Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh...

18

Transcript of Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh...

Page 1: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum
Page 2: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Ketua

Prof. Dr. Ibnu Maryanto Anggota

Prof. Dr. I Made Sudiana Dr. Deby Arifiani

Dr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UI

Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB

Prof. Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP

Dr. Didik Widiyatmoko, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI

Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED

Dr. Gatot Ciptadi F. Peternakan Universitas Brawijaya

Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD

Dr. Faisal Anwari Khan, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia

Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia

Dr. Srihadi Agungpriyono, PAVet(K), F. Kedokteran Hewan IPB

Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD

Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Sekretariat Eko Sulistyadi M.Si, Dewi Citra Murniati M.Si, Hetty Irawati PU, S.Kom

Alamat d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] Website : http://biologi.or.id

Jurnal Biologi Indonesia : Akreditasi: No. 657/AU3/P2MI-LIPI/07/2015.

Page 3: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

JURNAL BIOLOGI INDONESIA

Diterbitkan Oleh:

Perhimpunan Biologi Indonesia

Bekerja sama dengan

PUSLIT BIOLOGI-LIPI

Page 4: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

OBITUARI

Redaksi Jurnal Biologi Indonesia telah kehilangan seorang editor penelaah Dr. Ir Sri Sulandari, M.Sc.

yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 Jam 16.10 di RSCM,

Jakarta. Jabatan terakhir almarhumah sebagai Peneliti Madya/IVc di Pusat Penelitian Biologi-LIPI

sebagai ahli DNA Molekuler yang menekuni kajian DNA pada ayam lokal Indonesia dan berbagai

hidupan liar khususnya pada burung. Tiga tahun terakhir sangat aktif berusaha menyelamatkan

populasi kambing Gembrong di Kabupaten Karanganyar, Bali. Almarhumah meninggalkan seorang

suami Prof. Dr. Muladno, MSA yang bekerja sebagai guru besar di Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian bogor dan saat ini juga sebagai Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Kementerian Pertanian, serta dua anak laki-laki Aussie Andry Vermarchnanto M. dan Endyea

Mendelian.

Page 5: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA bekerjasama

dengan PUSLIT BIOLOGI-LIPI. Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 artikel lengkap dan

satu artikel tulisan pendek. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Balai Besar Penelitian

Veteriner-Deptan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian, Bogor, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung, Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan-IPB, Dept. Biokimia FMIPA-IPB, Institut

Sains dan Teknologi Nasional Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pesisir &

Laut, Balitbang Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan, Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan-Universitas Maritim Raja Ali Haji-

Tual, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI, Puslit Biologi-LIPI, Puslit Bioteknologi-LIPI.

Page 6: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah

turut sebagai penelaah dalam Volume 11 No 2, Desember 2015:

Dr. Niken Tunjung Murti Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Dr. Agus Prijono Kartono, Fakultas Kehutanan IPB

Ir. Drs. Eko Harsono MSi, Puslit Limnologi-LIPI

Dra. Donowati Tjokrokusumo M.Phil, Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT

Ir. M. Syamsul Arifin Zein MSi, Puslit Biologi LIPI

Drh. Anang S. Achmadi MSc, Puslit Biologi LIPI

Dr. Yuyu S. Poerba, Puslit Biologi LIPI

Ir. Dwi Agustiyani MSc, Puslit Biologi LIPI

Dr. Apon Zaenal Mustopa, Puslit Bioteknologi LIPI

Dr. Yopi Puslit Bioteknologi LIPI

Dr. Joeni S. Rahajoe, Puslit Biologi LIPI

Dr. Wartka Rosa Farida, Puslit Biologi LIPI

BIOLOGI

Page 7: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

Halaman

Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1 (Clade 2.1.3. dan Clade

2.3.2) di Indonesia

169

NLP. Indi Dharmayanti & Risa Indriani

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap Penyakit

Hawar Daun Phytophthora infestans Tanpa Penyemprotan Fungisida di Empat Lapangan

Uji Terbatas

177

Alberta Dinar Ambarwati, Kusmana, & Edy Listanto

Penambahan Inokulan Mikroba Selulolitik pada Pengomposan Jerami Padi untuk Media 187

Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Iwan Saskiawan

Identifikasi Molekular dan Karakterisasi Morfo-Fisiologi Actinomycetes Penghasil Senyawa

Antimikroba

195

Arif Nurkanto & Andria Agusta

Populasi dan Kesesuaian Habitat Langkap (Arenga obtusifolia Mart.) 205

di Cagar Alam Leuweung Sancang, Jawa Barat

Didi Usmadi, Agus Hikmat, Joko Ridho Witono, & Lilik Budi Prasetyo

Optimasi Produksi Enzim Amilase dari Bakteri Laut Jakarta (Arthrobacter arilaitensis )   215

Awan Purnawan, Y. Capriyanti, PA. Kurniatin, N. Rahmani, & Yopi

Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Galur Bakteri Asam Laktat pada Sel

Darah Domba Terinduksi tert-Butil Hidroperoksida (t-BHP)

225

Fifi Afiati, Nina Ainul Widad, & Kusmiati

Ekosistem Lamun sebagai Bioindikator Lingkungan di P. Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara 233

Agustin Rustam, Terry L. Kepel, Mariska A. Kusumaningtyas, Restu Nur Afi

Ati, August Daulat, Devi D. Suryono, Nasir Sudirman, Yusmiana P. Rahayu,

Peter Mangindaan, Aida Heriati, & Andreas A. Hutahaean

Identification of Bioactive Compound from Microalga BTM 11 as Hepatitis C Virus RNA 243

Helicase Inhibitor

Apon Zaenal Mustopa, Rifqiyah Nur Umami, Prabawati Hyunita Putri, Dwi

susilaningsih, & Hilda Farida

Kemampuan Cerna Protein dan Energi Metabolisme Perkici Pelangi (Trichoglossus

haematodus )

253

Rini Rachmatika & Andri Permata Sari

Optimasi Enzim α-Amilase dari Bacillus amyloliquefaciens O1 yang Diinduksi Substrat

Dedak Padi dan Karboksimetilselulosa

259

Yati Sudaryati Soeka, Maman Rahmansyah, & Sulistiani

Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala 267

Niken T.M. Pratiwi, Sigid Hariyadi, Inna Puspa Ayu, Aliati Iswantari,

Novita MZ, & Tri Apriadi

Page 8: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

Halaman

Penanda Genetik Tarsius (Tarsius spp.) dengan Menggunakan Gen Cytochrome Oxidase I

(COI) DNA Mitokondria (mtDNA) Melalui Metode Sekuensing

275

 Wirdateti, Sri Wijayanti Wulandari, & Paramita Cahyaningrum Kuswandi

Carboxymethyl Cellulose Hydrolyzing Yeast Isolated from South East Sulawesi, Indonesia 285

Atit Kanti

Uji Bakteri Simbiotik dan Nonsimbiotik Pelarutan Ca vs. P dan Efek Inokulasi Bakteri pada

Anakan Turi (Sesbania grandiflora L. Pers.)

295

Sri Widawati

TULISAN PENDEK 309

Mating behavior of Slow Loris (Nycticebus coucang ) at Captivity

Wartika Rosa Farida & Andri Permata Sari

Page 9: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1

(Clade 2.1.3. dan Clade 2.3.2) di Indonesia

(Efficacy of Bivalent Inactive Vaccine of Avian Influenza H5N1 Subtype (Clade 2.1.3.

and Clade 2.3.2) in Indonesia)

NLP. Indi Dharmayanti1 & Risa Indriani1 1Balai Besar Penelitian Veteriner, JL RE Martadianata 30, Bogor 16114

Email : [email protected]

Memasukkan: November 2014, Diterima: Januari 2015

ABSTRACT Status of avian influenza virus subtype H5N1 in Indonesia until 2014 is still endemic in poultry and recorded, there were two types clade of circulating H5N1 namely clade 2.1.3 and the new introduction of lade 2.3.2 since the end of 2012. Both of the clade of avian influenza viruses subtype H5N1 (clade 2.1.3 and 2.3.2) caused the the AI vaccination program to control of AI in poultry needs to be evaluated. In this study, we developed a bivalent AI vaccine (which contains clade 2.1.3 and 2.3.2 viruses as a seed vaccine) that adapted with the circulation of AI viruses in the field. Result of the study showed that the bivalent vaccine which developed in this study has good efficacy that was challanged with both of AI clade AI and proven to reduce shedding / viral contamination to the environment. It is expected that the development of bivalent H5N1 vaccine will increase the effectiveness and efficacy of vaccination programs to control highly pathogenic avian influenza disease in Indonesia. Keywords : avian influenza virus, clade, vaccine, bivalent

ABSTRAK

Status virus avian influenza subtipe H5N1 sampai tahun 2014 di Indonesia masih endemis pada unggas dan tercatat terdapat dua jenis clade H5N1 yang bersirkulasi yaitu clade 2.1.3 dan adanya introduksi baru clade baru 2.3.2 sejak akhir tahun 2012. Bersirkulasinya kedua clade virus AI subtipe H5N1 (clade 2.1.3 dan 2.3.2) di Indonesia ini menyebabkan penggunaan vaksinasi AI dalam mengendalikan penyakit AI pada unggas perlu dievaluasi, sehingga dalam penelitian ini dikembangkan vaksin bivalen AI (yang mengandung seed virus AI clade 2.1.3 dan 2.3.2) dalam mengendalikan penyakit AI disesuaikan dengan sirkulasi virus AI yang beredar di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin bivalen dalam studi ini secara uji laboratoris merupakan vaksin yang berpotensi dan mempunyai efikasi yang baik dalam mengatasi penyakit AI dari kedua clade yang beredar dan terbukti mengurangi shedding cemaran virus ke lingkungan. Diharapkan dengan pengembangan vaksin bivalen H5N1 akan menambah keefektifan dan efikasi program vaksinasi dalam mengendalikan penyakit avian influenza di Indonesia. Kata Kunci : virus avian influenza, clade, vaksin, bivalen

PENDAHULUAN

Penyakit avian influenza yang disebabkan

virus AI subtipe H5N1 telah bersirkulasi lebih

dari sepuluh tahun sejak diidentifikasi pada

tahun 2003 (Dharmayanti et al. 2004; Wiyono

et al. 2004). Virus AI/H5N1 di Indonesia telah

menjadi endemis di Indonesia (Sedyaningsih et

al. 2007) dan berkembang menjadi penyakit

zoonosis yang menyebabkan transmisi zoonotik

ke manusia sejak Juli tahun 2005 (Sedyaningsih

et al. 2007). Menurut klasifikasi WHO/OIE/

FAO, semua virus H5N1 yang diisolasi dari

unggas dan manusia di Indonesia termasuk

dalam clade 2.1, dimana virus H5N1 yang

predominan ditemukan sejak tahun 2005 sampai

saat ini berasal dari clade 2.1.3 (2.1.3.1, 2.1.3.2,

dan 2.1.3.3). Sebagian besar virus H5N1 termasuk

kelompok clade 1 dan 2. Secara genetik berbeda

kelompok merefleksikan distribusi geografi dari

spesies unggas (WHO 2008; WHO 2012).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

infeksi virus-virus H5N1 clade 2.1 pada golongan

ayam (gallinaceous) seperti ayam layer, ayam

broiler, ayam kampung bersifat sangat pathogen,

menyebabkan sakit perakut dan kematian dalam

jumlah tinggi, sedangkan itik dan unggas air

lainnya relatif lebih tahan terhadap infeksi virus

-virus ini. Namun sejak September 2012,

perkembangan virus avian influenza subtipe

H5N1 menimbulkan banyak kematian pada itik

yang disebabkan oleh adanya introduksi virus

Page 10: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

170

Dharmayanti & Indriani

AI clade 2.3.2. Virus AI H5N1 di Indonesia

sebelumnya dan sampai saat ini masih bersirkulasi

adalah virus AI clade 2.1 (2.1.1; 2.1.2. dan 2.1.3)

yang telah menginfeksi unggas dan manusia.

Berdasarkan hasil penelitian Dharmayanti et al.

(2013, 2014) kedelapan gen virus AI clade 2.3.2

ini berasal dari sumber luar negeri sehingga

kemungkinan besar virus ini bukan merupakan

hasil mutasi clade sebelumya yaitu 2.1, namun

merupakan introduksi virus dari luar Indonesia.

Bersirkulasinya kedua clade virus AI

subtipe H5N1 (clade 2.1.3 dan 2.3.2) di

Indonesia ini menyebabkan penggunaan vaksinasi

AI dalam mengendalikan penyakit AI pada

unggas perlu dievaluasi, sehingga dalam

penelitian ini dikembangkan vaksin bivalen AI

(yang mengandung seed virus AI clade 2.1.3

dan 2.3.2) dalam mengendalikan penyakit AI

disesuaikan dengan sirkulasi virus AI yang

beredar di Indonesia. Vaksin bivalen ini

mengandung virus AI clade 2.1.3 (A/Chicken/

West Java/Pwt-Wij/2006) yang merupakan

virus yang diidentifikasi oleh BBLitvet yang

merupakan virus AI yang mengalami antigenic

drift yang diisolasi pada tahun 2006

(Dharmayanti et al. 2011). Virus ini merupakan

salah satu virus AI H5N1 yang ditetapkan oleh

Pemerintah Indonesia sebagai salah satu seed

vaksin yang direkomendasikan untuk digunakan

sebagai vaksin H5N1 pada unggas yang

didistribusikan di Indonesia. Setidaknya ada dua

perusahaan vaksin nasional yang menggunakan virus

ini sebagai master seed vaksin dan telah

didistribusikan di seluruh Indonesia dan terbukti

mampu mengendalikan penyakit AI di peternakan

ayam. Dalam vaksin bivalen yang sekarang

dikembangkan ini selain mengandung antigen dari

virus A/Chicken/West Java/Pwt-Wij/2006 juga

mengandung virus AI clade 2.3.2 (A/Muscovy Duck/

Banten/Br7/2013). Pada penelitian ini akan dilakukan

uji laboratorium pengembangan vaksin bivalen ini

pada ayam petelur. Hasil penelitian diharapkan

dapat diperoleh vaksin bivalen yang mempunyai

efikasi yang tinggi dalam mengendalikan virus AI

yang bersirkulasi di Indonesia.

BAHAN DAN CARA KERJA

Virus yang digunakan pada penelitian ini

adalah virus A/Chicken/West Java/Pwt-Wij/2006

(clade 2.1.3) yang telah dikarakterisasi pada

penelitian sebelumnya (Dharmayanti et al. 2011)

dan telah digunakan sebagai seed vaksin oleh

beberapa produsen vaksin lokal dan virus clade

2.3.2 yang diisolasi dari wabah AI pada unggas

air yaitu A/Muscovy/Banten/BR7/2013. Metode RT

-PCR digunakan untuk mengidentifikasi virus avian

influenza subtipe H5 ini sesuai dengan Lee at

al. (2001) dan dilanjutkan dengan DNA

sekuensing untuk menentukan homologi virus

dengan virus tantang dengan metode yang telah

dipublikasi sebelumnya (Hoffman et al. 2001;

Dharmayanti et al. 2014).

Virus tantang yang digunakan untuk menguji

efekasi vaksin bivalen adalah adalah virus HPAI

H5N1 clade 2.3.2 yaitu A/Duck/Sukoharjo/Bbvw

-1428-9/2012 clade 2.3.2 (Dharmayanti et al. 2014;

Wibawa et al. 2012), sedangkan virus HPAI H5N1

clade 2.1.3 adalah A/Chicken/West Java/Pwt-

Wij/2006.

Vaksin inaktif bivalen AI H5N1 dipersiapkan

dari virus HPAI A/Muscovy/Banten/BR7/2013 clade

2.3.2 (diisolasi dan dikarakterisasi pada penelitian ini)

dan A/Chicken/West Java/Pwt-Wij/2006 clade 2.1.3

(Dharmayanti et al. 2011) menggunakan telur ayam

spesific pathogenic free (SPF) tertunas umur 11 hari

(PT. Vaksindo). Kedua virus diinaktifasi dengan β-

propiolacton (1:3000) dan diformulasi dengan ratio

water to oil 30:70 yaitu, 30% virus vaksin dalam

phosphate buffer saline (PBS) dan 70% adjuvant ISA

71VG Montanide™. Massa antigen di dalam vaksin

AI bivalen mengandung 256 HAU (128 HAU

antigen A/Muscovy Duck/Banten/BR7/2013 clade

2.3.2 dan 128 HAU A/Chicken/West Java/2006

clade 2.1.3) per dosis.

Ayam layer spesific pathogenic free (SPF)

dipelihara dari DOC (day old chicken) dikandang

BSL 3 (Biosafety level 3) (BBLitvet), diberi makan

dan minum secara adlibitum. Empat puluh ekor

ayam SPF umur 3 minggu dikelompokan menjadi 2,

yaitu kelompok 1 terdiri dari ayam layer SPF

divaksinasi dengan 1 dosis vaksin inaktif

bivalen AI H5N1 dan kelompok 2 yaitu ayam

layer SPF tidak divaksinasi (sebagai kontrol),

setiap kelompok terdiri dari 20 ekor ayam SPF.

Kelompok ayam layer SPF coba diambil sampel

darah sebelum divaksinasi dan setelah 3 minggu

pascavaksinasi untuk diuji hemaglutinasi inhibisi

(HI) dengan menggunakan antigen AI H5N1

clade 2.3.2 dan antigen AI H5N1 clade 2.1.3.

Page 11: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

171

Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1

Selanjutnya ayam layer SPF divaksinasi dan

ayam layer SPF kontrol (tidak divaksin) dibagi

ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok ditantang

dengan virus HPAI A/Duck/Sukoharjo/Bbvw-

1428-9/2012 clade 2.3.2 dan kelompok

ditantang dengan virus HPAI A/Chicken/West

Java/Pwt-Wij/2006 clade 2.1.3., setiap kelompok

terdiri dari 10 ekor dan ditantang dengan titer

virus 105–106 EID50 per 0,1 ml/ekor secara intra

nasal di dalam kandang isolator BSL-3 Moduler

(BBLitvet). Pengamatan gejala klinis dari

morbiditas dan mortalitas setiap pagi dan sore

hari selama 14 hari. Pengamatan sheeding virus

tantang dilakukan pada hari ke 2, 5, 8, 11 dan

14 pascatantang, dengan mengkoleksi swab

Oropharyngeal dan kloaka. Selanjutnya dilakukan

uji reisolasi virus tantang.

Serum darah ayam layer SPF coba di Uji

HI untuk mengukur kandungan titer antibodi

terhadap antigen AI dalam serum ayam coba.

Pada penelitian ini setiap serum diuji terhadap

antigen AI HPAI A/Muscovy Duck/Banten/

BR7/2013 clade 2.3.2 dan A/Chicken/West

Java/Pwt-Wij/2006 clade 2.1.3. Prosedur uji HI

mengikuti Oie (2012) dan Indriani et al. (2004).

Untuk mengetahui adanya shedding dari

virus tantang pada ayam coba, virus diisolasi

pada telur ayam specific pathogenic free (SPF)

tertunas umur 10 hari. Setiap sampel ulas/swab

diinfeksikan ke dalam 3 butir telur secara intra

alantoik. Sampel ulas/swab Oropharyngeal maupun

kloaka dalam media transpor DMEM yang

mengadung 500 IU Penicillin-Streptomycin,

Gentamycin, Fungizone dan 2% Foetal calf

serum di sentrifugasi pada kecepatan 1000 g

selama 10 menit, setiap sampel swab di

inokulasikan ke dalam cairan alantois telur

ayam tertunas SPF umur 10 hari. Telur yang

telah diinokulasi kemudian diinkubasi pada

suhu antara 370C selama 72 jam. Selanjutnya

cairan alantois dari telur yang telah terinfeksi

diuji terhadap aktivitas haemaglutinasi (HA),

dan apabila hasilnya memberikan reaksi negatif

maka dilakukan lintasan/pasase selanjutnya ke

telur tertunas lainnya sampai maksimum 3

lintasan untuk menyatakan bahwa isolasi virus

negatif (Swayne & Jackwood 2006).

Data hasil uji serum (serologi) yang berupa

kandungan antibodi (titer HI) dari sampel serum

pre dan pasca vaksinasi serta pascatantang di

analisa dengan Geometrik mean.

HASIL

Analisis filogenetika virus vaksin bivalen

dibandingkan dengan virus tantang

Analisis homologi virus menunjukkan bahwa

virus A/Muscovy Duck/Banten/BR7/2013 pada

tingkat nukleotida mempunyai homologi sekitar

90% dan 89% pada tingkat asam amino dengan

virus A/Chicken/West Java/Pwt-Wij/2006, dan

98% (nukleotida), 98% (asam amino) dengan

virus A/Duck/Sukoharjo/Bbvw-1428-9/2012.

Sedangkan antara virus A/Duck/Sukoharjo/

Bbvw-1428-9/2012 dengan virus A/Chicken/West

Java/Pwt-Wij/2006 mempunyai homologi sekitar

92% (nukloetida) dan 90% (asam amino). Hasil

analisis ini memperlihatkan bahwa virus BR7

dan virus Sukoharjo mempunyai kemiripan

genetik yang sangat tinggi dan mempunyai

perbedaan cukup besar dengan virus A/Chicken/

West Java/Pwt-Wij/2006 yaitu sekitar 10% pada

asam aminonya. Perbedaan yang cukup besar

ini diduga akan menurunkan efektivitas vaksin

clade 2.1.3 terhadap virus clade 2.3.2 dan akan

memperpanjang shedding virus yang terjadi.

Hal yang serupa juga diperlihatkan pada analisis

filogenetika (Gambar 1) yang memperlihatkan

jarak genetik cukup jauh antara virus A/

Muscovy Duck/Banten/BR7/2013 sebagai seed

vaksin dan virus A/Duck/Sukoharjo/Bbvw-1428

-9/2012 yang merupakan clade 2.3.2 dengan

virus A/Chicken/West Java/Pwt-Wij/2006

(clade 2.1.3). Namun 2 jenis virus H5N1 ini

adalah virus yang sekarang sedang bersirkulasi

di Indonesia, sehingga pada penelitian ini

dilakukan formulasi vaksin bivalen yang

mengandung kedua jenis clade yang bertujuan

untuk memperoleh kekebalan yang lebih baik

pada unggas.

Respon pascavaksinasi vaksin inaktif bivalen

AI H5N1

Respon vaksin bivalen AI H5N1 pada

ayam layer SPF disampaikan di dalam Gambar

1. Ayam layer SPF umur 1 hari (DOC) tidak

memperlihatkan adanya antibodi AI H5N1.

Ayam layer SPF umur 3 minggu tidak

memperlihatkan adanya titer antibodi AI,

kemudian divaksinasi dengan vaksin bivalen AI

Page 12: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

172

Dharmayanti & Indriani

A /C hic k en /W es t Java /S M IP A T/2006

A /C k /Jak arta /DK IN urs /2007

A /Ch ic k en /W es t Java /P W TW IJ/2006

A /M us c ovy duc k /W es t Java /B k s 3 /2007

A / Indones ia /C DC1032 /2007

A /Indones ia /CD C1047 /2007

A /M us c ovy duc k /Jak arta /DK IS um 106/2006

A /Ch ic k en / Indones ia /B andung163149/2006

A /C k /W es t Java /S m iA c u l/2008

A /M us c ovy Duc k /Jak arta /HA B W IN /2006

A /Ch ic k en / Indones ia /S iak 16312 /2006

A /M us c ovy D uc k /Indones ia /K edri163124/2006

A /Ch ic k en /M urao Jam bi/B B P V II/2005

A / Indones ia /5 /2005

A /Ck /W es t Java /S m iH ay /2005

A / Indones ia /CD C7/2005

A /Ch ic k en /B andar Lam pung /B B P V III/2006

A /Ch ic k en /P a lem bang/B P P V III/2005

A /Ck / Inhu /B P P V RII/2007

A /C k /P es s e l/B P P V RII/2007

A /M us c ovy duc k /B grCw /2005

A /D uc k /B anten /P dg lK as /2004

A /M us c ovy duc k /Jak arta /DK IUw it /2004

A / Indones ia /6 /2005

A /Ch ic k en /De li S erdang /B P P V 1/2005

A /C h ic k en /K aro /B B P V II/2006

A /C h ic k en/P adang /B B P V II/2006

A / Indones ia /CDC 594/2006

A / Indones ia /CDC 596/2006

A / Indones ia /CDC 597/2006

A /Ck /W es t Java /1074 /2003

A /c h ic k en / Indones ia/11 /2003

A /C hic k en /W es t Java /HA M D /2006

A /c h ic k en / Indones ia /7 /2003

A /Ck /W es t Java /B L IP A /2003

A /D uc k /Tabanan /B P P V 1/2005

A /c h ic k en /Y am aguc h i/7 /2004

A /c row /K y o to /53 /2004

A /whooper s w an /M ongo lia /244 /2005

A /E gy p t /3300-NA M R U3/2008 HA

A /E gy pt /2321-NA M RU 3/2007

A /G oos e /G uangdong/1 /96

A /m ig ra to ry duc k /Jiangx i/1657 /2005

A /qua il /V ie tnam /177 /2004

A /Tha iland /16 /2004

A /Tha iland /676 /2005

A /Ch ic k en /Y unnan /493 /05

A /duc k /G uiy ang /3242 /2005

A /c h ic k en /G u iy ang /3055 /2005

A /c h ic k en /Tha iland /NP 172 /2006

A /G uangz hou /1 /2006

A /c h ic k en /M a lay s ia /5223 /2007

A /A nhu i/1 /2005

A /M us c ovy duc k /V ie tnam /39 /2007

A /duc k /Hunan /149 /2005

A /duc k /Hunan /127/2005

A /M us c ovy Duc k /B an ten /B R7/2013

A /D uc k /B an tu l/B B V W 14439 /2012

A /Duc k /S uk oharjo /B B V W 14289 /2012

A /E nvironm ent /E as t Java /LB M LM 13/2012

A /duc k /V ie tnam /O IE -2202 /2012

A /c h ic k en/V ie tnam /O IE -2215 /2012

A /g rea t b lac k headed gu ll/Q ingha i/3 /2009

A /g rea t b lac k -headed gu ll/Q ingha i/3 /2009

A /g rea t b lac k headed gul l/1/2009

A /environm ent /Chang S ha /1 /2009

A /duc k /Lao /463 /2010

A /c h ic k en/N epa l/253 /2010

A /c h ic k en /Nepa l/5 -1c l/2010

A / ruddy s he lduc k /M ongo lia /X42 /2009

A /bar-headed goos e /M ongo lia /X25 /2009

A /duc k /Hok k a ido /W Z83/2010

A /m andarin duc k /K orea /K 10483 /2010

A /m andarin duc k /Nagas ak i/4201A 012 /2011

7 8

9 9

1 0 0

6 6

9 9

9 4

6 0

6 0

6 7

1 0 0

10 0

1 0 0

1 0 0

8 3

10 0

1 0 0

9 9

1 0 0

1 00

1 0 0

9 9

7 2

6 9

8 8

9 5

9 1

1 0 0

8 6

7 1

7 0

1 0 0

7 7

9 2

9 5

7 4

8 7

6 2

7 6

7 6

6 1

9 5

7 8

8 9

9 1

9 8

6 6

0 .0 0 5

Virus H5N1 clade 2.1.3

Virus H5N1 clade 2.3.2

H5N1. Respon pascavaksinasi vaksin bivalen AI

H5N1 pada ayam layer SPF setelah 3 minggu

pascavaksinasi (umur 6 minggu) titer antibodi

meningkat tajam secara individu dengan mean titer

6,5 log2 dan confidience interval (CI) 5,99 – 7,03

terhadap antigen AI H5 BR7 dan mean titer 6,7 log2

dan confidience interval (CI) 6,29 – 7,13 terhadap

antigen AI H5 PWT.

Morbiditas dan mortalitas ayam SPF coba

pascatantang

Ayam layer SPF divaksinasi vaksin bivalen AI

H5N1 pada umur 6 minggu, setelah 3 minggu

pascavaksinasi diinfeksi virus tantang H5N1 A/ck/

wj/Pwt-Wij/2006 clade 2.1.3 dan A/Duck/Sukoharjo/

Bbvw-1428-9/2012 clade 2.3.2. dengan dosis 106

EID50 per 0,1 ml/ekor disampaikan dalam Tabel 1.

Kelompok virus tantang H5N1 clade 2.3.2

Ayam layer SPF divaksinasi vaksin bivalen

AI H5N1 dan diinfeksi virus A/Duck/Sukoharjo/

Bbvw-1428-9/2012 subtipe H5N1 clade 2.3.2 tidak

memperlihatkan klinis AI dan tidak terjadi morbiditas

dan mortalitas hingga akhir pengamatan (14 hari

pascainfeksi), sedangkan kelompok ayam layer

SPF kontrol (tidak divaksinasi) dan diinfeksi

Gambar 1. Filogenetika gen HA virus avian influenza subtipe H5N1. Gambar panah menggambarkan posisi virus H5N1 clade 2.1.3 dan clade 2.3.2 yang digunakan dalam penelitian ini

Page 13: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

173

Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1

virus tantang A/Duck/Sukoharjo/Bbvw-1428-

9/2012 subtipe H5N1 clade 2.3.2 memperlihatkan

klinis dan kematian dengan mean dead time (MDT)

3,5 hari pascainfeksi.

Kelompok virus tantang H5N1 clade 2.1.3

Ayam layer SPF divaksinasi vaksin bivalen

AI H5N1 dan diinfeksi virus A/ck/wj/Pwt-

Wij/2006 clade 2.1.3 tidak memperlihatkan

morbiditas dan mortalitas hingga hari ke 14

pascainfeksi, sementara pada kelompok ayam

layer SPF kontrol (tidak divaksinasi) dan diinfeksi

virus tantang A/ck/wj/Pwt-Wij/2006 clade 2.1.3

memperlihatkan klinis dan kematian dengan mean

dead time (MDT) 3,3 hari pascainfeksi.

Shedding virus tantang

Pola pelepasan (shedding) virus tantang yaitu;

route dan duration ditentukan dengan mendeteksi

virus hidup melaui oropharyngeal dan kloaka (Tabel

1).

Ayam layer SPF divaksinasi vaksin bivalen

AI H5N1 dan diinfeksi virus A/Duck/

Sukoharjo/Bbvw-1428-9/2012 subtipe H5N1

clade 2.3.2 terdeteksi adanya shedding virus pada hari

ke 2 pascainfeksi melalui oropharyngeal 2 dari 10

ekor ayam layer SPF coba, dan tidak terdeteksi

pada hari ke 5, 8, 11 dan 14 pascainfeksi,

sedangkan pada ayam layer SPF kontrol (tidak

divaksinasi) terdeteksi shedding virus tantang

pada hari ke 2 pascainfeksi 10 dari 10 ekor ayam

layer SPF coba, baik melalui oropharyngeal maupun

kloaka.

Ayam layer SPF divaksinasi vaksin bivalen

AI H5N1 dan diinfeksi virus A/Chicken/West

Java/Pwt-Wij/2006 clade 2.1.3 tidak terdeteksi

adanya shedding virus tantang baik melalui

oropharyngeal maupun kloaka pada hari ke 2, 5, 8,

11, dan 14 pascainfeksi, sementara pada ayam layer

SPF kontrol (tidak divaksinasi) terdeteksi shedding

virus tantang pada hari ke 2 pascainfeksi 10 dari 10

ekor ayam layer SPF coba, baik melalui

oropharyngeal maupun kloaka.

Respon antibodi AI pascainfeksi

Kandungan antibodi AI pada ayam layer

SPF divaksinasi vaksin bivalen AI H5N1

setelah 14 hari pascainfeksi virus tantang

memperlihatkan kenaikan titer antibodi yang

sangat tajam bila dibandingkan dengan kontrol,

seperti disampaikan dalam Gambar 2. Ayam

layer SPF divaksinasi vaksin bivalen AI H5N1

dan diinfeksi virus A/Duck/Sukoharjo/Bbvw-

1428-9/2012 subtipe H5N1 clade 2.3.2

memiliki titer antibodi AI 10,55 log2 dengan CI

10,5-10,96 terhadap antigen AI H5 BR7 ,

Sedangkan Ayam layer SPF divaksinasi vaksin

bivalen AI H5N1 dan diinfeksi virus A/

Chicken/West Java/2006 clade 2.1.3 memiliki

titer antibodi 11 log2 dengan CI 11-11 terhadap

antigen AI H5 PWT. Hal ini menunjukan virus

tantang bekerja dengan baik.

Hasil uji Efikasi Vaksin bivalen AI H5N1

yang dipersiapkan dari 2 seed virus AI H5N1

termasuk ke dalam clade 2.3.2 (A/Muscovy

Duck/Banten/BR7/2013) dan clade 2.1.3 (A/

Chicken/West Java/2006) memperlihatkan

kemampuannya dalam memberi perlindungan

pada ayam SPF coba umur 3 minggu dari

infeksi virus AI H5N1 A/Duck/Sukoharjo/

Bbvw-1428-9/2012 clade 2.3.2 dan A/Chicken/

West Java/2006 clade 2.1.3, dengan tingkat

proteksi 100% dan shedding virus tidak

terdeteksi pada ayam SPF coba terinfeksi virus

AI H5N1 clade 2.1.3 (homolog), sementara

ayam SPF coba terinfeksi virus AI H5N1 clade

2.3.2 terdeteksi pada hari ke 2 PI. Sesuai FOHI

(2013) vaksin AI H5N1 yang baik sekurang-

kurangnya memberikan perlindungan 90% dan

shedding virus > 8 hari PI. Dengan demikian

diharapkan vaksin AI bivalen H5N1 dapat

diaplikasikan pada ayam layer untuk mencegah

adanya paparan infeksi virus AI H5N1 clade

2.3.2 dan clade 2.1.3 serupa dilapang.

PEMBAHASAN

Evolusi virus AI terus menerus terjadi

secara dominan di glikoprotein permukaan

virus, namun hal ini dapat juga terjadi pada

segmen gen lainnya. Variabilitas virus adalah

sebagai hasil dari akumulasi perubahan molekul

pada delapan segmen RNA yang dapat terjadi

melalui mekanisme mutasi titik (antigenic

drift), gene reassortment (antigenic shift),

defective-interfering particles dan rekombinasi

RNA. Setiap mekanisme ini berkontribusi

terhadap evolusi virus avian influenza (Webster

et al. 1992). Mutasi termasuk substitusi, delesi

Page 14: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

174

Dharmayanti & Indriani

dan insersi adalah salah satu mekanisme paling

penting dalam menghasilkan variasi virus

influenza. Kurangnya aktifitas proofreading

polimerase RNA berkontribusi terhadap kesalahan

replikasi 1 basa setiap 104basa (Holland et al.

1982). Setiap siklus replikasi RNA

menghasilkan campuran populasi dengan

beberapa varian, sebagian besar dari mereka

seringkali tidak tampak, namun mempunyai

potensi untuk mutasi sehingga dapat menjadi

dominan dibawah seleksi positif (Webster et al.

1992). Mutasi inilah yang mengakibatkan

perubahan karakter virus harus terus dimonitoring,

karena perubahan pada virus mungkin akan

menyebabkan harus dievaluasinya seed virus

vaksin secara periodik, untuk meningkatkan

efektifitas vaksin dalam menghadapi virus yang

bersirkulasi di lapang.

Program pengendalian penyakit AI terutama

bertujuan untuk pencegahan, managemen dan

eradikasi penyakit (Swayne 2009). Program-

program tersebut dalam pengendalian AI diantaranya

adalah penerapan biosekuriti, diagnosa penyakit,

surveilans, eliminasi hewan terinfeksi, meningkatkan

kekebalan inang dan pendidikan personil (Swayne

2009). Di Indonesia, dalam rangka mengeradikasi

Tit

er a

nti

bodi

AI

H5

N1

(lo

g2

)

6 mgg (3mgg PV.)6 mgg (3mgg PV)3 mggDOC

8

7

6

5

4

3

2

1

0

95% CI for the Mean

Respon pascavaksinasi vaksin AI bivalen BR7 PWT pada ayam SPF

Umur ayam SPF

Atg AI H5 BR7 Atg AI H5 PWT

Gambar 2. Titer antibodi AI pada ayam layer SPF pascavaksinasi vaksin bivalen AI H5N1

Tabel 1. Tingkat Perlindungan vaksin bivalen AI H5N1 terhadap virus HPAI A/Chicken/West Java/Pwt-Wij/2006 clade 2.1.3 dan A/Duck/Sukoharjo/Bbvw-428-9/2012 clade 2.3.2 pada ayam layer SPF

Mortalitas

Virus

Tantang

Mortalitas/To

tal (MDT)Sampel 2 hari PT 5 hari PT 8 hari PT 11 hari PT 14 hari PT

Positif/total Positif/total Positif/total Positif/total Positif/total

Vaksinasi 0/10 oropharyngeal 2-Oct 0/10 0/10 0/10 0/10

kloaka 0/10 0/10 0/10 0/10 0/10

Kontrol 10/10 (3.5)* oropharyngeal 10 TD TD TD TD

kloaka 10 TD TD TD TD

Vaksinasi 0/10 oropharyngeal 0/10 0/10 0/10 0/10 0/10

kloaka 0/10 0/10 0/10 0/10 0/10

Kontrol 10/10 (3.3)* oropharyngeal 10 TD TD TD TD

kloaka 10 TD TD TD TD

Virus AI H5 terdeteksi

H5N1 clade 2.3.2

H5N1 clade 2.1.3

Page 15: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

175

Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1

dan menurunkan penyebaran virus AI, pemerintah

melalui Direktorat Kesehatan Hewan, Kementerian

Pertanian menetapkan sembilan langkah strategis

pengendalian penyakit AI yaitu 1) biosekuriti;

2) vaksinasi; 3) depopulasi selektif; 4) pengendalian

lalu lintas unggas, produk serta limbahnya; 5)

surveilans dan penelusuran; 6) pengisian kandang

kembali; 7) stamping out di daerah tertular baru;

8) peningkatan kesadaran masyarakat serta 9)

monitoring dan evaluasi. Vaksinasi sebagai

salah satu alat untuk mengendalikan penyakit

AI telah dilakukan pemerintah sejak bulan

Agustus 2004 yaitu dengan melakukan vaksinasi

masal terhadap beberapa jenis unggas seperti ayam

ras, buras, puyuh, itik dan lain-lain dengan

menggunakan autogenus vaksin. Pemilihan vaksin

yang digunakan Indonesia pada saat ini adalah

menggunakan virus clade 2.1.3.1 yang merupakan

virus predominan di Indonesia (Dharmayanti et al.

2012).

Bersirkulasinya virus clade 2.3.2 di

Indonesia yang berdampingan dengan virus

clade 2.1.3 yang merupakan virus predominan

membuat kebijakan vaksinasi dalam pengendalian

penyakit AI pada unggas harus dievaluasi. Indriani et

al. (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

vaksin AI subtipe H5N1 clade 2.1.3 komersial yang

beredar di Indonesia mempunyai tingkat protektifitas

yang beragam mulai 60-100% terhadap virus AI

subtipe H5N1 clade 2.3.2 yang bersirkulasi di

Indonesia. Hal menarik diungkapkan juga dalam

penelitian Indriani et al. (2014) bahwa

meskipun mempunyai proteksifitas 100%

vaksin yang mengadung seed vaksin clade 2.1.3

mempunyai masa shedding virus yang lama

yaitu lebih dari 8 hari. Hal ini tidak sesuai

dengan standar produksi vaksin Indonesia

(FOHI) yaitu shedding virus vaksin harus

kurang dari 8 hari. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa vaksin AI subtipe H5N1

clade 2.1.3 yang beredar di Indonesia meskipun

proteksifitasnya tergantung pada strain dan

formulasi vaksin yang digunakan, dalam tidak

dapat menurunkan shedding virus. Hal ini

menjadi penting kerena unggas sehat yang

masih mampu mengeluarkan virus meskipun

sudah divaksin dan akan menjadi faktor resiko

terjadinya transmisi virus dari unggas ke unggas

lainnya sehingga terjadi wabah atau penularan

dari unggas ke manusia.

Unggas yang divaksinasi dengan vaksin

bivalen pada penelitian ini mampu memberikan

proteksi yang baik pada ayam SPF dan shedding

tidak terjadi ketika ditantang dengan virus A/

Chicken/West Java/Pwt-Wij/2006. Shedding

virus terjadi sampai hari kedua ketika unggas

ditantang dengan virus dari clade 2.3.2. Hasil

ini memperlihatkan bahwa virus clade 2.3.2

mempunyai kecenderungan masih belum dapat

dinetralisir oleh antibodi yang terbentuk setelah

vaksinasi dengan vaksin bivalen. Hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

bagi pemerintah Indonesia, dalam menentukan

dan mengevaluasi jenis vaksin dan program

vaksinasi pada unggas dalam mengendalikan

virus avian influenza yang sekarang bersirkulasi

di Indonsia yaitu clade 2.1.3 dan clade 2.3.2.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

unggas yang divaksin dengan vaksin bivalen

yang mengandung jenis virus H5N1 yang

berbeda clade yaitu 2.1.3 dan 2.3.2 mempunyai

proteksifitas yang optimal terhadap kedua clade

dan mampu menurunkan shedding virus.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Dinas Pertanian

Kabupaten Tangerang atas kontribusinya pada

penelitian ini. Ucapan terima kasih kepada Nana

Suryana dan Teguh Suyatno atas bantuan

teknisnya serta semua pihak yang telah

membantu selama penelitian ini berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Dharmayanti, NLPI., K. Diwyanto & S. Bahri.

2012. Mewaspadai perkembangan Avian

influenza (AI) dan Keragaman Genetik Virus

AI/H5N1 di Indonesia. Pengembangan Inovasi

Pertanian. 5(2): 124-141.

Dharmayanti, NLPI., G. Samaan, F. Ibrahim,

R. Indriani, Darminto & A. Soebandrio.

2011. The genetic drift of avian influenza

A H5N1 viruses in Indonesia during 2003-

2008. Microbiology Indonesia. 5(2): 69-80.

Dharmayanti, NLPI., R. Hartawan, Pudjiatmoko,

H. Wibawa, Hardiman, A. Balish, R. Donis,

Page 16: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

176

Dharmayanti & Indriani

C. T. Davis & G. Samaan. 2014. Genetic

Characterization of Clade 2.3.2.1 Avian

Influenza A(H5N1) Viruses, Indonesia, 2012.

Emerging Infectious Diseases. 20(4): 671-

674.

Dharmayanti, NLPI., R. Damayanti, A. Wiyono, R.

Indriani & Darminto. 2004. Identifikasi virus

avian influenza virus isolat Indonesia dengan

metode reverse transcriptase polymerase chain

reaction RT-PCR. Jurnal Ilmu Ternak dan

Veteriner. 9(2): 136-143.

Dharmayanti, NLPI., R. Hartawan, DA. Hewajuli,

Hardiman, H. Wibawa & Pudjiatmoko. 2013.

Karakteristik molekuler dan patogenesitas

virus H5N1 clade 2.3.2 asal Indonesia. Jurnal

Ilmu Ternak dan Veteriner. 18.2 : 99-113.

Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI). 2013.

Vaksin Influenza Inaktif. Direktorat Jendral

Peternakan dan Kesehatan Hewan. Edisi 4. pp

69-70.

Hoffman, E., J. Stech, Y. Guan, RG. Webster & DR.

Perez. 2001. Universal primer set for the full-

length amplification of all influenza A viruses.

Archives of Virology. 146. 2275-2289.

Holland, J., K. Spindler, F. Horodyski, E. Grabau, S.

Nichol & S. VandePol. 1982. Rapid evolution

of RNA genomes. Science. 215: 1577-1585.

Indriani, R., NLPI Dharmayanti, L. Parede, A.

Wiyono & Darminto. 2004. Deteksi Respon

Antibodi dengan Uji Hemagglutinasi Inhibisi

dan titer proteksi terhadap virus Avian

Influenza subtipe H5N1. Jurnal Ilmu Ternak

dan Veteriner. 9: 204-209.

Indriani, R., NLPI. Dharmayanti & RMA.

Adjid. 2014. Efikasi Vaksin AI H5N1

clade 2.1.3 yang beredar di Indonesia

pada itik Mojosari terhadap virus tantang

AI H5N1 clade 2.3.2. Jurnal Ilmu Ternak

dan Veteriner. 19(13): 59-66.

Lee, MS., PC. Chang, JH. Shien, MC. Cheng &

HP. Shieh. 2001. Identification and

subtyping of avian influenza viruses by

reverse transcription-PCR. Journal of

Virology. Methods. 97: 13-22.

Sedyaningsih, ER., S. Isfandari, V. Setyawati,

L. Rifati, S. Harun, W. Purba, S. Imari,

S. Giriputra, PJ. Blair, SD. Putnam, TM.

Uyeki & T. Soendoro. 2007. Epidemiology of

cases of H5N1 virus infection in Indonesia,

July 2005-June 2006. Journal of Infectious

Diseases. 196: 522-527.

Swayne, DE & M. Patin-Jackwood. 2006.

Pathogenicity of avian influenza viruses in

poultry. Developmental Biology. (Basel). 124:

61-67.

Swayne, DE. 2009. Avian influenza vaccines and

therapies for poultry. Comparative

Immunology, Microbiology Infectious

Diseases. 32(4): 351–63.

[OIE] Office International Des Epizooties. 2012.

Manual of Standards for Diagnostik Tests and

Vaccines. Edisi 7. pp 436-452.

Webster, RG., WJ. Bean, OT. Gorman, TM.

Chambers & Y. Kawaoka. 1992. Evolution

and Ecology of influenza A viruses.

Microbiological Reviews. 56: 152-179.

Wibawa, H., WB. Prijono, NLPI. Dharmayanti,

SH. Irianingsih, Y. Miswati, A. Rohmah,

E. Andesyha, Romlah, RSD. Daulay & K.

Safitria. 2012. Investigasi wabah penyakit

pada itik di Jawa Tengah, Yogyakarta,

dan Jawa Timur : Identifikasi sebuah

clade baru virus avian influenza subtipe

H5N1 di Indonesia. Buletin Laboratorium

Veteriner. 12(2): 2-9.

Wiyono, A., R. Indriani, NLPI. Dharmayanti, R.

Damayanti & Darminto. 2004. Isolasi dan

Karakterisasi Virus Highly Pathogenic Avian

Influenza subtipe H5 dari ayam asal Wabah di

Indonesia. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner.

9(1) : 61-71.

WHO (World Health Organization). 2008. Toward a

unified nomenclature system for highly

pathogenic avian influenza virus (H5N1).

Emerging Infectious Diseases. 14.7. e1

WHO. 2012. Continued evolution of highly

pathogenic avian influenza A (H5N1):

updated nomenclature. WHO/OIE/FAO

H5N1 Working Group. Influenza Other

Respiratory Viruses. 6(1): 1-5.

Page 17: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, dan Indonesia maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Penulisan Tabel dan Gambar ditulis di lembar terpisah dari teks.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halaman terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol a, b, c, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis).

Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.

Pustaka didalam teks ditulis secara abjad.

Contoh penulisan Daftar Pustaka sebagai berikut :

Jurnal : Achmadi, AS., JA. Esselstyn, KC. Rowe, I. Maryanto & MT. Abdullah. 2013. Phylogeny, divesity , and

biogeography of Southeast Asian Spiny rats (Maxomys). Journal of mammalogy 94 (6):1412-123. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R.

Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan

Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari

bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.

Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi].

Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/

Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/lorCp.1.html.

Page 18: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 ... BAHAN DAN CARA KERJA darah sebelum