Jurnal geologi cekungan bandung

10
Potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya SUTIKNO BRONTO DAN UDI HARTONO Pusat Survei Geologi, Jln. Diponegoro 57 Bandung, Indonesia SARI Secara geologi, Cekungan Bandung dan sekitarnya tersusun oleh batuan gunung api, sehingga sumber daya geologinya yang berupa energi, lingkungan, dan mineral juga berasal dari kegiatan gunung api. Sumber daya energi yang sudah dimanfaatkan dan melewati tahap eksplorasi adalah energi air (PLTA Saguling) dan panas bumi (Lapangan Darajat, Kamojang, Wayang-Windu, dan Patuha). Berhubung secara stratigrafi di bawah batuan gunung api terdapat batuan sedimen, maka potensi sumber daya energi asal fosil patut pula dipertimbangkan. Sumber daya lingkungan, mulai dari air, tanah, lahan, dan keindahan alam sebagian besar sudah dipergunakan untuk sarana pemukiman, pariwisata, industri, dan kebutuhan hidup lainnya. Sumber daya mineral terdiri dari logam dan non logam. Kegiatan eksplorasi mineralisasi, terutama dalam rangka pencarian emas, di Bandung Selatan sudah dilaksanakan oleh beberapa Kuasa Pertambangan. Pusat Survei Geologi (dahulu Puslitbang Geologi) sendiri sudah menemukan sumber mineral baru di kawasan Bandung Utara, yakni di Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang - Jawa Barat. Kata kunci: Cekungan Bandung, sumber daya geologi ABSTRACT Geologically, Bandung Basin and the surrounding area comprise volcanic rocks; therefore, originally the geological resources, such as energy, environmental geology and mineral were generated from past volcanic activities. Energy resources having been utilized or in the exploration stage are water energy (Saguling Electrical Hydro Power) and geothermal energy (Darajat, Kamojang, Wayang-Windu and Patuha Geothermal Fields). Potency of hydrocarbon energy is considered due to the presence of Tertiary sedimentary rocks under Bandung volcanic rocks. Environmental resources include water, soil, land, and natural panorama that mostly are already used for living, tourism, industry etc. Mineral resources cover metals and non metals. Mineral explorations, particularly for gold, have been conducted in the southern Bandung area. Recently, Center for Geological Survey itself has found a new mineral resource in the northern Bandung, i.e. Cupunagara Village, Cisalak Sub-Regency, Subang Regency - West Jawa. Keywords: Bandung Basin, geological resources PENDAHULUAN Daerah Bandung merupakan dataran tinggi (+ 700 m dpl.) berhawa sejuk yang dahulu terkenal dengan sebutan Paris van Java yang dirancang sebagai kota pemerintahan dan pendidikan. Apabila dikaitkan de- ngan jajaran pegunungan di sekitarnya, maka dataran Bandung itu merupakan cekungan besar yang secara geologi lebih dikenal sebagai Cekungan Bandung (Bandung Basin). Pada masa kini kota Bandung juga dikenal dengan nama Kota Kembang. Dengan berjalannya waktu, kondisi kota Bandung dan sekitar- nya semakin memprihatinkan, terasa semakin panas dan pengap, terkesan kumuh dan kotor, penduduk berjubel, cadangan air bersih dan sehat semakin berkurang, dan tingkat pencemaran lingkungan hidup semakin tinggi. Keberadaan pusat-pusat penelitian dan lembaga pendidikan geologi yang tergolong tertua di Indonesia secara umum belum mampu tercermin di dalam wajah tataan kota Bandung dan sekitarnya. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 9-18 9

Transcript of Jurnal geologi cekungan bandung

Page 1: Jurnal geologi cekungan bandung

Potensi sumber daya geologi di daerahCekungan Bandung dan sekitarnya

SUTIKNO BRONTO DAN UDI HARTONO

Pusat Survei Geologi, Jln. Diponegoro 57 Bandung, Indonesia

SARI

Secara geologi, Cekungan Bandung dan sekitarnya tersusun oleh batuan gunung api, sehingga sumberdaya geologinya yang berupa energi, lingkungan, dan mineral juga berasal dari kegiatan gunung api. Sumberdaya energi yang sudah dimanfaatkan dan melewati tahap eksplorasi adalah energi air (PLTA Saguling) danpanas bumi (Lapangan Darajat, Kamojang, Wayang-Windu, dan Patuha). Berhubung secara stratigrafi dibawah batuan gunung api terdapat batuan sedimen, maka potensi sumber daya energi asal fosil patut puladipertimbangkan. Sumber daya lingkungan, mulai dari air, tanah, lahan, dan keindahan alam sebagian besarsudah dipergunakan untuk sarana pemukiman, pariwisata, industri, dan kebutuhan hidup lainnya. Sumberdaya mineral terdiri dari logam dan non logam. Kegiatan eksplorasi mineralisasi, terutama dalam rangkapencarian emas, di Bandung Selatan sudah dilaksanakan oleh beberapa Kuasa Pertambangan. Pusat SurveiGeologi (dahulu Puslitbang Geologi) sendiri sudah menemukan sumber mineral baru di kawasan BandungUtara, yakni di Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang - Jawa Barat.

Kata kunci: Cekungan Bandung, sumber daya geologi

ABSTRACT

Geologically, Bandung Basin and the surrounding area comprise volcanic rocks; therefore, originallythe geological resources, such as energy, environmental geology and mineral were generated from pastvolcanic activities. Energy resources having been utilized or in the exploration stage are water energy(Saguling Electrical Hydro Power) and geothermal energy (Darajat, Kamojang, Wayang-Windu and PatuhaGeothermal Fields). Potency of hydrocarbon energy is considered due to the presence of Tertiarysedimentary rocks under Bandung volcanic rocks. Environmental resources include water, soil, land, andnatural panorama that mostly are already used for living, tourism, industry etc. Mineral resources covermetals and non metals. Mineral explorations, particularly for gold, have been conducted in the southernBandung area. Recently, Center for Geological Survey itself has found a new mineral resource in thenorthern Bandung, i.e. Cupunagara Village, Cisalak Sub-Regency, Subang Regency - West Jawa.

Keywords: Bandung Basin, geological resources

PENDAHULUAN

Daerah Bandung merupakan dataran tinggi (+ 700m dpl.) berhawa sejuk yang dahulu terkenal dengansebutan Paris van Java yang dirancang sebagai kotapemerintahan dan pendidikan. Apabila dikaitkan de-ngan jajaran pegunungan di sekitarnya, maka dataranBandung itu merupakan cekungan besar yang secarageologi lebih dikenal sebagai Cekungan Bandung(Bandung Basin). Pada masa kini kota Bandung juga

dikenal dengan nama Kota Kembang. Denganberjalannya waktu, kondisi kota Bandung dan sekitar-nya semakin memprihatinkan, terasa semakin panasdan pengap, terkesan kumuh dan kotor, pendudukberjubel, cadangan air bersih dan sehat semakinberkurang, dan tingkat pencemaran lingkungan hidupsemakin tinggi. Keberadaan pusat-pusat penelitian danlembaga pendidikan geologi yang tergolong tertua diIndonesia secara umum belum mampu tercermin didalam wajah tataan kota Bandung dan sekitarnya.

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 9-18

9

Page 2: Jurnal geologi cekungan bandung

10 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 9-18

Dalam rangka menciptakan lingkungan hidupyang lebih baik pada masa mendatang di daerah ini,agaknya perlu dilakukan introspeksi dan evaluasiterhadap daya dukung alam yang ada yang didalamnya, termasuk sumber daya geologi. Makalahini bertujuan untuk memaparkan berbagai macamsumber daya geologi secara umum. Isi makalahdimaksudkan sebagai sumbangan informasi danpikiran dari segi sumber daya geologi agar menjadibahan pertimbangan para pembuat kebijakan dalammenata kembali wilayah Bandung dan sekitarnya,sehingga menjadi lebih baik, nyaman, dan berkelanjut-an.

TATAAN GEOLOGI

FisiografiSecara fisik, bentang alam wilayah Bandung dan

sekitarnya yang termasuk ke dalam CekunganBandung, merupakan cekungan berbentuk lonjong(elips) memanjang berarah timur tenggara – barat baratlaut. Cekungan Bandung ini dimulai dari daerahNagreg di sebelah timur sampai ke Padalarang disebelah ba-rat dengan jarak horizontal lebih kurang60 km. Sementara itu, jarak utara – selatan mempunyailebar sekitar 40 km. Cekungan Bandung ini hampirdikelilingi oleh jajaran kerucut gunung api berumurKuarter, di antaranya di sebelah utara terdiri ataskompleks Gunung Burangrang – Sunda – Tangkuban-parahu, Gunung Bukittunggul, tinggian batuangunung api Cupunagara, Gunung Manglayang, danGunung Tampomas. Batas timur berupa tinggianbatuan gunung api Bukitjarian, Gunung Karengseng– Gunung Kareumbi, kompleks batuan gunung apiNagreg sampai dengan Gunung Mandalawangi. Batasselatan terdiri dari kompleks gunung api Kamojang,Gunung Malabar, Gunung Patuha dan GunungKendeng. Hanya di sebelah barat, Cekungan Bandungdibatasi oleh batuan gunung api berumur Tersier danbatugamping yang termasuk ke dalam FormasiRajamandala (Sudjatmiko, 1972).

Cekungan Bandung sendiri dapat dibagi menjaditiga bagian, yakni bagian timur, tengah, dan barat(Gambar 1). Cekungan Bandung bagian timur dimulaidari dataran Nagreg sampai dengan Cicalengka;bagian tengah membentang dari Cicalengka hinggaCimahi – kompleks perbukitan Gunung Lagadar, dan

cekungan bagian barat terletak di antara Cimahi –Batujajar hingga Cililin dan Waduk Saguling. Pene-liti terdahulu (Dam, 1994) menyebut CekunganBandung hanya untuk kawasan bagian tengah.

StratigrafiSecara geologi, satu-satunya batuan sedimen non

gunungapi yang tersingkap di sebelah barat Cekung-an Bandung adalah Formasi Rajamandala (Sudjat-miko,1972), yang tersusun atas batugamping,batulempung, napal, dan batupasir kuarsa yangberumur Oligosen. Selebihnya, mulai dari umurTersier Awal hingga masa kini, seluruh formasi batuantersusun atas hasil kegiatan gunung api. Secarageokronologi, batuan gunung api teridentifikasi sejakumur sekitar 59 juta tahun yang lalu (58,999±1,94 jtl.,Paleosen Tengah) dan 36,9 jtl. (36,881±3,96 jtl., EosenAtas), yang ditemukan di daerah Cupunagara, sebelahtimur Gunung Tangkubanparahu (Bronto drr., 2004a,b). Batuan gunung api berumur Miosen Tengah(12,0±0,10 jtl.) yang dijumpai dari data pemboranpanas bumi, dipandang sebagai batuan dasar GunungWayang (Pertamina, 1988). Batuan gunung apiberumur Neogen Awal ini secara geologi regionaldapat disebandingkan dengan Formasi Jampang danFormasi Citarum (Sudjatmiko, 1972). Selanjutnyabatuan gunung api berumur Pliosen (4,36±0,04 jtl. –2,62±0,03 jtl.) dijumpai di kompleks Gunung Malabar– Papandayan (Katili & Sudradjat, 1984), Selacau danPaseban di selatan Cimahi, Cipicung dan Kromongdi Banjaran – Ciparay, Bandung Selatan (Sunardi &Koesoemadinata, 1999). Menurut Alzwar drr. (1992)batuan gunung api di Gunung Kromong dan Soreangtersebut termasuk Formasi Beser.

Dam (1994) berpendapat bahwa pengendapan didalam Cekungan Bandung sendiri yang dimulai sekitar126.000 tahun lalu, berupa batuan klastika gunungapi dan sedimen danau. Analisis umur absolut paleosoldi bawahnya yang diperkirakan sebagai batuan dasarCekungan Bandung memberikan umur rata-rata135.000 tahun yang lalu. Di antara paleosol dan batuansedimen terbawah Cekungan Bandung terdapatbanyak lapisan tefra atau abu gunung api. Hal itumengindikasikan adanya kegiatan vulkanisme yangmengawali pembentukan Danau Bandung. Selanjut-nya peneliti tersebut menyatakan bahwa Danau Ban-dung terbentuk hingga empat tahap. Danau Bandungtahap empat terbentuk sekitar 20.000 tahun yang lalu,

Page 3: Jurnal geologi cekungan bandung

11Potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya (S. Bronto dan U. Hartono)

namun sisa-sisa cekungan masih ada hingga 16.000tahun yang lalu. Pada saat ini daerah itu merupakanbagian terendah Cekungan Bandung dan seringterlanda banjir pada musim penghujan.

Di wilayah Bandung Utara, batuan gunung apiberumur Kuarter dibagi menjadi batuan gunung apiKuarter Tua, batuan gunung api muda tak teruraikandan batuan gunung api muda Tangkubanparahu(Silitonga, 1973). Endapan aliran piroklastika yangdiperkirakan sebagai hasil letusan Kaldera Sunda dandikenal umum sebagai bahan galian tras Lembangmempunyai umur 38.300 tahun (Hadisantono, 1988).Di Bandung Selatan, batuan gunung api Kuarter dibagimenjadi banyak satuan, antara lain batuan gunung apiGuntur, Pangkalan dan Kendang, batuan gunung apiMandalawangi, dan batuan gunung api Malabar(Alzwar drr., 1992). Bandung timur, mulai dari dae-rah Sumedang, Nagreg hingga Garut, seluruhnyatersusun oleh batuan gunung api Kuarter (Silitonga,1973; Alzwar drr., 1992). Bentuk kerucut gunung apiyang masih cukup jelas antara lain Gunung Tampo-mas, Bukit Jarian, Gunung Kareumbi (Gunung

Karenceng), dan Gunung Mandalawangi, sedangkangunung api yang sudah tereosi lanjut termasuk tinggianbatuan gunung api di sebelah timur Gunung Kareumbisampai dengan Nagreg dimasukkan ke dalam satuanBatuan Gunung Api Tak Teruraikan.

Struktur GeologiPenelitian struktur geologi sudah banyak dilakukan

para ahli, antara lain Achnan (1998), dan Achnan drr.(2004). Pola kelurusan sesar umumnya berarah baratlaut - tenggara, timur laut – barat daya dan sedikityang berarah utara – selatan. Sesar-sesar berarah timurlaut - barat daya mengikuti pola sesar arah Meratus,sesar berarah barat laut – tenggara mengikuti pola sesararah Sumatera, sementara yang berarah utara – selatandikontrol oleh sesar pada batuan dasar yang tersusunoleh pluton granit dan batuan malihan (Martodjojo,2003). Penelitian struktur geologi tersebut tampaknyahanya ditinjau dari aspek tektonika, sehingga masihbelum dikaitkan dengan bentuk fisiografi CekunganBandung dan jajaran kerucut gunung api yang munculdi tepi cekungan.

GAMBAR 1. FISIOGRAFI CEKUNGAN BANDUNG DAN KERUCUT GUNUNG API DI SEKELILINGNYA DILIHAT DARI CITRA LANDSAT. CEKUNGAN

BANDUNG DIBAGI MENJADI CEKUNGAN BANDUNG TIMUR, CEKUNGAN BANDUNG TENGAH, DAN CEKUNGAN BANDUNG BARAT.

Page 4: Jurnal geologi cekungan bandung

12 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 9-18

GAMBAR 2. FOTO AIR TERJUN CILEAT DI HULU SUNGAI CIPUNAGARA,PERBATASAN KAWASAN BANDUNG UTARA SUBANG, SEBAGAI SALAH

SATU CONTOH SUMBER DAYA AIR YANG DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK

ENERGI LISTRIK, PARIWISATA, IRIGASI PERTANIAN SERTA PERIKANAN

AIR TAWAR.

SUMBER DAYA GEOLOGI

Pengertian sumber daya geologi di sini adalahsemua fenomena geologi yang dapat dimanfaatkansebagai sumber daya bagi kehidupan manusia. Sumberdaya geologi ini tidak hanya diperuntukkan bagikehidupan manusia pada masa lalu dan masa kini,tetapi yang lebih penting adalah untuk kelangsunganhidup manusia di masa mendatang. Dengan kata lainsumber daya geologi adalah sumber daya yang mampumendukung kehidupan manusia secara berkelanjutan.Secara umum, sumber daya geologi dibagi menjaditiga kelompok, yakni sumber daya energi, sumber dayalingkungan, dan sumber daya mineral. Di bawah inidiuraikan secara singkat masing-masing sumber dayageologi tersebut.

Sumber Daya EnergiSumber daya energi yang bersumber dari feno-

mena geologi adalah air, panas bumi, dan bahan asalfosil. Di kawasan Bandung, energi air yang sudahdimanfaatkan sebagai pusat listrik tenaga air adalahseluruh aliran air dari daerah aliran Sungai Citarum,yang ditampung di dalam Waduk Saguling, sehinggapusat listrik tenaga air itu disebut PLTA Saguling.Namun, di bagian hulu sungai dimana banyakdijumpai air terjun dan aliran sungai sepanjang tahunyang kemung-kinan dapat digunakan sebagaipembangkit tenaga listrik mikro hidro masih belumdimanfaatkan secara optimum (Gambar 2).

Dengan banyaknya gunung api di wilayahBandung, maka secara kualitatif sumber daya energipanas bumi dapat dikatakan sangat melimpah. Pusatlistrik tenaga panas bumi yang sudah mulai dikem-bangkan antara lain di lapangan panas bumi Darajat,Kamojang, dan Wayang-Windu di kawasan BandungSelatan. Berdasarkan informasi dari GeotermalPertamina, masing-masing lapangan panas bumitersebut sudah menghasilkan energi sebesar 150megawat, 140 megawat, dan 110 megawat, denganmasa operasi paling tidak selama 30 tahun.

Pada saat ini, lapangan panas bumi Darajat dike-lola oleh PT Amoseas (PT Chevron Texmaco), lapang-an panas bumi Kamojang dikelola oleh Pertamina danPLN, sedangkan lapangan panas bumi Wayang-Windudiakuisi oleh PT Star Energy. Sementara itu lapanganpanas bumi Patuha sedang dalam proses pemboraneksplorasi, yang ditangani oleh PT Geodipa Energy.

Berdasarkan peta lokasi sebaran panas bumi Indone-sia, lapangan panas bumi lainnya di sekitar Bandungyang baru pada tahap penyelidikan awal adalah KawahCiwidey, Maribaya, Gunung Tangkubanparahu,Sagalaherang, Ciarinem, Gunung Guntur-Masigit,Gunung Tampomas, dan Cipacing.

Secara stratigrafi, yang mengalasi batuan gunungapi Kuarter di daerah Bandung ini adalah batuansedimen berumur Tersier yang di permukaan terwakilioleh Formasi Rajamandala (Sudjatmiko, 1972).Formasi itu tersusun oleh batugamping, napal,batulempung, dan batupasir kuarsa. Data geologi inimemberikan indikasi bahwa keterdapatan energi asalfosil, apakah berbentuk minyak bumi, gas bumi ataubatubara, perlu diperhatikan. Pernyataan ini lebihdiperkuat oleh Sardjono (2004) yang memperkirakanbahwa berdasarkan data gaya berat, batuan sedimendi bawah Cekungan Bandung mempunyai ketebalanlebih dari 2000 m. Sumber daya energi tersebut bolehjadi lebih dimatangkan oleh kegiatan magmatisme danvulkanisme di daerah Bandung ini. Namun kemung-kinan lain adalah bahwa batuan gunung api sendiridapat menjadi batuan reservoar minyak bumi. Hal itusudah dibuktikan dengan adanya minyak bumi didalam batuan gunung api pada Formasi Jatibarang diutara Cirebon yang berumur Paleosen-Eosen Awal(Gresko drr., 1995), dan juga di dalam Formasi Wunutdi Mojokerto, Jawa Timur yang berumur sangat muda

Page 5: Jurnal geologi cekungan bandung

13Potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya (S. Bronto dan U. Hartono)

yakni Plistosen (Darmoyo drr., 2001). Pendapat ituperlu didukung oleh pemahaman terhadap genesis danpenyusun batuan dasar dari Cekungan Bandung.

Sumber Daya LingkunganSumber daya lingkungan di sini antara lain air,

tanah, lahan, dan panorama atau keindahan alam.Selain dipergunakan untuk sumber daya energi, airjuga sangat vital bagi kehidupan manusia sehari-hari,industri, dan pertanian, baik yang menyangkut air dipermukaan maupun air tanah atau air bawahpermukaan. Banyaknya mata air dan jeram di lerengpegunungan di sekeliling Cekungan Bandung, sertabanyaknya aliran sungai sepanjang tahun di CekunganBandung itu sendiri menunjukkan betapa tinggipotensi sumber daya air di kawasan ini. Persoalan yangtimbul biasanya terletak pada penataan ruang yangkurang tepat, pengambilan air tanah yang melebihibatas optimum, serta terjadinya pencemaran airpermukaan akibat ulah manusia itu sendiri.

Seluruh tanah sebagai hasil pelapukan batuangunung api di daerah tropis yang banyak turun hujan,seperti di wilayah Bandung ini, dapat dikatakan selalusubur. Tanaman pertanian, perkebunan, dan hutanselalu tumbuh dengan subur. Di Bandung Utara,tepatnya di daerah Lembang, tanah yang subur itudikenal dengan nama Tanah Lembang yang sudahlama diperjualbelikan untuk menambah kesuburantanah pertanian rakyat maupun wirausaha tanamanhias. Tanah Lembang ini sebenarnya berasal daripelapukan endapan piroklastika Gunung Tangkuban-parahu. Pada bagian atas lapisan tefra itu terdapattumbuh-tumbuhan yang telah mati dan menjadi hu-mus atau karbon akibat tertimbun oleh endapanpiroklastika yang lebih muda dari gunung api aktif diBandung Utara itu sendiri. Secara ilmiah, TanahLembang ini merupakan paleosol yang terbentuk dilingkungan darat kering ketika Gunung Tangkuban-parahu sedang pada masa istirahat atau tidak meletus.

Sumber daya lahan di Cekungan Bandung dansekitarnya sudah kita nikmati bersama selama ini,antara lain dalam bentuk pemukiman, prasaranatransportasi, kota, industri, pertanian, perkebunan, danpariwisata. Dengan semakin berkembangnya kegiatanmanusia di daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya,maka kebutuhan sumber daya lahan juga terusbertambah. Untuk itu, karena seluas apapun lahantetap terbatas, maka pengaturan lahan dalam bentuk

tata ruang sangat disarankan agar lingkungan hidupdi kawasan ini tetap nyaman dan berkesinambungan.

Potensi sumber daya lingkungan berupa keindahanalam daerah Bandung juga sudah tidak perludiperdebatkan lagi. Itulah sebabnya pada masapenjajahan Belanda dahulu kota Bandung lebihdikenal sebagai Paris van Java dan sekarang seringdisebut Kota Kembang. Keindahan alam GunungTangkubanparahu beserta kawah di puncaknya,pemandian mata air panas Ciater dan Air Terjun(Curug) Cisarua di Bandung Utara sudah menjadikawasan pariwisata yang terkenal selama ini. KawahPutih dari Gunung Patuha beserta pemandian air panasdan Situ Patenggang, daerah lapangan panas bumiWayang Windu di Pangalengan dengan Situ Cileunca,keduanya di kawasan Bandung Selatan, jugamerupakan aset sumber daya geologi yang sangatpenting. Bahkan data dan informasi yang dipaparkandi Museum Geologi juga dapat dipandang sebagaisumber daya geologi lingkungan yang sangat menarik.

Untuk lebih meningkatkan pemanfaatan sumberdaya keindahan alam daerah Bandung, maka potensigeologi lainnya masih banyak yang harus ditangani,sebagai contoh ditemukannya manusia Gua Pawondi daerah Padalarang dan candi terkubur di daerahRancaekek. Sumber daya geologi yang murnibentukan alam seperti gunung api purba Cupunagara(Gambar 3), Situ Lembang, Sesar Lembang, Air terjunCileat, Kubah Nagreg, Gunung Malabar dan lain-lainjuga masih menunggu untuk dipercantik oleh tangan-tangan terampil sehingga menarik bagi para wisata-wan.

GAMBAR 3. FOTO BENTANG ALAM GUNUNG API PURBA CUPUNAGARA

SEBAGAI SUMBER DAYA PANORAMA YANG DAPAT MENAMBAH OBYEK

WISATA KEINDAHAN ALAM DI KAWASAN BANDUNG UTARA – SUBANG.

Page 6: Jurnal geologi cekungan bandung

14 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 9-18

Sumber Daya MineralSumber daya mineral dibagi menjadi dua

golongan, yaitu sumber daya mineral logam dan nonlogam. Sumber daya mineral non logam sering disebutsebagai bahan galian golongan C atau bahan galianindustri. Kelompok sumber daya mineral ini antaralain pasir, batu kali, batu gunung, tras, kaolin, belerang,sinabar dan lain-lain yang kesemuanya itu sangat erathubungannya dengan kegiatan gunung api pada masalalu.

Bahan bangunan yang dikenal dengan nama pasirCimalaka berasal dari batuan klastika GunungTampomas. Batu kali dan batu gunung yangberkomposisi basal dan andesit juga dihasilkan oleherupsi atau letusan gunung api, baik dari BandungUtara, Bandung Timur maupun Bandung Selatan.Tanah tras Lembang merupakan endapan piroklastikahasil letusan Gunung Sunda yang sebarannya sangatluas hampir ke segala arah. Tras atau kaolin di Nagregmerupakan hasil proses ubahan hidrotermal padagunung api purba di daerah itu. Belerang, selain diKawah Tangkubanparahu, juga dijumpai di KawahPutih dari Gunung Patuha dan diperkirakan juga masihbanyak tersimpan di dalam kawah-kawah gunung apilainnya. Sinabar sebagai bahan oker atau pewarna padaindustri cat, banyak dijumpai di dalam batuan gunungapi yang sudah teroksidasi kuat, antara lain dijumpaidi sekitar pemandian mata air panas Ciater, sebelahtimur laut Gunung Tangkubanparahu.

Satu-satunya sumber daya mineral non logam yangtidak secara langsung terkait dengan kegiatanvulkanisme adalah batugamping atau batukapur yangpada saat ini penambangannya masih terus berlang-sung di daerah Padalarang. Banyaknya kegiatangunung api pada masa lalu telah memberikan potensisumber daya mineral non logam yang sangat tinggi dikawasan Cekungan Bandung dan sekitarnya. Tidakdapat dibantah bahwa pembangunan lingkungan hidupdi daerah Bandung selama ini sangat didukung olehmelimpahnya sumber daya mineral non logam asalgunung api.

Sumber daya mineral logam, khususnya emas,sudah mulai dieksplorasi oleh beberapa KuasaPertambangan di Kawasan Bandung Selatan, antaralain oleh PT Aneka Tambang Tbk dan PT PancaraksaAbadi. Daerah mineralisasi ini antara lain terdapat diSoreang, Ciwidey dan Gunung Kuda, sebelah baratPangalengan. Agak lebih ke barat laut, beberapa Kuasa

Pertambangan juga melakukan kegiatan di daerahPurwakarta dan Waduk Jatiluhur. Daerah ini jugamerupakan bekas gunung api purba yang dinamakanGunung Sanggabuana dan Gunung Jatiluhur (Bronto,2003) yang masing-masing berumur 5,35 juta tahunyang lalu (Pertamina, 1988) dan 2 juta tahun yanglalu (Soeria-Atmadja drr., 1994).

Dalam Rencana Strategis tahun 2003 – 2006,Puslitbang Geologi (sekarang Pusat Survei Geologi)juga mencanangkan pencarian sumber-sumber barumineral logam sulfida di busur magma yang salah satuprogramnya berada di daerah Cekungan Bandung dansekitarnya. Pada tahap pertama dilakukan penelitiandi daerah Cupunagara, Kabupaten Subang, yangmerupakan bagian tepi utara – timur laut CekunganBandung. Berdasarkan pemikiran lama (van Bem-melen, 1949; Silitonga, 1973), gawir-gawir berbentuktapal kuda yang membuka ke utara di daerah initerbentuk akibat sesar normal yang melengser ke utarapada saat terjadi letusan besar Gunung Sunda. Gerakturun melengser ke utara dari batuan tersebutmendesak batuan sedimen di sebelah utaranyasehingga terbentuk struktur antiklin Tambakan.Pendapat ini mengisyaratkan bahwa di daerah antaraGunung Tangkubanparahu dengan Gunung Tampo-mas tersebut tidak ada mineralisasi. Itulah sebabnyaselama ini belum ada penyelidikan, apalagi KuasaPertambangan yang melakukan eksplorasi di daerahCupunagara.

Dari penelitian awal mineralisasi, Bronto drr.(2004a) melaporkan bahwa gawir berbentuk tapalkuda yang membuka ke utara tersebut adalah bekaskaldera gunung api yang di dalamnya terdapat batuangunung api berumur 59 dan 37 juta tahun yang lalu.Pendapat ini dan dilandasi dengan Konsep PusatGunung api untuk Strategi Pencarian Emas (Bronto& Hartono, 2003) dijadikan dasar untuk menemukansumber baru mineralisasi di daerah Cupunagara(Bronto drr., 2004b). Data lapangan (Gambar 4)menunjukkan bahwa batuan gunung api di dalamkaldera gunung api tua Cupunagara mengalamiubahan hidrotermal yang zonasinya dapat dibagimenjadi argilit-silika, argilit, propilit – pirit dan propilit(Gambar 5). Analisis awal terhadap konsentrat dulangmemberikan nilai tertinggi masing-masing untuk Au:0,5–21,4 ppm, Ag: 10-19 ppm, Cu: 10-36 ppm, Pb:70-90 ppm, dan Zn: 300-400 ppm. Daerah penemuansumber baru mineralisasi pada tingkat penelitian awal

Page 7: Jurnal geologi cekungan bandung

15Potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya (S. Bronto dan U. Hartono)

di Cupunagara ini diusulkan sebagai LaboratoriumAlam untuk kepentingan penelitian dan pendidikangeologi, terutama bagi institusi geologi yang beradadi Bandung (Bronto drr., 2004b).

PEMBAHASAN

Potensi sumber daya geologi di CekunganBandung dan sekitarnya sangat dipengaruhi olehkondisi geologi di daerah tersebut. Persoalan geologiyang paling mendasar di sini adalah asal usul ataugenesis terbentuknya Cekungan Bandung. Litologipenyusun wadah dan isi cekungan terutama adalahbatuan gunung api, yang secara stratigrafi kegiatanvulkanismenya sudah dimulai sejak Kala Paleosen.Secara tektonika, daerah ini dipengaruhi oleh sesar-sesar berarah barat laut – tenggara, timur laut – baratdaya serta utara – selatan. Data tersebut masihmembuka adanya empat kemungkinan penyebabterjadinya Cekungan Bandung, yaitu: (1) Merupakancekungan antargunung (intra-mountain basin),sebagai bentukan utamanya proses eksogen, sepertidikemukakan oleh Dam (1994), (2) Merupakan gra-ben, sebagai bentukan murni deformasi tektonika, (3)Merupakan kaldera, sebagai bentukan murni letusangunung api, atau (4) Merupakan volcano-tectoniccalderas, sebagai hasil perpaduan proses tektonika danvulkanisme.

Apakah sumber daya geologi yang dapat dipetikjika Cekungan Bandung merupakan graben yangterbentuk semata-mata akibat kegiatan tektonika, atauhanya sebagai cekungan antargunung? Kemungkinanini, ditambah dengan adanya batuan sedimen FormasiRajamandala yang dapat dipandang sebagai anggotabatuan wadah, memberikan indikasi awal adanyapotensi sumber daya energi asal fosil di bawahCekungan Bandung. Sumber daya tersebut dapatberupa minyak bumi, gas bumi, atau batubara. Akantetapi, jika Cekungan Bandung merupakan sebuahkaldera gunung api, atau bahkan multikaldera danvolcano-tectonic calderas, maka berdasarkan KonsepPusat Erupsi Gunung api untuk Penelitian Emas(Bronto & Hartono, 2003), diharapkan adanya sumberdaya mineral khususnya logam.

Untuk menjawab masalah genesis CekunganBandung tersebut, masih diperlukan penelitian geologibawah permukaan terutama terhadap batuan dasarnya,

apakah tersusun oleh batuan kristalin (batuan malihan)dan batuan sedimen non gunung api, atau terdiri atasbatuan gunung api dan batuan beku terobosan. Sebagaibahan pertimbangan, secara stratigrafi, daerahCekungan Bandung hampir seluruhnya tersusun olehbatuan gunung api, yang kegiatannya sudah dimulaisejak 59 juta tahun yang lalu. Sementara itu asosiasibatuan beku terobosan dangkal dengan batuan esktrusigunung api di selatan Cimahi (Silitonga, 1973) danWaduk Saguling (Sudjatmiko, 1972) yang berumur3–4 juta tahun yang lalu (Sunardi & Koesoemadinata,1999) sudah diargumentasikan sebagai bekas gunungapi purba, dan dinamakan Gunung api Saguling(Bronto, 2003 & 2004).

Penelitian awal sumber daya energi panas bumidi sekitar Cekungan Bandung juga sebaiknyadilanjutkan. Bahkan dalam banyak hal, penelitianlanjutan ini akan memberikan masukan apakah energipanas bumi tersebut sudah dapat dikendalikan dandimanfaatkan sebagai sumber daya, atau mengarahke letusan gunung api yang dapat menimbulkanbencana bagi lingkungan hidup di sekitarnya. Halkedua itu tidak tertutup kemungkinannya, karenabeberapa lapangan panas bumi terletak dekat dengangunung api aktif seperti halnya Gunung Tangkuban-parahu, Gunung Patuha, Gunung Malabar, sertamungkin Gunung Tampomas.

Sumber daya air sebenarnya multi guna, karenadapat dimasukkan ke dalam sumber daya energi dansumber daya lingkungan. Dengan semakin meningkat-nya kebutuhan air bagi kelangsungan hidup manusiadi daerah Bandung, maka pengaturan air tanah danair permukaan, baik sebagai sumber daya energimaupun sumber daya lingkungan, sangat disarankan.Di daerah hulu sungai, pemanfaatan air terjun danpembuatan bendungan atau waduk-waduk kecilseyogyanya lebih dioptimumkan. Di daerah hilir, kota,industri, dan pemukiman agar dibuatkan sumur-sumurresapan, baik untuk kepentingan umum maupunindividu, atau keluarga. Tidak kalah penting, penataanruang atau sumber daya lahan juga harus benar-benardilandasi oleh kondisi geologi setempat.

Sampurno (2004) berpendapat bahwa Kawasanantara Ciumbuleuit ke utara sampai Lembang dan ketimur hingga Gunung Manglayang tersusun olehbatuan gunung api yang dinamakan FormasiCikapundung yang miring ke selatan sekitar 20o.Berdasarkan prinsip stratigrafi kue lapis (layered-cake

Page 8: Jurnal geologi cekungan bandung

16 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 9-18

GAMBAR 4. FOTO URAT-URAT KUARSA (K) YANG MENGISI BIDANG

REKAHAN DAN SESAR DI DALAM BATUAN UBAHAN ARGALIT (A)TERSINGKAP DI CIGAROK, ANAK SUNGAI CIKARUNCANG, DUSUN

BUKANAGARA, DESA CUPUNAGARA.

GAMBAR 5. FOTO SINGKAPAN URAT KUARSA SEBAGAI INDIKASI

MINERALISASI DI DAERAH CUPUNAGARA, KECAMATAN CISALAK,KABUPATEN SUBANG.

geology) formasi batuan itu akan berada di kedalaman200 m ke bawah dari permukaan dataran Bandung(Gambar 6a). Air hujan yang jatuh di daerah Cipagantike timur akan mengikuti lapisan batuan itu danpembukaan lahan di kawasan Cipaganti – GunungManglayang (termasuk pemukiman Dago Pakar danPunclut) tidak menyebabkan kekurangan air di dataranBandung. Persoalannya, batuan gunung api tidaksepenuhnya mengikuti prinsip stratigrafi kue lapis,tetapi dapat saja perlapisannya saling potong-memotong, sesuai karakter sedimentasinya, apalagiterendapkan di lingkungan darat (Gambar 6b). Dengandemikian pembukaan lahan di kawasan Cipaganti-Gunung Manglayang dapat ikut menjadi penyebabberkurangnya pasokan air di dataran Bandung.Persoalan dasar stratigrafi batuan gunung api ini agarlebih diperhatikan sebelum membuat kebijakan untukmemanfaatkan sumber daya lahan.

Pembentukan mineralisasi di daerah CekunganBandung dan sekitarnya yang merupakan bagian daribusur magma atau busur gunung api tidak lepas dariproses-proses magmatisme dan vulkanisme setempat(Corbett & Leach, 1995; Sillitoe, 1999). Pendapat itudiperkuat dari hasil penelitian Sukarna drr. (2004) yangmenunjukkan bahwa umur magmatisme dan mine-ralisasi sangat berdekatan. Mineralisasi lebihdimungkinkan terbentuk pada magma bertemperaturtinggi tetapi mengalami pembekuan secara cepat. Padaumumnya kondisi ini terjadi pada intrusi dangkal yangberasosiasi dengan batuan gunung api sebagai hasil

vulkanisme di daerah itu.Lebih lanjut, dari pengalaman penulis pertama,

analisis sublimat dari dalam kawah Gunung Merapiyang masih aktif sekarang juga sudah mengandungunsur emas. Dengan demikian mengingat kegiatanvulkanisme di daerah Cekungan Bandung sudahterjadi berulang-ulang, sejak Tersier Awal, makadiperkirakan telah terjadi pengayaan mineralisasi didaerah itu. Pada saat ini potensi sumber daya mineraltersebut sebagian tertutup oleh endapan gunung apimuda yang cukup tebal. Keadaan ini memberikandampak negatif dan positif. Dampak negatifnya adalahbahwa untuk menambang sumber daya mineral itumemerlukan teknologi eksplorasi dan penambangantinggi yang biayanya sangat mahal. Namun dampakpositifnya adalah tidak mengganggu lingkungan hidupdi atasnya, serta tidak diganggu oleh penambang tanpaijin seperti terjadi sekarang ini.

Di sini dapat ditegaskan bahwa untuk menggalipotensi sumber daya geologi di daerah CekunganBandung dan sekitarnya secara khusus dan di Indo-nesia pada umumnya, maka pada tahap awal danmendasar diperlukan pencermatan dalam penggunaankonsep-konsep geologi yang lebih sesuai dengankondisi geologi setempat. Berhubung kondisigeologinya banyak dipengaruhi oleh kegiatanvulkanisme, maka konsep-konsep dasar geologigunung api agar lebih dikembangkan.

Page 9: Jurnal geologi cekungan bandung

17Potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya (S. Bronto dan U. Hartono)

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telahdipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut:

1. Penggalian potensi sumber daya geologi didaerah Cekungan Bandung dan sekitarnya perludilandasi oleh konsep-konsep geologi gunung api.

2. Masih perlu dilakukan penelitian geologi lebihrinci untuk mengetahui genesis Cekungan Bandungdan potensi sumber daya geologi yang terpendam didalamnya.

3. Potensi sumber daya geologi meliputi sumberdaya energi (air, panas bumi, dan asal fosil), sumberdaya lingkungan (air, tanah, lahan, panorama), sertasumber daya mineral, baik logam maupun non logamcukup melimpah di dalam Cekungan Bandung dansekitarnya.

4. Pada tingkat penelitian, Puslitbang Geologi(sekarang Pusat Survei geologi) sudah menemukansumber baru mineralisasi di daerah Cupunagara,Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang – Jawa Barat.Lokasi penemuan sumber baru mineralisasi inidiusulkan sebagai Laboratorium Alam untukkepentingan Penelitian dan Pendidikan Geologi diBandung dan sekitarnya.

Ucapan Terima Kasih---Dengan tersusunnya makalah ini,penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Restu dariGeotermal Pertamina yang telah banyak membantu dalammemberikan informasi mengenai potensi sumber daya energi

panas bumi. Penghargaan juga ditujukan kepada Sdr. AjiSopandi, staf Museum Geologi, Puslitbang Geologi (sekarangPusat Survei Geologi) yang sangat membantu dalampenyiapan komputerisasi gambar. Kepada Sdr. WawanGunawan juga disampaikan terimakasih atas tambahaninformasi mengenai sumber daya panorama.

ACUAN

Achnan, K., 1998. Hubungan antara struktur geologi danlokasi geowisata di wilayah Bandung dan sekitarnyaJurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, v. VIII, h.8-14.

Achnan, K., Bronto, S. dan Kartawa, W., 2004. Analisisstruktur geologi daerah Cupunagara dan sekitarnya,Kabupaten Subang, Jawa Barat. Publikasi Khusus, PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi, no. 29, 13.

Alzwar, M., Akbar, N. dan Bachri, S., 1992. Peta GeologiLembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa, skala 1:100.000.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Bronto, S., 2003. Gunungapi Tersier Jawa Barat: Identifikasidan Impliksasinya. Majalah Geologi Indonesia, v. 18,no. 2, h.111 – 135.

Bronto, S., 2004. Masalah Stratigrafi dalam Kaitannyadengan Sedimen Kuarter, Batuan Gunungapi dan Intrusi:Studi Kasus di Jawa Barat. Dalam: B.H. Harahap,Djuhaeni & D. Pribadi (Penyunting), Stratigrafi PulauJawa, Publikasi Khusus, Lokakarya Stratigrafi PulauJawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung, h.37-49.

Bronto, S. dan Hartono, U., 2003. Strategi Penelitian EmasBerdasarkan Konsep Pusat Gunungapi. ProsidingKolokium Energi dan Sumber Daya Mineral 2003,Balitbang ESDM, Bandung, h.172-189.

GAMBAR 6. SKETSA MODEL STRATIGRAFI KUE LAPIS (A) DAN STRATIGRAFI BATUAN GUNUNG API PADA UMUMNYA SERTA DIENDAPKAN DI

DARAT (B). STRUKTUR PERLAPISAN BATUAN DI MASING-MASING MODEL TERSEBUT BERDAMPAK TERHADAP KEBERADAAN DAN SEBARAN AIR.PADA MODEL PERTAMA AIR HUJAN MERESAP KE DALAM TANAH, MEMBENTUK AIR TANAH DALAM. MODEL KEDUA MEMUNGKINKAN AIR HUJAN

MENJADI AIR PERMUKAAN, AIR TANAH DANGKAL, DAN AIR TANAH DALAM.

b

a

Page 10: Jurnal geologi cekungan bandung

18 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 9-18

Bronto, S., Achnan K., Kartawa, W., Dirk, M.H., Utoyo, H.,Subandrio, J. dan Lumbanbatu, K., 2004a. PenelitianAwal Mineralisasi di Daerah Cupunagara, KabupatenSubang – Jawa Barat. Majalah Geologi Indonesia, v.19, no. 1, h.12-30.

Bronto, S., Achnan K. dan Utoyo, H., 2004b. PenemuanSumber Baru Mineralisasi di Daerah Cupunagara,Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang – Jawa Barat.The 33rd Convention & Exhibition 2004, IAGI, Bandung(in press.).

Corbett, G.J. and Leach, T.M., 1995. S.W. Pacific Rim Au/Cu Systems: Structure, Alteration and Mineralization,Short Course number 17, 6-7 April 1995, Vancouver,Canada, 150 hal.

Dam, M.A.C., 1994. The Late Quaternary Evolution of theBandung Basin, West-Java, Indonesia, Thesis VrijeUniversiteit, Amsterdam, 252 hal.

Darmoyo, A.B., Sosromihardjo, S.P.C. and Satyamurti, B.,2001. The Sedimentology Pleistocene Volcaniclastic inthe Lapindo Brantas Block, East Java. Majalah GeologiIndonesia, v. 16, no. 1, h.15-38.

Gresko, M., C., Suria and Sinclair, S., 1995. Basin Evolutionof the Arjuna Rift System and its Implications forHydrocarbon Exploration, Offshore Northwest Java,Indonesia. Proceedings of the 24th Annual Conventionof Indonesian Petroleum Association, h.147-161.

Hadisantono, R.D., 1988. Some aspects of the nature andorigin of the widespread pyroclastic flow depositssurrounding Tangkubanparahu, Bandung, West Java.MSc Thesis, Victoria Univ. of Wellington, New Zealand(unpub. rep.).

Katili, J.A. and Sudradjat, A., 1984. Galunggung, the 1982-1983 Eruption. Volcanological Survey of Indonesia, 102hal.

Martodjojo, S., 2003. Evolusi Cekungan Bogor, Jawa Barat,Disertasi S3, Fak. Pasca Sarjana, Penerbit ITB, Bandung,238 hal.

Pertamina, 1988. Geokronologi dan Evolusi Volkanik DaerahWayang-Windu, Jawa Barat, Geothermal Division, 81,Laporan tak terbit.

Sampurno, 2004. Jejak Langkah Geologi Dari BorobudurHingga Punclut, Kumpulan Karya Tulis Purnabakti 70Tahun Sampurno, ITB, Bandung, 217 hal.

Sardjono, 2004. Anomali Gaya Berat dan ArsitekturCekungan di Wilayah Barat Pulau Jawa, LokakaryaCekungan Bandung, Puslitbang Geologi, Bandung, 21-22 Desember 2004

Silitonga, P.H., 1973. Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa,skala 1:100.000. Direktorat Geologi, Bandung.

Sillitoe, R.H., 1999. Styles of High-Sulphidation Gold, Silverand Copper Mineralisation in Porphyry and EpithermalEnvironments, the Pacific Rim Conggress onMineralisation, Bali – Indonesia, 10-13 October 1999,h.29-44.

Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H.,Pringgoprawiro, H., Polve, M. and Priadi, B., 1994.Tertiary magmatic belts in Java. Journal of SE AsianEarth Science, v. 9, no. 1-2, h.13-27.

Sukarna, D., McInnes, B.I.A., Evans, N.J., Permanadewi,S., Garwin, S., E. Belasouva, E., Griffin, B. and Fu, F.,2004. Thermal Histories of Indonesian Porphyry Cu-AuDeposits Determined by U-Pb-He and K-Ar Methods.The 33rd Snn. Convention and Exhibition 2004, IAGI,29-30 November – 1 December, Bandung (in press.).

Sunardi, E. and Koesoemadinata, R.P.,1999. New K-Ar Agesand The Magmatic Evolution of the Sunda-TangkubanPerahu Volcano Complex Formations, West Java,Indonesia. Proceedings of the 28th Annual Convention,IAGI, Jakarta, h.63-71.

Sudjatmiko, 1972. Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa, skala1:100.000. Direktorat Geologi, Bandung.

Bemmelen, R.W. van, 1949. The geology of Indonesia.Government Printing Office, The Hague, Netherland.