Jurnal Hubungan Dk Dengan Tngkat Depresi

download Jurnal Hubungan Dk Dengan Tngkat Depresi

of 13

description

Jurnal

Transcript of Jurnal Hubungan Dk Dengan Tngkat Depresi

  • 1

    HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI

    HEMODIALISA DI RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

    dr. A. Chusnul Chuluq Ar, MPH *, Ns.Retno Lestari,s.Kep **, Rudi Heriyanto**

    ABSTRAK Dukungan keluarga merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan keluarga pada anggota

    keluarganya (pasien gagal ginjal kronis) yang menjalani terapi hemodialisa, bentuk-bentuk dukungan keluarga ini dapat berupa dukungan instrumental. Informasional, emosional, penghargaan, dan dukungan keluarga secara total. Depresi adalah konsekuensi lanjut yang umumnya terjadi pada pasien-pasien hemodialisa. Dukungan keluarga tersebut berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya, dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi perawatan hingga fase rehabilitasi. Tidak adanya dukungan keluarga untuk mengatasi masalah psikososial (depresi) pasien, dapat mengakibatkan meningkatkan angka rawat inap dan faktor resiko terhadap kematian akibat depresi pada pasien hemodialisa. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan antara hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, dan pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sehingga didapatkan 32 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dukungan keluarga dan tingkat depresi yang dimodifikasi dari BDI II sebagai instrumennya. Dari analisa data dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi dukungan keluarga -0.768 (total) dan nilai p value sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi 95%. Tingkatan hubungan kuat, sedangkan arah korelasi tersebut berbanding terbalik antara dukungan keluarga dan tingkat depresi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperluas populasi, memperbaiki instrument penelitian dan metode pengambilan data untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

    Kata Kunci: Dukungan keluarga, Tingkat depresi, Gagal ginjal kronis, Hemodialisa

    ABSTRACT

    Family support is help or assistance provided to family members (chronic renal failure patients) who undergo hemodialysis therapy, other forms of family support can be instrumental support. Informational, emotional, esteem, and family support in total. Depression is a further consequence that commonly occur in hemodialysis patients. The family support affect the mental health of family members, where the role of the family is very important for every aspect of family health care, ranging from treatment strategies to the rehabilitation phase. The lack of family support to cope with psychosocial problems (depression) of patients, may lead to increased hospitalization rates and risk factors for death due to depression in hemodialysis patients. This study was conducted to prove the relationship between family support with the level of depression in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in hospitals dr. Abdoer Rahem Situbondo. The method used in this study is a cross sectional study, and sampling is done by purposive sampling so we get 32 respondents. Data was collected through questionnaires family support and level of depression is modified from the BDI II as its instrument. From the analysis of data using the Spearman rank correlation test of correlation coefficient values obtained family support -0768 and the p value for 0.000 with a significance level of 95%. Depth of a strong relationship, whereas the inverse correlation between family support and level of depression. Further research needs to expand the population, improve the research instrument and data collection methods to obtain more accurate data.

    Keywords: family support, level of depression, chronic renal failure, Haemodialysis * Laboratorium IKM FKUB ** Dosen Jurusan Ilmu Keperawatan FKUB *** Jurusan Ilmu Keperawatan FKUB

  • 2

    PENDAHULUAN

    Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2002).

    Menurut US Renal Data Sistem tahun (2008), terjadi peningkatan sebesar 3 kali lipat pada pasien GGK dari 112.476 orang pada tahun 1980 menjadi 382.343 orang pada tahun 2008. Dari total jumlah tersebut 52% membutuhkan terapi hemodialisa dan 48% menjalani transplantasi ginjal. Sedangkan menurut Seolaema (2009), pada tahun 2007 jumlah pasien gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 2148 orang kemudian tahun 2008 meningkat menjadi 2260 orang.

    Berdasarkan data yang didapatkan dari RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo didapatkan pada bulan Oktober 2011 sampai januari 2012 jumlah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa sebanyak 35 pasien. Dari data diketahui sebanyak 22 pasien menjalani hemodialisa dua kali seminggu dan 10 pasien menjalani hemodialisa satu kali seminggu.

    Hingga saat ini dialisis dan transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal kronis (Cahyaningsih, 2009). Jenis terapi pengganti yang sering diberikan adalah hemodialisa dan peritoneal dialisa. Hemodialisa merupakan terapi yang lazim bagi penderita gagal ginjal kronis, pasien-pasien ini harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya 3 atau 4 jam perkali terapi) (Brunner & Suddarth, 2002).

    Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidupnya dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan penderita gagal ginjal terninal yang melakukan terapi hemodialisa (biasanya disingkat dengan pasien hemodialisa). Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya. Umumnya mereka menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi. Hal ini selanjutnya yang dapat menyebabkan depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian (Brunner & Suddarth, 2002).

    Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik (Kilzieh et al, 2008). Angka rawat inap pada pasien GGK dengan gangguan mental menjadi lebih tinggi 1,5 3,0 kali dibandingkan dengan pasien penyakit kronik lainnya dan juga dikatakan bahwa depresi merupakan faktor resiko utama terhadap angka kematian pada pasien ini (National Kidney Foundation, 2002).

    Menurut Effendi dan Tjahjono (1999) dukungan sosial keluarga berperan penting dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan. Begitu pula Thong, dkk (2006) dukungan keluarga akan mempengaruhi kesehatan (melalui perilaku sehat), psikologi dan fisiologi dimana dukungan keluarga tersebut dapat diberikan melalui dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dan dukungan penghargaan.

    Hasil studi di Amerika Serikat mengenai psychosocial factors in dialysis patients tahun 2001 terhadap sejumlah pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis, didapat bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan pasien yang menjalani hemodialisa. Indikasi dari dukungan keluarga tersebut berhubungan dengan derajat depresi, persepsi mengenai efek dari penyakit atau tindakan pengobatan dan kepuasan dalam hidup (Kimmel, 2001).

    Berdasarkan pengamatan pada tanggal 5 September 2011 pada 15 pasien hemodialisa di Instalasi hemodialisa RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo didapatkan sebagian besar (10 pasien hemodialisa) atau sekitar 67 % mendapatkan dukungan keluarga yang kurang dan mengalami depresi memiliki angka rata-rata rawat ingap 2-3 dalam 3 bulan terakhir (bulan Juni sampai Agustus 2011) dibandingakan dengan 5 pasien hemodialisa atau sekitar 33% yang mendapat dukungan keluarga yang baik dan mengalami depresi ringan.

    Berdasarkan latar belakang di atas peneliti melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang dukungan keluarga dengan tingkat depresi. Hal ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi kepada pihak petugas kesehatan maupun masyarakat. . METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dengan pendekatan cross sectional,

    dimana setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo. 2010).

    2. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hemodialisa di unit hemodialisa RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo yang berjumlah 35 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan rumus perhitungan sampel didapatkan jumlah sampel 32 pasien hemodialisa, dimana sampel tersebut harus masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai berikut: Kriteria Inklusi:

    Bersedia menjadi responden.

    Menjalani terapi hemodialisa 1-2 kali dalam 1 minggu ( Rawat Jalan atau Ambulantory)

    Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, jelas, dan mudah dimengerti

    Pasien yang telah menjalani terapi hemodialisa minimal 1 bulan

  • 3

    Pasien yang dinyatakan oleh dokter dalam keadaan stabil atau tidak terjadi efek samping post hemodialisa :

    Hipotensi Nyeri dada Pruritus Kram otot Mual dan Muntah Sakit kepala Demam dan menggigil Kejang Tidak memiliki riwayat penyakit Cerebrovascular

    accident (CVA) atau Stroke.

    Kriteria Eksklusi:

    Mendapatkan terapi obat antidepresan pada saat penelitian dilakukan.

    Pasien yang tidak sadarkan diri.

    3. Variabel Penelitian

    Variabel independen: Dukungan Keluarga

    Variabel dependen: Tingkat depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

    4. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di unit hemodialisa RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo September 2 Januari 2012.

    5. Instrumen Penelitian

    Instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Untuk menilai tingkat depresi digunakan BDI II (Beck Depression Inventory) yang dimodifikasi dan terdiri dari 15 item yang mempunyai empat alternatif jawaban, yaitu Tidak Pernah (TP), Jarang (J), Sering (S), dan Sangat sering (SS).

    Pengukuran variabel Dukungan Keluarga digunakan

    SSQ (social Social support questionnaire) yang telah dimodifikasi dan terdiri dari 12 item yang mempunyai empat alternatif jawaban, yaitu Tidak Pernah (TP), Jarang (J), Sering (S), dan Sangat sering (SS).

    Uji validitas kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner tingkat depresi menggunakan SPSS 17 korelasi Pearson Product Moment dilakukan kepada 15

    pasien hemodialisa di Rumkit II dr. Soepraoen Malang. Menurut Riwidikdo (2008) pertanyaan dikatakan valid jika nilai p < 0,05. Berdasarkan pengujian validitas yang telah dilakukan terhadap pertanyaan sejumlah 12 butir untuk dukungan keluarga dan 15 butir untuk tingkat depresi didapatkan nilai p < 0,05 yang artinya pertanyaan dalam kedua kuesioner tersebut valid.

    Uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner tingkat depresi menggunakan menggunakan SPSS 17 internal consistency Alfa Cronbach dilakukan kepada 15 pasien hemodialisa di Rumkit II dr. Soepraoen Malang. Djemari (2003) dalam Riwidikdo (2008) menyatakan bahwa pertanyaan dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7. Pengujian reliabilitas yang dilakukan terhadap 12 butir pertanyaan untuk kuesioner dukungan keluarga menunjukkan nilai alpha

    0,971 yang artinya pertanyaan dalam kuesioner tersebut reliabel. Pengujian reliabilitas yang dilakukan terhadap 15 butir pertanyaan untuk kuesioner tingkat depresi menunjukkan nilai alpha 0,974 yang artinya pertanyaan dalam kuisioner tersebut reliabel.

    6. Teknik Pengumpulan Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan secara langsung menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu Tingkat Depresi dan Dukungan Keluarga. Cara pelaksanaan:

    Memilih responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

    Responden mengisi lembar informed concent

    Peneliti melakukan wawancara untuk pengisian kuesioner selama 10 menit

    7. Analisa Data

    Analisa dalam penelitian ini melalui dua tahapan. Tahap pertama, yaitu analisa univariat yang bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Sedangkan tahap kedua, yaitu analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalankan terapi hemodialisa.

    7.1 Analisis Univariat

    Hasil pengukuran dukungan keluarga diinterpretasikan dengan mengklasifikasikan menjadi 3 kategori ordinal dengan kriteria sebagai berikut:

    1. Menurut tiap-tiap dukungan keluarga

    3- 5 = Dukungan keluarga kurang

    6- 9 = Dukungan keluarga cukup

    10 12 = Dukungan keluarga baik 2. Dukungan keluarga secara total

    12 - 23 = dukungan keluarga kurang

    24 - 35 = dukungan keluarga cukup

    36 48 = dukungan keluarga baik Hasil pengukuran tingkat depresi pasien

    hemodialisa diinterpretasikan dengan mengklasifikasikan menjadi 3 kategori ordinal dengan kriteria sebagai berikut:

    Depresi ringan (total skor 15-29)

    Depresi sedang (total skor 30-44)

    Depresi berat (total skor 45-60)

    7.2 Analisis Bivariat

    Setelah data diolah, didapatkan data dalam skala ordinal dan ordinal. Analisis antar variabel menggnakan uji statistik Korelasi Spearman Rho dengan bantuan SPSS for Windows 16. Peneliti mengambil tingkat kepercayaan 95%, apabila didapatkan P value atau nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih kecil dari (0,05) maka hipotesis diterima.

  • 4

    HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo yang merupakan Rumah Sakit Tipe C yang berada di wilayah Kabupaten Situbondo. Instalasi hemodialisa berada di bawah naungan SMF bedah yang merupakan ruang rawat jalan khususnya pasien yang menjalani hemodialisa. Kapasitas ruang Hemodialisa terdiri dari 5 mesin hemodialisa dengan tipe surdial. Instalasi hemodialisa melayani hemodialisa rutin maupun kegawatan. Jumlah tenaga kerja yang ada di instalasi hemodialisa terdiri dari 2 dokter yang bertanggung jawab, 4 perawat, 1 adminitrasi dan 1 petugas kebersihan. Jumlah pasien yang menjalani hemodialisa dari bulan Desember 2011 sampai Januari 2012 sebanyak 42 pasien. 2. Karakteristik Responden 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    69%

    31%Laki-laki

    Perempuan

    Gambar 2.1 Distribusi Responden berdasarkan

    Jenis Kelamin di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Berdasarkan gambar 2.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 22 orang (69%) dari total responden. 2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

    Tabel 2.1 Tabel Distribusi Responden berdasarkan Usia di di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    N Mean Standar Deviasi

    Min Max

    32 45 15,8 23 66

    Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui bahwa

    sebagian besar usia responden adalah 45 tahun, standar deviasi 15,8 dengan usia paling rendah 23 tahun dan usia paling tinggi 66 tahun.

    2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    3% 3%

    60%

    34% SD

    SMP

    SMA

    PT

    Gambar 2.2 Distribusi Responden berdasarkan

    Tingkat Pendidikan di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Berdasarkan gambar 2.2 dapat diketahui bahwa

    pendidikan responden sebagian besar adalah SMA sebanyak 19 responden (60%), PT (Perguruan Tinggi) sebanyak 11 responden (34%) dan sebagian kecil responden tingkat pendidikannya SD sebanyak 1 responden (3%) dan SMP sebanyak 1 responden (3%).

    2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

    44%

    53%

    3% PNS

    Wiraswasta

    Buruh

    Gambar 2.3 Distribusi Responden berdasarkan

    Jenis Pekerjaan di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Berdasarkan gambar 2.3 dapat diketahui bahwa

    jenis pekerjaan responden sebagian besar adalah PNS sebanyak 14 responden (44%), Wiraswasta sebanyak 17 responden (53%) dan buruh sebanyak 1 responden (3%)

  • 5

    2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental

    Tabel 2.2 Tabel Distribusi Responden berdasarkan dukungan instrumental keluarga di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Dukungan Intrumental

    Jumlah Persentase

    Baik 9 28%

    Sedang 20 63%

    Kurang 4 9%

    Total 32 100%

    Dari tabel 2.2. dapat diketahui bahwa dari 32 responden, sebanyak 9 responden (28%) mendapatkan dukungan instrumental keluarga dalam kategori baik, 20 responden (63%) mendapatkan dukungan instrumental keluarga dalam kategori sedang dan 4 responden (9%) mendapatkan dukungan instrumental keluarga dalam kategori kurang. 2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Informasional

    Tabel 2.3 Tabel Distribusi Responden berdasarkan

    dukungan informasional keluarga di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Dukungan Informasional

    Jumlah Persentase

    Baik 11 34%

    Sedang 16 50%

    Kurang 5 16%

    Total 32 100%

    Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa dari 32

    responden, sebanyak 11 responden (34%) mendapatkan dukungan informasional keluarga dalam kategori baik, 16 responden (50%) mendapatkan dukungan informasional keluarga dalam kategori sedang dan 5 responden (16%) mendapatkan dukungan informasional keluarga dalam kategori kurang.

    2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Emosional

    Tabel 2.4 Tabel Distribusi Responden berdasarkan

    dukungan emosional keluarga di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Dukungan Emosional

    Jumlah Persentase

    Baik 11 34%

    Sedang 12 35%

    Kurang 9 28%

    Total 32 100%

    Dari tabel 2.4 dapat diketahui bahwa dari 32

    responden, sebanyak 11 responden (34%) mendapatkan dukungan emosional keluarga dalam kategori baik, 12 responden (38%) mendapatkan dukungan emosional keluarga dalam kategori sedang dan 9 responden (28%) mendapatkan dukungan emosional informasional keluarga dalam kategori kurang. 2.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Penghargaan

    Tabel 2.5. Tabel Distribusi Responden berdasarkan dukungan penghargaan keluarga di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Dukungan Penghargaan

    Jumlah Persentase

    Baik 10 31%

    Sedang 19 59%

    Kurang 3 10%

    Total 32 100%

    Dari tabel 2.5 dapat diketahui bahwa dari 32 responden, sebanyak 10 responden (31%) mendapatkan dukungan penghargaan keluarga dalam kategori baik, 19 responden (59%) mendapatkan dukungan penghargaan keluarga dalam kategori sedang dan 3 responden (10%) mendapatkan dukungan penghargaan keluarga dalam kategori kurang. 2.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Tabel 2.6 Tabel Distribusi Responden berdasarkan

    dukungan keluarga secara total di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

  • 6

    Dukungan Keluarga

    Jumlah Persentase

    Baik 13 40%

    Sedang 10 31%

    Kurang 9 29%

    Total 32 100%

    Dari tabel 2.6 dapat diketahui bahwa dari 32

    responden, sebanyak 13 responden (40%) mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik, 10 responden (31%) mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori sedang dan 9 responden (29%) mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori kurang.

    .2.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Depresi

    Tabel 2.7 Tabel Distribusi Responden berdasarkan

    tingkat depresi di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Tingkat Depresi

    Jumlah Persentase

    Ringan 20 62%

    Sedang 6 14%

    Berat 6 14%

    Total 32 100%

    Dari tabel 2.7 dapat diketahui bahwa dari 32

    responden, sebanyak 20 responden (62%) mengalami depresi ringan, 6 responden (14%) mengalami depresi sedang dan 6 responden (14%) mengalami depresi berat. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi 3.1 Dukungan Instrumental Keluarga dengan Tingkat Depresi

    0

    5

    10

    15

    Duk. Instr Kurang

    Duk. Instr Sedang

    Duk. Instr Baik

    0

    8

    12

    5

    10

    5

    10

    Depresi Ringan

    Depresi Sedang

    Depresi Berat

    Gambar 3. 1 Diagram batang Responden berdasarkan dukungan istrumental keluarga dengan tingkat depresi di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Berdasarkan gambar 3.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 12 responden dengan dukungan instrumental keluarga dalam kategori baik mengalami depresi ringan, 10 responden dengan dukungan instrumental keluarga dalam kategori sedang masing-masing mengalami depresi ringan sebanyak 8 responden,mengalami depresi sedang 1 responden, 1 responden mengalami depresi berat dan 10 responden dengan dukungan instrumental keluarga dalam kategori kurang masing-masing mengalami depresi sedang 5 responden dan mengalami depresi berat 5 responden.

    3.2. Dukungan Informasional Keluarga dengan Tingkat Depresi

    0

    5

    10

    15

    Duk. Inf Kurang

    Duk. Inf Sedang

    Duk. Inf Baik

    0

    911

    2

    5

    0

    32

    0

    Depresi Ringan

    Depresi Sedang

    Depresi Berat

    Gambar 3. 2 Diagram batang Responden

    berdasarkan dukungan informasional keluarga dengan tingkat depresi di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Berdasarkan gambar 3.2 dapat diketahui bahwa

    sebanyak 11 responden dengan dukungan informasional keluarga dalam kategori baik mengalami depresi ringan, 16 responden dengan dukungan informasional keluarga dalam kategori sedang masing-masing mengalami depresi ringan sebanyak 9 responden,mengalami depresi sedang 5 responden, 2 responden mengalami depresi berat dan 5 responden dengan dukungan instrumental keluarga dalam kategori kurang masing-masing mengalami depresi sedang 2 responden, mengalami depresi berat 3 responden.

  • 7

    3.3 Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi

    0

    5

    10

    15

    Duk. Ems Krg

    Duk. Ems Sdg

    Duk. Ems Bk

    0

    911

    42

    0

    5

    10

    Depresi RinganDepresi Sedang

    Gambar 3.3 Diagram batang Responden

    berdasarkan dukungan emosional keluarga dengan tingkat depresi di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Berdasarkan gambar 3.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 15 responden dengan dukungan emosional keluarga dalam kategori baik mengalami depresi ringan, 14 responden dengan dukungan emosional keluarga dalam kategori sedang masing-masing mengalami depresi ringan sebanyak 10 responden,mengalami depresi sedang 3 responden, 1 responden mengalami depresi berat dan 11 responden dengan dukungan emosional keluarga dalam kategori kurang masing-masing mengalami depresi sedang 6 responden, mengalami depresi berat 5 responden.

    3.4 Dukungan Penghargaan Keluarga dengan Tingkat Depresi

    0

    5

    10

    Duk. Pengh Kurang

    Duk. Pengh Sedang

    Duk. Pengh Baik

    0

    10 10

    2

    6

    01

    3

    0

    Depresi Ringan

    Depresi Sedang

    Depresi Berat

    Gambar 3.4 Diagram batang Responden berdasarkan dukungan penghargaan keluarga dengan tingkat depresi di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Berdasarkan gambar 3.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 10 responden dengan dukungan penghargaan keluarga dalam kategori baik mengalami depresi ringan, 19 responden dengan dukungan penghargaan keluarga dalam kategori sedang masing-masing mengalami depresi ringan sebanyak 10 responden,mengalami depresi sedang 6 responden, 3 responden mengalami depresi berat dan 3 responden dengan dukungan instrumental keluarga dalam kategori kurang masing-masing mengalami depresi sedang 2 responden, mengalami depresi berat 1 responden.

    3.5 Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi

    0

    5

    10

    15

    Duk. Keluarga Kurang

    Duk. Keluarga Sedang

    Duk. Keluarga

    Baik

    0

    7

    13

    42

    0

    5

    10

    Depresi Ringan

    Depresi Sedang

    Depresi Berat

    Gambar 3.5 Diagram batang Responden berdasarkan

    dukungan keluarga secara total dengantingkat depresi di Instalasi hemodialisa RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tahun 2012

    Berdasarkan gambar 3.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 13 responden dengan dukungan keluarga dalam kategori baik mengalami depresi ringan, 10 responden dengan dukungan keluarga dalam kategori sedang masing-masing mengalami depresi ringan sebanyak 7 responden,mengalami depresi sedang 32responden, 1 responden mengalami depresi berat dan 9 responden dengan dukungan keluarga dalam kategori kurang masing-masing mengalami depresi sedang 4 responden, mengalami depresi berat 5 responden.

  • 8

    4. Analisis Hasil Penelitian 4.1 Tabulasi silang dukungan Instrumental Keluarga dengan Tingkat Depresi

    4.1 Tabulasi silang dukungan Instrumental Keluarga dengan Tingkat depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    () P

    Dukungan

    Instrumental Keluarga

    Tingkat Depresi -0.565 0,00

    Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa besar korelasi (r) adalah -0.565. Nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi p value (0,00 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedua variabel. Nilai r (-0,565) menunjukkan bahwa arah korelasi negatif yang berarti semakin baik dukungan instrumental keluarga, maka tingkat depresi yang dialami akan semakin rendah dan karena nilai r (-0,565), maka berarti tingkat hubungan antar variabel adalah kuat dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. 4.2 Tabulasi silang dukungan Informasional Keluarga dengan Tingkat Depresi

    4.2 Tabulasi silang dukungan Informasional Keluarga dengan Tingkat Depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    () P

    Dukungan

    Informasional Keluarga

    Tingkat Depresi

    -0.648 0,00

    Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa besar korelasi (r) adalah -0.648. Nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi p value (0,00 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedua variabel. Nilai r (-0,648) menunjukkan bahwa arah korelasi negatif yang berarti semakin baik dukungan informasional keluarga, maka tingkat depresi yang dialami akan semakin rendah dan karena nilai r (-0,648), maka berarti tingkat hubungan antar variabel adalah kuat dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. 4.3 Tabulasi Silang Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi

    4.3 Tabulasi silang dukungan emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    () P

    Dukungan Emosional Keluarga

    Tingkat Depresi

    -0.566 0,00

    Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa besar korelasi (r) adalah -0.566. Nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi p value (0,00 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedua variabel. Nilai r (-0,566) menunjukkan bahwa arah korelasi negatif yang berarti semakin baik dukungan emosional keluarga, maka tingkat depresi yang dialami akan semakin rendah dan karena nilai r (-0,566), maka berarti tingkat hubungan antar variabel adalah kuat dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. 4.4 Tabulasi Silang Dukungan Penghargaan Keluarga dengan Tingkat Depresi

    4.4 Tabulasi silang dukungan penghargaan Keluarga dengan Tingkat Depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    () P

    Dukungan

    Penghargaan Keluarga

    Tingkat Depresi

    -0.603 0,00

    Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa besar korelasi (r) adalah -0.603. Nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi p value (0,00 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedua variabel. Nilai r (-0,603) menunjukkan bahwa arah korelasi negatif yang berarti semakin baik dukungan penghargaan keluarga, maka tingkat depresi yang dialami akan semakin rendah dan karena nilai r (-0,603), maka berarti tingkat hubungan antar variabel adalah kuat dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. 4.5 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi

    4.5 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga secara total dengan Tingkat Depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

    Depresi Pasien HD

    Total

    Depresi Ringan

    Depresi Sedang

    Depresi Berat

    Dukungan Keluarga

    Kurang 0 4 5 9

    Sedang 7 2 1 10

    Baik 13 0 0 13

    Total 20 6 6 32

    Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden yang termasuk dukungan keluarga kurang dengan tingkat depresi sedang terdapat sebanyak 4 orang (15%), dukungan keluarga kurang dengan tingkat depresi berat sebanyak 5 orang (12,5%).

    Responden yang termasuk dalam kategori dukungan keluarga sedang dengan tingkat depresi ringan

  • 9

    sebanyak 7 orang (20%), dukungan keluarga sedang dengan tingkat depresi sedang sebanyak 2 orang (7,5%), dan dukungan keluarga sedang dengan tingkat depresi berat sebanyak 1 orang (2,5%). Responden yang termasuk dalam kategori dukungan keluarga baik dengan tingkat depresi ringan sebanyak 13 orang (42,5%) 5. Hasil Analisa Korelasi Spearman

    5.1 Tabel korelasi dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    () P

    Dukungan Keluarga

    Tingkat Depresi

    -0.768 0,00

    Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan

    bahwa besar korelasi (r) adalah -0.768. Nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi p value (0,00 < 0,05), maka hipotesis yang diterima adalah H1 yaitu terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Nilai r (-0,768) menunjukkan bahwa arah korelasi negatif yang berarti semakin baik dukungan keluarga, maka tingkat depresi yang dialami akan semakin rendah dan karena nilai r (-0,768), maka berarti tingkat hubungan antar variabel adalah kuat dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. PEMBAHASAN

    1. Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.

    Berdasarkan dari hasil penelitian, sebanyak 13 responden (40%) mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik, 10 responden (31%) mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori sedang dan 9 responden (29%) mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori kurang. Hal ini juga berkaitan dengan masih kentalnya hubungan kekerabatan dalam sebuah keluarga di lingkungan tersebut. Dari data tersebut bahwa dukungan keluarga terhadap satu orang dengan orang yang lain berbeda, sesuai dengan teori Friedman (1998) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran keluarga, usia, dan sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan).

    Selain itu, berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 40% (16 responden) yang mendapat dukungan keluarga baik berasal dari golongan yang masih berstatus menikah atau memiliki pasangan hidup. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ardahan, et al (2010) yang menyebutkan bahwa wanita penderita kanker payudara yang telah menikah menerima dukungan keluarga yang lebih baik. Selain itu, pernikahan akan memberikan keuntungan bagi kesehatan seseorang karena akan mendapatkan perhatian dari pasangannya

    dibandingkan dengan seseorang yang telah janda karena pasangannya telah meninggal.

    Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Yosep (2007) dalam Chandra (2009) yang berpendapat bahwa keluarga memegang peranan penting dalam konsep sehat sakit anggota keluarganya, dimana keluarga merupakan sistem pendukung yang memberikan perawatan langsung terhadap anggota keluarganya yang sakit, dimana dukungan keluarga yang tinggi ternyata menunjukkan penyesuaian yang lebih baik terhadap kondisi kesehatan anggota keluarganya.

    Dalam dukungan keluarga terdapat empat bentuk dukungan, yaitu: 1. Dukungan emosional

    Dukungan emosional ini merupakan wujud dari kasih sayang yang diberikan keluarga yang menderita suatu penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (35%) mendapatkan dukungan emosional keluarga dalam kategori baik dari total responden. Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa keluarga bersemangat dengan penuh kasih sayang merawat pasien dan mendengarkan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Selain itu, keluarga juga sering mengingatkan pasien untuk selalu patuh terhadap anjuran dari tenaga kesehatan.

    2. Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan ini diberikan dalam

    bentuk memberikan umpan balik, penghargaan dengan menunjukkan respon positif, seperti memberikan dorongan atau persetujuan terhadap gagasan tau ide atau perasaan yang mereka sampaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (59%) mendapatkan dukungan penghargaan keluarga dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan keluarga jarang memberikan pujian kepada pasien atas perilaku positif yang mereka lakukan seperti mematuhi anjuran pengobatan. Selain itu, keluarga juga jarang melibatkan anggota keluarga mereka yang sakit dalam pengambilan keputusan atau musyawarah dalam keluarga. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian keluarga selalu mendukung pasien untuk tetap aktif dalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat seperti acara tahlil, paguyuban, dan lain sebagainya.

    3. Dukungan informasional Dukungan informasi dari keluarga adalah

    dukungan yang mencakup bantuan berupa pengetahuan, petunjuk, saran atau nasehat, instruksi sehubungan dengan kondisi pasien. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar respinden yaitu sebanyak 16 responden (50%) mendapatkan dukungan informasional keluarga dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan bahwa keluarga selalu menjelaskan pentingnya kontrol secara teratur, minum obat secara teratur, dan menjelaskan jenis-jenis makan apa yang harus dihindari. Selain itu, keluarga juga selalu menyampaikan kembali kepada pasien tentang informasi yang disampaikan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain.

    4. Dukungan instrumental Dukungan instrumental mencakup bantuan yang

    secara langsung diberikan kepada orang lain, seperti transportasi, bantuan keuangan, kebutuhan makan dan

  • 10

    minum, dal lain sebagainya. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebesar 20 responden (63%) mendapatkan dukungan instrumental keluarga dalam kategori sedang. Hal ini berarti keluarga kurang menyediakan sesuatu atau fasilitas yang dibutuhkan oleh pasien. Hal ini ditunjukkan bahwa kebanyakan rsponden datang sendiri tanpa diantar oleh keluarga saat kontrol ke Puskesmas. Akan tetapi, keluarga selalu membiayai biaya pengobatan pasien.

    2. Tingkat depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden, sebanyak 20 responden (60%) mengalami depresi ringan, 6 responden (14%) mengalami depresi sedang dan 6 responden (14%) mengalami depresi berat.Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Chilcot et al, 2008 bahwa penyakit fisik merupakan salah

    satu bentuk stresor psikososial. Dalam kasus ini, diagnosis PGK dan keputusan untuk harus menjalani hemodialisis sepanjang hayat merupakan stresor kronik bagi pasien. Maka, pada pasien-pasien PGK ini akan didapat suatu proporsi depresi yang merupakan permasalahan tambahan bagi pasien.

    Depresi umumnya dianggap paling masalah psikologis umum yang dihadapi pada pasien dengan ESRD (Finkelstein,2000 dan Kimmel,2004). Gejala-gejala dan tanda-tanda depresi meliputi suasana hati yang rendah, berkurang minat atau kesenangan dalam kegiatan sehari-hari hidup, berat perubahan, insomnia, kelelahan, gelisah, tidak berdaya, putus asa, dan rasa bersalah, banyak yang ditemui di antara pasien pada dialisis.

    Kesulitan dalam identifikasi dan pengukuran depresi pada pasien dengan ESRD telah dikaitkan dengan kesamaan gejala depresi dengan yang uremia dan kondisi co-morbid. Indikator depresi lebih rendah dibandingkan dilaporkan dalam literatur untuk pasien dengan kronis penyakit, mendukung gagasan bahwa depresi baik kurang terdiagnosis dan dengan demikian tidak terintervensi pada pasien HD (Lopes,2002). Studi tentang Brown et al pada komunitas dengan sampel 927 Afrika Amerika ditemukan efek yang bermakna dari ikatan keluarga dekat (misalnya, dukungan sosial) pada tingkat gejala depresi (Brown,1992). Brown dan Gary menemukan bahwa dirasakan dukungan social keluarga dapat menahan efek stres pada gejala depresi di kalangan perempuan, tapi tidakpada kaum pria (Brown,1992)

    3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa.

    Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13 responden dengan dukungan keluarga dalam kategori baik mengalami depresi ringan, 10 responden dengan dukungan keluarga dalam kategori sedang masing-masing mengalami depresi ringan sebanyak 7 responden,mengalami depresi sedang 2 responden, 1 responden mengalami depresi berat dan 9 responden dengan dukungan keluarga dalam kategori kurang masing-masing mengalami depresi sedang 4 responden,

    mengalami depresi berat 5 responden dan analisis data penelitian dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for Windows, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0, p

    value (0,00 < 0,05) dan r (-0.768) dengan tingkat kesalahan 5% (= 0,05). Besarnya nilai korelasi Spearman yaitu -0.768 menunjukkan bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara kedua variabel tersebut kuat dan tanda negative menunjukkan bahwa bentuk hubungan kedua variabel tersebut adalah berbanding terbalik yaitu semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan maka semakin rendah atau ringan tingkat depresi yang dialami pasien.

    Hasil ini sesuai dengan pendapat bahwa keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan atau proses terapeutik dalam setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga yang sakit. Proses ini menjadikan seorang pasien mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi serangkaiaan keputusan dan peristiwa yang terlibat dalam interaksi antara sejumlah orang, termasuk keluarga, teman-teman dan para profesional yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan (White, 2004 dalam Rismauli, 2007). Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Yosep (2007) dalam Chandra (2009) yang berpendapat bahwa keluarga memegang peranan penting dalam konsep sehat sakit anggota keluarganya, dimana keluarga merupakan sistem pendukung yang memberikan perawatan langsung terhadap anggota keluarganya yang sakit, dimana dukungan keluarga yang tinggi ternyata menunjukkan penyesuaian yang lebih baik terhadap kondisi kesehatan anggota keluarganya dan menujukkan kesejahteraan kesehatan psikologis. Hal ini juga dinyatakan oleh Wills (1994) dalam Arliza (2006) bahwa dukungan keluarga yang tinggi akan membuat pasien khususnya pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa merasakan kenyamanan, perhatian, penghargaan dan bisa menerima kondisinya sehingga mengurangi stressor yang menjadi salah satu pemicu kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronis.

    Salah satu bentuk stresor psikososial yang dialami oleh pasien gagal ginjal kronis yaitu ketika diagnosis mengalamali penyakit tersebut dan keputusan untuk harus menjalani hemodialisis sepanjang hayat serta efek samping atau dampak bagi pasien dari menjalani terapi hemodialisa yaitu dari aspek fisik atau dampak fisik seperti Hipotensi, hipertensi, Nyeri dada, Pruritus Kram otot. Mual dan Muntah ,Sindrom Disequilibrium dialisis dan aspek psikologis atau dampak psikologis seperti dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, kehilangan, putus asa, Ketakutan terhadap kematian, Khawatir terhadap perkawinan, keluarga dan Kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan (Brunner dan Suddart, 2002). Hal ini merupakan stresor kronik bagi pasien. Maka, pada pasien-pasien GGK ini akan didapat suatu proporsi depresi yang merupakan permasalahan tambahan bagi pasien (Chilcot et al, 2008).

    Depresi yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa merupakan konsekuensi lanjut dari ketidak berhasilan pasien dalam mengenali dan mengatasi stressor psikososial yang dialaminya (Chilcot et al, 2008). Menurut penelitian Kimmel (2001) mendapati prevalensi depresi mencapai

  • 11

    46,4% dari 400 pasien hemodialisa.Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa adalah ketersedianya dukungan dari lingkungan terutama dukungan keluarga yang sangat berperan bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota keluarga untuk mencapai suatu keadaan sehat baik fisik maupun mental (Marilyn,1998). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bosworth (2009) bahwa dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya.

    Ariyanto (2009) menjelaskan bahwa dukungan keluarga memainkan peranan yang penting dalam kesehatan fisik dan kesehatan mental, baik itu memelihara kesehatan maupun berfungsi sebagai pencegah stressor psikologis. Individu dengan ikatan kekeluargaan yang kuat hidup lebih lama dan memiliki kesehatan lebih baik dibandingkan dengan individu yang hidup tanpa adanya sejumlah ikatan. Taylor, 2000 dalam Ariyanto, 2009) menunjukkan suatu penelitian tentang manfaat dukungan keluarga yang secara efektif menurunkan keadaan yang membahayakan secara psikologis pada saat-saat penuh ketegangan. Dukungan sosial juga muncul untuk menurunkan kemungkinan sakit dan mempercepat kesembuhan. Sedangkan menurut (Effendi dan Tjahjono,1999) menyatakan bahwa dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan, sehingga menimbulkan pengaruh positif yang dapat mengurangi gangguan psikologis. Selain itu dukungan sosial dapat dijadikan pelindung untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan yang berpotensi penuh dengan stres, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis karena adanya perhatian dan pengertian akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri dan kejelasan identitas diri, serta memiliki perasaan positif mengenai diri mereka.

    Dukungan keluarga dapat dilihat secara langsung ketika keluarga selalu mendampingi pasien saat mejalani terapi hemodialisa dengan jadwal pengobatan terapi hemodialisa yang selalu teratur (Safarindo, 1998 serta Taylor, 1999 dalam Arlija, 2006). Dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya karena merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat pasien dan memberikan ketenangan (Anne & David, 2007). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Budi & indah (2003), yang menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap tingkat depresi dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada konflik yang terjadi pada dirinya mengingat kecemasan akibat pelaksanaan terapi hemodialisa merupakan hal yang paling sering dialami oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.

    Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chandra (2009) yang menyatakan bahwa dengan adanya pendampingan keluarga, pasien merasa nyaman, tenang dan lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya

    sehingga akan memberi dampak yang baik terhadap proses penyembuhan penyakit dan menurunkan angka rawat inap akibat depresi yang dialami oleh pasien. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Anne & David (2007), yang menyatakan bahwa ketika seseorang sedang menghadapi situasi kritis dalam kehidupan, biasanya membutuhkan orang-orang yang dapat diajak bicara dan yang mendengarkan.

    Ketiadaannya dukungan sosial keluarga mengakibatkan pasien lebih cenderung menyalahkan diri sendiri memiliki pikiran merenungkan, dan mengungkapkan mereka perasaan dengan cara yang maladaptif, seperti marah, penarikan, atau depresi. Selanjutnya, hubungan sosial yang tegang, melibatkan gesekan sosial dan isolasi, atau mencegah pembahasan penyakit yang berhubungan dengan perasaan dapat meningkatkan depresi (Finkelstein,2000).

    4. Implikasi Keperawatan

    Implikasi dari penelitian ini adalah perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mampu memperhatikan aspek fisik dan psikologis . Selain itu, perawat juga mampu mempersiapkan keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit khususnya pasien hemodialisa baik ketika di rumah sakit maupun di rumah. Sehingga diharapkan keluarga mengerti, memahami, dan termotivasi untuk menjaga, merawat, melindungi, dan memperhatikan kesehatan pasien yang mana nantinya dapat meningkatkan motivasi pasien untuk berperilaku sehat dan mematuhi pengobatan yang telah ditetapkan.

    5. Keterbatasan Penelitian

    1) Desain yang dipakai pada penelitian ini adalah cross sectional di mana pengukuran hanya dilakukan satu kali dalam satu waktu. Oleh karena itu tidak dapat diketahui variabel mana yang muncul terlebih dahulu dan mempengaruhi variabel lainnya.

    2) Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi depresi yang tidak diteliti seperti faktor biologi misalnya berkurangnya sejumlah neuron maupun neurotransmitter di otak.

    PENUTUP 1. Kesimpulan

    1) Responden di instalasi hemodialisa RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo mendapatkan dukungan instrumental keluarga dalam kategori sedang sebanyak 20 responden (63%).

    2) Responden di instalasi hemodialisa RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo mendapatkan dukungan informasional keluarga dalam kategori sedang sebanyak 16 responden (50%).

    3) Responden di instalasi hemodialisa RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo mendapatkan dukungan emosional keluarga dalam

  • 12

    kategori baik sebanyak 12 responden (35%).

    4) Responden di instalasi hemodialisa RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo mendapatkan dukungan penghargaan keluarga dalam kategori sedang sebanyak 23 responden (57,5%).

    5) Responden di instalasi hemodialisa RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo mendapatkan dukungan keluarga secara total dalam kategori baik sebanyak 19 responden (59%).

    6) Responden di instalasi hemodialisa RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo mengalami depresi ringan sebanyak 13 responden (40%).

    7) Ada hubungan yang bermakna antara dukungan instrumental keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa dengan nilai signifikansi (p) 0,000 dan nilai koefesien korelasi () -0,565.

    8) Ada hubungan yang bermakna antara dukungan informasional keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa dengan nilai signifikansi (p) 0,000 dan nilai koefesien korelasi () -0.648.

    9) Ada hubungan yang bermakna antara dukungan emosional keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa dengan nilai signifikansi (p) 0,000 dan nilai koefesien korelasi () -0.566.

    10) Ada hubungan yang bermakna antara dukungan penghargaan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa dengan nilai signifikansi (p) 0,000 dan nilai koefesien korelasi () -0.603.

    11) Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga secara total dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa dengan nilai signifikansi (p) 0,000 dan nilai koefesien korelasi () -0.768.

    2. Saran

    1) Perawat diharapkan mampu mengkaji tidak hanya fisik tetapi juga psikologis pasien sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai untuk mencegah depresi pada pasien.

    2) Perawat diharapkan dapat semakin mendorong keterlibatan keluarga dalam memberikan dukungannya terhadap pasien. Dengan adanya dukungan keluarga yang adekuat diharapkan dapat menurunkan tingkat depresi sehingga pasien dapat termotivasi untuk patuh dalam menjalani terapi hemodialisa dan meningkatkan kualitas hidupnya.

    3) Rumah sakit diharapkan dapat menjadi mediator terciptanya hubungan kemitraan antara perawat dengan pasien atau keluarga untuk membangun rasa percaya diri pasien.

    DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu

    Pendekatan Praktek, Edisi revisi V. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

    Arora,P.(2009).Cronicrenalfailure.http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview, diakses 20 Juli Oktober 2011.

    Bosworth, H. (2009). Friends & Family Support Improve Heart Health. Diunduh dari

    http://www.selfhelpmagazine.com/article/ support-and-heart-health , diakses 20 Juli Oktober 2011.

    Brown DR, et al. 1992. Patterns of social affiliation as predictors of depressive symptoms among urban blacks. J Health Soc Behav

    Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (volume II). Jakarta : ECG.

    Davison, Sara et al. ( 2010) Existential and Religious Dimensions of Spirituality and Their Relationship with Health-Related Quality of Life in Chronic Kidney Disease. American Society of

    Nephrology Cahyaningsih, N. D. 2009. Hemodialisa (cuci dara ).

    Jogjakarta : Mitra Cendikia Press Chilcot, J., Wellsted, D., Silva-Gane, M.D., and

    Farrington, K., 2008. Depression on Dialysis. Nephron Clin Pract 108: c256-c264.

    Conchol, M. and Spiegel, D.M., 2005. The Patient with Chronic Kidney Disease. In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 185.

    Finkelstein, F.O. and Finkelstein, S.H., 2000. Depression in Chronic Dialysis Patients: Assessment and Treatment. Nephrol Dial Transplant 15: 1911-1913.

    Friedman, Marilyn M., (1998), Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik, edisi 3,EGC, Jakarta.

    Harmon hanson, Shirley May et all., (2005) Family Health Care Nursing: Theory, Practice and Research, F.A. Davis Company, Oregon.

    Kaplan, H.I., Saddock, B.J, and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Bina Rupa Aksara.

    Kaplan, H.I., Saddock, B.J, and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid II. Tangerang: Bina Rupa Aksara.

    KDOQI. KDOQI Clinical Practice Guideline and Clinical Practice Recommendations for anemia in chronic kidney disease: 2007 update of hemoglobin target. Am J Kidney Dis. 2007; 50:471-530.

    KDOQI; National Kidney Foundation II. Clinical practice guidlines and clinical practice recommendations

  • 13

    for anemia in chronic kidney disease in adults. Am J Kidney Dis. 2006;47(5 Suppl 3):S16-S85.

    Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI). K/DOQI clinical practice guidelines on hypertension and antihypertensive agents in chronic kidney disease. Am J Kidney Dis. 2004; 43(5 Suppl 1):S1-S290.

    Kimmel, P. L. 2001. psychosocial Factors in Dialysis Patients. Diunduh dari http://www.nature.com/ki/journal/ v59/n4/full/ 4492198a.html, diakses 20 juli 2011.

    Lopes AA, Bragg J, Young E, Goodkin D, Mapes D, Combe C, et al. 2002. Depression as a predictor of mortality and hospitalization among hemodialysis patients in the United States and Europe. Kidney Int

    Moran, P.J., et all. (1997). Social Support and Conscientiousness in Hemodialisys Adherence. http://resources.metapress.com/pdfpreview.axd?code= 7558r018614032t5& size=largest , diakses 20 juli 2011.

    Nursalam. (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.

    Thong, M.S.Y dkk. (2006). Social Support Predicts Survival in Dialysis Patients.

    http://ndt.oxfordjournals.org/cgi/content/full/22/3/845, diakses 20 juli 2011.

    Tezel, ayfer et all. (2011). Depression and perceived social support from family in Turkish patients with chronic renal failure treated by hemodialysis. Journal of Research in Medical Sciences, diakses 1 November 2011.