Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

19
Achril Zalmansyah ©2021, Kelasa, 16 (1), 143 161 | 143 Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra http://kelasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kelasa p-ISSN : 1907-7165 e-ISSN: 2721-4672 PENYIMPANGAN KAIDAH BAHASA INDONESIA TULIS DI RUANG PUBLIK Deviation of the rules of Indonesian Written Language in Public Space Achril Zalmansyah Kantor Bahasa Provinsi Lampung Pos-el: [email protected] Abstrak Peranan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa sudah menjadi suatu keniscayaan bahawa bahasa itu harus dijunjung tinggi oleh penggunanya, bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan di ruang publik, khususnya bahasa tulis tentu perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam kaitannya dengan kaidah bahasa Indonesia. Temuan bentuk-bentuk penyimpangan dalam kaidah kebahasaan pada penelitian ini, selanjutnya dinalisis dan dideskripsikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa papan nama instansi/lembaga pemerintah dan nonpemerintah, nama jalan, permukiman, merek dagang, petunjuk rambu lalu-lintas, fasilitas umum, spanduk, dan reklame. Penelitian penggunaan bahasa Indonesia ini difokuskan pada penggunaan bahasa Indonesia secara murni atau pengunaan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing dan bahasa daerah. Bentuk penyimpanganan penggunaan bahasa Indonesia meliputi penyimpangan pada kaidah kebahasaan, seperti kesalahan penulisan huruf, penggunaan tanda baca pada kata dan kalimat. Kata-kata kunci: bahasa Indonesia, ruang publik, kaidah bahasa Abstract The role of Indonesia language as the unifying language of the nation has become a necessity that the language must be upheld by its users, the Indonesian people. The Indonesian language used in public spaces, especially written language, certainly needs attention, especially in relation to the rules of the Indonesian language. The findings of irregularities in the rules of language in this study are then analyzed and described. This research use descriptive qualitative approach. The research data is in the form of government and non-government agency/institution name boards, street names, settlements, trademarks, traffic signs, public facilities, banners and billboards. This research on the use of Indonesian is focused on the use of pure Indonesian or the use of Indonesian mixed with foreign languages and regional languages. Forms of deviation from the use of Indonesian include deviations from linguistic rules, such as errors in writing letters, use of punctuation marks on words and sentences. Keywords: bahasa Indonesia, public space, language rule Naskah Diterima Tanggal 27 September 2020Direvisi Akhir Tanggal 2 Juni 2021Disetujui Tanggal 4 Juni 2021 doi: https://doi.org/10.26499/kelasa.v6i1.129

Transcript of Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Page 1: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 143

Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

http://kelasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kelasa

p-ISSN : 1907-7165

e-ISSN: 2721-4672

PENYIMPANGAN KAIDAH BAHASA INDONESIA TULIS

DI RUANG PUBLIK

Deviation of the rules of Indonesian Written Language in Public Space

Achril Zalmansyah

Kantor Bahasa Provinsi Lampung

Pos-el: [email protected]

Abstrak

Peranan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa sudah menjadi suatu

keniscayaan bahawa bahasa itu harus dijunjung tinggi oleh penggunanya, bangsa

Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan di ruang publik, khususnya bahasa tulis

tentu perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam kaitannya dengan kaidah bahasa

Indonesia. Temuan bentuk-bentuk penyimpangan dalam kaidah kebahasaan pada

penelitian ini, selanjutnya dinalisis dan dideskripsikan. Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa papan nama instansi/lembaga

pemerintah dan nonpemerintah, nama jalan, permukiman, merek dagang, petunjuk

rambu lalu-lintas, fasilitas umum, spanduk, dan reklame. Penelitian penggunaan bahasa

Indonesia ini difokuskan pada penggunaan bahasa Indonesia secara murni atau

pengunaan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing dan bahasa daerah.

Bentuk penyimpanganan penggunaan bahasa Indonesia meliputi penyimpangan pada

kaidah kebahasaan, seperti kesalahan penulisan huruf, penggunaan tanda baca pada kata

dan kalimat.

Kata-kata kunci: bahasa Indonesia, ruang publik, kaidah bahasa

Abstract

The role of Indonesia language as the unifying language of the nation has become a

necessity that the language must be upheld by its users, the Indonesian people. The

Indonesian language used in public spaces, especially written language, certainly needs

attention, especially in relation to the rules of the Indonesian language. The findings of

irregularities in the rules of language in this study are then analyzed and described.

This research use descriptive qualitative approach. The research data is in the form of

government and non-government agency/institution name boards, street names,

settlements, trademarks, traffic signs, public facilities, banners and billboards. This

research on the use of Indonesian is focused on the use of pure Indonesian or the use of

Indonesian mixed with foreign languages and regional languages. Forms of deviation

from the use of Indonesian include deviations from linguistic rules, such as errors in

writing letters, use of punctuation marks on words and sentences. Keywords: bahasa Indonesia, public space, language rule

Naskah Diterima Tanggal 27 September 2020—Direvisi Akhir Tanggal 2 Juni 2021—Disetujui Tanggal 4 Juni 2021

doi: https://doi.org/10.26499/kelasa.v6i1.129

Page 2: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 144

PENDAHULUAN

Ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang salah satunya

berbunyi “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” sudah menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari bangasa Indonesia. Peran bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu

bangsa yang sekaligus berfungsi sebagai bahasa resmi yang digunakan sebagai alat

komunikasi berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa yang berbeda-beda.

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang berfungsi sebagai kebanggaan

nasional, identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang

bahasa dan budaya yang berbeda. Menjadi bahasa resmi negara, bahasa Indonesia

digunakan dalam kegiatan resmi kenegaraan, sebagai bahasa pengantar yang digunakan

sebagai bahasa pengantar di bidang pendidikan, bahasa resmi yang digunakan di dalam

perhubungan se-tingkat nasional, bahasa yang digunakan di dalam pengembangan

kebudayaan nasional, bahasa yang digunakan sebagai sarana pengembangan dan

pemanfaatan iptek modern, bahasa yang digunakan di media massa, bahasa yang

mendukung sastra Indonesia, dan sebagai bahasa yang memperkaya bahasa dan sastra

daerah (Hasan Alwi dan Dendy Sugono, 2011).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia memegang peranan

yang sangat penting di antara ratusan bahasa nusantara, teramat penting bagi para

penuturnya masing-masing sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga

didasarkan pada patokan seperti jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranannya

sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya (Hasan Alwi, 1998). Oleh

karena itu, sudah sewajarnyalah jika bahasa Indonesia perlu menduduki tempat yang

sangat penting dan mendapat perhatian khusus dari seluruh bangsa Indonesia.

Penggunaan bahasa negara, bahasa Indonesia pada ruang publik di Provinsi

Lampung ini masih ditemukan ketidakpatuhan pada kaidah bahasa Indonesia yang baik

dan benar. Selanjutnya, juga ditemukan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak

mengacu pada kaidah kebahasaan. Temuan penggunaan bahasa Indonesia yang

kosakatanya menggunakan bahasa Inggris (asing) yang paling dominan. Peran ruang

publik merupakan salah satu sarana informasi umum yang sangat penting bagi

masyarakat umum. Oleh karena itu, pentingnya kesadaran masyarakat di dalam

menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar adalah sangat penting dan

dibutuhkan.

Page 3: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 145

Penggunaaan bahasa Indonesia untuk nama bangunan atau gedung, jalan,

apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang,

lembaga usaha, lembaga pendidikan, dan sebagainya adalah wajib. Penamaan dengan

menggunakan bahasa asing atau daerah dibolehkan jika mengandung nilai sejarah,

budaya, adat istiadat, dan/atau keagamaan. Hal ini dapat dijumpai pada aturan tentang

penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, yaitu Undang-Undang No.24, Tahun

2009, Bab III, Pasal 36, Ayat 3 (Kemdikbud).

Potret Penggunaan Bahasa Indonesia di Kabupaten Bengkulu Utara adalah

penelitian serupa mengenai penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik (Syamsurizal,

2017). Penggunaan bahasa pada ruang publik di Provinsi Lampung ini perlu diteliti

mengingat temuan-temuan akan fenomena kebahasaan, khususnya kaidah kebahasaan.

Fenomena tersebut adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa

terpengaruh bahasa lain (asing dan daerah) alias murni; penulisan bahasa Indonesia

digabung dengan bahasa asing; dan penulisan bahasa Indonesia digabung dengan bahasa

daerah, dalam hal ini bahasa Lampung. Penelitian kaidah kebahasaan ini, terutama pada

kesalahan sistem ejaan dan diksi atau pilihan kata. Fenomena penggunaan bahasa ini

perlu diteliti, lalu dikoreksi atau dibetulkan. Dampaknya tentu akan meningkatkan sikap

positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif dan bangga mengunakan

bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini senantiasa harus tetap terjaga

oleh setiap warga negara Indonesia.

Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan bagaimana pemakaian bahasa

Indonesia di ruang publik di Provinsi Lampung; dan (2) mengetahui bagaimana

penyimpangan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik di Provinsi Lampung.

LANDASAN TEORI

Sejarah penggunaan istilah ruang publik bermula di Inggris, Jurgen Habermas

dalam (Nani Effendi, 2016) ruang publik sebagai sarana tempat berkumpul dan

berdiskusi secara tidak formal, seperti di warung kopi. Di tempat tersebut, mereka biasa

menyoalkan tentang seni atau tradisi baca-tulis. Kadangkala terjadi diskusi yang

berkembang menjadi perdebatan sosial, politik, dan ekonomi. Berbeda halnya dengan

kondisi yang terjadi di Prancis, perdebatan semacam ini biasa terjadi bukan di warung

kopi, tetapi di salon. Mereka biasa membicarakan tentang buku dan karya seni, seperti

lukisan atau musik.

Page 4: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 146

Definisi lain tentang ruang publik, Kusumawijaya dalam (Hendrastuti, 2015)

mengatakan bahwa ruang atau lahan umum merupaka ruang publik, tempat masyarakat

beraktivitas dan sebagai tenpat bersosialisasi. Ruang publik juga digunakan, baik oleh

kelompok maupun individu. Walau demikian, mereka tentu tidak bebas memanfaatkan

area tersebut semaunya, tentu ada aturannya. Perlunya pengendalikan diri, mengingat

area ini adalah area milik umum yang dapat digunakan secara bersama-sama.

Konsep Project for Public Spaces in New York tahun 1984 dikatakan bahwa

sebuah kota secara umum memiliki ruang publik yang digunakan oleh masyarakat untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Perkembangan dan pertumbuhan penduduk kota

memengaruhi kebutuhan akan ketersediaan ruang publik di lingkungan masyarakat. Hal

ini disebabkan ruang publik memiliki peran penting dalam membangun interaksi sosial

manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, ruang publik adalah area yang

dapat dipakai secara bersama, sepert jalan, taman, plaza, halte, dan museum. Area ini

bisa menjadi tempat masyarakat melakukan berbagai aktivitas secara bersama-sama di

ruang terbuka. Pertemuan antarmanusia sangat dimungkin terjadi d ruang publik untuk

dapat berinteraksi. Area terbuka ini dapat dikategorikan sebagai tempat umum yang

memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas secara bersama-sama (Masanung, 2009).

Sementara itu, konsep ruang publik menurut (Wikipedia Indonesia) adalah suatu

area atau tempat masyarakat atau komunitas berkumpul dengan tujuan yang sama, saling

berbagi, baik secara individu maupun kelompok. Area ini dapat berupa ruang nyata

ataupun maya. Area nyata dapat berupa taman, sekolah, gedung aula, dan lain-lain.

Konsep ruang publik sebagai ruang terbuka publik atau ruang tertutup yang digunakan

sebagai tempat untuk bertemu, berkomunikasi, atau tempat untuk bersantai bersama

keluarga saja. Di samping itu, ruang publik juga dapat dimaknai sebagai ruang, tempat,

atau fasilitas berupa papan atau kain rentang yang digunakan pada nama jalan,

bangunan, apartemen atau hotel, kantor atau permukiman, informasi produk barang dan

jasa, serta spanduk atau reklame. Penggunaan bahasa Indonesia pada kain rentang atau

papan nama tersebut sering dijumpai kesalahan terutama pada kaidah bahasa

Indonesianya.

Penggunaan bahasa negara pada ruang publik tentu harus mengikuti aturan atau

kaidah kebahasaan itu sendiri, dalam hal ini kaidah bahasa Indonesia yang baik dan

benar. Secara umum, penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik tidak lepas dari

kesalahan berbahasa, baik ejaan, pilihan kata (diksi), maupun kalimat.

Berbagai pendapat ahli tentang kesalahan berbahasa, di antaranya (Tarigan,

2011:216) yang mengatakan bahwa kita seyogyanya menyadari bahwa seseorang tidak

dapat belajar bahasa tanpa adanya kesalahan yang secara sistematis. Selanjutnya,

(Rusminto, 2011) menggunakan istilah errors dan mistakes untuk membatasi kesalahan

Page 5: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 147

berbahasa. Corder dalam Rusminto (2011) menjelaskan tentang errors dan mistakes

sebagai kesalahan berbahasa: (1) kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah

atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan sebagai akibat penutur sudah

memiliki kaidah tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga

mengakibatkan ketidaksempurnaan atau ketidakmampuan penutur atau dengan kata lain,

kesalahan berbahasa ini akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah. Hal ini

dikenal dengan istilah kesalahan (errors); sementara itu (2) kesalahan berbahasa akibat

ketidaktepatan memilih kata atau ungkapan pada situasi tertentu. Kesalahan ini

merupakan suatu kesalahan karena penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang benar,

bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua. Hal ini dikenal dengan istilah

kekeliruan (mistakes).

Pendapat lain, Pranowo dalam Syamsurizal (2016) bahwa kesalahan berbahasa

merupakan penyimpangan kaidah di dalam penggunaan bahasa. Di dalam penggunaan

bahasa Indonesia, kesalahan tersebut adalah pada penyimpangan terhadap sistem kaidah

bahasa Indonesia baku, baik kesalahan pada penulisan kata, kalimat, maupun paragraf.

Selanjutnya dikatakan bahwa kesalahan juga pada penyimpangan terhadap pemakaian

sistem ejaan sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang

mengatur tentang penggunaan huruf, kata, dan tanda baca, serta unsur serapan.

Berbeda halnya dengan kesalahan berbahasa menurut (Finoza Lamuddin, 2005)

bahwa kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan atau

ketidakberterimaan suatu bahasa. Ukuran keberterimaan tersebut dapat ditentukan

melalui ukuran intrabahasa atau intralingual, yaitu benar atau salah disesuaikan dengan

kaidah bahasa Indonesia yang benar.

Ejaan didefinisikan sebagai kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,

kalimat, dan sebagainya) dalam tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (Pusat

Bahasa, 2008) Dalam hal ini, ejaan hanya bertalian dengan tata tulis, meliputi

penggunaan huruf dan penulisankata, termasuk penulisan istilah serapan, serta

pnggunaan tanda baca.

Pemilihan kata yang tepat atau biasa dikenal dengan istilah “diksi” harus sesuai

dengan situasi dan kondisi di mana suatu tindak tutur berlangsung. Pemilihan kata harus

tepat, sesuai dengan konteks dan situasi tindak tutur. Makna yang dihasilkan dari proses

tindak tutur ini tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Page 6: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 148

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa diksi merupakan hasil dari proses tidak tutur

pada pemilihan kata-kata tertentu yang digunakan dalam suatu tuturan bahasa. Menurut

(Wikipedia Indonesia) diksi merupakan pemilihan kata yang tepat dan selaras untuk

mengungkapkan pikiran atau gagasan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Ketepatan

di dalam pemilihan kata ini sanat dipengaruhi kemampuan penutur, seperti kemampuan

mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif

sehinggan mampu mengungkapkan pokok pikiran atau gagasan secara tepat dan

mengomunikasikannya secara efektif kepada lawan bicara atau pendengarnya.

Selanjutnya, sikap bahasa sebagai tata keyakinan atau kognisi yang relatif

berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa atau objek bahasa, yang membuat

seseorang cenderung bereaksi dengan caranya sendiri dan yang disenanginya (Anderson

Chaer, 2013)

METODE PENELITIAN

Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif pada penelitian pengguan

bahasa Indonesia di ruang publik ini. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah

data yang diambil dari tulisan pada papan nama, iklan, dan baligho yang terdapat di

beberapa wilayah di Provinsi Lampung pada tahun 2018. Teknik yang digunakan adalah

dengan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Pendokumentasian berupa

pengambilan foto atau pemotretan. Lokasi pengambilan adalah posisi yang cukup

stategis, dapat diakses, atau dilihat oleh semua orang. Objek yang diambil adalah objek

yang berukuran cukup beragam dan bersifat permanen.

Teknik sampling digunakan untuk menentukan data penelitian. Penentuan

sampel data adalah berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang bersesuaian dengan tujuan

penelitian (Sutopo, 2006). Adapun langkah-langkah berikut merupakan langkah-langkah

di dalam menganalisis data.

1) Dicermati pada kesalahan berbahasanya.

2) Data berupa foto-foto , dibaca dengan cermat.

3) Data berupa foto-foto, ditandai dan diberikan kode klasifikasi data penggunaan

bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa.

4) Data berupa foto-foto, diklasifikasikan berdasarkan bentuk kesalahan berbahasanya.

5) Data berupa foto-foto, selajutnya disajikan dan dideskripsikan berdasarkan bentuk

kesalahan berbahasanya.

Page 7: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 149

Menurut (Mahsun, 2014), Penggunaan metode informal untuk penyajian data

yang sudah dianalisis, yakni perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, seperti

penggunaan terminologi yang bersifat teknis. Langkah selanjutnya pada proses

menganalisis data, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.

(a) Cermati seluruh foto yang memiliki kesalahan berbahasanya;

(b) Baca secara cermat seluruh data yang diperoleh;

(c) Klasifikasikan data sesuai bentuk kesalahan berbahasanya; dan

(d) Sajikan dan deskripsikan data berdasarkan bentuk kesalahan berbahasanya.

PEMBAHASAN

Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik

Penggunaan bahasa di ruang publik pada data yang diperoleh, kemudian dilakukan

analisis pada penggunaan bahasa Indonesia, terutama pada aspek kaidah kebahasaanya.

Data yang diperoleh tersebut adalah papan nama gedung perkantoran, sekolah, nama

jalan, permukiman, fasilitas umum (terminal, dan rumah sakit), ruko, lembaga usaha

atau pendidikan, ormas, rambu lalu lintas, spanduk atau baligho, dan reklame dapat

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok pemakaian bahasanya, yaitu pemakaian

bahasa Indonesia murni, pemakaian bahasa Indonesia campur (dengan bahasa asing),

pemakaian bahasa Indonesiacampur (dengan bahasa daerah), dan penggunaan bahasa

yang menyimpang dari sistem ejaan bahasa Indonesia.

Pada seratus data yang diperoleh, diketahui bahwa delapan puluh tiga data

menggunakan bahasa Indonesia murni, tanpa bercampur dengan bahasa asing dan

daerah, enam belas data menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa

Inggris dan bahasa Latin, dan satu data menggunakan bahasa Indonesia campur (dengan

bahasa daerah, yaitu bahasa Lampung).

Data tersebut selanjutnya dapat dideskripsikan pada pemakaian bahasa Indonesia

murni, tidak terdapat kesalahan berbahasanya; pemakaian bahasa Indonesia campur

(dengan bahasa asing dan bahasa daerah); dan pemakaian bahasa yang menyimpang dari

sistem ejaan bahasa Indonesia.

Page 8: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 150

Penggunaan Bahasa Indonesia Secara Murni

Penggunaan bahasa Indonesia pada papan nama instansi pemerintah yang

menggunakan bahasa Indonesia murni, dapat dilihat pada contoh berikut.

(1) DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KABUPATEN MESUJI

(data 08-Msj-21)

(2) PEMERINTAH KABUPATEN MESUJI BAPPEDA

(data 08-Msj-12)

Kedua contoh pada data 08-Msj-21 dan 12 di atas merupakan contoh penggunaan

bahasa Indonesia pada nama instansi pemerintah di Kabupaten Mesuji yang telah

menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penulisannya sudah sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia.

(3) ANDA MEMASUKI KAWASAN

TIDAK MEROKOK

(data 08-Msj-50)

Tulisan pada papan merek pada data 08-Msj-50 di atas, umumnya merujuk pada

tempat atau kawasan pendidikan, seperti sekolah, rumah sakit, atau tempat pengisian

Page 9: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 151

bahan bakar yang melarang setiap orang untuk merokok. Penulisannya sudah sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia, tetapi akan lebih tepat jika ditulis: “Anda memasuki

kawasan dilarang merokok”.

(4) RUANG WAKASEK

(data 08- Bdl-56)

(5) KEPALA LPMP

(data 08- Bdl-06)

Pada papan nama jabatan pada data 08-Bdl-06 dan 56 di atas adalah data yang

ada di salah satu sekolah di Kota Bandarlampung dan penulisannya sudah sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Papan nama jabatan tersebut biasa

dipasang di depan ruang atau pintu pejabat yang bersangkutan, dalam hal ini wakil

kepala sekolah dan Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Lampung.

(6) KETENTUAN JAM KERJA PEGAWAI

(data 08-Msj-40)

Selanjutnya, data 08-Msj-40 di atas yang berupa spanduk imbauan kepada

seluruh pegawai Disdukcapil Kabupaten Mesuji tentang ketentuan jam kerja pegawai.

Page 10: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 152

Ada beberapa catatan pada penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang benar dan sesuai

dengan PUEBI. Catatan tersebut di antaranya pengguaan apostrof (tanda koma di atas);

penggunaan tanda hubung (-) yang bermakna sampai dengan cukup ditulis (--);

penulisan s/d singkatan sampai dengan cukup ditulis s.d., dan singkatan WIB. Oleh

karena itu pembetulannya menjadi

Ketentuan Jam Kerja Pegawai

Kabupaten Mesuji

1. Senin s.d. Kamis : 7.30--7.00 WIB

2. Jumat : 7.30--11.00 WIB

3. Istirahat : 12.00--13.00 WIB

4. Sabtu dan Minggu : Tutup

Sekretariat Disdukcapil

Kabupaten Mesuji

Penggunaan Bahasa Indonesia Campur (dengan Bahasa Asing)

Berdasarkan hasil analisis penggunaan bahasa pada ruang publik di Provinsi

Lampung cukup banyak ditemukan penggunaan bahasa Indonesia campur (dengan

bahasa asing). Dari seratus data, diketahui enam belas data menggunakan bahasa

Indonesia bercampur dengan bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, bahasa Latin,

dan bahasa Arab. Beberapa foto berikut merupakan contoh dari penggunaan bahasa

Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing yang selanjutnya dapat dideskripsikan

sebagaimana berikut ini.

(7) Bahasa Indonesia bercampur bahasa Arab

(data 08-Msj-74)

Page 11: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 153

(data 08-Msj-04)

Tulisan pada media luar ruang (data 08-Msj-04) di atas masih memiliki

kesalahan pada penulisan kata WUDHU. Dalam bahasa Indonesia, kata WUDHU telah

diserap menjadi kata WUDU tanpa huruf /h/. Seharusnya tulisan ditulis: TEMPAT

WUDU PRIA, sehingga pembetulannya menjadi sebagaimana berikut.

TEMPAT

WUDU PRIA

Tulisan pada media luar ruang (data 08-Msj-04) di atas terdapat kesalahan

dalam penulisan ejaannya, yaitu pada kata musholla yang merupakan bentuk tidak baku.

Seharusnya kata musholla itu ditulis musala yang dalam KBBI berarti ‘tempat salat,

langgar, surau’, sementara penulisan kata Lantai 2 sudah sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

(8) Bahasa Indonesia bercampur bahasa Latin

(data 08-Msj-46)

Data 08-Msj-46 di atas juga merupakan contoh penggunaan bahasa Indonesia

yang bercampur dengan bahasa Latin pada ruang publik yang tidak sesuai dengan

kaidah. Tulisan pada media luar ruang atau papan nama pada data 08-Msj-46 yang

menggunakan kosakata bahasa latin, PASSIFLORA EDULIS dengan menambahkan

artinya ke dalam bahasa Indonesia, MARKISAH. Namun, perlu menjadi catatan bahwa

penulisan nama markisah tersebut tidak baku. Seharusnya penamaan yang benar untuk

Page 12: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 154

Passiflora Edulis tersebut adalah Markisa (tanpa –h). Sehingga penulisannya yang

benar adalah

Markisa Passiflora Edulis

(9) Bahasa Indonesia bercampur bahasa Inggris

(data 08- Msj-48)

(data 08-Msj-54)

Tulisan pada media luar ruang (data 08-Msj-48) di atas menggunakan kosakata

bahasa asing, FOTO COPY. Tanda penunjuk arah tempat di atas salah dalam

penulisannya. Beberapa penulisan yang salah untuk kosakata ini seperti PHOTO COPY,

FOTO COPY, PHOTOCOPY, FOTOCOPY, dan sebagainya. Adapun penulisan yang

benar untuk kosakata tersebut adalah FOTOKOPI dengan penulisan yang digabung,

tidak terpisah antara kedua kosakata tersebut, foto dan kopi, yang menurut KBBI

memiliki makna hasil reproduksi (penggandaan) fotografis terhadap barang cetakan

(tulisan).

Selanjutnya, penulisan papan nama (data 08-Msj-54) hampir benar dengan

mengacu pada kaidah penulisan bahasa Indonesia yang berdampingan atau di atas

bahasa asing/bahasa daerah. Namun, ada satu catatan pada penulisan papan nama

tersebut, yaitu ukuran huruf bahasa asing harus lebih kecil dari bahasa Indonesia.

Dengan demikian, penulisan yang benar adalah

Page 13: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 155

Perpustakaan Library

Penggunaan Bahasa Indonesia Campur (dengan Bahasa Daerah)

Pemakaian bahasa Indonesia yang penulisannya bercampur dengan bahasa daerah

dapat dilihat pada pemakaian bahasa Indonesia yang penulisannya disertai bahasa Lampung

atau ditulis bersandingan dengan bahasa Lampung. Penggunaan bahasa Lampung dalam

huruf Kaganga ditemukan dalam penulisan nama aula instansi pemerintah, sebagaimana

data 08-Bdl-05 di bawah ini.

(data 08-Bdl-5)

Kalimat “SANG BUMI RUWA JURAI” di dalam bahasa Lampung memiliki

makna sebagai sebuah semangat persatuan dan saling menghormati dalam masyarakat

suku Lampung.

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Pada penelitian ini juga ditemukan bentuk penyimpangan dalam sistem ejaan dan

diksi atau pilihan kata, selain penggunaan bahasa Indonesia secara murni dan penggunaan

bahasa Indonesia campur (dengan dengan bahasa asing dan bahasa daerah). Dari seratus

data, diketahui ada empat puluh satu data terdapat penyimpangan pada sistem ejaan dan

diksi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa hanya ada 59% data pada pengunaan bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Beberapa contoh penyimpangan tersebut selanjutnya

dijabarkan dalam deskrpsi berikut ini.

Kesalahan Ejaan

Kesalahan pada Penggunaan Huruf Kapital

Kesalahan ejaan, khususnya kesalahan dalam penggunaan huruf kapital, seperti

yang terdapat dalam tulisan salah satu papan slogan yang ada di suatu sekolah.

Page 14: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 156

(data 08-Msj-44)

Orang Pintar Menjaga Kebersihan

Penulisan kata menjaga seharusnya ditulis dengan menggunakan huruf kapital

pada awal kata, sementara kata lainnya menggunakan huruf kapital pada awal kata. Ada

baiknya jika slogan tersebut ditulis mengacu pada kaidah bahasa Indonesia yang baik

dan benar. Untuk itu pembetulannya cukup menggunaka huruf kapital pada awal

kalimatnya saja, sehingga pembetulannya menjadi

Orang pintar menjaga kebersihan

(a) Kesalahan pada Penggunaan Tanda Baca

Tulisan media luar ruang pada data 08-Msj-60 masih memiliki kesalahan ejaan pada

penggunaan tanda koma (,) sebelum kata sambung dan sebagaimana pada kutipannya

berikut.

VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH

SD NEGERI 7 MESUJI

Oleh karena itu, pembetulannya menjadi

VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

SD NEGERI 7 MESUJI

(b) Kesalahan dalam Penggunaan kosakata baku

(data 08-Msj-13)

Tulisan pada media luar ruang pada data 08-Msj-13 di atas, masih memiliki

kesalahan dalam penggunaan koskata baku, yaitu kesalahan dalam penulisan kata

Page 15: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 157

mushola. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penulisan kata musholla

yang benar seharusnya musala yang berarti ‘tempat salat; langgar; atau surau’. Jadi,

sebaiknya penulisannya adalah Musala.

Kesalahan pada Penulisan Kata Depan

(data 08- Msj-10)

Tulisan dalam spanduk data 08-Msj-10 di atas masih memiliki kesalahan dalam

penggunaan kata depan untuk. Tulisan dengan menggunakan huruf kaptal semua sudah

benar atau bias juga dituli dengan menggunakan huruf kecil dengan menaati kaidah

bahasa Indonesia yang benar. Spanduk yang bertuliskan

DENGAN MEWUJUDKAN LAMPUNG CERDAS

KITA TINGKATKAN BUDAYA BACA UNTUK MEMPERLUAS

INOVASI KERJA NYATA UNTUK MENINGKATKAN MESUJI CERDAS

Penggunaan kata depan untuk sebagaimana terlihat pada kalimat di atas

merupakan suatu pemborosan. Kalimat tersebut sebenarnya dapat dibuat menjadi

kalimat yang lebih efektif lagi tanpa mengubah makna dari kalimat tersebut. Oleh karena

itu, kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat ajakan sebagaimana berikut ini.

MARI KITA WUJUDKAN LAMPUNG CERDAS DENGAN MENINGKATKAN BUDAYA BACA

UNTUK MEMPERLUAS INOVASI KERJA NYATA DEMI MENCAPAI MESUJI CERDAS

Kesalahan pada Penulisan Gelar

(data 08- Msj-47)

Page 16: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 158

Tulisan media luar ruang di atas masih memiliki kesalahan ejaan dalam

penulisan nama gelar pada Rudianto, S.Pd yang penulisannya tidak sesuai dengan

PUEBI. Hanya sedikit kesalahan pada penulisan nama gelar tersebut, yaitu kurangnya

tanda titik (.). Oleh karena itu, penulisan yang benar pada tanda nama tersebut adalah

Rudianto, S.Pd.

(data 08-Msj-37)

Kesalahan yang terdapat pada tulisan tersebut berkaitan dengan penggunaan

tanda baca pada singkatan gelar kesarjanaan dan NIP. Singkatan gelar kesarjanaan M.H

pada tulisan tersebut tidak dibubuhkan tanda titik. Padahal, singkatan tersebut berasal

dari dua kata, yaitu magister dan hukum. Sesuai dengan kaidah, singkatan gelar

kesarjanaan harus dibubuhkan tanda titik di antara huruf-huruf yang disingkat tersebut.

Gelar kesarjanaan yang dituliskan lebih dari satu di belakang nama orang pun

seharusnya diapit dengan tanda koma di antara gelar-gelar kesarjanaan tersebut,

sehingga penulisan yang benar menjadi M.H. Singkatan NIP yang merupakan

kepanjangan dari nomor induk pegawai pada tulisan tersebut dibubuhkan tanda titik

setelah huruf P sebagaimana data 08-Msj-37 di atas. Sesuai dengan kaidah ejaan,

seharusnya pada tulisan singkatan NIP tersebut tidak dibubuhkan tanda baca apa pun,

termasuk tanda titik dan tidak diberi spasi. Jadi perbaikan tulisan tersebut adalah NIP

19800504201001101.

Selanjutnya, Penulisan akronim (KABID.) yang berari kepala bidang tidak perlu

membubuhkan tanda titik di belakangnya, sehingga pembetulannya menjadi

KABID KEPENDUDUKAN

LIUS PONGOH, S.Sos., M.H.

NIP 1980050420100

Page 17: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 159

Kesalahan Penulisan Kata Ditinjau dari Fisik Kebahasaan

Kesalahan penggunaan bahasa Negara di ruang publik di Provinsi Lampung ini

terutama pada segi fisik kebahasannya, di antaranya letak atau posisi antara bahasa

Indonesia dengan bahasa asing atau daerah jika disandingkan, ukuran huruf/font yang

digunakan, dan warna, khususnya jika dilihat dari segi estetika/keindahan. Sebagaimana

dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.

Data 08-Msj-54 berikut adalah data yang menempatkan bahasa negara di atas/di

bawah/berdampingan dengan bahasa asing dan/atau bahasa tak resmi (kedaerahan).

(data 08-Msj-54)

Penulisan papan nama di atas hampir benar dengan mengacu pada kaidah

penulisan bahasa Indonesia yang berdampingan atau di atas bahasa asing/ bahasa daerah.

Namun, ada satu catatan pada penulisan papan nama tersebut, yaitu ukuran huruf/font

bahasa asing harus lebih kecil dari bahasa Indonesia. Dengan demikian, penulisan yang

benar adalah

Perpustakaan Library

Sementara itu, data 08-Msj-69 berikut berbeda dengan penulisan bahasa asing di

atas, ukuran font bahasa Inggris lebih besat dari bahasa Indonesia dan letaknya di atas

bahasa Indonesia.

(data 08-Msj-69)

Page 18: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 160

Papan nama pada data 08-Msj-69 tersebut penulisannya lebih mengutamakan

bahasa asing dibandingkan bahasa negara, bahasa Indonesia. Tidak tepat jika posisi

bahasa Indonesia diletakkan di bawah bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris. perlu

diperhatikan juga dengan ukuran huruf jika menulis bahasa Indonesia yang

berdampingan dengan bahasa Inggris. Ukuran font bahasa Indonesia harus lebih besar

bahasa asing tersebut. Oleh karena itu pembetulannya menjadi

BUDAYAKAN TEPAT WAKTU ALWAYS BE ON TIME

PENUTUP

Penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik pada penelitian ini ditinjau

berdasarkan lima tinjauan analisis, yaitu: (1) penggunaan bahasa Indonesia murni; (2)

penggunaan bahasa Indonesia campur (dengan bahasa asing); (3) penggunaan bahasa

Indonesia campur (dengan bahasa baerah); (4) kesalahan penggunaan bahasa Indonesia;

dan (5) kesalahan penulisan kata ditinjau dari fisik kebahasaan.

Pada aspek kesalahan kaidah kebahasaan (ejaan), analisis penggunaan bahasa

Indonesia pada data yang ditemukan mengacu pada aspek-aspek kesalahan pada

kesalahan pada penggunaan huruf kapital, kesalahan pada penulisan tanda baca,

kesalahan dalam penggunaan kosakata baku, kesalahan pada penulisan kata depan, dan

kesalahan pada penulisan gelar.

Data penelitian yang berjumlah seratus, diketahui bahwa delapan puluh tiga data

menggunakan bahasa Indonesia secara murni; enam belas data diketahui menggunakan

bahasa Indonesia campur (dengan bahasa asing, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Latin);

dan hanya satu data yang diketahui terdapat campuran penggunaan bahasa Indonesia

dengan bahasa Lampung.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson Chaer. (2013). Pembinaan Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Finoza Lamuddin. (2005). Komposisi Bahasa Indonesia. Diksi Insan Mulya. Hasan Alwi. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Perum Balai Pustaka.

Hasan Alwi dan Dendy Sugono. (2011). Politik Bahasa. Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa.

Hendrastuti, R. (2015). Variasi Penggunaan Bahasa pada Ruang Publik di Kota

Surakarta. Kandai, 11(1), 29–43.

Kementrian Pendidikan Nasional. (n.d.). Undang-Undang No 24 Tahun 2009 (p. 18).

Page 19: Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

Achril Zalmansyah

©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161

| 161

Mahsun. (2014). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.

Rajawali Pers.

Masanung. (2009). Ruang Publik. Masanung. masanung.staff.uns.ac.id

Nani Effendi. (2016). Ruang Publik. Catatan nanieffendi,Blogspot.Com.

http://catatannanieffendi.blogspot.com/2016/10/teori-ruang-publik-jurgen-

habermas.html

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia.

Rusminto dan Eko Nurlaksana. (2011). Analisis Kesalahan Berbahasa (Sebuah Kajian

Keterampilan Berbahasa Pada Anak-Anak). Universitas Lampung.

Sutopo, H. . (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS (Universitas Sebelas Maret).

Syamsurizal. (2016). Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia Pada Harian Bengkulu

Ekspress. Edisi 2015Medan Bahasa, 10(02), 190.

Syamsurizal. (2017). Potret Pemakaian Bahasa pada Ruang Publik di Kabupaten

Bengkulu Utara Salingka. Edisi Juni, 14(1), 59.

Tarigan, H. G. dan D. T. (2011). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Angkasa

Bandung.

Wikipedia Indonesia. (n.d.-a). Diksi. Wikipedia Indonesia. Retrieved September 25,

2020, from http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi

Wikipedia Indonesia. (n.d.-b). Ruang Publik. Wikipedia Indonesia. Retrieved August 30,

2020, from https://id.wikipedia.org/wiki/pedia/Ruang publik