jurnal anggrek

download jurnal anggrek

of 10

description

jurnal anggrek

Transcript of jurnal anggrek

MUSIC AND ANXIETY IN HOSPITALIZED CHILDREN(MUSIK DAN ANSIETAS PADA PASIEN HOSPITALISASI PEDIATRIK)Shida Kazemi, Shima Kazemi, Koosha Ghazimoghaddam, Sima Besharat, Leila KashaniTahun 2012

A. LATAR BELAKANGSekitar 30 persen anak-anak pernah dirawat di rumah sakit dan sekitar 5 persen dari jumlah tersebut pernah memiliki pengalaman lebih dari 1 kali dirawat di rumah sakit. Rawat inap dianggap sebagai hal yang menyebabkan stres untuk anak-anak mulai dari lingkungan yang mengelilingi anak-anak di rumah sakit, kondisi fisik seperti rasa sakit dan penyakit yang mendasari, prosedur rumah sakit seperti tes darah atau bahkan pemeriksaan medis di rumah sakit dapat menjadi stressor bagi anak-anak. Stres pada anak dapat menyebabkan gangguan tidur atau gangguan nafsu makan serta gangguan perkembangan dan yang paling parah adalah dapat menunda proses pemulihan penyakit tersebut (Kazemi Shida, Shima Kazemi, Koosha Ghazimoghaddam, Sima Beshara & Leila Kashani, 2012). Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala patofisiologi, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung untus penderitaan yang bemakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya dengan rasa cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut dilawan (Kazemi Shida, Shima Kazemi, Koosha Ghazimoghaddam, Sima Beshara & Leila Kashani, 2012).Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi kebutuhan seseorang, mengatur aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien. Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi. Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi (Audrey Berman, Shirlee, Barbara, & Glenora, 2009).Ansietas dan nyeri merupakan masalah yang paling sering terjadi pada kasus hospitalisasi (Kobayashi Shinobu, Natsuko Yanagi & Kikuyo Koitabashi, 2013). Untuk mengurangi efek stres pada anak yang dirawat, berbagai metode seperti membaca cerita / berdongeng. Musik juga digunakan sebagai teknik kognitif, ia bertindak sebagai pengurang dari rasa nyeri ataupun cemas. Berbagai penelitian telah menyebutkan efek fisiologis dan psikologis musik pada anak-anak dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi musik adalah pengobatan non-farmakologis yang efektif, efisien, dan tidak berbahaya dalam mengatasi masalah ansietas dan nyeri.Karena adanya perbedaan perkembangan pada anak, stres yang dialami mereka biasanya tidak diungkapkan secara verbal, tetapi terjadi sebagai perubahan perilaku dan psikologis. Stres dapat diukur pada anak-anak dengan metode yang berbeda. Ada banyak studi tentang pemeriksaan klinis pada anak-anak, seperti denyut jantung yang dapat digunakan untuk menilai sress. Selain itu, banyak juga yang menggunakan skala stres seperti tes Spielberger (Kazemi Shida, Shima Kazemi, Koosha Ghazimoghaddam, Sima Beshara & Leila Kashani, 2012).Musik merupakan sebagai metode yang efektif dan bagian dari rencana perawatan pasien, dapat digunakan sebagai alat terapi non-invasif untuk menghilangkan rasa sakit dan kecemasan, meningkatkan rasa relaksasi dan meningkatkan kekebalan tubuh serta menstabilkan tekanan darah, denyut nadi dan respirasi pada manusia dalam keadaan normal. Mendengarkan musik menyebabkan sekresi endorfin yang dapat menyebabkan modifikasi emosi / perbaikan mood dan menghilangkan rasa sakit. Selain itu sekresi endorfin juga dapat meningkatkan kenyamanan individu. Menciptakan kenyamanan bagi pasien adalah salah satu tujuan pelayanan keperawatan (Kazemi Shida, Shima Kazemi, Koosha Ghazimoghaddam, Sima Beshara & Leila Kashani, 2012).Musik terbukti dapat mengatasi masalah ansietas dan nyeri yang dapat dialami oleh berbagai jenis usia. Efek yang diberikan oleh terapi musik berupa menstabilkan tekanan darah, menyeimbangkan kortisol, noripinefrin serta epinefrin (Michael, Ravinder, & Marc, 2008). Terapi musik yang diberikan kepada pasien hospitalisasi anak terbukti dapat menurunkan tingkat ansietas dan nyeri secara signifikan (Kazemi, Shima, Koosha, Sima & Leila, 2012). Musik akan merangsang tubuh dalam mengendalikan proses produksi noripinefrin dan beta endorfin agar seimbang yang akan memberikan energi lebih kepada tubuh untuk perbaikan mood. Selain itu musik juga membantu tubuh dalam pengaturan tekanan darah dan tingkat pernafasan sehingga memberikan suasana relaksasi kepada klien (Davis, 2001). Terapi musik yang diberikan kepada pasien hospitalisasi anak terbukti dapat menurunkan tingkat ansietas dan nyeri secara signifikan.Karena tingginya persentase rawat inap pada anak-anak dengan berbagai komplikasi dan banyaknya efek samping dari obat-obatan yang diberikan kepada mereka, tenaga kesehatan dituntut untuk dapat memberikan terapi non-farmakologis seperti salah satunya adalah penggunaan terapi musik. Penelitian ini dilakukan di provinsi Golestan untuk mengukur pengaruh terapi musik terhadap penurunan kecemasan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan rentang usia 9-12 tahun di sebuah rumah sakit akademik (Kazemi, Shima, Koosha, Sima & Leila, 2012).Hospitalisasi menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi dirumah sakit. Penelitian terapi musik ini dilakukan di RSUD dr.Soehadi Priyonegoro Sragen khususnya dibangsal anggrek karena tingkat hospitalisasi yang tinggi ditandai dengan ditemukan beberapa anak yang takut dan menangis ketika melihat baju putih-putih, takut untuk disuntik, dan mengatakan ingin cepat pulang, sementara untuk proses pengobatannya belum selesai.Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat 10 dari 11 pasien anak mengalami ansietas yang ada di ruang perawatan anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Sementara itu, 8 dari 11 diantaranya mengeluhkan nyeri baik nyeri yang didapat dari proses penyakit maupun tindakan medis. Hal ini membutuhkan perhatian khusus karena masalah ansietas dan nyeri memiliki jumlah yang besar yang terjadi pada kasus hospitalisasi.

B. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan metode total sampling dimana populasi pada percobaan ini terdiri dari adalah 5. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: anak yang didampingi oleh orangtuanya selama proses rawat inap, tidak ada riwayat rawat inap sebelumnya, tidak ada gangguan pasca bedah pada saat penerimaan, tidak ada demam, tidak memiliki gangguan mental, tidak ada penggunaan obat penurun kecemasan, dan pasien anak yang memiliki ansietas dan nyeri yang dibuktikan oleh skala wajah pediatrik untuk masalah ansietas dan nyeri. Seluruh sampel memenuhi kriteria inklusi sehingga jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 5 orang.Dalam penelitian ini, pengumpulan data instrumen adalah dengan menggunakan face scale / skala wajah pediatrik untuk masalah ansietas dan nyeri.

Skala Wajah Untuk Ansietas (Quiles, Gloria, Karin, & Esperana, 2013)

Skala Wajah Untuk Nyeri (Savino, Liliana, Simone, Fabio, Roberto & Fulvio 2013)

Untuk menentukan ansietas dan nyeri, pasien pediatrik diberikan skala wajah yang masing-masing memiliki penilaian yang berbeda. Pertama-tama, anak-anak memilih gambar yang dapat mewakili perasaan nya saat itu sebelum dan setelah pemberian terapi musik. Untuk kelompok intervensi dilakukan pemberian terapi musik selama 2 hari dengan masing-masing berdurasi 20 menit setiap harinya. Musik yang diberikan adalah musik dengan irama yang ring sehingga berguna sebagai relaksasi sekaligus distraksi dari rasa stress dan nyeri. Sementara itu, kelompok kontrol tidak menerima intervensi apapun namun mereka diberikan face scale yang sama pada hari pertama dan hari kedua untuk menilai kecemasan dan nyeri. Tingkat rata-rata kecemasan dan nyeri diukur sebelum dan sesudah terapi musik di kelompok kasus; data yang dikumpulkan sebelum dan sesudah intervensi dianalisis dengan menggunakan Kolmogrov-Smironov, 2 tersebut, independen sampel T, Wilcoxon menandatangani Ranks, yang Bartlet dan tes Mann Whitney.

C. Jalannya Penelitian / ProsesTerapi musik diberikan kepada masing-masing pasien secara individu dengan didampingi oleh perawat serta orang tua / wali dari pasien tersebut. Kegiatan tersebut berlangsung selam 2 hari terhitung semenjak tangga 13-14 September 2014 dengan masing-masing hari berdurasi 20 menit. Peneliti menggunakan panduan penelitian yang diteliti sebelumnya oleh Kazemi Shida, Shima Kazemi, Koosha Ghazimoghaddam, Sima Beshara & Leila Kashani, 2012 dengan judul Music and anxiety in Hospitalied Children yang kemudian memodifikasi listening menjadi singging. Berikut ini adalah proses jalannya terapi musik tersebut:1. Orientasi2. Mengkaji keadaan umum serta keluhan utama klien3. Mengkaji ansietas dan nyeri dengan menggunakan skala wajah / face scaleKlien dibimbing untuk menunjukkan gambar yang sesuai dengan perasaanya ketika akan diberi metode menyanyi dan ketika sudah selesai diberi metode menyanyi4. Menjelaskan tentang terapi musik (prosedur, tujuan dan manfaat)5. Informed consent6. Kontrak waktu7. Mengkaji lagu kesukaan pasien8. Memberikan motivasi untuk bernyanyi bersama. Kegiatan bernyanyi dilakukan sembari bertepuk tangan.9. Berikan pujian atas tindakan yang telah dilakukan oleh pasien10. Mengkaji perasaan klien post terapi11. Mengkaji kembali ansietas dan nyeri dengan menggunakan skala wajah / face scale12. Evaluasi

Berikut adalah setting tempat pelaksanaan :

Keterangan :: fasilitator ( perawat ): klien ( pasien ): observer: orang tua

Selama proses terapi musik berlangsung, anak didampingi oleh orangtuanya / wali yang berperan sebagai motivator sehingga anak yang pemalu dapat membuka dirinya secara perlahan. Sementara itu, sebelum dan setelah pemberian terapi musik anak diberikan skala wajah untuk masalah nyeri dan ansietas yang dibimbing oleh perawat.

D. PEMBAHASANAnak merupakan generasi penerus bangsa, ketika baik dan buruknya masa depan ditentukan oleh baik buruknya tumbuh kembang seorang anak sejak dini, maka kita selaku orang tua wajib memperhatikan perkembangan anak sejak dini, dimulai dengan tumbuh kembang anak diperiode emas nya. Periode emas anak dimulai dari ketika anak berusia 0-5 tahun, dimana masa tersebut perlu diperhatikan beberapa kemampuan anak untuk tumbuh optimal. Kemampuan anak untuk tumbuh kembangnya dipantau dari kemampuan kognitif, kemampuan bahasa, kemampuan motorik dan kemampuan emosinya.Salah satu faktor yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak adalah ketika anak kita sakit. Ketika anak sakit dia akan kehilangan masa bermain,bersosialisasi dengan teman,susah makan yg mengakibatkan anak terganggu untuk pemasukan nutrisinya. Selain itu kita juga harus memperhatikan seorang anak yg sakit dan dirawat dirumah sakit. Dimana linkungan yang ada saat itu juga berpengaruh untuk tumbuh kembangnya, salah satunya anak akan merasakan kecemasan. Kecemasan akan orang asing, kecemasan akan petugas medis. Itu semua dapat mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak.Penelitian dilakukan pada tanggal 13 dan 14 September 2014 di ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Sampel terdiri dari 4 pasien yang berada dikamar yang berbeda dengan keluhan yang sama yaitu memiliki kecemasan dan nyeri. Keempat pasien masuk kedalam kriteria inklusi yang nantinya akan diberikan terapi musik sesuai dengan panduan jurnal yang berjudul Music and Anxiety in Hospitalized Children oleh Kazemi Shida, Shima Kazemi, Koosha Ghazimoghaddam, Sima Beshara & Leila Kashani, 2012. Peneliti memodifikasi terapi musik sesuai dengan kondisi di lapangan dimana terapi musik yang digunakan adalah dengan benyanyi. Musik yang digunakan pada terapi ini adalah musik kesukaan pasien dimana mereka dibimbing untuk menyanyikan lagu kesukaan mereka masing-masing.

Tabel 1.1 Skala ansietas sebelum dan setelah diberikan terapi musikAnsietas

No.NamaAn. SAn. RAn. MlAn. Mw

1Sebelum Terapi

2Setelah Terapi

Tabel 1.2 Skala nyeri sebelum dan setelah diberikan terapi musikNyeri

No.NamaAn. SAn. RAn. MlAn. Mw

1Sebelum Terapi

2Setelah Terapi

Berdasarkan kedua tabel dapat disimpulkan bahwa seluruh anak yang mendapatkan terapi musik mengalami penurunan skala ansietas dan nyeri. Semua anak merasa senang setelah menjalani proses bernyanyi selama 2 hari dengan durasi masing-masing 20 menit. Perasaan takut akan perawat dan tindakan medis seperti injeksi telah hilang. Bahkan pada anak Ml mengalami perubahan yang sangat berarti dimana yang sebelumnya ia sangat takut sekali dengan perawat kini berubah menjadi sangat terbuka dan selalu ceria sebelum dilakukannya tindakan injeksi obat. Selain diajak bernyanyi, anak-anak juga diberikan pendidikan kesehatan tentang bagaimana mereka harus tetap semangat dan ceria untuk mempercepat proses penyembuhan penyakitnya. E. KesimpulanAnsietas dan nyeri merupakan masalah yang sering ditemui pada kasus hospitalisasi pada pasien anak. Jika tidak ditangani dengan tepat, ini dapat mempengaruhi psikologis anak yang nantinya akan berdampak pada pemberian terapi medis. Hal ini akan berpengaruh pada proses penyembuhan penyakitnya. Maka dari itu diperlukan suatu terapi khusus untuk menangani kasus ansietas dan nyeri ini. Terapi yang disarankan adalah terapi komplementer, yaitu terapi musik. Terapi ini merupakan suatu terapi kognitif yang tidak berbahaya, efisien, efektif, dan terbukti dapat menurunkan tingkat ansietas dan nyeri pada pasien anak.

F. SARAN1. Bagi RSUD dr.Soehadi Priyonegoro sragen :Diharapkan di ruang rawat inap atau bangsal anak anggrek disediakan fasilitas bermain dan music untuk menumbuhkan kreatifitas dan untuk mengekspresikan perasaan anak dengan tujuan agar anak tidak merasa bosan atau jenuh selama proses perawatan di rumah sakit.2. Bagi ruang anggrek RSUD dr. Soehadi Priyonegoro Sragen :a. Diharapakan melakukan terapi musik/mendengarkan musik setiap hari pada jam-jam tertentu di ruang anak anggrek.b. Diharapkan ruangan didesain semenarik mungkin seperti dinding ruangan diberikan gambar-gambar atau poster bergambar kartun agar anak tidak merasa jenuh dan takut selama proses perawatan dirumah sakit.

3. Bagi keluarga pasiena. Diharapakan pasien bisa kooperatif selama dilakukan terapi bermain.b. Diharapkan setelah pasien pulang, pasien lebih sering untuk mendengarkan musik dan mengikuti ajang kreatifitas lomba menyanyi.4. Bagi peneliti selanjutnyaUntuk penelitian selanjutnya di bidang pediatrik dalam mengatasi masalah ansietas dan nyeri akibat hospitalisasi diharapkan dapat menambahkan permainan dan fasilitas bermain seperti mewarnai, puzzle, lego, play dough, clay, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Audrey Berman, Shirlee Snyder, Barbara Kozier, Glenora Erb. (2009). Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.Davis, K. (2001). The Rotarian, In the Music. Rotary International.Juan Manuel Ortigosa Quiles, Gloria Garca-Banda Garca, Karin Chellew, Esperana Ponsell Vicens. (2013). Identifi cation of degrees of anxiety in children with three- and fi ve-face. Psicothema , 446-451.Kazemi Shida, Shima Kazemi, Koosha Ghazimoghaddam, Sima Besharat, Leila Kashani. (2012). Music and Anxiety in Hospital Hospitalized Children. Journal of Clinical and Diagnostic Research , 6 (1), 94-96.Kobayashi, Shinobui, Natsuko Yanagi, Kikuyo Koitabashi. (2013). Relaxation technique training to alleviate emotional stress in patients with chronic pain: A report of two cases. OJN , 71-75.Michael I. Weintraub, Ravinder Mamtani, Marc S. Micozzi. (2008). Complementary and Integrative Medicine in Pain Management. New York: Book-Mart Press.Savino Francesco, Liliana Vagliano, Simone Ceratto, Fabio Viviani, Roberto Miniero, Fulvio Ricceri. (2013, February 12). Pain assessment in children undergoing venipuncture: the WongBaker faces scale versus skin conductance fluctuations. PubMed .

10