Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

12
1 STIKes Dharma Husada Bandung EVALUASI PERENCANAAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG TAHUN 2017 Drs. Edi Rachman, M.Kes 1 Ns.Asri Handayani, S.Kep.,M.Kep 2 Sartikasari, S.KM 3 123 Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung Jl Terusan Jakarta No 75 Antapani Bandung ABSTRAK Keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata untuk memberantas cakupan angka kematian dan kesakitan balita diantaranya campak. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan bahwa cakupan campak di Jawa Barat yaitu 29,2% lebih rendah dari target yang ditetapkan adalah 90%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi perencanaan program imunisasi Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. Jenis penelitian kualitatif dengan metode snowball sampling. Jumlah informan yaitu 4 orang terdiri dari 1 pengelola program imunisasi, 1 bidan koordinator dan 2 bidan pelaksana. Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dengan teknik human instrument. Hasil penelitian didapatkan setelah melakukan wawancara terhadap 4 informan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang evaluasi perencanaan program imunisasi campak ditemukan evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi campak masih terbatas yaitu belum optimalnya jadwal imunisasi campak secara rutin, masih terbatasnya stock vaksin imunisasi campak serta belum mendapatkan alokasi dana secara khusus dari pemerintah setempat seperti BPUD. Evaluasi proses pada pelaporan program imunisasi campak kurang efektif, seperti terbatasnya perencanaan program imunisasi campak kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program imunisasi campak setiap bulan. Evaluasi output dalam cakupam program imunisasi campak belum efektif, seperti terbatasnya cakupan imunisasi campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi campak. Saran bagi pihak puskesmas diharapkan dapat membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi camak setiap bulan yang telah dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung, sehingga pelaksanaan dalam program imunisasi dapat terlaksana dengan baik. The success of the immunization program is the achievement of UCI evenly to eradicate the coverage of mortality and morbidity among children under measles. Basic Health Research in 2013 reported that the coverage of measles in West Java is 29.2% lower than the target set at 90%. This study aims to find out evaluation of measles immunization program planning in UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Bandung. Type of qualitative research with snowball sampling method. The number of informants consisted of 4 people consisting of 1 immunization program manager, 1 midwife coordinator and 2 midwives. The research instrument is guidance interview with human instrument technique. The results obtained after interviewing 4 informants to obtain more in-depth information about the evaluation of measles immunization program evaluation found that the evaluation of inputs in measles immunization implementation is still limited, which is not optimal measles immunization schedule routinely, the limited stock vaccine immunization against measles and has not received fund allocation Specifically from local government such as BPUD. Process evaluation on measles immunization reporting programs is less effective, such as limited future measles immunization planning and no reporting of measles immunization program every month. Output evaluations in measles immunization programs have not been effective, such as the limited coverage of overall measles immunization and the limited organization of measles immunization programs. Suggestion for puskesmas party is expected to make recording and reporting immunization of Measles every month which has been done inside building and outside of building, so that implementation in immunization program can be done well. Kata Kunci : Campak, Evaluasi, Imunisasi, Perencanaan

Transcript of Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

Page 1: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

1 STIKes Dharma Husada Bandung

EVALUASI PERENCANAAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK

DI PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

TAHUN 2017

Drs. Edi Rachman, M.Kes1 Ns.Asri Handayani, S.Kep.,M.Kep

2 Sartikasari, S.KM

3

123Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung

Jl Terusan Jakarta No 75 Antapani Bandung

ABSTRAK

Keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata untuk memberantas cakupan angka kematian dan kesakitan balita diantaranya campak. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

melaporkan bahwa cakupan campak di Jawa Barat yaitu 29,2% lebih rendah dari target yang ditetapkan

adalah 90%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi perencanaan program imunisasi

Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. Jenis penelitian kualitatif dengan metode snowball sampling. Jumlah informan yaitu 4 orang terdiri dari 1 pengelola program imunisasi, 1 bidan

koordinator dan 2 bidan pelaksana. Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dengan teknik

human instrument. Hasil penelitian didapatkan setelah melakukan wawancara terhadap 4 informan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang evaluasi perencanaan program imunisasi

campak ditemukan evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi campak masih terbatas yaitu belum

optimalnya jadwal imunisasi campak secara rutin, masih terbatasnya stock vaksin imunisasi campak serta belum mendapatkan alokasi dana secara khusus dari pemerintah setempat seperti BPUD. Evaluasi

proses pada pelaporan program imunisasi campak kurang efektif, seperti terbatasnya perencanaan

program imunisasi campak kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program imunisasi campak setiap

bulan. Evaluasi output dalam cakupam program imunisasi campak belum efektif, seperti terbatasnya cakupan imunisasi campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi

campak. Saran bagi pihak puskesmas diharapkan dapat membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi

camak setiap bulan yang telah dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung, sehingga pelaksanaan dalam program imunisasi dapat terlaksana dengan baik.

The success of the immunization program is the achievement of UCI evenly to eradicate the coverage

of mortality and morbidity among children under measles. Basic Health Research in 2013 reported that

the coverage of measles in West Java is 29.2% lower than the target set at 90%. This study aims to find out evaluation of measles immunization program planning in UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Bandung.

Type of qualitative research with snowball sampling method. The number of informants consisted of 4

people consisting of 1 immunization program manager, 1 midwife coordinator and 2 midwives. The research instrument is guidance interview with human instrument technique. The results obtained after

interviewing 4 informants to obtain more in-depth information about the evaluation of measles

immunization program evaluation found that the evaluation of inputs in measles immunization implementation is still limited, which is not optimal measles immunization schedule routinely, the

limited stock vaccine immunization against measles and has not received fund allocation Specifically

from local government such as BPUD. Process evaluation on measles immunization reporting

programs is less effective, such as limited future measles immunization planning and no reporting of measles immunization program every month. Output evaluations in measles immunization programs

have not been effective, such as the limited coverage of overall measles immunization and the limited

organization of measles immunization programs. Suggestion for puskesmas party is expected to make recording and reporting immunization of Measles every month which has been done inside building

and outside of building, so that implementation in immunization program can be done well.

Kata Kunci : Campak, Evaluasi, Imunisasi, Perencanaan

Page 2: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

ii STIKes Dharma Husada Bandung

PENDAHULUAN

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

saat ini mempunyai beban ganda. Penyakit

menular masih merupakan masalah, sementara

penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal

batas wilayah administrasi, sehingga

menyulitkan pemberantasannya. Tersedianya vaksin dapat mencegah penyakit menular

tertentu, maka tindakan pencegahan untuk

mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat

dilakukan dalam waktu relatif singkat dan

dengan hasil yang efektif (Kemenkes RI, 2015).

Menurut Sukarmin, (2014) imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan

penyebaran penyakit yang bertujuan untuk

memberikan kekebalan terhadap tubuh anak dengan cara pemberian vaksin. Vaksin berasal

dari bibit penyakit tertentu yang dapat

menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini terlebih dahulu dilemahkan/ dimatikan

sehingga tidak berbahaya lagi terhadap

kelangsungan hidup manusia

Pada hakekatnya, kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya

dapat diperoleh secara alami maupun buatan.

Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam

tubuh anak sementara kekebalan aktif

didapatkan apabila anak terjangkit suatu

penyakit, yang berarti masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak untuk membentuk

antibodi sendiri secara aktif. Oleh karena itu,

perlu dilakukan imunisasi sebagai upaya pencegahan terhadap serangan penyakit yang

berpengaruh terhadap status gizi anak akan

berdampak pada kematian pada anak (Ranuh, dkk, 2011).

Berdasarkan angka kematian pada anak.

Imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian

anak di dunia setiap tahunnya. Namun demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia

tidak terjangkau imunisasi rutin. Lebih dari

13% anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi lengkap (Kemenkes 2014). Beberapa

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I) adalah Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, Pertussis

dan Polio. Berdasarkan data Profil Kesehatan

tahun 2013 ditetapkan target UCI tahun 2013

adalah sebesar 95%. Pada tahun 2013 terdapat tiga provinsi yang memiliki capaian UCI

tertinggi sebesar 100% yaitu DIY Yogyakarta,

DKI Jakarta, dan Jambi. Sedangkan Provinsi

Jawa Barat memiliki pencapaian terendah sebesar 13,05%. Pencapaian UCI di Jawa Barat

masih belum mencapai target yaitu sebesar

80,18% (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, persentase cakupan imunisasi dasar

lengkap di Indonesia sebesar 59,2%. Cakupan

imunisasi dasar lengkap bervariasi antar provinsi, yaitu tertinggi di DI Yogyakarta

(83,1%) dan terendah di Jawa Barat (29,2%)

(RISKESDAS 2013). Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan suatu

rencana strategis dalam upaya percepatan

pencapaian UCI yaitu Gerakan Akselerasi

Imunisasi Nasional UCI 2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014) yang dituangkan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 482/MENKES/SK/IV/2010. Sasaran dari kegiatan GAIN UCI adalah

seluruh bayi usia 0-11 bulan untuk

mendapatkan imunisasi dasar lengkap sehingga seluruh desa/kelurahan mencapai UCI.

Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan

unsur yang sangat penting dalam pelayanan

imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dalam keberhasilan program

imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata

di tingkat desa. Pelayanan imunisasi dilakukan di puskesmas dan lapangan (posyandu). Hasil

pelayanan imunisasi baik di puskesmas maupun

dilapangan (posyandu) di rekapitulasi oleh

jurim (juru imunisasi) dan hasil ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai hasil

cakupan pelayanan imunisasi dari suatu

wilayah kerja (desa). Jurim selain sebagai pelaksana imunisasi juga sebagai koordinator

imunisasi puskesmas yang bertanggug jawab

terhadap keberhasilan program imunisasi di puskesmas (Kepmenkes RI No. 482 tahun

2010).

Kegiatan manajemen pelaksanaan imunisasi

yang dilakukan puskesmas meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan

serta pengawasan yang berkaitan dengan

pencapaian UCI. Kegiatan manajemen dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan

pencapaian UCI, sehingga diperlukan adanya

perbaikan terhadap manajemen pelaksanaan dalam pencapaian UCI. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti

(2013) tentang analisis manajemen pelaksanaan

imunisasi oleh bidan desa kaitannya dengan pencapaian UCI yang merupakan penelitian

observasional dengan pendekatan cross

sectional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

Page 3: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

iii STIKes Dharma Husada Bandung

di dapatkan hasil bahwa manajemen perencanaan dan penggerakan berpengaruh

terhadap pencapaian UCI yang belum optimal.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di UPT

Puskesmas Ibrahim Adjie. Menurut data laporan tahunan 2015 didapatkan jumlah

penduduk sebesar 21.265 jiwa yang terdiri dari

3 kelurahan yaitu Kebon Waru, Kebon Gedang dan Cibangkong, dari data kelurahan tersebut

jumlah posyandu yang melaksanakan imunisasi

yaitu sebanyak 67 posyandu, jika dilihat berdasarkan situasi derajat kesehatan yaitu

jumlah angka kematian pada balita sebanyak 3

orang, hal tersebut dikarenakan kurangnya

sarana dan prasarana masih terbatas, jumlah vaksin yang ada masih kurang, sehingga

pelaksanaan program imunisasi secara rutin

dengan target kumulatif semula 87,7% mengalami penurunan yang sangat signifikan

71,9%, sehingga angka penurunan sebesar

15,8% sangat signifikan yaitu mengingat target cakupan imunisasi untuk setiap puskesmas

minimal 80%.

Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan

unsur yang sangat penting dalam pelayanan imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab

yang besar dalam keberhasilan program

imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata dan setingkat dengan pelayanan kesehatan

lainya. Pelayanan imunisasi dilakukan di

puskesmas. Hasil pelayanan di rekapitulasi oleh

jurim ( juru imunisasi ) dan hasil ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan sebagai hasil cakupan

pelayanan imunisasi dari suatu wilayah kerja

(desa). Dengan demikian jurim selain sebagai pelaksana imunisasi juga sebagai kordinator

imunisasi puskesmas yang bertanggung jawab

terhadap keberhasilan program imunisasi di puskesmas.

Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk

mencapai tujuan akhir program imunisasi yaitu

menurunkan angka kesakitan dan angka kematian terhadap kondisi sanitasi lingkungan

yang buruk ditambah dengan keadaan gizi yang

menurun dapat menyebabkan berjangkitnya penyakit menular antara lain diare, ISPA, kulit,

campak, malaria dan demam berdarah situasi

penyakit tersebut biasanya akan berakibat pada tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi.

Kepadatan penduduk yang menyebabkan

meningkatkan resiko penyakit pada setiap

keadaan darurat adalah lingkungan yang tidak sehat, kemiskinan, tingkat kepadatan penduduk

yang berlebihan, jumlah dan kualitas air yang

rendah, dan asupan makanan yang kurang.

Salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan dikalangan masyarakat adalah

campak. Program prioritas yang perlu segera

dilakukan pada cakupan yang tinggi adalah

kegiatan imunisasi campak dan pemberian makanan tambahan untuk bayi dan balita,

dengan pertimbangan kerentanan golongan

umur tersebut. Vaksinasi campak harus menjadi prioritas yang tertinggi dan dilakukan sedini

mungkin, karena campak merupakan suatu

penyakit yang paling menular dan dengan virus yang paling kuat. Kepadatan penduduk

merupakan lingkungan yang ideal bagi

penularan secara cepat dan luas sehingga

mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama pada anak-anak. Imunisasi

campak diberikan secara serentak kepada bayi

mulai berumur 6 bulan hingga 15 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.

Selain itu juga dilakukan pemberian vitamin A

dengan dosisi yang tepat (Adiono, 2012) Salah satu upaya pencegahan penyakit yang

dilakukan adalah campak, berupa pemberian

imunisasi campak terhadap 71.516 anak di

wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie tahun 2015 atau 79,8% dari sasaran. Sedangkan bayi

dan anak yang mendapat imunisasi campak di

seluruh wilayah kerja tersebut adalah 188.580 atau 15,8% dari total sasaran 1.190.558 anak.

Target yang ditetapkan adalah 90%. Hasil

cakupan imunisasi campak di Kota Bandung

adalah 72,83%. Cakupan yang tinggi harus disertai dengan

mutu program yang tinggi pula. Untuk

meningkatkan mutu program, pembinaan dari atas (supervisi) sangat diperlukan. Supervisi

dapat berupa suatu kegiatan evaluasi. Evaluasi

digunakan untuk memberikan penilaian terhadap program yang sedang berjalan, atau

yang telah dilaksanakan, apakah

pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar

(Asrul, 2010). Sehingga pada penelitian ini, program imunisasi di UPT Puskesmas Ibrahim

Adjie Kota Bandung akan dinilai berdasarkan

komponen input terdiri dari waktu, jumlah vaksin, petugas imunisasi, sarana dan

prasarana, pendanaan. Proses (pelaksanaan)

yaitu perencanaan, pendataan atau pencatatan dan pelaporan, pelaksanaan imunisasi dan yang

terakhir adalah output (melaksanakan) yaitu

cakupan imunisasinya sebagai indikator output.

Penelitian yang dilakukan yaitu dengan pendekatan kualitatif, dengan alasan kualitatif

karena peneliti ingin langsung menemukan

fenomena secara mendalam antara peneliti dan

Page 4: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

iv STIKes Dharma Husada Bandung

informan, sehingga informasi tentang program imunisasi dapat ditemukan dengan jelas, aktual

dan akurat, selain itu peneliti ingin menemukan

data yang tampak, dipahami dengan apa yang

diucapkan oleh informan yaitu tentang program imunisasi campak.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak,

peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting

sehingga anak dapat terbebas dari penyakit

infeksi. Dengan adanya perencanaan program imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka

kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan

balita dapat berkurang, oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang judul evaluasi perencanaan program imunisasi

Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota

Bandung.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Pengumpulan data

Metode yang di gunakan adalah wawancara

mendalam, di harapkan peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

tentang informan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal

ini tidak bisa di temukan melalui observasi

(Sugiyono, 2012). Adapun pelaksanaannya menggunakan alat

bantu rekaman berupa tape recorder dan di

catat secara langsung hal-hal intinya. Waktu

pelaksanaanya setelah ada kesepakatan terlebih dahulu dengan informan untuk menjaga

kerahasiannya.Wawancara ini juga tidak di

lakukan sekaligus melainkan dalam waktu yang sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

informasi yang lebih lengkap dan banyak.

Format wawancara mengacu kepada kerangka atau panduan wawancara yang telah di siapkan

sebelumnya oleh peneliti. Wawancara

dinyatakan selesai di laksanakan jika informan

mengalami titik jenuh dalam menjawab pertanyaan.

Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini

adalah sebanyak 4 Informan. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan metode snowball sampling. Penentuan informan menggunakan

snowball sampling sesuai rekomendasi dari

informan yang sudah diwawancara. Snowball

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang pada awalnya sedikit, lama-lama menjadi

besar. Informan yang di teliti sebanyak 4 orang

dengan kriteria sebagai berikut

1. Informan yang menguasai dan memahami program campak dalam proses kegiatan,

sehingga perogram campak bukan sekedar

di ketahui, tetapi juga di hayatinya oleh

informan. 2. Informan aktif dan sedang berkecimpung

atau terlibat pada kegiatan yang telah di teliti

yaitu tentang program campak. 3. Informan yang mempunyai waktu yang

memadai untuk di mintai informasi tentang

program campak 4. Informan tidak cenderung menyampaikan

informasinya sendiri

5. Informan yang tidak asing untuk dijadikan

informasi dalam narasumber program campak.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang di

gunakan mengukur fenomena alam maupun

sosial yang di amati (sugiyono, 2012). Instrumen penelitian yang di gunakan adalah

human instrument atau peneliti sendiri.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang di lakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk di analisis

Langkah ini melibatkan transkripsi

wawancara, men-scaning materi, mengetik

data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut kedalam jenis -jenis

yang berbeda tergantung pada sumber

informasi. 2. Membaca keseluruhan data

Pada tahap ini, membangun general sense

atas informasi yang di peroleh dan merefleksikan maknanya secara

keseluruhan dengan menulis catatan-catatan

khusus atau gagasan-gagasan umum tentang

data yang diperoleh. 3. Menganalisis lebih detail dengan meng-

coding data

Coding merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen

tulisan sebelum memaknainya.

4. Terapkan proses Coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,

kategori-kategori, dan teman-teman yang di

analisis peneliti dapat membuat kode-kode

untuk mendeskripsikan semua informasi dan menganalisisnya untuk proyek studi

kasus, etnografi, atau penelitian naratif.

Page 5: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

v STIKes Dharma Husada Bandung

5. Tunjukan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan di sajikan kembali dalam

narasi/laporan kualitatif.

Langkah ini meliputi pembahasan tentang

pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema terntentu atau berhubungan antar

tema.

6. Menginterprestasi atau memaknai data. Interprestasi atau pemaknaan ini bisa berupa

pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari

data dan analisis, dan bukan hasil ramalan peneliti.

Keabsahan Penelitian

Keabsahan data adalah data yang memenuhi nilai kebenaran, dapat diterapkan, konsisten

dan memenuhi unsur netralis bukan persepsi

peneliti. Uji keabsahan data meliputi uji derajat kepercayaan data (Credibility), Keteralihan

data (Transferability), Kebergantungan data

(Dependability), dan Kepastian data (Comfirmability).

1. Derajat kepercayaan data (Credibility)

Uji kredibilitas data dilakukan dengan

pengamatan. Dengan cara peneliti ke lapangan, melakukan wawancara dengan

informan. Dengan pengamatan ini hubungan

peneliti dengan informan akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka,

saling mempercayai sehingga tidak ada

informasi yang disembunyikan .

2. Keteralihan data (Transferability) Transferability ini merupakan validitas

eksternal menunjukan derajat ketepatan atau

dapat diterapkanya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan

informasi sebanyak-banyaknya hingga membuat laporanya memberikan uraian

yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat

dipahami.

3. Kebergantungan data (Dependability) Depenability disebut juga reliabilitas,

dimana suatu penelitian yang reliabel adalah

apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian

tersebut. Pengujian dependability dilakukan

dengan cara penelitian dibawah arahan pembimbing melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian.

4. Kepastian data (Comfirmability).

Comfirmability atau uji obyektivitas, penelitian dikatakan obyektif bila hasil

penelitian telah disepakati oleh informan.

Peneliti telah melakukan comfirmability

dengan menunjukan hasil yang telah dibuat pada informan dan pembimbing untuk

mendapatkan saran atau komentar.

HASIL PENELITIAN

Pemahaman Informan terhadap evaluasi

input pelaksanaan program imunisasi

campak

Temuan : Program Imunisasi Sudah

Terjadwal Baik Di Dalam Gedung Maupun

Diluar Gedung

Informan I : “Jadwal imunisasi, didalam

gedung itu yaitu di poli yang dilaksanakannya

hari Selasa dan hari Jumat, kalau diluar gedung itu kita memasarkan di beberapa

posyandu yang sasaran imunisasinya banyak,

sama ada nanti diakhir bulan ada sweeping di 3 keluarahan, keluarahan binaan kita yaitu

Kebon Waru, Kebon Geudang sama

Cibangkong”

Informan 2 : “Eummmm, untuk di Puskesmas

Ibrahim Adjie jadwal imunisasi setiap Selasa-

Jumat, setiap posyandu ada jadi sudah cukup lengkap yah, untuk jadwalnya”

Informan 3 : “Kalau untuk waktu dan jadwal imunisasi sudah lengkap, waktunya 2 kali

dalam seminggu, semua jenis imunisasipun

ada”

Informan 4 : “Kalau didalam gedung

puskesmas setiap hari Selasa-Jumat, kalau di

posyandu hampir setiap hari ada jadwal posyandu”

Temuan : stock vaksin imunisasi campak

tergantung dari ketersediaan dari dinas

kesehatan

Informan 1 : “Vaksin sudah lengkap euuuu...jadi setiap bulanya kita

meeeendapatkan vaksinnya ngambil di Dinas

Kesehatan kota Bandung, jadi pakai gastoknya sudah mulai berkurang kita ada permintaan ke

Dinas Kesehatan Kota Bandung dan dipenuhi

sesuai yang kita butuhkan, tapi terkadang jika tidak ada petugas yang mengambil kesana

kekurngan stock masih yang digunakan

seadanya”

Informan 2 : “Sudah bagus ko, lengkap, tetapi kalau misalkan ada kekurangan kita harus

menunggu dari Dinkes Kota Bandung”

Page 6: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

vi STIKes Dharma Husada Bandung

Informan 3 : “Untuk vaksin memang sudah lengkap, tetapi terkadang kita kan masih

tergantung sama dines ya, jadi tergantung

sama dinesnya apakah stoknya ada atau

tidaknya”

Informan 4 : “Sudah, akan tetapi tergantung

dari dinkes, apakah sudah dikirim atau belum”

Temuan : Sumber dana sudah ada dari BOK

dan BUPD Informan 1 : “Kalau untuk imunnisasi wajib

mah, kita kan sudah menjadi tugas kita sebagai

bidan yah, karena kita sudah digaji ya,

walapun kita melakukan itu mah kan, udah ada euuu orangnya tuh maksudnya tuh, kalau

didalam gedung kan itu gak ada dananya,

kecuali kalau ada imunisasi tambahan diluar imunisasi wajib. Imunisasi tambahan seperti

misalnya ada pin, atau sekrang paling banyak

diadakan kampanye, campak-campak, pusup polowup, do, imunisasi, ada pembiyaanya, jadi

jika kita melakukan penyisiran jumlah yang

banyak lapangan, diluar gedung kita ada

namanya biaya transfortasi, per-nanti berapa kali kita kelapanganya, itu untuk transfor

biayaan imunisasi, terus ada juga misalnya

sosialisasi, ada suatu kegiatan imunisasi dalam sekala besar seprti pin, campak kan otomatis

sebelum-sebelumnya harus ada persiapan, nah

persiapan-persiapan itu ketika kita melibatkan

peran akseptor, peran kader, kita harus keplapangan, pemberitahuan masyarakat,

sosialisasi semua ada pembiyaan dari BOK”

Informan 2 : “Untuk pendanaan yang sedang

berlangsung sudah kok, pendanaan dari APBD,

gak tahu untuk kedepan BPUD nya mah yah” Informan 3 : “Kalau pelaksaanaan program

saya kurang tahu, karena itu kan pemegang

program yang mengetahui alokasi dananya dan

seperti apa prosesnya jadi harus berkoordinasi dengan pemegang programnya”

Informan 4 : “Ada, dan kalau dari APBD mungkin ada ya, saya bukan pemegang

programnya ya jadi saya tidak tahu”

Pemahaman Informan terhadap evaluasi

proses pelaksanaan program imunisasi

campak

Temuan : perencanaan program imunisasi

campak kedepan

Informan 1 : “Belum ada rencana untuk pelaksanaanya, akan tetapi dilaksanakan

dengan baik”

Informan 2 : “Ada program crash campak, di bulan September-Oktober”

Informan 3 : “Kalau perencanaan program imunisasinya mah pelaksanan dalam gedung

tetap dilaksanakan diluar gedung pun tetap

dilaksanakan dan ada cass program campak yang akan dilakukan pada bulan Agustus-

September yah?.....eh Juli-Agustus”

Temuan : hasil pelaporan program

imunisasi campak belum dilakukan secara

rutin setiap bulan

Informan 1 : “Bukan menerima, tapi merekap jadi setiap posyandu itu dia dikasih kohort, dan

dari kohort nanti ditulis, status imunisasinya di

kohort imunisasi, kohort bayi itu kan, diseblahnya ada imunisasi, nah diakhir bulan

tanggal 25 saya nanyin gimana hasilnya, lalu

saya masukin ke buku kuning, itu yang diluar

gedung, untuk diadalam gedung, di rekap juga untuk didalam wilayah dan di luar wilayahnya,

terus untuk sweeping direkap di masukin, nanti

hasilnya menjadi laporan dimasukin setiap bulan, tapi terkadang kita tidak melakukan

pencatatan setiap bulan”

Informan 2 : “Tidak Setiap bulan dan dilaporkan ke Dinkes kesehatan Kota Bandung,

seharusnya sih setiap bulan”

Informan 3 : “Kalau untuk pelaksanaan didalam gedung memang setiap harinya kita

catat, lalu di rekap sama pemegang

programnya, tidak tahu apakah dilaporkan setiap bulan atau tidak”

Informan 4 : “Bukan menerima tetapi kita

mencatat lalu melaporkan setiap bulan yang diserahkan kepada pemegang program dan

dari pemegang program diserahkan ke dines”

Pemahaman Informan terhadap evaluasi

output pelaksanaan program imunisasi

campak

Temuan : cakupan imunisasi campak secara

menyeluruh

Informan 1 : “Sudah mencapai target, akan

tetapi belum semuanya balita mendapatkan imunisasi campak itu sendiri”

Page 7: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

vii STIKes Dharma Husada Bandung

Informan 2 : “Sudah mencapai target, tapi belum secara keseluruhan mendapatkanya”

Informan 3 : “Kalau untuk cakupan imunisasi

campak harus dilihat dari pemegang programnya, jadi kita tidak tahu angka riil nya

seperti apa, yang pasti setiap pelaksanaanya

pasti di catat untuk meningkatkan cakupanya”

Temuan : pengorganisasian program

imunisasi campak

Informan 1 : “Sebenarnya imunisasi disini tidak

usah di pilah-pilah ya yah, kalau disini

tugasnya imunisasinya ya, semua keseluruhan

imunisasi, mau ia imunisasi hamil, mau imunisasi catin, imunisasi bayi, balita, bahkan

anak sekolah, itu menjadi tanggung jawab ya,

sesuai dengan imunisasi nya SK nya yang penangung jawab para medis, kita bidan dan

beberapa perawat diluar geung ke posyandu di

memberikan imunisasi juga, jadi ada pelaksanan imunisasinya. Kalau misalnya

untuk di luar gedung, di lapangan biasanya

pembinaan secara khusus”

Informan 2 : “Ada apa itu namnya.......

.euuuuu......eummmm... pemegang programnya

yang khusus menangani ini imunisasi dan bukan sekedar imunisasi sih, tapi untuk

pelaksanaanya kita seluruh tenaga kesehatan

ikut melaksanakan”

Informan 3 : “Ada, cuman tidak tahu”

Informan 3 : “Ada”

Dapat disimpukan dari hasil wawancara

terhadap informan 1,2,3,4 ditemukan evaluasi input pelaksanaan program imunisasi campak

yaitu Informan sudah mengetahui jadwal

imunisasi, namun belum dilaksanakan dengan

optimal, yang terkadang petugas tidak hadis dalam pelaksanaanya. Informan kekurangan

stock vaksin yang digunakan pelaksanaan

imunisasi campak masih terbatas dan tergantung dari dines kesehatan setempat,

Keterbatasan informan dalam alokasi dana

belum optimal dari BPUD pemerintah. Evaluasi proses pelaksanaan program imunisasi

campak yaitu Informan belum mengetahui

rencana kedepan tentang program imunisasi

campak, Informan tidak melakukan pencatatan imunisasi campak setiap bulan. Evaluasi output

pelaksanaan program imunisasi campak yaitu

pengorganisasian program imunisasi campak belum optimal.

Pembahasan

Evaluasi input dalam pelaksanaan program

imunisasi campak di UPT Puskesmas

Ibrahim Adjie Kota Bandung

Berdasarkan penyataan Informan hasil wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi

input dalam pelaksanaan imunisasi campak

masih terbatas yaitu belum optimalnya jadwal imunisasi campak secara rutin, masih

terbatasnya stock vaksin imunisasi campak

serta belum mendapatkan alokasi dana dari

pemerintah setempat dan saat ini baru dari BOK dan APBD, akan tetapi dari BPUD belum ada

alokasi secara khusus.

Jadwal imunisasi yang dilakukan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yaitu

1 minggu 2 kali. Akibat Pemberian Imunisasi

yang tidak tepat waktu pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai

jadwal yang ditetapkan. Keadaan ini

merupakan hambatan untuk melanjutkan

imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang

perlindungan atau belum mencapai kadar

antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu yang lama. Ketaatan

kunjungan imunisasi dinilai dengan ketepatan

jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang

minimal 4 minggu sampai 6 minggu (Sugiarti, 2012).

Sedangkan untuk stock vaksin di puskesmas

UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung hanya menunggu dari pihak dinkes yang

dikirim artinya stock vaksin yang digunakan di

puskesmas diatur oleh pihak dinkes stempat. Secara teori Apabila jumlah vaksin di tempat

kejadian KIPI/lapangan tidak mencukupi

kebutuhan pengujian, maka pengambilan

sampel dapat dilakukan di Puskesmas/Dinas Kesehatan setempat yang merupakan sumber

pengadaan dari vaksin yang terkait KIPI pada

tingkat Kecamatan/Kabupaten. Apabila sampel masih tidak mencukupi/ habis maka

pengambilan sampel dilakukan pada Dinas

Kesehatan Provinsi. Di Puskesmas Ibrahim Adjie untuk pelaksanaan

Program imunisasi khususnya program campak

dilakukan didalam gedung dan diluar gedung.

Didalam gedung pelaksanaan imunisasi yang dilaksanakan di ruangan poli. Poli imunisasi di

Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan tempat

bagi balita untuk melakukan imunisasi yang

Page 8: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

vii

i

STIKes Dharma Husada Bandung

secara khusus di sediakan untuk program imunisasi campak, dan sarana untuk tempat

penyimpanan vaksin, kegiatan yang dilakukan

di poli imunisasi ini adalah pemberian vaksin

bagi bayi diantaranya adalah campak. Biasanya pelayanan imunisasi dilaksanakan setiap hari

khusus yaitu Selasa-Jumat dan dilayani

langsung oleh seorang Bidan Puskesmas. Poli imunisasi di kelola oleh seorang Bidan

koordinator dan bidan pelaksana KIA, karena

bidan pelaksana KIA yang mencatat perkembaangan balita yang diaplikasikan

kepada khort balita.

Sedangkan diluar gedung pelaksanaan

imunisasi dilaksanakan bukah hanya 1 imunisasi saja, melainkan imunisasi

dilaksanakan dalam jenis banyak, diantaranya

BCG, TD, TT, DPT/HB, CAMPAK, POLIO dan VENTAVALEN yang merupakan vaksin

baru. Biasanya puskesmas Ibrahim Adjie

melaksakanya pada tiga kelurahan yaitu Kebon Waru, Kebon Gedang, dan Cibangkong.

Berikut pernyataan informan 1, 2, 3 dan 4 yang

menyatakan hampir sama bahwa :

“Jadwal imunisasi, didalam gedung itu yaitu di poli yang dilaksanakannya hari selasa dan hari

jumat, kalau diluar gedung itu kita

memasarkan di beberapa posyandu yang sasaran imunisasinya banyak, sama ada nanti

diakhir bulan ada sweeping di 3 keluarahan,

keluarahan binaan kita yaitu Kebon Waru,

Kebon Geudang sama Cibangkong” Disposisi dalam pelaksanaan program

imunisasi campak berupa supervisi yang

dilakukan oleh DKK dan Kepala puskesmas secara berkala dan berkesinambungan meliputi

pemantauan, pembinaan dan pemecahan

masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana program

dilaksanakan sesuai standar dalam rangka

menjamin tercapainya tujuan program.

Supervisi juga sekaligus untuk melaksanakan terhadap petugas dilapangan serta diharapkan

menimbulkan motivasi untuk meningkatkan

kinerja petugas lapangan sehingga akan menjadi lebih terampil baik segi teknis maupun

manajerial.

Sejalan dengan hasil penelitian Rochmah (2015) tentang analisis sistem kemitraan dalam

program imunisasi berdasarkan peran dinas

kesehatan setempat , bidan desa, dan

masyarakat yang mendapatkan hasilnya yaitu masih terbatasnya jadwal, vaksin dan anggaran

dalam program imunisasi campak secara

keseluruhan, waktu yang diselengraakan saat ini masih terbatas.

Waktu adalah Informasi mengenai kapan suatu

jenis vaksinasi atau imunisasi harus diberikan

kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan negara lain

tergantung kepada lembaga kesehatan yang

berwewenang mengeluarkannya. Akibat Pemberian Imunisasi yang tidak tepat waktu

pada keadaan tertentu imunisasi dapat

dilaksanakan tidak sesuai jadwal yang ditetapkan (Sugiarti, 2012).

Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk

melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar

antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang perlindungan atau belum mencapai

kadar antibodi yang bisa memberikan

perlindungan untuk kurun waktu yang lama. Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai dengan

ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan

ulang minimal 4 minggu sampai 6 minggu (Sugiarti, 2012).

Stock vaksin imunisasi campak di Ibrahim

Adjie masih terbatas yaitu stock vaksin yang

diambil dari pihak Dinkes terkait, dan jika masih kekurangan digunakan hanya vaksin

seadanya. Sedangkan vaksin, alat suntik, safety

box, termos dan kartu imunisasi lengkap di masing-masing puskesmas karena

perlengkapan tersebut didistribusikan langsung

dari dinas kesehatan tiap bulan dan dengan

kondisi yang baik. Petugas imunisasi tiap puskesmas mengambil langsung ke puskesmas.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

informasi bahwa memang sejak awal tidak ada pengalokasian khusus untuk imunisasi, sumber

dananya dari dana APBD (Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah). Jadi, untuk dana program imunisasi masih kurang karena

tidak adanya pengalokasian khusus untuk

program imunisasi. Informasi tersebut

diperoleh dari hasil wawancara mendalam informan 2 sebagai berikut :

Untuk pendanaan yang sedang berlangsung

sudah kok, pendanaan dari APBD, gak tahu untuk kedepan BPUD nya mah yah”

Menurut Hasil penelitian bahwa untuk dapat

melaksanakan kebijakan dari suatu program yang ada, para pelaksana harus mendapat

sumber yang dibutuhkan agar program berjalan

lancar, salah satunya dalam bentuk uang. Dana

sebagai syarat kelancaran sebuah program harus dialokasikan secara tepat, demikian juga

kelancaran dalam proses penyediaan dan

penggunaannya. Jadi diharapkan adanya

Page 9: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

ix STIKes Dharma Husada Bandung

pengalokasian khusus untuk program imunisasi agar pelaksanaan kegiatannya lancar.

Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam

penyimpanan maupun saat transportasi ke

tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik (imunogenisitas tinggi). Perlu diketahui,

bahwa vaksin adalah produk biologis yang

sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin yang sensitif terhadap panas misalnya vaksin

polio, campak dan BCG. Ada vaksin yang

sensitif terhadap pembekuan misalnya vaksin heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun secara

umum, semua vaksin akan rusak bila terpapar

suhu panas, namun vaksin polio, campak dan

BCG akan lebih mudah rusak pada paparan panas bila dibanding vaksin hepatitis B, DPT,

DT dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan

memiliki tempat penyimpanan vaksin. Demikian juga dalam pendistribusiannya

penting untuk diperhatikan. Faktor yang dapat

merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu dan kelembaban.

Dapat disimpulkan bahwa evaluasi input dalam

pelaksanaan program imunisasi campak di

Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yang dilihat berdasarkan pernyataan dari jawaban

informan 1,2,3,4 yaitu terbatasnya evaluasi

input dalam pelaksanaan imunisasi campak seperti jadwal imunisasi campak belum

optimal, terbatasnya sarana dan prasarana stock

vaksin campak masih kurang, dan belum ada

alokasi dana dari BPUD.

Evaluasi proses dalam pelaksanaan

program imunisasi campak di UPT

Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung

Berdasarkan penyataan Informan hasil

wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi proses pada pelaksanaan program imunisasi

campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota

Bandung, hasil temuan dari informan yaitu

terbatasnya perencanaan program imunisasi campak kedepan dan hasil pelaporan program

imunisasi campak setiap bulan masih terbatas.

Perencanaan program imunisasi campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung

yaitu masih terbatas. Pada dasaranya

Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah

kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana

tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam.

Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan

pengembangan.

Perencanaan program imunisasi campak di Puskesmas Ibrahim Adjie belum ada

perencanaan yang dialokasikan secara khusus,

jadi hanya pada saat pelaksanaanya saja

imunisasi campak dilaksakankan dan belum ada perencanaan kedepan dalam tindak lanjut

perogram imunisasi campak. Seperti informasi

yang dinyatakan oleh informan 1 yaitu sebagai berikut :

“Belum ada rencana untuk pelaksanaanya,

akan tetapi dilaksanakan dengan baik” Dalam pelaksanaannya, program imunisasi

dituntut agar dapat terselenggara secara efektif

dan efisien. Salah satu cara agar program

imunisasi berjalan efektif dan efisien maka perlu adanya koordinasi baik lintas program

ataupun lintas sektor. Koordinasi lintas

program dilakukan dengan bekerjasama dengan program lain yang ada di Puskesmas, misalnya

program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau

program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Koordinasi lintas sektor dilakukan untuk

mengurangi terjadinya ketidak sepahaman

lintas sektor, misalnya dengan Departemen

Agama, Dinas Kesehatan, dan institusi pemerintah lainnya.

Proses pemberian imunisasi harus

memperhatikan keamanan vaksin dan penyuntikan agar tidak terjadi penularan

penyakit terhadap tenaga kesehatan pelaksana

pelayanan imunisasi dan masyarakat serta

menghindari terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) (Kemenkes RI, 2013).

Sebelum pelaksanaan imunisasi, pelaksana

pelayanan imunisasi harus memberikan informasi lengkap tentang imunisasi meliputi

vaksin, cara pemberian, manfaat dan

kemungkinan terjadinya KIPI. Pemberian informasi imunisasi wajib yang dilakukan

secara perorangan dilakukan sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Pemberian

informasi wajib yang dilakukan secara massal dilakukan melalui pemberitahuan dengan

menggunakan media massa dan/atau media

informasi kepada masyarakat (Kemenkes RI, 2013).

Penyelenggaraan imunisasi wajib dicatat dan

dilaporkan secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat pelayanan sampai dengan tingkat

pusat. Pencatatan dan pelaporan meliputi

cakupan imunisasi, stok dan pemakaian vaksin,

monitoring suhu, dan kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau diduga Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi. Pelaksana pelayanan

imunisasi wajib melakukan pencatatan

Page 10: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

x STIKes Dharma Husada Bandung

terhadap pelayanan imunisasi yang dilakukan. Pencatatan pelayanan imunisasi dilakukan di

buku Kesehatan Ibu dan Anak, rekam medis,

dan/atau kohort

Di Ibrahim Adjie belum secara khusus mencatat pelaporan kegiatan imunisasi dan belum

melaporkan secara khusus kepada pihak dinkes,

karena pada dasarnya perlu adanya tembusan sistem pelaporan kepada pihak terkait, agar

dinas kesehatan setempat memiliki catatan

khusus terkait program imunisasi di wilayah kerjanya. Catatan ini dapat digunakan oleh

dinas kesehatan setempat sebagai bahan

evaluasi terhadap program imunisasi yang telah

berjalan di wilayah kerjanya. Sebagian besar bidan juru imunisasi sudah menjalankan

kewenangannya dengan baik dalam melakukan

pendekatan promotif ke masyarakat. Peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Ibrahim Adjie sebagian besar sudah baik

dengan tingkat persepsi masyarakat mengenai program imunisasi campak yang sangat baik.

Keikutsertaan masyarakat perlu ditingkatkan,

karena masyarakat masih melakukan imunisasi

tidak sesuai dengan wilayah tinggalnya. Keterbukaan masyarakat juga dinilai kurang

maksimal karena masyarakat tidak mengetahui

adanya pihak yang terlibat dalam program imunisasi. Dalam hal dana masyarakat

mengetahui adanya bantuan dana yang

digunakan dalam program imunisasi, namun

tidak mengetahui dana tersebut sudah digunakan sepenuhnya atau disubsidi dalam

program kesehatan lainnya di wilayah

Puskesmas Ibrahim Adjie. Variabel keterbukaan ini juga dinilai kurang sensitif

dikarenakan masyarakat hanya mengetahui

adanya dana untuk program imunisasi namun arah aliran dana tidak mengetahui secara pasti.

Berdasarkan hasil temuan dari 12,3,4 informan

di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota

Bandung dapat disimpulkan bahwa Kurang efektifnya evaluasi proses pada pelaporan

program imunisasi campak, seperti terbatasnya

perencanaan program imunisasi campak kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program

imunisasi campak setiap bulan.

Evaluasi output dalam pelaksanaan

program imunisasi campak di UPT

Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.

Berdasarkan penyataan Informan hasil wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi

output pada pelaksanaan program imunisasi

campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota

Bandung, hasil temuan dari informan yaitu kurang efektifnya evaluasi output dalam

cakupam program imunisasi campak, seperti

terbatasnya cakupan imunisasi campak secara

menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi campak.

Terlaksananya rencana kegiatan puskesmas

campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung, perlu dilakukan pengorganisasian.

Ada dua macam pengorganisasian yang harus

dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para

pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk

setiap satuan wilayah kerja. Dilakukan

pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas

puskesmas dengan mempertimbangkan

kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui

pertemuan penggalangan tim pada awal tahun

kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas

sektoral.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak,

peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting

sehingga anak dapat terbebas dari penyakit

infeksi. Dengan adanya perencanaan program imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka

kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan

balita dapat berkurang, oleh karena puskesmas

mampu membina pada wilayah cakupanya tentang imunisasi campak terpenuhi, sehingga

balita terhidar dari penyakit campak secara

optimal. Salah satu upaya pencegahan penyakit yang

dilakukan adalah campak, berupa pemberian

imunisasi campak. Cakupan yang tinggi harus disertai dengan mutu program yang tinggi pula.

Untuk meningkatkan mutu program,

pembinaan dari atas (supervisi) sangat

diperlukan. Supervisi dapat berupa suatu kegiatan evaluasi. Evaluasi digunakan untuk

memberikan penilaian terhadap program yang

sedang berjalan, atau yang telah dilaksanakan dalam evaluasi proses program pelaksanaan

imunisasi, apakah pelaksanaannya sudah sesuai

dengan standar (Asrul, 2010). Berdasarkan hasil temuan informan 1,2,3,4

tentang evaluasi output pada pelaksanaan

program imunisasi campak di UPT Puskesmas

Ibrahim Adjie Kota Bandung dapat disimpulkan bahwa evaluasi output dalam

cakupam program imunisasi campak belum

efektif, seperti terbatasnya cakupan imunisasi

Page 11: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

xi STIKes Dharma Husada Bandung

campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi campak.

Setelah pengorganisasian selesai dilakukan,

kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan

rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang

telah ditetapkan pada pengorganisasian,

ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya

rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah

disusun, terutama yang menyangkut jadwal

pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab

dan pelaksana. Menyusun jadwal kegiatan

bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban

kegiatan puskesmas harus terbagi habis dan

merata kepada seluruh petugas. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan

jadwal yang telah ditetapkan. Pemantauan yaitu

Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan

kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal

sebagai berikut: Melakukan telaahan

penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, yang dibedakan atas dua hal yaitu

telaahan internal dan telaahan eksternal.

Telaahan internal merupakan telaahan bulanan

terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai puskesmas, dibandingkan dengan

rencana dan standar pelayanan. Telahaan

bulanan dilakukan dalam lokakarya mini bulanan puskesmas. telaahan eksternal

merupakan telaahan triwulan terhadap hasil

yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor lain terkait

yang ada di wilayah kerja puskesmas. telaahan

triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini

triwulan puskesmas secara lintas sektor. Pada umumnya setiap sistem membutuhkan

Kepemimpinan atau suatu organisasi secara

khsus begitu juga setiap program imunisasi tentu berharap memiliki pemimpin yang baik

atau keorganisasian yang baik. pemimpin yang

sukses harus memimpin dengan menciptakan suatu kondisi sehingga membuat setiap personil

dapat berkontribusi secara total kepemimpinan

adalah proses untuk melakukan pengembangan

secara langsung dengan melakukan koordinasi pada anggota kelompok serta memiliki

karakteristik untuk dapat meningkatkan

kesuksesan dan pengembangan dalam mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses

mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-

aktivitas tugas dari orang-orang dalam kelompok. Kepemimpinan berarti melibatkan

orang lain, yaitu bawahan atau karyawan yang

dipimpin.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan di Bab sebelumnya tentang evaluasi

perencanaan program imunisasi campak di

Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung

Tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi

campak masih terbatas yaitu Program

Imunisasi Sudah Terjadwal Baik Di Dalam Gedung Maupun Diluar Gedung, stock

vaksin imunisasi campak masih tergantung

pada dines kesehatan setempat serta belum mendapatkan alokasi dana secara khusus

dari pemerintah setempat seperti BPUD.

2. Evaluasi proses pada pelaporan program

imunisasi campak kurang efektif, seperti terbatasnya perencanaan program imunisasi

campak kedepan dan tidak ada hasil

pelaporan program imunisasi campak setiap bulan

3. Evaluasi output dalam cakupam program

imunisasi campak belum efektif, seperti

terbatasnya cakupan imunisasi campak secara menyeluruh dan terbatasnnya

pengorganisasian program imunisasi

campak.

Saran

1. Diharapkan bagi pihak puskesmas membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi camak

setiap bulan yang telah dilaksanakan di

dalam gedung maupun di luar gedung,

sehingga pelaksanaan dalam program imunisasi dapat terlaksana dengan baik.

2. Diharapkan pada pemegang program

imunisasi dapat membuat jadwal imunisasi secara berkala dan dapat direncanakan,

sehingga pelaksanaan program imunisasi

dapat berjalan secara optimal. 3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya

meneliti tentang program imunisasi

sehingga dalam kekurangan pada penelitian

ini dapat dilanjutkan dengan fenomena yang lain, seperti faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya cakupan

imunisasi.

Page 12: Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

xii STIKes Dharma Husada Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Adiono,S. 2012. Analisis Kepemimpinan yang

Mendorong Iklim Kerja dan Motivasi serta

dampaknya Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Sekota Palu. Tesis PS FKM-

UI. Jakarta.

Asrul, 2010. Evaluasi Dan Jadwal Pelaksanaan

Imunisasi

Atikah, 2010. Pedoman Imunisasi Di

Indonesia. Edisi Ketiga.Jakarta: Badan

Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2017

Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi Dan Imunisasi Dasar. Pada Balita.

Yogyakarta : Nuha Medika

Hasuki, 2013. Macam dan jenis Imunisasi.

Jakarta : EGC.

Hidayat, 2012. Ilmu Kesehatan Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar.

Pada Balita.

Johanes, 2015. Semiloka Evaluasi Penilaian

dan Pengukuran. Jakarta, EGC.

Kemenkes RI, 2013. Profil Kesehatan indonesia 2012. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2015. Pedoman Penyelenggaran Imunisasi. Jakarta. Kemenkes RI. 2015.

Muninjaya, 2011. Manajemen Kesehatan, Edisi kedua. EGC. Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta. Rhineka Cipta

, 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta. Rhineka Cipta

Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Rahmawati, 2007. Proporsi Ibu Yang Bekerja Terhadap Anak Dengan Imunisasi Lengkap.

Diakses dari http://eprints.ums.ac.id.

Diunduh pada tanggal 28 Januari 2017

Ranuh, dkk, 2011. Pedoman Imunisasi di

Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta: Badan Penerbit

Ikatan Dokter Anak Indonesia.

RISKESDAS 2013. Riset Kesehatan Dasar.

Rismayanti, 2013. Evaluasi Program Imunisasi. Puskesmas di Kota Makassar Tahun 2012.

Jurnal, FKM Universitas. Hasanuddin.

Sugiarti, 2012. Jadwal dan peran ibu terhadap

Imunisasi. Jakarta : EGC.

Suharto, 2015. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan

Kebijakan Sosial. Alfabeta : Bandung.

Sukarmin, 2014. Asuhan Keperawatan Pada

Anak, Edisi 1,. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Supartini, 2014. Buku ajar konsep dasar

keperawatan anak. Jakarta. EGC

Yusuf, 2015. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta

Wahab, 2012. Analisis kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan

Negara. Bumi Aksara. Jakarta