jurnal asi

11
PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN NON EKSKLUSIF DI PUSKESMAS PASAR REBO PERIODE JANUARI 2014 – DESEMBER 2014 Winda Meyrisa Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, UPN “Veteran” Jakarta Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450, Telp. (021) 7656971 Homepage: http://www.upnvj.ac.id E-mail : [email protected] Abstract Ideal nutrition for infants in the first months is breast milk (ASI). Basic quality of human capital formation in the womb begins in infancy and accompanied by breastfeeding from early age. Some mothers do not exclusively breastfeed usually have a problem and instead mothers choose to give breast-milk substitutes, namely formula. This study includes research into the comparative study with cross sectional method. The population in this study were babies aged 0-6 months are exclusively breast-fed and non exclusively breast-fed in Puskesmas Pasar Rebo period January 2014 - December 2014. The results showed that 50% by exclusive breastfeeding and 50% with non exclusive breastfeeding. In the group of exclusive breastfeeding are 24% with good nutritional status and 76% with more nutritional status,

description

perbedaan status gizi

Transcript of jurnal asi

Page 1: jurnal asi

PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI

EKSKLUSIF DAN NON EKSKLUSIF DI PUSKESMAS PASAR REBO

PERIODE JANUARI 2014 – DESEMBER 2014

Winda Meyrisa

Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, UPN “Veteran” Jakarta

Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450, Telp. (021) 7656971

Homepage: http://www.upnvj.ac.id E-mail : [email protected]

Abstract

Ideal nutrition for infants in the first months is breast milk (ASI). Basic quality of human

capital formation in the womb begins in infancy and accompanied by breastfeeding from

early age. Some mothers do not exclusively breastfeed usually have a problem and

instead mothers choose to give breast-milk substitutes, namely formula. This study

includes research into the comparative study with cross sectional method. The population

in this study were babies aged 0-6 months are exclusively breast-fed and non exclusively

breast-fed in Puskesmas Pasar Rebo period January 2014 - December 2014. The results

showed that 50% by exclusive breastfeeding and 50% with non exclusive breastfeeding.

In the group of exclusive breastfeeding are 24% with good nutritional status and 76%

with more nutritional status, whereas in the group of non exclusive breastfeeding there

are 7% with good nutritional status and 93% with more nutritional status. From the

analysis found significant differences between the nutritional status between babies with

breastfed exclusively and non exclusively.

Keywords : Nutritional status, exclusive breastfeed, non exclusive breastfeed.

PENDAHULUAN

Dalam upaya pencapaian derajat

kesehatan yang tinggi untuk

meningkatkan mutu kehidupan bangsa,

keadaan gizi yang baik merupakan salah

satu unsur penting. Kekurangan gizi akan

menghambat proses tumbuh kembang

bayi. Pola pertumbuhan dan

Page 2: jurnal asi

perkembangan anak merupakan hasil

interaksi banyak faktor yang

mempengaruhi antara lain faktor internal

seperti genetik dan faktor eksternal berupa

faktor prenatal dan pascanatal. Faktor

lingkungan prenatal adalah faktor

lingkungan yang mempengaruhi anak

pada waktu dalam kandungan. Faktor

lingkungan pascanatal adalah faktor

lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan anak setelah lahir berupa

asupan gizi (Depkes, 2010).

Asupan gizi yang terbaik untuk

bayi pada bulan-bulan pertama adalah Air

Susu Ibu (ASI). Modal dasar

pembentukan manusia berkualitas dimulai

sejak bayi dalam kandungan disertai

dengan pemberian ASI sejak usia dini.

Beberapa ibu tidak memberikan ASI

eksklusif biasanya memiliki masalah

seperti ASI yang tidak keluar karena

faktor psikis, takut ASI tidak cukup, sakit

saat menyusui, bingung, ibu dalam

keadaan sakit ataupun ibu bekerja, sebagai

gantinya ibu memilih untuk memberikan

makanan pengganti ASI yaitu susu

formula. Bayi yang tidak memperoleh

ASI, memiliki resiko lebih tinggi untuk

menderita gizi buruk, diare, alergi dan

penyakit infeksi lainnya yang tentuya akan

berpengaruh terhadap proses pertumbuhan

dan perkembangan bayi.

Penelitian yang dilakukan oleh

riset kesehatan dasar (Rikesdas) tahun

2013 menunjukkan bahwa gizi buruk dan

gizi kurang sudah dialami oleh bayi

berusia di bawah enam bulan karena

kurangnya pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan survei yang dilakukan SKDI

tahun 2002-2003, rata-rata bayi di

Indonesia menerima ASI eksklusif hanya

1,6 bulan, bayi usia kurang dari 4 dan 6

bulan yang telah diberikan susu lain selain

ASI masing-masing sebesar 12,8% dan

8,4%. Menurut survei SKDI tahun 2012

cakupan ASI eksklusif di Indonesia baru

sebesar 27%.

Pertiwi (2006), diperoleh adanya

hubungan antara lama pemberian ASI

eksklusif dengan status gizi balita usia 6-

12 bulan dan yang tidak mendapat ASI

eksklusif memiliki resiko 2,3 kali lebih

besar untuk menderita gizi kurang

dibanding bayi usia 6-12 bulan yang

mendapat ASI eksklusif. Didapatkan juga

adanya hubungan antara pemberian ASI

eksklusif dengan status gizi balita usia 6-

24 bulan dan status gizi balita yang

mendapat ASI eksklusif lebih baik

daripada balita yang tidak mendapat ASI

eksklusif.

Pemberian susu formula pada

Page 3: jurnal asi

bayi dibawah 6 bulan juga akan

berdampak pada status gizi bayi.

Pemberian susu formula terlalu encer,

akan mengakibatkan asupan gizi kurang

untuk tubuh bayi (Budining, 2013).

Sedangkan pemberian susu formula terlalu

kental akan mengakibatkan gizi lebih

(Surrinah, 2008). Penelitian Atul Singhal

(2010), diperoleh adanya peningkatan

risiko gizi lebih pada bayi yang diberikan

susu formula daripada yang diberi ASI,

hal tersebut dapat terjadi karena

kandungan protein dan mineral dari susu

formula melebihi angka kecukupan untuk

bayi, sehingga bayi memperoleh asupan

makanan berlebih. Putri (2012),

didapatkan ada perbedaan yang bermakna

antara status gizi bayi usia 6-12 bulan

yang diberi ASI eksklusif dengan bayi non

ASI eksklusif. Masih banyak kontroversi

yang muncul tentang pemberian ASI

eksklusif dan non eksklusif pada bayi usia

0-6 bulan sehingga menarik untuk diteliti.

Rancangan penelitian yang

digunakan adalah potong lintang (cross

sectional) di mana penelitian ini adalah

penelitian studi perbandingan

(comparative study) yang membandingkan

antara status gizi bayi usia 0-6 bulan yang

diberi ASI eksklusif dan non eksklusif

dengan pengukuran dalam satu waktu

tertentu. Penelitian ini dilakukan di

Puskesmas Pasar Rebo kota Jakarta pada

bulan Juni 2015. Besar sampel dihitung

melalui rumus analitik kategorik tidak

berpasangan kemudian mendapatkan hasil

sebanyak 90 bayi. Adapun kriteria-kriteria

sampel yang digunakan oleh penulis, yaitu

menyangkut kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi :

a. Bayi aterm, usia kehamilan 37-

42 minggu

b. Berat badan lahir 2500-4000

gram berdasarkan data rekam

medis

c. Langsung menangis

d. Tidak ada masalah dalam

persalinan berdasarkan data

rekam medis

e. Mendapat ASI eksklusif atau

ASI non eksklusif

Kriteria eksklusi :

a. Bayi menderita penyakit infeksi

pada saat lahir berdasarkan data

rekam medis

b. Mengalami anemia berat

(<7g/L) berdasarkan data rekam

medis

Alat yang digunakan untuk

mendapatkan data penelitian berupa

berkas Kartu Menuju Sehat yang

digunakan untuk melihat data nomor

Page 4: jurnal asi

register, nama bayi, jenis kelamin bayi,

tanggal lahir bayi, berat badan lahir bayi,

usia kehamilan, proses lahir bayi, letak

janin, cara lahir bayi, ada tidaknya

perdarahan, keadaan tali pusat bayi,

keadaan lahir bayi, berat badan bayi usia

0-6 bulan dan keterangan bayi diberi asi

eksklusif atau non eksklusif.

Penelitian ini dilakukan dengan

mengidentifikasi subjek penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

PEMBAHASAN

Status Gizi Bayi yang Mendapat ASI

Eksklusif dan non Eksklusif di

Puskesmas Pasar Rebo Periode Januari

2014 – Desember 2014

Dari tabel diatas dapat dilihat bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif

mempunyai status gizi baik sebanyak 11

orang (24%) dan gizi lebih sebanyak 34

orang (76%). Bayi yang diberikan ASI

non eksklusif mempunyai status gizi baik

sebanyak 3 orang (7%) dan gizi lebih

sebanyak 42 orang (93%).

Penelitian yang dilakukan Kramer

mengenai pemberian ASI eksklusif dan

pertumbuhan pada bayi dengan baku

rujukan WHO/CDC mendapatkan hasil

yang menyatakan bahwa perpanjangan

masa menyusui dan ASI eksklusif

sebenarnya dapat mempercepat kenaikan

berat badan dan panjang badan dalam

beberapa bulan pertama. Hasil penelitian

Kramer mendukung pernyataan WHO dan

rekomendasi dari UNICEF tentang

perpanjangan masa menyusui dan ASI

eksklusif (Meiliany, 2011).

Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 0-6

Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif

dan non Eksklusif di Puskesmas Pasar

Rebo Periode Januari 2014 – Desember

2014  Status Gizi

Jumla

h

 

P

 Gizi

Buru

k

Gizi

Kura

ng

Gizi

Baik

Gizi

Lebih

N % N % N % N % N %

0,02

1

ASI

Ekskl

usif

0 0 0 01

1

1

2

3

4

3

8

4

5

1

0

0

ASI

non

Ekskl

usif

0 0 0 0 3 34

2

4

7

4

5

1

0

0

Juml

ah

0  0

1

4

7

6

9

0

 

  Status Gizi

JumlahGiziBuruk

Gizi Kuran

g

Gizi Baik

Gizi Lebih

N % N % N % N % N %ASI

Ekskluif

0 0 0 0 11

24

34

76 45 5

0

ASI non

Ekskluif

0 0 0 0 3 7 42

93 45 5

0

Jumlah 0 0 1

476 90

100

Page 5: jurnal asi

Hasil analisa data didapatkan nilai p

< 0,05 (p = 0,021) sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

bermakna antara status gizi bayi usia 0-6

bulan yang diberi ASI eksklusif dengan

yang mendapat ASI non eksklusif.

Dari penelitian yang telah

dilakukan didapatkan hasil ada perbedaan

yang bermakna secara statistik (p = 0,021)

antara status gizi bayi usia 0-6 bulan yang

diberi ASI eksklusif dan non eksklusif.

Hal serupa juga didapatkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Putri

(2012, hlm.4), dimana terdapat perbedaan

status gizi pada bayi yang diberi ASI

eksklusif dan ASI non eksklusif (p =

0,000).

Status gizi bayi berhubungan

dengan beberapa faktor, salah satunya

adalah perilaku ibu dalam pemberian

asupan makanan. Seperti pada

pembahasan sebelumnya, kandungan

protein pada ASI lebih rendah

dibandingkan pada susu sapi sehingga

tidak memberatkan kerja ginjal, jenis

proteinnya mudah dicerna serta

mengandung lemak dalam bentuk asam

amino esensial, asam lemak jenuh,

trigliserida rantai sedang, dan kolesterol

dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan

bayi sehingga dari beberapa penelitian

didapatkan bahwa ASI berpengaruh

terhadap status gizi bayi. Dari hasil

penelitian Sari (2013, hlm.5) didapatkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna

(p=0,035) antara pemberian ASI eksklusif

dan status gizi bayi.

Pemberian ASI sejak lahir sampai

usia 6 bulan sudah dapat memenuhi

seluruh kebutuhan gizi bayi, serta dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit

seperti diare dan infeksi saluran

pernapasan akut yang merupakan

penyebab utama kematian balita di

Indonesia (Depkes 2010, hlm.2). Selain

itu pemberian ASI eksklusif juga dapat

mengurangi risiko terjadinya obesitas

dimasa mendatang, lebih baik

pertumbuhannya dan memiliki kecerdasan

tinggi (Setyohadi 2006, hlm.6).

Bayi yang diberi ASI non eksklusif

dapat memiliki status gizi yang tidak

normal karena pemberian susu formula

yang tidak sesuai dengan petunjuk

penggunaan atau karena pemberian MP-

ASI yang terlalu dini (Nurdin 2012,

hlm.5). Pemberian MP-ASI dini pada

dasarnya dapat menyebabkan risiko

terhadap gangguan kesehatan. Risiko ini

ada yang langsung terjadi pada saat bayi

diberikan MP-ASI dini dan ada pula yang

akan tampak setelah beberapa lama

Page 6: jurnal asi

kemudian yang disebut dengan risiko

jangka panjang. Risiko jangka panjang

pemberian MP-ASI dini ini adalah

obesitas, hipertensi, ateroskerosis, dan

alergi makanan.

Obesitas atau kelebihan berat badan

dapat terjadi pada bayi. Konsumsi yang

berlebihan terhadap makanan berkadar

lemak maupun gula yang tinggi memicu

peningkatan berat badan yang tidak

proporsional. Masyarakat banyak yang

memandang bayi yang gemuk memiliki

image lucu dan menggemaskan, namun

secara fisiologis maupun psikologis ada

beberapa dampak negatif bagi bayi.

Obesitas pada bayi dapat menurunkan

kekebalan imun, dan obesitas ini bisa

berlanjut hingga usia dewasa nanti. Bayi

yang obesitas banyak lipatan di kulit yang

dapat menyebabkan iritasi, lecet dan gatal-

gatal, bahkan pada sebagian bayi, daerah

lipatan tersebut menimbulkan bau yang

tak sedap. Obesitas pada bayi juga dapat

menyebabkan kelainan tulang, karena

tulang bayi yang masih rawan harus

menopang berat badan yang berlebih.

Bayi yang obesitas akan menjadi lambat

karena bayi yang gemuk otomatis akan

berpengaruh pada pergerakannya (Depkes

2010, hlm.3).

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan

pembahasan penelitian yang telah

dilakukan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

a. Bayi yang diberi ASI eksklusif

sebanyak 11 bayi berstatus gizi

baik dan 34 bayi berstatus gizi

lebih.

b. Bayi yang diberi ASI non

eksklusif sebanyak 3 bayi

berstatus gizi baik dan 42 bayi

berstatus gizi lebih.

c. Ada perbedaan pada status gizi

bayi usia 0-6 bulan yang diberi

ASI eksklusif dan bayi yang

diberi ASI non eksklusif di

Puskesmas Pasar Rebo Periode

Januari – Desember 2014.

SARAN

a. Saran untuk Masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat,

khususnya ibu bayi, agar legih

meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran akan pentingnya

pemberian ASI eksklusif pada

bayi dimulai dari usia 0-6 bulan,

pemberian MP-ASI dan

membawa bayi ke posyandu atau

puskesmas secara rutin untuk

Page 7: jurnal asi

mengetahui perkembangan status

gizi bayi dan melengkapi

pemberian imunisasi agar bayi

tumbuh optimal dan sehat.

b. Saran untuk Tenaga Kesehatan

Puskesmas Pasar Rebo

Agar meningkatkan lagi kinerja

petugas dalam memberikan

informasi kesehatan khususnya

mengenai pemberian ASI

eksklusif untuk bayi usia 0-6

bulan sehingga diharapkan

cakupan ASI eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Pasar Rebo

yang sudah mencapai 50% bisa

terus ditingkatkan.

c. Saran untuk Peneliti Lain

Melakukan penelitian lanjutan

dalam jangka waktu yang lebih

lama sehingga bisa meneliti lebih

dalam faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif dan bisa melakukan

pengamatan secara langsung

pertambahan berat badan bayi

yang diberi ASI eksklusif dan

non eksklusif.