Seminar Matematika - Elisabeth Isandhyta - 06121008011 (revisi) cad.pptx
Jurnal Elisabeth BX Dasilva
-
Upload
ardian-lee -
Category
Documents
-
view
349 -
download
0
Transcript of Jurnal Elisabeth BX Dasilva
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STATUS PERSONAL HYGIENE PADA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN
DAN SEDANG DI SLB NEGERI II YOGYAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar SarjanaProgram Studi S1 Ilmu Keperawatan
Universitas Respati Yogyakarta
Disusun oleh
ELISABETH B X DASILVA08130454
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATIYOGYAKARTA
2012
ii
ASSOCIATION BETWEEN REARING PATTERN OF PARENTS AND PERSONAL HYGIENE STATUS OF CHILDREN WITH SLIGHT AND
MEDIUM MENTAL RETARDATION AT SLB NEGERI II YOGYAKARTA
Elisabeth B X Dasilva1, Sri Hendarsih2, Sri Rahayu3
ABSTRACT
Background: Mentally retarded children are children are children that have intellectual as well as behavioral limitation and retardation including in aspect of personal hygiene. Most of parents leave personal hygiene of children to baby sitter or child minder. Self care of mentally retarded children in doing personal hygiene requires guidance and support of parents through rearing pattern. Preliminary study at SLB/CI Negeri II Yogyakarta reveals the children have untidy hair, dirty nails and do not clean their mouth after eating.Objective: To identify association between rearing pattern of parents and personal hygiene status of children with slight and medium mental retardation at SLB Negeri II Yogyakarta.Method: The study was descriptive correlation with cross sectional design. Population of the study comprised children with slight and medium mental retardation at SLB Negeri II Yogyakarta and parents as many as 47 people. Samples were taken through total sampling. The study was carried out from November 2011 to July 2012. Data were obtained through questionnaire and analyzed using chi square.Results: Rearing pattern of parents to mentally retarded children at SLB Negeri II Yogyakarta was mainly positive. Status of personal hygiene was adequate. The result of chi square analysis showed score of significance was 0.004 (p<0.05).Conclusion: There was association between rearing pattern of parents and status of personal hygiene of mentally retarded children slight and medium mental retardation at SLB Negeri II Yogyakarta.
Keywords: Rearing pattern, personal hygiene, mental retardation
1 Student of Bachelor’s Degree of Nursing Study of Respati University of Yogyakarta2 Health Polytechnic, Yogyakarta 3 Health UNRIYO
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan dicanangkannya Keluarga Kecil Sejahtera (KKS) dalam rangka menunjang perkembangan nasional
dan manusia Indonesia seutuhnya, maka diperlukkan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas anak. Anak
adalah individu yang unik, karena faktor genetik dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian
kemampuan perkembangannya juga berbeda, tetapi akan tetap menurut patokan umum. Anak retardasi mental
adalah tingkat fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes
intelegensi yang dilaksanakan secara individual. (1)
Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, tempat anak pertama kali berinteraksi
dengan orang lain. Salah satu fungsi keluarga adalah pemenuhan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan fisik yang
meliputi pemenuhan gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, kebersihan diri, lingkungan dan
rekreasi. Dalam pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan dan kebersihan diri, yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan. Faktor yang menyebabkan anak Retardasi Mental ringan dan sedang kurang merawat
kebersihan dirinya adalah kemampuan IQnya terhambat, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam menjaga dan
merawat kebersihan dirinya.(2)
Studi pendahuluan yang dilakukan penelitian, peneliti memutuskan untuk memilih lokasi penelitian di SLB
Negeri II Yogyakarta karena jumlah populasi mencukupi dan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
peneliti dengan kepala sekolah SLB Negeri II Yogyakarta, kegiatan yang dilakukan untuk kebersihan diri pada
siswa SLB yang mengalami retadasi mental ringan dan sedang berupa membina diri yaitu setiap hari diajarkan
menyikat gigi, menyisir rambut dan lain-lain. Sedangkan dari hasil observasi peneliti, siswa-siswi SLB/CI Negeri II
Yogyakarta keadaan rambut tidak rapih, kuku anak kotor, sehabis makan anak tidak membersihkan mulutnya. Anak
mau berinteraksi dengan peneliti walaupun peneliti kurang memahami apa yang disampaikan.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Hubungan antara pola asuh
orang tua dengan status personal hygiene pada anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II
Yogyakarta”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah
ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan status personal hygiene pada anak retardasi mental ringan dan
sedang di SLB Negeri II Yogyakarta”
1
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pola asuh orang tua pada anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB
Negeri II Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya pola asuh anak Retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II Yogyakarta.
b. Diketahuinya status personal hygiene anak Retardasi Mental ringan dan sedang di SLB Negeri II
Yogyakarta.
Manfaat Penelitian
a. Bagi SLB Negeri II Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru untuk membantu meningkatkan status personal
hygiene dengan memberikan pengarahan kepada orang tua untuk selalu menjaga kebersihan diri khususnya
bagi anak retardasi mental ringan dan sedang.
b. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber masukan informasi kesehatan khususnya tentang pola
asuh orang tua dan personal hygiene pada retardasi mental bagi peneliti lain dan dapat juga digunakan
sebagai dasar penelitian dan pengalaman untuk penelitian lebih lanjut.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukkan yang dapat digunakan dalam mendidik, membina, dan mengasuh anak retardasi
mental serta orang tua, khususnya dapat mengajarkan dan memberikan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan status kesehatan anak dengan retardasi mental ringan dan sedang
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode penelitian cross
sectional atau potong lintang dimana variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek
penelitian diukur dan dikumpulkan secara stimulan (dalam waktu yang bersamaan).(3)
Lokasi dan Waktu Penelitian
Dilaksanakan pada tanggal 19 Maret – 30 April 2012 bertempat di SLB Negeri II Yogyakarta.
2
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II
Yogyakarta serta orang tua sebanyak 47 orang.(4)
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II
Yogyakarta serta orang tua sebanyak 47 orang. Adapun teknik pengambilan sampel (sampling) yaitu dengan
total sampling atau sampel jenuh yaitu dengan cara mengambil semua anggota populasi untuk dijadikan sampel
penelitian.(4) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi
responden.
Variabel Penelitian
a. Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini adalah Pola asuh orang tua
b. Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah Status Personal Hygiene.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data tentang pola asuh orang tua diambil langsung dari responden yang
telah memenuhi kriteria inklusi dengan mengisi kuesioner pada tanggal 19 Maret – 30 April 2012. Sedangkan
data status personal hygiene diambil melalui observasi terhadap murid SLB/CI Negeri II Yogyakarta. Para
orang tua yang bersedia menjadi responden dan sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian ini kemudian
mengisi kuisioner dengan memberikan tanda centang (√) pada pernyataan pilihan responden yang terdapat
dalam kuisioner.(5)
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa bagian yang terkait. Dalam penelitian ini, data
diperoleh dari bagian kepegawaian SLB Negeri II Yogyakarta yaitu data tentang jumlah anak SLB Negeri II
Yogyakarta.(6)
3
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar kuisioner
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan diisi oleh responden yang
bersedia mengikuti penelitian atau responden yang masuk dalam kriteria inklusi. Dibuat dalam bentuk skala
likert 1-4 yang terdiri atas pernyataan Favourable yaitu pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan
unfavourable yaitu pernyataan yang bersifat negatif. Favourable jika jawaban Selalu (SL) diberi skor 4, Sering
(SR) diberi skor 3, Kadang-Kadang (KK) diberi skor 2, Tidak Pernah (TP) diberi skor 1 dan unfavourable bila
jawaban Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR) diberi skor 2, Kadang-Kadang (KK) diberi skor 3 dan Tidak
Pernah (TP)diberi skor 4.
Dengan menggunakan skala pengukuran nominal dengan kategori skor :
Positif : ≥ 60%
Negatif : < 60% (7)
2. Checklist observasi
Berjumlah 13 item meliputi macam-macam personal hygiene.
Skoring dalam checklist observasi perilaku caring yaitu:
a) YA dengan skor 1 ; jika pertanyaan sesuai yang ada dalam checklist observasi.
b) TIDAK dengan skor 0 ; jika pertanyaan tidak sesuai yang ada dalam checklist observasi.
Skala pengukuran pada variabel ini adalah skala ordinal dengan kriteria :
Baik : skor 76%-100%
Cukup : skor 40%-75%
Kurang : skor ≤ 40% (7)
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji validitas
Menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson, dikenal dengan rumus korelasi product
moment.(3)
Uji validitas dilaksanakan pada tempat berbeda namun memiliki karakteristik yang sama dengan
populasi tempat peneliti melakukan penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SLB CI Darma Rena
Ring Putra I Yogyakarta karena memilki karakteristik yang sama dengan SLB Negeri II Yogyakarta.
Dilakukan pada tanggal 1 Maret 2012 dengan menggunakan kuisioner dengan menggunakan kuisioner pola
asuh orang tua yang berisikan 25 butir pernyataan yang diberikan kepada 25 orang responden.
4
Hasil analisa menggunakan program SPSS 16.00, dari 25 pernyataan pola asuh orang tua diperoleh 8
pernyataan dinyatakan tidak valid, sedangkan 17 pernyataan lainnya dinyatakan valid. Dari 7 item yang tidak
valid dimodifikasi untuk digunakan lagi dalam penelitian tanpa melakukan uji validitas ulang berhubung
adanya keterbatasan waktu dari peneliti. Item dimodifikasi karena memuat pernyataan yang mewakili isi dari
kuisioner. Pada 25 pernyataan pola asuh orang tua yang valid karena r hitung lebih besar dari r tabel dimana
nilai dari r tabel adalah = 0.396.
2. Uji reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji Alpha, diperoleh hasil reliabilitas untuk
kuisioner motivasi kerja perawat sebesar 0.835 yang menurut Chronbach’s Alpha termasuk karena nilainya
lebih dari 0.6.
Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan data.
Langkah-langkah dalam rencana pengolahan data meliputi:
a. Penyuntingan (editing)
Dilakukan dengan memeriksa kembali data-data yang diperoleh, kelengkapan data dari kuisioner yang
diberikan kepada responden. dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul,
memeriksa data, menghindari hitungan atau perhitungan yang salah, memeriksa jawaban, pada tahap ini
tidak dilakukan pergantian atau penafsiran jawaban.
b. Pengkodean (coding)
Dilakukan dengan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama
dalam bentuk angka-angka yang memberikan identitas dan petunjuk pada suatu informasi atau data yang
akan dianalisis. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yang terdiri atas pernyataan favorable dan
unfavorable dengan ketentuan dalam pernyataan Favourable jika jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4,
Setuju (S) diberi skor 3, Ragu-ragu (RR) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 1. Sedangkan
unfavourable bila jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 4, Ragu-ragu (RR) diberi skor 3, Setuju (S) diberi
skor 2 dan Sangat Setuju (SS) diberi skor 1.
c. Transfer data (transferring)
Dilakukan dengan memindahkan jawaban dari responden dalam bentuk kode ke dalam master table
program SPSS 16.00.
d. Tabulasi (tabulating)
Dilakukan dengan mengkoding dan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti.
5
2. Teknik analisis data
a. Analisis univariat
Digunakan untuk menghitung distribusi frekuensi gambaran karakteristik, variabel bebas (pola asuh
orang tua) dan variabel terikat (status personal hygiene di SLB Negeri II Yogyakarta).(7)
b. Analisis bivariat.
Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (pola asuh orang tua) dan variabel
terikat (status personal hygiene). Teknik statistik untuk analisis hubungan menggunakan analisa Chi-
square. Analisa data menggunakan program SPSS 16.0.
Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (ρ) yaitu 0,05. Artinya apabila hasil uji statistik
menunjukkan taraf signifikansi (ρ) < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara pola
asuh orang tua dengan status personal hygiene. Apabila sebaliknya taraf signifikansi (ρ) > 0,05 maka Ho
diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan status personal hygiene.(7)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Orang Tua
Pada penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan.
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Orang Tua Murid di SLB Negeri II Yogyakarta.
No Karakteristik Distribusi N %1 Umur 30 - 40 tahun 10 21,3
41 - 50 tahun 29 61,751 - 60 tahun 8 17,0Total 47 100
2 Pendidikan Tidak Sekolah 1 2,1SD 4 8,5SLTP 12 25,5SLTA 25 53,2Perguruan Tinggi 5 10,6Total 47 100
3 Pekerjaan Wiraswasta 10 21,3Pedagang 7 14,9PNS 4 8,5IRT 18 38,3Pegawai Swasta 8 17,0Total 47 100
Sumber : Data Primer, 2012
6
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua responden di SLB Negeri II
Yogyakarta mempunyai umur 41-50 tahun sebanyak 29 orang (61,7%) dengan mayoritas pendidikan adalah
SLTA yaitu sejumlah 25 orang (53,2%). Berdasarkan pekerjaan diketahui mayoritas pekerjaan orang tua adalah
ibu rumah tangga yaitu sebanyak 18 orang (38,3%).
b. Karakteristik Anak RM
Pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan jenis Retardasi Mental. Hasil analisis karakteristik
responden penelitian disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Anak Retardasi Mental Ringan dan Sedang di SLB Negeri II Yogyakarta
No Karakteristik Distribusi N %1 Umur 6 - 10 tahun 10 21,3
11 - 15 tahun 24 51,116 - 20 tahun 13 27,7Total 47 100
2 Jenis Kelamin Laki - Laki 33 70,2Perempuan 14 29,8Total 47 100
3 Jenis RM Ringan 5 10,6Sedang 22 89,4Total 47 100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua responden di SLB Negeri II
Yogyakarta mempunyai umur 41-50 tahun sebanyak 29 orang (61,7%) dengan mayoritas pendidikan adalah
SLTA yaitu sejumlah 25 orang (53,2%). Berdasarkan pekerjaan diketahui mayoritas pekerjaan orang tua adalah
ibu rumah tangga yaitu sebanyak 18 orang (38,3%).
2. Analisis Univariat
a. Pola asuh orang tua anak SLB Negeri II Yogyakarta
Tabel 4.3 Distribusi Pola asuh orang tua murid di SLB Negeri II Yogyakarta
Pola asuh orang tua N %
Negatif 15 31,9
Positif 32 68,1
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pola asuh orang tua sebagian besar adalah positif yaitu
sebanyak 32 responden (68,1%). Sedangkan pola asuh orang tua pada anak retardasi mental di SLB Negeri II
Yogyakarta dengan kategori negatif yaitu sebanyak 15 responden (31,9%).
7
b. Status personal hygiene murid SLB Negeri II Yogyakarta
Tabel 4.4 Distribusi Status Personal Hygiene Di SLB Negeri II Yogyakarta
Status Personal Hygiene
N Persentase (%)
Kurang 3 6,4
Cukup 34 72,3
Baik 10 21,3
Total 47 100
Sumber: Data Primer, 2012
Dari tabel 4.4, dapat diketahui status personal hygiene yang dilakukan orang tua kepada anak retadasi
mental di SLB Negeri II Yogyakarta mayoritas memiliki status personal hygiene cukup yaitu sebanyak 34
responden (72,3%), kemudian yang memiliki status personal hygiene kurang yaitu sebanyak 3 responden
(6,4%), dan responden yang memiliki status personal hygiene baik yaitu sebanyak 10 responden (21,3%).
3. Analisis Bivariat
Dari data penelitian yang diperoleh di SLB Negeri II Yogyakarta tentang pola asuh orang tua dan status
personal hygiene, berikut ini adalah hasil olah analisa bivariat antara kedua variabel yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Status Personal Hygiene Di SLB Negeri II Sumber: Data Primer, 2012
8
Pola AsuhStatus personal hygiene
P-ValueKurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
Negatif 3 6,4 12 25,5 0 0,0 15 31,90,004
Positif 0 0,0 22 46,8 10 21,3 32 68,1
Total 3 6,4 34 72,3 10 21,3 47 100,0
Dari tabel 4.5, dapat dijelaskan bahwa orang tua yang memiliki pola asuh negatif dan status personal
hygiene kurang sebanyak 3 orang (6,4%), kemudian yang memiliki status personal hygiene cukup sebanyak 12
orang (25,5%) dan tidak ada yang memiliki status personal hygiene baik. Sedangkan tidak ada orang tua yang
memiliki pola asuh positif dan status personal hygiene kurang, kemudian dari pola asuh positif ini yang
memiliki status personal hygiene cukup sebanyak 22 orang (46,8%) dan yang memiliki status personal hygiene
baik sebanyak 10 orang (21,3%).
Hasil Uji Korelasi Chi-square diperoleh ρ-value adalah 0.004 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 yang
berarti ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua pada anak retardasi mental di SLB Negeri II
Yogyakarta dengan status personal hygiene
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pola Asuh Anak Retardasi Mental
Hasil penelitian ini menunjukkan pola asuh anak retardasi mental di SLB Negeri II Yogyakarta sebagian
besar (68,1%) dalam kategori positif. Hasil ini dapat diartikan bahwa orang tua telah mampu menerapkan pola
asuh yang baik pada anak. Pola asuh yang tepat akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pola asuh merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu
ke waktu. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua mencakup perilaku mengasuh, merawat, memenuhi
kebutuhan makanan bergizi dan pemenuhan akan kasih sayang. Pola asuh didalamnya juga mengandung unsur
pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis pada anak.(8)
Pola asuh positif orang tua dalam pengasuhan personal hygiene pada anak retardasi mental dapat
diartikan bahwa orang tua telah menunjukkan perannya dalam mengajarkan, mendidik dan membimbing anak
untuk melakukan personal hygiene. Selain itu orang tua juga telah mampu memenuhi kebutuhan akan sarana
penunjang. Keluarga penderita retardasi mental mempunyai peran penting dalam meningkatkan kompetensi dan
harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistis pada anak retardasi mental. Anak retardasi mental
memerlukan pola asuh yang tepat serta dukungan dari keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan
lingkungan yang paling dekat dengan anak, tempat anak pertama kali berinteraksi dengan orang lain.(9)
Penerapan pola asuh yang baik dari orang tua kepada anak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
adalah pendidikan, lingkungan dan budaya. Faktor tersebut memberikan pengaruh pada orang tua untuk
memilih dan menerapkan pola asuh yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak. Pola pengasuhan yang tepat
sangat diperlukan agar mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal.(10)
Dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan orang tua dalam penelitian ini diketahui, mayoritas orang
tua berpendidikan SLTA yaitu sebesar (53,2%). Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap
terbentuknya pola pikir yang terbuka terhadap hal baru. Orang tua dengan pendidikan SLTA telah mempunyai
pola pikir yang baik sebagai hasil dari proses pendidikan formal yang dijalaninya sehingga mempengaruhi
perilaku dalam pengasuhan anak.
9
Orang tua akan bisa memilih dan menerapkan pola asuh yang tepat sesuai dengan kebutuhan anaknya.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalamanya sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.(10)
Berdasarkan karakteristik pekerjaan responden diketahui mayoritas pekerjaan orang tua adalah ibu
rumah tangga yaitu sebesar (38,3%). Orang tua yang berstatus sebagai ibu rumah tangga mempunyai
keleluasaan waktu untuk memberikan perhatian kepada anaknya yang mengalami keterbatasan mental serta
menambah informasi tentang pola asuh kepada anak melalui berbagai sumber informasi atau berkonsultasi
kepada ahli. Hal ini akan membentuk wawasan yang luas pada orang tua dan mendukung orang tua untuk
menerapkan pola asuh yang tepat. Orang tua akan mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat di sekitarnya dalam mengasuh anak karena pola-pola tersebut
dianggapnya berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua yang berstatus sebagai ibu rumah
tangga dapat meluangkan waktu yang cukup dalam memberikan perhatian kepada anaknya yang mengalami
keterbatasan mental.(10)
Pola asuh yang diterapkan orang tua mempunyai peran penting dalam perkembangan anak retardasi
mental. Melalui pola asuh yang baik, orang tua dapat memberikan pengasuhan, bimbingan, pemenuhan
kebutuhan serta kasih sayang kepada anak. Penerapan pola asuh yang baik juga akan mendukung dalam
pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan dan kebersihan diri, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan. Sesuai dengan pendapat pola asuh orang tua dapat mendukung dan mengembangkan potensi anak
seoptimal mungkin.(9)
2. Status Personal Hygiene Anak Retardasi Mental
Hasil penelitian ini menunjukkan status personal hygiene anak retardasi mental di SLB Negeri II
Yogyakarta sebagian besar (72,3%) dalam kategori cukup. Hasil ini dapat diartikan bahwa anak belum
mempunyai kemampuan dan kemandirian secara penuh untuk melakukan personal hygiene. Anak retardasi
mental masih banyak bergantung dan memerlukan dukungan dari orang lain seperti dari orang tua maupun
pengasuhnya.
Personal hygiene merupakan bentuk perilaku kesehatan untuk menjaga dan merawat kebersihan dirinya.
Personal hygiene dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan seseorang, memelihara kebersihan
diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kuarang, mencegah penyakit, meningkatkna percaya diri
seseorang, mendapat keindahan (Potter dan Perry, 2005). Personal hygiene penting dilakukan oleh siapa saja
termasuk anak yang mengalami retardasi mental.
Seperti halnya anak normal, anak retardasi mental juga diupayakan untuk mampu melakukan personal
hygiene secara mandiri. Keterbatasan yang ada pada anak retardasi mental mencakup keterbatasan secara
intelektual maupun tingkah laku, keterbatasan ketrampilan konseptual, sosial, dan perilaku adaptasi
menyebabkan anak mengalami perkembangan yang lambat dibandingkan dengan anak sebayanya termasuk
dalam melakukan personal hygiene. Dalam melakukan personal hygiene, anak retardasi mental membutuhkan
adanya dukungan dan bantuan dari orang lain.
10
Faktor yang menyebabkan anak retardasi mental ringan dan sedang kurang merawat kebersihan dirinya
adalah kemampuan IQ-nya terhambat, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam menjaga dan merawat
kebersihan dirinya.(2)
Personal hygiene menunjuk pada perilaku kebersihan diri yang di dalamnya mencakup berbagai
tindakan dan perilaku sebagai bentuk upaya untuk menjaga dan memelihara kebersihan diri. Personal hygiene
dalam kehidupan sehari-hari meliputi perilaku untuk memelihara kebersihan rambut, mata, mulut dan gigi,
kuku, kulit, kaki dan kebersihan genetalia. Kemampuan personal hygiene pada anak retardasi mental
menunjukkan kesanggupan anak retardasi mental untuk melakukan semua aktivitas yang menyangkut upaya
menjaga kebersihan tubuh. Kemampuan dan kesanggupan tersebut sangat dipengaruhi oleh dukungan orang tua,
stimulasi yang diberikan serta pembiasaan dan bimbingan orang tua pada anak untuk melakukan personal
hygiene secara mandiri.(11)
Hasil penelitian dengan hasil status personal hygiene pada anak retardasi mental masih dalam kategori
cukup menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk melakukan personal hygiene perlu untuk ditingkatkan. Hal
yang harus dilakukan adalah dengan mengajarkan dan membimbing anak melakukan personal hygiene. Selain
itu anak memerlukan stimulasi yang dilakukan secara terus-menerus agar dapat meningkatkan kemandirian
anak dalam melakukan personal hygiene. Selain itu perlu juga untuk membiasakan anak melakukan personal
hygiene secara mandiri dengan tetap mengawasi sehingga ketergantungan anak terhadap orang tua atau
pengasuhnya dalam melakukan personal hygiene dapat berkurang. Pemenuhan kebutuhan serta bimbingan yang
diberikan orang tua untuk perawatan kesehatan dan kebersihan diri akan meningkatkan kemampuan personal
hygiene anak.(12)
3. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Status Personal Hygiene Pada Anak
Retardasi Mental
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua pada anak
retardasi mental di SLB Negeri II Yogyakarta dengan status personal hygiene. Didukung dari hasil analisis uji
Chi Square diperoleh nilai signifikan sebesar 0,004 (p<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa pola asuh orang
tua memberikan kontribusi yang signifikan dengan status personal hygiene anak retardasi mental. Orang tua
yang menerapkan pola asuh positif pada anak retardasi mental akan mendukung tercapainya status personal
hygiene menjadi baik.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa melalui pola asuh positif yang diterapkan orang tua telah mampu
mengajarkan anak, membimbing, mendukung dan membiasakan anak untuk berperilaku personal hygiene.
Perilaku tersebut mencakup pemeliharaan terhadap kebersihan diri yaitu kebersihan rambut, mata, telinga,
mulut dan gigi, kuku, kulit, kaki dan genetalia. Pola asuh positif orang tua menunjukkan orang tua tidak lagi
menyerahkan sepenuhnya perawatan kesehatan dan kebersihan diri anak pada pengasuh atau pembantu,
melainkan orang tua mengupayakan agar anak mempunyai kemandirian untuk melakukan personal hygiene.
Keluarga yang dapat menjalankan perannya secara optimal dapat memandirikan anak retardasi mental dalam
hal memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.(12)
11
Pola asuh positif juga menunjukkan kemampuan orang tua dalam memberikan fasilitas kepada anak
retardasi mental dalam personal hygiene. Anak kebutuhan khusus dalam hal tertentu membutuhkan sarana dan
fasilitas yang berbeda dibandingkan dengan anak normal. Orang tua dengan pola asuh positif akan lebih peka
dalam memenuhi kebutuhan anak, sehingga akan mendukung peningkatan status personal hygiene pada anak
retardasi mental. Salah satu fungsi keluarga adalah pemenuhan terhadap kebutuhan dasar termasuk pemenuhan
terhadap perawatan kesehatan dasar.(12)
Keluarga terutama orang tua merupakan tempat belajar yang pertama dan utama bagi anak retardasi
mental termasuk belajar melakukan personal hygiene. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya berada di
tengah-tengah keluarga, sehingga pola asuh orang tua dalam mempunyai kontribusi signifikan terhadap
personal hygiene anak retardasi mental. Banyak faktor yang mempengaruhi personal hygiene seseorang antara
lain lingkungan, dan pola asuh orang tua.(12)
Hasil penelitian ini diketahui sebagian besar orang tua yang menerapkan pola asuh positif anaknya
mempunyai status personal hygiene cukup sebesar (46,8%). Hal ini dapat dijelaskan bahwa anak retardasi
mental memerlukan mengasuhan, bimbingan dan dukungan yang terus berkelanjutan karena anak retardasi
mental mempunyai keterbatasan dalam penyesuaian diri dan beradaptasi termasuk untuk mencapai kemandirian
dalam memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Didukung dengan pendapat yang menyebutkan anak retardasi
mental mempunyai keterbatasan penyesuaian diri, dan dengan adanya dukungan yang tepat dan terus-menerus
fungsi kehidupan individu dengan retardasi mental biasanya akan membaik (American Association on Mental
Retardation, 2002).
Terdapat kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Lestari,
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan
sosialisasi anak reterdasi mental di Panti Asih Pakem Seleman Yogyakarta. (13). Hasil penelitian Eka,
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi
anak retardasi mental di SLB.(14). Negeri II Gondomanan Yogyakarta. Kesamaan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pola asuh orang mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan anak
termasuk perkembangan berbahasa, bersosialisasi serta kemandirian dalam melakukan personal hygiene.
Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa sangat penting bagi orang tua untuk menerapkan pola asuh
positif pada anak retardasi mental untuk mendukung tercapainya kemampuan personal hygiene pada anak.
Tercapainya kemampuan personal hygiene pada anak retardasi mental membutuhkan adanya bimbingan,
pelatihan, dan bantuan yang tepat sehingga akan membuat anak bisa mandiri. Hal tersebut dapat dicapai melalui
penerapan pola asuh positif. Perawatan dan pemeliharaan anak reterdasi mental menggunakan pola asuh yang
tepat dapat mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin.(9)
12
Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini adalah adanya suatu kendala yang berada diluar kemampuan dari
peneliti sehingga peneliti tidak dapat memperoleh jumlah sampel sesuai yang diharapkan oleh peneliti dan
jumlah sampel yang kurang tidak dapat diganti. Sedangkan kelemahan dari penelitian ini peneliti tidak
melakukan observasi langsung terhadap orang tua dalam melakukan pola asuh tentang personal hygiene
terhadap anak retardasi mental ringan dan sedang.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan status personal hygiene pada anak
retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II Yogyakarta.
2. Mayoritas pola asuh orang tua pada anak retardasi mental ringan dan sedang di SLB Negeri II Yogyakarta
dalam kategori positif.
3. Mayoritas status personal hygiene pada anak Retardasi Mental ringan dan sedang di SLB Negeri II
Yogyakarta dalam kategori cukup.
2. Saran
1. Bagi SLB Negeri II Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru untuk membantu meningkatkan status personal
hygiene dengan memberikan pengarahan kepada orang tua untuk selalu menjaga kebersihan diri khususnya
bagi anak retardasi mental ringan dan sedang.
2. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber masukan informasi kesehatan khususnya tentang pola
asuh orang tua dan personal hygiene pada retardasi mental bagi peneliti lain dan dapat juga digunakan
sebagai dasar penelitian dan pengalaman untuk penelitian lebih lanjut.
13
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukkan yang dapat digunakan dalam mendidik, membina, dan mengasuh anak retardasi
mental serta orang tua, khususnya dapat mengajarkan dan memberikan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan status kesehatan anak dengan retardasi mental.
4. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai bahan masukkan dan kajian dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya pada keperawatan
anak yang difokuskan pada pola asuh keluarga tentang personal hygiene terhadap status personal hygiene
anak retardasi mental.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih, 2006. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC2. Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika3. Notoatmojodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta4. Sabri Luknis dan Hastono Sosanto, 2006. Statistik Kesehatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta5. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta6. Azwar, S, 2001. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar7. Arikunto, 2006. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta8. Riyadi S, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu9. Kaplan dan Sadock, 2007. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatrik Klinik. Edisi 7.Jakatra :
Binapura Aksara10. Wong, Dona L, 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essential of Pediatric Nursing). Edisi 6.
Jakarta : EGC 11. Potter, P & Perry, A.G. 2005. Buku Anjar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktek. Edisi
Empat. Jakarta : EGC12. Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika13. Lestari, 2004 Hubungan antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental
di Panti Asih pakem Seleman Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta14. Eka, 2004. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental di SLB
Negeri II Gondomanan Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
14