Jurnal Henry

download Jurnal Henry

of 9

description

jurnal

Transcript of Jurnal Henry

Translate Jurnal

1. Latar belakang: pendekatan Swiss VirtopsySalah satu titik awal dari forensic imaging dan yang dibahas di artikel ini ialah proyek Swiss Virtopsy yang diluncurkan di institusi kedokteran forensik dari University of Bern, Swiss, lebih dari 15 tahun yang lalu. Istilah Virtopsy diambil dari kata virtual dan autopsy: kata-kata tersebut berasal dari bahasa Latin dan Yunani kuno virtus dan opsomei. Kombinasi arti dari kedua istilah tersebut menjadi untuk melihat dengan lebih baik atau lebih efisien (virtus = baik, efisien; opsomei = saya akan melihat). Virtopsy mengombinasikan teknologi survei, patologi, radiologi, pengolahan gambar, ilmu sains komputer, telematika, fisika dan biomekanika. Virtopsy terdiri atas alat-alat berikut: 3D photogrammety-based optical surface scanning (dikenal sebagai: 3D surface scan) Postmortem computed tomography (dikenal sebagai: pmCT) Postmortem magnetic resonance imaging (dikenal sebagai: pmMRI) Postmoretm CT guided biopsy (dikenal sebagai: pm biopsi) Postmortem CT guided angiography (dikenal sebagai pm CT angio)Penggabungan data dari 3D surface scan dan pmCT dan pmMRI untuk rekonstruksi 3D merupakan elemen kunci dari proyek ini. Selain itu, Virtobot, sebuah robot forensik yang digunakan untuk melaksanakan 3D surface scan dan juga pm biopsi, melengkapi proyek Swiss Virtopsy ini. Hal ini memungkinkan pengambilan sampel jaringan postmortem dengan bantuan CT secara otomatis sepenuhnya. Pendekatan Virtopsy lainnya dari kelompok riset Swiss berkaitan penggunaan MRI mikro dan CT mikro untuk sejenis pemeriksaan histologik dengan imaging non-invasif, dampak difusi MRI pada pemeriksaan tubuh, pengembangan model biomekanika, dan MR spectroscopy untuk memperkirakan waktu kematian.Tahap pengerjaan Virtopsy yang hanya pernah dilakukan sepenuhnya untuk tujuan saintifik dan pada beberapa kasus spesifik di praktek forensik Bernese- adalah sebagai berikut:Pertama-tama, 3D photogrammetry disertai 3D surface scanning dengan menggunakan GOM ATOS III 3D digitizer yang terpasang pada lengan Virtobot dilakukan. 3D surface digitizing adalah metode pengukuran optikal berdasarkan prinsip tiangulasi, yang biasa digunakan untuk dokumentasi 3D dan pengukuran dalam pembuatan prototipe dan teknologi desain, dimana presisi yang sangat tinggi diperlukan. Alat ini digunakan untuk mendokumentasikan seluruh pola cidera/luka dan obyek yang memiliki nilai forensik, misalnya senjata atau mobil secara utuh dan juga seluruh TKP. Berikutnya, tubuh dipindahkan ke dalam CT scanner (contohnya Siemens Somatom 6 atau Siemens Somatom Definiton Flash Dual Source CT2). Pemindaian pmCT memberikan hasil yang baik untuk tulang, sistem fraktur, timbunan gas patologik seperti emboli udara atau trauma hiperbarik dan juga cedera jaringan besar.Langkah berikutnya ialah pemindaian seluruh tubuh pmMRI. pmMRI digunakan untuk memeriksa cedera jaringan lunak, trauma organ dan kondisi non-traumatis. Terlebih lagi, hal ini juga cocok untuk memeriksa korban cekikan yang selamat pada forensik klinis untuk mendokumentasikan penemuan pada bagian dalam leher sebagai pembuktian adanya bahaya pada nyawa pasien.Lebih jauh lagi, pmCT angio dengan heart-lung machine dan media kontras (contohnya campuran PEG) dan media kontras larut air dikerjakan. Dengan dilakukan pmCT angio, memungkinkan untuk menunjukkan sistem pembuluh darah. Hal ini mendukung diagnosis cross section dari pembuluh darah dan memungkinkan pemeriksaan dari struktur baik yang tidak terlihat maupun yang terlihat dengan adanya kerusakan besar pada mayat selama autopsi tradisional. Terakhir, dilakukan pm biopsi menggunakan sistem Virtobot. Penempatan jarum seperti ini oleh radiolog dengan menggunakan 3D tracking camera dan CT volume data sets dapat digunakan untuk pengambilan invasif sampel jaringan dan cairan post mortem secara minimal untuk pemeriksaan histologik dan toksikologik atau pemeriksaan lainnya.Virtopsy terutama digunakan pada forensik patologi untuk menemukan penyebab dan cara terjadinya kematian, juga untuk menentukan identitas dari mayat. Virtopsy dapat menunjang autopsi (tradisionil) atau berfungsi sebagai triase untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan autopsi. Terlebih lagi, peralatan pada Virtopsy seperti MRI atau CT juga dipergunakan pada forensik klinis, yang berarti selama pemeriksaan medis terhadap cidera pada orang yang hidup (contohnya pada kasus serangan fisik, tindak kekerasan terhadap seseorang untuk dokumentasi cidera pada korban seperti temuan leher bagian dalam pada kasus pencekikkan, dan peluru, obat-obatan (body-packing) pada tersangka). Tujuan dari proyek Swiss Virtopsy ini adalah untuk menggantikan autopsi forensik yang sangat invasif dengan teknologi baru invasif minimal ini dikemudian hari. Seperti pada saat ini sekitar 80% penyebab kematian yang relevan dengan kasus forensik (contohnya pendarahan fatal) dapat dideteksi dengan menggunakan Virtopsy terdiri atas 3D surface scan, pmCT, pmMRI, pmCT angio, pm biopsi sampel jaringan untuk pemeriksaan histologik, toksikologik mikrobiologik- dibandingkan dengan hasil autopsi forensik menurut penelitian dari kelompok peneliti Swiss.Terdapat beberapa kekurangan dari teknologi pencitraan ini seperti resolusi jaringan yang terbatas oleh teknologi pemindaian saat ini, tidak dapat terlihat warna organ dan biaya yang tinggi dari Virtopsy tergantung dari penggunaan prosedur non/minimally invasif dan jumlah prosedur yang dikerjakan. Biaya rata-rata untuk autopsi forensik secara keseluruhan ialah sekitar 2500 AUD.-, sedangkan biaya untuk seluruh prosedur Virtopsy termasuk 3D surface scan, pmCT, pmMRI, pmCT angio, dan pm biopsi pada institusi kedokteran forensik di Bern dihargai sekitar 5000 AUD.-. namun, dalam praktiknya kebanyakan hanya mempergunakan pmCT, yang dikenakan biaya jauh lebih rendah (sekitar 400-500 AUD per jam tergantung dari negara dan tingkat kerumitan kasus). Sebagai tambahan, biaya bagi pihak yang memesan untuk Virtopsy secara keseluruhan akan menurun bila jumlah pemeriksaan dengan full Virtopsy dan kemajuan teknis meningkat. Lebih lagi, Virtopsy/pencitraan pada forensik mengurangi jumlah dan biaya autopsi, dan dengan demikian dapat menurunkan biaya percobaan hukum dan keributan yang disebabkan oleh penolakan terhadap autopsi dari pihak yang bersangkutan.Akan tetapi, kekurangan ini dihadapkan dengan banyak kelebihannya, termasuk: Ilustrasi 3D dan dokumentasi ukuran sebenarnya untuk memudahkan komunikasi misalnya antara pengacara dan ahli forensik. Ilustrasi 3D dan animasi saintifik yang nyata berdasarkan pada perubahan data yang nyata, juga pengertian dari penemuan patologik yang kompleks sebagai bukti forensik di pengadilan; Data tersimpan secara digital (gambar 3D) pada komputer dan dapat diakses kapan saja. Hal ini memungkinkan pemeriksaan kembali dari tubuh secara digital dan kemungkinan kejahatan misalnya pada kasus percobaan kembali/persidangan ulang atau pengajuan bukti de novo. Karena keadaan tubuh dapat diperiksa kapanpun setelah meninggalkan TKP, penguburan maupun pembusukkan mayat beberapa dekade kemudian, ekshumasi seringkali tidak diperlukan; Penyimpanan digital dari penemuan Virtopsy memfasilitasi second-opinion oleh ahli forensik lain atau institut yang berada dimanapun di seluruh dunia (Teleforensik); Seluruh proses bergantung pada observer (pemantau) dan menghasilkan data yang obyektif karena presisi mekanik; Tidak ada bukti forensik yang tersentuh ataupun dirusak. Virtopsy yang non-destruktif dan minimally-invasife memungkinkan pemeriksaan (yang lebih baik) pada tubuh yang sangat hancur (misalnya terhantam kereta atau tubuh yang terbakar); Pemeriksaan pada bagian tubuh yang sulit untuk autopsi tradisional seperti pelvis atau leher, tubuh dapat dipindai dari ujung kepala sampai ujung kaki; Tidak adanya risiko infeksi (misalnya tuberkulosis, bahan toksik) dan Penerimaan yang lebih baik dari relasi, yang tidak menoleransi dan menolak autopsi tradisonil karena alasan agama maupun budaya (misalnya Muslim, orang Yahudi).Kombinasi dari pmCT angio disertai pengambilan sampel spesimen image-guided untuk pemeriksaan histologik dan toksikologik atau pemeriksaan lainnya dengan pm aspirasi jarum halus dan pmMRI seluruh tubuh dapat berfungsi sebagai alternatif atau setidaknya sebagai penunjang yang baik untuk autopsi tradisional sambil menjamin kualitas dari penilaian klinis dan forensik.2. Praktik saat ini dalam Virtopsy/pencitraan forensik: sebuah ringkasanProyek Virtopsy dari institusi forensik di Bern dan Zurich, Swiss, dan keuntungannya yang telah disebutkan diatas dapat dilihat sebagai sebuah titik permulaan dari pencitraan forensik di seluruh dunia. Di seluruh dunia, kelompok riset forensik lainnya telah dan sedang menginvestigasi dampak dari pencitraan forensik dalam investigasi kematian dan autopsi forensik dan alat pencitraan terkait, terutama pmCT, pmCT angio dan pmMRI. Lebih jauh lagi, institusi (atau departemen atau kantor) forensik (atau medikolegal atau pemeriksa medis) telah memperkenalkan Virtopsy-tool yang paling praktis, pemindai CT, dan sebagian kecil, pemindai MRI pada fasilitas mereka untuk tujuan forensik patologis. Yang lain menggunakan pemindai CT (atau MRI) dalam rumah sakit untuk investigasi kematian (juga untuk kepentingan forensik klinis). World overview berikut ini memusat pada pencitraan forensik (Virtopsy) dalam investigasi kematian dan terutama dalam penggunaanya yang berbeda-beda, baik sebagai tambahan dalam autopsi maupun sebagai triase untuk autopsi (keputusan).a) Virtopsy/pencitraan forensik sebagai tambahan pada autopsi:-Swiss:Institusi forensik di Bern, Swiss, merupakan satu-satunya institusi di dunia yang memiliki dan menggunakan 3D surface scan, pmCT, pmMRI, pmCT angio dan pm biopsi (peralatan). Tidak lain, pmMRI, 3D surface scan, pm CT angio dan pm biopsi digunakan terutama untuk tujuan saintifik, dan dipergunakan dalam investigasi kematian sehari-hari dibawah artikel 253 dari Swiss Code of Criminal Procedure hanya dalam beberapa kasus tertentu (untuk menunjang autopsi). Praktek sehari-hari dari pencitraan forensik pada institusi forensik klinis di Bern dan Zurich, Swiss, adalah sebagai berikut: dalam sekitar 1/3 kematian yang dilaporkan (extraordinary deaths) di Bern, pmCT dilakukan sebagai tambahan terhadap autopsi, berarti setelah jaksa yang bertanggung jawab membuat keputusan untuk dilakukan autopsi. Praktek penggunaan pencitraan forensik sebagai tambahan terhadap autopsi setelah diambil keputusan oleh jaksa setempat- juga dapat ditemukan pada institusi forensik Swiss lainnya, dimana Institusi Forensik Zurich menggunakan pmCT pada setiap kasus kematian dibandingkan dengan di Bern, tetapi pmMRI juga hanya digunakan pada kasus tertentu. Sementara kolaborasi institusi forensik di Lausanne dan Geneva menggunakan pmCT dan dapat melaksanakan pmCT angio pada beberapa kasus, institusi forensik di St. Gallen dan Basel (akan) menggunakan pmCT. Lebih jauh lagi, pencitraan forensik sudah dapat disajikan sebagai barang bukti pada kasus pembunuhan, demikian juga pada kasus percobaan pembunuhan, penyerangan atau membahayakan nyawa (misalnya percobaan pencekikkan) dalam sidang kriminal di Swiss.Di negara Eropa lainnya praktek serupa Virtopsy/pencitraan forensik pm dapat ditemukan dalam sistem yudisial investigasi kematian:-Denmark:Tiga institusi forensik Denmark di Aarhus, Copenhagen dan Odense menggunakan pmCT sebagai tambahan autopsi pada semua kasus kecuali tubuh yang akan diperiksa tidak muat masuk ke dalam pemindai. Copenhagen merupakan satu dari tiga institusi forensik di Eropa (selain Bern dan Zurich) yang memiliki pemindai MRI untuk kasus spesifik (dan tujuan saintifik). Setelah pemeriksaan eksternal polisi menentukan bersama dengan ahli forensik apakah autopsi perlu untuk dilakukan. Seluruh kasus (diduga) pembunuhan, penyebab kematian tidak diketahui dan kasus yang berhubungan dengan obat-obatan ilegal dan kematian sangat tiba-tiba dan tidak diduga dalam penjara dan rumah sakit harus dilaksanakan autopsi dan pmCT (atau pmMRI) sebagai penunjang.-Swedia:Di Linkoping, Swedia, institut forensik menggunakan pmCT yang ditempatkan di pusat riset-nya sebagai tambahan untuk autopsi. Departemen kepolisian menentukan metode pemeriksaan, yang pada sebagian besar kasus merupakan autopsi yang dapat termasuk pmCT. Lima institusi forensik Swedia lainnya di Stockholm, Uppsala, Goteborg, Umea dan Lund mengikuti praktek yang sama, namun menggunakan pemindai CT di rumah sakit.-Perancis, Australia (tanpa Victoria), Singapur, Malaysia, Arab Saudi, Israel, Amerika, Jepang (departemen mediko-legal):Fasilitas forensik di negara Eropa lainnya menggunakan CT (atau MRI) di rumah sakit sebagai penunjang untuk autopsi, seperti misalnya institusi forensik Perancis di Toulouse, Marseille, Grenoble, Rouen, Rennes, Lyon.Di luar Eropa, dua departemen forensik Australia di Newcastle/NSW dan Brisbane/QLD; satu institusi forensik di Singapur dan di Israel termasuk kementrian kesehatan Israel (yang memiliki pemindai MRI tambahan); satu institusi forensik di Kuala Lumpur, Malaysia; sebuah fasilitas forensik di Riad, Arab Saudi; tiga institusi Amerika (Kantor kepala pemeriksaan medis di Baltimore/Maryland, kantor penyelidik medis di Albuquerque/New Mexico, yang sedang memasang pemindai MRI, dan markas US Air Force di Dover/Delaware) dan 19 institusi forensik di universitas Jepang menggunakan pemindai CT milik mereka sendiri untuk melaksanakan pmCT sebagai tambahan untuk autopsi forensik pada kasus mencurigakan. Dua dari 19 departemen medikolegal Jepang, Fukui dan Tohuku, juga memiliki pemindai MRI yang hanya digunakan untuk kepentingan postmortem.b) Virtopsy/pencitraan forensik pm sebagai triase untuk autopsi:-Victoria, Australia:Praktek pmCT berikut ditemukan pada Victorian Institute of Forensic Medicine (VIFM), Melbourne, Australia, sebagai salah satu institusi terkemuka dalam pencitraan forensik: pada tahun 2005, pemindai CT dipasang pada kamar mayat VIFM dan semua mayat, yang disediakan oleh koroner (kecuali yang tidak muat masuk ke dalam pemindai, misalnya karena berat 150kg +) menjalani prosedur pmCT. pmCT digunakan untuk menyediakan informasi bagi ahli forensik untuk autopsi forensik mereka, misalnya mengenai penyebab kematian, juga untuk tujuan identifikasi (misalnya Black Saturday, 2009). Ahli forensik telah dilatih dalam membaca gambaran pencitraan hasil pmCT. Terlebih lagi, terdapat ahli radiologi yang bekerja pada VIFM untuk memantau (secara spesifik) kasus dan sebagai konsultan dan pelatih untuk ahli forensik dan pendaftar. Teknisi forensik di kamar mayat dilatih dalam radiografi dan juga dalam melaksanakan pmCT angio. Segera, VIFM akan mengganti pemindai CT mereka saat ini, yang telah memeriksa lebih dari 20.000 kasus, dengan pemindai CT Siemens Somatom Definition Flash Dual Source yang baru. Peningkatan dari pemindai CT ini memungkinkan pemindaian tubuh yang lebih cepat, pemeriksaan tubuh yang lebih besar dan lebih berat, dan membantu diagnosis yang lebih baik secara umum. Selain itu, VIFM merupakan satu dari sedikit institusi forensik di dunia (selain Bern, Zurich, Lausanne/Geneva), yang menggunakan pmCT angio dalam investigasi kematian dalam keseharian. Hanya sedikit kasus (1-2%) yang menjalani pmCT angio, baik untuk penunjang autopsi forensik atau pada kasus tertentu, dimana terdapat objeksi dari relasi, informasi tambahan dapat ditemukan menggunakan pmCT angio dengan persetujuan koroner untuk menghindari autopsi forensik. The Coroners Act 2008 di Victoria dan pemeriksaan pendahuluannya memiliki efek yang signifikan dalam praktek keseharian forensik di VIFM: jumlah autopsi forensik keseluruhan menurun, di lain pihak jumlah inspeksi termasuk investigasi toksikologi, pemeriksaan eksternal dan pmCT selama pemeriksaan pendahulu meningkat secara signifikan. pmCT pada VIFM digunakan pada pemeriksaan pendahulu dan sebelum keputusan autopsi oleh koroner dibuat. pmCT (dan dengan persetujuan koroner pmCT angio) merupakan alat triase yang penting untuk memfasilitasi keputusan koroner dalam menentukan apakah autopsi diperlukan atau tidak.

-Jerman:Kebanyakan institusi forensik di Jerman menggunakan perlengkapan CT (atau terkadang MRI) di rumah sakit untuk tujuan postmortem, namun institusi forensik di Hamburg, Heidelberg, Ulm, Berlin memikili pemindai CT sendiri untuk tujuan postmortem. Untuk sidang pidana di Jerman, autopsi harus dilakukan dan pmCT (atau terkadang pmMRI) dapat digunakan sebagai tambahan autopsi pada kasus kriminal. Namun, dibawah German Code of Criminal Procedure pasal 87 (1), dapat dilakukan pemindaian pmCT (atau pmMRI) selama inspeksi (eksternal) dari tubuh (Leichenschau) sebagai triase untuk autopsi. Karena itu, pmCT langsung digunakan di Bremen untuk menghindari autopsi forensik pada kasus SIDS. Pada institusi forensik di Hamburg, pmCT bahkan digunakan secara rutin sebagai triase selama inspeksi, untuk menentukan apakah autopsi perlu dilakukan atau tidak. Pemeriksaan luar (Leichenschau) harus dilaksanakan dalam setiap kematian yang dilaporkan, sementara pmCT selama inspeksi dapat dilakukan.Pada negara-negara berikut, CT (atau MRI) di rumah sakit digunakan sebagai triase untuk autopsi, yang berarti untuk menentukan apakah autopsi harus dilakukan atau tidak pada kasus tertentu:-Jepang:Kepolisian di Jepang dan kantor pemeriksa medis di lima kota terbesar seperti Tokyo, Osaka, dll menggunakan data pemindaian tubuh CT (atau MRI) yang sudah ada di rumah sakit (pada kasus dimana orang tersebut meninggal di rumah sakit) atau meminta rumah sakit untuk melakukan pemindaian tubuh menggunakan CT (atau MRI) pada kasus tidak-mencurigakan atau tidak-kriminal selama inspeksi administratif. Tidak satupun dari kelima kantor pemeriksa memiliki pemindai CT atau MRI saat ini. Pada kasus seperti itu, biasanya autopsi (administratif) tidak dikerjakan dan diganti dengan pmCT (atau pmMRI) dan pemeriksaan eksternal. Namun, autopsi (administratif) tambahan oleh dokter klinis dapat dilaksanakan, apabila relasi setuju untuk dilakukan atau diperlukan oleh pihak kepolisian atau jaksa atau dalam kasus investigasi pemeriksaan medis, ia dapat melakukan autopsi (tanpa perlu persetujuan), apabila ia menganggapnya perlu dilakukan. Jika pelanggar kriminal diduga atau dideteksi selama investigasi administratif oleh polisi atau pemeriksa medis, tubuh yang bersangkutan diberikan pada departemen mediko-legal untuk dilakukan autopsi (yudisial) oleh ahil forensik (termasuk pmCT atau pmMRI). Pada tahun 2007/2008, 2 dari 1800 kasus tidak mencurigakan dapat diidentifikasi sebagai tindak kriminal (pembunuhan) karena pmCT/MRI di rumah sakit.-Inggris:Di Inggris, institusi (forensik) di Leicester, Manchester, Oxford dan (segera) London menggunakan CT atau MRI milik rumah sakit pelayanan negara dibawah Sect 14 (2) dari Coroners and Justice Act 2009. Di Manchester tiga pelayanan pmMRI privat memindai kasus kematian yang dilaporkan, yang nampaknya tidak menunjuk pada pembuktian narapidana pada kasus kriminal oleh enam koroner. Kematian tidak-mencurigakan ini dilaporkan terutama kepada koroner karena dokter umum atau dokter rumah sakit tidak dapat mengeluarkan sertifikasi kematian atau prosedur medis yang perlu dilaporkan pada koroner terlebih dahulu, seperti misalnya pembedahan, yang akhir-akhir ini dilakukan pada mayat. Pemeriksaan ini dapat menghindari dilakukannya autopsi, jika tidak dideteksi adanya tindak kriminal selama pmMRI (di sekitar 13% kasus). Di Oxford, pmCT (atau pmMRI) digunakan untuk menghindari autopsi tradisionil dalam kasus risiko tinggi, seperti HIV. Namun, dalam kasus yang dilaporkan mengenai kematian mencurigakan atau (diduga) pembunuhan, pmCT (atau pmMRI) lazim digunakan sebagai tambahan untuk autopsi di Inggris.-Itali:Di Itali, institusi forensik di Foggia, Milan, Padua, Bari dan Messina memiliki kemampuan untuk melakukan pmCT atau pmMRI di rumah sakit secara rutin. Secara umum, ahli forensik di Itali dapat diberi wewenang oleh jaksa untuk melakukan pmCT atau pmMRI sebagai tambahan/penunjang untuk autopsi. Namum, pada kasus bencana alam, seperti misalnya gempa bumi, dengan lebih dari 10 korban, pmCT atau pmMRI sudah menggantikan autopsi tradisional forensik.