Jurnal Anissa

12
BALANCE , 2 (September) , 42 - 53. ©Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya 2004 Gedung Karol Wojtyla, Jalan Jenderal Sudirman 51 Jakarta 12930 KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: KAJIAN ATAS KINERJA MANAJEMEN, KUALITAS AUDITOR, DAN OPINI AUDIT Nur Anissa * ABSTRACT This paper examines the relation of auditor quality, audit opinion, profitability, and leverage with concentration over timelines of financial statement distribution. The manufacture firms listed in BEJ 2000 used the object of this study. The hypothesis examined by binary logistic regression.The result of this research shows that audit quality, profitability, and leverage are not significantly affect the timelines. As news proxy audit opinion is significantly effect the timelines to report financial statement. Audit opinion in this research describes management behavior to report financial statement. Keywords : Timelines, Auditor Quality, Audit Opinion, Profitability, Leverage, Logistic Regression. 1. Pendahuluan Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Baridwan, 1992). Oleh karena itu, laporan keuangan sebagai sebuah informasi harus relevan untuk pengambilan keputusan. Informasi tidak dapat dikatakan relevan jika tidak tepat waktu; informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan. Hendriksen (1995) mengungkapkan bahwa jika data akuntansi harus relevan bagi pengambilan keputusan investor, data itu harus memberikan input ke dalam model keputusan para investor. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan oleh para pemakainya apabila relevan dan andal. Informasi yang relevan adalah informasi yang predictable, mempunyai feed back value, serta tepat waktu (Smith dan Skousen, 1997). Kenley dan Stubus (1972) menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan dapat berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Dyer dan McHugh (1975) berpendapat bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan (timelines) merupakan karateristik penting bagi laporan keuangan. Selain itu, menurut Kim dan Verrechia (1997), laporan keuangan yang dilaporkan secara tepat waktu akan mengurangi informasi asimetri. Agar laporan keuangan tepat, akurat, dan dapat diandalkan memperoleh kepercayaan publik, terutama calon investor, laporan keuangan harus diperiksa oleh akuntan publik selaku auditor independen. Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1985 tentang peraturan pasar modal, perusahaan yang telah memasuki pasar modal wajib memberikan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik kepada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Hal ini memberi makna bahwa selain laporan keuangan sebagai ukuran kinerja manajemen, auditor dengan opininya juga mewarnai informasi laporan keuangan. * Dosen Tetap STIE BPD Jawa Tengah

description

jurnal

Transcript of Jurnal Anissa

Page 1: Jurnal Anissa

BALANCE, 2 (September) , 42 - 53. ©Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya 2004 Gedung Karol Wojtyla, Jalan Jenderal Sudirman 51 Jakarta 12930

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: KAJIAN ATAS KINERJA MANAJEMEN, KUALITAS AUDITOR, DAN OPINI AUDIT

Nur Anissa*

ABSTRACT

This paper examines the relation of auditor quality, audit opinion, profitability, and

leverage with concentration over timelines of financial statement distribution. The manufacture firms listed in BEJ 2000 used the object of this study. The hypothesis examined by binary logistic regression.The result of this research shows that audit quality, profitability, and leverage are not significantly affect the timelines. As news proxy audit opinion is significantly effect the timelines to report financial statement. Audit opinion in this research describes management behavior to report financial statement.

Keywords : Timelines, Auditor Quality, Audit Opinion, Profitability, Leverage, Logistic

Regression.

1. Pendahuluan Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Baridwan, 1992). Oleh karena itu, laporan keuangan sebagai sebuah informasi harus relevan untuk pengambilan keputusan. Informasi tidak dapat dikatakan relevan jika tidak tepat waktu; informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan.

Hendriksen (1995) mengungkapkan bahwa jika data akuntansi harus relevan bagi pengambilan keputusan investor, data itu harus memberikan input ke dalam model keputusan para investor. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan oleh para pemakainya apabila relevan dan andal. Informasi yang relevan adalah informasi yang predictable, mempunyai feed back value, serta tepat waktu (Smith dan Skousen, 1997). Kenley dan Stubus (1972) menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan dapat berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Dyer dan McHugh (1975) berpendapat bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan (timelines) merupakan karateristik penting bagi laporan keuangan. Selain itu, menurut Kim dan Verrechia (1997), laporan keuangan yang dilaporkan secara tepat waktu akan mengurangi informasi asimetri.

Agar laporan keuangan tepat, akurat, dan dapat diandalkan memperoleh kepercayaan publik, terutama calon investor, laporan keuangan harus diperiksa oleh akuntan publik selaku auditor independen. Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1985 tentang peraturan pasar modal, perusahaan yang telah memasuki pasar modal wajib memberikan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik kepada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Hal ini memberi makna bahwa selain laporan keuangan sebagai ukuran kinerja manajemen, auditor dengan opininya juga mewarnai informasi laporan keuangan. * Dosen Tetap STIE BPD Jawa Tengah

Page 2: Jurnal Anissa

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53] 42

Kewajiban melaporkan laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan tentang informasi tersebut. Mengacu pada teori agensi, auditor diharapkan menjadi mediator yang menjamin pengungkapan guna mengurangi keasimetrian informasi. Williams (1988) menyatakan bahwa secara logis perusahaan akan mencari auditor yang akan memuaskan kepentingan investor sehingga saham perusahaannya senantiasa direspon positif oleh para investor. Auditor yang berkualitas dan opini audit wajar tanpa pengecualian berdasarkan perspektif informasi bagi investor merupakan good news, apalagi auditor merupakan pihak yang independen (dalam konteks agensi) dan opini audit merupakan informasi yang berasal dari pihak yang independen. Manajemen yang mengerti pentingnya informasi akan menyampaikan berita baik tersebut secepatnya.

Scott (1997) mengungkapkan bahwa laporan keuangan masih bermanfaat bagi investor untuk mengembangkan prediksinya bahwa baik atau buruknya laporan keuangan akan mempengaruhi kondisi pada masa yang akan datang. Profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan sebagai bagian dari laporan keuangan akan mempengaruhi sikap investor. Altman (1968) mengemukakan bahwa perusahaan dengan nilai aset lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Selain itu, Mautz (1954) berpendapat bahwa perusahaan besar cenderung lebih banyak disorot oleh investor dan lebih banyak mendapat tekanan untuk memberikan informasi secara tepat waktu. Dalam perspektif lain, Dyer dan McHugh (1975) berpendapat bahwa ada kecenderungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan atau profit untuk menyampaikan laporan secara tepat waktu; sebaliknya perusahaan yang mengalami kerugian melaporkan terlambat. Menurut Givoly dan Palmon (1982;489), ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika penyampaian laporan keuangan dianggap sebagai informasi, kinerja perusahaan yang diproksi dalam profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan akan mempengaruhi sikap investor dalam berinvestasi. Dengan demikian, kinerja perusahaan akan memotivasi manajemen untuk sesegera mungkin atau menunda penyampaian laporan keuangannya. 2. Perumusan Masalah 1. Apakah opini audit yang diberikan oleh auditor mendorong perusahaan untuk malaporkan

laporan keuangannya dengan tepat? 2. Apakah perusahaan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas cenderung lebih tepat dalam

menyampaikan laporan keuangannya daripada perusahaan yang diaudit oleh auditor yang kurang berkualitas?

3. Apakah profitabilitas mendorong perusahaan untuk melaporkan laporan keuangannya dengan tepat?

4. Apakah perusahaan yang kemampuan membayar utangnya besar cenderung melaporkan laporan keuangannya dengan tepat?

3. Tinjauan Teoritis 3.1 Ketepatan Waktu

Menurut Ang (1997), informasi yang tepat waktu berarti jangan sampai informasi yang disampaikan sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum. Baridwan (1992:5) mengartikan tepat waktu dengan informasi yang harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

Informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan (Hendriksen, 1992:136).

Page 3: Jurnal Anissa

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA] 43

Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dan frekuensi pelaporan informasi. Informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajer dalam merespon setiap kejadian atau permasalahan. Apabila informasi itu tidak disampaikan dengan tepat waktu, hal itu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai di dalam mempengaruhi kualitas keputusan. Informasi tepat waktu juga akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam lingkungan kerja mereka (Amey,1979; Gordon dan Narayanan, 1984).

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa perusahaan publik diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Untuk laporan keuangan tengah tahunan: (1) selambat-lambatnya 60 hari setelah tengah tahun buku berakhir jika tidak disertai laporan akuntan, (2) selambat-lambatnya 90 hari setelah tengah tahun buku berakhir jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas, (3) selambat-lambatnya 120 hari setelah tengah tahun buku perusahaan berakhir jika disertai laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Untuk laporan keuangan triwulanan selambat-lambatnya 60 hari setelah triwulan buku perusahaan berakhir.

Menurut Dyer dan McHugh (1975), banyak pihak, seperti akuntan, manajer, dan analis keuangan, percaya bahwa ketepatan waktu (timeliness) laporan merupakan karateristik penting bagi laporan keuangan. Ketepatan waktu pelaporan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai.

Keterlambatan pelaporan dapat berakibat buruk bagi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung para investor mungkin menanggapi sebagai pertanda (signal) yang buruk bagi perusahaan. Chamber dan Penman (1984:2) dalam Bandi (2000) mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara. Pertama, ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan. Kedua, ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Untuk melihat ketepatan waktu, biasanya suatu penelitian melihat keterlambatan pelaporan (lag). Dyer dan McHugh (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan dalam penelitiannya: (1) preleminary lag, yaitu interval jumlah hari dari tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa; (2) auditor’s report lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; (3) total lag, yaitu interval jumlah hari dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Na’im (1998), ketepatan waktu dilihat dari keterlambatan pelaporan. Keterlambatan pelaporan terjadi jika perusahaan melaporkan informasi keuangannya kepada Bapepam setelah tanggal 31 Maret. Hal ini sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam tahun 1995. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Soo dan Schwartz (1996). Mereka mengukur keterlambatan pelaporan berdasarkan apakah perusahaan mematuhi peraturan pelaporan informasi keuangan yang ditetapkan oleh Stock Exchange Commision (SEC).

3.2 Kualitas Auditor

Deangelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan keuangan yang material. Deangelo (1981) menyimpulkan bahwa kantor akuntan publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Perbedaan kualitas jasa yang ditawarkan kantor akuntan publik menunjukkan identitas kantor akuntan publik tersebut. Sementara itu, product base approach menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur (Garvin 1990). Klein dan Leffler’s (1981) mengklaim bahwa harga adalah indikator kualitas. Simunic (1980) menyatakan bahwa perbedaan karakteristik jasa audit adalah identik dengan

Page 4: Jurnal Anissa

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53] 44

penawaran. Perbedaan karakteristik jasa audit tercermin dalam perbedaan kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa makin besar fee audit, mengindikasikan bahwa kualitas audit makin baik.

Dopuch dan Simunic (1982) memproksi kualitas audit berdasarkan reputasi kantor akuntan publik. Menurut Francis dan Wilson (1988), kualitas audit diproksi dengan reputasi (brand name) dan banyaknya klien yang dimiliki kantor akuntan publik. Audit dilakukan sebagai wujud dari adanya hubungan kontrak antara pihak pemberi dan penerima dalam konsep agensi (Mesier, 2003). Sehubungan dengan hal tersebut, kualitas auditor yang mengaudit perusahaan sangat penting. Auditor yang berkualitas merupakan informasi baik sehingga manajeman akan segera menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik yang memiliki reputasi baik. Uraian di atas dapat dirangkum dalam hipotesis sebagai berikut. H1 : Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berkualitas baik melaporkan laporan

keuangannya lebih tepat dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang kurang berkualitas.

3.3 Opini Audit

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan. Lenard et al. (1998) mengemukakan bahwa ketika auditor memeriksa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam audit tahunan, auditor harus menyediakan laporan audit untuk digabungkan dengan laporan keuangan perusahaan. Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses audit (Arens, 1995). Bagian terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit (pendapat akuntan). Opini wajar tanpa pengecualian berarti auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan yang disusun manajemen sudah disajikan secara wajar. Opini wajar dengan pengecualian berarti auditor menyimpulkan laporan keuangan disajikan wajar, kecuali untuk pos-pos tertentu. Opini tidak wajar berarti auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, sedangkan pernyataan tidak memberikan pendapat berarti auditor tidak menyimpulkan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar (Arens,1995). Pemberian opini audit atas laporan keuangan didasarkan pada keyakinan profesional auditor terhadap hasil audit yang dilakukan. Keefektifan laporan audit dalam membantu para pengguna laporan keuangan telah menjadi subjek perdebatan selama ini. Salah satu hal yang diperdebatkan adalah model paragraf penjelasan dalam laporan audit pada saat klien telah memenuhi pengungkapan dari laporan keuangan yang diminta (Bamber dan Stratton, 1997).

Publikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi keputusan berinvestasi para calon investor. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan dianggap berita terbaru mengenai keadaan perusahaan di pasar modal. Informasi yang berisi berita baik (good news), seperti profitabilitas meningkat, kinerja manajemen efektif dan efisien, serta pemberian opini unqualified, akan menarik minat calon investor untuk melakukan investasi. Opini audit dalam perspektif informasi memberikan gambaran tentang kondisi suatu perusahaan dari pihak yang independen sehingga informasi ini merupakan informasi yang ditunggu-tunggu oleh investor. Berdasarkan uraian di atas dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H2 : Opini audit akan memotivasi perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan

secara tepat. 3.4 Profitabilitas

Profitabilitas sering dipergunakan sebagai pengukur kinerja manajemen perusahaan, di samping pengukur efisiensi penggunaan modal. Riyanto (2000) menyatakan bahwa rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Menurut Ang (1997), rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Santoso (1995: 96)

Page 5: Jurnal Anissa

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA] 45

menyatakan bahwa profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan. Profitabilitas mempengaruhi tenggang waktu pelaporan. Dyer dan Sridhar (1995) menyatakan bahwa perusahaan dengan hasil yang baik (good news) akan melaporkan lebih tepat daripada perusahaan yang gagal operasi atau yang merugi (bad news). Profitabilitas merupakan pengukuran keberhasilan atau kegagalan perusahaan; dengan demikian, profitabilitas yang tinggi mendorong pelaporan yang tepat sehingga profitabilitas merupakan signal atas kondisi perusahaan (Manna, 1965; Fama, 1980; Watts dan Zimmerman, 1986).

Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah rasio profit margin, return on asset,dan return on equity. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dyer dan McHugh (1975), profitabilitas diukur dengan menggunakan return on ordinary capital, sedangkan dalam penelitian Na’im (1998), profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Dalam penelitian ini diukur dengan ROA dan ROE seperti yang digunakan Na’im dalam penelitiannya.

ROA adalah hasil pengembalian atas total aktiva. Rasio ini mencoba mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan. Kadang-kadang rasio ini disebut hasil pengembalian atas investasi (ROI) (Weston dan Copeland, 1995:240). ROA sebagai rasio laba terhadap aktiva juga merupakan indikator kunci produktivitas. Perusahaan yang berhasil mempunyai laba yang relatif besar daripada perusahaan yang kurang maju (Hamilton; 1994:26). Hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut. H3 : Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung lebih tepat dalam

menyampaikan laporan keuangan daripada perusahaan dengan profitabilitas yang lebih rendah.

3.5 Leverage

Leverage finansial menggambarkan struktur modal perusahaan dan berhubungan dengan best debt-equity mix. Perusahaan menggunakan utang jangka panjang dengan bunga tetap untuk membiayai investasinya. Weston dan Copeland (1995) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang dibiayai oleh penggunaan utang. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai aktivanya.

Tingginya rasio debt to equity atau rasio financial leverage mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Altman (1968) mengemukakan bahwa perusahaan dengan nilai aset lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Kesimpulan ini didukung oleh Chen dan Church (1992) yang mengkaji kemampuan variabel kegagalan pembayaran utang untuk menjelaskan opini audit. Semakin tinggi leverage, perusahaan harus semaksimal mungkin meningkatkan labanya agar mampu membiayai dan membayar utangnya. Apabila tidak mampu menghasilkan laba, perusahaan tersebut akan bangkrut. H4 : Besarnya leverage perusahaan mendorong manajemen untuk menyampaikan laporan

keuangan secara tepat waktu. 4. Metode Penelitian 4.1 Populasi dan sampel

Penelitian ini menganalisis kebijakan akuntansi perusahaan manufaktur yang tercermin dalam laporan keuangan tahunan (annual report) yang berupa data cross section perusahaan yang

Page 6: Jurnal Anissa

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53] 46

go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2000. Sampel yang dipilih secara random berjumlah 125 perusahaan. 4.2 Operasionalisasi dan pengukuran variabel

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikaji dan tinjauan pustaka, operasionalisasi variabel akan diurai dalam operasionalisasi dan pengukuran variabel yang menggambarkan pengaruh/hubungan variabel independen dan variabel dependen. Model dioperasionalisasikan sebagai berikut: variabel independen, yang mencakup kualitas auditor, opini audit, profitabilitas, dan leverage; variabel dependen, yang mencakup ketepatan waktu. 4.2.1 Ketepatan waktu

Pengukuran ketepatan waktu laporan keuangan perusahaan didasarkan pada peraturan yang telah ditetapkan oleh Bapapem berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995 yang telah diperbaharui pada tahun 1996 dan mulai berlaku tanggal 17 Januari 1996. Berdasarkan keputusan ketua Bapepam No. 80 tahun 1996, perusahaan wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari setelah tahun buku berakhir. Perusahaan dikategorikan terlambat jika laporan keuangan dilaporkan setelah tanggal 30 April, sedangkan perusahaan yang tepat waktu adalah perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan sebelum tanggal 30 April. Untuk perusahaan yang tidak tepat waktu mempunyai kategori 0, sedangkan untuk perusahaan yang tepat waktu berkategori 1 (satu). 4.2.2 Kualitas auditor

Variabel ini merupakan variabel dengan dua alternatif, yaitu KAP besar dan KAP kecil. KAP besar diberi nilai 1, sedangkan KAP kecil diberi nilai 0. Penentuan KAP besar atau KAP kecil didasarkan pada jumlah karyawan profesional yang bekerja di kantor pusat KAP tersebut. Data karyawan KAP didapat dari directori Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sedangkan data KAP diambil dari laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. 4.2.3 Opini audit

Penelitian ini mengacu pada PSA 29 dan PSA 30. Maka, opini audit dikelompokkan menjadi (1) pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion); (2) pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (modified unqualified opinion); (3) pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion); (4) pendapat tidak wajar (adverse opinion); (5) pernyataaan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion). Opini wajar tanpa pengecualian diberi skor 4, wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas diberi skor 3, wajar dengan pengecualian diberi skor 2, tidak wajar diberi skor 1, dan tidak memberi pendapat diberi skor 0. 4.2.4 Leverage financial

Degree of financial leverage (DFL) diproksi dengan persentase perubahan earning after tax (EAT) dibagi persentase earning before interest and tax (EBIT). Leverage yang digunakan didapat dari Capital Market Directory 2001. Leverage sebagai proksi untuk agensi ini digunakan dalam penelitian Nihaus (1989), Cushing dan Leclere (1992), dan Abdullah (1999). 4.2.5 Profitabilitas

Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan return on asset (ROA). Pengukuran ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Na’im (1998). Pengukuran dengan ROA berarti melihat kemampuan perusahaan dengan seluruh dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan guna menghasilkan keuntungan. ROA yang digunakan diukur berdasarkan model yang diusulkan oleh Weston dan Copeland (1995:240), yaitu membagi laba bersih dengan total aktiva.

Page 7: Jurnal Anissa

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA] 47

5. Model dan Uji Hipotesis Binary logistic dalam penelitian ini dipilih karena variabel dependen berupa data

nominal (katagorikal). Ghozali (2001) mengemukakan bahwa asumsi distribusi multivariat tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinu (metrik) dan kategorikal (nonmetrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan logistic regression karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

Ln Tepat = β + β1KULAD + β2OPAD + β3 PROF + β4 LEV + ε 1 − Tepat

Keterangan: Tepat = Ketepatan Waktu Pelaporan Laporan Keuangan KULAD = Kualitas Auditor OPAD = Opini Audit PROF = Profitabilitas LEV = Leverage Sebelum melakukan analisis terhadap regresi logit, langkah pertama adalah menilai model overall fit terhadap data dengan fungsi likelihood (Ghozali, 2001). Dalam pengujian, model fit likelihood (l) ditransformasikan menjadi -2logl. Ghozali (2001) menyebutkan bahwa statistik -2logl kadang-kadang disebut likehood rasio χ2 statistics. Dengan demikian, pengujian atas fit model ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai –2logl dan χ2 tabel pada df (n-q). Dengan demikian, dalam pengujian model fit ini, hipotesis akan diterima jika -2logl < χ2 pada df (n-q), dan sebaliknya jika -2logl > χ2 pada df (n-q), hipotesis ditolak. 6. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini mengkaji ketepatan penyampaian laporan keuangan pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2000. Ketepatan penyampaian laporan keuangan dianalisis berdasarkan kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan yang bersangkutan, opini audit yang diterima dari kantor akuntan publik, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profitabilitas), dan kemampuan perusahaan untuk membayar utang (leverage). Gambaran komposisi ketepatan waktu berdasarkan KAP, opini audit, dan profitabilitas tampak dalam tabel berikut.

Tabel 1.

Kualitas Audit berdasarkan Lima Besar dan Non Lima Besar

Keterangan 5 BESAR NON 5 BESAR Jumlah Tepat 72 15 87 Tidak Tepat 29 6 35 Jumlah 101 21 122 Persentase 83% 17% 100%

Tabel 1 menggambarkan komposisi perusahaan yang tepat waktu dan perusahaan yang

tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan ke Bapepam. Tujuh puluh dua perusahaan klien KAP besar menyampaikan laporan keuangan secara tepat, sedangkan 29 perusahaan klien KAP besar menyampaikan laporan keuangan setelah batas yang ditetapkan. Perusahaan klien KAP nonbesar sebesar 17% dari total sampel (122 perusahaan), enam perusahaan di antaranya melaporkan melewati batas yang telah ditentukan.

Page 8: Jurnal Anissa

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53] 48

Tabel 2.

Opini Audit

Keterangan WTP WTP-PP WDP TMP TW Jumlah Tepat 85 1 1 0 0 87 Tidak Tepat 7 7 14 7 0 35 Jumlah 92 8 15 7 0 122 Persentase 75% 7% 12% 6% 0% 100% Keterangan: WTP : Wajar Tanpa Pengecualian WTP-PP : Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas WDP : Wajar dengan Pengecualian TMP : Tidak Memberikan Pendapat TW : Tidak Wajar

Sebagian besar perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta memperoleh opini audit

wajar tanpa pengecualian, yaitu sebanyak 92 perusahaan. Delapan puluh lima di antaranya menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Opini wajar dengan pengecualian sebesar 12% dari sampel sebanyak 122 perusahaan, atau 12 perusahaan. Sebagian besar dari opini wajar dengan pengecualian melapor ke Bapepam melewati batas waktu yang telah ditetapkan.

Tabel 3.

Profitabilitas Perusahaan

Keterangan Profit Rugi JumlahTepat 47 40 87 Tidak Tepat 5 30 35 Jumlah 52 70 122 Persentase 43% 57% 100%

Tabel 3 menggambarkan komposisi perusahaan sampel berdasarkan kemampuan untuk

menghasilkan laba (profitabilitas). Perusahaan yang dapat menghasilkan laba sebayak 52 perusahaan atau sebesar 43%, sedangkan perusahaan yang tidak dapat menghasilkan laba (rugi) sebanyak 70 perusahaan atau sebesar 57%. 7. Analisis dan Bahasan

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan merupakan salah satu ciri dari perilaku manajemen terkait dengan asimetri informasi antara manajemen dan pemakai laporan keuangan. Informasi yang bermakna bagi stockholder, berkenaan dengan laporan keuangan perusahaan, berhubungan langsung dengan ketepatan penyampaian laporan keuangan. Perilaku manajemen dalam menyampaikan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Manajer dengan kinerja baik akan sesegera mungkin menyampaikan informasi keberhasilannya. Namun, jika manajer tersebut gagal dalam kinerjanya, ia akan menunda pelaporan keuangan. Perusahaan yang diaudit oleh KAP besar akan cenderung sesegera mungkin menginformasikan laporan keuangan. Begitu juga apabila perusahaan mendapatkan opini audit yang baik, manajemen akan sesegera mungkin menyampaikan informasi tersebut. Berdasarkan uraian di atas dan dengan memperhatikan kerangka berpikir serta model penelitian, pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan model regresi logistik. Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan nilai –2 log likelihood sebesar 63,979, nilai ini lebih kecil

Page 9: Jurnal Anissa

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA] 49

daripada tabel chi square. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik dalam penelitian ini sudah fit dengan data. Fit model ini juga didukung oleh nilai Chi Square Hosmer dan Lemeshow Test sebesar 14,911 dengan df sebesar 8 dan signifikansi 0,061. Signifikansi ini lebih besar dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa antara data dan model penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah fit dengan data.

Tabel 4.

Multikolinieritas

Correlation Matrix

1.000 .508 -.154 .145.508 1.000 .240 .124

-.154 .240 1.000 .151.145 .124 .151 1.000

PROFLEVOPADKULAD

Step1

PROF LEV OPAD KULAD

Tabel 4 di atas menyajikan korelasi antara variabel independen. Korelasi antarvariabel independen tidak terlalu besar, bahkan nilai korelasi tertinggi hanya sebesar 0,508. Hal ini menunjukkan bahwa antarvariabel independen tidak ada hubungan yang kuat, atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa model ini tidak mengandung unsur multikolinieritas.

Tabel 5.

Hasil Regresi Logistik

Variables in the Equation

-.013 .016 .685 1 .408 .987.017 .967 .000 1 .986 1.017

3.454 .733 22.170 1 .000 31.616.603 .823 .536 1 .464 1.828

-11.879 3.203 13.752 1 .000 .000

PROFLEVOPADKULADConstant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: PROF, LEV, OPAD, KULAD.a.

Tabel 5 menginformasikan hasil pengujian dengan model regresi logistik. Profitabilitas (ROA), Leverage (LEV), dan Kualitas Auditor (KAP) signifikansinya lebih besar dari 5%. Hal ini memberi makna bahwa hipotesis ke-1, hipotesis ke-3 dan hipotesis ke-4 dalam penelitian ini tidak dapat diterima. Opini audit (OPINI) pada Tabel 5 mempunyai nilai wald sebesar 22,170 df sebesar 1; signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 5%; dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa opini audit memotivasi manajemen untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.

Penolakan hipotesis ke-1 yang menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berkualitas baik melaporkan laporan keuangannya lebih tepat daripada perusahaan yang diaudit oleh KAP yang kurang berkualitas memberi makna bahwa kantor akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan bukan alasan keterlambatan penyampaian laporan keuangan ke Bapepam. Gambaran objek penelitian memperlihatkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP besar atau kecil melaporkan laporan keuangan secara tepat dan tidak tepat. Penolakan hipotesis ini disebabkan KAP yang dipilih oleh perusahaan tidak seratus persen menjadi wewenang manajemen, manajemen mendapat intervensi dari rapat umum pemegang

Page 10: Jurnal Anissa

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53] 50

saham yang menugaskan komite audit untuk merekomendasikan KAP yang akan mengaudit perusahaan.

Opini audit dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat. Hipotesis ini memberi makna bahwa manajemen memandang penting opini audit sehingga sesegera mungkin disampaikan kepada pemakai informasi tersebut. Opini yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai berita baik (good news).

Hipotesis ke-3 dalam penelitian ini adalah perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung lebih tepat dalam menyampaikan laporan keuangan daripada perusahaan dengan profitabilitas yang lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis tersebut ditolak. Penolakan hipotesis ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Na’im (1998). Dalam penelitian Na’im (1998) ditemukan bukti empiris bahwa profitabilitas yang diukur dengan menggunakan ROA secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Perbedaan hasil ini dimungkinkan karena waktu penelitian yang berbeda. Na’im (1998) meneliti dalam periode stabil sehingga profitabilitas merupakan parameter yang sangat baik untuk menilai kinerja perusahaan. Pada penelitian ini periode analisis adalah periode krisis sehingga profitabilitas tidak terlalu diperhatikan. Manajemen memandang bahwa going concern lebih dari segalanya. Hasil uji Regresi Logistik untuk hipotesis ke-4, yaitu besarnya leverage perusahaan, mendorong manajemen untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu tidak signifikan secara statistik. Artinya, variabel leverage tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Na’im (1998). Dalam penelitiannya, Na’im (1998) juga menemukan bukti empiris bahwa financial distress yang diukur dengan menggunakan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.

Penemuan empiris dalam penelitian ini tidak konsisten dengan logika teori atau hipotesis yang ada, yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa baik perusahaan yang tepat waktu maupun perusahaan yang tidak tepat waktu dalam pelaporan keuangan mengabaikan informasi leverage. Periode analisis merupakan periode krisis; sebagian besar perusahaan mengalami permasalahan utang sehingga debtholder memberi kelonggaran penyelesaian utang perusahaan. 8. Simpulan

Manajemen perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan. Laporan keuangan yang disampaikan secara tepat menunjukkan bahwa manajemen memandang bahwa informasi yang ada dalam laporan keuangan merupakan berita baik (good news). Manajemen perlu memilah-milah informasi berdasarkan tingkat kepentingannya sehingga terdapat informasi yang perlu disampaikan dan tidak perlu disampaikan. Pengujian empiris membuktikan bahwa dari empat variabel (kualitas audit, opini audit, profitabilitas, dan leverage) yang diduga memotivasi manajemen untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat, hanya opini audit yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang perlu disempurnakan dalam penelitian selanjutnya. Ketepatan waktu dalam penelitian ini hanya diproksi berdasarkan waktu penyampaian laporan keuangan ke Bapepam, padahal laporan keuangan yang disampaikan sebelumnya sudah dipublikasikan sehingga kandungan informasinya menjadi tidak bermakna dan proksi ini menjadi tidak tepat. Penelitian berikutnya dapat memproksi ketepatan waktu berdasarkan jangka waktu yang diperlukan dari tanggal laporan audit sampai dengan tanggal dipublikasikan. Selain itu, peneliti berikutnya dapat menambahkan variabel-variabel yang informatif dan berguna dalam pengambilan keputusan, misalnya kepemilikan manajemen, besarnya perusahaan, jenis perusahaan, dan orientasi perusahaan.

Page 11: Jurnal Anissa

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA] 51

DAFTAR RUJUKAN Anggano, Alexander. 2000. "Putusan yang Nyerempet Kerjaan Akuntan". Media Akuntansi. Edisi

13.(September).

.2001. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Pasar Modal.

. 2002. “Relevansi Peramalan (Forecasting Relevance) dan Relevansi Nilai (Value Relevant) Komponen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi 5. (September): 126-136.

Bandi. 2000. “Ketepatan Waktu Atas Laporan Keuangan Perusahaan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi III: 66-77.

Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting. Edisi Tujuh. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Basu, S. 1978. “The Effect of Earnings Yield on Assessments of The Association Between Accounting Income Numbers and Security Price”. The Accounting Review. July: 599-625.

Budi Raharja. 2001. Akuntansi dan Keuangan Untuk Manajer Non Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Andi Offset.

Chambers, Anne E. dan Stephen H. Penman. 1984. “The Timeliness of Reporting and The Stock Price Reaction to Earning Announcements”. Journal of Accounting Research. (Autumn): 204-220.

Chow, C., dan Rice, S. 1982. “Qualified Audit Opinions and Auditors When Clients Go Public”. The Accounting Review. (April): 326-335.

DeAngelo, L. E. 1981. “Auditor Size and Audit Quality”. Journal of Accounting and Economics.

(December): 183-199. Dyer, J.C.IV dan A.J. McHugh. 1975. “The Timeliness of The Australian Annual Report”.

Journal of Accounting Research. (Autumn): 204-219.

Dyer, J.C.IV dan A.J. McHugh.1975. “The Timeliness of The Australian Annual Report. Journal of Accounting Research. (Autumn): 204-219.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Givoly, D., dan D. Palmon. 1982. “Timeliness of Annual Earnings Announcements: some empirical evidence. The Accounting Review 57. (July): 486-508.

Gujarati, Damodar. 1995. Basic Econometrics. Third Edition. Singapore: Mc. Graw Hill.

Hendriksen, Eldon S. 1992. Accounting Theory. 5th Edition. USA: Richard D. Irwin Inc.

Husnan, Husnan dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Ikatan Akuntan Indonesia. 1994. Standar Akuntansi Indonesia. Buku Satu. Jakarta: Salemba 4.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1998. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Page 12: Jurnal Anissa

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53] 52

Kenley, W.J. dan G.J. Stubus. 1972. “Objectives and Concepts of Financial Statements”. Accounting Research Study. 3th Edition.

Keown, J. Arthur, et al. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid 1. Edisi Tujuh. Jakarta: Salemba 4.

. Jilid 2. Edisi Tujuh. Jakarta: Salemba 4.

Koesbandijah. 1999. "Pengaruh Sikap Para Manajer dan Karyawan Pelaksana Sistem Pengawasan Intern Perusahaan Terhadap Keandalan Informasi Keuangan". Media Akuntansi. Edisi 03. (September).

Machfoedz, Mas’ud. 1994. “Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indonesia”. Kelola : Gajah Mada Business Review. No. 7 / III / 1994: 37-114.

Na’im, Ainun. 1998. “Timeliness of Annual Financial Statement Submission: a preliminary empirical evidence from indonesia”. Makalah. Universitas Gajah Mada.

Petronila, Thio Anastasia dan Mukhlasin. 2003. “Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Laporan Keuangan Dengan Opini Audit Sebagai Moderating Variabel”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. No. 1. (Februari): 17-25.

Robert, Ang. 1997. The Intelligent to Indonesian Capital Market. Edisi 1. Media soft. Indonesia.

Santoso, Rudy Tri. 1995. Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: Andi Offset.

Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Cetakan Kedua. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia.

Schwartz, K. dan B. Soo. 1996. “Evidence of Regulatory Non-Compliance With SEC Disclosure Rules on Auditor Changes”. The Accounting Review. 4th Edition. (October): 555-572.

Soekadi, Eddi P. 1990. Mekanisme Leasing. Cetakan 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Watts, Ross L., dan Jerold L. Zimmerman, 1986. Positive Accounting Theory. Prentice-Hall International Edition.

Watts, Ross.L, dan Jerold L. Zimmerman. 1978. ”Towards A Positive Theory Of The

Determination Of Accounting Standards”. The Accounting Review. 112-134.

Weston, Fred J. dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Edisi 9. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.