JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 2 · PDF fileKabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara Masri,...

download JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 2  · PDF fileKabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara Masri, ... aktif Kolaka, pemekaran teluk Bone, ... stratigrafi Kecamatan Kolaka

If you can't read please download the document

Transcript of JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 2 · PDF fileKabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara Masri,...

  • JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 2 AGUSTUS 2011

    56

    Pemetaan Tingkat Ancaman Bencana Gempa Bumi di Kecamatan Kolaka,

    Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara

    Masri, Firdaus, Deniyatno

    Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA

    Universitas Haluoleo

    Abstrak

    Telah dilakukan penentuan tingkat ancaman bencana gempa bumi dan pembuatan peta tematik untuk

    mengetahui sebaran daerah rawan bencana gempa di kecamatan Kolaka, Kabupaten Kolaka, Sulawesi

    Tenggara. Tingkat ancaman ditentukan berdasarkan akumulasi perkalian bobot dan skor parameter fisis

    yang mempengaruhi bencana gempa bumi. Teknik pembobotan dan skorsing menggunakan skala borgadus, sedangkan penentuan kelas interval tingkat ancaman menggunakan metode aritmatik. Informasi tingkat

    ancaman disajikan dalam peta tematik yang dibuat dengan menggunakan software ArcView 3.3. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa ancaman gempabumi hanya dalam tingkat menengah yang tersebar hampir

    di seluruh kelurahan sepanjang zona patahan,

    Kata Kunci : Gempa Bumi, Bencana alam, Kolaka, Peta tematik

    1. Pendahuluan

    Kecamatan Kolaka terletak di sebelah

    tenggara jazirah Sulawesi. Daerah ini tersusun

    atas wilayah perbukitan dan endapan alluvium

    di daerah pesisir. Tingkat intensitas hujan yang

    tinggi (2000mm/tahun) sangat memungkinkan

    terjadinya banjir dan tanah longsor. Struktur

    geologi wilayahnya juga tersusun dari sesar

    aktif Kolaka, pemekaran teluk Bone, serta

    berhadapan langsung dengan lempeng tektonik

    aktif di Laut Flores yang dapat memicu

    gempabumi dan tsunami.

    Secara historis, gempabumi pernah

    terjadi pada tanggal 27 Desember 2006 dari

    aktivitas patahan di Teluk Bone yang

    dirasakan hampir di seluruh Kabupaten

    Kolaka.

    Perkembangan pemahaman dan

    pengetahuan kebencanaan di Inodenesia telah

    memunculkan paradigma baru

    penanggulangan bencana, yaitu paradigma

    pengurangan risiko bencana. Dalam paradigma

    ini, bencana dibagi menjadi tiga aspek, yaitu

    ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability)

    dan kemampuan /kapasitas (capacity). Salah satu implementasi kegiatan pengurangan

    resiko bencana adalah pemetaan ancaman

    bencana.

    Pemetaan ancaman meliputi identifikasi

    jenis ancaman, pengumpulan data dasar dan

    data lapangan, analisis dan zonasi intensitas

    ancaman, dan diakhiri dengan validasi hasil

    zonasi. Tujuannya adalah memberikan

    informasi distribusi spasial daerah yang

    terancam oleh suatu jenis bencana beserta

    informasi magnitudo pada setiap zona yang

    terancam. [1][2]

    Sistem Informasi Geografis (SIG)

    digunakan dalam memetakan keberagaman

    informasi karakteristik area baik dalam ruang

    dan waktu. Informasi spasial dapat

    menyediakan informasi lingkungan yang

    sangat berguna dari area dengan skala

    bervariasi dari keseluruhan benua sampai area

    yang sangat kecil. Pada fase mitigasi, SIG

    digunakan untuk mengelola data berukuran

    besar yang dibutuhkan untuk memperkirakan

    adanya resiko atau bahaya yang dapat

    berpotensi menjadi bencana. [8]

    Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

    adanya upaya identifikasi tingkat ancaman

    bencana gempa bumi di Kecamatan Kolaka.

    Selanjutnya disajikan dalam informasi spasial

    berupa peta tematik daerah rawan bencana

    gempa berbasis Sistem Informasi Geografis

    (SIG).

  • Pemetaan Tingkat Ancaman Bencana Gempa Bumi di Kecamatan Kolaka... (Masri, dkk.)

    57

    2. Geologi Lokasi Penelitian

    Daerah Kecamatan Kolaka terletak di

    jazirah Tenggara pulau Sulawesi. Memanjang

    dari utara ke selatan pada bagian barat Propinsi

    Sulawesi Tenggara. Secara geografis,

    Kecamatan Kolaka terletak pada koordinat

    3,968o

    LS 4,089o LS dan 121,596

    o BT

    121,743o BT. Keadaan morfologi wilayah

    Kecamatan Kolaka pada umumnya tediri dari

    perbukitan yang memanjang dari utara ke

    selatan. Diantara gunung dan bukit terbentang

    dataran-dataran rendah di daerah pesisir pantai

    di sebelah barat yang merupakan wilayah

    perairan laut Bone.

    Gambar 1. Peta Geologi Daerah Penelitian

    2.1. Stratigrafi

    Berdasarkan peta geologi Dinas Energi

    dan Sumber Daya Mineral Propinsi Sulawesi

    Tenggara pada gambar 1 dan peta geologi

    lembar Kolaka oleh Simandjuntak, stratigrafi

    Kecamatan Kolaka dapat dibagi dalam tiga

    formasi batuan berikut :

    a. Kompleks Mekongga (Pzm) Kompleks Mekongga (Pzm) pada

    Lembar Lasusua Kendari disebut batuan

    malihan Paleooikum. Pada peta geologi yang

    dibuat oleh Dinas pertambangan dan Energi

    Sultra (2005) menyebutnya (Pcm) Kompleks

    batuan ini terdiri atas batuan metamorf berupa

    sekis, geneis dan kuarsit. Sebaran batuan ini

    sangat luas (55%)di bagian barat, tengah dan

    utara Kab. Kolaka yang membentang di arah

    utara pegunungan Mekongga hingga selatan

    Raterate. Kedua lembar peta menyebutkan

    bahwa batuan ini berumur Karbon Permian.

    b. Kompleks Pompangea (MTpn) Jenis batuan penyusun formasi ini

    adalah sekis, pualam, dan batu gamping. Jenis

    batuan sekis sangat mudah mengalami

    pelapukan. Batuan ini mempunyai kontak

    struktur geser dengan batuan yang lebih tua di

    bagian utara yaitu Kompleks Mekongga

    (Pzm). Berdasarkan penarikan umur oleh Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Geologi (1993),

    Kompleks Pompangeo mempunyai umur

    Kapur AkhirPaleosen bagian bawah

    sedangkan umur oleh Dinas Pertambangan dan

    Energi Sulawesi Tenggara adalah Karbon

    AkhirPermian atau sama dengan Kompleks

    Mekongga (Pzm). Sebaran batuan ini relatif

    sempit, terdapat di bagian selatan daerah

    penelitian.

    c. Endapan Aluvium (Qa) Aluvial (Qa) adalah endapan termuda

    dan hingga kini masih berlanjut. Material

    penyusunnya berupa kerikil, pasir, kerakal,

    lempung dan unsur organik yang terendapkan

    bersama. Sebarannya sangat terbatas di

    beberapa muara sungai dan pantai. Luas

    sebarannya tidak lebih dari 2,5% dari luas

    wilayah Kab. Kolaka. Satuan ini berasal dari

    endapan sungai, rawa dan pantai sebagai

    endapan permukaan. Satuan aluvium ini

    diperkirakan Holosen. Endapan Aluvium dapat

    ditemui di sepanjang pesisir pantai Kecamatan

    Kolaka. [9]

    2.2. Struktur Geologi

    Struktur geologi di daerah penelitian

    sebagian besar berbentuk kelurusan-kelurusan

    yang diakibatkan oleh pengaruh pembentukan

    pegunungan, perlipatan secara intensif dan

    sesar naik pada lengan tenggara pulau

    Sulawesi. Terdapat beberapa sungai besar

    seperti sungai Balandete dan Kolaka yang

    memanjang ke arah timur laut yang mengalir

    diantara perbukitan. Wilayah ini tersusun

    umumnya oleh batuan-batuan ultramafik dan

    metamorf yang berumur tua (Paleozoikum).

    Batuan-batuan berumur tua yang muncul ke

    permukaan ini menandakan bahwa wilayah

  • JAF, Vol. 7 No. 2 (2011), 56-61

    58

    Sulawesi Tenggara pada umumnya terbentuk

    oleh tektonik yang kuat dan intensif.

    Berdasarkan peta geologi oleh Dinas

    Pertambangan dan Energi Sultra (2005), maka

    di daerah penelitian terdapat satu patahan

    mayor yang dideskripsi sebagai patahan geser

    menganan dan berarah utara barat laut

    tenggara dan mulai melewati Kolaka Kota

    hingga ke Selat Tiworo di selatan. Patahan ini

    memotong seri batuan yang tua seperti

    Kompleks Mekongga dan Kompleks

    Pompangeo, namun tidak memotong batuan

    muda seperti Formasi Langkowa di selatan.

    Berdasarkan fenomena tersebut maka patahan

    mayor tersebut terjadi sebelum formasi

    Langkowa terbentuk pada Miosen Tengah.

    Beberapa patahan minor juga dijumpai

    di wilayah studi yang umumnya patahan turun.

    Patahan minor ini umumnya berarah tegak

    lurus dengan arah kedua patahan mayor di

    atas. Berdasarkan teori mekanisme pergerakan

    lempeng dan pensesaran, jika patahan minor

    ini terjadi dalam suatu seri waktu, maka

    patahan minor ini merupakan patahan ikutan

    dari patahan mayor.[9]

    3. Gempabumi

    Gempa bumi pada hakikatnya adalah

    pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di

    bawah permukaan bumi yang disebabkan oleh

    energi yang dihasilkan oleh pergerakan

    batuan-batuan penyusun bumi. Pada saat

    mengalami gerakan yang tiba-tiba akibat

    pergeseran batuan, energi stress yang tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk

    getaran yang kita kenal sebagai gempa

    bumi.[10]

    Energi getaran gempabumi dirambatkan

    ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi,

    getaran tersebut dapat mengakibatkan

    kerusakan dan keruntuhan bangunan serta

    dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran

    gempa ini juga dapat memicu terjadinya tanah

    longsor, runtuhan batuan dan kerusakan tanah

    lainnya yang merusakkan permukiman

    disekitarnya. [5][7]

    Besarnya intensitas gempabumi di suatu

    tempat tidak tergantung dari besarnya

    kekuatan gempabumi (magnitude) saja namun

    juga tergantung dari besarnya jarak tempat

    tersebut ke sumber gempabumi dan kondisi

    geologi setempat.[3]

    Penentuan tingkat ancaman gempabumi

    didasarkan pada tiga komponen, yaitu jalur

    patahan, keberadaan sungai dan tingkat

    kerusakan infrastruktur. Potensi gempabumi

    dite