Makalah Limnologi PUtri Fitriana.doc
-
Upload
richa-nurselviana-damrah -
Category
Documents
-
view
585 -
download
27
Transcript of Makalah Limnologi PUtri Fitriana.doc
Makalah
Pengaruh Salinitas Terhadap Kualitas Suatu Perairan
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Limnologi Semester 2
Tahun Ajaran 2013/2014
Nama : Putri Fitriana
NPM : 230110130201
Kelas : Perikanan C
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjajaran
2014
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji
hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ”Pengaruh Salinitas Terhadap Kualitas Perairan”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bandung ,18 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limnologi (dari bahasa Inggris: limnology, dari bahasa Yunani: lymne, “danau”,
dan logos, “pengetahuan”) merupakan padanan bagi biologi perairan darat, terutama
perairan tawar. Lingkup kajiannya kadang-kadang mencakup juga perairan payau
(estuaria). Limnologi merupakan kajian menyeluruh mengenai kehidupan di perairan
darat, sehingga digolongkan sebagai bagian dari ekologi.Dalam bidang perikanan,
limnologi dipelajari sebagai dasar bagi budidaya perairan (akuakultura) darat.
Istilah Limnologi pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan berkebangsaan
Swiss (François Alfonse Forel) pada tahun 1892 yang mendefinisikan limnologi sebagai
cabang ilmu yang mempelajari komponen biotik di perairan darat permukaan yang
bersifat menggenang atau lentik. Tahun 1966, Dussart melengkapi definisi tersebut
menjadi cabang ilmu yang mempelajari seluruh fenomena dan saling interaksi antar
komponen biotik dan abiotik yang terjadi di dalamnya, baik pada ekosistem perairan
darat permukaan yang tergenang (lentik) maupun pada perairan darat permukaan yang
mengalir (lotik).
Di dalam ruang lingkup limnology tentu saja banyak factor yang memberikan
pengaruh terhadap perairan .Faktor -faktor tersebut yaitu faktor fisika ,kimia ,dan
biologi .Dari segi fisika yaitu tingkat kecerahan ,bau, warna ,dan suhu .Segi kimia
yaitu oksigen terlarut , pH ,salinitas .Sedangkan untuk biologi yaitu plankton .Pada
pembahasan makalah ini ,saya akan menjabarkan faktor kimia ,yaitu salinitas di
suatu perairan .
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana pengaruh salinitas terhadap perairan ?
1.2.2. Berapa ppm ukuran salinitas yang baik untuk suatu perairan ?
1.2.3. Termasuk dalam faktor apakah pengaruh salinitas terhadap suatu perairan ?
1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk memenuhi tugas limnologi
1.3.2. Menambah wawasan mengenai pengaruh salinitas terhadap suatu lingkungan
perairan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal tentang perairan tawar.
Limnologi mencakup pengetahuan tentang faktor-faktor abiotik (air dan tanah), biotik
(semua organisme yang hidup di dalamnya), serta interaksi yang terjadi di dalamnya.
Yang dimaksud perairan tawar dalam hal ini adalah suatu badan air yang ada di daratan,
sungai atau bahkan estuari. Secara alami air tawar merupakan persenyawaan yang
bersifat sebagai pelarut universal, dan di dalamnya selalu terdapat unsur-unsur terlarut
serta senyawa lainnya (Cahyono, 2000).
Seperti habitat yang lain, habitat air tawar mempunyai faktor pembatas sebagai
akibat tingkah laku sifat-sifat air tersebut. Tingkah laku sifat-sifat air pada suatu habitat
air tawar di suatu daerah dengan daerah yang lain tidak sama. Biasanya mempunyai suatu
ciri yang khusus baik ditinjau dari parameter fisika, kimia maupun biologinya. Parameter
fisika meliputi debit air, suhu, kecerahan, kedalaman, dan kuat arus. Parameter kimia
meliputi proses-proses kimiawi yaitu, kandungan oksigen terlarut, kandungan CO2bebas,
alkalinitas, pH dan kesadahan. Sedangkan untuk parameter biologinya yaitu produktivitas
perairan yang sangat dipengaruhi oleh metabolisme, fotosintesis dan pelepasan zat-zat
hara. (Ghufran dan Andi, 2005).
Parameter Fisika
a. Suhu
Menurut Maire dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa suhu secara ekologi akan
mempengaruhi penyebaran (distribusi) spesies. Karena organisme cenderung menempati
lingkungan yang bersuhu sesuai bagi kehidupannya. Suhu secara fisiologi dapat
mempengaruhi berbagai aktivitas biologi di dalam sel.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude) waktu dalam air,
sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran air, serta kedalaman badan air. Peningkatan
suhu mengakibatkan peningkatan viscusitas, rekasi kimia, evaporasi dan volansisasi.
Peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga
keberadaan oksigen melakukan proses metabolism dan respirasi. Ikan akan mengalami
kerentanan tehadap penyakit pada suhu yang kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu
beasr akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan
(Pratama, 2009)
Menurut Wibawa (2010), menyatakan bahwa stratifikasi suhu pada kolam air
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Lapisan Epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan
penurunan suhu relatif kecil (dari 320 C menjadi 280 C).
2. Lapisan termokim yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat
tajam (dari 280 C menjadi 210 C).
3. Lapisan lipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan
suhu sangat kecil, relatif konstan.
b. Kecepatan arus
Menurut Hynes dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa kuat lemahnya arus
dapat mempengaruhi komunitas perifoton dan berbagai komunitas hidrobiotik lainnya.
Perairan berarus lemah, lebih banyak dihuni oleh perifeton dari pada perairan berarus
kuat. Pada perairan berarus kuat, dengan kecepatan arus 1,21 m/detik atau lebih sehingga
hanya organisme-organisme yang dapat menempel dengan kuat saja yang dapat menetap
karena tidak terbawa arus.
Pada perairan berarus lemah dengan kecepatan arus 0,20 m/detik, algae perifeton
akan lebih mudah berkembang, tetapi pada kecepatan arus kuat (1,00 m/detik) jumlah dan
jenis alga perifeton akan menurun karena adanya tekanan mekanik arus (Liudstrom dan
traen dalam Tesis, Arfiati, 1989).
c. Kecerahan
Menurut Pratama (2009), menyatakan bahwa kecerahan merupakan ukuran
transportasi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk.
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan
(0/00), dari beberapaPanjang gelombang di daerah spectrum yanh terlihat cahaya yang
melalui lapisan sekitar 1 meter,jatuh agak lurus pada permukaan air.Stratifikasi kolam air
pada perairan tergenang yang disebabkan oleh intensitas cahaya yang masuk ke perairan
dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Lapisan Eutrofik
2. Lapisan Kompensasi
3. Lapisan Preufondal
Menurut Akrimi dan Subroto (2002),menyatakan bahwa kecerahan air berkisar
antara 40-85 cm,tidak menunjukkan perbedaan yang besar.Kecerahan pada musim
kemarau adalah 40-85 cm,dan pada musim hujan antara 60-80 cm,kecerahan air di bawah
100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah.
Menurut Barus (2002),menyatakan bahwa berdasarkan intensitas cahaya perairan
Bahari secara verttikial bibagi menjadi 3 wilayah,yaitu:
1. Zona Eupotik
2. Zona Disfotik
3. Zona Afotik
d. Salinitas
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air. Setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida,semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida dan semua
bahan anorganik telah dioksida.Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil
(%).Nilai salinitas perairan itawar biasanya kurang dari 5%.Perairan payau antara 0,50%-
30%,dan perairan laut 30%-40%.Pada perairan pesisir ,nilai salinitas sangat dipengaruhi
oleh masuknya air tawar di sungai(Pratama,2009).
Menurut Agrifishery(2010), menyatakan bahawa salinitas deapat dilakukan
dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan pengukuran dengan
menggunakan alat yang disebut dengan refraktometer atau salinometer.Satuan untuk
pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (%).Nilai
salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 6-89 ppt dan perairan laut berkisar
antara 30-35 ppt.
Menurut Barus (2002), klasifikasi air berdasarkan nilai salinitasnya,yaitu:
Jenis Air Salinitas(%)
Limuis(air tawar)
Mixohalin(air payau)
Euhalin(air laut)
Hyperhalin
<0,5%
0,5-30%
30-40%
>40%
B. Parameter Kimia
1. pH
pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen
menggunakan rumus umum pH=-log(H+).Air murni terdiri dari ion H+ dan OH- dalam
jumlah berimbang hingga pH air murni biasanya 7.Makin banyak ion OH - dalam cairan
makin rendah ion H+ dan makin tinggi Ph.Cairan demikian disebut cairan
alkalis.Sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah Ph dan cairan tersebutbersifat
masam(Andayani,2005).
2. DO
Menurut Arfiati (2001),menyatakan bahwa air yang sangat dingin mengandung
kurang dari 5% O2 dan akan menurun jika suhu air bertambah.
Berkurangnya O2 karena :
1. Respirasi
2. Dekomposisi
Perairan dengan O2 tinggi,keragaman organism biasanya tinggi.Jika O2
menurun,hanya organism yang toleran saja yang dapat hidup di tempat tersebut.Variasi O2
danau oligotroph biasanya rendah,sebaliknya danau eutroph tinggi. Sumber-sumber O2:
1. Atmosfer : difusi,angin
2. Fotosintesis
Menurut Sudaryati(1991),menyatakan bahwa di perairan alam konsentrasi
oksigen terlarut dalam fungsi dari proses biologi seperti proses fotosintesa dan respirasi
dan proses fisika seperti pergerakan air dan suhu.Di permukaan air konsentrasi oksigen
rendah,dikedalaman tertentu di daerah fotik mencapai maksimum, dan di dasar perairan
konsentrasinya menurun lagi ,selama stratifikasi panas ,konsentrasi oksigen terlarut di
dasar perairan rendah karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi.
3. Karbondioksida
Menurut Arfiati (2001),menyatakan bahwa CO2 merupakan gas yang sangat
diperlukan dalam proses fotosintesis,di udara sangat sedikit 0,033% dan di dalam air
melimpah dapat mencapai 12mg/l.Sumber CO2 dalam air adalah :
1. Difusi dari udara
2. Proses dekomposisi bahan organic
3. Air hujan dan air bawah tanah tanah
4. Hasil respirasi organisme
Karbondioksida dalam air dapat dijumpai dalam empat bentuk yaitu :
1. CO2 gas yang bebas
2. Asam karbonat HCO3
3. Bikarbonat HCO3-
4. Karbonat CO32-
Perairan tawar yang dikelilingi batu kapur cenderung mengandung CO2 yang
lebih tinggi karena kapur lebih lunak daripada batu beku. Daur karbon dapat diketahui
apabila kita mengetahui daur CO2,CO3,ataupun HCO3-. CO2 yang terdapat di atmosfer
mengalami difusi dan agitasi kedalam air. CO2 terlarut dalam air dibutuhkan oleh
tanaman air berklorofil serta fitoplankton untuk berfotosintesis. Kemudian semua
komponen biotic di alam apabila telah mati akan mengalami dekomposisi oleh
decomposer(pengurai) perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan
sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas <5 mg/l Tapi sebagian besar
organism aquatic dapat bertahan hidup hingga CO2 bebas mencapai 60 mg/l. Pada
dasarnya, keberadaan karbondioksida di perairan terdapat dalam bentuk gas
karbondioksida bebas (CO2) ion bikarbonat (HCO3-) ion karbon tersebut berkaitan dengan
nilai pH (Pratama,2009).
( Google image, 2010)
4. Alkalinitas
Menurut Pratama(2009) menyatakan bahwa total alkalinitas untuk perairan alami
berkisar kurang dari 5 mg/l sampai lebih dari 500 mg/l. Perairan dengan total alkalinitas
yang tinggi telahberkaitan dengan endapan batu kapur tanah. Nilai alkalinitas yang tinggi
biasanya terdapat pada perairan daerah terang dimana penguapan konsentrasi ion
diperairan lebih banyak terjadi dengan alkalinitas rendah ditemukan pada tanah berpasir
dan tanah yang mengandung banyak bahan organic. Sebagian perairan yang tercemar
bahan organikakan memiliki kadar alkalinitasnya yang rendah basa umumnya rasanya
seperti sabun. Suatu zat yang dapat mengandumg gugusan hidroksit (OH) yang dalam
larutan melepas ion H+.
Menurut HIckling dalam Akrumi dan Subroto (2002) menyatakan bahwa nilai alkalinitas
antara 50-200 mg/l CACO3/l menandakan perairan tersebut berpotensi produksi sedang.
Air danau arang-arang tidak termasuk dalam kisaran tersebut.Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kesuburannya rendah.
Parameter Biologi
Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di
perairan,mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus, artinya biota ini tidak
dapat melawan arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat
banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa
plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food
chain) dan jaringan makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah
konsumen dalam sistem rantai makanan dan jaring makanan tersebut (Ferianti, 2007).
Berdasarkan habitatnya plankton ditemui hidup di perairan, baik di sungai, danau,
waduk, maupun di perairan payau dan laut. Plankton ini ada yang bergerak aktif sendiri
seperti hewan yang disebut dengan zooplankton (plankton hewan), dan ada juga plankton
yang dapat berfotosintesis seperti tumbuhan di darat, kelompok ini disebut dengan
fitoplankton (plankton nabati) (Ferianti, 2007).
Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut
ultraplankton ukurannya < 0.005 mm atau 5 mikron, seperti bakteri dan diatom kecil,
sampai nanoplankton yang berukuran 60-70 mikron. Nanoplankton terlalu kecil untuk
dikumpulkan dengan jaring plankton biasa dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara
mengambil jumlah besar air laut (Kasijan dkk,2004).
Plankton umumnya berukuran sangat kecil dan jumlahnya banyak, oleh karena itu
pengambilan sample plankton harus dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menyaring air sedemikian rupa sehingga plankton yang tersaring cukup jumlahnya untuk
dianalisis.Untuk keperluan ini alat khusus yang biasa digunakan adalah jaring plankton
atau plankton net. Setiap mata jaring yang digunakan ukurannya (mesh-size) harus
berbeda, tergantung dari plankton yang akan dikumpulkan, apakah itu fitoplankton atau
zooplankton. Jika yang diinginkan fitoplankton,maka ukuran mata jaring harus kecil,
sedemikian sebaliknya untuk zooplankton. Sample plankton yang didapat dapat
diawetkan dengan menggunakan formalin dan disimpan didalam suhu yang rendah
(Kasijan dkk, 2004).
Fitoplankton adalah mikroorganisme nabati yang hidup melayang di dalam air,
relatif tidak memiliki daya gerak sehingga keberadaanya dipengaruhi oleh gerakan air,
serta mampu berfotosintesis. Kemampuan fitoplankton melakukan fotosintesis karena sel
tubuhnya mengandung klorofil. Klorofil berfungsi untuk mengubah zat anorganik
menjadi zat organic dengan bantuan sinar matahari. Zat anorganik yang dihasilkan
dipergunakan untuk kebutuhan dirinya sendiri dan untuk kebutuhan organisme air lainnya
(Kasijan dkk, 2004).
Salah satu sifat khas fitoplankton adalah dapat berkembang secara berlipat
ganda dalam jangka waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi,
melimpah dan terhampar luas. Kelimpahan fitoplankton yang terkandung didalam air laut
akan menentukan kesuburan suatu perairan. Oleh karena itu, fitoplankton dapat
digunakan sebagai jenis bio-indikator dari kondisi lingkungan perairan (Juwana, 2004).
Zooplankton yang hidup di laut sangat beraneka ragam, yang terdiri atas berbagai
bentuk larva dan bentuk dewasa yang dimiliki hampir seluruh filum hewan. Namun yang
paling menonjol adalah Crustacea planktonik. Apabila ditinjau dari aspek ekologis,
anggota crustacean yang paling penting adalah copepoda (Juwana, 2004).
Teknik pengambilan sampel plankton dilakukan secara pasif, tidak bergerak
dimana pengambilan air sample dilakukan dengan menimba dan menuangkan air sample
ke plankton net, yang kemudian sample diambil sesuai dengan volume yang diinginkan.
Menurut (Juwana, 2004) teknik pengambilan sampel plankton yang dilakukan
secara pasif adalah dengan menggunakan jaring plankton. Cara ini paling banyak
digunakan sampai sekarang. Banyak jenis jaring plankton yang digunakan tapi bentuk
dasarnya sama, berupa kerucut terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
· Gelang logam berbagai ukuran garis tengah
· Jaring terbuat dari kain nilon dengan ukuran mata jaring beragam sesuai
peruntukkannya dan berbentuk kerucut, bagian dasarnya disambung dengan kain kanvas
dan dilingkarkan pada gelang logam yang menjadi mulut jaring
· Dan bagian ujungnya disambungkan pada kantung atau tabung pengumpul plankton.
Tali penarik jaring diikatkan ke ketiga ”telinga” pada gelang logam.
Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga
dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian
besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini
dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara
definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau
menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine .
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium
(31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang
dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida.
Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-
gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan
terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, semua
bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi.
Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian
pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan
dinyatakan sebagai:
S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902)
Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5%
sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut
(http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/salinitas-air-laut.html).
Diperairan samudra, salinitas biasanya berkisar antara 34-35‰. Diperairan pantai
karena terjadinya pengenceran, misalnya karena pengaruh aliransungai, salinitas bisa
turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa
meningkat tinggi. Air payau adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan air
yang salinitasnya antara air tawar dan air laut. Ada berbagai cara dan istilah yang
digunakan untuk memberikan nama air berdasarkan salinitasnya. Salah satu misalnya
menurut Valikangas dapat diserhanakan sebagai berikut : air tawar 0-0,5‰, air payau 0,5-
17‰, dan air laut lebih 17‰ (Nontji, 2005).
Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang
berbentuk ion-ion. Enam jenis anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik
padat. Ion-ion adalah klor, natrium, sulfat, magnesium, kalsium dan kalium, sedangkan
lima iom berikutnya yaitu bikarbonat, bromida, asam borat dan stronsium menambah
0,71% berat, sehingga 11 ion ini membentuk 99,99% berat zat terlarut (Nybakken, 1992).
Menurut Agrifishery(2010), menyatakan bahawa salinitas deapat dilakukan
dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan refraktometer atau
salinometer.Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt)
atau promil (%).Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 6-89 ppt dan
perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.
Menurut Barus (2002), klasifikasi air berdasarkan nilai salinitasnya,yaitu:
Jenis Air Salinitas(%)
Limuis(air tawar) <0,5%
Mixohalin(air payau)
Euhalin(air laut)
Hyperhalin
0,5-30%
30-40%
>40%
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
Daftar Pustaka
http://nabawirisman.blogspot.com/2013/01/pengaruh-suhu-dan-salinitas-terhadap.html
http://destyginting.wordpress.com/2010/12/11/limnologi/
http://muhammadhusniaslam-biologi.blogspot.com/2012/