Jurnal Hukum Argumentum, Vol 8-1 Desember 2008 59, JATI NUGROHO

download Jurnal Hukum Argumentum, Vol 8-1 Desember 2008 59, JATI NUGROHO

of 26

description

Ilmu Hukum

Transcript of Jurnal Hukum Argumentum, Vol 8-1 Desember 2008 59, JATI NUGROHO

  • 59

    MODEL PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI KEBIJAKAN POSYANDU GERBANGMAS DAN EFEKTIVITASNYA DALAM

    PEMBUDAYAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

    BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN DI RUMAH TANGGA (STUDI DI KABUPATEN LUMAJANG)

    Oleh JATI NUGROHO*

    ABSTRAK

    Gerbangmas merupakan model pemberdayaan (empowerment) wanita sebagai implementasi UU No. 32 Tahun 2004 dengan Pemerintah Kabupaten sebagai pencetus ide melalui pemberian dana sharing dari tahun 2005 sampai tahun 2007. Model Pemberdayaan Wanita Melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dan Efektivitasnya dalam PHBS bidang kesehatan lingkungan rumah tangga menunjukkan: (1) peran wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga di Kabupaten Lumajang cukup berhasil dan cukup efektif; (2), hambatan-hambatan yang dialami model pemberdayaan wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga adalah nilai berorientasi vertikal, pola perilaku kebudayaan manusia berpedoman pada tokoh pemimpin, orang senior atau atasan dalam hal ini Kepala Desa/Lurah, Camat dan Bupati; (3) pasca Gerbangmas, diubah dari Mechanistic Action Model menjadi Human Action Model yang menekankan peranan perencanaan sebagai usaha mensistematisasi aspirasi masyarakat dan menyusun dalam dokumen tertulis.

    Kata Kunci: Gerbangmas: Model Pemberdayaan masyarakat, wanita dan budaya perilaku hidup bersih dan sehat.

    PENDAHULUAN

    Pembangunan kesehatan di Kabupaten Lumajang sebagai salah satu bagian integral dan tidak terpisahkan dari NKRI, serta merupakan penjabaran

    * Jati Nugroho,SH.M.Hum. adalah dosen PNS Dpk pada Sekolah Tinggi

    Ilmu Hukum (STIH) Jenderal Sudirman Lumajang.

  • 60

    dari pembangunan nasional, maka terus mencoba membiasakan warga masyarakatnya untuk senantiasa berperilaku hidup sehat. Hal ini tidak terlepas dengan Tri Program Sukses Plus yaitu Pertanian, Kesehatan, Pendidikan, Pariwisata dan Usaha Kecil dan Menengah.

    Sektor kesehatan ini masyarakat merupakan obyek, sekaligus subyek dari sasaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS akan berhasil apabila seluruh potensi yang ada di masyarakat secara aktif dan positif ikut melaksanakan kebiasaan (habitus) secara terus-menerus (keajegan) untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

    Perubahan nilai dan norma yang dimulai dan berangkat dari membangun kesadaran personal wanita sebelumnya menjadikan kesadaran kolektif. Kemampuan tersebut ditumbuhkan dari dalam diri wanita sendiri (power within) melalui peningkatan rasa percaya diri, membangun kesadaran dan mengambil inisiatif untuk keluar dari masalah dengan caranya sendiri.

    Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, membawa sistem perencanaan pemerintahan di daerah memasuki babak baru dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan jalannya pemerintahan.

    Gerakan membentuk masyarakat Lumajang agar berperilaku hidup bersih dan sehat melalui Gerakan Membangun Masyarakat Sehat (Gerbangmas) berdasarkan Keputusan Bupati Lumajang tanggal 26 April 2005 Nomor: 188.45/ 218/427.12/2005, yang dicanangkan Gubernur Jawa Timur tanggal 3 Maret 2005, keluaran (out put) yang diharapkan adalah Lumajang Sehat 2007.

    Gerbangmas yang dalam pelaksanaannya merupakan model pemberdayaan (empowerment) wanita dengan Pemerintah Kabupaten sebagai pencetus ide melalui pemberian dana sharing sampai tahun 2007 kepada 700 posyandu dan menjadi 1.500 posyandu di tingkat Rukun Warga (RW) pada tahun 2008 dibantu Tim Penggerak PKK tingkat kabupaten gerakan dilakukan hingga seluruh desa/kelurahan bersama dinas terkait. Pada satu sisi, jelas tampak bahwa Gerbangmas merupakan Top-Down Approach karena ide dari pemerintah kabupaten yang selanjutnya diserahkan kepada Posyandu untuk mengelola agar masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.

    Kebijakan Posyandu Gerbangmas merupakan hukum yang bersfungsi sebagai law as a tools of social engineering adalah penggambaran yang baik dari suatu situasi yang dihadapi dengan analisa terhadap penilaian-

  • 61

    penilaian dan menentukan jenjang nilai-nilai serta pengukuran terhadap efek dari undang-undang yang berlaku (Rahardjo, 1977 : 66). Dengan telah selesainya Gerbangmas 2007, efektifitas model pemberdayaan wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas untuk meningkatkan gaya hidup bersih dan sehat apakah terhenti sampai disini saja ataukah perlu terobosan baru dengan program yang memberi nilai lebih pada mayarakat sebagai habitus baru.

    Resistensi pun dalam interaksi akan muncul mengingat pendekatan yang dilalukan bersifat top-down approach melalui Kebijakan Gerbangmas yang bersifat power relation yang vertikal. Padahal relasi sosial yang terbangun antara Posyandu Gerbangmas dan masyarakat atau rumah tangga merupakan power relation yang horisontal dengan bottom-up approach di mana masing-masing mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Pasca Kebijakan Gerbangmas perlu diramu ulang model pendekatan yang ideal bagi masyarakat. Dari paparan di atas diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Apa peran wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga?

    2. Bagaimana efektivitas model pemberdayaan wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga?

    3. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami model pemberdayaan wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga?

    4. Bagaimana mengoptimalkan model pemberdayaan wanita dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga pasca Kebijakan Gerbangmas 2007?

    LANDASAN TEORI

    Dua macam versi empowerment yaitu: (1) Versi Paulo Freire, dan (2) Versi Schumacher. Kedua versi ini sama-sama menekankan pada pentingnya setiap agen pembaharuan untuk berekerjasama dengan kelompok penduduk setempat guna membangun masyarakat mereka sendiri dengan menggunakan model Participation Action Reseach (PAR) dalam mempersiapkan perencanaan pembangunannya di masyarakat.

  • 62

    Perbedaannya, bagi Paul Freire, empowerment bukanlah hanya sekedar memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menggunakan sumberdaya yang ada, tetapi disertai upaya untuk mendorong masyarakat dalam mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur-struktur yang represif. Empowerment bukan sekedar memberi kail pada masyarakat seperti versi Schumacher tetapi juga memberi tempat menggunakan kail melalui kebijakan pemerintah yang kondusif (Sutrisno dalam Sutawan, 2005 : 64-66).

    Perlu dimaklumi juga bahwa konsep empowerment muncul karena adanya 2 (dua) premis mayor yaitu kegagalan dan harapan, yaitu gagalnya model-model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan dengan harapan adanya alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi dan persamaan gender.

    Kehidupan masyarakat mulai membutuhkan adanya tatanan hukum yang dapat melayani dan memenuhi kebutuhan diharapkan dapat mensejajarkan kedudukan masyarakat dengan masyarakat lain yang telah maju. Peran yang dilakukan wanita melalui Gerbangmas sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi dalam berbagai sektor dengan Posyandu sebagai basis kegiatan untuk mewujudkan Desa Siaga, Desa Sehat dan Lumajang Sehat.

    Menurut Wrihatnolo (dalam Kompas, 30 Oktober 2007: hal 14), ada 3 (tiga) tahapan pemberdayaan. Proses pertama, penyadaran dengan target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka punya hak untuk mempunyai sesuatu. Prinsipnya, membuat target mengerti bahwa mereka perlu diberdayakan dan proses pemberdayaan dimulai dari dalam diri sendiri.

    Visi pembangunan Kabupaten Lumajang Sehat dengan misi yang telah ditetapkan untuk mencapai itu adalah: menciptakan lingkungan yang kondusif, mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata bagi warga masyarakat, sehingga memungkinkan masyarakat dapat meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

    METODE PENELITIAN

    Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu untuk mengkaji model pemberdayaan wanita melalui posyandu gerbangmas baik faktor hukum maupun faktor sosiologis. Penentuan sampel secara purposive di Kabupaten Lumajang yang memiliki 21 Kecamatan

  • 63

    dengan fokus lokasi Desa/Kelurahan di Kabupaten Lumajang, maka pemilihan sampel adalah 2 (dua) kecamatan sebagai sampel terwakili, yaitu Kecamatan Lumajang yang mewakili kriteria perkotaan dan Kecamatan Gucialit yang mewakili kultur pedesaan dengan pertimbangan kedua kecamatan tersebut ada yang berprestasi tingkat nasional dan ada yang menjadi Posyandu Gerbangmas mulai tahun 2005 2008. Masing-masing diambil 4 Posyandu Gerbangmas di tiap-tiap kecamatan khususnya Desa Kenongo Gucialit dan Kelurahan Ditotrunan dan Kelurahan Rogotrunan Lumajang, sehingga jumlah sampel Posyandu Gerbangmas seluruhnya 8 (delapan) dan penduduknya menerapkan PHBS.

    Data yang dikumpulkan melalui sistem snow ball (bola salju) mengelinding dari atas kemudian tambah besar dan membesar sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi. Metode analisis dalam penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kontekstual progresif. Secara deskriptif kualitatif dilakukan dengan menggambarkan secara rinci fenomena sosial yang sesuai pokok permasalahan untuk menemukan fakta yang berkaitan dengan pemberdayaan wanita dalam posyandu gerbangmas, kemudian akan dianalisis guna mendapatkan efektifitasnya dalam pembudayaan PHBS bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga.

    Teknik analisa gender model Harvard dari Overholt berupa profil akses dan kontrol dengan memerinci sumber-sumber yang dikuasai wanita dalam melaksanakan pelayanan publik merupakan faktor kunci yang menentukan kedudukan sosial berkaitan dengan kekuasaan relatif seseorang dalam masyarakat dan aktivitas organisasi wanita dalam komunitas dan masyarakat. Kemudian dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi akses dan kontrol. Dengan memusatkan perhatian pada profil akses dan kontrol serta analisis maka dapat diketahui hasil kegiatan pemimpin wanita dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat dengan parameter memberi sumbangsih/kontribusi terwujudnya kesehatan lingkungan di rumah tangga.

    Sedangkan secara kontekstual progresif dilakukan dengan melihat kondisi saat ini yaitu model pemberdayaan wanita melalui kabijakan posyandu gerbangmas serta prediksi apakah membawa pengaruh perubahan terhadap hukum dan kebijakan lokal yang dihasilkan yang lebih responsif dan akomodatif dalam PHBS yang akan datang.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Gerbangmas merupakan gerakan pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi dalam berbagai sektor, dengan Posyandu sebagai basis kegiatan.

  • 64

    Adapun tujuannya untuk mewujudkan Desa Siaga, Desa Sehat dan Lumajang Sehat. Kegiatan ini dimulai pada tahun 2005 sampai dengan 2007. Sasaran Gerbangmas adalah: 1) Masyarakat, melalui peningkatan Proporsi Potensi Pemukiman Sehat (P3-

    S) pada semua lingkungan pemukiman di wilayah kerja Posyandu; 2) Posyandu, melalui peningkatan peran serta Posyandu sebagai pusat

    pendidikan dan pelatihan kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan dan pusat pelayanan masyarakat sehingga menjadi Posyandu yang mandiri.

    3) Pemerintah, melalui peningkatan koordinasi dan keterpaduan program/kegiatan sehingga mampu memberikan percepatan dalam pembangunan menuju kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;

    4) Swasta, melalui peningkatan sinergisitas pemerintah, masyarakat dan swasta dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat dengan menumbuhkembangkan kemitraan.

    Tujuan yang hendak dicapai dalam Gerbangmas adalah: 1) diketahuinya peningkatan indikator aspek manusia; 2) diketahuinya peningkatan indikator aspek usaha; 3) diketahuinya peningkatan indikator aspek lingkungan; 4) diketahuinya aspek penyerapan anggaran, swadaya masyarakat dan

    partisipasi pihak ke-3 (lintas sektor). Deskripsi kegiatan Gerbangmas meliputi:

    1) Tingkat Kecamatan Kegiatan yang dilakukan pada tingkat kecamatan meliputi:

    a) Mengikuti TOT Posyandu Gerbangmas di Kabupaten; b) Melatih kader Posyandu Gerbangmas di wilayah kerjanya; c) Melakukan pembinaan; d) Menghimpun dan merekap laporan Posyandu Gerbangmas; e) Melaporkan hasil kegiatan Posyandu Gerbangmas di wilayah kerjanya. 2) Tingkat Desa

    Kegiatan yang dilakukan pada tingkat desa meliputi: a) Mengikuti pelatihan Posyandu Gerbangmas; b) Membina pelaksanaan Posyandu Gerbangmas di wilayah kerjanya; c) Menghimpun laporan Posyandu Gerbangmas; d) Melaporkan hasil kegiatan Posyandu Gerbangmas ke Tim Kecamatan. 3) Tingkat Posyandu a) Mengikuti pelatihan Posyandu Gerbangmas; b) Melakukan pendataan, pengolahan dan visualisasi data; c) Melakukan rembug masyarakat; d) Melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat;

  • 65

    e) Monitoring dan pelaporan; f) Mengikuti pembinaan teknis, administrasi dan keuangan.

    Adapun siklus kegiatan dan tahapan Posyandu Gerbangmas adalah: 1) Pendataan, dilakukan dengan:

    a) Kader mendata potensi sehat seluruh rumah tangga di wilayahnya dengan form D1;

    b) Kader merekap D1 untuk memperoleh rekap per RT dengan Form D2; c) Kader merekap D2 untuk memperoleh rekap per Posyandu dengan

    Form D3; d) Kader mengolah D3 dengan Form LP3S sehingga diperoleh capaian

    proporsi potensi pemukiman sehat tingkat Posyansu dan diketahui permasalahan yang ada di wilayahnya;

    e) Masalah adalah indikator yang tidak mencapai target Lumajang Sehat 2007 dan diberi nilai 5.

    2) Rembug Masyarakat a) Merupakan kegiatan membahas masalah-masalah yang ditemukan

    dan menyusun rencana tindak lanjut; b) Hasil rembug masyarakat adalah RTL (Rencana Tindak Lanjut); c) Rembug masyarakat diikuti kader, tokoh masyarakat, masyarakat

    sasaran dan menghadirkan Tim Gerbangmas Desa/Kecamatan; d) Diupayakan melibatkan swasra/dunia usaha.

    3) Gerakan Penyehatan Masyarakat a) Merupakan RTL hasil rembug masyarakat; b) Menu wajib adalah melaksanakan Jumat/Minggu bersih 2 (dua) kali

    sebulan; c) Sebagai hasilnya direkam pada Form HTL (Hasil Tindak Lanjut); d) HTL diharapkan dapat meningkatkan LP3S secara maksimal dan

    mengurangi masalah potensi sehat pemukiman secar maksimal. 4) Monitoring dan Pelaporan

    a) Dibentuk Tim Monev Tingkat Kabupaten; b) Tim terdiri atas Banwas, Lintas Sektor, TP-PKK, LSM, Ormas dan

    perguruan tinggi.

    1. Potensi Posyandu Gerbangmas Kabupaten Lumajang Ide Gerbangmas muncul setelah Bupati Lumajang (Ach)

    merenungkan beberapa aspek yaitu, pertama keinginan kuat agar masyarakat yang hidup di bawah standar kelayakan dan rakyat umumnya bersama-sama memikirkan diri, keluarga dan masyarakatnya untuk menjaga serta memlihara kesehatannya melalui perhatian dan empati secara

  • 66

    sistematis. Kedua, keinginan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010 dan keluarga berkualitas, berakhlaq dan berbudaya.

    Gerbangmas merupakan ide spektakuler dan menasional dijadikan studi banding bahkan sejumlah calon pengganti bupati dalam masa kampanye 2008 berikrar meneruskan program tersebut yang berarti Gerbangmas melegitimasi masyarakat Lumajang menjadi lebih sehat dan bermartabat. Sudah barang tentu bupati baru nanti appreciate dengan piala-piala yang telah dikumpulkan selama 10 tahun menjadi cermin ekskalasi pembangunan citra dan legitimasi decision maker untuk terus berpacu dalam prestasi (SR New, Agutus 2008: 5).

    Gerakan ini substansinya mendorong keterlibatan potensi masyarakat, dunia usaha, LSM, lintas sektoral secara kolektif meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilannya adalah tumbuhnya sadar hidup bersih dan sehat, empati pada kemiskinan. Disamping itu pemanfaatan jamban yang sudah mencapai 168.048 (65 %). Pemanfaatan jamban sangat penting bagi warga dalam rangka mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkannya.

    Berbicara tentang Gerbangmas tidak dapat dipisahkan dengan sosok Hj. Hamidah Fauzi (istri Bupati Lumajang) yang disampaikan dalam pertemuan 5.000 kader Gerbangmas tanggal 13 Agutus 2008 lalu, ingin lebih mengoptimalkan fungsi posyandu dan melibatkan semua komponen terpogram dan terencana sehingga mampu menciptakan masyarakat yang paham akan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).

    Gerbangmas merupakan program Pemerintah Kabupaten Lumajang yang bertujuan secara umum terwujudnya Lumajang Sehat 2007 dan Keluarga Berkualitas 2012, sedang tujuan khususnya adalah terwujudnya lingkungan fisik dan pemukiman yang rapi, bersih, indah dan sehat dengn pagar ramah lingkungan.

    Gerbangmas telah berhasil membuat Kabupaten Lumajang dalam waktu 2 (dua) tahun (2006-2007) meraih 30 Penghargaan (SR New, Agustus 2008: 8). Penghargaan tersebut merupakan hasil kerja keras semua pihak dan bupati mampu memberikan motivasi kepada semua pihak agar terus bekerja maksimal dalam membangun daerah. 2. Peran Wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam

    Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bidang Kesehatan Lingkungan di Rumah Tangga di Kelurahan Ditotrunan Kecamatan Lumajang dan Desa Kenongo Kecamatan Gucialit

    2.1. Peran Wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam

    Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bidang Kesehatan

  • 67

    Lingkungan di Rumah Tangga di Kelurahan Ditotrunan Kecamatan Lumajang

    Adapun peran wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kelurahan Ditotrunan Kecamatan Lumajang bahwa Posyandu gerbangmas yang ada 7 (tujuh) sesuai dengan jumlah Rukun Warga (RW) yang ada di Kelurahan Ditotrunan Lumajang. Dari antara posyandu tersebut yang difokuskan dalam penelitian ini adalah Posyandu RW 01, RW 02, RW 05 dan RW 06 berdasarkan pertimbangan capaian dari Posyandu Konvensional menjadi Posyandu Gerbangmas sangat variatif dari tahun 2005-2007 yang dana operasionalnya sampai tahun 2008. a) Posyandu Gerbangmas Margi Rahayu (RW 05)

    Posyandu ini merupakan paling berhasil di antara Posyandu Gerbangmas di Kelurahan Ditotrunan (ditetapkan tahun 2005) bahkan di Kabupaten Lumajang karena dijadikan studi banding oleh kabupaten/kota bahkan provinsi se-Indonesia.

    Ada yang menarik dari Posyandu Gerbangmas Margi Rahayu yaitu mempunyai Balai Rukun Warga (RW) yang didanai dari swadaya masyarakat. Fungsi Balai RW selain tempat pertemuan warga, sekretariat Posyandu Gerbangmas juga digunakan untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Ini berarti intensitas Posyandu yang biasanya hanya 1 (satu) minggu sekali kalau dikaitkan dengan Unsur Desa Siaga menurut Departemen Kesehatan maupun Provinsi Jawa Timur, maka menjadi dalam 1 (satu) minggu ada komunikasi.

    Tujuan Gerbangmas untuk menciptakan sehat manusianya guna menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti dikatakan Ketua RW sekaligus ketua Gerbangmas Margi Rahayu (Eko) dilakukan untuk melarang BAB (Buang Air Besar) bagi warga masyarakat maka sungai yang ada dijadikan atau dibuat karamba dengan harapan orang BAB kesulitan mencari tempat untuk buang hajat di sungai karena banyak kolam karamba dan akan malu karena banyak orang yang ke sungai untuk memberi makan ikan. Keberadaan karamba tersebut juga mendorong tumbuhnya ekonomi warga. Untuk penataan lingkungan dilakukan dengan pembuatan jalan setapak berpaving serta di kanan kiri jalan terdapat tempat sampah dan pembuatan kompos/komposting.

    Pencapaian potensi pemukiman sehat sudah mencapai 97,61 % dengan jabaran indikator potensi keluarga sehat sudah mencapai 96,42 % tanda biru yang berarti mandiri dan untuk potensi kelompok mencapai 100 %. Hal itu tidak lepas dari kegiatan Posyandu Gerbangmas yang menerapkan pendataan, pengolahan dan visualisasi data, melakukan rembug masyarakat,

  • 68

    melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat dan monitoring dan pelaporan.

    Dikaitkan dengan pendapat Merton dan Parson dalam Fakih (2005: 31) memandang masalah gender dari sudut pandang Teori Fungsional Struktural memandang masyarakat sebagai sistem terdiri atas bagian saling berkaitan (agama, pendidikan, struktur politik sampai rumah tangga). Posyandu ini menunjukkan bahwa masing-masing bagian secara terus-menerus mencari keseimbangan (equilibrium) dan harmoni terbukti tingkat kesadaran penduduk untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yang berhasil meskipun masyarakatnya majemuk.

    Keuletan peran wanita dalam Posyandu Gerbangmas Margi Rahayu menghasilkan tingkatan partisipasi seperti dikatakan Arnstein (Warassih, 2001: 29) berupa partnership, delegated power dan citizen control, masyarakat melakukan negosiasi dan bahkan memiliki kekuatan ikut serta pengambilan keputusan. b) Posyandu Gerbangmas Cendrawasih (RW 07)

    Posyandu ini menjadi menonjol pada tahun 2007 berhasil mensejajarkan diri di antara Posyandu Gerbangmas (ditetapkan tahun 2006) di Kelurahan Ditotrunan bahkan di Kabupaten Lumajang karena dijadikan studi banding oleh kabupaten/kota bahkan provinsi se-Indonesia khususnya keindahan lingkungan.

    Ada yang menarik dari Posyandu Gerbangmas Cendrawasih yaitu tingkat partisipasi masyarakat menciptakan lingkungan bersih meskipun tidak mempunyai Balai RW. Untuk mengatasinya meminjam salah satu ruangan kantor untuk dijadikan pusat kegiatan Gerbangmas selain tempat pertemuan warga, sekretariat Posyandu Gerbangmas juga digunakan untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Ini berarti intensitas Posyandu yang biasanya hanya 1 (satu) minggu sekali menjadi dalam 1 (satu) minggu ada komunikasi.

    Tujuan Gerbangmas untuk menciptakan sehat manusianya guna menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti dikatakan Ketua RW sekaligus ketua Gerbangmas Cendrawasih (Yho) karena sudah biasa tidak BAB (Buang Air Besar) bagi warga masyarakat di sungai.

    Pencapaian potensi pemukiman sehat sudah mencapai 100 % dengan jabaran indikator potensi keluarga sehat dan untuk potensi kelompok, hal itu tidak lepas dari kegiatan Posyandu Gerbangmas yang intensif pendataan, pengolahan dan visualisasi data, melakukan rembug masyarakat, melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat dan monitoring dan pelaporan.

    Tingkat kesadaran penduduk untuk menerapkan perilaku hidup

  • 69

    bersih dan sehat yang berhasil dengan banyaknya slogan dan tulisan untuk menyukseskan Gerbangmas mampu menggugah semangat masyarakat setempat, namun begitu ada kelemahan dalam menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga adalah untuk membiasakan tidak merokok karena budaya masyarakat. Demikian pula ditemui masyarakat (KYS) menjemur pakaian di pagar di areal jalan Yos Sudarso bukan merupakan mendukung Gerbangmas terutama unsur sehat lingkungan termasuk kesulitan dalam sehat usaha.

    Dikaitkan fungsi hukum dalam suatu masyarakat sebagai kontrol sosial yang merupakan salah satu konsep yang biasanya paling banyak digunakan dalam studi kemasyarakatan. Dalam fungsinya kebijakan Gerbangmas yang diimplementasikan oleh Posyandu Gerbangmas Cendrawasih ini merupakan sistem hukum bersifat integratif karena dimaksudkan untuk mengatur dan memelihara regularitas sosial dalam suatu sistem sosial. c) Posyandu Gerbangmas Kartini (RW 02)

    Posyandu ini merupakan pendatang baru untuk perubahan status posyandu dari yang konvensional menjadi Gerbangmas pada tahun 2007 sehingga dalam aktifitasnya masih banyak kendala. Namun demikian seperti Posyandu Gerbangmas lainnya, Posyandu Kartini yang diketuai satu-satunya wanita sebagai ketua Posyandu Gerbangmas di Kelurahan Ditotrunan ini mampu menciptakan lingkungan bersih. Kesan konvensional masih nampak karena sekretariat tetap di rumah salah satu pengurus berarti intensitas Posyandu yang biasanya hanya 1 (satu) bulan sekali ada komunikasi.

    Guna menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti dikatakan ketua Posyandu Gerbangmas Kartini (Iis) karena sudah biasa tidak BAB (Buang Air Besar) bagi warga masyarakat di sungai meskipun batas dengan RW lain (RW 05) adalah sungai.

    Meskipun pencapaian potensi pemukiman sehat sudah mencapai 95,24 % dengan jabaran indikator potensi keluarga sehat dan untuk potensi kelompok, namun kelemahan menonjol adalah kurangnya komunikasi antar pengurus meski kegiatan Posyandu Gerbangmas yang intensif pendataan, pengolahan dan visualisasi data, melakukan rembug masyarakat, melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat dan monitoring dan pelaporan.

    Akibatnya bagi Posyandu Gerbangmas Kartini ini masih dirasakan sebagai pemihakan kepada paradigma yang memandang manusia sebagai orang yang aktif menciptakan kehidupan sosialnya sendiri tanpa memandang sebagai individu yang statis dan terpaksa dalam bertindak. Fokus perhatian paradigma ini adalah proses pendefinisian sosial dan akibat-akibatnya dari suatu aksi dan interaksi sosial (2003 : 44-45). Akibatnya di tahun 2008 ini

  • 70

    terkesan Posyandu Gerbangmas lebih pada ada kegiatan fisik yang nampak karena dana sudah dikucurkan Pemerintah Kabupaten tanpa mekanisme rembug warga yang jelas. d) Posyandu Gerbangmas Nusantara (RW 01)

    Posyandu ini baru tahun 2007 ditetapkan sebagai Posyandu Gerbangmas. Namun sebenarnya dari karakter pendudukan seharusnya masih Posyandu Konvensional karena perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) belum dilaksanakan dengan baik terbukti dengan masih banyak rumah sehat.

    Penduduk di wilyah RW 01 lebih bersifat heterogen dibandingkan dengan RW lain di Kelurahan Ditotrunan di mana tingkat penghasilan dan pendidikan sangat variatif yang cenderung lebih rendah. Namun peran wanita luar biasa terbukti kepercayaan sebagai Panitia HUT RI ke-63 tahun 2008 semuanya adalah wanita yang nota bene adalah kader Posyandu Gerbangmas. Hal itu karena kepengurusan tingkat RT dan RW tidak solid dibuktikan jarang ada pertemuan atau rembug warga karena keuangan yang tidak ada meski penduduknya 320 KK.

    Gairah Gerbangmas ini masih didominasi dengan kegitan yang bersifat konvensional karena soliditas pengurusnya belum berjalan baik, seperti dikatakan Ketua Posyandu Nusantara (Puj) dana Gerbangmas 2008 untuk apa? Ini menunjukkan belum ada rembug warga yang dilakukan, atau memang Kebijakan Posyandu Gerbangmas terutama untuk tahun 2008 kurang pengawasan yang ketat penggunaan dana sehingga ada kecenderungn ceroboh karena jabatan Bupati Lumajang (Ach) sudah berakhir.

    Namun ada tidaknya Kebijakan Gerbangmas bagi RW 01 tingkat guyub warga sangat luar biasa, dengan mengutip teori interaksionisme simbolik dari Blumer yang melihat pentingnya interaksi sosial sebagai sarana atau penyebab tingkah laku manusia, yang memfokuskan pada macam-macam simbol, tindakan-tindakan dan interaksi serta pilihan tindakan manusia berkaitan dengan makna atas obyek meliputi : fisik, sosial dan abstrak. Simbol ketua RW yang sekaligus Ketua Posyandu Gerbangmas Nusantara sangat disegani, hanya sayangnya tanpa ada komunikasi yang baik antar pengurus Posyandu Gerbangmas terutama frekuensi ketemu dan program yang akan dijalankan.

    Pencapaian potensi pemukiman sehat sudah mencapai 88,10 % dengan jabaran indikator potensi keluarga sehat dan untuk potensi kelompok, hal itu tidak lepas dari RW 01 dicap sebagai RW yang kurang maju dibandingkan dengan RW lain di Kelurahan Ditotrunan Lumajang. Akibatnya

  • 71

    kegiatan Posyandu Gerbangmas belum optimal yang intensif pendataan, pengolahan dan visualisasi data, melakukan rembug masyarakat, melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat dan monitoring dan pelaporan.

    2.2. Peran Wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam

    Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bidang Kesehatan Lingkungan di Rumah Tangga di Desa Kenongo Kecamatan Gucialit

    a) Posyandu Gerbangmas Rambutan (Dusun Margo Dadi) Posyandu ini merupakan paling berhasil di antara Posyandu

    Gerbangmas di Desa Kenongo Gucialit (ditetapkan sebagai pencanangan Desa Siaga tahun 2005 oleh Wakil Presiden) bahkan di Kabupaten Lumajang karena dijadikan studi banding oleh kabupaten/kota bahkan provinsi se-Indonesia. Ada yang menarik dari Posyandu Gerbangmas ini yaitu mempunyai Balai Posyandu yang didanai dari swadaya masyarakat. Fungsi Balai selain tempat pertemuan warga, sekretariat Posyandu Gerbangmas juga digunakan untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

    Ini berarti intensitas Posyandu yang biasanya hanya 1 (satu) minggu sekali kalau dikaitkan dengan Unsur Desa Siaga menurut Departemen Kesehatan maupun Provinsi Jawa Timur, maka menjadi dalam 1 (satu) minggu ada komunikasi, bahkan juga mengembangkan PAUD di Dusun Margo Mulyo tempat Posyandu Sirsat berada.

    Tujuan Gerbangmas untuk menciptakan sehat manusianya guna menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti dikatakan bendahara Gerbangmas Rambutan (Sat) tidak lepas dari proses sosialisasi manfaat kebersihan melalui gotong royong membersihkan lingkungan tiap Jumat ataupun Minggu secara rutin.

    Pencapaian potensi pemukiman sehat sudah mencapai 96,67 % dengan jabaran indikator potensi keluarga sehat sudah mencapai 96,42 % tanda biru, hal itu tidak lepas dari kegiatan Posyandu Gerbangmas yang menerapkan pendataan, pengolahan dan visualisasi data, melakukan rembug masyarakat, melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat dan monitoring dan pelaporan.

    Mentalitas masyarakat yang sebagian besar petani menilai tinggi konsep sama rata sama rasa. Dalam rangka ide ada suatu konsep penting yaitu bahwa di dunia manusia itu pada dirinya tidak berdiri sendiri dan selalu mendapat bantuan sesamanya. Sebaliknya konsep sama rata sama rasa juga memberi kewajiban kepada setiap individu untuk terus-menerus berusaha memelihara hubungan baik dengan sesamanya serta sedapat mungkin membagi rata keuntungan-keuntungan sesamanya.

  • 72

    Dalam tingkat nilai budaya, tercermin sikap dan sifat kerja seperti gotong royong, tolong-menolong, rasa senasib sepenanggungan dalam suka dan duka. Dalam pelaksanaan, orang Jawa memiliki ungkapan simbolis seperti saiyeg saeko praya yang artinya bergerak bersama untuk mencapai tujuan bersama seperti memperbaiki saluran air. Hal itu dikatakan Sekretaris desa Kenongo (Sad) bahwa sebelum adanya Gerbangmas bahkan ada atau tidak ada Gerbangmas masyarakat Desa Kenonggo sudah senang bergotong royong.

    b) Posyandu Gerbangmas Durian (Dusun Margo Rukun) Posyandu ini merupakan menjadi menonjol karena pengembangan

    dan bimbingan dari Posyandu Gerbangmas Rambutan, yang pada tahun 2005 masih merupakan Posyandu Konvensional dengan aktivitas berupa penimbangan balita dan pelayanan kesehatan maka pada tahun 2006 berhasil mensejajarkan diri di antara Posyandu Gerbangmas dan ditetapkan sebagai Posyandu Gerbangmas.

    Kendala utama adalah tingkat pendidikan warga menurut Ketua Posyandu Gerbangmas (Mar) yang masih rendah. Beliau merasa beruntung karena dengan Posyandu Gerbangmas telah mempunyai PAUD sendiri sehingga pendidikan anak terlayani. Ini berarti intensitas Posyandu yang biasanya hanya 1 (satu) minggu sekali menjadi dalam 1 (satu) minggu ada komunikasi.

    Pencapaian potensi pemukiman sehat sudah mencapai 100 % dengan jabaran indikator potensi keluarga sehat dan untuk potensi kelompok, hal itu tidak lepas dari kegiatan Posyandu Gerbangmas yang intensif penda-taan, pengolahan dan visualisasi data, melakukan rembug masyarakat, mela-kukan gerakan pemberdayaan masyarakat dan monitoring dan pelaporan. c) Posyandu Gerbangmas Sirsat (Termasuk Delima) Dusun Margo Mulyo

    Posyandu ini merupakan pendatang baru untuk perubahan status posyandu dari yang konvensional menjadi Gerbangmas pada tahun 2007 sehingga dalam aktifitasnya masih banyak kendala. Namun demikian kader yang dihasilkan terutama wanita yang belum berumah tangga. Guna menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti dikatakan sekretaris Posyandu Gerbangmas Sirsat (Gin) karena sudah biasa tidak BAB (Buang Air Besar) bagi warga masyarakat di sungai meskipun kalah pamornya dibanding Posyandu Gerbangmas Rambutan.

    Meskipun pencapaian potensi pemukiman sehat sudah mencapai 95,24 % dengan jabaran indikator potensi keluarga sehat dan untuk potensi kelompok, namun kelemahan menonjol adalah luasnya jangkauan jarak antar penduduk sehingga kurangnya komunikasi antar pengurus. Meski begitu aktifnya peran wanita maka kegiatan Posyandu Gerbangmas yang intensif

  • 73

    pendataan, pengolahan dan visualisasi data, melakukan rembug masyarakat, melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat dan monitoring dan pelaporan.

    Kader-kader muda yang telah ada sebelumnya dimotivasi agar membentuk posyandu Gerbangmas yang baru. Hal ini tentu peran besar juga dari Tim Posyandu Tingkat Desa dan Posyandu Gerbangmas yang sudah ada dan mapan ikut memotivasi nya dan akhirnya ditetapkan tahun 2008 sebagai Posyandu Gerbangmas Delima. 3. Efektivitas Model Pemberdayaan Wanita dalam Kebijakan Posyandu

    Gerbangmas Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bidang Kesehatan Lingkungan di Rumah Tangga di Kelurahan Ditotrunan Kecamatan Lumajang dan Desa Kenongo Kecamatan Gucialit

    3.1. Persamaan dan Perbedaan Pelaksanaan Posyandu Gerbangmas

    Sesuai hasil penelitian di atas dipaparkan persamaan dan perbedaan pelaksanaan Posyandu Gerbangmas di Kelurahan Ditotrunan Lumajang dan Desa Kenongo Gucialit Dari hal di bawah nampak bahwa Pembinaan PHBS di rumah tangga dengan tujuan masyarakat telah berhasil mempraktekkan perilaku sehat dalam rumah tangga dengan tujuan yang hendak dicapai meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat untuk menciptakan perilaku bersih dan sehat agar tercipta lingkungan yang bersih dan keluarga yang sehat serta memantapkan kelembagaan.

    Efektivitas peran yang dilakukan wanita melalui Gerbangmas di Kelurahan Ditotrunan dan Desa Kenongo sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi dalam berbagai sektor dengan Posyandu sebagai basis kegiatan untuk mewujudkan Desa Siaga, Desa Sehat dan Lumajang Sehat.

    Pemicuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan tampak keberhasilan Posyandu Gerbangmas Desa Kenongo Kecamatan Gucialit yang lebih berorientasi horisontal dan Kelurahan Ditotrunan Kecamatan Lumajang berorientasi agak vertikal mengubah perilaku tidak sehat menjadi sehat melalui wanita dalam komunitas dan masyarakat. Dengan memusatkan perhatian pada profil kegiatan maka dapat diketahui peranan, kegiatan sekaligus kebutuhan wanita dalam komunitasnya dengan parameter memberi sumbangsih ber-PHBS bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga, dengan digambarkan dalam tabel berikut:

    Tabel 1

    Persamaan dan Perbedaan Pelaksanaan Posyandu Gerbangmas

  • 74

    di Kelurahan Ditotrunan Lumajang dan Desa Kenongo Gucialit

    No. Permasa-

    lahan

    Persamaan Perbedaan Posyandu Gerbangmas

    Desa Kenongo Kelurahan Ditotrunan

    (1) (2) (3) (4) (5)

    1. Geo-grafis

    - Ada keterikatan me-laksanakan Gerbang mas dan sama-sama berhasil dalam pelaksanaannya.

    - Berada jauh dari pusat kota atau lebih mewakili masyarakat desa.

    Berada di jan-tung pusat kota

    2. Pera-turan/ Sub-stansi

    - Keputusan Bupati Lumajang tanggal 26 April 2005 Nomor: 188.45/ 218/427.12/ 2005;

    - Terlaksananya Desa Siaga, Desa Sehat dan Kabupaten Se-hat melalui media Posyandu Gerbang mas menuju peri-laku hidup bersih dan sehat

    - Keputusan Bupati diimplementasikan lewat Rembug Masyarakat di Dusun atas pro-gram di masing-masing Posyandu didampingi Tim Pembina Tingkat Desa menuju PHBS.

    - Keputusan Bupati diimpleentasikan lewat Rembug Masyarakat di Rukun Warga atas program di masing-masing Posyandu didampingi Tim Pembina Tingkat Kelurahan menuju PHBS.

    3. Peran/ Struk-tur

    - Tim Pembina Tingkat Desa/Kelurahan se-cara struktural mem-bawahi Posyandu Gerbangmas di wila-yahnya.

    - Posyandu Gerbangmas ber-tanggung jawab atas pelaksanaan tugas- nya tiap semester.

    - Pengelolaan oleh Tim Pembina Ting- kat Desa yang memotivasi Pos-yandu Gerbang-mas di Tingkat Dusun.

    - Posyandu Ger-bangmas bekerja atas dasar keber-samaan/kekeluar-gaan

    - Pengelolaan oleh Tim Pembina Tingkat Kelurah-an yang memo-tivasi Posyandu Gerbangmas di Tingkat RW.

    4. Buda-ya/ Kultur

    - Tim Pembina Posyandu Tingkat Desa/Kelurahan berorientasi nilai vertikal dan horisontal

    - Posyandu Ger-bangmas berori-entasi horisontal diperankan ber-sama pengurus yang sebagian besar wanita

    - Posyandu Ger-bangmas berori-entasi terlalu ver-tikal sebagai po-wer relation (rela si kekuasaan) dan horisontal

    Gerakan Membangun Masyarakat Sehat (Gerbangmas) berdasarkan Keputusan Bupati Lumajang tanggal 26 April 2005 Nomor: 188.45/ 218/427.12/2005, diharapkan adalah Lumajang Sehat 2007. Adapun misi

  • 75

    utama dari pengorganisasi masyarakat adalah pemberdayaan orang (sebagai agensi) untuk terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penciptaan struktur, sistem kehidupan serta regulasi praktek sosial melalui: a). penyadaran, b) pengorganisasian, c) kaderisasi, d) dukungan teknis, dan e) pengelolaan sistem.

    3.2. Faktor Pendukung a. Gerbangmas merupakan model pemberdayaan terutama wanita yang

    dijadikan program unggulan Kabupaten Lumajang guna mencapai Desa Siaga, Desa Sehat dan Lumajang Sehat. Dengan posisi yang demikian nampak dari adanya deskripsi kegiatan yang harus dilakukan Gerbangmas dari 1) Tingkat Kecamatan, 2) Tingkat Desa, dan 3) Tingkat Posyandu;

    b. Kegiatan Posyandu dengan siklus kegiatan dan tahapan Posyandu Gerbangmas adalah: 1) Pendataan, 2) Rembug Masyarakat, 3) Gerakan Penyehatan Masyarakat, dan 4) Monitoring dan Pelaporan.

    c. Orientasi kebudayaan mementingkan hubungan horisontal antara manusia dengan sesamanya dan ikatan kekeluargaan masyarakat dan pengurus Posyandu Gerbangmas sudah lama terbangun.

    3.3. Kelebihan dan Kekurangan

    Adapun kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan Posyandu Gerbangmas nampak pada tabel berikut:

    Tabel 2

    Kelebihan dan KekuranganPelaksanaan Posyandu Gerbangmas

    di Kelurahan Ditotrunan Lumajang dan Desa Kenongo Gucialit

    No

    Tahun Gerbang

    mas

    Nama Posyandu

    Gerbangmas

    KELURAHAN DITOTRUNAN DESA KENONGO

    Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  • 76

    1 2005 - Margi-

    Rahayu

    - Rambutan

    1) Ada pendam-pingan tingkat kelurahan

    2)Kader yang di-hasilkan cukup;

    3)Hasil yang dida-pat mencakup aspek MUL;

    4) Angka potensi pemukiman sehat di atas angka 95 %;

    5) Partisipasi masyarakat menonjol;

    6) Mekanisme Rembug Masya-rakat dilakukan;

    7) Aktivitas tiap hari

    1) Partisipasi masy. muncul karena ada Studi Banding;

    2) Angka pen-capaian me-lek huruf tidak dapat dicapai;

    3)Mengutama-kan untuk lomba saja sesuai petun-juk atasan

    1)Ada pendam-pingan Ting-kat Desa;

    2)Kader wanita yang dihasilkan cukup;

    3)Hasil yang lebih aspek lingkungan;

    4)Angka potensi pemukiman sehat di atas angka 95 %;

    5)Partisipasi masy. Sangat menonjol

    6) Aktivitas tiap hari;

    7) Jiwa gotong royong.

    1) Angka pencapaian melek huruf tidak dapat dicapai;

    2) SDM rendah pendidikan

    3)Mekanisme Rembug masy. sebatas pengurus Posy. Gerbangmas

    2. 2006 - Cendrawa-sih

    -Durian

    1) No. 1 s/d 2, 4, 5, dan 7 sda.;

    2) Menonjolkan aspek lingkung-an asri saja;

    3) Mekanisme rembug masy. Sebatas peng-urus Posyandu Gerbangmas

    1) Mekanisme Rembug masy. seba-tas peng-urus Posy. Gerbang

    mas

    2) Hanya aspek lingkungan menonjol;

    Sda Sda

    3. 2007 - Kartini

    - Nusantara

    - Sirsat

    - Delima

    Sda tahun 2006, kecuali Nusantara (88,10 %)

    Sda tahun 2006

    Sda tahun 2006 Sda tahun 2006

    Dari hal di atas nampak bahwa implementasi dari Pasal 22 huruf (c) dan (f) UU No. 32 Tahun 20004 menyatakan bahwa dalam mengembangkan kehidupan demokrasi dan pelayanan dasar kesehatan menuju kesadaran masyarakat harus lebih mengedepankan upaya-upaya peningkatan kesehatan dengan menumbuh kembangkan kemandirian masyarakat agar berperilaku bersih dan sehat merupakan langkah yang strategis dan efektif mewujudkan Lumajang Sehat 2007.

    4. Hambatan-Hambatan Model Pemberdayaan Wanita dalam Kebijakan

    Posyandu Gerbangmas Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan

  • 77

    Sehat Bidang Kesehatan Lingkungan di Rumah Tangga di Kelurahan Ditotrunan Kecamatan Lumajang dan Desa Kenongo Kecamatan Gucialit

    Selama abad ke-20, paradigma yang dominan dalam pembangunan adalah paradigma meletakkan peranan Pemerintah posisi sentral dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan nampak dalam pelaksana-an gerbangmas di mana masyarakat harus memenuhi apa yang harus dilaku-kan pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan Bupati Lumajang.

    Hasil yang didapat memang sangat luar biasa dengan prestasi Kabupaten Lumajang pada tingkat nasional seperti: Adipura, Lumajang Sehat, Wahana Tata Nugraha dll.), namun Gerbangmas lebih diharapkan di Desa karena rasa guyub daripada di kota yang sudah banyak proyek yang ada seperti Proyek Peningkatan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Akibatnya aspek kebersihan lingkungan dengan pengecatan yang menonjol di kota. Pemerintah dan aparatnya yang semula dianggap dapat menjadi pendorong pembangunan justru diketahui sebagai salah satu penghambat pembangunan.

    Adapun kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan Posyandu Gerbangmas bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga antara lain: a. Nilai Berorientasi vertikal, terutama ditujukan pada pola perilaku

    kebudayaan manusia berpedoman pada tokoh pemimpin, orang senior atau atasan dalam hal ini Kepala Desa/Lurah, Camat dan Bupati.

    Model yang demikian merupakan Social Engineering System yang melihat perencanaan sebagai mekanisme mengubah keadaan dan hukum sebagai blue print untuk menciptakan upaya yang dapat dilakukan masyarakat mengikuti pola yang sudah dirancang melalui Kebijakan Gerbangmas. Hal ini nampak dari petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) berupa buku pedoman yang harus ditaati termasuk di dalamnya dalam pelaporan anggaran yang terkesan memenuhi aturan baku. Akibatnya dalam mewujudkan tujuannya maka terjadi konflik atau masyarakat menjadi terasing dengan lingkungannya karena yang merasa meliki Gerbangmas adalah para pengurus Posyandu Gerbangmas dan para kadernya.

    b. Sifat tak percaya pada diri sendiri, sifat ini muncul terjadi merupakan konsekuensi dari serangkaian kegagalan dalam mengelola Posyandu Gerbangmas yang berorientasi vertikal. Tim Penggerak Tingkat Desa cenderung untuk menyeragamkan kegiatan Posyandu.

    c. Aspek Politik, penyerahan kewenangan pengelolaan perilaku hidup bersih dan sehat kepada Posyandu Gerbangmas yang merupakan satu-satunya

  • 78

    di Indonesia karena biasanya melalui Desa/Kelurahan sebetulnya merupakan suatu usaha yang baik. Adanya stigma bahwa Gerbangmas adalah Kebijakan Bupati Achmad Fauzi yang akan berakhir tahun 2008 sesuai jabatannya, terbukti dengan penetapan Posyandu Gerbangmas yang sangat mencolok yaitu dari 34 Posyandu Gerbangmas pada tahun 2005 menjadi 1.500 pada tahun 2008 atau mencapai sekitar 90 % dari Posyandu yang ada di kabupaten Lumajang merupakan langkah yang tergesa-gesa. Akibatnya ada perbedaan jauh hasil yang dicapai antara yang sudah ada sebelumnya karena ada kecenderungan Posyandu Gerbangmas yang baru (mendapat anggaran Rp. 10 juta) hanya mengkopi apa yang dilaksanakan Posyandu Gerbangmas lainnya terbukti ada kecenderungan meniadakan Rembug Masyarakat.

    d. Ketidaktaatan mengikuti sistem perecanaan yang baik, yang dimaksudkan di sini adalah berupa siklus : 1) Pendataan, 2) Rembug Masyarakat, 3) Gerakan Penyehatan Masyarakat, dan 4) Monitoring dan Pelaporan. Kejadian yang terbanyak pada tahun 2008 karena Gerbangmas berakhir tahun 2007 atau pertengahan tahun 2008 akibatnya dianggap sebagai bonus atau hadiah dari Bupati Lumajang.

    e. Tumpang tindih, antara Gerbangmas dengan Desa Siaga, Desa Sehat dan Kabupaten Sehat sehingga sulit dibedakan program milik proyek Gerbangmas atau yang lainnya.

    5. Alternatif Model Pemberdayaan Wanita dalam Pembudayaan Perilaku

    Hidup Bersih dan sehat Bidang Kesehatan Lingkungan di Rumah Tangga Pasca Kebijakan Gerbangmas 2007

    Pasca pemilihan bupati dan wakil bupati Lumajang pada bulan Juli 2008 merupakan pekerjaan rumah yang cukup besar bagi Bupati Lumajang terpilih karena ikon Gerbangmas yang mengena dan menjadi bagian dari masyarakat Lumajang merupakan milik Bupati Achmad Fauzi. Hal ini terbukti selama masa kampanye calon Bupati Lumajang dalam visi dan misinya tetap membawa Gerbangmas sebagai pilihan program kerja di bawah kepemimpinannya.

    Dengan demikian implementasi Gerakan Membangun Masyarakat Sehat di Kabupaten Lumajang diperkuat dengan Keputusan Bupati Lumajang tanggal 26 April 2005 Nomor: 188.45/ 218/427.12/2005, dan kemudian diterbitkan keputusan Bupati Nomor: 188.45/219/427.12/2005 tentang Pembentukan Tim Pembina dan Pelaksana Gerbangmas Kabupaten Lumajang, telah berhasil mencetak prestasi dan kader.

  • 79

    Disadari atau tidak saat ini Gerbangmas sebagai model pemberdayaan memang berhasil menggerakan dan menambah kader yang rata-rata wanita hampir 5.000 orang, namun dari hasil yang diperoleh terutama aspek MUL perlu lebih digalakkan kembali.

    Gerakan membangun Masyarakat Sehat (Gerbangmas) dianalisis lebih lanjut sebenarnya Social Engineering System/Mechanistic Action Model yang melihat perencanaan sebagai mekanisme mengubah keadaan dan hukum sebagai blue print untuk menciptakan upaya yang dapat dilakukan masyarakat mengikuti pola yang sudah dirancang melalui Kebijakan Gerbangmas berupa juklak dan juknis

    Alternatif model pemberdayaan yang dilakukan pasca Gerbangmas Gerbangmas diubah dari Mechanistic Action Model menjadi Human Action Model yang menekankan peranan perencanaan sebagai usaha mensiste-matisasi aspirasi masyarakat dan menyusun dalam dokumen tertulis.

    Empowerment memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menggunakan sumberdaya yang ada dan mendorong masyarakat dalam mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur-struktur yang represif. Penerapan pemberdayaan masyarakat yaitu stimulus modal, pendampingan, bantuan sarana dan prasarana, pengembangan kelembagaan dan pemantauan, serta pelaporan.

    Model ini melihat masyarakat sebagai suatu yang penuh nilai sosial budaya dan dinamis serta bukan sub sistem yang mandiri. Nilai-nilai dan norma masyarakat lokal terlibat dalam proses perencanaan melalui pendekatan partisipasi dengan memberikan tempat kepada masyarakat untuk melakukan negosiasi dengan pemegang kekuasaan serta gagasan mereka merupakan bahan dalam pembentukan hukum dan program kerja.

    KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pembahasan berkaitan Model Pemberdayaan Wanita Melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dan Efektivitasnya dalam Pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Bidang Kesehatan Lingkungan di Rumah Tangga (Studi di Kabupaten Lumajang) dapat disimpulkan:

    1) Peran wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga di Kabupaten Lumajang sebagai implementasi UU No. 32 Tahun 2004 dan Keputusan Bupati Lumajang tanggal 26 April 2005 Nomor: 188.45/ 218/427.12/2005 sebagai gerakan

  • 80

    pemberdayaan sangat besar. Hal itu terbukti banyaknya kader wanita dan pengurus Posyandu Gerbangmas sebagian besar wanita mampu sebagai penggerak di masyarakat. Posyandu Gerbangmas di Kelurahan Ditotrunan yang ditetapkan lebih awal yaitu tahun 2005 (Posyandu Margi Rahayu) lebih mampu mengejawantahkan aspek Manusia, Usaha dan Lingkungan secara baik, sedangkan Posyandu yang ditetapkan kemudian Posyandu Gerbangmas Cendrawasih (2006) dan Kartini serta Nusantara (2007) mengalami dalam aspek usaha. Secara umum dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan Proporsi Potensi Pemukiman Sehat (LP3S) di atas angka 95 % (strata biru) berarti sangat berhasil kecuali Posyandu Nusantara mencapai angka 88,10 % (strata hijau) berarti berhasil. Demikian pula di Desa Kenongo Gucialit, wanita mampu sebagai motor penggerak menciptakan banyak kader muda menyukseskan Gerbangmas dan Proporsi Potensi Pemukiman Sehat (LP3S) di atas angka 95,24 % (strata biru) berarti sangat berhasil dicapai oleh Posyandu Gerbangmas yang ditetapkan yaitu Rambutan (2005), Durian (2006), Sirsat (termasuk Delima/2007).

    2) Model pemberdayaan wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga cukup efektif. Sebagai empowerment/pemberdayaan mampu memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menggunakan sumberdaya yang ada dan mendorong masyarakat dalam mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur-struktur yang represif. Hasil yang dicapai di Kelurahan Ditotrunan maupun Desa Kenongo mampu menggerakkan Kegiatan Posyandu dengan siklus kegiatan dan tahapan Posyandu Gerbangmas adalah: 1) Pendataan, 2) Rembug Masyarakat, 3) Gerakan Penyehatan Masyarakat, dan 4) Monitoring dan Pelaporan. Resistensi antara Posyandu Gerbangmas terjadi overlapping dengan Desa Siaga, Desa Sehat dan Lumajang Sehat terjadi untuk Desa Kenongo Gucialit karena kader mempunyai tugas rangkap.

    3) Hambatan-hambatan yang dialami model pemberdayaan wanita melalui Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga adalah: a) Nilai Berorientasi vertikal, pola perilaku kebudayaan manusia

    berpedoman pada tokoh pemimpin, orang senior atau atasan dalam hal ini Kepala Desa/Lurah, Camat dan Bupati nampak dari petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) berupa buku pedoman yang harus ditaati termasuk pelaporan anggaran terkesan memenuhi aturan baku.

  • 81

    b) Sifat tak percaya pada diri sendiri, Tim Penggerak Tingkat Desa cenderung untuk menyeragamkan kegiatan Posyandu merupakan mentalitas pragmatis.

    c) Aspek Politik, penyerahan kewenangan pengelolaan perilaku hidup bersih dan sehat kepada Posyandu Gerbangmas adanya stigma bahwa Gerbangmas adalah Kebijakan Bupati Achmad Fauzi yang akan berakhir tahun 2008 dengan cara menuntaskan Posyandu Konvensional menjadi Posyandu Gerbangmas (dari 34 tahun 2005 menjadi 1.500 di tahun 2007).

    4) Optimalisasi model pemberdayaan wanita dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga pasca Kebijakan Gerbangmas 2007 yaitu dengan meningkatkan peran Posyandu Gerbangmas di Kabupaten Lumajang dan khususnya di Kelurahan Ditotrunan dan Desa Kenongo untuk aspek Usaha termasuk di dalamnya keberanian untuk meningkatkan target dari aspek MUL yang ditetapkan Sekretariat Tetap Gerbangmas Tingkat Kabupaten Lumajang. Alternatif model pemberdayaan diubah dari Mechanistic Action Model menjadi Human Action Model yang menekankan peranan perencanaan sebagai usaha mensistematisasi aspirasi masyarakat dan menyusun dalam dokumen tertulis. Prinsip-prinsip berupa membangun pertemanan dengan anggota masyarakat, belajar dari masyarakat, apa yang dimiliki masyarakat dan percaya bahwa masyarakat memiliki potensi membangun diri-sendiri.

    2. Saran-saran

    1) Kebijakan Gerbangmas yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Lumajang yang menjadikan Posyandu Gerbangmas baik yang ada di perkotaan (seperti Kelurahan Ditotrunan) dan luar kota (seperti di Desa Kenongo Gucialit) serta yang ada di seluruh Kabupaten Lumajang sebagai basis pemberdayaan masyarakat sebagai amanah UU No. 32 Tahun 2004 harus tetap dilaksanakan untuk masa mendatang karena banyak hasil prestasi yang diperoleh baik kancah Provinsi maupun Nasional. Disamping itu banyak kader terutama wanita yang dihasilkan selalu dididik kualitas sumber daya manusianya sehingga mampu motivasi warga untuk berperilaku hidup bersih dan sehat;

    2) Model pemberdayaan agar lebih efektif harus dilakukan terutama Proporsi Potensi Pemukiman Sehat (LP3S) untuk potensi keluarga sehat ada keberanian ditingkatkan target yang dituju, mengingat selama ini hanya pendidikan (wajar Dikdas) dan melek huruf yang berani menargetkan 100 %. Dengan demikian diharapkan aspek Manusia, Usaha dan Lingkungan

  • 82

    baik di Desa Kenongo dan Kelurahan Ditotrunan serta Posyandu Gerbangmas lainnya ditingkatkan dengan penambahan biaya intervensi yang selama ini hanya Rp. 10.000.000 juta per tahun dan tiap tahun harus dievalusi tingkat keberhasilan Posyandu Gerbangmas oleh Tim Gerbangmas Tingkat Kabupaten.

    3) Kebijakan Posyandu Gerbangmas dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat bidang kesehatan lingkungan di rumah tangga harus berorientasi pada karakter bagi pedesaan (Desa Kenongo) maupun perkotaan (Kelurahan Ditotrunan) serta Posyandu Gerbangmas lainnya lebih berorientasi nilai horisontal yang mendasarkan hubungan yang guyub dan tenggang dengan mengandalkan Rembug Masyarakat yang kuat dari penduduk setempat dalam pembuatan program kerja dan pelaksanaannya dengan tidak tergantung dari petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) berupa buku pedoman yang harus ditaati. Disamping itu Gerbangmas harus menjadi made in Lumajang dan milik seluruh masyarakat Lumajang siapapun yang memimpin Kabupaten Lumajang ke depan.

    4) Optimalisasi model pemberdayaan wanita dengan mengubah dari Mechanistic Action Model menjadi Human Action Model yang menekankan peranan perencanaan sebagai usaha mensistematisasi aspirasi masyarakat dan menyusun dalam dokumen tertulis hasil Rembug Masyarakat sehingga masyarakat merasa memiliki Gerbangmas di seluruh elemen masyarakat sehingga saling asah, asih dan asuh dalam mencapai tujuan yang diprogramkan dengan tingkat partisipasi masyarakat meningkat.

    -----

    DAFTAR PUSTAKA

    Benda Beckman, F. von. 1990. Changing Legal Pluralism in Indonesia, With International Symposium Commision on Folk Law and Legal Pluralism, Ottawa

    Dewartoto, A .2007. Menyibak Sensitivitas Gender dalam Keluarga Difabel, LPP UNS dan UNS Press, Surakarta

    Fakih, M. 2005. Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

    Friedman, L.M. 1986. Legal System : A Social Science Perspective, Russel Foundation, New York

    Hoebel, E..A. 1983. The Law of Primitive Man, New York, Harvard University Press, AS

  • 83

    Ichromi, T.O. 1989. Kajian Terhadap Hukum Dengan Pendekatan Antropologi: Catatan-Catatan Untuk Peningkatan Pemahaman Bekerjanya Hukum Dalam masyarakat, FH-UI, Jakarta

    Kelsen, H. 1995. Teori Hukum Murni : Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Empirik- Deskriptif, Somardi (Terj.), Rimdipress, Bandung

    Kodoatie, R.J. 2002. Paradigma Pengelolaan Sumber Daya Air Menyongsong Era Otonomi Daerah, Andi, Yogyakarta

    Koentjaraningrat. 1982. Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta

    Moleong, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung

    Moore, S.F. 1978. Law and Social Change : Tht Semi Autonomous Social Field as An Approprite Subject of Study, Routledge & Kegan, London

    Nader, L & Todd, HF. 1978. The Disputing Process Law in Ten Societies, Colombia University Press, New York

    Nonet & Selznick. 1978. Law and Societies in Trasition : Toward Responsif Law, Harper Tosch Books

    Nugroho, J. 2001. Determinasi dan Perbandingan Budaya Hukum : Suatu Telaah Kritis Terhadap Perkembangan Hukum di Indonesia, dalam Jurnal : Argumentum,No. 1/Juli-Desember 2001, STIH Jenderal Sudirman Lumajang

    Nurjaya, I.N. 2000. Konflik dan Budaya Penyelesaian Konflik dalam Masyarakat : Perspektif Antropologi Hukum, Makalah Disampaikan dalam Lokakarya Belajar Bersama Mengelola Konflik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam, LATIN dan BSP KEMALA, 10-13 Maret 2000, Jember

    Propisil, L. 1971. Anthropologi of Law, A Comparative Theory, Harper & Row Publishers, New York

    Rahardjo, S. 1977. Hukum dan Perubahan Sosial, Alumni, Bandung

    Rasjidi, L dan Putra, I.B. W. 2003. Hukum Sebagai Suatu Sistem, Mandar Maju, Bandung

    Ritzer, G. 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, RajaGrafindo Perkasa, Jakarta

    Soeprapto, H.R.R. 2002. Interaksionisme Simbolik, Averroes Press, Malang

    Sutawan, N. 2005. Revitalisasi Subak dalam memasuki Era Globalisasi, Andi, Yogyakarta

  • 84

    Suryanto, C. 2002. Pengorganisasian Masyarakat, Makalah Pelatihan Peningkatan Institusi Lokal (Maret 2002), Pusdakota, Surabaya

    Suyanta, I.G. 2005. Subak Sebagai Wahana Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam Rangka Mewujudkan Kemandirian Menghadapi Era Globalisasi yang Penuh Persaingan, dalam Revitalisai Subak dalam Memasuki Era Globalisasi (Editor : I Gde Pitana dan I Gde Setiawan AP), Andi, Yogyakarta

    Syafaat, R. 2002. Penelitian : Implikasi Perubahan Paradigma Pengelolaan atas Sumber Daya Pesisir dan Lautan darai Negara ke Masyarakat Nelayan Lokal, Fak. Hukum Univ. Brawijaya Malang

    Up Hoff, N. 1980. Improving International Irrigation Management with Farmer Participation : Getting The Process Right, Studies in Water Policy and Management, No. 11/1996, Westview Press, Colorado, AS

    Warassih, E. 2001. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mewujudkan Tujuan Hukum (Proses Penegakan Hukum dan Persoalan Keadilan) dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar tanggal 14 April 2001, Universitas Diponegoro Semarang

    Wignjosoebroto, S. 2002. Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Elsam dan Huma, Jakarta

    Peraturan Perundang-undangan :

    - UUD 1945;

    - UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

    - UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

    - Keputusan Bupati Lumajang tanggal 26 April 2005 Nomor: 188.45/ 218/427.12/2005 tentang Pelaksanaan Gerakan Membangun Masyarakat Sehat di Kabupaten Lumajang;

    - Keputusan Bupati Nomor: 188.45/219/427.12/2005 tanggal 2 Mei 2005 tentang Pembentukan Tim Pembina dan Pelaksana Gerbangmas Kabupaten Lumajang;

    Koran:

    - Wrihatnolo (dalam Kompas, 30 Oktober 2007: hal 14);

    - SR New, Agustus 2008: 8;

    - Desa Siaga Kabupaten Lumajang, 2007 : 2