Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

13
MORFOMETRI PERAIRAN LENTIK Carissa Paresky Arisagy 12 / 334991 / PN / 12981 Manajemen Sumberdaya Perikanan Intisari Waduk merupakan suatu perairan lentik (menggenang). Karakteristik dari suatu danau atau waduk tersebut dapat diketahui dengan mengukur morfometrinya. Morfometri merupakan nilai kuantitatif dari parameter-parameter yang terkandung pada suatu daerah aliran sungai (DAS) atau danau. Parameter morfometri meliputi panjang, lebar, kedalaman, luas area, volume, keliling garis pantai, dan shore development. Praktikum ini bertujuan untuk untuk mengetahui morfometri (ukuran dan bentuk) suatu perairan danau atau waduk pada setiap level genangan. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 8 November 2013 dan bertempat di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan. Metode praktikum yang digunakan adalah metode gravimetri dengan skala peta 1 : 15.000. Peta yang digunakan adalah peta waduk Sermo tahun 1996, 2000 dan 2005. Hasil praktikum menunjukkan nilai shore development (sd) Waduk Sermo pada tahun 1996 di level 110 = 2,275; 120 = 2,619; 130 = 3,168; 137 = 3,466, untuk tahun 2000 di level 110 = 2,160; 120 = 2,340; 130 = 3,308; 137 = 3,149, sedangkan untuk tahun 2005 di level 110 = 2,202; 120 = 2,803; 130 = 3,156; 137 = 4,023. Dapat disimpulkan bahwa nilai shore development berpengaruh terhadap tingkat kesuburan perairan. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005, level 137 merupakan daerah paling subur.

description

Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-Lagi2 maaf para asisten limnologi , aku mau bagi2 referensi gratis :D , klo ada yang salah *cmiiw, semoga bermanfaat untuk para praktikan galau. Mohon jangan asal copas , jadikan saja sebagai referensi ;-)-Perikanan UGM-

Transcript of Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

Page 1: Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

MORFOMETRI PERAIRAN LENTIK

Carissa Paresky Arisagy

12 / 334991 / PN / 12981

Manajemen Sumberdaya Perikanan

Intisari

Waduk merupakan suatu perairan lentik (menggenang). Karakteristik dari suatu danau atau

waduk tersebut dapat diketahui dengan mengukur morfometrinya. Morfometri merupakan

nilai kuantitatif dari parameter-parameter yang terkandung pada suatu daerah aliran sungai

(DAS) atau danau. Parameter morfometri meliputi panjang, lebar, kedalaman, luas area,

volume, keliling garis pantai, dan shore development. Praktikum ini bertujuan untuk untuk

mengetahui morfometri (ukuran dan bentuk) suatu perairan danau atau waduk pada setiap

level genangan. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 8 November 2013 dan bertempat di

Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan. Metode praktikum yang digunakan adalah

metode gravimetri dengan skala peta 1 : 15.000. Peta yang digunakan adalah peta waduk

Sermo tahun 1996, 2000 dan 2005. Hasil praktikum menunjukkan nilai shore development

(sd) Waduk Sermo pada tahun 1996 di level 110 = 2,275; 120 = 2,619; 130 = 3,168; 137 =

3,466, untuk tahun 2000 di level 110 = 2,160; 120 = 2,340; 130 = 3,308; 137 = 3,149,

sedangkan untuk tahun 2005 di level 110 = 2,202; 120 = 2,803; 130 = 3,156; 137 = 4,023.

Dapat disimpulkan bahwa nilai shore development berpengaruh terhadap tingkat kesuburan

perairan. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005, level 137 merupakan daerah paling

subur.

Kata kunci : lentik, level, morfometri, subur, waduk

PENDAHULUAN

Perairan umum adalah bagian dari permukaan bumi yang secara permanen atau

berkala digenangi oleh air, baik air tawar, payau maupun laut. Perairan umum tersebut

diantaranya sungai, danau, waduk, kali dan sebagainya. Danau serta waduk merupakan

perairan lentik (tenang) yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan, baik bagi maunusia

maupun organisme lain. Untuk tetap menjaga kualitas perairan danau agar dapat

dimanfaatkan secara optimal, perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut, khususnya yang

berkaitan dengan bentuk karakteristik fisik dari suatu danau. Karakteristik dari suatu danau

tersebut dapat diketahui dengan mengukur morfometrinya. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk

Page 2: Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

mengetahui dan memahami ciri-ciri morfologi dari dasar perairan, termasuk massa atau

volume melalui pengukuran morfometri.

Ekosistem perairan tawar secara umum dibagi menjadi dua yaitu perairan mengalir

(lotik water) dan perairan menggenang (lentik water). Perairan lentik adalah perairan yang

tenang di mana tidak ada arus atau kecepatan air, meskipun ada itu hanya dalam skala kecil

dan tidak diperhitungkan (Wetzel, 1975). Perairan menggenang (lentik water) tersebut

meliputi waduk, danau, kolam, telaga, situ rawa dan dan lain (Barus, 2001). Yuningsih dan

Soewarno (1995) menyatakan bahwa waduk merupakan tempat menampung air dengan cara

membendung alur sungai. Menurut Ryding dan Rast (1989) waduk umumnya dibentuk oleh

pembuatan suatu dam melintang sungai atau suatu aliran yang menghasilkan suatu perairan

yang terkurung oleh adanya bangunan dam tersebut. Suatu waduk dapat ditentukan

karakteristiknya melalui pengukuran morfometri. Morfometri adalah nilai kuantitatif dari

parameter-parameter yang terkandung pada suatu daerah aliran sungai (DAS) atau danau

(Welch, 1952). Parameter morfometri tersebut terdiri dari panjang, lebar, kedalaman, luas

area, volume, keliling garis pantai, dan shore development (Cole, 1993). Dalam pengukuran

morfometri suatu perairan membutuhkan bantuan peta topografi. Peta topografi tersebut akan

memberikan gambaran tentang ketinggian dasar danau.

Praktikum morfometri perairan lentik bertujuan untuk mengetahui morfometri (ukuran

dan bentuk) suatu perairan. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui

keadaan perairan danau atau waduk pada setiap level (tingkat) genangan. Dengan demikian

dapat ditentukan karakteristik danau atau waduk melalui ciri-ciri morfologi dari dasar

perairan, termasuk massa atau volume suatu perairan.

METODOLOGI

Praktikum morfometri perairan lentik dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 8

November 2013, pukul 13.30-15.30 WIB. Pelaksanaan praktikum bertempat di Labolatorium

Manajemen Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas

Gadjah Mada. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran morfometri perairan

lentik antara lain alat tulis, penggaris, gunting, benang jahit, jarum pentul, kertas kalkir,

kalkulator, timbangan analitik, dan peta bathimetri.

Pada praktikum morfometri perairan lentik ini dilakukan perhitungan parameter-

parameter morfometri yang terdapat pada Waduk Sermo. Parameter morfometri tersebut

meliputi panjang, lebar, kedalaman, luas area, volume, keliling garis pantai, dan shore

development. Perhitungan morfometri perairan lentik ini dilakukan pada tiga keadaan, yakni

Page 3: Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

pada tahun 1996, 2000 dan 2005. Pada setiap tahun yang diuji tersebut, diamati empat level

genangan yakni 110m, 120m, 130m dan 137m.

Prinsip kerja pada praktikum kali ini yaitu menduplikatkan peta bathimetri ke kertas

kalkir, kemudian mengukur keliling peta berskala 1 : 15000 dengan menggunakan benang

untuk kemudian ditentuan luas, volume dan shore development. Luas peta ditentukan dengan

menggunakan rumus W1/L1 = W2/L2, dimana W1 = berat peta (gram), W2 = berat sampel

(gram), L1 = luas peta (km2), dan L2 = luas sampel (km2). Sementara untuk menghitung

volume digunakan rumus V= h/3 (a1+a2+√a1 x a2), di mana V = volume (km2), h = kedalaman

vertikal (m), a1 = luas area permukaan lebih atas (m2), dan a2 = luas area pada tempat

permukaan tertentu yang lebih rendah (m2). Sedangkan untuk menghitung shore development

menggunakan rumus Sd = SL

2√πAo, di mana Sd = shore development (km2), SL = keliling

peta (km), dan Ao = luas peta (km2).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Data Hasil Perhitungan dan Pengukuran

Tahu

n

Leve

l (m)

Berat

sample (gr)

Berat

peta (gr)

Luas peta

(km2)

Volum

e

(km3)

Keliling

(m)

Shore

developmen

t

1996

110 0.01 0.10 0.225   3.825 2.275

120 0.01 0.32 0.720 0.005 7.875 2.619

130 0.01 0.58 1.308 0.010 12.840 3.168

137 0.01 0.80 1.800 0.011 16.500 3.466

2000

110 0.01 0.12 0.270   3.990 2.160

120 0.01 0.20 0.450 0.004 5.565 2.340

130 0.01 0.42 0.945 0.007 11.400 3.308

137 0.01 0.74 1.665 0.009 14.400 3.149

2005

110 0.01 0.05 0.125   2.766 2.202

120 0.01 0.22 0.495 0.004 6.990 2.803

130 0.01 0.44 0.990 0.007 11.130 3.156

137 0.01 0.72 1.620 0.009 18.150 4.023

Page 4: Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

Morfometri suatu danau atau waduk berbeda-beda, mulai dari luas, keliling, volume,

serta shore development. Perbedaan ini mempengaruhi keadaan kesuburan periran waduk

maupun danau tersebut. Sehingga pengukuran morfometri ini penting untuk mengetahui

karakteristik suatu perairan guna pengembangan dan pemanfaatan kawasan perairan sesuai

dengan potensinya. Dengan mengetahui morfometri dari suatu perairan, maka dapat

ditentukan fungsi yang tepat untuk periran tersebut (Payne, 1986).

Berdasarkan data yang telah diperoleh, tampak adanya perubahan kondisi waduk

setiap tahunnya. Luas perairan Waduk Sermo pada tahun 2005 level 110=0,225 km2, tahun

2000 level 110=0,270 km2, dan pada tahun 1996 level 110=0,125 km2. Berdasarkan data

tersebut tampak bahwa luas perairan Waduk Sermo pada level genangan 110 sejak tahun 1996

hingga 2005 cenderung fluktuatif. Di mana luas waduk paa tahun 2000 mengalami perluasan

dan pada tahun 2005 mengalami penyempitan. Penyempitan waduk dari tahun 2000 ke tahun

2005 terjadi sangat signifikan, yaitu dari 0,270 km2 menjadi 0,125 km2. Pada level genangan

120 dan 130 luas perairannya juga tampak fluktuatif, di mana luas perairannya cenderung

menurun atau bertambah sempit pada tahun 2000 dan meningkat pada tahun 2005. Akan

tetapi, pada level genangan 137, kondisi penyempitan luas wilayah perairan Waduk Sermo

terlihat secara bertahap, di mana pada tahun 1996 luasnya mencapai 1,8 km2, pada tahun 2000

menyempit menjadi 1,665 km2, serta pada tahun 2005 juga terjadi penyempitan, sehingga luas

wilayah perairannya menjadi 1,62 km2. Berdasarkan luas wilayah perairannya, kondisi Waduk

Sermo setiap tahunnya mengalami perubahan yang cenderung fluktuatif. Sementara Waduk

Sermo cenderung mengalami penyusutan. Hal tersebut terlihat berdasarkan data yang

diperoleh, di mana pada masing-masing level genangan dari tahun ketahun semakin

mengalami penurunan. Penurunan volume waduk tersebut berpengaruh pada daya tampung

waduk terhadap air. Semakin tinggi volume maka daya tampungnya pun semakin besar,

begitu pula sebaliknya.

Pada tahun1996, nilai dari luas, volume, keliling sampai dengan shore development

(SD) Waduk Sermo di setiap level genangan mengalami perubahan yang cenderung

meningkat seiring dengan tingginya tingkatan level genangan. Luas waduk berturut-turut dari

level 110, 120, 130 hingga 137 adalah 0,225 km2, 0,720 km2, 1,308 km2, dan 1,8 km2.

Berdasarkan data tersebut tampak bahwa Waduk Sermo mengalami perluasan bertahap pada

setiap level genangan. Untuk keliling waduk juga semakin panjang sejalan dengan tingkatan

level genangan periran tersebut, pada level 110 = 3,825 km, level 120 = 7,875 km, level 130 =

12,84 km, dan pada level 137 = 16,5 km. Volume dapat dihitung dengan membandingkan

luasan daerah pada suatu level dengan satu level yang berada di bawahnya, sehingga volume

Page 5: Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

yang tercatat dari level 120, 130, dan 137 adalah 0,005 km3, 0,01 km3, dan 0,011 km3.

Semakin tinggi level maka semakin besar daya tampung dan volume waduk tersebut. Tidak

jauh berbeda dengan parameter lainnya, nilai shore development danau pada setiap level

genangan akan semakin bertambah, dimana level 137 > level 130 > level 120 > level 110

dengan nilai 3,466 > 3,168 > 2,619 > 2,275.

Pada tahun 2000 nilai dari luas, volume, dan keliling Waduk Sermo di setiap level

genangan cenderung berubah. Perubahan tersebut terjadi seiring dengan semakin

meningkatnya level genangan. Akan tetapi, terdapat sedikit perbedaan untuk nilai shore

development (Sd) pada level 110, 120, dan 130 cenderung meningkat, sementara pada level

137 terjadi penurunan shore development (Sd), di mana level 130 > level 137 > level 120 >

level 110 dengan nilai 3,308 > 3,149 > 2,34 > 2,16. Ditinjau berdasarkan luasnya, dari

masing-masing level genangan pada tahun 2000 menunjukan adanya perluasan bertahap

seiring dengan semakin meningkatnya tingkatan level genangan. Luas Waduk Sermo secara

berturut-turut dari level 110, 120, 130, hingga level 137 adalah 0,27 km2, 0,45 km2, 0,945

km2, dan 1,665 km2. Di samping itu, keliling Waduk Sermo juga tampak mengalami

peningkatan seiring dengan tingkat/ level genanngan pada perairan tersebut, di mana pada

level 110 3,99 km, level 120 = 5,565 km, level 130 = 11,4 km, serta pada level 137 = 14,4

km. Sementara untuk volume tercatat dari level 120, 130, dan 137 sebesar 0,004 km3, 0,007

km3, dan 0,009 km3. Dari data tersebut tampak semakin tinggi level genangan maka akan

semakin besar pula daya tampung air dan volume waduk tersebut.

Pada tahun 2005 kondisi perubahan morfometri waduknya hampir sama dengan tahun

1996 di mana nilai dari luas, volume, keliling, serta shore development (Sd) secara umum

cenderung meningkat seiring dengan tinggi tingkatan level genangannya. Berdasarkan

pengukuran dan perhitungan nilai luas dari Waduk Sermo berturut-turut dari level 110, 120,

130, hingga 137 adalah 0,125 km2, 0,495 km2, 0,99 km2, dan 1,62 km2. Dari data tersebut

tampak adanya perluasan pada setiap level genangan. Keliling pada waduk tersebut juga

mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya level genangan., di mana pada level

110 = 2,766 km, level 120 = 6,99 km, level 130 = 11,13 km, serta pada level 137 = 18,15 km.

Volum yang diperoleh pada level 120, 130, dan 137 secara berturut-turut adalah 0,004 km3,

0,007 km3, dan 0,009 km3. Di samping itu, nilai shore development (Sd) pada Waduk Sermo

tersebut juga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya tingkatan genangan, di

mana level 137 > level 130 > level 120 > level 110 dengan nilai 4,023 > 3,156 > 2,803 >

2,202.

Page 6: Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

Shore development merupakan ideks besarnya atau jauhnya penyimpangan bentuk

perairan dari bentuk lingkaran. Nilai shore development yang tinggi menunjukan tingkat

kesuburan yang tinggi dari suatu perairan (Odum, 1993). Sementara shore development yang

rendah menunjukkan bahwa peranan wilayah tepian danau kurang mendukung produktifitas

perairan (Fakhrudin, 2010). Danau maupun waduk yang memiliki nilai shore development <

2 menunjukkan bahwa danau cenderung bulat, sedangkan apabila shore development > 2

menandakan bahwa danau atau waduk tersebut memiliki bentuk yang tidak beraturan

(Triyatmo, 2001).

Berdasarkan data pengamatan morfometri Waduk Sermo diperoleh bahwa nilai shore

development pada tiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2000 terjadi penurunan

shore development pada masing-masing level genangan. Sementara pada tahun 2005 nilai

shore developmentnya meningkat drastis. Hal tersebut menandakan bahwa pada periran

Waduk Sermo terjadi perubahan bentuk setiap tahunnya. Penurunan shore development (Sd)

pada tahun 2000 tersebut menandakan bahwa bentuk waduk pada periode tersebut berubah

cenderung membulat. Sedangkan pada tahun 2005, bentuk waduknya semakin tidak

beraturan. Di samping itu, penurunan dan kenaikan nilai shore development pada tahun 2000

dan 2005 juga menandakan bahwa pada perairan Waduk Sermo tersebut terjadi penurunan

dan kenaikan tingkat kesuburan. Semakin suburnya waduk yang berbentuk tak beraturan

tersebut disebabkan oleh adanya pelapukan material yang tergenang pada waduk, yang mana

material tersebut berubah menjadi mineral-mineral yang membuat periran tersebut menjadi

semakin subur. Perkembangan garis pesisir (shore development), memiliki manfaat atau

peranan dalam penentuan tingkat trofik danau karena kawasan dangkal merupakan kawasan

yan paling produktif (Fakhrudin, 2010). Nilai shore development yang ingi menunjukkan

tingkat kesuburan yang tinggi dari suatu peraian (Odum, 1993).

Pada Waduk Sermo ini terjadi perubahan kondisi ukuran dan bentuk pada setiap level

atau tingkat genangannya. Perubahan tersebut meliputi penyempitan luas perairan, penurunan

keliling, penyusutan volume, serta peningkatan nilai shore development setiap tahunnya.

Penyempitan luas waduk tersebut dapat disebabkan oleh adanya bahan yang mengendap

namun dapat pula dikarenakan jumlah air yang masuk ke dalam waduk menjadi lebih banyak

dikarenakan pengaruh hujan dan juga pengaruh waduk sebagai daerah penampungan air dari

dataran yang lebih tinggi dari waduk tersebut (Subagio, 1987). Seiring dengan bertambahnya

luas waduk maka akan bertambah pula kelilingnya. Air yang semakin naik ke atas

mengakibatkan luas perairan bertambah, begitu pula keliling dari perairan tersebut. Selain itu,

terjadinya penurunan volume dapat disebabkan oleh penguapan air karena pengaruh panas

Page 7: Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

atau musim pada suatu daerah waduk (Welch, 1952). Adanya penurunan volume tersebut

akan diikuti peningkatan shore development, sebab apabila terjadi penurunan volume maka

secara langsung pada danau tersebut terjadi penyurutan sehingga mempengaruhi garis

pantainya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa meskipun terjadi penurunan

volume waduk serta perubahan bentuk waduk menjadi semakin tidak teratur, pada waduk

tersebut juga mengalami peningkatan kesuburan karena adanya peningkatan nilai shore

development (Sd). Selain dikarenakan adanya penurunan volume waduk, perubahan nilai

shore development (Sd) dapat juga disebabkan oleh faktor sedimentasi. Sedimentasi yang

terakumulasi dengan nilai tinggi, dapat merubah bentuk perairan dan juga bentuk garis pantai

(Wetzel, 1975). Di samping itu, nilai shore development juga dapat dipengaruhi oleh manusia

seperti pembuatan tanggul.

Berdasarkan pengamatan tersebut maka dapat diketahui bahwa perairan tersebut

secara umum masih subur. Daerah yang paling subur berdasrakan pengamatan melalui media

peta tersebut terdapat pada tahun 2005 terutama pada level 137, di mana pada level tersebut

memiliki nilai shore development (Sd) tertinggi, yakni sebesar 4,023. Daerah pada level 137

merupakan daerah yang sangat cocok bagi usaha perikanan baik itu usaha budidaya maupun

perikanan tangkap. Hal tersebut disebabkan karena daerah yang subur biasanya terdapat

banyak ikan serta kaya akan kandungan bahan organik yang dapat digunakan sebagai nutrisi

untuk ikan budidaya.

Morfometri memiliki hubungan erat, khususnya dengan program studi Manajemen

Sumberdaya Perikanan, sebab pada program studi tersebut morfometri dapat bermanfaat

dalam usaha konservasi danau maupun dalam penentuan daerah yang subur untuk

menentukan tempat yang sesuai untuk usaha penangkapan. Dalam usaha konservasi dapat

ditentukan daerah perairan yang perlu dilakukan perbaikan dengan mengaplikasikan ilmu

tentang morfometri. Di mana morfometri dapat dijadikan pedoman dalam menentukan

kebijakan di suatu area perairan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengukuran, perhitungan dan pengamatan terhadap parameter-parameter

morfometri, Waduk Sermo mengalami perubahan bentuk dan ukuran yang fluktuatif, di mana

pada tahun 2000 cenderung membulat dan pada tahun 2005 menjadi tidak teratur. Nilai shore

development pada Waduk Sermo dari tahun 1996 sampai tahun 2005 pada setiap level

genangannya cenderung mengalami peningkatan, maka tingkat kesuburannya pun meningkat.

Page 8: Jurnal Limnologi -4 Morfometri Perairan Lentik-

Tingkat kesuburan tertinggi terdapat pada tahun 2005, pada level 137, sebab pada daerah

tersebut memiliki nilai shore development tertinggi, yakni 4,023.

SARAN

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya, kegiatan praktikum morfometri tidak hanya

dilakukan pada laboratorium saja, namun sesekali mendatangi langsung lokasi waduk, agar

praktikan dapat menyaksikan kondisi waduk secara langsung pada saat ini dan

membandingkan dengan data waduk beberapa tahun yang lalu.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T.A. 2001. Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau.

Jurusan  Biologi, Fakultas MIPA USU, Medan.

Cole, Gerald. 1993. Buku Teks Limnologi (Alih Bahasa Fatimah MD. Yusoff dan Shamsiah

MD. Said). Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala

Lumpur.

Fakhrudin, M. 2010. Kajian Hidroklimatologi. Pusat Penelitian Limnologi. Sumatera Barat.

Odum, Eugene P. 1993. Dasar Ekologi. UGM Press. Yogyakarta.

Payne, A. I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and River. John Willey and Sons, Great

Britain.Ryding, S.O dan W. Rast. 1989. The Control of Eutrophication of Lakes and

Reservoir. The Parthenon Publishing Group. New Jersey.

Subagio.W.E.1987. Pengenalan Morfologi Danau Toba. Cahaya Ilmu. Jakarta.

Triyatmo, B. 2001. Kajian Morfometri Berdasarkan Kondisi Topografi dan Estimasi. Potensi

Perikanan Waduk Sermo. Jurnal Perikanan UGM (GMUJ Fish Sci). III (2);17-23.

Welch, P.S. 1952. Limnology. McGraw-Hill. New York.

Wetzel, Robert G. 1975. Limnology Third Edition. Sounders College. Philadelphia.

Yuningsih, S.M. dan Soewarno. 1995. Pengaruh Erosi DPS Serayu Hulu terhadap

Pendangkalan Waduk PLTA PB Sudirman. Jurnal Pengairan, (34): 28 – 40.