Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra
Transcript of Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 143
Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra
http://kelasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kelasa
p-ISSN : 1907-7165
e-ISSN: 2721-4672
PENYIMPANGAN KAIDAH BAHASA INDONESIA TULIS
DI RUANG PUBLIK
Deviation of the rules of Indonesian Written Language in Public Space
Achril Zalmansyah
Kantor Bahasa Provinsi Lampung
Pos-el: [email protected]
Abstrak
Peranan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa sudah menjadi suatu
keniscayaan bahawa bahasa itu harus dijunjung tinggi oleh penggunanya, bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan di ruang publik, khususnya bahasa tulis
tentu perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam kaitannya dengan kaidah bahasa
Indonesia. Temuan bentuk-bentuk penyimpangan dalam kaidah kebahasaan pada
penelitian ini, selanjutnya dinalisis dan dideskripsikan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa papan nama instansi/lembaga
pemerintah dan nonpemerintah, nama jalan, permukiman, merek dagang, petunjuk
rambu lalu-lintas, fasilitas umum, spanduk, dan reklame. Penelitian penggunaan bahasa
Indonesia ini difokuskan pada penggunaan bahasa Indonesia secara murni atau
pengunaan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing dan bahasa daerah.
Bentuk penyimpanganan penggunaan bahasa Indonesia meliputi penyimpangan pada
kaidah kebahasaan, seperti kesalahan penulisan huruf, penggunaan tanda baca pada kata
dan kalimat.
Kata-kata kunci: bahasa Indonesia, ruang publik, kaidah bahasa
Abstract
The role of Indonesia language as the unifying language of the nation has become a
necessity that the language must be upheld by its users, the Indonesian people. The
Indonesian language used in public spaces, especially written language, certainly needs
attention, especially in relation to the rules of the Indonesian language. The findings of
irregularities in the rules of language in this study are then analyzed and described.
This research use descriptive qualitative approach. The research data is in the form of
government and non-government agency/institution name boards, street names,
settlements, trademarks, traffic signs, public facilities, banners and billboards. This
research on the use of Indonesian is focused on the use of pure Indonesian or the use of
Indonesian mixed with foreign languages and regional languages. Forms of deviation
from the use of Indonesian include deviations from linguistic rules, such as errors in
writing letters, use of punctuation marks on words and sentences. Keywords: bahasa Indonesia, public space, language rule
Naskah Diterima Tanggal 27 September 2020—Direvisi Akhir Tanggal 2 Juni 2021—Disetujui Tanggal 4 Juni 2021
doi: https://doi.org/10.26499/kelasa.v6i1.129
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 144
PENDAHULUAN
Ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang salah satunya
berbunyi “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari bangasa Indonesia. Peran bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu
bangsa yang sekaligus berfungsi sebagai bahasa resmi yang digunakan sebagai alat
komunikasi berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa yang berbeda-beda.
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang berfungsi sebagai kebanggaan
nasional, identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang
bahasa dan budaya yang berbeda. Menjadi bahasa resmi negara, bahasa Indonesia
digunakan dalam kegiatan resmi kenegaraan, sebagai bahasa pengantar yang digunakan
sebagai bahasa pengantar di bidang pendidikan, bahasa resmi yang digunakan di dalam
perhubungan se-tingkat nasional, bahasa yang digunakan di dalam pengembangan
kebudayaan nasional, bahasa yang digunakan sebagai sarana pengembangan dan
pemanfaatan iptek modern, bahasa yang digunakan di media massa, bahasa yang
mendukung sastra Indonesia, dan sebagai bahasa yang memperkaya bahasa dan sastra
daerah (Hasan Alwi dan Dendy Sugono, 2011).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia memegang peranan
yang sangat penting di antara ratusan bahasa nusantara, teramat penting bagi para
penuturnya masing-masing sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga
didasarkan pada patokan seperti jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranannya
sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya (Hasan Alwi, 1998). Oleh
karena itu, sudah sewajarnyalah jika bahasa Indonesia perlu menduduki tempat yang
sangat penting dan mendapat perhatian khusus dari seluruh bangsa Indonesia.
Penggunaan bahasa negara, bahasa Indonesia pada ruang publik di Provinsi
Lampung ini masih ditemukan ketidakpatuhan pada kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Selanjutnya, juga ditemukan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak
mengacu pada kaidah kebahasaan. Temuan penggunaan bahasa Indonesia yang
kosakatanya menggunakan bahasa Inggris (asing) yang paling dominan. Peran ruang
publik merupakan salah satu sarana informasi umum yang sangat penting bagi
masyarakat umum. Oleh karena itu, pentingnya kesadaran masyarakat di dalam
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar adalah sangat penting dan
dibutuhkan.
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 145
Penggunaaan bahasa Indonesia untuk nama bangunan atau gedung, jalan,
apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang,
lembaga usaha, lembaga pendidikan, dan sebagainya adalah wajib. Penamaan dengan
menggunakan bahasa asing atau daerah dibolehkan jika mengandung nilai sejarah,
budaya, adat istiadat, dan/atau keagamaan. Hal ini dapat dijumpai pada aturan tentang
penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, yaitu Undang-Undang No.24, Tahun
2009, Bab III, Pasal 36, Ayat 3 (Kemdikbud).
Potret Penggunaan Bahasa Indonesia di Kabupaten Bengkulu Utara adalah
penelitian serupa mengenai penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik (Syamsurizal,
2017). Penggunaan bahasa pada ruang publik di Provinsi Lampung ini perlu diteliti
mengingat temuan-temuan akan fenomena kebahasaan, khususnya kaidah kebahasaan.
Fenomena tersebut adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa
terpengaruh bahasa lain (asing dan daerah) alias murni; penulisan bahasa Indonesia
digabung dengan bahasa asing; dan penulisan bahasa Indonesia digabung dengan bahasa
daerah, dalam hal ini bahasa Lampung. Penelitian kaidah kebahasaan ini, terutama pada
kesalahan sistem ejaan dan diksi atau pilihan kata. Fenomena penggunaan bahasa ini
perlu diteliti, lalu dikoreksi atau dibetulkan. Dampaknya tentu akan meningkatkan sikap
positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif dan bangga mengunakan
bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini senantiasa harus tetap terjaga
oleh setiap warga negara Indonesia.
Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan bagaimana pemakaian bahasa
Indonesia di ruang publik di Provinsi Lampung; dan (2) mengetahui bagaimana
penyimpangan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik di Provinsi Lampung.
LANDASAN TEORI
Sejarah penggunaan istilah ruang publik bermula di Inggris, Jurgen Habermas
dalam (Nani Effendi, 2016) ruang publik sebagai sarana tempat berkumpul dan
berdiskusi secara tidak formal, seperti di warung kopi. Di tempat tersebut, mereka biasa
menyoalkan tentang seni atau tradisi baca-tulis. Kadangkala terjadi diskusi yang
berkembang menjadi perdebatan sosial, politik, dan ekonomi. Berbeda halnya dengan
kondisi yang terjadi di Prancis, perdebatan semacam ini biasa terjadi bukan di warung
kopi, tetapi di salon. Mereka biasa membicarakan tentang buku dan karya seni, seperti
lukisan atau musik.
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 146
Definisi lain tentang ruang publik, Kusumawijaya dalam (Hendrastuti, 2015)
mengatakan bahwa ruang atau lahan umum merupaka ruang publik, tempat masyarakat
beraktivitas dan sebagai tenpat bersosialisasi. Ruang publik juga digunakan, baik oleh
kelompok maupun individu. Walau demikian, mereka tentu tidak bebas memanfaatkan
area tersebut semaunya, tentu ada aturannya. Perlunya pengendalikan diri, mengingat
area ini adalah area milik umum yang dapat digunakan secara bersama-sama.
Konsep Project for Public Spaces in New York tahun 1984 dikatakan bahwa
sebuah kota secara umum memiliki ruang publik yang digunakan oleh masyarakat untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Perkembangan dan pertumbuhan penduduk kota
memengaruhi kebutuhan akan ketersediaan ruang publik di lingkungan masyarakat. Hal
ini disebabkan ruang publik memiliki peran penting dalam membangun interaksi sosial
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, ruang publik adalah area yang
dapat dipakai secara bersama, sepert jalan, taman, plaza, halte, dan museum. Area ini
bisa menjadi tempat masyarakat melakukan berbagai aktivitas secara bersama-sama di
ruang terbuka. Pertemuan antarmanusia sangat dimungkin terjadi d ruang publik untuk
dapat berinteraksi. Area terbuka ini dapat dikategorikan sebagai tempat umum yang
memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas secara bersama-sama (Masanung, 2009).
Sementara itu, konsep ruang publik menurut (Wikipedia Indonesia) adalah suatu
area atau tempat masyarakat atau komunitas berkumpul dengan tujuan yang sama, saling
berbagi, baik secara individu maupun kelompok. Area ini dapat berupa ruang nyata
ataupun maya. Area nyata dapat berupa taman, sekolah, gedung aula, dan lain-lain.
Konsep ruang publik sebagai ruang terbuka publik atau ruang tertutup yang digunakan
sebagai tempat untuk bertemu, berkomunikasi, atau tempat untuk bersantai bersama
keluarga saja. Di samping itu, ruang publik juga dapat dimaknai sebagai ruang, tempat,
atau fasilitas berupa papan atau kain rentang yang digunakan pada nama jalan,
bangunan, apartemen atau hotel, kantor atau permukiman, informasi produk barang dan
jasa, serta spanduk atau reklame. Penggunaan bahasa Indonesia pada kain rentang atau
papan nama tersebut sering dijumpai kesalahan terutama pada kaidah bahasa
Indonesianya.
Penggunaan bahasa negara pada ruang publik tentu harus mengikuti aturan atau
kaidah kebahasaan itu sendiri, dalam hal ini kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Secara umum, penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik tidak lepas dari
kesalahan berbahasa, baik ejaan, pilihan kata (diksi), maupun kalimat.
Berbagai pendapat ahli tentang kesalahan berbahasa, di antaranya (Tarigan,
2011:216) yang mengatakan bahwa kita seyogyanya menyadari bahwa seseorang tidak
dapat belajar bahasa tanpa adanya kesalahan yang secara sistematis. Selanjutnya,
(Rusminto, 2011) menggunakan istilah errors dan mistakes untuk membatasi kesalahan
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 147
berbahasa. Corder dalam Rusminto (2011) menjelaskan tentang errors dan mistakes
sebagai kesalahan berbahasa: (1) kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah
atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan sebagai akibat penutur sudah
memiliki kaidah tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga
mengakibatkan ketidaksempurnaan atau ketidakmampuan penutur atau dengan kata lain,
kesalahan berbahasa ini akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah. Hal ini
dikenal dengan istilah kesalahan (errors); sementara itu (2) kesalahan berbahasa akibat
ketidaktepatan memilih kata atau ungkapan pada situasi tertentu. Kesalahan ini
merupakan suatu kesalahan karena penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang benar,
bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua. Hal ini dikenal dengan istilah
kekeliruan (mistakes).
Pendapat lain, Pranowo dalam Syamsurizal (2016) bahwa kesalahan berbahasa
merupakan penyimpangan kaidah di dalam penggunaan bahasa. Di dalam penggunaan
bahasa Indonesia, kesalahan tersebut adalah pada penyimpangan terhadap sistem kaidah
bahasa Indonesia baku, baik kesalahan pada penulisan kata, kalimat, maupun paragraf.
Selanjutnya dikatakan bahwa kesalahan juga pada penyimpangan terhadap pemakaian
sistem ejaan sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang
mengatur tentang penggunaan huruf, kata, dan tanda baca, serta unsur serapan.
Berbeda halnya dengan kesalahan berbahasa menurut (Finoza Lamuddin, 2005)
bahwa kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan atau
ketidakberterimaan suatu bahasa. Ukuran keberterimaan tersebut dapat ditentukan
melalui ukuran intrabahasa atau intralingual, yaitu benar atau salah disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia yang benar.
Ejaan didefinisikan sebagai kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (Pusat
Bahasa, 2008) Dalam hal ini, ejaan hanya bertalian dengan tata tulis, meliputi
penggunaan huruf dan penulisankata, termasuk penulisan istilah serapan, serta
pnggunaan tanda baca.
Pemilihan kata yang tepat atau biasa dikenal dengan istilah “diksi” harus sesuai
dengan situasi dan kondisi di mana suatu tindak tutur berlangsung. Pemilihan kata harus
tepat, sesuai dengan konteks dan situasi tindak tutur. Makna yang dihasilkan dari proses
tindak tutur ini tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 148
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa diksi merupakan hasil dari proses tidak tutur
pada pemilihan kata-kata tertentu yang digunakan dalam suatu tuturan bahasa. Menurut
(Wikipedia Indonesia) diksi merupakan pemilihan kata yang tepat dan selaras untuk
mengungkapkan pikiran atau gagasan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Ketepatan
di dalam pemilihan kata ini sanat dipengaruhi kemampuan penutur, seperti kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif
sehinggan mampu mengungkapkan pokok pikiran atau gagasan secara tepat dan
mengomunikasikannya secara efektif kepada lawan bicara atau pendengarnya.
Selanjutnya, sikap bahasa sebagai tata keyakinan atau kognisi yang relatif
berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa atau objek bahasa, yang membuat
seseorang cenderung bereaksi dengan caranya sendiri dan yang disenanginya (Anderson
Chaer, 2013)
METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif pada penelitian pengguan
bahasa Indonesia di ruang publik ini. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
data yang diambil dari tulisan pada papan nama, iklan, dan baligho yang terdapat di
beberapa wilayah di Provinsi Lampung pada tahun 2018. Teknik yang digunakan adalah
dengan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Pendokumentasian berupa
pengambilan foto atau pemotretan. Lokasi pengambilan adalah posisi yang cukup
stategis, dapat diakses, atau dilihat oleh semua orang. Objek yang diambil adalah objek
yang berukuran cukup beragam dan bersifat permanen.
Teknik sampling digunakan untuk menentukan data penelitian. Penentuan
sampel data adalah berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang bersesuaian dengan tujuan
penelitian (Sutopo, 2006). Adapun langkah-langkah berikut merupakan langkah-langkah
di dalam menganalisis data.
1) Dicermati pada kesalahan berbahasanya.
2) Data berupa foto-foto , dibaca dengan cermat.
3) Data berupa foto-foto, ditandai dan diberikan kode klasifikasi data penggunaan
bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa.
4) Data berupa foto-foto, diklasifikasikan berdasarkan bentuk kesalahan berbahasanya.
5) Data berupa foto-foto, selajutnya disajikan dan dideskripsikan berdasarkan bentuk
kesalahan berbahasanya.
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 149
Menurut (Mahsun, 2014), Penggunaan metode informal untuk penyajian data
yang sudah dianalisis, yakni perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, seperti
penggunaan terminologi yang bersifat teknis. Langkah selanjutnya pada proses
menganalisis data, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.
(a) Cermati seluruh foto yang memiliki kesalahan berbahasanya;
(b) Baca secara cermat seluruh data yang diperoleh;
(c) Klasifikasikan data sesuai bentuk kesalahan berbahasanya; dan
(d) Sajikan dan deskripsikan data berdasarkan bentuk kesalahan berbahasanya.
PEMBAHASAN
Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik
Penggunaan bahasa di ruang publik pada data yang diperoleh, kemudian dilakukan
analisis pada penggunaan bahasa Indonesia, terutama pada aspek kaidah kebahasaanya.
Data yang diperoleh tersebut adalah papan nama gedung perkantoran, sekolah, nama
jalan, permukiman, fasilitas umum (terminal, dan rumah sakit), ruko, lembaga usaha
atau pendidikan, ormas, rambu lalu lintas, spanduk atau baligho, dan reklame dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok pemakaian bahasanya, yaitu pemakaian
bahasa Indonesia murni, pemakaian bahasa Indonesia campur (dengan bahasa asing),
pemakaian bahasa Indonesiacampur (dengan bahasa daerah), dan penggunaan bahasa
yang menyimpang dari sistem ejaan bahasa Indonesia.
Pada seratus data yang diperoleh, diketahui bahwa delapan puluh tiga data
menggunakan bahasa Indonesia murni, tanpa bercampur dengan bahasa asing dan
daerah, enam belas data menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa
Inggris dan bahasa Latin, dan satu data menggunakan bahasa Indonesia campur (dengan
bahasa daerah, yaitu bahasa Lampung).
Data tersebut selanjutnya dapat dideskripsikan pada pemakaian bahasa Indonesia
murni, tidak terdapat kesalahan berbahasanya; pemakaian bahasa Indonesia campur
(dengan bahasa asing dan bahasa daerah); dan pemakaian bahasa yang menyimpang dari
sistem ejaan bahasa Indonesia.
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 150
Penggunaan Bahasa Indonesia Secara Murni
Penggunaan bahasa Indonesia pada papan nama instansi pemerintah yang
menggunakan bahasa Indonesia murni, dapat dilihat pada contoh berikut.
(1) DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN MESUJI
(data 08-Msj-21)
(2) PEMERINTAH KABUPATEN MESUJI BAPPEDA
(data 08-Msj-12)
Kedua contoh pada data 08-Msj-21 dan 12 di atas merupakan contoh penggunaan
bahasa Indonesia pada nama instansi pemerintah di Kabupaten Mesuji yang telah
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penulisannya sudah sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia.
(3) ANDA MEMASUKI KAWASAN
TIDAK MEROKOK
(data 08-Msj-50)
Tulisan pada papan merek pada data 08-Msj-50 di atas, umumnya merujuk pada
tempat atau kawasan pendidikan, seperti sekolah, rumah sakit, atau tempat pengisian
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 151
bahan bakar yang melarang setiap orang untuk merokok. Penulisannya sudah sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia, tetapi akan lebih tepat jika ditulis: “Anda memasuki
kawasan dilarang merokok”.
(4) RUANG WAKASEK
(data 08- Bdl-56)
(5) KEPALA LPMP
(data 08- Bdl-06)
Pada papan nama jabatan pada data 08-Bdl-06 dan 56 di atas adalah data yang
ada di salah satu sekolah di Kota Bandarlampung dan penulisannya sudah sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Papan nama jabatan tersebut biasa
dipasang di depan ruang atau pintu pejabat yang bersangkutan, dalam hal ini wakil
kepala sekolah dan Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Lampung.
(6) KETENTUAN JAM KERJA PEGAWAI
(data 08-Msj-40)
Selanjutnya, data 08-Msj-40 di atas yang berupa spanduk imbauan kepada
seluruh pegawai Disdukcapil Kabupaten Mesuji tentang ketentuan jam kerja pegawai.
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 152
Ada beberapa catatan pada penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang benar dan sesuai
dengan PUEBI. Catatan tersebut di antaranya pengguaan apostrof (tanda koma di atas);
penggunaan tanda hubung (-) yang bermakna sampai dengan cukup ditulis (--);
penulisan s/d singkatan sampai dengan cukup ditulis s.d., dan singkatan WIB. Oleh
karena itu pembetulannya menjadi
Ketentuan Jam Kerja Pegawai
Kabupaten Mesuji
1. Senin s.d. Kamis : 7.30--7.00 WIB
2. Jumat : 7.30--11.00 WIB
3. Istirahat : 12.00--13.00 WIB
4. Sabtu dan Minggu : Tutup
Sekretariat Disdukcapil
Kabupaten Mesuji
Penggunaan Bahasa Indonesia Campur (dengan Bahasa Asing)
Berdasarkan hasil analisis penggunaan bahasa pada ruang publik di Provinsi
Lampung cukup banyak ditemukan penggunaan bahasa Indonesia campur (dengan
bahasa asing). Dari seratus data, diketahui enam belas data menggunakan bahasa
Indonesia bercampur dengan bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, bahasa Latin,
dan bahasa Arab. Beberapa foto berikut merupakan contoh dari penggunaan bahasa
Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing yang selanjutnya dapat dideskripsikan
sebagaimana berikut ini.
(7) Bahasa Indonesia bercampur bahasa Arab
(data 08-Msj-74)
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 153
(data 08-Msj-04)
Tulisan pada media luar ruang (data 08-Msj-04) di atas masih memiliki
kesalahan pada penulisan kata WUDHU. Dalam bahasa Indonesia, kata WUDHU telah
diserap menjadi kata WUDU tanpa huruf /h/. Seharusnya tulisan ditulis: TEMPAT
WUDU PRIA, sehingga pembetulannya menjadi sebagaimana berikut.
TEMPAT
WUDU PRIA
➔
Tulisan pada media luar ruang (data 08-Msj-04) di atas terdapat kesalahan
dalam penulisan ejaannya, yaitu pada kata musholla yang merupakan bentuk tidak baku.
Seharusnya kata musholla itu ditulis musala yang dalam KBBI berarti ‘tempat salat,
langgar, surau’, sementara penulisan kata Lantai 2 sudah sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
(8) Bahasa Indonesia bercampur bahasa Latin
(data 08-Msj-46)
Data 08-Msj-46 di atas juga merupakan contoh penggunaan bahasa Indonesia
yang bercampur dengan bahasa Latin pada ruang publik yang tidak sesuai dengan
kaidah. Tulisan pada media luar ruang atau papan nama pada data 08-Msj-46 yang
menggunakan kosakata bahasa latin, PASSIFLORA EDULIS dengan menambahkan
artinya ke dalam bahasa Indonesia, MARKISAH. Namun, perlu menjadi catatan bahwa
penulisan nama markisah tersebut tidak baku. Seharusnya penamaan yang benar untuk
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 154
Passiflora Edulis tersebut adalah Markisa (tanpa –h). Sehingga penulisannya yang
benar adalah
Markisa Passiflora Edulis
(9) Bahasa Indonesia bercampur bahasa Inggris
(data 08- Msj-48)
(data 08-Msj-54)
Tulisan pada media luar ruang (data 08-Msj-48) di atas menggunakan kosakata
bahasa asing, FOTO COPY. Tanda penunjuk arah tempat di atas salah dalam
penulisannya. Beberapa penulisan yang salah untuk kosakata ini seperti PHOTO COPY,
FOTO COPY, PHOTOCOPY, FOTOCOPY, dan sebagainya. Adapun penulisan yang
benar untuk kosakata tersebut adalah FOTOKOPI dengan penulisan yang digabung,
tidak terpisah antara kedua kosakata tersebut, foto dan kopi, yang menurut KBBI
memiliki makna hasil reproduksi (penggandaan) fotografis terhadap barang cetakan
(tulisan).
Selanjutnya, penulisan papan nama (data 08-Msj-54) hampir benar dengan
mengacu pada kaidah penulisan bahasa Indonesia yang berdampingan atau di atas
bahasa asing/bahasa daerah. Namun, ada satu catatan pada penulisan papan nama
tersebut, yaitu ukuran huruf bahasa asing harus lebih kecil dari bahasa Indonesia.
Dengan demikian, penulisan yang benar adalah
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 155
Perpustakaan Library
Penggunaan Bahasa Indonesia Campur (dengan Bahasa Daerah)
Pemakaian bahasa Indonesia yang penulisannya bercampur dengan bahasa daerah
dapat dilihat pada pemakaian bahasa Indonesia yang penulisannya disertai bahasa Lampung
atau ditulis bersandingan dengan bahasa Lampung. Penggunaan bahasa Lampung dalam
huruf Kaganga ditemukan dalam penulisan nama aula instansi pemerintah, sebagaimana
data 08-Bdl-05 di bawah ini.
(data 08-Bdl-5)
Kalimat “SANG BUMI RUWA JURAI” di dalam bahasa Lampung memiliki
makna sebagai sebuah semangat persatuan dan saling menghormati dalam masyarakat
suku Lampung.
Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia
Pada penelitian ini juga ditemukan bentuk penyimpangan dalam sistem ejaan dan
diksi atau pilihan kata, selain penggunaan bahasa Indonesia secara murni dan penggunaan
bahasa Indonesia campur (dengan dengan bahasa asing dan bahasa daerah). Dari seratus
data, diketahui ada empat puluh satu data terdapat penyimpangan pada sistem ejaan dan
diksi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa hanya ada 59% data pada pengunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Beberapa contoh penyimpangan tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam deskrpsi berikut ini.
Kesalahan Ejaan
Kesalahan pada Penggunaan Huruf Kapital
Kesalahan ejaan, khususnya kesalahan dalam penggunaan huruf kapital, seperti
yang terdapat dalam tulisan salah satu papan slogan yang ada di suatu sekolah.
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 156
(data 08-Msj-44)
Orang Pintar Menjaga Kebersihan
Penulisan kata menjaga seharusnya ditulis dengan menggunakan huruf kapital
pada awal kata, sementara kata lainnya menggunakan huruf kapital pada awal kata. Ada
baiknya jika slogan tersebut ditulis mengacu pada kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Untuk itu pembetulannya cukup menggunaka huruf kapital pada awal
kalimatnya saja, sehingga pembetulannya menjadi
Orang pintar menjaga kebersihan
(a) Kesalahan pada Penggunaan Tanda Baca
Tulisan media luar ruang pada data 08-Msj-60 masih memiliki kesalahan ejaan pada
penggunaan tanda koma (,) sebelum kata sambung dan sebagaimana pada kutipannya
berikut.
VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH
SD NEGERI 7 MESUJI
Oleh karena itu, pembetulannya menjadi
VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH
SD NEGERI 7 MESUJI
(b) Kesalahan dalam Penggunaan kosakata baku
(data 08-Msj-13)
Tulisan pada media luar ruang pada data 08-Msj-13 di atas, masih memiliki
kesalahan dalam penggunaan koskata baku, yaitu kesalahan dalam penulisan kata
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 157
mushola. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penulisan kata musholla
yang benar seharusnya musala yang berarti ‘tempat salat; langgar; atau surau’. Jadi,
sebaiknya penulisannya adalah Musala.
Kesalahan pada Penulisan Kata Depan
(data 08- Msj-10)
Tulisan dalam spanduk data 08-Msj-10 di atas masih memiliki kesalahan dalam
penggunaan kata depan untuk. Tulisan dengan menggunakan huruf kaptal semua sudah
benar atau bias juga dituli dengan menggunakan huruf kecil dengan menaati kaidah
bahasa Indonesia yang benar. Spanduk yang bertuliskan
DENGAN MEWUJUDKAN LAMPUNG CERDAS
KITA TINGKATKAN BUDAYA BACA UNTUK MEMPERLUAS
INOVASI KERJA NYATA UNTUK MENINGKATKAN MESUJI CERDAS
Penggunaan kata depan untuk sebagaimana terlihat pada kalimat di atas
merupakan suatu pemborosan. Kalimat tersebut sebenarnya dapat dibuat menjadi
kalimat yang lebih efektif lagi tanpa mengubah makna dari kalimat tersebut. Oleh karena
itu, kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat ajakan sebagaimana berikut ini.
MARI KITA WUJUDKAN LAMPUNG CERDAS DENGAN MENINGKATKAN BUDAYA BACA
UNTUK MEMPERLUAS INOVASI KERJA NYATA DEMI MENCAPAI MESUJI CERDAS
Kesalahan pada Penulisan Gelar
(data 08- Msj-47)
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 158
Tulisan media luar ruang di atas masih memiliki kesalahan ejaan dalam
penulisan nama gelar pada Rudianto, S.Pd yang penulisannya tidak sesuai dengan
PUEBI. Hanya sedikit kesalahan pada penulisan nama gelar tersebut, yaitu kurangnya
tanda titik (.). Oleh karena itu, penulisan yang benar pada tanda nama tersebut adalah
Rudianto, S.Pd.
(data 08-Msj-37)
Kesalahan yang terdapat pada tulisan tersebut berkaitan dengan penggunaan
tanda baca pada singkatan gelar kesarjanaan dan NIP. Singkatan gelar kesarjanaan M.H
pada tulisan tersebut tidak dibubuhkan tanda titik. Padahal, singkatan tersebut berasal
dari dua kata, yaitu magister dan hukum. Sesuai dengan kaidah, singkatan gelar
kesarjanaan harus dibubuhkan tanda titik di antara huruf-huruf yang disingkat tersebut.
Gelar kesarjanaan yang dituliskan lebih dari satu di belakang nama orang pun
seharusnya diapit dengan tanda koma di antara gelar-gelar kesarjanaan tersebut,
sehingga penulisan yang benar menjadi M.H. Singkatan NIP yang merupakan
kepanjangan dari nomor induk pegawai pada tulisan tersebut dibubuhkan tanda titik
setelah huruf P sebagaimana data 08-Msj-37 di atas. Sesuai dengan kaidah ejaan,
seharusnya pada tulisan singkatan NIP tersebut tidak dibubuhkan tanda baca apa pun,
termasuk tanda titik dan tidak diberi spasi. Jadi perbaikan tulisan tersebut adalah NIP
19800504201001101.
Selanjutnya, Penulisan akronim (KABID.) yang berari kepala bidang tidak perlu
membubuhkan tanda titik di belakangnya, sehingga pembetulannya menjadi
KABID KEPENDUDUKAN
LIUS PONGOH, S.Sos., M.H.
NIP 1980050420100
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 159
Kesalahan Penulisan Kata Ditinjau dari Fisik Kebahasaan
Kesalahan penggunaan bahasa Negara di ruang publik di Provinsi Lampung ini
terutama pada segi fisik kebahasannya, di antaranya letak atau posisi antara bahasa
Indonesia dengan bahasa asing atau daerah jika disandingkan, ukuran huruf/font yang
digunakan, dan warna, khususnya jika dilihat dari segi estetika/keindahan. Sebagaimana
dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.
Data 08-Msj-54 berikut adalah data yang menempatkan bahasa negara di atas/di
bawah/berdampingan dengan bahasa asing dan/atau bahasa tak resmi (kedaerahan).
(data 08-Msj-54)
Penulisan papan nama di atas hampir benar dengan mengacu pada kaidah
penulisan bahasa Indonesia yang berdampingan atau di atas bahasa asing/ bahasa daerah.
Namun, ada satu catatan pada penulisan papan nama tersebut, yaitu ukuran huruf/font
bahasa asing harus lebih kecil dari bahasa Indonesia. Dengan demikian, penulisan yang
benar adalah
Perpustakaan Library
Sementara itu, data 08-Msj-69 berikut berbeda dengan penulisan bahasa asing di
atas, ukuran font bahasa Inggris lebih besat dari bahasa Indonesia dan letaknya di atas
bahasa Indonesia.
(data 08-Msj-69)
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 160
Papan nama pada data 08-Msj-69 tersebut penulisannya lebih mengutamakan
bahasa asing dibandingkan bahasa negara, bahasa Indonesia. Tidak tepat jika posisi
bahasa Indonesia diletakkan di bawah bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris. perlu
diperhatikan juga dengan ukuran huruf jika menulis bahasa Indonesia yang
berdampingan dengan bahasa Inggris. Ukuran font bahasa Indonesia harus lebih besar
bahasa asing tersebut. Oleh karena itu pembetulannya menjadi
BUDAYAKAN TEPAT WAKTU ALWAYS BE ON TIME
PENUTUP
Penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik pada penelitian ini ditinjau
berdasarkan lima tinjauan analisis, yaitu: (1) penggunaan bahasa Indonesia murni; (2)
penggunaan bahasa Indonesia campur (dengan bahasa asing); (3) penggunaan bahasa
Indonesia campur (dengan bahasa baerah); (4) kesalahan penggunaan bahasa Indonesia;
dan (5) kesalahan penulisan kata ditinjau dari fisik kebahasaan.
Pada aspek kesalahan kaidah kebahasaan (ejaan), analisis penggunaan bahasa
Indonesia pada data yang ditemukan mengacu pada aspek-aspek kesalahan pada
kesalahan pada penggunaan huruf kapital, kesalahan pada penulisan tanda baca,
kesalahan dalam penggunaan kosakata baku, kesalahan pada penulisan kata depan, dan
kesalahan pada penulisan gelar.
Data penelitian yang berjumlah seratus, diketahui bahwa delapan puluh tiga data
menggunakan bahasa Indonesia secara murni; enam belas data diketahui menggunakan
bahasa Indonesia campur (dengan bahasa asing, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Latin);
dan hanya satu data yang diketahui terdapat campuran penggunaan bahasa Indonesia
dengan bahasa Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson Chaer. (2013). Pembinaan Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.
Finoza Lamuddin. (2005). Komposisi Bahasa Indonesia. Diksi Insan Mulya. Hasan Alwi. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Perum Balai Pustaka.
Hasan Alwi dan Dendy Sugono. (2011). Politik Bahasa. Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa.
Hendrastuti, R. (2015). Variasi Penggunaan Bahasa pada Ruang Publik di Kota
Surakarta. Kandai, 11(1), 29–43.
Kementrian Pendidikan Nasional. (n.d.). Undang-Undang No 24 Tahun 2009 (p. 18).
Achril Zalmansyah
©2021, Kelasa, 16 (1), 143 – 161
| 161
Mahsun. (2014). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Rajawali Pers.
Masanung. (2009). Ruang Publik. Masanung. masanung.staff.uns.ac.id
Nani Effendi. (2016). Ruang Publik. Catatan nanieffendi,Blogspot.Com.
http://catatannanieffendi.blogspot.com/2016/10/teori-ruang-publik-jurgen-
habermas.html
Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia.
Rusminto dan Eko Nurlaksana. (2011). Analisis Kesalahan Berbahasa (Sebuah Kajian
Keterampilan Berbahasa Pada Anak-Anak). Universitas Lampung.
Sutopo, H. . (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS (Universitas Sebelas Maret).
Syamsurizal. (2016). Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia Pada Harian Bengkulu
Ekspress. Edisi 2015Medan Bahasa, 10(02), 190.
Syamsurizal. (2017). Potret Pemakaian Bahasa pada Ruang Publik di Kabupaten
Bengkulu Utara Salingka. Edisi Juni, 14(1), 59.
Tarigan, H. G. dan D. T. (2011). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Angkasa
Bandung.
Wikipedia Indonesia. (n.d.-a). Diksi. Wikipedia Indonesia. Retrieved September 25,
2020, from http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
Wikipedia Indonesia. (n.d.-b). Ruang Publik. Wikipedia Indonesia. Retrieved August 30,
2020, from https://id.wikipedia.org/wiki/pedia/Ruang publik