(JURNAL KONSEP BISNIS DAN MANAJEMEN) - Universitas …
Transcript of (JURNAL KONSEP BISNIS DAN MANAJEMEN) - Universitas …
179
(JKBM) Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen, 6 (2) Mei 2020
JKBM (JURNAL KONSEP BISNIS DAN MANAJEMEN)
ISSN: 2407-2648 (Print) ISSN: 2407-263X (Online), DOI: 10.31289/jkbm.v6i2.3670
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/bisman
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Tembakau yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Analysis of Financial Performance Tobacco Listed in Indonesia Stock Exchange
Fadlan Rusdana1), Endri Endri2,*)
1,2) Magister Manajemen, Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia
*Coresponding Email: [email protected]
Abstrak Penelitian bertujuan menganalisis kinerja keuangan perusahaan sub-sekstor industri tembakau yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Objek yang di ambil dalam penelitian ini adalah 4 perusahaan industri tembakau yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2014-2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan analisis rasio keuangan menggunakan rasio; likuiditas, solvabilitas, profitabilitas. Hasil dari perhitungan rasio likuiditas menunjukkan PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam menjadi perusahaan dengan kinerja paling baik, perhitungan rasio solvabilitas menunjukkan PT. HM Sampoerna dan PT Wismilak memiliki rasio hutang yang dibawah rata-rata industri, sementara menurut rasio profitabilitas PT HM Sampoerna dan PT Gudang Garam mendapatkan prosentase keuntungan diatas rata-rata industri. Dari perhitungan ke 3 rasio tersebut PT. HM Sampoerna dan PT. Gudang Garam adalah 2 perusahaan yang cukup dominan dari segi volume usaha, kinerja kedua perusahaan tersebut juga sangat baik itu bisa di nilai dari pendapatan laba bersihnya yang selalu mengalami tren peningkatan setiap tahunnya tren akan tetapi tren positif ini tidak selalu berarti baik dari segi pemanfaatan aset dan ekuitas perusahaan. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas.
Abstract This study aims to determine and analyze the financial performance of sub-sector tobacco industry listed on Indonesia Stock Exchange (IDX). The objects taken in this study were 4 tobacco industry companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2014-2018 period. The method used in this research is descriptive quantitative, the results of financial ratio analysis using liquidity ratios, solvency ratios, profitability ratios. The results of the calculation of the liquidity ratio showed that PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam was the best performing company, the solvency ratio calculation showed PT. HM Sampoerna and PT Wismilak have a debt ratio below the industry average, while according to the profitability ratio PT HM Sampoerna and PT Gudang Garam get a percentage of profits above the industry average. From the calculation of the 3 ratios, PT. HM Sampoerna and PT. Gudang Garam are two companies that are quite dominant in terms of business volume, the performance of the two companies is also very good, it can be valued from its net income which always experiences an upward trend every year but this positive trend does not always mean both in terms of asset utilization and company equity. Keywords: Financial Performance, Liquidity Ratio, Solvability Ratio, Profitability Ratio.
How to Cite: Rusdana, F., Endri, E. (2020). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Industri Tembakau Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. JKBM (Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen) 6(2): 179-187
Rusdana, F., Endri E., Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Industri Tembakau yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
180
PENDAHULUAN
Kinerja Keuangan Menjadi sebuah
tolak ukur kinerja perusahaan di tengah
banyak tantangan dan hambatan yang
dikarenakan berbagai faktor seperti faktor
ekonomi, kemajuan teknologi dan
perubahan regulasi pemerintah, perusaha-
an ditantang untuk menyesuaikan kul-
turnya dengan kemajuan teknologi dan
berinovasi baik dalam inovasi produk
ataupun pada inovasi marketingnya (Endri
et al., 2019). Selain tantangan kemajuan
teknologi ada lagi tantangan bagi
perusahaan-perusahaan industri temba-
kau yaitu kenaikan cukai rokok tercatat
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sudah
terjadi 3 kali kenaikan tarif cukai rokok
yang terakhir adalah pada 1 Januari 2020
di mana pemerintah melalui Ditjen BEA
dan Cukai resmi menaikkan cukai rokok
sebesar 35%. Menurut Ashar &
Firmansyah (2015) dampak perekonomian
dan pendapatan akibat kenaikan tarif
cukai rokok sangat tinggi yang mana bisa
menyebabkan penurunan pendapatan pa-
jak daerah. Kenaikan demi kenaikan terse-
but tentunya sedikit banyak telah mempe-
ngaruhi industri rokok karena adanya
kenaikan harga, ini memaksa perusahaan
industri tembakau harus selalu siap
merubah strategi operasinya ataupun
strategi pemasarannya sehingga produk
dari perusahaan tersebut tetap eksis di
tengah tingginya tarif rokok.
Penelitian Handayanto, dkk (2018)
menyatakan bahwa PT Gudang Garam
adalah perusahaan yang paling baik dalam
pengelolaan arus kas dan juga sangat baik
dalam hal rasio likuiditas. Menurut Indra-
wati (2016), PT HM Sampoerna adalah
perusahaan dengan proyeksi pertumbuhan
paling baik dan layak untuk diinvestasikan.
Penelitian Sidiki, dkk (2014) menyajikan
komparasi antara kinerja keuangan PT HM
Sampoerna dan PT Gudang Garam yang
hasilnya keduanya memiliki perbedaan
yang cukup signifikan bila dilihat dari rasio
solvabilitas. Penelitian ini menganalisis
kinerja keuangan perusahaan industri
tembakau yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan menggunakan 3 rasio
yaitu likuiditas, solvabilitas dan profit-
abilitas.
Bagi investor, penelitian ini dapat
digunakan sebagai informasi dalam
menentukan rencana investasi pada
perusahaan-perusahaan sub-sektor indus-
tri rokok, sedangkan untuk perusahaan,
penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai informasi dan masukan untuk me-
ningkatkan kinerja keuangan dalam
dengan pengambilan keputusan keuangan
di perusahaan.
Laporan keuangan adalah sebuah
bentuk tanggung jawab para pemimpin
JKBM (Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen), 6 (2) Mei 2020: 179-187
181
perusahaan kepada pihak yang memiliki
kepentingan Informasi yang terdapat da-
lam laporan keuangan dapat digunakan
untuk memprediksi pendapatan dan divi-
den di masa depan (Adur, dkk, 2018).
Investor biasanya menjadikan laporan
keuangan sebagai sarana pembantu dalam
memprediksi keuntungan yang akan diper-
oleh investor di masa yang akan datang.
Analisis laporan keuangan berman-
faat untuk membantu perusahaan meng-
antisipasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan di masa depan (Nuriyah et al.,
2018). Laporan Keuangan akan dianalisis
menggunakan rasio keuangan, yang ber-
guna untuk menganalisis efisiensi operasi-
onal perusahaan serta kondisi laporan
keuangan (Brigham & Houston, 2010).
Analisis laporan keuangan juga harus
mempertimbangkan adanya siklus kehi-
dupan bisnis, yaitu Pertumbuhan (Growth),
Bertahan (Sustain) dan Memanen (Har-
vest) (Ramadhan & Syarfan (2016). Maka
untuk mengukur kinerja keuangan secara
benar diperlukan rasio-rasio yang meng-
gambarkan secara kuantitatif kinerja suatu
perusahaan, dalam penelitian ini meng-
gunakan 3 rasio yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah sebuah rasio
yang menunjukkan pergerakan antara
kas dan aset lancar perusahaan dengan
kewajiban sewa. Rasio ini juga dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi atau melunasi utang-
nya disaat sudah jatuh tempo.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah Sebuah rasio
yang menunjukkan kemampuan perusa-
haan dalam memenuhi kewajiban jang-
ka pendek dan kewajiban jangka pan-
jang (Endri et al., 2019).
3. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk menunjukkan kombi-
nasi efek dari likuiditas, manajemen
aset, dan utang operasional (Sari &
Endri, 2019).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pe-
nelitian ini adalah metode kuantitatif des-
kriptif. Objek yang akan diteliti pada pene-
litian ini adalah perusahaan Sektor indus-
tri tembakau yang terdaftar di (BEI) Bursa
Efek Indonesia selama periode 2014-2018.
Data laporan keuangan diperoleh dari
website resmi Bursa Efek Indonesia dan
website resmi perusahaan, dalam peneli-
tian ini ada 4 perusahaan industri temba-
kau. Secara keseluruhan ada 6 perusahaan
industri tembakau di Indonesia akan tetapi
yang sudah menjadi perusahaan tbk baru
4, 2 lainnya belum go public yaitu PT.
Djarum dan PT. Nojorono tobacco.
Sehingga peneliti hanya menggunakan
laporan keuangan 4 perusahaan yang
Rusdana, F., Endri E., Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Industri Tembakau yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
182
memenuhi kriteria yaitu terdaftar di BEI
dalam kurun waktu 2014-2018, berikut
adalah kode perusahaan:
Tabel 1 Kode Perusahaan
No Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
1 HMSP PT HM Sampoerna Tbk
2 GGRM PT Gudang Garam Tbk
3 WIIM PT Wismilak Inti Makmur
Tbk
4 RMBA PT Bentoel International
Investama Tbk
Definisi operasional dalam model
penelitian adalah sebagai berikut:
Rasio Likuiditas
Rasio Modal Kerja (Net Working Capital)
Rasio ini biasa digunakan untuk
mencari tahu kemampuan suatu perusaha-
an untuk melunasi utang saat ini. Rasio
modal kerja dihitung dengan cara mengu-
rangi aset lancar dengan utang lancar
(Andy dan Melly Megawati, 2019).
Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar ini digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pen-
dek atau hutang yang akan segera jatuh
tempo dalam waktu dekat. Rasio lancar ini
dihitung dengan mengalikan aset lancar
dengan seratus persen kemudian dibagi
dengan hutang lancar (Andy dan Mega-
wati, 2019).
Rasio Solvabilitas
Rasio Utang (Debt Ratio)
Rasio ini digunakan untuk menunjuk-
kan seberapa besar keseluruhan aset peru-
sahaan yang digunakan sebagai utang.
Rasio hutang dihitung dengan cara
mengalikan total hutang dengan seratus
persen kemudian dibagi dengan total aset.
Rasio Utang Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini digunakan untuk menilai
besaran utang dengan ekuitas. Rasio utang
terhadap ekuitas dapat dihitung dengan
cara mengalikan utang jangka panjang
dengan seratus persen lalu dibagi dengan
modal perusahaan (Prabowo& Korsakul
(2019).
Rasio Profitabilitas
Return On Equity (ROE)
ROE adalah rasio untuk mengukur
efisiensi penggunaan modal berdasarkan
pendapatan yang tersedia untuk para pe-
milik perusahaan (baik pemegang saham
biasa maupun pemegang saham pilihan)
(Harahap, 2018). Semakin tinggi nilai rasio
maka akan semakin baik, karena itu me-
nunjukkan posisi pemilik perusahaan yang
semakin kuat.
Return On Assets (ROA)
ROA adalah rasio yang menunjukkan
pengembalian dari jumlah aset yang digu-
nakan di perusahaan (Bernadeth Tongli,
Hartono dan Suardi Tanasal, 2018). ROA
juga merupakan ukuran seberapa efek-
tivitas manajemen dalam mengelola
investasinya. Selain itu, keuntungan atas
investasi aset menunjukkan produktivitas
penggunaan dana perusahaan, keduanya
modal pinjaman dan modal sendiri.
JKBM (Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen), 6 (2) Mei 2020: 179-187
183
Semakin kecil rasionya, semakin kurang
bagus, dan sebaliknya, semakin besar ra-
sionya, semakin baik.
Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Jenis rasio ini digunakan untuk me-
nentukan pendapatan perusahaan yang
asalnya dari penjualan, rasio laba kotor ini
dapat dihitung dengan cara mengurangi
penjualan dan harga pokok penjualan,
kemudian dikalikan seratus persen dan
dibagi dengan penjualan.
Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini digunakan untuk mengukur
laba bersih setelah dipotong bunga pajak
atas penjualan bersih. Rasio margin keun-
tungan bersih dihitung dengan meng-
hitung keuntungasn dikalikan pendapatan
setelah pajak sebesar seratus persen dan
kemudian dibagi berdasarkan penjualan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas
Modal Kerja (Net Working Capital)
Tabel 2 Modal Kerja
Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa PT.
HM Sampoerna dalam 4 tahun terakhir
memiliki Modal kerja paling besar yang
puncaknya pada tahun 2018 PT HM
Sampoerna memiliki modal kerja sebesar
Rp. 29.037.000.000.000,00- terbilang (Dua
puluh sembilan triliun tiga puluh tujuh
miliar rupiah). PT Gudang Garam berada di
tempat kedua yaitu 20% di bawah modal
kerja milik PT HM Sampoerna, sementara
PT Bentoel mencatat kenaikan modal kerja
secara tajam pada tahun 2015 dengan ke-
naikan 28 kali lipat akan tetapi setelah itu
terjadi fluktuasi sampai tahun 2018. PT.
Wismilak Inti Makmur menjadi peru-
sahaan dengan modal kerja paling kecil
dibandingkan dengan para pesaingnya di
industri tembakau.
Rasio Lancar (Current Ratio)
Tabel 3 Rasio lancar
No Kode
Perusahaan
Rasio Lancar (%)
2014 2015 2016 2017 2018
1 HMSP 1,53 6,57 5,23 5,27 4,30
2 GGRM 162 177 193,8 193,6 205,8
3 WIIM 2,32 2,91 3,14 2,83 3,73
4 RMBA 102,3 220,3 240,2 192,09 158,97
Rata-rata 67,03 101,69 110,59 98,44 93,20
Dari tabel di atas dapat disimpulkan rasio
lancar setiap perusahaan memiliki per-
bedaan yang cukup jauh, dalam hal rasio
lancar ada 2 perusahaan yang secara kon-
sisten memiliki rasio di atas rata-rata
industri dalam 5 tahun terakhir (2014-
2018) yaitu PT Gudang Garam dan PT
Bentoel yang bisa diartikan 2 perusahaan
No Kode
Perusahaan
Modal Kerja (dalam juta rupiah)
2014 2015 2016 2017 2018
1 HMSP 7.177.000 25.269.000 27.219.000 27.697.000 29.037.000
2 GGRM 14.749.466 18.523.345 20.294.608 21.153.448 23.281.152
3 WIIM 846.391 943.709 991.094 978.092 1.005.236
4 RMBA 149.000 4.147.000 5.082.000 4.317.000 3.555.000
Rata-rata 5.730.253 12.220.547 13.416.756 13.536.250 14.219.534
Rusdana, F., Endri E., Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Industri Tembakau yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
184
ini memiliki kemampuan yang kuat dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya
seperti utang yang akan segera jatuh
tempo. Sementara PT HM Sampoerna dan
PT Wismilak secara konsisten mencatat-
kan rasio lancar di bawah rata-rata indus-
tri dan bahkan mencatatkan tren penurun-
an pada tahun tertentu.
Rasio Solvabilitas
Rasio Hutang (Debt Ratio)
Tabel 4 Rasio hutang
No Kode
Perusahaan
Rasio Hutang (%)
2014 2015 2016 2017 2018
1 HMSP 52,2 15,8 19,5 20,2 24,7
2 GGRM 43,1 40,7 37,3 36,3 34,1
3 WIIM 36,4 30,2 26,2 19,1 19,2
4 RMBA 111,7 24,4 29,9 34,3 43,4
Rata-rata 60,3 52,1 27,8 30,2 30,3
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bah-
wa PT HM Sampoerna dan PT Wismilak
Inti Makmur memiliki rasio hutang di
bawah rata-rata industri yang artinya
resiko operasional perusahaan lebih kecil
dibanding 2 perusahaan lainnya, bahkan
catatan khusus harus diberikan kepada PT
Wismilak karena trennya menunjukkan
penurunan dalam 5 tahun terakhir.
Sementara PT Gudang Garam dan PT
Bentoel secara konsisten mencatatkan
rasio hutang diatas rata-rata industri
bahkan pada tahun 2014 PT Bentoel
mencatatkan rasio hutang yang cukup
fantastis mencapai 111,7% akan tetapi
pada tahun berikutnya terjadi penurunan
yang sangat tajam menjadi hanya 24,4%.
Rasio Ekuitas Hutang (Debt to Equity Ratio)
Tabel 5 Rasio ekuitas hutang
No Kode
Perusahaan
Rasio Ekuitas Hutang (%)
2014 2015 2016 2017 2018
1 HMSP 110,2 18,6 24,3 26,3 32,9
2 GGRM 75,7 59,7 59,4 58,1 53,4
3 WIIM 57,1 42,1 36,1 25,4 24,3
4 RMBA 944,3 502,8 42,7 57,6 78,2
Rata-rata 296,5 155,6 40,5 41,8 46,7
Rasio Ekuitas Hutang pada industri
tembakau cukup fluktuatif menurut tabel
di atas, PT HM Sampoerna cukup baik
dalam hal menurunkan rasio hutangnya
dengan tren penurunan pada 3 tahun dari
2014-2016 akan tetapi mencatatkan kena-
ikan pada 2 tahun terakhi (2017&2018) ini
berarti perusahaan sedang dalam tren
yang tidak baik karena terjadi kenaikan
jumlah hutang perusahaan yang digunakan
untuk sumber investasi atau operasional
perusahaan, pada PT Gudang Garam secara
konsisten mencatatkan penurunan Rasio
Ekuitas Hutang akan tetapi rasionya tetap
di atas rata-rata industri yang artinya tidak
baik, pada PT Wismilak Inti Makmur
terjadi tren penurunan yang konsisten
selama 5 tahun terakhir dan mencatatkan
rasio dibawah rata-rata industri yang
artinya memiliki resiko yang lebih kecil
dibandingkan perusahaan lain di industri
yang sama, pada PT Bentoel rasio Ekuitas
Hutang secara konsisten berada di atas
rata-rata industri dan ini harus menjadi
catatan untuk perusahaan karena resiko
usahanya semakin tinggi.
JKBM (Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen), 6 (2) Mei 2020: 179-187
185
Rasio Profitabilitas
Return of Equity
Tabel 6 Return of Equity
No Kode
Perusahaan
Return of Equity (%)
2014 2015 2016 2017 2018
1 HMSP 75,4 32,4 37,3 37,1 38,3
2 GGRM 16,4 17,0 16,9 18,4 17,3
3 WIIM 13,3 13,9 15,3 14,2 15,6
4 RMBA 175,7 52,0 22,09 5,38 7,27
Rata-rata 70,2 28,8 22,9 18,7 19,6
Dari tabel ROE bisa disimpulkan bahwa
terjadi fluktuasi Return of Equity rata-rata
industri dalam 5 tahun terakhir (2014-
2018). PT HM Sampoerna secara konsisten
mencatatkan ROE diatas rata-rata industri
dan dalam 3 tahun terakhir (2016-2018)
menjadi perusahaan dengan rasio ROE
paling tinggi, sementara itu PT Gudang
garam dan PT Wismilak Inti Makmur
selama 5 tahun terakhir selalu menca-
tatkan rasio ROE dibawah rata-rata
industri akan tetapi memiliki tren pe-
ningkatan hampir setiap tahunnya yang
menandakan adanya peningkatan efisiensi
penggunaan ekuitas perusahaan. PT Ben-
toel menjadi perusahaan dengan ROE
paling fluktuatif di tahun 2014-2015
mencatatkan ROE di atas rata-rata industri
namun terjadi penurunan yang sangat
drastis di 3 tahun terakhir. Sehingga tabel
di atas menunjukkan bahwa PT HM
Sampoerna adalah perusahaan dengan
efisiensi pemanfaatan ekuitas paling me-
nguntungkan di antara perusahaan lain.
Return of Assets
Tabel 7 Return of Assets
No Kode
Perusahaan
Return of Assets (%)
2014 2015 2016 2017 2018
1 HMSP 35,9 27,3 30,0 29,4 29,1
2 GGRM 9,3 10,2 10,6 11,6 11,3
3 WIIM 8,4 9,8 11,2 10,9 10,4
4 RMBA 4,1 3,4 15,5 12,9 20,8
Rata-rata 14,4 12,6 16,8 16,2 17,9
Dari tabel diatas terlihat PT HM
Sampoerna secara konsisten mencatatkan
Return of Asssets lebih tinggi dari rata-rata
industri, ini menunjukkan PT HM
Sampoerna berhasil memanfaatkan aset
perusahaan dengan sebaik mungkin
sehingga keuntungan yang didapat bisa
maksimal untuk perusahaan dan bahkan
bila di komparasi dengan perusahaan lain
PT HM Sampoerna berhasil mencatat ROA
3 kali lipat dari perusahaan lain. Semen-
tara untuk 3 perusahaan lainnya secara
konsisten mencatatkan kinerja ROA di
bawah rata-rata industri akan tetapi
terjadi tren peningkatan hampir di setiap
tahunnya menandakan adanya kemajuan
efisiensi dalam penggunaan aset perusa-
haan.
Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Tabel 8 Laba kotor
No Kode
Perusahaan
Gross Profit Margin (%)
2014 2015 2016 2017 2018
1 HMSP 25,4 24,4 25,0 24,4 23,9
2 GGRM 20,5 22,0 21,8 21,9 19,5
3 WIIM 12,4 12,8 13,9 14,1 13,3
4 RMBA 27,3 19,8 22,6 5,5 5,6
Rata-rata 28,6 19,7 20,8 16,4 15,5
Rusdana, F., Endri E., Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Industri Tembakau yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
186
Dari tabel di atas dapat PT HM Sampoerna
dan PT Gudang Garam menjadi perusaha-
an yang secara konsisten mencatatkan
Laba kotor (Gross Profit Margin) dengan
rasio diatas rata-rata industri dalam 4
tahun terakhir akan tetapi terjadi fluktuasi
rasio laba kotor dalam 5 tahun terakhir
seperti contohnya terjadi kenaikan pada
tahun 2015 ke tahun 2016 akan tetapi 2
tahun berikutnya terjadi tren penurunan
laba kotor. Sementara PT Bentoel menjadi
perusahaan dengan tingkat penurunan
laba kotor paling tinggi yaitu pada tahun
2015 dan 2016 mencatatkan 5,5% dan
5,6% ini menandakan adanya penurunan
pendapatan perusahaan yang cukup tajam
dari tahun 2016 mencatatkan 22,6%
menjadi 5,5% di tahun 2017.
Laba Bersih (Net Profit Margin)
Tabel 9 Laba bersih
No Kode Perusahaan Net Profit Margin (%)
2014 2015 2016 2017 2018
1 HMSP 12,6 11,6 13,3 12,8 12,7
2 GGRM 13,2 14,3 13,3 13,5 11,7
3 WIIM 6,8 7,1 7,7 7,8 7,3
4 RMBA 15,5 9,8 10,85 2,37 2,77
Rata-rata 12 10,7 11,2 9,1 8,6
Net profit margin adalah laba bersih yang
dicatatkan perusahaan setelah dikurangi
semua biaya lainnya seperti pajak dan
bunga, PT HM Sampoerna dan PT Gudang
Garam mencatatkan rasio pendapat bersih
diatas rata-rata industri tembakau dalam 5
tahun terakhir yang menandakan dua
perusahaan tersebut menjadi yang paling
baik dalam hal mencatatkan keuntungan.
Sementara PT Wismilak selalu mencatat-
kan laba bersih dibawah rata-rata industri
akan tetapi terjadi tren kenaikan hampir
setiap tahunnya, yang cukup menyita
perhatian adalah PT Bentoel yang dalam 2
tahun terakhir mencatatkan laba bersih
sangat kecil hanya diangka 2,37% dan
2,77% pada tahun 2018.
SIMPULAN
Sub-sektor industri tembakau pada
umumnya mencatatkan tingkat fluktuasi
industri yang cukup tinggi dan bervariatif,
akan tetapi terlihat pola kesamaan pada
tren perusahaan setiap tahunnya. Ini dise-
babkan banyak faktor sehingga peru-
sahaan industri tembakau mengalami tren
fluktuasi dihampir setiap tahunnya, con-
tohnya pengaruh kondisi ekonomi, kondisi
internal perusahaan, kondisi eksternal
perusahaan, dan peraturan atau regulasi
baru yang dikeluarkan peme-rintah. PT
HM Sampoerna mencatatkan hasil positif
dari ke 3 rasio yang diteliti, selain memiliki
modal kerja paling besar PT HM
Sampoerna juga sangat baik dalam hal
pemanfaatan investasi dan pengelolaan
asetnya. PT Gudang Garam memiliki catat-
an positif pada 2 rasio yaitu rasio likuiditas
dan profitabilitas, tetapi reasio solvabilitas
perusahaan tidak begitu stabil dan rasio
hutang cukup tinggi. PT Bentoel dan PT
Wismilak mencatatkan fluktuasi hampir di
setiap rasio yang di hitung terjadi kenaikan
JKBM (Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen), 6 (2) Mei 2020: 179-187
187
dan penurunan hampir disetiap tahunnya,
tetapi keduanya kompak mencatatkan
hasil positif dalam rasio profitabilitas yang
berarti sinyal positif bagi perusahaan un-
tuk berkembang.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih saya ucapkan kepada BEI dan
perusahaan industri tembakau karena
melalui website resminya saya mendapat-
kan laporan keuangan yang dijadikan
bahan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adur, M.D., Wiyani, W., & Ratri, A.M. (2018).
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Rokok.
Ashar, F., & Firmansyah, F. (2015). Peningkatan Tarif
Cukai Rokok Dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian Dan Pendapatan Sektoral Jawa
Tengah. Kinerja: Jurnal Bisnis dan Ekonomi.
19(2): 99-113, doi:10.24002/kinerja.v19i2.537.
Andy., & Megawati, M. (2019). Analysis Of Liquidity,
Profitability And Solvency Ratios To Assess
The Financial Performance Of companies In
Cigarette Industries Listed On The Indoneisa
Stock Exchange. eCo-Fin. 1(1): 22-34.
Brigham, E. F., & Houston, J.F. (2010). Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Edisi 11. Jakarta:
Salemba Empat.
Endri, E., Dermawan. D., Abidin. Z., Riyanto. S.
(2019). Effect of Financial Performance on
Stock Return: Evidence from the Food and
Beverages Sector. International Journal of
Innovation, Creativity and Chang. 9(10): 335-
350.
Endri, E., Mustafa, B., & Rynandi, O. (2019).
Determinants of Debt Policy of Real Estate and
Property Companies Listed on the Indonesia
Stock Exchange. International Journal of
Economics and Financial Issues, Econjournals.
9(2): 96-104. DOI:
https://doi.org/10.32479/ijefi.7618.
Harahap, I. M. (2018). Impact of Bank Performance on
Profitability. Scholars Journal of Economics,
Business and Management, 5(8): 727-733.
Indrawati, M. (2016). Fundamental Analysis In
Indonesian Tobacco And Cigarette Industry
And Its Potential Investment Opportunities.
Conference on Management and Behavioral
Studies. Universitas Tarumanagara, Jakarta, 27
Oktober: 679-689
Prabowo, S.C.B., & Korsakul, N. (2019). Analysis of
Financial Performance of Mining Companies
Listed in Indonesia Stock Exchange. Journal of
Applied Management (JAM). 18(1); 28-45.
Ramadhan, K.D., & La Ode Syarfan, L.O (2016).
Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur
Kinerja Perusahaan Pada PT. Ricky Kurniawa
Kertapersada (MAKIN Group) Jambi. Jurnal
Valuta. 2(2): 190-207
Nuriyah, A., Endri. E., & Yasid, M. (2018). Micro,
Small-Financial Financing and its Implications
on the Profitability of Sharia Banks. DeReMa
Jurnal Manajemen. 13(2): 175-197.
Sari, F. N., & Endri, E. (2019). Determinants of Return
on Assets (ROA) On Conventional Banks
Listed On Indonesian Stock Exchange (IDX)
Period 2013 – 2017. IOSR Journal of Business
and Management (IOSR-JBM), 21 (4. Ser. II):
52-62. DOI: 10.9790/487X-2104025262.
Sidiki, A.P., Mangantar, M., & Mekel, A.P. (2014).
Perbandingan Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di BEI
Khususnya PT. Gudang Garam Tbk Dan PT.
HM Sampoerna Tbk. Jurnal EMBA. 2(4): 808-
816.