell, 2006).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan akan memberikan benefit

bagi kehidupan keluarga (meningkatnya kesejahteraan), dan keluarga

memberikan benefit bagi pekerjaan (misalkan penurunan stress, dan

manajemen stress) seperti dikutip oleh Lim et al. (2012). Menurut Rothbard

(2001), dasar dari teori enriching adalah seseorang dapat meningkatkan

sumber daya dan perhatiannya untuk menjalani berbagai peran dalam

hidupnya.

Meskipun demikian, menurut Greenhauss dan Powell (2006), penelitian

mengenai interaksi antara peran dalam keluarga dan pekerjaan lebih banyak

didasarkan pada teori depletion. Para peneliti beranggapan bahwa peran

antara keluarga dan pekerjaan saling bertentangan. Sedangkan penelitian

mengenai peran dalam keluarga dan pekerjaan yang didasarkan pada teori

enriching masih terbatas. Hasil penelitian Greenhauss dan Powell (2006)

menunjukkan bahwa peran seseorang dalam pekerjaan dan keluarga dapat

meningkatkan kesehatan mental, kesehatan fisik, dan menjadi penahan efek

negatif dari peranan yang lain. Menurut Illies et al. (2009), integrasi antara

pekerjaan dan keluarga yang baik akan meningkatkan kepuasan dalam

pekerjaan. Oleh karena itu tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji

pengaruh work-family enrichment pada kepuasaan kerja.

Berdasarkan penelitian terdahulu ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi work-family enrichment. Penelitian Grzywacz dan Marks

(2000) menunjukkan bahwa otonomi dalam pekerjaan mempengaruhi work-

family enrichment. Penelitian Lu (2011) menunjukkan dukungan supervisor

berpengaruh pada work-family enrichment untuk setting penelitian di China.

Menurut Dyson (2006), tingkat optimisme yang dimiliki seseorang akan

berpengaruh work-family enrichment. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu

Page 25: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

22

maka penelitian ini juga bertujuan untuk menguji ketiga variabel sebagai

faktor antasenden work-family enrichment dalam konteks karyawan di

Yogyakarta, yang memegang budaya patrilineal.

B. KAJIAN PUSTAKA

Work-family enrichment

Greenhaus dan Powell (2006) mendefinisikan konsep work-family enrichment

sebagai suatu keadaan tentang sejauh mana pengalaman dalam satu peran

meningkatkan kualitas hidup di peran lainnya. Frone (2003, dalam Dyson-

Washington, 2006) mendefinisikannya sebagai sejauh mana partisipasi di

tempat kerja (atau rumah) menjadi lebih mudah berdasarkan pengalaman,

keterampilan, dan peluang yang diperoleh atau dikembangkan di rumah (atau

kerja). Work-family enrichment terjadi ketika pengalaman-pengalaman

pekerjaan memperbaiki kualitas kehidupan keluarga.

Berbeda dengan konsep work-family conflict yang menyatakan bahwa

pengalaman dalam suatu peran menyebabkan stres, keterbatasan waktu, dan

kegagalan fungsi perilaku dalam peran yang lain (Greenhaus dan

Bautel,1985), konsep work-family enrichment berfokus pada hubungan positif

dari kedua peran tersebut, sehingga suatu peran akan menghasilkan sumber

daya yang mungkin dapat bermanfaat untuk digunakan dalam peran yang lain

(Frone, 2003 dalam Powell dan Greenhaus, 2006). Lebih lanjut, meskipun

work-family conflict dan work-family enrichment sama-sama merupakan

konstruk bi-directional (Rendel and Steven, 2006 dalam Roche and Haar,

2010), namun Frone (2003, dalam Greenhaus dan Powell, 2006) menyatakan

bahwa kedua konsep tersebut merupakan konstruk independen dan tidak

berhubungan satu dengan yang lain.

Faktor antesenden work-family enrichment

Berdasar pada penelitian terdahulu, terdapat beberapa faktor yang dapat

dinyatakan sebagai antesenden dari work-family enrichment, yang berasal dari

karakteristik individu (pendidikan, penghasilan, jenis kelamin, ras),

karakteristik keluarga (status pernikahan, jumlah anak), dan karakteristik

pekerjaan (otonomi, jenis pekerjaan) (Dyson-Washington, 2006), tuntutan

pekerjaan yang berlebihan (emosional tinggi, tuntutan fisik dan waktu, dan

konflik peran yang tinggi), serta sumber daya pekerjaan (keragaman

ketrampilan, otonomi, keamaanan pekerjaan, serta dukungan supervisor dan

rekan kerja) (Bakker dan Geurts, 2004 dalam Rantanen, 2008). Greenhaus

dan Powell (2006) menyarankan model untuk memeriksa work-family

enrichment melalui peningkatan sumber daya, yang merupakan "aset yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah atau mengatasi situasi yang

Page 26: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

23

menantang". Mereka menjelaskan bahwa individu dapat mendapatkan sumber

daya psikologis (optimisme, harapan dan ketabahan) yang mungkin untuk

meningkatkan work-family enrichment.

Optimisme dan work-family enrichment

Salah satu sumber daya psikologis yang mungkin dapat meningkatkan work-

family enrichment adalah optimisme. Optimisme, sebuah harapan untuk

mendapatkan hasil yang baik, dinyatakan oleh Frone (2003, dalam Dyson-

Washington, 2006) sebagai kemungkinan yang mempengaruhi sejauh mana

pengalaman, keterampilan, dan peluang yang diperoleh atau dikembangkan

dalam satu peran (pekerjaan atau keluarga) akan meningkatkan kualitas hidup

dalam peran lainnya (keluarga atau pekerjaan). Dalam penelitian empiris

yang dilakukan oleh Dyson-Washington (2006) terhadap mahasiswa,

karyawan, dan pengajar di sebuah lembaga pendidikan kesehatan, ditemukan

bahwa optimisme secara positif berhubungan dengan work-family

enrichment, family-work enrichment, kepuasan kerja, kepuasan keluarga, dan

kepuasan hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Rotondo dan Kincaid (2008)

juga menunjukkan bahwa seseorang yang optimis berpengaruh pada work

family facilitation yang apa bila dilihat dari alat ukurnya memiliki kesamaan

dengan work family enrichment.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian empiris sebelumnya, hipotesis

pertama:

Hipotesis 1: Optimisme berhubungan positif terhadap work-family enrichment

Otonomi pekerjaan dan work-family enrichment

Otonomi pekerjaan adalah kemungkinan yang dimiliki seorang karyawan

untuk mengatur sendiri pekerjaannya (Karasek dan Theorell, 1990, dalam

Taipale et al. 2011). Otonomi pekerjaan terdiri dari dua komponen yaitu

kemampuan yang menyangkut kebijaksanaan (skill discretion) dan

kewenangan dalam keputusan (decision authority). Kemampuan yang

menyangkut kebijakan (skill discretion) adalah kemungkinan seseorang untuk

mengembangkan kreativitas, memiliki partisipasi dalam pengambilan

keputusan, memiliki kesempatan mempelajari hal baru, menggunakan

kemampuannya secara professional. Sedangkan decision authority adalah

kemungkinan seorang karyawan untuk memilih cara melakukan

pekerjaannya, dan ikut serta dalam pengambilan keputusan pada hal-hal yang

menyangkut pekerjaannya (Karasek dan Theorell, 1990, dalam Taipale et al.

2011).

Page 27: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

24

Otonomi merupakan salah satu dimensi karakteristik pekerjaan yang memberi

motivasi intrinsik, memunculkan energi dalam bekerja sehingga dapat

memobilisasi fungsi-fungsi di pekerjaan yang baik ke dalam keluarga

(Friedman dan Greenhaus, 2000). Menurut Grzywacz dan Marks (2000)

otonomi di tempat kerja memiliki hubungan dengan tingkat work-to family

enrichment dan family-to work enrichment yang lebih tinggi. Voydanoff

(2004) menjelaskan bahwa otonomi pekerjaan dapat membantu meningkatkan

kompetensi dan kapabilitas individu dalam melakukan berbagai hal secara

bersamaan. Sebuah lingkungan kerja yang memberikan kebebasan dalam

mengatur waktu dan mengatur pekerjaannya akan mendorong karyawan

menciptakan sesuatu (misalkan manajemen waktu yang baik) yang

bermanfaat bagi kehidupan keluarganya. Menurut Chu (2010), dari hasil

interview dengan beberapa responden, lingkungan pekerjaan seperti otonomi

pekerjaan merupakan anteseden dari work family enrichment, Hal yang sama

juga telah diuji oleh oleh Greenhaus dan Parasuraman (1999), serta

Greenhaus dan Powell (2006) dapat meningkatkan work-family enrichment.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian empiris sebelumnya, hipotesis

kedua:

Hipotesis 2: Otonomi pekerjaan berhubungan positif terhadap work-family

enrichment.

Dukungan supervisor dan work-family enrichment

Baral dan Bhargava (2011) menjelaskan bahwa dukungan supervisor

merupakan sumber daya dalam pekerjaan yang berjalan dengan berbagai cara

untuk memfasilitasi keberhasilan integrasi antara tuntutan pekerjaan dan

keluarga. Supervisor dapat membantu upaya karyawan dengan menyediakan

dukungan (memungkinkan karyawan untuk menjadwalkan jam kerja mereka

atau mengambil cuti ketika ada urgensi dalam keluarga), serta

mengekspresikan kepedulian dan empati terhadap karyawan. Supervisor yang

memberi dukungan kepada karyawannya ditemukan dapat meringankan

berbagai ketegangan di tempat kerja, sehingga dimungkinkan dapat

menyediakan tenaga dan kepercayaan diri karyawan ketika beraktivitas dalam

keluarga (Beehr et al., 2000 dalam Baral dan Bhargava. 2010).

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dukungan sosial di tempat

kerja dapat mengurangi perasaan negatif karyawan terhadap pekerjaannya

(Baker et al., 1996 dalam Wadsworth, 2007), burnout (Lingard, et al., 2010),

serta meningkatkan work-family enrichment (Siu, et al., 2010 dalam Lu,

2011)

Page 28: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

25

Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian empiris sebelumnya, hipotesis

ketiga:

Hipotesis 3: Dukungan superisor berhubungan positif terhadap work-family

enrichment

Faktor konsekuensi work-family enrichment

Fokus pada konsekuensi work-family enrichment sama pentingnya dengan

penelusuran antesenden yang mempengaruhinya. Meskipun belum banyak

penelitian yang mengungkapkan dampak dari work-family enrichment, namun

para peneliti meyakini bahwa work-family enrichment merupakan faktor

penting bagi organisasi yang dapat berpengaruh pada kepuasan kerja dan

tunover intention (McNall et al., 2010; Bhargava and Baral (2009)),

komitmen organisasional dan organizational citizenship behavior (Bhargava

and Baral (2009), serta kepuasan keluarga (Carlson 2006 dalam Lu, 2011).

Work-family enrichment dan kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan salah satu sikap di tempat kerja, yang

didefinisikan sebagai suatu penilaian dan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap pekerjaannya (Locke, 1976 dalam McNall, 2010). Greenhaus and

Powell (2006) mengungkapkan bahwa sumber daya pekerjaan menciptakan

dampak positif di tempat kerja dan akan berpengaruh pula pada kepuasan

kerja. Beberapa penelitian empiris membuktikan adanya hubungan positif

antara work-family enrichment dan kepuasan kerja (McNall et al. (2010); Lu

(2011), yang menunjukkan bahwa interaksi positif antara pekerjaan dan

keluarga akan membawa dampak baik bagi karyawan dan perusahaan

(Lingard et al., 2010)

Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian empiris sebelumnya, hipotesis

keempat:

Hipotesis 4: Work-family enrichment berhubungan positif terhadap kepuasan

kerja

Gambar1. Model Penelitian

Optimisme

Otonomi Pekerjaan

0,548**

0,292* 0,343*

H1

H2

H3

H4

Page 29: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

26

C. METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat konfirmatori, yaitu untuk mengkonfirmasi hubungan

antara variabel dependen dan independen. Tujuan dari penelitian konfirmatori

adalah untuk menguji sejumlah hipotesis atau menjawab rumusan masalah

(Cooper dan Schindler, 2008: 143). Hipotesis diuji secara kuantitatif dengan

alat statistik. Sedangkan untuk pengumpulan data, penelitian ini

menggunakan metode survei dengan menyebar kuesioner secara langsung

kepada responden. Peneliti tidak melakukan control pada variabel sehingga

penelitian ini bersifat ex post facto (Cooper dan Schindler, 2008: 143). Jika

ditinjau dari segi waktu, penelitian ini merupakan cross-section study, karena

dilakukan satu kali dan menunjukkan kondisi di satu waktu tertentu (Cooper

dan Schindler, 2008: 144).

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling. Penulis

memilih metode penyampelan ini karena tidak memiliki data mengenai total

populasi dan sampling frame sehingga probabilitas untuk memilih elemen

dari populasi tidak diketahui. Penelitian ini menggunakan judgement

sampling dengan kriteria karyawan tetap (bukan karyawan kontrak, honorer

ataupun paruh waktu), dan telah menikah, dengan masa kerja lebih dari satu

tahun. Pemilihan kriteria didasarkan pada pendapat Grzywacz et al. (2002,

dalam Dyson-Washington, 2006) yang menemukan bahwa pasangan yang

telah menikah mengalami work-family enrichment lebih besar dibandingkan

dengan individu yang belum menikah. Selain itu, pemilihan responden yang

telah menjadi karyawan tetap dilakukan karena diharapkan karyawan telah

memiliki cukup pengetahuan mengenai berbagai hal dalam pekerjaannya.

Penelitian dilakukan di sebelas perusahaan di Yogyakarta yang bergerak di

berbagai bidang yaitu bidang keuangan dan perbankan, pendidikan,

telekomunikasi, perhotelan, dan otomotif.

Instrumen Penelitian

Pengukuran lima variabel yang diteliti menggunakan beberapa instrumen

penelitian yang diadaptasi dari peneliti terdahulu. Kuesioner work-family

enrichment menggunakan enam item pertanyaan yang diadaptasikan dari

Carlson et al, (2006). Optimisme diambil dari Dyson-Washington (2006)

yang terdiri dari empat belas item pertanyaan. Otonomi pekerjaan diukur

menggunakan kuesioner dari Spreitzer (1995) seperti dikutip dalam Chu

(2010), dengan tiga item pertanyaan. Pengukuran variabel dukungan

supervisor menggunakan tujuh item pertanyaan yang diambil dari

Page 30: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

27

Parasuraman, Greenhaus dan Granrose (1992). Sedangkan untuk kepuasaan

kerja, penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadaptasikan dari

Hackman dan Oldman (1980), dengan pertanyaan sebanyak tiga item.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel

Hasil dari respon terhadap survei yang dilakukan kepada karyawan yang

bekerja di beberapa perusahaan di Jogjakarta (PNS, perguruan tinggi,

lembaga keuangan dan perbankan, telekomunikasi, perhotelan, otomotif)

menunjukkan bahwa sampel yang dapat digunakan adalah 146 responden.

Sampel terdiri dari 50,3% wanita dan 49,7% pria. Mayoritas responden

berusia antara 41-45 tahun (26,9%), diikuti oleh responden berusia 30-35

tahun (17,9%), sedangkan minoritas responden berusia 36-40 (11,7%).

Tingkat pendidikan mayoritas responden adalah strata-1 (42,7%), dan

peringkat kedua adalah D1/D2/D3 sebesar 30,8%. Lebih lanjut, penghasilan

mayoritas responden berkisar antara Rp4.000.000,00 – Rp6.000.000,00,

sedangkan peringkat kedua responden berpenghasilan Rp1.000.000,00 –

Rp2.500.000,00.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai mean dari work-

family enrichment, optimisme, otonomi pekerjaan, dukungan supervisor, serta

kepuasan kerja adalah lebih dari tiga. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kebanyakan responden menjawab setuju pada pernyataan yang ada dalam

kuesioner. Selain itu, nilai standar deviasi menunjukkan bahwa data yang

diperoleh dari jawaban responden tidak terlalu bervariasi.

Tabel 1. Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

WFE 146 2,00 5,00 3,78 0,615

OPTIMIST 146 2,00 5,00 3,98 0,622

OP 146 2,00 5,00 3,64 0,696

DS 146 2,00 5,00 3,58 0,644

KK 146 1,50 5,00 3,69 0,781

Valid N

(listwise) 146

Page 31: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

28

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur kualitas instrumen dalam

menggambarkan suatu konsep atau konstruk (Hair et al, 2006: 3). Dalam

menguji validitas, penelitian ini menggunakan confirmatory factor analysis

dengan rotasi varimax. Tabel 2 menunjukkan hasil uji validitas pada kelima

variabel. Menurut Hair et al. (2006) Faktor loading 0,5 atau lebih dianggap

layak digunakan dalam menentukan nilai loading yang signifikan. Pada

penelitian ini, ada beberapa item pernyataan yang dihilangkan karena memiliki

faktor loading yang rendah. Konstruk Work-family enrichment yang

ditunjukkan pada komponen (WFE), ada dua item pernyataan yang tidak

digunakan. Pada konstruk optimisme (OPT), hanya empat item pernyataan

yang valid. Sedangkan pada otonomi pekerjaan (OP), semua item pernyataan

valid. Konstruk dukungan supervisor (DS) dan kepuasaan kerja (KK) masing-

masing memiliki satu item pernyataan yang faktor loadingnya rendah dan tidak

mengumpul pada komponen yang sama sehingga tidak digunakan.

Tabel2. Uji Validitas dengan Analisis Faktor

Komponen

DS OPT WFE OP KK

1 ,824

2 ,788

3 ,641

4 ,576

8 ,785

9 ,794

10 ,699

13 ,713

15 ,809

16 ,832

17 ,669

18 ,645

19 ,767

20 ,850

21 ,667

22 ,778

23 ,721

25 ,742

26 ,801

Page 32: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

29

Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan kekonsistenan alat ukur (Cooper dan Schindler,

2008: 293). Reliabilitas akan diuji dengan melihat korelasi antar item yang

ditunjukkan dengan nilai Cronbach‟s alpha. Menurut Cooper dan Schindler

(2008: 293) nilai Cronbach‟s alpha menunjukkan konsistensi internal atau

homogenitas diantara item. Nilai Cronbach‟s alpha 0,8 atau lebih menunjukkan

reliabitas yang baik, nilai Cronbach‟s alpha antara 0,6 sampai 0,79

menunjukkan reliabilitas dapat diterima, dan apabila kurang dari 0,6

dikategorikan reliabilitas tidak dapat diterima karena kurang baik (Hair et al.,

2006:137). Berdasarkan Tabel 3, instrument masing-masing konstruk memiliki

reliabilitas yang dapat diterima.

Tabel3. Hasil Uji Reliabilitas Penelitian

Variabel Cronbach‟s alpha

Work-family enrichment 0,758

Optimisme 0,796

Otonomi Pekerjaan 0,795

Dukungan supervisor 0,866

Kepuasan kerja 0,901

Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap, pertama,

menguji hipotesis satu, dua, dan tiga, dengan work-family enrichment sebagai

variabel dependen. Kemudian, menguji hipotesis empat, yaitu kepuasan kerja

sebagai variabel dependen dengan work-family enrichment sebagai variabel

independen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan α = 0,05.

Pengujian pertama

Pengujian pertama ini digunakan untuk menguji pengaruh optimisme, otonomi

pekerjaan, dan dukungan supervisor pada work-family enrichment.

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa:

Ha1 terdukung. Optimisme berpengaruh positif pada work-family enrichment

(β 0,199, α< 0,05). Ha2 terdukung. Otonomi pekerjaan berpengaruh positif

pada work-family enrichment (β 0,216, α< 0,05). Ha3 juga terdukung,

dukungan supervisor berpengaruh positif pada work-family enrichment (β

0,185, α< 0,05).

Page 33: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

30

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis 1,2,3

R Square: 0.216

Adjusted R Square: 0.199

Variabel dependen: Work-family enrichment

Model Standardized β Sig

Optimisme 0,199 0,022

Otonomi Pekerjaan 0,216 0,012

Dukungan Supervisor 0,185 0,027

Pengujian kedua

Pengujian kedua ini digunakan untuk menguji pengaruh work-family

enrichment pada kepuasaan kerja. Berdasarkan Tabel 5, maka Ha4 terdukung.

Work-family enrichment berpengaruh positif pada kepuasan kerja.

Tabel5. Hasil Pengujian Hipotesis 4

R Square: 0.271

Adjusted R Square: 0.266

Variabel dependen: kepuasan kerja

Model Standardized β Sig

Work-family enrichment 0,521 0,000

Pembahasan

Studi yang dilakukan oleh peneliti pada makalah ini merupakan studi awal

yang mencoba melihat sisi lain dari hubungan antara peran individu dalam

pekerjaan dengan peran individu dalam keluarga. Jika kebanyakan penelitian

berfokus pada dampak negatif yang dirasakan individu di tempat kerja terhadap

kehidupan keluarga, penelitian ini berfokus pada dampak positif atau manfaat

yang dirasakan individu di tempat kerja bagi kehidupan keluarganya. Studi ini

tidak berfokus pada faktor pekerjaan saja (dukungan supervisor dan otonomi

pekerjaan) tetapi juga faktor kepribadian seseorang tersebut.

Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa optimisme

berpengaruh positif terhadap work-family enrichment. Hasil ini sesuai dengan

beberapa penelitian Dyson-Washington (2010), dan Rotondo dan Kincaid

(2008). Sikap optimis atau berpikiran positif membuat seseorang dapat

merasakan benefit atas perannya di pekerjaan dan membawa benefit positif

tersebut ke dalam keluarga seperti yang terdapat dalam teori positive spill-over.

Meskipun pengaruh sikap optimism lebih kecil dibandingkan otonomi

pekerjaan, menurut Rotondo dan Kincaid (2008), seseorang yang tidak

memiliki sikap optimis akan melihat peran ganda dalam pekerjaan dan rumah

sebagai faktor yang dapat menimbulkan konflik.

Page 34: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

31

Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa otonomi pekerjaan

berpengaruh positif terhadap work-family enrichment. Hasil ini mendukung

penelitian dari Grzywacz and Marks (2000), Voydanoff (2004, dalam Chu,

2010), serta Greenhaus dan Powell (2006). Seperti di dalam integrated teori,

otonomi pekerjaan membuat seseorang memiliki fleksibelitas dalam jam

kerjameningkatkan work-family enrichment (Morgeson et al., 2005). Otonomi

pekerjaan membuat karyawan memiliki kebebasan dalam membagi peran di

pekerjaan dan keluarga.

Selanjutnya, pengujian pada hipotesis ketiga menunjukkan bahwa dukungan

dari supervisor berpengaruh positif terhadap work-family enrichment. Hasil

tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu, yang menyatakan bahwa bantuan

supervisor kepada karyawan untuk menyediakan dukungan, kepedulian dan

empati sehingga dapat mengurangi perasaan negatif karyawan terhadap

pekerjaannya, dan meningkatkan work-family enrichment (Siu, et al., 2010

dalam Lu, 2011). Menurut Baral dan Bhargava (2010), dukungan supervisor

dapat menenangkan tekanan dan stress pada pekerjaan sehingga dapat

membawa energi dan kepercayaan diri dalam peranan karyawan di keluarga.

Hasil dari pengujian hipotesis keempat menunjukkan dampak work-family

enrichment yang berpengaruh positif pada kepuasan kerja. Meskipun belum

banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif antara kedua variabel,

penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif antara work-family

enrichment pada perasaan baik terhadap pekerjaan. Hasil tersebut sesuai

dengan beberapa penelitian sebelumnya tentang konsekuensi positif work-

family enrichment pada beberapa sikap di tempat kerja seperti kepuasan kerja,

tunover intention, komitmen organisasional dan organizational citizenship

behavior (Bhargava and Baral, 2009).

Dari seluruh hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa implikasi telah

dapat dinyatakan bagi perusahaan yang memberi perhatian pada interaksi

tuntutan pekerjaan dan keluarga agar karyawan memiliki perasaan positif

terhadap pekerjaan dan perusahaan. Secara umum dapat dinyatakan bahwa

perusahaan dapat memperhatikan kepribadian optimisme setiap karyawannya,

memberi otonomi pada pekerjaan karyawan, serta selalu memberikan

dukungan sosial agar karyawan dapat menyeimbangkan interaksi tuntutan

pekerjaan dan kehidupan keluarganya. Hal tersebut penting untuk dilakukan

oleh perusahaan karena kepuaan kerja karyawan akan menjadi dampak dari

perhatian perusaan terhadap kebutuhan karyawannya tersebut.

E. PENUTUP

Terlepas dari berbagai implikasi yang dapat diperoleh, penelitian ini memiliki

beberapa keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini adalah lingkup survei yang

Page 35: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

32

hanya mencakup wilayah Yogyakarta, sehingga kurang bisa mewakili populasi.

Keterbatasan selanjutnya adalah penggunaan alat ukur yang kurang tepat,

sehingga menyebabkan beberapa item tidak valid. Lebih lanjut, seperti

diungkapkan oleh Frone (2003, dalam Dyson-Wasington, 2006) seperti halnya

work-family conflict, work-family enrichment juga bersifat bidirectional, yang

mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan keluarga (work-family

enrichment) dan kehidupan keluarga dapat meningkatkan kualitas pekerjaan

(family-work enrichment). Penelitian ini mengabaikan hubungan dua faktor

tersebut, sehingga dalam penelitian selanjutnya dapat dipertimbangkan untuk

membedakan dua hal tersebut. Keterbatasan penelitian ini membuka

kesempatan bagi penelitian selanjutnya untuk semakin memperkuat hasil yang

diperoleh. Salah satu kemungkinan yang dapat dilakukan untuk penelitian

selanjutnya adalah menambahkan kriteria pengukuran, yaitu selain karyawan

telah menjadi karyawan tetap, juga telah memiliki penghasilan yang dianggap

mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Selain itu, beberapa faktor lain sepert

jenis kelamin serta jenis pekerjaan dapat digunakan untuk menguji efek

moderasi pada hubungan antara work-family enrichment dan konsekuensinya.

Keterbatasan literatur dan bukti empiris mengenai work-family enrichment

membuka kesempatan yang luas bagi peneliti selanjutnya untuk semakin

memperkaya pengetahuan dalam bidang ini.

DAFTAR PUSTAKA

Baral, R., and S. Bhargava. 2011. Predictors of work-family enrichment:

moderating effect of core self-evaluation. Journal of Indian Business

Research. 3(4). 220-243.

Baral, R., and S. Bhargava. 2010. Work-family enrichment as a mediator between

organizational interventions of work-life balance and job outcomes. Journal

of Managerial Psycology. 25 (3). 274-300.

Boyar, SL., CP. Maertz, DC. Mosley, and JC. Carr. 2008. The impact of

work/family demand on work-family conflict. Journal of Managerial

Psychology. 23 (3). 215-235.

Carlson, DS, KM. Kacmar, JH. Wayne, and JG. Grzywacz. 2006. Measuring the

positive side of the work–family interface: Development and validation of a

work–family enrichment scale. Journal of Vocational Behavior, 68(1). 131-

164.

Chang, EC., A. Maydeu-Olivares, and TJ. D‟Zurilla. 1997. Optimism and

pessimism as partially independent constructs: Relations to positive and

Page 36: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

33

negative affectivity and psychological well-being. Personality and

Individual Differences, 23(3), 433-440.

Cooper, D. R. and Schindler, P. S. (2008), Business Research Methods, 10th

ed,

New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Chu, CWL. 2010. Development and validation of a multidimensional scale of

work-family enrichment in Chinese context. PhD dissertation Aston

University

Dyson-Washington, F. 2006. The relationship between optimism and work-family

enrichment and their influence on psychological well-being. PhD

dissertation Drexel Univeristy

Grandey, AA., BL. Cordeiro, and AC. Crouter. 2005. A longitudinal and

multisource test of the work family conflict and job satisfaction relationship.

Journal of occupational and organizational psychology, 78. 305-323.

Greenhaus, JH. and GN. Powell. 2006. When work and family are allies: a theory

of work-family enrichment. Academy of Management Review, 31 (1). 72-92.

Greenhaus, JH., and NJ. Beutell. 1985. Sources of conflict between work and

family roles. Academy of Management Review. 10.76-88.

Grzywacz, JG. and NF. Marks. 2000. Reconceptualizing the work-family

interface: An ecological perspective on the correlates of positive and

negative spillover between work and family. Journal of Occupational

Health Psychology, 5. 111-126.

Hair, HF., RL. Tatham, RE. Anderson, B. Black. 2006. Multivariate Data

Analysis. Englewood Cliffs, NJ. Prentice Hall

Illies, R., KS. Wilson, and DT. Wagner. 2009. The spillover of daily job

satisfaction onto employees, family lives: the facilitating role of work-

family integration. Academy Of Management Journal, 52 (1). 87–102.

Lim, DH., C. Myungweon, and JH. Song. 2012, Work-family enrichment in

Korea: construct validation and status. Leadership & Organization

Development Journal. 33(3). 282-299

Lingard, H., V. Francis., M. Turner. 2010. Work–family enrichment in the

Australian construction industry: implications for job design. Construction

Management and Economics. 28.467-480.

Lu, L. 2011. A Chinese longitudinal study on work/family enrichment. Career

development international. 16 (4). 385-400.

McNall, LA., AD. Masuda, and JM. Nicklin. 2010. Flexible work arrangements,

job satisfaction, and turnover intensions: The mediating role of work-to-

family enrichment. The Journal of Psychology. 144 (1). 61-81.

Morgeson, FP., K. Delaney-Klinger, and MA. Hemingway. 2005. The Importance

of Job Autonomy, Cognitive Ability, and Job-Related Skill for Predicting

Page 37: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

34

Role Breadth and Job Performance. Journal of Applied Psycology. 90 (2).

399-406.

Powell, GN. And J. Greenhause. 2006. Is the opposite of positive negative?

Untangling the complex relationship between work-family enrichment and

conflict. Career Development International. 11(7). 650-659.

Roche M., and JM. Haar. 2010. Work-Family Interface Predicting Needs

Satisfaction: The Benefits for Senior Management. e-Journal of Social &

Behavioural Research in Business 1(1). 12–23.

Rothbard, NP. 2001. Enriching or depleting the dynamics of engagement in work

and family roles. Administrative Science Quarterly. 46. 655-684.

Rotondo, DM. And JF. Kincaid. 2008. Conflict, Facilitation, and Individual

Coping Styles Across The Work And Family Domains. Journal of

Managerial Psychology. 23(5). 484 – 506.

Taipale, S., K. Selander, T. Antilla, And J. Natti. 2011. Work engagement in eight

Europeancountries: The role of job demands, autonomy, and social support.

International Journal of Sociology and Social Policy. 31 (7). 486-504.

Voydanoff, P. 2004. The effect of work demands and resources on work-to-family

conflict and facilitation. Journal of marriage and family. 66 (2). 398-412

Wadsworth, LL., and BP. Owens. 2007. The effects of Social Support on Work-

Family Enhancement and Work-Family Conflict in the Public Sector. Public

Administration Review. Jan-Feb. 75-87.

Warner, MA. And PA. Hausdorf. 2009. The positive interaction of work and

family roles Using need theory to further understand the work-family

interface. Journal of Managerial Psychology. 24 (4). 372-385.

Yavas, U., E. Babakus, and OM. Karatepe. 2008. Attitudinal and behavioral

consequences of work-family conflict and family-work conflict Does gender

matter?. International Journal of Service Industry Management. 19 (1). 7-

31.

Page 38: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

35

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA

WARTAWAN HARIAN LOKAL DI KOTA SERANG

IMPLIKASINYA PADA KINERJA

Deviyantoro

Gugup Tugi Prihatma

Universitas Serang Raya

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya implikasi kinerja wartawan

harian lokal di kota serang yang disebabkan dengan kemampuan komunikasi

interpersonal para wartawan tersebut Hasil Penelitian menunjukan korelasi

antara kemampuan komunikasi interpersonal terhadap kinerja wartawan bernilai

positif r = 0,571 berarti kemampuan komunikasi interpersonal yang ada selama

ini memiliki hubungan yang menurut Guilford korelasi berada antara 0.40 – 0.70

yang berarti korelasi sedang. Sementara besarnya kontribusi hubungan kedua

variable tersebut (x1 dan Y) melalui perhitungan koefisien determinasi sebesar r2

= 55 %. Sedangkan pengaruh positif ditunjukan dengan garis regresi Y = 12.870

+ 0,645 X1 artinya jika kemampuan komunikasi interpersonal diprioritaskan maka

secara otomatis akan diikuti peningkatan kinerja wartawan. Uji hipotesis yang

dilakukan menunjukan nilai t hitung = 3.695 dan dengan α 0.05 dk n-2 (89-2=87)

menghasilkan t tabel 1.999 (interpolasi), setelah dibandingkan t hitung > t tabel maka t

hitung berada pada daerah penerimaan Ha pernyataannya adalah ada pengaruh

yang signifikan antara kemampuan komunikasi interpersonal yang telah

diterapkan selama ini terhadap kinerja wartawan pada perusahaan surat kabar

harian lokal di kota Serang.

Kata Kunci : Komunikasi, Interpersonal, Kinerja, Wartawan

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai

subsistem dalam perusahaan dan komunikasi yang berjalan secara

berkesinambungan, dalam perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja kerja

bagi wartawan yang ada di perusahaannnya, namun sebaliknya, apabila terjadi

komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya hubungan yang baik, sikap

yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau konflik yang berkepanjangan,

dan sebagainya, dapat berdampak pada menurunnya kinerja kerja oleh karena

itu kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat

diperlukan oleh setiap insan pers agar mereka dapat menjalani semua

Page 39: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

36

aktivitasnya dengan lancar. . Sampai saat ini masih banyak para pencari

informasi (pers) di provinsi ini yang belum memahami arti penting komunikasi

interpersonal, mereka menganggap bahwa keahlian komunikasi merupakan

keterampilan datang dengan sendirinya pada diri seseorang, maka tidak perlu

secara khusus belajar bagaimana berkomunikasi hal itu menyebabkan

pencapaian tujuan efektivitas kerja tidak maksimal dikarenakan pimpinan

maupun insan pers sebagai pegawai media informasi kurang baik dalam

penerapan komunikasinya. Tempo Interaktif memberitakan Sejumlah pejabat

di Provinsi Banten mengeluhkan banyaknya oknum wartawan yang sering

meresahkan pejabat dalam meliput suatu berita ini mengasumsikan bahwa

sering tidak terjadi komunikasi yang baik, antara orang yang memberikan

informasi dengan pencari beritanya, dan bahkan banyak pejabat yang

menanyakan terkait dengan kualitas tugas pokok dan fungsi dari insan pers

tersebut. Kemudian pada fesbuk Banten news pada 11 April 2012 berita

tentang wartawan asing boleh meliput sedangkan wartawan local tidak boleh

meliput oleh salah satu instansi pemerintahan, ini juga mengindikasikan adanya

komunikasi interpersonal yang kurang berjalan dengan baik. Perkembangan

media massa terutama media cetak yang berada di kota Serang propinsi Banten

ini pun masih kurang kecenderungan secara antar individu, artinya bahwa antar

wartawan masih kurang adanya koordinasi satu sama lain, kecenderungan

peningkatan kualitas informasi media cetak. Maka dari itu dengan penjelasan

dan uraian diatas bahwa begitu pentingnya komunikasi interpersonal dalam

mewujudkan sikap kinerja wartawan sebagai insan pers.

Rumusan Masalah

Bagaimana kemampuan komunikasi interpersonal wartawan di Kota Serang

berimplikasi pada kinerjanya

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui penerapan komunikasi interpersonal dan

tingkat kinerja wartawan di Kota Serang

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Komunikasi Interpersonal DeVito (1992) menyatakan: “interpersonal communication is defined as

communication that takes place between two persons who have a clearly

established relationship; the people are in some way connected.” (DeVito,

1992:11). Menurut DeVito komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang

terjadi diantara dua orang yang telah memiliki hubungan yang jelas, yang

terhubungkan dengan beberapa cara.

Deddy Mulyana (2005) menyatakan: “komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,

yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.” (Mulyana, 2005:73).

Page 40: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

37

Dengan demikian, dari kedua pengertian komunikasi interpersonal tersebut

dapat diketahui bahwa karakteristik komunikasi interpersonal adalah terjadi

diantara dua orang yang memiliki hubungan yang jelas, berlangsung secara

tatap muka, bersifat interaktif dimana para pelaku komunikasi dapat saling

bereaksi satu sama lain.

Tujuan dan Fungsi Komunikasi Interpersonal

DeVito (2005) menyatakan: “The five major purposes of interpersonal

communication are to learn about self, others, and the world; to relate to

others and to form relationship; to influence or control the attitudes and

behaviours of others; to play or enjoy oneself; to help others.” (DeVito,

2005:15). Jadi menurut DeVito tujuan komunikasi interpersonal yang pertama

adalah untuk belajar tentang diri sendiri, tentang orang lain, bahkan tentang

dunia. Melalui kegiatan komunikasi interpersonal dengan seseorang, kita bisa

mengetahui siapa dia dan juga mengetahui bagaimana pendapat dia tentang

kita, sehingga kita pun menjadi tahu seperti apa kita. Semakin banyak kita

berkomunikasi dengan orang lain, semakin banyak mengenal orang dan kita

juga semakin mengenal diri kita sendiri. Semakin banyak kita berkenalan

dengan 6 orang maka semakin banyak pengetahuan kita tentang lingkungan di

sekitar kita dan bahkan tentang dunia.

Tujuan komunikasi interpersonal yang kedua adalah untuk berhubungan

dengan orang lain dan untuk membangun suatu ikatan (relationship). Melalui

komunikasi interpersonal kita dapat berkenalan dengan seseorang dan

komunikasi interpersonal yang intensif dan efektif bisa menciptakan suatu

ikatan bathin yang erat. Hal ini terjadi ketika kita membangun dan memelihara

persahabatan dengan orang lain yang sebelumnya tidak kita kenal. Disamping

itu, melalui komunikasi interpersonal ikatan kekeluargaan tetap bisa dipelihara

dengan baik. Tujuan komunikasi interpersonal yang ketiga adalah untuk

memengaruhi sikap dan perilaku orang lain. Dalam hal ini kegiatan komunikasi

ditujukan untuk memengaruhi atau membujuk agar orang lain memiliki sikap,

pendapat dan atau perilaku yang sesuai dengan tujuan kita. Contoh dari

kegiatan komunikasi interpersonal seperti ini adalah ketika seorang pramuniaga

menawarkan produk yang dijualnya. Tujuan komunikasi interpersonal yang

keempat adalah untuk hiburan atau menenangkan diri sendiri. Banyak

komunikasi interpersonal yang kita lakukan yang sepertinya tidak memiliki

tujuan yang jelas, hanya mengobrol kesanakemari, untuk sekedar melepaskan

kelelahan setelah seharian bekerja, atau hanya untuk mengisi waktu ketika

harus menunggu giliran diperiksa di rumah sakit. Sepertinya ini merupakan hal

yang sepele, tapi komunikasi seperti itu pun penting bagi keseimbangan emosi,

dan kesehatan mental. Tujuan komunikasi interpersonal yang kelima adalah

untuk membantu orang lain. Hal ini terjadi misalnya ketika seorang klien

bekonsultasi dengan seorang psikolog, atau seseorang yang sedang

berkonsultasi dengan pengacara, atau kita yang mendengarkan seorang teman

yang mengeluhkan sesuatu (curhat). Proses komunikasi interpersonal yang

demikian merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menolong orang

lain memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran. Sifat

Page 41: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

38

komunikasi interpersonal yang tatap muka dan interaktif memungkinkan proses

konsultasi berjalan dengan efektif, sehingga baik konsultan maupun klien bisa

mengakhiri proses komunikasinya dengan lega dan menyenangkan.

Memperhatikan tujuan sekaligus fungsi komunikasi interpersonal tersebut di

atas, maka dapat diketahui betapa pentingnya peran komunikasi interpersonal

dalam kehidupan kita.

Dimensi Komunikasi Interpersonal DeVito (1992) memandang komunikasi interpersonal yang efektif berdasarkan

humanistic model dan pragmatic model. Humanistic model (soft approach)

menunjukkan bahwa kualitas komunikasi interpersonal yang efektif ditentukan

oleh 5 faktor, sebagai berikut:

Openness (keterbukaan) maksudnya adalah bahwa komunikasi

interpersonal akan efektif apabila terdapat keinginan untuk membuka diri

terhadap lawan bicara kita, keinginan untuk bereaksi dengan jujur pada

pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita, keinginan untuk

menghargai bahwa perasaan dan pemikiran yang disampaikan selama

proses komunikasi berlangsung adalah kepunyaan kita sendiri (owning of

feels and thought). Dalam situasi seperti ini diantara pelaku komunikasi

akan tercipta keterbukaan perasaan dan pemikiran, serta masing-masing

pihak bertanggungjawab atas apa yang disampaikannya.

Empathy yaitu ikut merasakan apa yang orang lain rasakan tanpa

kehilangan identitas diri sendiri. Melalui empathy kita bisa memahami

baik secara emosi maupun secara intelektual apa yang pernah dialami oleh

orang lain. Empathy harus diekspresikan sehingga lawan bicara kita

mengetahui bahwa kita berempathy padanya, sehingga bisa meningkatkan

efektivitas komunikasi.

Supportiveness (mendukung) maksudnya adalah komunikasi interpersonal

akan efektif apabila tercipta suasana yang mendukung. Nuansa dukungan

akan tercipta apabila proses komunikasi bersifat deskriptif dan tidak

evaluative, serta lebih fleksibel dan tidak kaku. Jadi dalam proses

penyampaian pesan gunakanlah kata-kata atau kalimat yang deskriptif dan

tidak memberikan penilaian, kemudian tunjukkan bahwa masingmasing

pelaku komunikasi bersedia mendengarkan pendapat lawan bicara dan

bahkan mengubah pendapat kalau memang diperlukan.

Positiveness (sikap positif) maksudnya adalah dalam komunikasi

interpersonal yang efektif para pelaku komunikasi harus menunjukkan

sikap yang positif dan menghargai keberadaan orang lain sebagai

seseorang yang penting (stroking).

Equality (kesetaraan) maksudnya adalah penerimaan dan persetujuan

terhadap orang lain yang menjadi lawan bicara. Harus disadari bahwa

semua orang bernilai dan memiliki sesuatu yang penting yang bisa

diberikan pada orang lain. Kesetaraan dalam komunikasi interpersonal

harus ditunjukan dalam proses pergantian peran sebagai pembicara dan

pendengar.

Page 42: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

39

Pengertian Kinerja Wartawan

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang wartawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya (Prabu, 2001;67)

Kinerja adalah Output drive proces, human or otherwise, jadi dikatakan bahwa

kinerja adalah merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses (Sedamayanti,

2001;5)

Kinerja merupakan usaha, kegiatan, atau program yang diprakarsai dan

dilaksanakan oleh pimpinan organisasi (perusahaan) untuk merencanakan,

mengarahkan, dan mengendalikan prestasi wartawan ( Achmad S.

Ruky,2006;6)

Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Kinerja merupakan gabungan dari

dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja,

kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta tingkat

motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi faktor tersebut, maka semakin

besarlah kinerja wartawan yang bersangkutan” (Malayu S.P. Hasibuan,2002;94)

Unsur-Unsur dalam Kinerja

Untuk dapat memahami unsur-unsur dalam kinerja adalah :

a. Adanya hasil kerja, yaitu suatu bukti dari hasil kerja seseorang yang

dilakukan sehingga dapat dinilai kualitas kerja yang dilaksanakannya.

b. Adanya subjek seseorang atau perusahaan proses manajemen, yaitu orang

atau perusahaan yang melakukan suatu proses kegiatan pelaksanaan

fungsi-fungsi manajemen.

c. Terbukti secara konkrit, hasil karya tersebut dapat dilihat secara nyata

sebagai bukti pelaksanaan pekerjaan tersebut, apakah mengalami

peningkatan atau sebaliknya mengalami penurunan.

d. Dapat diukur, hasil kerja yang dilakukan tersebut dapat diukur dan dinilai,

apakah sesuai dengan ketentuan atau lebih baik dari standar kerja yang

telah ada.

e. Dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan, serta membandingkan

hasil kerja seseorang dengan ukuran-ukuran standar yang telah dibuat

berdasarkan kualitas dan kuantitas kerja.

Dimensi Kinerja Wartawan

Tujuan dilakukannya penilaian kinerja berdasarkan periode waktunya adalah

sebagai berikut:

1. Untuk memberikan dasar bagi rencana dan pelaksanaan pemberian

penghargaan bagi wartawan atas kinerja pada periode waktu sebelumnya

(to reward past performance)

2. Untuk memotivasi agar pada periode waktu yang akan datang kinerja

seorang wartawan dapat ditingkatkan (to motivate future performance

improvement)

Page 43: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

40

Sedangkan cara mengukur kinerja wartawan menurut Bernardin Jhon (Rivai:

2002:287) terdapat enam kriteria yang dapat digunakan yaitu :

1. Kualitas pekerjaan : tingkat dimana hasil aktivitas yang dilakukan

mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari

penampilan aktivias ataupun memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan

dari suatu aktivitas.

2. Kuantitas pekerjaan : jumlah yang dihasilkan dan dinyatakan dalam istilah

seperti dollar, jumlah unit, jumlah siklus, aktivitas yang diselesaikan.

3. Ketepatan waktu : tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal yang

diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil serta

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

4. Efektifitas : tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,

teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan

keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit atau instansi dalam

penggunaan sumber daya.

5. Kemandirian : tingkat dimana seseorang wartawan dapat melakukan fungsi

kerjanya tanpa meminta bantuan, bimbingan dan pengawasan atau

meminta turut campurnya pengawas guna menghindari hasil yang

merugikan.

6. Hubungan interpersonal : tingkat dimana wartawan mengemukakan

perasaan, harga diri, jasa baik, dan kerja sama antara rekan kerja dalam

unit kerjanya.

Penelitian Pendahulu

Eddy Pattanduk, Eka Afnan Troena, Surachman, Margono Setiawan, The

results of the analysis of the influence of interpersonal communication (KI) and

Procedural Justice (KP) commitment (KT), aimed at Table 2, the acquisition

of R2 at 0.344 with a significance level of 0.000. Obtaining this result implies

that interpersonal communication (KI) and Procedural Justice (KP) has a small

role in influencing commitment. The results of the analysis of the influence of

interpersonal communication (KI), Procedural Justice (KP), and commitment

(KT) on the performance of employees (KJ), shown in Table 3. R2 Acquisition

of 0.511 with a significance level of 0.000, indicated that interpersonal

communication (KI), Procedural Justice (KP), and commitment (KT) have a

significant role in influencing the performance of the employee (International

Journal of Social Science Tomorrow Maret 2013) Masih dalam kutipan jurnal

tersebut dalam penelitian terdadulu Chen, Silverthorne and Hung Kirchmajer

2005 Interpersonal communication significantly related to performance, the

results of this study support the research, the relationship between interpersonal

communication with the performance. The results of studies showing similar

results are an indication that interpersonal communication is consistently

nothing to do with performance.

Page 44: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

41

C. METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif, yaitu metodologi riset yang berupaya untuk

mengkuantifikasi data, dan biasanya menerapkan analisis statistik tertentu

(Malhotra,2005:115). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan

menggunakan metode survei, yaitu sebuah desain penelitian yang memberikan

uraian kuantitatif maupun numerik dari sejumlah pecahan populasi (sampel)

melalui proses pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpul datanya (Fowler, 1988 dalam Jhon W Creswell, 1994:112).

Pengujian hipotesis secara spesifik serta adanya hubungan kausal berbagai

variabel melalui pengujian hipotesis, maka jenis penelitian yang digunakan

adalah Explanatory research yaitu suatu metode yang tidak hanya menyatakan

kondisi dari variabel atau hubungan antar variabel saja, tetapi juga untuk

mengetahui pengaruh antar-variabel (Singarimbun, dalam

Singarimbun dan Effendi, Editor, 2006 : 4)

Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah wartawan media cetak khususnya di

kota Serang propinsi Banten yang merupakan responden yang nantinya akan

diberikan daftar pertanyaan yang berhubungan dengan variable yang sedang

diteliti.

Populasi dan Sample.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wartawan media cetak yang

berada di lingkungan kota Serang sedangkan jumlah sample ditentukan dengan

metode Slovin dengan persentase kelongaran ketidak pastian karena kesalahan

pengambilan sampel yang dapat ditolelir atau diragukan sebesar 0.05%

(Umar, 2000 ; 146)

Kisi-Kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal

Dimensi Indikator Skala

Keterbukaan

(openness)

1. keinginan untuk membuka diri dengan orang

lain

2. keinginan untuk bereaksi dengan jujur pada

pesan yang disampaikan oleh orang lain,

3. keinginan untuk menghargai perasaan dan

pemikiran yang disampaikan orang lain

4. bertanggungjawab atas apa yang

disampaikannya.

Interval

Empati

(emphaty)

1. Ikut merasakan apa yang orang lain rasakan

tanpa kehilangan identitas diri sendiri.

2. Memahami baik secara emosi maupun

secara intelektual apa yang pernah dialami

oleh orang lain.

Interval

Page 45: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

42

3. Berusaha mengekspersikan sebagai tanda

kita ikut merasakan

Dukungan

(supportiveness)

1. Senantiasa mengunakan kalimat kalimat

deskriptif

2. Tidak evaluative atau memberikan penilaian

3. Fleksibel dan tidak kaku.

4. Menunjukan bersedia mendengarkan

pendapat orang lain

Interval

Kepositifan

(positiviness) Menunjukkan sikap yang positif

Menghargai keberadaan orang lain sebagai

seseorang yang penting (stroking).

Interval

Kesetaraan

(equality)

1. Menerima orang lain yang menjadi

lawan bicara.

2. Menyadari bahwa semua orang bernilai

dan memiliki sesuatu yang penting

3. Pergantian peran sebagai pembicara dan

pendengar.

Interval

1. Kisi-kisi Kinerja Wartawan

Dimensi Indikator Skala

Kualitas

pekerjaan

1. Tingkat keberhasilan dalam bekerja

2. Penyesuaian diri dalam bekerja

3. Motivasi pada tujuan perusahaan

Interval

Kuantitas

pekerjaan

1. Produktivitas perusahaan

2. Jumlah pekerjaan yang diselesaikan

Interval

Ketepatan

Waktu

1. Ketepatan pekerjaan dengan waktu yang

diperlukan

2. Penggunaan waktu dalam bekerja

3. Koordinasi Pekerjaan

Interval

Efektifitas 1. Penggunaan teknologi

2. Penggunaan Bahan baku

Interval

Kemandirian 1. Kemandirian dalam bekerja

2. Bimbingan dan pengawasan dalam bekerja

Interval

Hubungan

Interpersonal

1. Menghargai perasaan antar pegawai

2. Menjaga nama baik perusahaan

3. Kerjasama dalam kelompok kerja

Interval

Uji Instrumen Penelitian

Validitas (Validity )

dilakukan uji coba koesioner pada sejumlah responden untuk mengetahui

apakah instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini valid atau tidak.

dan pernyataan yang dinyatakan Valid adalah pernyataan yang memiliki

angka korelasinya diatas korelasi r Product moment (rtabel)

Page 46: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

43

Uji Reliabilitas

Uji ini adalah untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama pada alat ukur yang

sama (Internal Consistency Reliability). Dalam pengukuran reliabilitas ini

digunakan rumus Cronbach‟s Alpha (α )

Metode Analisis Data

Uji Asumsi Klasik Agar model regresi berganda dapat digunakan dan memberikan hasil yang

representatif Blue (Best, linier, Unblased, Estimation) maka persamaan tersebut harus dapat memenuhi asumsi klasik yaitu memenuhi asumsi normalitas.

Uji Regresi, korelasi dan determinasi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara komunikasi

interpersonal dengan kinerja wartawan dilakukan perhitungan korelasi

dengan rumus Product Moment dari Pearson (Umar : 2000; 316) ;

Untuk mengetahui pengaruh kemampuan komunikasi interpersonal

terhadap kinerja wartawan digunakan koefisien regresi berganda,

Untuk mengukur seberapa besar variabel independent (x) berperan

terhadap variabel dependent (Y) maka digunakan perhitungan koefisien

determinasi

Hipotesis Statistik

H0 : β12 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan kemampuan komunikasi

interpersonal terhadap kinerja wartawan di kota serang

Hi : β12 ≠ 0 ada pengaruh yang signifikan kemampuan komunikasi

interpersonal terhadap kinerja wartawan dikota serang

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Komunikasi Interpersonal Wartawan di Kota Serang

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dua orang atau lebih baik dalam

masyarakat, organisasi bisnis atau non bisnis dengan media seperti telepon,

handphone, face to face atau bahasa untuk mencapai tujuan.

Tujuan dari komunikasi interpersonal adalah menumbuhkan simpati melalui

sikap positif dari lubuk hati. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan

seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan

tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat

ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.. Berdasarkan data yang di

olah bahwa komunikasi interpersonal wartawan pada di Kota Serang Banten

memiliki tingkat rara-rata adalah tinggi, karena hampir mendekati nilai

maksimum artinya responden yang memberikan pernyataan dengan skor

tinggi lebih banyak dari pada yang memberi skor rendah, artinya kebanyakan

responden memberikan respon baik pada komunikasi interpersonal wartawan.

Page 47: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

44

Uji Validitas dan Reliabilitas

Dengan nilai r table dan drajat kebebasan sebesar 30, tingkat signifikan 5%,

didapat angka tabel : 0,360 . Maka dari berbagai nilai r hitung setiap varian

pertanyaan tidak semuanya lebih besar dari r tabelnya maka semua

instrunmen penelitian untuk komunikasi interpersonal wartawan tidak

keseluruhannya valid, yaitu dari 17 pertanyaan 4 tidak valid sedangkan

untuk instrumen kinerja karyawan dari 15 pertanyaan 2 tidak valid Kemudian

dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui kehandalan dari sebuah

instrument penelitian berikut:

Nilai

Keputusan

r11 Rule of Thumb

Nunally

X1 = 0,751 Koefisien α = 0. 6 Reliabel

Y = 0,757 Koefisien α = 0. 6 Reliabel

Sumber: dari pengolahan quesioner

Distribusi Kuesioner

Berdasarkan distribusi sebaran kuesioner untuk Komunikasi Interpersonal

dapat diketahui bahwa rata-rata responden memberikan skor pada kategori

setuju dalam merespon komunikasi interpersonal wartawan ini yaitu dengan

nilai sebesar 19,92 dengan nilai prosentase 22,4% , sedangkan untuk

responden yang menyatakan sangat setuju hanya sebesar 31,46 dengan

prosentase 35,4% sedangkan Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel

kinerja wartawan frekuensi yang tertinggi adalah jawaban sangat setuju (4)

dengan rata-rata frekuensi 34,69 dengan prosentase 39%, kemudian jawaban

setuju (3) dengan rata-rata frekuensi 18,54 dengan prosentase 20,8%,

berikutnya jawaban tidak setuju (2) dengan rata-rata frekuensi 13,46 dengan

prosentase 15,1%. hal ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden

merespon setuju dengan penerapan kerja wartawan yang telah dilaksanakan

pada perusahaan ini.

Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KOM_INTERPERSONAL .085 89 .130 .984 89 .346

KINERJA_WARTAWAN .057 89 .200* .988 89 .559

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk semua variable pada table perhitungan

adalah X= 0.130 dan Y = 0,200 merupakan nilai p yang dihasilkan dari uji

hipotesis nol yang berbunyi tidak ada perbedaan antara distribusi data yang

diuji dengan distribusi data normal. Jika nilai p lebih besar dari 0.1 maka

kesimpulan yang diambil adalah hipotesis nol ditolak diterima, atau dengan

Page 48: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

45

kata lain sebaran data dari semua variable yang kita uji mengikuti distribusi

normal. Dipilih pengujian Kolmogorov-Smirnov karena sampel pada

penelitian ini lebih besar dari 50 sampel

Hubungan Komunikasi Interpersonal Wartawan dengan Kinerja

wartawan

Untuk mengetahui sampai sejauh mana hubungan komunikasi interpersonal

wartawan dengan kinerjanya pada, penulis menggunakan perhitungan

analisa korelasi adalah sebagai berikut :

S

e

s

u

a

i

Dengan skala keeratan hubungannya menurut Guiford, maka nilai

korelasi sebesar 0,571 tersebut berada pada criteria korelasi antara 0,40–

0,70 maka hasil korelasi itu termasuk pada Korelasi sedang, dan Hasil

korelasi tersebut berarti ada keeratan hubungan antara kedua variabel yaitu

komunikasi interpersonal wartawan dengan Kinerja wartawan. Selanjutnya

untuk mengukur seberapa besar komunikasi interpersonal wartawan

berperan terhadap kinerja wartawan digunakan koefisien determinasi

sebagai berikut :

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

1 .745a .554 .544 3.66754

a. Predictors: (Constant), KOM_INTERPERSONAL

b. Dependent Variable: KINERJA_WARTAWAN

Arti dari hasil perhitungan koefisien determinasi ini adalah besarnya

kontribusi pengaruh komunikasi interpersonal wartawan terhadap kinerja

wartawan adalah 55 % sedangkan 45 % dipengaruhi oleh faktor lain seperti

contohnya gaya kepemimpinan lembaga media informasi, etika pers, UU

pers dan kode etik wartawan.

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Wartawan terhadap Kinerja

wartawan

Kemudian dari data yang sama dilakukan penghitungan regresi sederhana untuk

mengetahui pengaruh kenaikan atau penurunan antara variabel komunikasi

KOM_INTER

PERSONAL

PEMB_REWA

RD

KINERJA_W

ARTAWAN

KOM_INTERPER

SONAL

Pearson Correlation 1 .696** .571**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 89 89 89

KINERJA_WARTAWAN

Pearson Correlation .571** .740** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 89 89 89

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 49: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

46

interpersonal wartawan terhadap kinerja wartawan juga dengan menggunakan

perangkat lunak SPSS versi 19 adalah :

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.870 3.483 3.695 .000

Komp_Interp .645 .099 .571 6.491 .000

a. Dependent Variable: Kinerja_Wartawan

maka persamaan regresinya adalah adalah Y = 12.870 + 0.645x

Artinya secara statistic apabila ada peningjkatan pelaksanaan komunikasi

interpersonal wartawan sebesar x % akan mengakibatkan peningkatan

prosentase x % untuk wartawan. misalnya untuk komunikasi interpersonal

wartawan naik 1 kegiatan maka pengaruh kenaikan pada kinerja wartawan

wartawan sebagai variable Y adalah :

Y = 12.870 + 0.645x

= 12.870 + 0.645 (1)

= 12.870 + 1.645

= 14.515

Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan program yang sama

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.870 3.483 3.695 .000

Komp_Interp .645 .099 .571 6.491 .000

a. Dependent Variable: Kinerja_Wartawan

Selanjutnya mencari nilai t table dengan menggunakan nilai kritis distribusi

normal t maka perhitungan interpolasi sebagai berikut: t tabel = t60 – ( 89 - 60 ) . ( t 60-t120 )

120-60

= 2.000 – ( 89-60) . ( 2.000-1,980 )

60

= 2.000 – (29) . (0.00027)

= 2.000 – 0,00783

= 1,999

oleh karena nilai t = 3.695 lebih besar daripada nilai t tabel (uji dua ekor)

yaitu dengan α 0.05 dan dk = (n – 2) 89 – 2 maka t tabel (0.05)(87) = 1.999

(Hasil Interpolasi) maka Hi: diterima artinya ada pengaruh positif antara

pelaksanaan komunikasi interpersonal wartawan terhadap kinerja wartawan.

Page 50: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

47

E. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian pada perusahaan media informasi di kota Serang

Propinsi Banten maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Komunikasi interpersonal

Dari hasil analisis penghitungan deskriptif dengan menggunakan

SPSS versi 19 adalah kebanyakan responden berpendapat bahwa

komunikasi interpersonal yang dilaksanakan saat ini pada

perusahaan media cetak harian lokal di kota Serang memiliki

kategori sedang menurut analisis responden

Korelasi yang dihasilkan bernilai positif yang berarti

menggambarkan arah hubungan antara komunikasi interpersonal

terhadap kinerja searah, jika kemampuan komunikasi interpersonal

semakin baik maka secara otomatis kinerja wartawan meningkat,

sedangkan keeratan hubungannya antara komunikais interpersonal

dengan kinerja wartawan menurut Guilford adalah korelasi

sedang.

Besarnya peranan komunikasi interpersonal dengan kinerja

wartawan. Dapat dilihat pada daerah penerimaan Hi pernyataannya

adalah ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel yang

sedang diamati.

Pengaruh positif ditunjukan oleh garis regresi artinya jika variabel

X1 (komunikasi interpersonal) kondisinya diperbaiki atau

ditingkatkan 1, maka secara otomatis variabel Y (kinerja

wartawan) meningkat sebesar juga.

Dimensi yang diukur dalam variabel X1 yang memberikan

distribusi terbesar secara korelasi terhadap variabel Y (kinerja

wartawan) adalah terdapat pada dimensi kepositifan (positiviness)

dengan indikator wartawan dalam berkomunikasi menghargai

keberadaan orang lain sebagai seseorang yag penting (stroking)

pernyataan nomor 11, hal inilah yang lebih dominan dalam

meningkatkan kinerja wartawan.

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan

kedua, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001

Devito, Joseph, 1997 : “The Interpersonal Communication Edisi 2nd

Effendy, Onong Uchjana 2005, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Furqon, 1999, “Statistik Terapan Untuk Penelitian”, Penerbit CV. Alpabeta

Cetakan kedua, Bandung.

McKenna, Eugene dan Beech , Nic. 2000. The Essence of Manajemen Sumber

daya Manusia. Alih bahasa oleh Andi Yogyakarta.

Page 51: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

48

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung Remaja

Rosda Karya.

Sobur, Alex : Profesionalisme dengan nurani (Bandung:humaniora utama press)

Stephen W, Little Jhon and Karen A. Foss, 2009 : Encyclopedia Of

Communication London, Sage

Sudjana, 2000, “ Metode Statistik”’ Tarsito Bandung 1996, “Teknik Analisa

Regresi dan Korelasi”, Penerbit Tarsito, Edisi Revisi, Bandung

Sugiyanto, 2001, Menguak Peluang dan Tantangan Administrasi Publik

1999, “ Statistika untuk penelitian” Alpha Beta Bandung

Supranto. J, 1985, “ Statistika Teori dan aplikasi” Erlangga, Jakarta

Umar,Husen,2000, “Riset pemasaran dan prilaku konsumen”, Penerbit Gramedia,

Jakarta.

Page 52: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

49

PERAN KETERIKATAN MEREK DALAM MEMBANGUN LOYALITAS

PELANGGAN

Muhammad Johan Widikusyanto

Universitas Serang Raya

[email protected]

ABSTRAK

Keterikatan merek (brand attachment) adalah variabel yang penting untuk

mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Keterikatan merek juga

penting untuk membantu menjelaskan hubungan asimetris antara kepuasan dan

kepercayaan dengan loyalitas merek. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh

kepuasan, kepercayaan, dan keterikatan merek pada loyalitas merek. Penelitian ini

bertujuan pula menguji peran mediasi keterikatan merek pada hubungan antara

kepuasan dan kepercayaan merek dengan loyalitas merek. Responden penelitian

ini adalah 256 pengguna laptop di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data

dikumpukan dengan menggunakan kuesioner. Struktural equation modeling

(SEM) dengan bantuan program statistik AMOS digunakan untuk menguji

goodness of fit model, dan hubungan yang dihipotesiskan di dalam model teoritis

yang diusulkan.

Temuan dari model struktural telah membuktikan hampir seluruh hubungan yang

dihipotesiskan. Kepuasan terbukti berpengaruh pada kepercayaan, keterikatan,

dan loyalitas merek. Sedangkan Kepercayaan merek terbukti berpengaruh pada

keterikatan merek, namun pengaruh kepercayaan merek pada loyalitas merek

tidak terdukung. Keterikatan merek pun terbukti berpengaruh pada loyalitas

merek. Keterikatan merek memiliki peran yang sangat penting bagi pengaruh

kepuasan dan kepercayan merek pada loyalitas merek. Keterikatan merek terbukti

memediasi secara parsial pengaruh kepuasan merek pada loyalitas merek dan

memediasi secara penuh pengaruh kepercayaan merek pada loyalitas merek.

Kata Kunci: Kepuasan, Kepercayaan, Keterikatan, Attachment, Loyalitas, Merek,

Struktural Equation Modeling.

A. PENDAHULUAN

Loyalitas pelanggan pada merek menjadi aspek yang sangat krusial ketika

perusahaan memasuki pasar yang penuh persaingan. Pada kondisi pasar

Page 53: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

50

seperti ini, perusahaan tidak cukup hanya bergantung pada kepuasan

pelanggan karena kepuasan pelanggan tidak berarti pelanggan akan loyal

(Oliver, 1999: 33; Bennett dan Rudle, 2004: 514). Sedangkan kemampuan

bertahannya suatu merek dalam persaingan yang ada sangat ditentukan

tingkat loyalitas pelanggan pada merek tersebut.

Persaingan ketat dan tajam yang terjadi di kategori produk laptop akan dapat

mengikis bahkan menghilangkan loyalitas pelanggan dari merek-merek yang

sedang bersaing. Karena loyalitas adalah jantungnya setiap bisnis, maka tanpa

loyalitas sebuah perusahaan tidak akan mampu bertahan dalam persaingan

bisnis yang semakin tajam dan keras yang disertai pula peningkatan

ketidakpastian pasar dan berkurangnya perbedaan antar merek. Oleh karena

itu, penurunan bahkan hilangnya loyalitas dari para pelanggan yang

berpotensi menimbulkan perilaku berpindah merek telah memaksa para

manajer pemasaran untuk mencurahkan sebagian besar perhatiannyauntuk

menemukan jalan keluar dari masalah ini.

Dua konstruk utama yang penting dan sering digunakan dalam berbagai

literatur penelitian untuk menjelaskan loyalitas adalah kepuasan dan

kepercayaan pelanggan (Delgado dan Munuera, 2005; Taylor et al., 2004;

Chaudhuri dan Holbrook, 2001; Bloemer et al., 1998). Konstruk lainnya yang

juga terbukti secara empiris dapat memprediksi loyalitas adalah keterikatan

merek (Lacoeuilhe dan Belaid, 2007; Sung et al., 2005; Thomson et al.,

2005). Beberapa studi empiris menunjukkan pula bahwa kepuasan dan

kepercayaan merek terbukti mampu memprediksi keterikatan merek (Esch et

al., 2006; Luis dan lombart, 2010; Bouhlel et al., 2009). Namun demikian,

masih sangat sedikit sekali penelitian yang memberikan dukungan empiris

pada teori yang mendasari hubungan antara kepuasan dan kepercayaan

dengan keterikatan merek ataupun antara keterikatan merek dengan loyalitas

merek sehingga dapat dikatakan teori-teori tersebut belum terdukung dengan

kuat secara empiris. Selain itu, terdapat perbedaan teori dalam literatur yang

berupaya menjelaskan hubungan antara kepuasan, kepercayaan, dan

keterikatan merek. Kondisi ini memperlihatkan perlunya studi sejenis untuk

memberikan tambahan dukungan secara empiris pada teori yang mendasari

model teoritis yang diusulkan dalam penelitian ini.

Masalah teoritis lainnya adalah terjadinya inkonsistensi hasil empiris pada

hubungan antara keterikatan merek dengan loyalitas merek. Beberapa

penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa keterikatan merek

berpengaruh signifikan pada loyalitas merek namun penelitian Belaid dan

Behi (2011) memberikan hasil yang berbeda. Inkonsistensi hasil empiris ini

memicu pentingnya studi sejenis untuk melihat lebih jelas hubungan antara

keterikatan merek dengan loyalitas merek. Selain itu, peran keterikatan merek

Page 54: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

51

sebagai variabel mediasi dalam hubungan antara kepuasan, kepercayaan dan

loyalitas merek masih belum di ketahui dengan jelas, karena belum

ditemukannya studi empiris yang meneliti peran mediasi keterikatan merek

pada hubungan tersebut. Dalam tataran praktis dan teoritis di bidang perilaku

konsumen terlihat masih membutuhkan model teoritis yang sederhana namun

mampu memprediksi loyalitas pelanggan pada merek dengan baik.

Adapun tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh kepuasan,

kepercayaan, dan keterikatan merek pada loyalitas merek. Selain itu,

penelitian ini menguji pula peran mediasi keterikatan merek pada hubungan

antara kepuasan dan kepercayaan dengan loyalitas merek. Fokus tujuan

penelitian ini yang pertama adalah mengkonfirmasi hubungan antara

kepercayaan merek dengan keterikatan merek, keterikatan merek dengan

loyalitas merek, dan kepuasan merek dengan keterikatan merek. Konfirmasi

hubungan struktural dilakukan mengingat masih sedikitnya studi yang

meneliti hubungan keterikatan merek dengan anteseden dan konsekuennya

sehingga penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dukungan empiris

terhadap teori yang mendasari hubungan-hubungan tersebut. Konfirmasi

hubungan antar variabel juga dilakukan karena adanya perbedaan teori dan

hasil empiris pada beberapa hubungan di dalam model penelitian yang

diusulkan. Fokus yang kedua adalah menguji peran mediasi variabel

keterikatan merek pada hubungan antara kepuasan dengan loyalitas merek

dan hubungan antara kepercayaan dengan loyalitas merek. Penelitian ini

memanfaatkan hubungan antara kepuasan, kepercayaan, dan loyalitas merek

yang sudah kuat terbangun untuk menguji atau melihat peran sentral

keterikatan merek pada hubungan tersebut. Fokus yang terakhir adalah

menguji secara simultan model penelitian yang menggambarkan hubungan

empat variabel yaitu kepuasan, kepercayaan, keterikatan, dan loyalitas merek

yang diharapkan dapat memberikan sumbangan model teoritis yang dapat

menjelaskan dengan baik hubungan-hubungan antar variabel di dalamnya.

B. LANDASAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Loyalitas merek adalah kunci bagi banyak perusahaan untuk mengelola

hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Loyalitas merek didefinisikan

oleh Oliver (1999: 34) sebagai:

Komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli kembali atau

menjadi pelanggan kembali suatu produk yang lebih disukainya di masa

yang akan datang, dengan demikian menyebabkan pembelian ulang merek

atau sejumlah merek yang sama meskipun pengaruh situasional dan usaha

pemasaran memiliki potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Page 55: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

52

Loyalitas merek dapat terdiri dari dua aspek yaitu aspek yang berkaitan

dengan perilaku dan aspek yang berkaitan dengan sikap (Jacoby dan Kyner,

1973: 1; Assael, 2004: 77). Chaudhuri dan Holbrook (2001: 82) menyebut

juga loyalitas perilaku sebagai loyalitas pembelian. Menurut mereka loyalitas

perilaku mengandung pembelian ulang suatu merek, sedangkan loyalitas

sikap meliputi tingkat komitmen untuk cenderung pada suatu merek

berdasarkan beberapa nilai unik yang berkaitan dengan merek. Untuk

mengukur loyalitas merek maka harus melibatkan kedua aspek tersebut,

dengan demikian tidak hanya dilihat dari sisi pembelian ulang saja karena

hanya pembelian ulang tidak mencerminkan loyalitas merek yang

sesungguhnya (Day, 1969: 30; Assael, 2004: 77). Pengukuran loyalitas hanya

dari tingkat pembelian ulang akan mengarahkan pada loyalitas palsu

(Moulsan dalam Day, 1969: 30). Kelemahan loyalitas palsu ini adalah mereka

akan dapat secara langsung beralih ke merek lain yang menawarkan kualitas

atau harga yang lebih baik.

Pengaruh Kepuasan merek pada Loyalitas Merek

Loyalitas merek mencerminkan sikap yang menguntungkan atau mendukung

terhadap suatu merek yang menghasilkan konsistensi pembelian merek

tersebut dalam jangka panjang. Ini adalah hasil pembelajaran konsumen

bahwa suatu merek dapat memuaskan kebutuhan mereka (Assael 2004: 76).

Kepuasan memiliki peran dalam pembentukan loyalitas karena kepuasan akan

memperkuat sikap positif konsumen terhadap merek yang akan mengarahkan

mereka pada kemungkinan yang lebih besar untuk membeli kembali dengan

merek yang sama (Assael, 2004: 45). Beberapa studi empiris di antaranya

yang telah dilakukan oleh Santouridis dan Trivellas (2010), Brakus et al.

(2009), Casalo et al. (2008), Bove dan Mitzifiris (2007), Park dan Lee (2005),

Yen dan Gwinner (2003), Bloemer dan Ruyter (1998), dan Bloemer et al.

(1998) menemukan bahwa kepuasan berpengaruh signifikan pada loyalitas

merek. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

Hipotesis 1: Kepuasan merek berpengaruh positif pada Loyalitas merek

Pengaruh Kepuasan merek pada Kepercayaan Merek

Delgado et al. (2003) menyatakan bahwa kepuasan total sebagai evaluasi

umum pengalaman penggunaan merek akan menghasilkan kepercayaan.

Kepercayaan muncul ketika suatu merek dapat memuaskan harapan dan

kebutuhan konsumen secara konsisten dan positif sehingga pengalaman

penggunaan merek yang memuaskan tersebut akan menjadi sumber

kepercayaan bahwa merek tersebut dimasa yang akan datang akan mampu

Page 56: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

53

memuaskan kembali harapan dan kebutuhannya. Semakin merek memuaskan

konsumen secara konsisten maka konsumen akan semakin percaya pada

merek tersebut. Beberapa studi yang meneliti hubungan kepuasan dan

kepercayaan seperti yang telah dilakukan oleh Bove dan Mitzifiris (2007),

Liang dan Wang (2007), Zboja dan Voorhees (2006), Ha dan Perks (2005),

Delgado dan Munuera (2005, 2001), Hess dan Story (2005), dan Wang

(2002) memberikan bukti empiris yang kuat bahwa kepuasan berpengaruh

positif pada kepercayaan. Dengan demikian, dirumuskan hipotesis sebagai

berikut.

Hipotesis 2: Kepuasan merek berpengaruh positif pada Kepercayaan merek

Pengaruh Kepercayaan Merek pada Loyalitas Merek

Morgan dan Hunt (1994: 24) menyatakan bahwa kepercayaan merek dapat

mengarahkan pada loyalitas merek karena kepercayaan menciptakan

hubungan pertukaran yang bernilai tinggi. Kepercayaan adalah pondasi bagi

setiap hubungan terutama hubungan jangka panjang antara konsumen dengan

merek. Tanpa kepercayaan, konsumen tidak akan bersedia untuk

menggunakan merek tersebut secara berkelanjutan. Sehingga tingkat

kepercayaan konsumen pada merek akan memengaruhi tingkat loyalitas

konsumen pada merek tersebut. Dengan demikian, semakin konsumen

percaya pada suatu merek maka mereka akan semakin loyal pada merek

tersebut. Bebeberapa studi empirisyang dilakukan oleh Chaudhuri dan

Holbrook (2001), Cassab dan MacLachlan (2009), Matzler et al. (2008),

Casalo et al. (2007), Bove dan Mitzifiris (2007), Delgado dan Munuera

(2005), Taylor et al. (2004), dan Delgado et al. (2003) memperlihatkan

bahwa kepercayaan merek memiliki pengaruh signifikan pada loyalitas

merek. Dengan demikian, hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.

Hipotesis 3: Kepercayaan merek berpengaruh positif pada Loyalitas merek

Pengaruh Kepuasan merek pada Keterikatan Merek

Konsumen dapat terikat secara emosional pada merek ketika merek dapat

memberikan sumber daya pemenuhan kebutuhan yang diperlukan konsumen.

Oleh sebab itu, ikatan konsumen dengan suatu merek didasarkan oleh

kepuasan konsumen terhadap merek tersebut (Kapferer, 2008: 162). Merek

yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen secara konsisten seperti

kebutuhan hedonis, simbolik, dan atau utilitarian akan dapat membangun

hubungan atau keterikatan kognitif dan emosional yang kuat antara konsumen

dengan merek yang akan mendorong konsumen untuk memelihara hubungan

jangka panjang dengan merek sebagai upaya untuk menjamin terpenuhinya

Page 57: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

54

kebutuhan mereka yang selama ini telah terpenuhi oleh merek tersebut dan

pemisahan diri konsumen dengan merek tersebut akan menimbulkan efek

negatif seperti kesedihan dan penderitaan. Hasil penelitian Esch et al. (2006)

menunjukkan kepuasan memiliki pengaruh yang signifikan pada keterikatan

merek. Bukti empiris ini sejalan dengan pendapat Amine (1998: 312) bahwa

kepuasan adalah variabel antecedent (yang mendahului) keterikatan merek.

Dengan demikian, hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.

Hipotesis 4: Kepuasan merek berpengaruh positif pada Keterikatan merek

Pengaruh Kepercayaan Merek pada Keterikatan Merek

Kepercayaan yang muncul ketika merek dapat memenuhi kebutuhan

konsumen secara konsisten akan mampu mengurangi persepsi resiko

konsumen terhadap merek yang pada akhirnya akan meningkatkan kerelaan

konsumen untuk bergantung atau terikat secara kognitif dan emosional pada

suatu merek dalam hubungan jangka panjang. Dengan kata lain, ketika

konsumen percaya bahwa perusahaan meletakkan kepentingan konsumen di

depan kepentingan perusahaan dan perusahaan tersebut berusaha keras

meningkatkan kesejahteraan pelanggan maka pelanggan akan menjadi lebih

emosional untuk mengikatkan dirinya karena mereka mempercayai usaha

perusahaan tersebut (Park et al., 2006: 208). Dengan demikian seseorang

akan memiliki keterikatan yang kuat pada suatu merek jika mereka percaya

bahwa merek tersebut dapat diandalkan untuk memberikan apa yang mereka

butuhkan dan merek tersebut dirasakan benar-benar memperhatikan

kepentingan terbaik konsumen. Oleh karena itu, semakin konsumen percaya

pada merek maka konsumen akan semakin terikat dengan merek tersebut.

Hasil penelitian Luis dan Lombart (2010), Bouhlel et al. (2009), Lacoeuilhe

dan Belaid (2007), dan Esch et al. (2006) menunjukkan kepercayaan terhadap

merek berpengaruh signifikan pada keterikatan merek. Dengan demikian,

hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.

Hipotesis 5: Kepercayaan merek berpengaruh positif pada Keterikatan merek

Pengaruh Keterikatan Merek pada Loyalitas Merek

Konsumen akan terikat jika merek dapat memenuhi kebutuhan hedonis,

simbolik, atau fungsional. Terpenuhinya kebutuhan simbolis jika citra merek

yang dipersepsikan oleh konsumen sesuai dengan citra atau konsep diri yang

dimilikinya. Seorang konsumen akan memperlihatkan perasaan yang

mendukung dan menguntungkan pada suatu merek ketika citra merek tersebut

sesuai dengan citra diri mereka (Park dan Lee, 2005). Ini akan menyebabkan

Page 58: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

55

Konsumen lebih suka memilih atau membeli merek yang citranya sesuai

dengan citra diri mereka (Kotler dan Keller, 2009: 198; Graeff, 1996: 482).

Oleh karena itu keterikatan konsumen karena merek dapat memenuhi

kebutuhan simboliknya akan mengarahkan konsumen untuk membeli merek

yang sama ketika konsumen tersebut bermaksud memenuhi kebutuhan yang

sama. Begitupula keterikatan yang terbentuk karena merek mampu memenuhi

kebutuhan hedonis ataupun fungsional konsumen. Keterikatan inipun akan

mengarahkan atau memotivasi konsumen untuk komitmen menggunakan

merek yang sama ketika dia berusaha memenuhi kebutuhannya. Dengan

demikian, keterikatan pelanggan pada suatu merek akan meningkatkan

loyalitas mereka pada merek tersebut. Semakin kuat keterikatan emosional

pelanggan maka semakin kuat pula loyalitas mereka pada merek tersebut.

Hasil penelitian empiris Lacoeuilhe dan Belaid (2007), Sung et al. (2005),

dan Thomson et al. (2005) menunjukkan keterikatan merek berpengaruh dan

dapat memprediksi loyalitas pelanggan pada merek. Dengan demikian,

hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.

Hipotesis 6: Keterikatan merek berpengaruh positif pada loyalitas merek

Peran Keterikatan Merek sebagai Variabel Mediasi

Beberapa studi empiris seperti yang telah dilakukan oleh Luis dan lombart

(2010), Bouhlel et al. (2009), dan Esch et al. (2006) telah menguji hubungan

antara kepercayaan dengan keterikatan merek dengan hasil signifikan. Begitu

pula hasil penelitian Esch et al. (2006) yang menguji hubungan antara

kepuasan dengan keterikatan merek. Selanjutnya penelitian Sung et al. (2005)

dan Thomson et al. (2005) membuktikan bahwa keterikatan merek

berpengaruh pada loyalitas merek. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut,

dapat dilihat bahwa kepuasan dan kepercayaan memiliki pengaruh pada

keterikatan merek yang selanjutnya keterikatan merek berpengaruh pada

loyalitas merek atau dengan kata lain kepuasan dan kepercayaan memiliki

pengaruh tidak langsung pada loyalitas melalui keterikatan merek. Posisi

keterikatan merek yang berada diantara kepuasan dan kepercayaan dengan

loyalitas seharusnya dapat berfungsi sebagai variabel mediasi dalam

hubungan antara kepuasan dan kepercayaan dengan loyalitas merek karena

kepuasan dan kepercayaan merek berpengaruh pada loyalitas merek melalui

keterikatan merek. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut.

Hipotesis 7a: Keterikatan merek memediasi pengaruh kepuasan merek

terhadap loyalitas merek.

Page 59: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

56

H4 (+)

H1 (+)

H6 (+)

H3 (+)

H5 (+)

H2 (+) Loyalitas

Merek Keterikatan

Merek

Kepercayaan

Merek

Kepuasan

Merek

Hipotesis 7b: Keterikatan merek memediasi pengaruh kepercayaan merek

terhadap loyalitas merek.

Berdasarkan hipotesis-hipotesis yang telah dibangun sebelumnya, penelitian ini

mengusulkan model penelitian yang ditunjukkan gambar berikut ini.

Gambar 1: Model Penelitian

Sumber: Delgado dan Munuera (2005); Esch et al. (2006); Sung et al. (2005)

C. METODE PENELITIAN

Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data

Responden penelitian ini adalah para pengguna atau konsumen laptop di

Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode penyampelan yang digunakan adalah

nonprobability sampling. Metode ini digunakan karena probabilitas elemen

populasi yang dipilih atau kerangka sampel dari pengguna laptop di Daerah

Istimewa Yogyakarta tidak diketahui (Cooper dan Schindler, 2008: 395).

Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

Page 60: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

57

Purposive sampling adalah metode nonprobability sampling yang disesuaikan

dengan kriteria tertentu (Cooper dan Schindler, 2008: 397). Tipe purposive

sampling yang dipilih adalah judment sampling karena pemilihan anggota

sampel disesuaikan dengan beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti

secara subjektif untuk mendapatkan anggota sampel yang dapat memberikan

informasi yang dibutuhkan (Cooper dan Schindler, 2008: 397; Crask et al.,

1995). Kriteria pemilihan sampelnya adalah pengguna laptop yang memiliki

sendiri laptopnya dan telah menggunakan laptop tersebut minimal lima bulan.

Roscoe dalam Sekaran dan Bougie (2010: 296) menyatakan bahwa ukuran

sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 adalah sesuai untuk

sebagian besar penelitian. Sedangkan Hair et al. (2006: 741)

merekomendasikan ukuran sampel minimum 100 sampai 150 untuk

menjamin solusi maximum likelihood estimation yang stabil walaupun 50

masih dapat memberikan hasil yang valid.

Adapun ukuran sampel yang diperlukan untuk analisis faktor adalah paling

sedikit lima kali banyaknya jumlah variabel yang diamati, dan lebih diterima

ukuran sampel yang memiliki perbandingan 10: 1, dengan minimum ukuran

sample adalah 50, lebih disukai 100 atau lebih (Hair et al., 2006: 112). Secara

umum 15 responden untuk setiap parameter yang diuji dalam model SEM

dapat membantu mengurangi masalah penyimpangan normalitas data (Hair et

al., 2006: 740). Untuk mencapai power pengujian kesimpulan statistik

sebesar 80% dengan tingkat alpha 5% dapat dicapai dengan ukuran sampel

sebesar 130 (Hair et al., 2006: 11). Ukuran sampel yang lebih besar dari 130

akan dapat meningkatkan power pengujian kesimpulan statistik. Semakin

besarnya ukuran sampel akan dapat mengurangi kesalahan penyampelan yang

berdampak pada peningkatan kekuatan secara statistik (Hair et al., 2006: 80).

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai ukuran sampel, ukuran sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 dikali jumlah indikator atau

pernyataan yang berjumlah 17 butir, sehingga ukuran sampelnya adalah 255.

Untuk menghindari resiko sampel yang cacat dan tidak dapat diolah serta

kemungkinan adanya outlier, maka sampel yang direncanakan ditambah 15

responden sehingga ukuran total sampelnya adalah sebanyak 270. Ukuran

sampel tersebut dapat dijadikan dasar untuk tetap menggunakan data yang

tidak normal dalam estimasi (jika sekiranya data tidak dapat lagi diusahakan

untuk normal), karena ukuran sampel sebesar 270 sudah diatas 255, yang

merupakan hasil dari 15 dikali 17, sehingga dampak negatif atau menggangu

yang ditimbulkan oleh data tidak normal dapat diabaikan (Hair et al., 2006:

81). Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner yang berisi

daftar pertanyaan dan pernyataan kepada 270 responden yang berada di

Daerah Istimewa Yogyakarta.Selanjutnya, responden diberi kesempatan

Page 61: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

58

untuk menjawab setiap pertanyaan dan menilai setiap pernyataan dengan teliti

sesuai dengan penilaian responden. Pengembalian kuesioner oleh responden

dilakukan secara langsung kepada peneliti. Dari hasil survey, diperoleh 270

responden yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Uji normalitas dengan

nilai critical ratiomultivariate 4,555, menunjukkan data tidak normal. Untuk

mencapai normalitas data dilakukan dengan cara membuang unit sampel yang

memiliki jarak mahalanobis terjauh hingga dicapai nilai kritis multivariate +

2,58 atau 2,58 < nilai kritis >–2,58. Proses penghilangan Unit sampel

menghasilkannilai kritis 2,525, menunjukkan data telah terdistribusi dengan

normal karena nilai kritis tersebut berada di antara nilai acuan data

terdistribusi normal yaitu + 2,58. Proses ini jugamenurunkan ukuran sampel

menjadi 256 responden.

Definisi Operasional dan Pengukuran

Seluruh konstruk diukur dengan menggunakan skala Likert lima point.

Menurut Sekaran dan Bougie (2010:147), Cooper dan Schindler (2008:308),

dan Kerlinger dan Lee (2000:737), pengukuran menggunakan Skala Likert

akan menghasilkan data interval, bukan ordinal. Walaupun terjadi perbedaan

pendapat mengenai skala Likert apakah termasuk skala ordinal atau interval,

skala Likert biasanya diperlakukan sebagai skala interval (Sekaran and

Bougie, 2010:152)

Konstruk yang digunakan dalam studi ini dioperasionalkan sebagai berikut.

Kepuasan merek didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan pembelian total

dan pengalaman mengkonsumsi suatu produk (Delgado et al., 2003: 45).

Kepuasan merek diukur menggunakan tiga butir pernyataan yang digunakan

oleh Chiou dan Droge (2006) untuk mengukur kepuasan secara keseluruhan

(overal satisfaction), yaitu:

1. Saya senang atas keputusan saya memilih merek [X].

2. Bagi saya, menggunakan merek [X] adalah tindakan yang tepat.

3. Secara keseluruhan, saya puas dengan merek [X].

Kepercayaan merek didefinisikan sebagai kesediaan konsumen untuk

bergantung atau percaya pada merek dalam menghadapi risiko (Lau dan Lee,

1999). Kepercayaan merek diukur menggunakan tiga butir pernyataan yang

dikembangkan oleh Li et al. (2008), yaitu:

1. Saya yakin merek [X] dapat dipercaya.

2. [X] adalah Merek yang terpercaya.

3. Saya percaya merek [X]

Keterikatan merek didefinisikan sebagai variabel psikologi yang

memperlihatkan suatu hubungan afektif dengan merek yang langgeng dan tak

berubah (perpisahaan adalah menyakitkan) dan menunjukkan hubungan

Page 62: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

59

kedekatan secara psikologi dengan merek tersebut (Lacoeuilhe dan Belaid,

2007). Keterikatan merek diukur menggunakan enam butir pernyataan yang

dikembangkan oleh Lacoeuilhe dan Belaid (2007), yaitu:

1. Saya akan kecewa jika saya tidak bisa menemukan laptop merek [X]

ketika saya membutuhkannya.

2. Saya akan sangat sedih apabila laptop merek [X] tidak dijual lagi

dipasaran.

3. Saya akan kecewa apabila saya tidak dapat membeli laptop merek [X].

4. Saya senang menggunakan laptop merek [X].

5. Membeli laptop merek [X] membuat saya senang dan gembira.

6. Saya sangat tertarik dengan laptop merek [X].

Loyalitas merek didefinisikan sebagai komitmen yang dipegang secara

mendalam untuk membeli kembali atau menjadi pelanggan kembali suatu

produk yang lebih disukainya dimasa yang akan datang, dengan demikian

menyebabkan pembelian ulang merek atau sejumlah merek yang sama

meskipun pengaruh situasional dan usaha pemasaran memiliki potensi untuk

menyebabkan perubahan perilaku (Oliver, 1999). Loyalitas terbagi menjadi

dua dimensi yaitu loyalitas sikap dan loyalitas perilaku. Loyalitas merek

untuk loyalitas sikap diukur menggunakan tiga butir pernyataan yang

dikembangkan oleh Yoo dan Donthu (2001) dan untuk loyalitas perilaku

menggunakan dua butir pernyataan yang dikembangkan oleh Chaudhuri dan

Holbrook (2001). Lima butir pernyataan yang digunakan adalah:

1. Saya setia pada laptop merek [X].

2. Laptop merek [X] akan menjadi pilihan pertama saya.

3. Saya tidak akan membeli laptop merek lain apabila [X] tersedia di toko.

4. Saya akan membeli merek [X] ketika saya akan membeli laptop.

5. Saya akan terus membeli laptop merek [X].

Pengujian Instrumen

Tiga jenis validitas instrumen akan diuji dalam penelitian ini. Ketiga validitas

tersebut adalah validitas tampilan, validitas isi, dan validitas

konstruk.Validitas tampilan dan validitas isi diukur oleh orang yang ahli dan

berpengalaman dengan butir-butir pernyataan yang digunakan dalam

penelitian ini. Validitas konstruk terbagi menjadi dua tipe yaitu validitas

konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen diuji menggunakan

analisis faktor confirmatory (CFA) dengan batas minimal nilai loading faktor

setiap butir atau indikator adalah ≥ 0,5 (Hair et al., 2006: 777). Indikator atau

butir pernyataan dengan faktor loading dibawah 0,5 tidak akan diikutsertakan

dalam analisis selanjutnya. Instrumen penelitian dinyatakan memenuhi

validitas konvergen jika semua butir atau indikator memiliki nilai loading

Page 63: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

60

faktor≥ 0,5 hanya di konstruk yang diukurnya. Validitas diskriminan diuji

dengan melihat faktor loading dari masing-masing indikator. Jika semua

indikator tidak ada yang memiliki faktor loading diatas 0,5 di lebih satu faktor

atau komponen, maka instrumen dianggap telah memiliki validitas

diskriminan yang baik, dan ini berarti indikator yang berbeda telah mengukur

konstruk yang berbeda pula.

Hasil pengujian ulang validitas menggunakan analisis faktor setelah

menghilangkan butir TR 4, 5, dan 6 yang tidak mengelompok pada konstruk

yang seharusnya diukur, memperlihatkan masing-masing butir pernyataan

setiap konstruk telah mengelompok pada konstruk yang seharusnya diukur

dengan nilai loading faktor diatas 0,5 dan tidak ada satupun dari butir-butir

tersebut yang memiliki nilai loading pada konstruk yang lain lebih dari 0,5.

Dengan demikian semua konstruk dalam penelitian ini dianggap telah

memenuhi validitas discriminant dan konvergen.

Reliabilitas akan diuji menggunakan Cronbach’s alpha (Neuman, 2006: 190)

dengan koefisien Cronbach’s alpha minimal 0,70 meskipun nilai 0,60 masih

dapat diterima (Hair et al., 2006: 778). Hasil pengujian validitas dan

reliabilitas untuk masing-masing konstruk dengan menggunakan data

keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1: Validitas Konstruk dan Reliabilitas

Loyalitas Kepuasan Keterikatan Kepercayaan

PS1

0,771

PS2

0,795

PS3

0,782

PC1

0,726

PC2

0,835

PC3

0,773

TR1

0,780

TR2

0,837

TR3

0,810

LY1 0,702

LY2 0,725

LY3 0,768

LY4 0,754

LY5 0,749

Cronbach’s

Alpha 0,905 0,896 0,900 0,922

*Hanya nilai loading > 0,5 yang ditampilkan

Page 64: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

61

Penghitungan koefisien Cronbach’s alpha menggunakan bantuan SPSS

setelah mengeluarkan butir TR 4, 5, dan 6 memberikan nilai Cronbach’s

alpha diatas 0,8 untuk semua konstruk. Nilai Cronbach’s alpha untuk

konstruk Loyalitas, Kepuasan, Keterikatan, dan Kepercayaan Merek secara

berturut-turut adalah 0,905; 0,896; 0,900; dan 0,922. Hasil ini

menunjukkan semua butir atau indikator pengukuran dari masing-masing

konstruk telah reliabel.

Metode Analisis Data

Analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan menggunakan structural

equation modeling (SEM) dengan bantuan program AMOS. SEM

digunakan karena penelitian ini menguji model yang memiliki banyak

hubungan antar konstruk laten secara serentak. Teknik estimasi yang akan

digunakan adalah maximum likelihood estimation (MLE). Teknik ini

digunakan karena efisien, dan tidak bias ketika asumsi normalitas terpenuhi.

Walaupun demikian, meskipun asumsi normalitas tidak terpenuhi, MLE

telah terbukti tetap robust (tidak terpengaruh) terhadap pelanggaran asumsi

normalitas (Hair et al., 2006: 743). Pengujian hipotesis dapat dilakukan

setelah model memenuhi nilai GOF yang disyaratkan Penelitian ini

menggunakan banyak indeks kesesuaian (fit) dengan tipe yang berbeda yaitu

X2, CMIN/DF, GFI, AGFI, dan RMSEA (Hair et al., 2006).

Tabel 2. Kriteria Goodness of Fit

Kriteria Indeks Ukuran Nilai Acuan

Chi-Square (X2) Sekecil mungkin

p-value > 0,05

CMIN/DF < 5

GFI > 0,90

AGFI > 0,90

RMSE < 0,08

Sumber: Hair et al. (2006)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Model yang diusulkan dalam penelitian ini menghipotesiskan hubungan

struktural antara kepuasan, kepercayaan, keterikatan, dan loyalitas merek.

Hasil estimasi SEM memberikan ukuran-ukuran Goodness of fit model yang

Page 65: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

62

dapat diterima. Hasil SEM untuk pengujian hipotesis memperlihatkan semua

hipotesis terdukung kecuali hipotesis tiga (H3), yang menyatakan

kepercayaan merek berpengaruh positif pada loyalitas merek. Korelasi antar

konstruk disajikan pada Tabel 3. Hasil SEM untuk Standardized regression

weights, nilai t, nilai p, dan goodness-of-fit model ditampilkan pada Tabel 4

dan Gambar 2.

Tabel 3. Korelasi antar Konstruk

Kepuasan Kepercayaan Keterikatan Loyalitas

Kepuasan 1 .772**

.530**

.640**

Kepercayaan .772**

1 .542**

.638**

Keterikatan .530**

.542**

1 .717**

Loyalitas .640**

.638**

.717**

1

**signifikan pada level 0,01 (2-tailed)

Tabel 4. Hasil SEM

Hubungan Struktural

Standardized

Regression

Weights

t p

Kepuasan → Loyalitas

Kepuasan → Kepercayaan

Kepercayaan → Loyalitas

Kepuasan → Keterikatan

Kepercayaan → Keterikatan

Keterikatan → Loyalitas

0,280

0,843

0,130

0,292

0,343

0,548

2,853

13,651

1,355

2,277

2,699

8,055

0,004

0,000

0,176

0,023

0,007

0,000

Goodness-of-Fit Model

Chi-Square

Degree of Freedom

CMIN/ Degree of Freedom

GFI

AGFI

RMSEA

109,87

71

1,547

0,943

0,916

0,046

Page 66: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

63

Pembahasan

Loyalitas adalah topik pemasaran yang telah menarik perhatian banyak

peneliti hingga kini, karena banyak perusahaan menghadapi masalah dengan

loyalitas pelanggannya sebagai konsekuensi dari persaingan yang ketat. Dua

konstruk yang tercatat dalam banyak literatur yang telah terbukti dapat

memprediksi loyalitas merek secara empiris adalah kepuasan dan

kepercayaan. Namun seperti apa yang telah dinyatakan oleh Oliver (1999)

bahwa kepuasan yang juga sebagai sumber utama kepercayaan tidaklah

selalu dapat mendorong konsumen untuk loyal, telah memunculkan dugaan

adanya variabel lain yang dapat membantu menjelaskan fenomena ini. Salah

satu dugaan tersebut adalah kemungkinan adanya variabel mediasi yang akan

mampu memperjelas gambaran dan meningkatkan pemahaman yang

berkaitan dengan hubungan kepuasan dan kepercayaan merek dengan

loyalitas merek. Dari berbagai literatur empiris yang tersedia, yang saling

melengkapi satu dengan yang lainnya, sehingga terbentuklah gambaran yang

lebih utuh yang kemudian pada akhirnya mengarahkan pada dugaan bahwa

variabel keterikatan merek memiliki peran sebagai mediator pada hubungan

0,548** 0,843**

0,292*

0,343*

0,130

0,280*

Kepuasan

Merek

Kepercayaan

Merek

Keterikatan

Merek

Loyalitas

Merek

*signifikan pada p < 0,05; **signifikan pada p < 0,01

Chi-Square/df = 1,547; GFI = 0,943; AGFI = 0,916; RMSEA = 0,046.

Gambar 2. Hasil Estimasi SEM

Page 67: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

64

antara kepuasan dan kepercayaan merek dengan loyalitas merek. Pengujian

peran mediasi keterikatan merek memberikan konstribusi yang nyata bagi

penelitian di bidang marketing kususnya perilaku konsumen yang akan

meningkatkan pemahaman peran keterikatan merek dan melengkapi

gambaran hubungan yang hilang antara kepuasan dan kepercayaan merek

dengan loyalitas merek. Hasil pengujian secara empiris yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa semua hipotesis yang diajukan untuk menjawab

pertanyaan penelitian telah terdukung, kecuali hipotesis tiga yang menduga

adanya pengaruh kepercayaan merek pada loyalitas merek. Kepuasan merek

telah terbukti secara empiris berpengaruh pada kepercayaan, keterikatan, dan

loyalitas merek. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang puas akan

percaya bahwa merek akan konsisten memuaskan konsumen kembali ketika

mereka membeli atau menggunakan merek itu kembali. Konsumen yang puas

akan terikat secara emosional pada merek karena merek tersebut menjadi

bermakna dan penting secara personal bagi dirinya. Konsumen yang puas

akan mengarahkan keputusan mereka untuk memilih merek yang sama ketika

mereka akan menggunakan atau membeli kembali suatu produk. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kepuasan konsumen

terhadap suatu merek maka kepercayaan, keterikatan, dan loyalitas konsumen

pada merek tersebut akan semakin tinggi. Kepercayaan merek telah terbukti

secara empiris berpengaruh pada keterikatan merek. Temuan ini

menggambarkan bahwa konsumen yang percaya pada suatu merek akan

terikat secara emosional pada merek karena mereka percaya bahwa merek

tersebut akan memenuhi kebutuhan mereka yang penting dan bermakna

secara personal bagi konsumen. Bertentangan dengan dugaan awal, ternyata

hasil empiris menunjukkan kepercayaan merek tidak berpengaruh secara

signifikan pada loyalitas merek. Tidak terbuktinya pengaruh kepercayaan

merek pada loyalitas merek memperlihatkan banyak hal, diantaranya bukti

empiris yang diperkuat wawancara mendalam pada beberapa informan yang

sebelumnya menjadi responden telah memperlihatkan bahwa konsumen

laptop meskipun memiliki kepercayaan pada merek laptop yang mereka

gunakan namun tidaklah cukup untuk mempertahankan loyalitas merek

karena ternyata para konsumen tersebut juga percaya pada merek lainnya

dengan tingkatan yang sama bahkan lebih. Sehingga ketika persaingan

semakin tinggi, kepercayaan tidak mampu menjadi peredam munculnya

perilaku berpindah merek yang semakin besar peluang terjadinya karena

adanya faktor individu yaitu perilaku mencari variasi. Hal ini diperparah

dengan munculnya masalah dengan produk yang membuat cacatnya kepuasan

yang berdampak pula pada penurunan kepercayaan konsumen hingga

membuat pengaruh kepercayaan pada loyalitas merek menjadi tidak

Page 68: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

65

bermakna. Ketika konsumen juga memiliki kepercayaan yang sama bahkan

lebih pada merek yang lain, maka yang membedakan merek yang mereka

gunakan dengan merek lainnya adalah pengalaman kepuasan dan kesesuaian

kebutuhan konsumen dengan merek laptop yang dimilikinya. Pada kondisi

ini, kepuasan terlihat menjadi faktor yang lebih kuat melebihi kepercayaan

merek untuk memprediksi loyalitas merek. Pengalaman pembelian

sebelumnya dan jumlah laptop yang dimiliki berpotensi memoderasi

pengaruh kepercayaan merek pada loyalitas merek. Teori pembelajaran

konsumen memberikan penjelasan mengenai fenomena moderasi ini.

Semakin banyaknya laptop dan pengalaman pembelian yang dimiliki

konsumen menunjukkan konsumen semakin belajar untuk menemukan merek

yang paling sesuai dengan kebutuhan dan yang paling memuaskan mereka.

Pembelajaran ini dalam prosesnya semakin memperkuat tingkat kepercayaan

konsumen pada merek yang menurut mereka paling sesuai dengan kebutuhan

dan yang paling memuaskan sehingga pada akhirnya konsumen merasa

bahwa merek tersebut telah layak untuk menjadi objek loyal mereka.

Keterikatan merek telah terbukti secara empiris berpengaruh pada loyalitas

merek. Ketika konsumen terikat secara emosional pada merek maka

konsumen akan merasa satu dengan merek atau merek dirasa sebagai bagian

dari dirinya dalam usaha pemenuhan kebutuhan mereka. Pada kondisi ini,

merek menjadi sesuatu yang penting dan bermakna secara personal bagi

konsumen. Rasa satu ini akan mendorong konsumen untuk tetap

menggunakan atau membeli merek yang sama setiap kali konsumen akan

menggunakan atau membeli kembali suatu produk. Dengan demikian, ketika

keterikatan konsumen secara emosional terhadap suatu merek semakin

meningkat, maka loyalitas konsumen pada merek tersebut akan semakin

meningkat pula. Peran mediasi keterikatan merek pada hubungan antara

kepuasan dan kepercayaan merek pada loyalitas merek telah terbukti secara

empiris. Keterikatan merek terbukti memediasi pengaruh kepuasan pada

loyalitas merek secara parsial. Keterikatan merek terbukti pula memediasi

pengaruh kepercayaan merek pada loyalitas merek secara penuh. Dengan

terbuktinya peran mediasi keterikatan merek pada hubungan antara kepuasan

dan kepercayaan merek dengan loyalitas merek, maka posisi keterikatan

merek menjadi semakin jelas dan penting dalam perannya membangun

hubungan antara konsumen dengan merek. Keterikatan menjadi variabel yang

sangat penting bagi kepuasan dan kepercayaan merek karena dengan

berperannya keterikatan merek sebagai mediator akan menggandakan besar

pengaruh kepuasan dan kepercayaan merek pada loyalitas merek.

Kepercayaan adalah variabel yang sangat membutuhkan peran mediasi

keterikatan merek dibandingkan kepuasan karena tanpa adanya peran mediasi

Page 69: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

66

keterikatan merek, pengaruh kepercayaaan pada loyalitas merek menjadi

tidak bermakna.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kepuasan merek terbukti

memiliki pengaruh positif pada kepercayaan, keterikatan dan loyalitas merek.

Berbeda dengan kepuasan, kepercayaan merek terlihat berpengaruh positif

pada keterikatan merek, namun terbukti tidak berpengaruh secara signifikan

pada loyalitas merek. Hasil pengujian empiris memperlihatkan pula bahwa

keterikatan merek berpengaruh positif pada loyalitas merek. Dengan

demikian, keterikatan merek terbukti memediasi pengaruh kepuasan dan

kepercayaan pada loyalitas merek. kepuasan merek dimediasi oleh keterikatan

merek secara parsial sedangkan kepercayaan merek dimediasi dengan penuh

oleh keterikatan merek. Terbuktinya peran mediasi keterikatan merek

melengkapi gambaran hubungan yang belum sepenuhnya jelas antara

kepuasan dan kepercayaan merek dengan loyalitas merek. Tingginya

kepuasan dan kepercayaan merek namun rendah pada keterikatan merek yang

diikuti pula dengan rendahnya loyalitas merek menjelaskan mengapa

kepuasan dan kepercayaan merek tidak selalu melahirkan loyalitas konsumen

pada merek. Temuan dari penelitian ini memperlihatkan pentingnya para

manajer pemasaran untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan kepuasan,

kepercayaan, dan keterikatan merek sebagai upaya untuk memperbesar

loyalitas pelanggan pada merek. Temuan ini memberikan pemahaman yang

lebih baik bagi para manajer pemasaran bahwa meskipun ketiga variabel

tersebut memiliki tingkat pengaruh yang berbeda-beda pada loyalitas merek

namun sesungguhnya ketiga variabel tersebut saling melengkapi dalam upaya

untuk meningkatkan loyalitas pelanggan. Dengan demikian perusahaan

ataupun manajer pemasaran dalam upaya mempertahankan loyalitas

pelanggannya sebaiknya memfokuskan perhatian dan usahanya pada ketiga

variabel tersebut sebagai satu kesatuan atau dengan kata lain, perusahaan

tidak dapat hanya fokus pada salah satu variabel saja, misalnya hanya fokus

pada kepuasan dengan melupakan atau mengabaikan peran variabel lainnya

seperti kepercayaan merek atau keterikatan merek. Dengan memfokuskan

perhatian pada ketiga variabel tersebut sebagai satu kesatuan akan membantu

perusahaan untuk meningkatkan loyalitas pelanggannya dengan lebih

optimal. Keterikatan merek memiliki pengaruh yang besar pada loyalitas

merek, namun memiliki nilai respon rata-rata yang paling rendah

dibandingkan variabel kepuasan dan kepercayaan merek. Dengan demikian,

Page 70: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

67

variabel yang paling bermasalah namun juga menjadi variabel yang penting

bagi loyalitas merek yang harus mendapat perhatian lebih serius dari para

manajer pemasaran dan perusahaan secara keseluruhan adalah keterikatan

merek. Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan keterikatan merek

diantaranya selain dengan membentuk atau meningkatkan kepuasan dan

kepercayaan pada merek, dapat pula dilakukan dengan membangun citra

merek atau kepribadian merek (Louis dan Lombart, 2010; Swaminathan et

al., 2008) yang sesuai dengan citra diri target market merek tersebut.

Kepribadian merek yang sesuai dengan citra diri aktual ataupun ideal

konsumen akan menjadi media ekspresi diri atau perluasan diri yang akan

memperkaya diri konsumen. Kesesuaian diri konsumen dengan kepribadian

merek ini tidak hanya akan meningkatkan keterikatan merek saja namun akan

dapat meningkatkan kepuasan khususnya kepuasan simbolis dan kepercayaan

merek yang selanjutnya baik kepuasan dan kepercayaan akan meningkatkan

keterikatan merek. Besarnya pengaruh keterikatan merek pada loyalitas

merek akan mampu meningkatkan loyalitas sampai pada tingkat yang

diharapkan. Oleh karena itu penting bagi pemasar untuk memetakan target

market berdasarkan citra diri konsumen yang akan memudahkan pemasar

untuk pemosisian kepribadian merek mereka agar sesuai dengan citra atau

konsep diri target market sehingga merek akan menarik bagi target market.

Pemosisian merek yang mampu membentuk kepribadian merek yang

diharapkan, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti iklan yang

menghidupkan merek seolah-olah makhluk hidup yang memiliki kepribadian

atau menggunakan endorser yang dapat membentuk kepribadian merekpada

benak konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Amine, A., 1998. “Consumers‟ True Brand Loyalty: The Central Role of

Commitment,” Journal of Strategic Marketing, 6, 305-319.

Assael, H., 2004. Consumer Behavior, a Strategic Approach, New York:

Houghton Mifflin Company.

Belaid, S., and A. T. Behi, 2011. “The Role of Attachment in Building Consumer-

brand Relationship: An Empirical Investigation in Utilitarian Consumption

Context,” Journal of Product and Brand Management,20, 37-47.

Bennett, R. and S. Rundle-Thiele, 2004. “Customer Satisfaction Should Not be

The Only Goal,” Journal of Services Marketing,18, 514-523.

Page 71: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

68

Bloemer, J. andK. D. Ruyter, 1998. “On the Relationship Between Store Image,

Store Satisfaction and Store Loyalty,” European Journal of Marketing, 32,

499-513.

Bloemer, J., K. D. Ruyter and P. Peeters, 1998. “Investigating Drivers of Bank

Loyalty: The Complex Relationship between Image, Service Quality and

Satisfaction,” International Journal of Bank Marketing,16,276–286.

Bouhlel, O, N. Mzoughi, D. Hadiji, and I. B. Slimane, 2009. “Brand Personality

and Mobile Marketing: An Empirical Investigation,” World Academy of

Science, Engineering and Technology,53, 703-710.

Bove, L. and B. Mitzifiris, 2007. “Personality Traits and The Process of Store

Loyalty in a Transactional Prone Context,” Journal of Services

Marketing,21, 507–519.

Brakus, J. J., B. H. Schmitt, and L. Zarantonello, 2009. “Brand Experience: What

is It? How is It Measured? Does It Affect Loyalty?” Journal of

Marketing,73, 52-68.

Casalo, L. V., C. Flavian, and M. Guinalıu, 2007. “The Impact of Participation in

Virtual Brand Communities on Consumer Trust and Loyalty: The Case of

Free Software,” Online Information Review, 31, 775-792.

Casalo, L. V., C. Flavian and M. Guinalıu, 2008. “The Role of Satisfaction and

Website Usability in Developing Customer Loyalty and Positive Word-Of-

Mouth in the E-Banking Services,” The International Journal of Bank

Marketing, 26, 399-417.

Cassab, H. and D. L. Maclachlan, 2009. “A Consumer-Based View of Multi-

Channel Service,” Journal of Service Management, 20, 52-75.

Chaudhuri, A. and M. B. Holbrook, 2001. “The Chain of Effects From Brand

Trust and Brand Affect to Brand Performance: The Role of Brand

Loyalty,” Journal of Marketing, 65, 81-93.

Crask, Melvin, Richard J. Fox, and Roy G. Stout (1995), Marketing Research:

Principles and Applications, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Day, G. S., 1969. ”A Two-Dimensional Concept of Brand Loyalty,” Journal of

Advertising, 9, 29-35.

Delgado-Ballester, E. and Jose L. Munuera-Aleman, 2005. “Does Brand Trust

Matter to Brand Equity?” Journal of Product and Brand Management, 14,

187–196.

Delgado-Ballester, E., Jose L. Munuera-Aleman and M. J. Yague-Guillent, 2003.

Development and Validation of a Brand Trust Scale, International Journal

of Market Research, 45, 35-53.

Esch, F. R., T. Langner, B. H. Schmitt and P. Geus, 2006. “Are Brands Forever?

How Brand Knowledge and Relationships Affect Current and Future

Purchases,” Journal of Product and Brand Management, 15, 98–105

Page 72: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

69

Graeff, T. R., 1996. “Image Congruence Effects on Product Evaluations: The Role

of Self-Monitoring and Public/Private Consumption,” Psychology and

Marketing, 13, 481-499.

Ha, H.Y. and H. Perks, 2005. “Effects of Consumer Perceptions of Brand

Experience on the Web: Brand Familiarity, Satisfaction and Brand Trust,”

Journal of Consumer Behaviour, 4, 438-452.

Hair, Jr., J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. Anderson, and R.L. Tatham, 2006.,

Multivariate Data Analysis, 6th

edition, Upper Saddle River: Pearson

Education.

Hess, J. and J. Story, 2005. “Trust-Based Commitment: Multidimensional

Consumer-Brand Relationships,” Journal of Consumer Marketing, 22,

313-322.

Jacoby, J. and D. B. Kyner, 1973. “Brand Loyalty Vs. Repeat Purchasing

Behavior,” Journal of Marketing Research, 10, 1-9.

Kapferer, J. N.,2008.The New Strategic Brand Management, 4th edition, Great

Britain: Kogan Page Limited.

Kerlinger, Fred Nichols and Howard Bing Lee, 2000. Foundations of Behavioral

Research, 4th

edition, New York: Harcourt.

Kotler, P. and K. L. Keller, 2009.Marketing Management, 13th edition, New

Jersey: Pearson Prentice Hall.

Lacoeuilhe, J.and S. Belaid,2007. “Quelle(s) Mesure(s) Pour L‟Attachement a La

Marque?” Revenue Fancaise Du Marketing, 3, 7-25.

Lau, G.T. and S.H.Lee, 1999. “Consumers‟ Trust in a Brand and the Link to

Brand Loyalty,” Journal of Market Focused Management, 4, 341–370.

Liang, C.J. and W. H. Wang, 2007. “An Insight Into the Impact of a Retailer‟s

Relationship Efforts on Customers‟s Attitudes and Behavioral Intentions,”

International Journal of Bank Marketing, 25, 336-366.

Louis, D. and C. Lombart, 2010. “Impact of Brand Personality on Three Major

Relational Consequences (Trust, Attachment, and Commitment to the

Brand),” Journal of Product and Brand Management, 19, 114–130.

Matzler, K., S. Grabner-Krauter and S. Bidmon, 2008. “Risk Aversion and Brand

Loyalty: The Mediating Role of Brand Trust and Brand Affect,” Journal of

Product and Brand Management, 17, 154–162.

Morgan, R. M. and S. D. Hunt, 1994. “The Commitment-Trust Theory of

Relationship Marketing,” Journal of Marketing, 58, 20-38.

Neuman, W. L., 2006. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative

Approaches, 6th edition, Boston New York: Pearson education, inc.

Oliver, R. L., 1999. “Whence Consumer Loyalty?” Journal of Marketing, 63, 33-

44.

Page 73: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

70

Park, C. W., D. J. MacInnis, and J. Priester, 2006. “Beyond Attitudes: Attachment

and Consumer Behavior,” Seoul Journal of Business, 12, 3-35.

Park, C. W., D. J. MacInnis, and J. Priester, 2006. “Brand Attachment: Construct,

Consequences, and Causes,” Foundation and Trends in Marketing, 1, 191-

230.

Park, S. Y. and E. M. Lee, 2005. “Congruence Between Brand Personality and

Self-Image, and the Mediating Roles of Satisfaction and Consumer-Brand

Relationship on Brand Loyalty,” Asia Pacific Advances In Consumer

Research, 6, 39-45.

Santouridis, I. and P. Trivellas, 2010. “Investigating the Impact of Service Quality

and Customer Satisfaction on Customer Loyalty in Mobile Telephony in

Greece,” The TQM Journal, 22, 330-343.

Sung, Y. S., E. Park, and M. K. Han, 2005. “The Influences of Brand Personality

on Brand Attachment and Brand Loyalty: Centered on the Differences

between the Brand Community Members and Non-members,” Asia Pacific

Advances In Consumer Research, 6 (Extended Abstract).

Swaminathan, V., K. M. Stilley, and R. Ahluwalia, 2008. “When Brand

Personality Matters: The Moderating Role of Attachment Styles,” Journal

of Consumer Research, 35, 985-1002.

Taylor, S. A., K. Celuch, and S. Goodwin, 2004. “The Importance of Brand

Equity to Customer Loyalty,” Journal of Product and Brand Management,

13, 217-227.

Thomson, M., D. J. MacInnis, and C. W. Park, 2005. “The Ties That Bind:

Measuring The Strenght of Consumers‟ Emotional Attachments to

Brands,” Journal of Consumer Psychology, 15, 77-91.

Wang, G., 2002. “Attitudinal Correlates of Brand Commitment: An Empirical

Study,” Journal of Relationship Marketing, 1, 57-75.

Yen, H. J. R. and K. P. Gwinner, 2003. “Internet Retail Customer Loyalty: The

Mediating Role of Relational Benefits,” International Journal of Service

Industry Management, 14, 483-500.

Yoo, B. and N. Donthu, 2001. “Developing and Validating a Multidimensional

Consumer-based Brand Equity Scale,” Journal of Business Research, 52,

1-14.

Zboja, J. J. and C. M. Voorhees, 2006. “The Impact of Brand Trust and

Satisfaction on Retailer Repurchase Intentions,” Journal of Services

Marketing, 20, 381-390.

Page 74: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

71

ANALISIS TIPE KEPEMILIKAN TERHADAP STABILITAS KINERJA

BANK KONVENSIONAL

DI INDONESIA

Muslimin

Universitas Lampung [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari kepemilikan strategis

terhadap kinerja bank konvensional. Kepemilikan strategis dikatagorikan dalam

bentuk kepemilikan pemerintah, swasta dan asing. Berbeda dengan regulasi

perbankan yang ada pada negara Malaysia dan Korea Selatan, Indonesia memiliki

perspektif yang berbeda terkait dengan isu kepemilkan asing dalam kontribusinya

terhadap stabilitas sektor finansial. Dengan menggunakan data cross section, hasil

penelitian menunjukan bahwa kepemilikan pemerintah memiliki pengaruh yang

negatif terhadap volatilitas return dan keberadaannya memiliki pengaruh yang

positif terhadap non-performing aset perbankan konvensional. Untuk kepemilikan

swasta, hasil penelitian menunjukan ambiguitas dimana hal itu berhubungan

dengan jenis-jenis bank konvensional yang ada. Terkait dengan isu utama

penelitian, kepemilikan asing menunjukan pengaruh yang negatif terhadap

stabilitas perbankan. Hasil penelitian ini memberikan penguatan argumentasi

bahwa kepemilkan asing yang besar cenderung membuat bank lebih beresiko dan

dapat berkontribusi terhadap ketidakstabilan industri keuangan.

Kata Kunci: Kepemilikan Strategis, Kinerja Bank.

A. PENDAHULUAN

Pada prinsipnya, keberadaan bank adalah memfasilitasi adanya jasa transaksi

dan sharing risiko. Hal ini dilakukan dengan membiayai dan memonitor

proyek-proyek entrepreneur yang dapat menjadi tidak likuid dan memiliki

prospek yang tidak baik yang disebabkan adanya masalah informasi yang

asimetrik semacam adanya adverse selection dan moral hazard. Pada titik

inilah bank berperan sebagai fungsi utama dalam mengatasi masalah informasi

yang asimetrik tersebut. Bank melakukan proteksi terhadap para entrepreneur

yang membutuhkan pembiayaan dari kebutuhan likuditas para investor.

Orientasi utama para investor adalah return dari investasi yang dilakukan para

entreprenurs. Pada posisi dimana proyek-proyek yang dikerjakan oleh para

entrepreneur memiliki return yang rendah, para investor akan menarik dananya

secara besar-besaran yang dapat berdampak pada kepanikan ekonomi yang

berimbas pada berjalannya intermediasi bank. Hal inilah mengapa perbankan

memiliki peran yang penting dalam menjaga stabilitas perekonomian makro.

Page 75: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

72

Dengan fungsinya yang cukup penting dalam menjaga stabilitas perekonomian

tersebut, regulasi perbankan merupakan salah satu media yang dipergunakan

oleh pemerintah untuk mengoptimalkan fungsi bank dalam perekonomian

secara nasional. Salah satu regulasi yang diatur tersebut adalah kepemilikan

bank dimana pengaturannya disesuaikan dengan kepentingan ekonomi

nasionalnya masing-masing. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang

menggambarkan berbagai regulasi bank beberapa Negara.

Tabel 1: Regulasi Kepemilikan Bank pada Beberapa Negara

Keterangan Indonesia Malaysia Korea Selatan Amerika Serikat

Pembukaan bank asing

Tidak dilarang Tidak dilarang Tidak dilarang Tidak dilarang

Bentuk kepemilikan bank asing

Kantor Cabang Anak Perusahaan

Kantor Perwakilan

Anak Perusahaan Kantor Cabang Anak Perusahaan

Kantor Cabang Anak Perusahaan

Kantor Perwakilan Agensi

Persyaratan modal bank asing

Rp 3 triliyun Anak perusahaan

berupa modal disetor

Kantor cabang

berupa dana usaha

RM300 juta 100 miliar won (anak perusahaan)

3 miliar won (kantor cabang)

Anak perusahaan - bank domestic

Kantor cabang & agensi tdk terdapat

persyaratan permodalan secara individual

Kewajiban go public Bila wajib, berapa %

yang harus dijual

Tidak ada Tidak ada Ada n.a.

Tidak ada

Persyaratan modal minimum untuk bank baru

Rp3 triliyun Anak perusahaan RM300 juta

100 miliar won (anak perusahaan) - 3 miliar won (kantor cabang)

n.a.

Persentase saham pengendali

25% Hak suara Tindakan

pengendalian

50% Memiliki kuasa

dan pengaruh

Tidak ada 10% 5% atas

pertimbangan pengawas

Pembatasan kepemilikan saham oleh individual dan

badan hukum dan maks. %

Asing: maksimum 99%

Badan hukum

domestik: maksimal sebesar modal bersih

Individu: maksimum 10%

Non-individu:

maksimum 20%

< 4%: tanpa persetujuan

< 10%: syarat

keuangan >10%: dengan

persetujuan

Tidak ada

Sumber: Hadad (2003).

Page 76: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

73

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa regulasi kepemilikan di Indonesia

lebih liberal dan mendekati regulasi pada Negara Amerika Serikat, khususnya

pada hal pembatasan kepemilikan dimana Indonesia cenderung lebih bebas

dibandingkan dengan negara Malaysia dan Korea Selatan. Hal ini tentu sangat

menarik mengingat ketiga Negara asia pada Tabel 1 merupakan Negara-negara

yang terkena imbas krisis moneter dan menderita guncangan ekonomi sebagai

akibat terdevaluasinya mata uang Negara masing-masing. Khusus untuk

Indonesia, hal ini bahkan sampai mengakibatkan pergantian rezim yang

berkuasa. Dengan adanya perbedaan regulasi pada ketiga Negara Asia

tersebut, dapat ditarik garis adanya perbedaan dalam menyikapi peran

kepemilikan, khususnya asing, dalam kontribusinya menjaga stabilitas sector

perbankan. Malaysia dan Korea Selatan relative cenderung berhati-hati

menyikapi kepemilikan asing pada industry perbankannya, sedangkan

Indonesia cenderung lebih melihat factor kepemilikan asing sebagai pendorong

kinerja sector perbankan secara keseluruhan. Dengan kata lain, Indonesia lebih

mendorong terciptanya pasar yang lebih kompetitif pada industry tersebut

melalui terciptanya efisiensi dan harga yang murah yang dapat diterima

nasabah, sedangkan Malaysia dan Korea Selatan lebih melihat kepemilikan

asing sebagai factor yang memicu turbulensi pada industry perbankannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bermaksud untuk menguji

apakah tipe kepemilikan bank memicu terjadinya instabilitas kinerja bank-bank

konvensional di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dimaksudkan juga untuk

dapat berkontribusi dalam penilaian kebijakan kepemilikan asing yang

dilakukan oleh Pemerintah yang memberikan keleluasaan pada penguasaan

mayoritas kepemilikan bank yang beroperasi di Indonesia. Hal ini sangat

penting dilakukan mengingat isu kepemilikan dengan melakukan konsentrasi

kepemilikan telah menjadi subjek yang sangat penting dalam pinsip

pengelolaan perusahaan yang baik dalam literature-literatur good corporate

governance (Demsetz dan Villalonga 2001; La Porta et al. 1998; La Porta et

al.1999b ). Tipe kepemilikan yang akan diuji mengacu pada tipe kepemilikan

strategis yang dalam studi-studi kepemilikan perusahaan mengkatagorikannya

dalam bentuk kepemilikan pemerintah, kepemilikan privat, dan kepemilikan

asing. Pengkatagorian tersebut disebabkan masih minimnya studi-studi

kepemilikan pada level kinerja perusahaan, khususnya dari sisi kepemilikan

pemerintah (Cornett; 2010).

B. LANDASAN TEORITIS

Literatur riset-riset perbankan, biasanya mengacu pada disiplin pasar dimana

fungsi monitoring dan pendisiplinan yang tidak diarahkan pada regulator

perbankan, namun pada investor pasar yang terkait dengan bank yang

dipengaruhi oleh prilaku lembaga intermediasi tersebut. yang memiliki

pengaruh (De Ceuster dan Masschelein; 2003). Hal ini karena dibutuhkan

untuk memperkuat dari studi yang melihat pengaruh aspek regulasi terhadap

Page 77: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

74

kinerja bank. Kedisiplinan bank dalam melakukan fungsi intermediasinya

sangat tergantung oleh manajer bank bersangkutan. Hal ini karena para

manajer bank memiliki informasi-informasi khusus dibandingkan para pemilik

bank dan nasabahnya dalam proses penyeluran pinjaman. Melalui hal itu, para

manajer memiliki basis negosiasi yang kuat dalam kompensasi mereka sebagai

jalan untuk memperoleh nilai tambah. Dalam kondisi dimana para manajer

melakukan ancaman secara halus kepada para investornya, bank akan memiliki

kesulitan pendanaan yang disebabkan para investor menolak memberikan

suntikan dana baru dan memveto proyek-proyek yang dibiayai oleh bank

bersangkutan. Salah satu mekanisme untuk memonitor para manajer bank

tersebut salah satunya melalui deposito yang dapat ditarik tanpa persyaratan

dengan memfasilitasi investor atau nasabah bank melalui mekanisme

penyediaan informasi yang transparan (Calomiris dan Kahn; 1991). Flannery

(1994) menunjukan pinjaman jangka pendek bank menysratkan bank untuk

secara regular mencari dana di pasar yang secara otomatis dapat

mendisiplinkan para manajer. Melalui deposit jangka pendek tersebut akan

meminimkan motif rente dari para manajer melalui penguasaan informasi yang

dimilikinya.

Rajan (1992) menunjukan bahwa terkait dengan informasi yang dimiliki oleh

para manajer melalui proses pinjaman, bank dapat mengancam untuk

melikuidasi proyek-proyek yang baik untuk mendapatkan surplus dari para

entrepreneur. Jika hal ini diantisipasi, insentif entrepenur akan menjadi lebih

buruk. Melalui ketersediaan informasi, entrepreneurs untuk memilih sumber

pembiayaan lainnya jika menghadapi ancaman likuidasi bank. Tidak adanya

informasi khusus yang ada pada pinjaman bank dan hasil dan perbaikan

likuiditas asset bank dapat dipandang menguntungkan. Namun demikian,

beberapa studi juga menunjukan adanya biaya yang potensial. Myers dan Rajan

(1995) melihat likuiditas asset tidaklah dikehendaki jika hal tersebut

meningkatkan kemampuan manajer dalam mengelola asset yang berlawanan

dengan kepentingan pemilik. Yeyati (1998) melihat bahwa ketika investor

memiliki informasi yang lebih sedikit terkait dengan asset yang dimiliki oleh

bank, bank terlihat lebih stabil karena tingkat bunga akan lebih sensitive

dibandingkan dengan asset-aset yang beresiko. Wagner (2007) menunjukan

bahwa ketidaklikuidan relative dari asset-aset bank memiliki pengaruh yang

menguntungkan jika hal tersebut meningkatkan biaya penjualan asset pada saat

krisis sehingga membuat shareholder lebih bersifat averse terhadap kegagalan

bank. Literature stabilitas perbankan telah menunjukan bahwa likuiditas asset

akan memberikan implikasi stabilitas dengan mempengaruhi risiko

sistemiknya. Adanya kemungkinan bank untuk memperdagangkan asetnya

dengan bank lainya dapat memberikan dampak berkelanjutan karena hal

tersebut menghasilkan dampak terhadap disinformasi yang berkelanjutan

(Aghion; 2000). Diversifikasi interbank call money juga dapat meningkatkan

risiko sistemik bank dengan membuat bank tersebut menjadi kurang beresiko

yang selanjutnya mendorong bank tersebut untuk memegang likuiditas yang

sedikit (Wagner, 2005). Kemampuan bank untuk menjual asetnya dapat juga

meningkatkan risiko sector perbankan menjadi lebih rentan terhadap gonangan

Page 78: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

75

yang dapat mempengaruhi kerentanan secara keseluruhan terhadap sector

perbankan. Meningkatnya likuditas asset juga implikasi stabilitas yang besar

dengan meningkatnya orientasi pasar dari sistem keuangan (Fecth; 2004).

Studi Barth (2006) menunjukan adanya manfaat factor kepemilikan bank bagi

perusahaan. Kepemilikan bank secara jelas memberikan jalan bagi perusahaan

untuk mendapatkan modal eksternal dari perbankan yang sangat bermanfaat

pada saat kondisi pasar yang mengalami keleseuan (King dan Shivdasani,

1995). Walaupun beberapa teori berpendapat bahwa kepemilikan perbankan

dapat mendorong terjadinya konflik kepentingan, mayoritas studi menunjukan

bahwa bank dapat secara efektif untuk memonitor dan mendisiplinkan

peminjam dan memperbaiki kinerja perusahaan yang pada umumnya terjadi

pada pasar di Negara-negara maju. (Bris, 2008). Berbeda dengan kondisi di

Negara berkembang, langkanya dana yang dapat diintermediasi dan lemahnya

pengelolaann menyebabkan bank tidak dapat berfungsi sebagaimana bank pada

Negara-negara maju. Perbedaan factor hukum dan budaya yang tajam pada

Negara maju dan Negara berkembang merupakan factor yang penting yang

menyebabkan tidak berfungsinya bank di Negara berkembang seperti di

Negara maju ((Barth, 2006; Laeven, 2001). Cull dan Xu (2000, 2005) dan Tian

(2004) menunjukan bagaimana motivasi politik menjadi biaya dari hilangnya

tata kelola yang baik. Hal inilah mengapa kepemilikan bank secara langsung

dapat mempengaruhi kinerja bank yang lebih rendah dibandingkan dengan

Negara maju. Kepemilikan asing menjadi perdebatan yang cukup panjang

dalam studi-studi keterkaitan masuknya bank asing pada Negara yang sedang

berkembang. Claessens (2001) dan Clarke (2001) secara empiris menunjukan

bahwa bank dengan kepemilikan asing mampu untuk meningkatkan kinerja

bank-bank domestic dan memperbaiki ketersediaan kredit baik bagi

perusahaan-perusahaan kecil maupun besar. Studi Levine (1996) menunjukan

bank asing pada pasar negara yang sedang berkembang juga mengurangi

kemungkinan krisis keuangan, walaupun studi oleh Morgan dan Strahan (2003)

menunjukan adanya peningkatan volatilitas investasi perusahaan. Pada Negara-

negara yang memiliki kondisi pasar yang buruk, bank-bank asing cenderung

tidak masuk pada Negara bersangkutan.

Studi Mian (2006) menunjukan adanya penyaluran kredit yang rendah terkait

dengan nasabah yang memiki informasi yang tidak jelas dan menunjukan

ketidakefektifan dalam melakukan recovery pinjamannya dibandingkan dengan

bank-bank domestic. Detragiache (2006) juga menunjukan dimana kehadiran

yang cukup banyak dari bank-bank asing terasosiasi dengan rendahnya kredit

terhadap sector privat dan tingkat pertumbuhan kredit yang rendah pada

Negara-negara yang memiliki pendapatan yang rendah, namun hal ini tidak

terjadi pada Negara-negara lain. Hal- hal tersebut menunjukan model dimana

bank-bank asing memiliki kecenderungan yang lebih baik pada kondisi

nasabah yang transparan, namun memiliki kinerja yang buruk dalam

mengevauasi nasabah yang memiliki informasi yang tidak jelas. Pada kondisi

semacam ini, nasabah dengan informasi yang tidak jelas tidak akan menerima

manfaat dan dapat dirugikan oleh masuknya bank-bank asing.

Page 79: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

76

H1: Kepemilikan Bank oleh Asing memiliki pengaruh yang positif terhadap

kinerja stabilitas bank konvensional di Indonesia

Studi Shleifer (1998) menunjukan tentang perlunya kepemilikan privat menjadi

perusahaan public pada saat insentif untuk melakukan inovasi dan yang

mengandung biaya memiliki porsi yang besar, khususnya pada saat kompetisi

antar para supplier, mekanisme yang bereputasi, dan kemungkinan adanya

biaya provisi yang tidak terkait dengan profit perusahaan semacam patronase

politik dan korupsi memainkan peran penting dalam kompetisi pasar. Hal

inilah yang menyebabkan adanya kepemilikan privat yang tidak optimal.

Sebagimana yang ditunjukan oleh Shleifer dan Vishny (1997) yang

menjelaskan adanya kekuatan monopoli, eksternalitas atau isu-isu

distribusional yang menyebabkan kepemilikan privat bukanlah pilihan yang

terbaik. dibandingkan dengan melakukan perubahan struktur kepemilikan.

Stiglitz (1987) berpendapat bahwa kepemilikan private dengan jumlah investor

yang banyak akan memberikan kualitas dibandingkan perubahan stakeholder

perusahaan. Hal ini disebabkan adanya focus tujuan yang tunggal investor pada

profit perusahaan dan politisi yang didasari oleh semangat public akan

memperbaiki efisiensi dengan jalan mengontrol keputusan-keputusan

perusahaan. Pada beberapa studi terkait dengan kepemilikan pemerintah,

pertimbangan efisiensi mendapat dukungan yang kuat dari studi Hart (1997).

Namun demikian, secara umum studi-studi terkait dengan kepemilikan

pemerintah menunjukan bahwa perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah tidak

berpihak pada kepentingan public (Grossman dan Krueger; 1993). Factor

ketidakefesienan juga ditunjukan oleh Boyco (1995) dan Dewenter dan

Malatesta (2001). Studi-studi tersebut menyimpulkan bahwa kepemilikan

pemerintah pada perusahaan tanpa dikaitkan dengan tujuan sosialnya sebagai

alasan ketidakefesienan adalah inkonsisten dengan ide bahwa kepemilikan

pemerintah dapat mengarahkan pada efisensi kinerja pada profit yang optimum

dimana perusahaan privat tidak dapat melakukannya. Selain itu, factor birokrat

politik sering memiliki konflik dengan perbaikan kesejahteraan social yang

didasari oleh kepentingan politik.

Secara umum, studi-studi terkait dengan kepemilikan pemerintah pada bank

dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori (Cornett; 2010). Katagori pertama

adalah katagori studi yang mempergunakan data level Negara untuk menguji

kepemilikan pemerintah pada pembangunan ekonomi dan keuangan pada

berbagai Negara (La Porta; 2000). Kedua adalah studi yang menguji perbedaan

prilaku pinjaman antara bank-bank yang dimiliki oleh Negara dan privat

semacam studi oleh Sapienza (2004), Khwaja dan Mian (2005). Katagori

ketiga adalah studi yang menginvestigasi perubahan prilaku bank yang dimiliki

oleh pemerintah menjadi bank yang dimiliki oleh privat pada beberapa kasus

semacam pada saat pemilihan umum pada berbagai Negara (Dinc; 2005).

Namun demikian, terdapat sumber yang masih langka untuk melakukan studi

bagaimana kepemilikan pemerintah dalam mempengaruhi kinerja pada level

perusahaan dan bagaimana kepemilikan pemerintah mempengaruhi kinerja

pada saat krisis.

Page 80: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

77

H2: Kepemilikan Bank oleh Swasta Nasional memiliki pengaruh yang positif

terhadap kinerja stabilitas bank konvensional di Indonesia.

H3 : Kepemilikan Bank oleh Pemerintah memiliki pengaruh yang negative

terhadap kinerja stabilitas bank konvensional di Indonesia.

C. METODE PENELITIAN

Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan

bank tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah bank yang

mempublikasikan laporan keuanganya melalui Bank Indonesia dan sampel

penelitian ini adalah bank konvensional yang beroperasi di Indonesia dan

mempublikasikan laporan keuangannya melalui Bank Indonesia. Data tersebut

dianalisis dengan menggunakan data cross section dari seluruh sampel bank.

Model yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dimana:

BSROAV = Standar Deviasi ROA

BSNPA = Non-Performing Asset

NIM =Net Interest Margin

LLP = Loan loss provision over total Loans

NLTA = net loan to total Asset

CIR = cost income ratio

LDR = Loan to Deposit Ratio

Dgov = Dummy Kepemilikan Pemerintah

Dfrg = Dummy Kepemilikan Asing

Dpriv = Dummy Kepemilikan Private (Swasta Nasional)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perhitungan menunjukan dengan model penelitian sebelum memasukan

jenis bank, stabilitas bank yang diukur dari standar deviasi return dari aset

bank (ROA)menunjukan dipengaruhi oleh kredit lancar yang disalurkan oleh

bank (NLTA) dengan signifikansi 5%. Pengaruh dari kredit lancar ini terlihat

negatif terhadap volatilitas return yang diterima oleh bank. Hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi kredit lancar yang dimiliki oleh bank,

akan berpengaruh negatif atau mengurangi volatilitas kredit yang disalurkan

oleh bank. Keseluruhan variabel yang diamati terlihat menunjukan pengaruh

BSNPA = α + β1NIM + β2LLP + β3NLTA + β4CIR + β5LDR + β6Dgov + β7Dfrg +

β8Dpriv+ ε

BSROAV = α + β1NIM + β2LLP + β3NLTA + β4CIR + β5LDR + β6Dgov + β7Dfrg

+ β8Dpriv+ ε

Page 81: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

78

yang negatif terhadap volatilitas return yang dihasilkan. Dengan variabel

NIM, semakin tinggi margin yang diterima oleh bank, maka akan semakin

mengurangi volatilitas return. Demikian pula dengan besarnya biaya provisi,

total biaya dan besarnya kredit dari DPK yang dihimpun oleh bank. Namun

demikian, secara simultan varibel-variabel tersebut tidak memiliki

signifikansi dan memililiki tingkat determinasi yang rendah untuk

menjelaskan variabel-variabel tersebut. Hal ini terlihat pada nilai Adjusted R2

yang sangat kecil.

Terkait dengan memasukan variabel jenis bank yang ada, kredit lancar

(NLTA) terlihat menunjukan konsistensinya dalam mempengaruhi volatilitas

return bank, yang ditunjukan dengan tingkat signifikansi sebesar 5% jika

variabel-variabel jenis bank dimasukan kedalam model. Namun demikian,

kharaterisknya cenderung sama dimana secara simultan variabel-variabel

tersebut tidak memiliki signifikansi dan dengan tingkat determinasi yang

rendah. Terkait dengan proxy stabilitas bank yang diukur dari proporsi aset

yang tidak sehat, variabel kredit terhadap DPK menunjukan konsistensinya

dalam model yang dipergunakan serta didukung oleh tingkat determinasi

yang tinggi dan signifikansi yang kuat. Dengan tidak memasukan variabel

jenis bank, variabel LDR ini menunjukan tingkat signifikansi sebesar 1% dan

koefisien determinasi sebesar 91,7%, dan hal yang sama didapat pada saat

memasukan variabel dari berbagai jenis bank yang ada dengan variasi

determinasi diatas 90%. Dari berbagai variabel jenis bank yang ada, jenis

bank persero terlihat menunjukan pengaruh yang positif signifikan sebesar

1% terhadap kredit lancar yang disalurkan, sedangkan untuk jenis BUSD

terlihat memiliki pengaruh yang negatif sebagaimana jenis bank campuran

dan memiliki pengaruh negatif pada jenis bank BUSND. Namun demikian,

untuk ketiga jenis bank terlihat tidak memiliki signifikansi. Hasil perhitungan

secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Hasil Perhitungan Model Penelitian

Page 82: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

79

Berdasarkan dua proxy yang dipergunakan untuk mengukur stabilitas bank

konvensional, proxy standar deviasi dari return bank (ROA) dipengaruhi

secara parsial oleh kredit lancar yang dimiliki oleh bank, sedangkan variabel-

variabel lainnya tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap volatilitas

return bank. Margin yang dimiliki oleh bank masih tidak menjamin stabilitas

return yang diharapkan oleh bank karena masih adanya variabel-variabe biaya

lain yang harus diperhitungkan dari margin yang diharapkan tersebut,

khususnya terkait dengan biaya-biaya yang cenderung berubah sesuai dengan

kondisi dan keadaaan bank dan pasar perbankan.

Besarnya biaya provisi pun tidak menjamin stabilitas return bank. Kondisi ini

disebabkan proses berjalannya kredit dalam jangka panjang yang dipengaruhi

oleh banyak faktor. Besarnya provisi bank hanya sedikit mengurangi

stabilitas return dalam jangka pendek pada saat awal kredit diberikan kepada

para nasabah. Biaya-biaya lainnya terkait dengan kredit yang diberikan oleh

bank pun tidak secara signifikan mempengaruhi stabilitas return bank.

Pengaruhhnya terlihat sangat kecil untuk dapat menjamin stabilitas return

yang diharapkan. Hal yang sama juga terjadi dengan variabel kredit yang

diberikan terhadap proporsi DPK bank dimana variabel yang menunjukan

peran intermediasi tersebut tidak dapat menjamin stabilitas return.

Pertimbangan penyaluran DPK sebagai kredit tidak menjamin bahwa hal

tersebut menjamin return yang didapat sehingga bank akan

mempertimbangkan instrumen-instrumen lainnya yang memiliki risiko yang

kecil dibandingkan harus menyalurkannya dalam bentuk kredit.

Proxy stabilitas bank lainnya adalah keberadaan aset yang kurang sehat dalam

komposisi aset bank. Variabel ini relatif dapat dijelaskan dengan sangat baik

oleh model yang dipergunakan dengan determinasi dan signifikansi yang

tinggi. Keberadaan aset yang tidak sehat direpresentasikan oleh kredit yang

diragukan pengembaliannya oleh bank, yang dipengaruhi oleh proporsi kredit

terhadap dana pihak ketiga yang dimiliki oleh bank. Hal ini mengindikasikan

bahwa proporsi aset yang tidak sehat cenderung meningkat jika kredit

diberikan pada non-nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Aset yang

tidak sehat akan semakin besar jika proporsi kredit lebih besar dari jumlah

dana pihak ketiga yang ada pada bank. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk

menjamin stabilitas bank dengan jalan mengurangi potensi kredit macet yang

ada pada bank, bank harus memprioritaskan nasabah bank bersangkutan

untuk mendapatkan kredit atau pembiayaan proyek dari bank.

Hal yang menarik adalah adanya pengaruh yang berbeda dari jenis bank

terhadap kredit yang tidak sehat yang ada pada bank. Bank persero terlihat

memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap jumlah aset yang tidak

sehat yang dimiliki oleh bank. Hal ini dapat mengindikasikan adanya

pembiayaan atau kredit yang lebih beresiko yang dilakukan oleh bank

persero. Dengan kepemilikan oleh negara, bank persero cenderung lebih

agresif untuk mengalokasikan pembiayaan proyek dengan risiko yang tinggi.

Page 83: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

80

Hal ini dapat disebabkan oleh mudahnya bank persero untuk mendapatkan

jaminan pemulihan kerugian jika kredit yang diberikan mengalami kemacetan

karena adanya jaminan negara.

Jenis bank lainnya yang memiliki pengaruh positif terhadap proporsi aset

yang kurang sehat adalah bank umum swasta nasional non devisa. Dengan

operasi bank yang dibatasi oleh lingkup internal atau di dalam negeri, bank

BUSND cenderung memiliki pengaruh yang positif disebabkan oleh

operasinya yang bersifat lokal dan tidak melayani lalu lintas pembayaran luar

negeri. Bank jenis ini lebih cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan

intermediasi sebagai kegiatan utama bank sehingga komposisi aset tidak

sehatnya cenderung lebih dipengaruhi oleh fungsi intermediasi di dalam

negeri. Dengan tidak diizinkannya melakukan aktivitas lalulintas pembayaran

luar negeri, proporsi aset bank akan lebih besar pada kredit dan hal tersebut

akan meningkatkan proporsi aset tidak sehatnya. Namu demikian, pengaruh

positif dari jenis bank BUSND ini tidak signifikan mempengaruhi besarnya

kredit yang tidak sehat pada bank BUSND.

Pengaruh negatif ditunjukan oleh BUSD dan Bank Asing. Dengan wilayah

operasi yang lebih luas, kedua jenis bank tersebut berkecenderungan memiliki

potensi untuk mendiversifkasi asetnya, khususnya valas, dibandingkan

dengan BUSND yang cenderung lebih banyak pada kredit. Kecenderungan

tersebut menyebabkan bank lebih banyak memiliki aset yang likuid dalam

bentuk devisa yang sewaktu-waktu dapat dikonversi menjadi cash sehingga

meminimumkan proporsi aset tidak lancarnya. Dengan semakin banyaknya

proporsi aset dalam bentuk valas yang dipergunakan untuk melayani

lalulintas pembayaran akan semakin mengurangi proporsi aset yang tidak

sehat yang ada pada bank, khususnya dalam bentuk aset kredit.

Dengan demikian, secara keseluruhan, dari kedua proxy yang dipergunakan

untuk mengukur stabilitas bank, net performing aset merupakan variabel yang

dapat menjelaskan dengan baik kondisi stabilitas bank dibandingkan dengan

volatilitas ROA . selain menunjukan determinasi yang tinggi, proxy NPA

juga memiliki tingkat signifikansi yang tinggi serta memberikan gambaran

perbedaan dari jenis bank terhadap proxy ini.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, simpulan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut: (i) Kepemilikan pemerintah yang diproxy dengan

bank persero menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap proxy stabilitas

bank. Pada proxy volatilitas return kepemilikan pemerintah menunjukan

pengaruh negatif, namun memiliki pengaruh yang positif terhadap proxy non

performing asset-nya (NPA). Dengan demikian, hipotesis pengaruh

kepemilikan pemerintah memiliki pengaruh negatif terhadap stabilitas kinerja

Page 84: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

81

bank terdukung sebagian. (ii) Kepemilikan swasta yang diproxy dengan

BUSD dan BUSND menunjukan pengaruh positif pada proxy volatilitas

ROA, namun keduanya memiliki pengaruh yang berbeda terhadap proxy

NPA dimana BUSD menunjukan pengaruh negatif, sedangkan BUSND

memiliki pengaruh yang positif. Dengan demikian, hipotesis pengaruh

kepemilikan swasta menunjukan pengaruh yang positif terhadap stabilitas

bank ditunjukan dengan baik oleh jenis bank BUSD, namun BUSND

memiliki ambigiutas terhadap proxy NPA. (iii) Kepemilikan asing yang

diproxy dengan Bank Campuran menunjukan pengaruh yang negatif terhadap

stabilitas bank untuk kedua proxy. Dengan demikian, kepemilikan asing

memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja stabilitas bank tidak terbukti

melalui penelitian ini. (iv) Dari kedua proxy yang dipergunakan untuk

mengukur kinerja stabilitas bank, proxy NPA terlihat memiliki determinasi

dan signifikansi yang lebih baik dibandingkan dengan proxy volatilitas return

bank. Berdasarkan hal tersebut, kesimpulan-kesimpulan penelitian dapat

mengacu pada modela dan proxy NPA yang dipergunakan dalam penelitian

ini. Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut; (i) Kepemilikan pemerintah pada bank

dengan pengaruhnya yang positif terhadap NPA dapat menjadi indikasi

pembiayaan bank pemerintah pada proyek-proyek dengan risiko yang tinggi.

Pemerintah harus mencermati kemanfaatan proyek-proyek yang dibiayai

tersebut dari sisi kemanfatan kinerja internal bank dan aspek ekonomisnya

secara makro, khususnya dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Selama

ada keterkaitan proyek dengan risiko yang tinggi tersebut dengan program-

program pembangunan, pemerintah perlu melakukan pengawasan yang lebih

ketat untuk menghindari motif rent seeking dari kredit yang disalurkan oleh

bank persero tersebut.(ii) Pengaruh yang positif juga ditunjukan oleh jenis

Bank Umum Swasta Non Devisa. Dengan operasinya yang terbatas dalam

lingkup nasional dan tidak melakukan transaksi lalulintas pembayaran, jenis

bank ini akan lebih banyak beroperasi pada insrtumen loan dan instrumen

likuid lainnya semacam SBI atau financial lainnya. Pemerintah harus

mencermati intermediasi yang dilakukan oleh bank jenis ini karena memiliki

pengaruh yang positif terhadap proprosi aset tida sehatnya, yang jika tidak

terkontrol dapat mempengaruhi stabilitas keuangan secara makro.(iii) Untuk

penelitian lebih lanjut, proxy dari kepemilikan ini dapat menggunakan

pengukuran lainnya selain dummy variabel untuk menguji kekonsistenan

hasil penelitian.

Page 85: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

82

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, Rajshree., Gort, Michael. 1996. The evolution of markets and entry, exit

and survival of firms. The review of Economics and Statistics, MIT Press.

pp. 489-498.

Agarwal, Rajshree., Gort, Michael. 1996. Firm and product life cycles and firm

survival. The American Economic Review, Vol. 2, pp. 184-190.

Audretsch, David B. 2007. Entrepreneurship capital and economic growth. Oxford

Review of Economic Policy, Vol. 23, pp.63 – 78.

Audretsch, D.B., Fritsch, M. 2002. Growth regimes over time and space. Regional

Studies, Vol. 36 (2), pp. 113–24.

Audretsch, D.B., Keilbach, M. 2004. Entrepreneurship and regional growth: An

evolutionary interpretation. Journal of Evolutionary Economics, Vol. 14

(5), pp. 605–616.

Balasubramanian, Natarajan., Lee, Jeongsik. 2008. Firm Age and Innovation.

Industrial and Corporate Change, Vol. 17, pp. 1019–1047.

Benneworth, P., Charles, D. 2005. University spin-off policies and economic

development in less successful regions: Learning from two decades of

policy practice. European

Planning Studies, Vol. 13, pp. 537–557.

Cassiman, Bruno., Ueda, Masako. 2006. Optimal Project Rejection and New

Firm Start Ups. Management Science, Vol. 52, pp. 262–275.

Cornett, A.P. 2009. Aims and strategies in regional innovation and growth policy:

A Danish perspective. Entrepreneurship and Regional Development,

Vol. 21, pp. 399-420.

Feldman, M.P. 2001. The entrepreneurial event revisited: Firm formation in a

regional context. Industrial and Corporate Change, Vol. 10 (4), pp. 861–

891.

Fischer, M.M., Nijkamp, P. 2009. Entrepreneurship and regional development, in

R. Capello and P. Nijkamp, (Eds.), Handbook of Regional Growth and

Development Theories, pp. 182-198. Edward Elgar, Cheltenham, UK.

Griliches, Z. 1979. Issues in Assessing the Contribution of Research and

Development to Productivity Growth. Bell Journal of Economics, Vol.

10, pp. 92 – 116

Henderson, J., Weiler, S. 2010. Entrepreneurs and job growth: Probing the

boundaries of time and space. Economic Development Quarterly, Vol.

24, pp. 23-32

Huggins, R. 1997. Regional competitive specialization: Development agency

sector initiatives in Wales. Area, Vol. 29 (3), pp. 241–252

Huggins, R., Johnston, A.2009. Knowledge networks in an uncompetitive region:

SME innovation and growth. Growth and Change, Vol. 40 (2), pp. 227–

259.

Huggins, R., Williams, N.2009. Enterprise and public policy: A review of Labour

government intervention in the United Kingdom. Environment and

Planning C. Government and Policy, Vol. 27 (1), pp. 19–41.

Page 86: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

83

Hofstede, G. 1991.Cultures and organizations: Software of the mind. London.

McGraw-Hill.

Kaufmann, D., Kraay, A. 2010. Growth Without Governance, World Bank Policy,

World Bank Research Working Paper 2928.

Klepper, Steven J. 1996. Entry, Exit, Growth, and Innovation Over the

Product Life Cycle. American Economic Review, Vol. 86, pp. 532 –583.

Kusumastuti, S.Y., 2008. Derajat Persaingan Industri Perbankan Indonesia

Setelah Krisis Ekonomi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23

(1): 29-42

Lagendijk, A., Lorentzen, A. 2007. Proximity, knowledge and innovation in

peripheral regions. On the intersection between geographical and

organizational proximity. European Planning Studies, Vol. 15 (4), pp.

457–466

Lorentzen, A. 2008. Knowledge networks in local and global space.

Entrepreneurship and Regional Development, Vol. 20, pp. 533-545.

Lucas, R. (1993), „Making a Miracle‟. Econometrica, Vol. 61, pp. 251–272.

Michael, S.C., Pearce, J.A. 2009. The need for innovation as a rationale for

government involvement in entrepreneurship. Entrepreneurship and

Regional Development, Vol. 21, pp. 285-302.

Minniti, M. 2005. Entrepreneurship and network externalities. Journal of

Economic Behavior and Organization, Vol. 57 (1), pp. 1–27.

Mulyaningsih, T. dan A. Daly. 2011. Competitive Conditions In Banking

Industry: An Empirical Analysis Of The Consolidation, Competition And

Concentration In The Indonesia Banking Industry Between 2001 And

2009, Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan, (Oktober): 151 – 186

Mueller, P. 2006. Entrepreneurship in the region: Breeding ground for nascent

entrepreneurs?. Small Business Economics, Vol. 27 (1), pp. 41–58.

Nijkamp, P. 2009. Entrepreneurship, development, and the spatial context:

Retrospect and prospect, UNU WIDER Research Paper RP 2009/08.

North, D., and D. Smallbone. 2000. Innovative activity in SMEs and rural

economic development: Some evidence from England. European

Planning Studies, Vol. 8, pp. 87–106.

Parker, S.C. 2004. The economics of self-employment and entrepreneurship.

University Press – Cambridge.

Romer, P. 1986. „Increasing Returns and Long-run Growth‟. Journal of Political

Economy, Vol. 94, pp. 1002 – 1037.

Sautet, F., Kirzner, I. 2006. The nature and ole of entrepreneurship in markets:

Implications for policy. Policy Primer No. 4, Mercatus Policy Series,

George Mason University.

Saxenian, A. 1996. Regional advantage: Culture and competition in Silicon

Valley and route 128. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Schwartz, M., Gothner, M. 2009. A multidimensional evaluation of the

effectiveness of business incubators: An application of the

PROMETHEE outranking method. Environment and Planning C,

Vol.27, pp. 1072-1087.

Page 87: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

84

Siregar, Suzanna Lamria, S.L. 2007. Model Suominen Untuk Penetapan Indeks

Derajat Kompetisi Industri Perbankan, (Agustus): Vol. 2: 1858-2559

Turok, I. 2004. Cities, regions and competitiveness. Regional Studies, Vol. 38 (9),

pp. 1069–1083

Valliere, D., Peterson, R. 2009. Entrepreneurship and economic growth: Evidence

from emerging and developed countries. Entrepreneurship and Regional

Development, Vol. 21, pp. 459-480

Vaz, T., and Nijkamp, P. 2009. Knowledge and innovation: The strings between

global and local dimensions of sustainable growth, Entrepreneurship and

Regional Development, 21, 441-455.

Verheul, I., Wennekers, S., Audretsch, D,. Thurik, A.R. 2001. An eclectic theory

of entrepreneurship: Policies, institutions and culture. Tinbergen Institute

Discussion Paper TI 2001-030/3

Virkkala, S. 2007. Innovation and networking in peripheral areas: A case study of

emergence and change in rural manufacturing. European Planning

Studies, Vol. 15 (4), pp. 511–529.

Werker, C., Athreye, S.2004. Marshall‟s disciples: Knowledge and innovation

driving regional economic development and growth. Journal of

Evolutionary Economics, Vol. 14 (5), pp. 505–523.

______, www.bi.go.id

Page 88: Jurnal Manajemen Vol 4 No 1 Agustus 2014 · PDF fileJurnal Manajemen, Vol. 4, ... perspektif bisnis dan perspektif pertumbuhan dan ... keseluruhan kinerja dosen atau secara umum di

Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, Agustus 2014

Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya

85