FISIOLOGI ANGGREK

25
FISIOLOGI ANGGREK Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses, fungsi, dan aktivitas suatu organisme dalam menjaga dan mengatur kehidupannya. Sedangkan fisiologi tanaman adalah cabang botani yang mempelajari bekerjanya sistem kehidupan di dalam tubuh tumbuhan dan tanggapan terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya. Fisiologi anggrek belum diteliti secara luas dan spesifik. Namun, dari berbagai data penelitian yang ada menunjukkan bahwa pada dasarnya fisiologi anggrek sama dengan fisiologi tanaman pada umumnya. Sehingga dalam makalah ini penjelasan tentang berbagai hal mengenai fisiologi tanaman akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana fisiologi tanaman anggrek. I. Air dan Mineral Air merupakan suatu senyawa yang ada di alam yang mempunyai peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan aktifitas mahkluk hidup. Air juga merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam

description

fisiologi anggrek

Transcript of FISIOLOGI ANGGREK

Page 1: FISIOLOGI ANGGREK

FISIOLOGI ANGGREK

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses, fungsi, dan

aktivitas suatu organisme dalam menjaga dan mengatur kehidupannya. Sedangkan

fisiologi tanaman adalah cabang botani yang mempelajari bekerjanya sistem

kehidupan di dalam tubuh tumbuhan dan tanggapan terhadap pengaruh

lingkungan sekitarnya. Fisiologi anggrek belum diteliti secara luas dan spesifik.

Namun, dari berbagai data penelitian yang ada menunjukkan bahwa pada

dasarnya fisiologi anggrek sama dengan fisiologi tanaman pada umumnya.

Sehingga dalam makalah ini penjelasan tentang berbagai hal mengenai fisiologi

tanaman akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana fisiologi tanaman

anggrek.

I. Air dan Mineral

Air merupakan suatu senyawa yang ada di alam yang mempunyai peranan

penting bagi keberlangsungan hidup dan aktifitas mahkluk hidup. Air juga

merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam

proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam,

gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh tumbuhan.

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,

sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.

Urutan senyawa terlarut didalam air alam menurut jumlahnya ialah:

garam mineral, senyawa organik dan gas-gas. Air dapat dimanfaatkan secara

Page 2: FISIOLOGI ANGGREK

biologis maupun non biologis. Secara biologis air diperlukan untuk membentuk

senyawa karbohidrat, carrier bagi zat gizi, dan sebagainya.

Molekul air tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen (H2O).

Dalam keadaan cair, molekul-molekul air saling bertautan membentuk polimer

via ikatan hidrogen. Karena ikatan inilah air mempunyai panas latent penguapan

yang besar serta daya pelarutan yang tinggi.

Air memiliki keunikan sifat antara lain memberikan tegangan permukaan

air yang cukup kuat, dan memberikan bentuk butir-butir air. Demikian pula air

mempunyai tingkat adhesi yang tinggi dengan kebanyakan material, Kohesi yang

kuat sangat membantu proses penyerapan air dari akar ke pucuk tumbuhan yang

tinggi. Imbibisi (proses merasuknya air ke dalam struktur berpori-pori) membantu

penyerapan air ke dalam biji dan memecahkan kulit biji sehingga biji tersebut

dapat tumbuh. Ikatan hidrogen juga menyebabkan air mempunyai kapasitas panas

yang tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai tempat penampung panas yang

efektif. Karena air memiliki keunikan seperti diatas maka air dapat berfungsi baik

sebagai media untuk hidup oleh suatu organisme. Air menjaga level temperatur

yang stabil yang penting bagi iklim dan kehidupan. air juga memiliki viskositas

yang rendah sehingga dapat dengan mudah mengalir. Hal ini sangat penting dalam

sistem transportasi pada tumbuhan. Selain itu air memerlukan energi yang banyak

untuk menguap sehingga memoderasi panas dari matahari, menjaga temperatur

ekosistem air, dan menjaga temperatur organisma dari ekses panas.

Page 3: FISIOLOGI ANGGREK

Menurut Noggle dan Frizt (1983) fungsi air bagi tanaman yaitu : (1)

sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) sebagai senyawa pelarut bagi

masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut

mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, (3)

sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, (4) sebagai rektan pada

sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat, (5)mengatur

mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata,

membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu,

(6) berperan dalam perpanjangan sel, (7) sebagai bahan metabolisme dan produk

akhir respirasi, serta (8) digunakan dalam proses respirasi.

Air diserap melalui akar oleh tanaman melewati dinding sel dan akan

melalui xylem untuk diangkut ke daun sehingga dapat digunakan sebagai bahan

untuk fotosíntesis.

Mineral

Tanaman membutuhkan banyak elemen untuk membangun diri dan

fungsiannya. Untuk itu mereka membutuhkan karbon (C) dari udara dalam bentuk

CO2, hidrogen (H) dan Oksigen (O) dari air (H2O). Oksigen juga di absorbsi dari

udara yang terkonsentrasi sebagai O2 yang hampir 20%. Selain itu tanaman juga

membutuhkan elemen lainnya seperti mineral yang biasanya diserap oleh akar dan

beberapa diserap oleh daunan.

Mineral yang dibutuhkan oleh tanaman secara alami dibagi menjadi 2

kelompok. Kelompok pertama, disebut makroelemen (mineral yang dibutuhkan

dalam jumlah banyak), terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), potassium (K),

Page 4: FISIOLOGI ANGGREK

kalsium (Ca), sulfur (S), magnesium (Mg), dan besi (Fe). Kelompok mineral yang

kedua dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit oleh karena itu disebut

mikroelemen. Kelompok ini diantaranya : molybdenum (Mo), tembaga (Cu), seng

(Zn), boron (B), klorin (Cl), sodium (Na), silikon (Si), kobalt (Co), dan mangan

(Mn). Alumunium (Al), galium (Ga), selenium (Se), vandium (V), nikel (ni), dan

mineral lain

Selain itu mineral dapat melakukan tiga fungsi bagi pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan, yaitu fungsi elektro kimia, strukur dan katalis. Peranan

elektrokimia meliputi proses penyeimbangan konsentrasi ion, stabilisasi

makromolekul, stabilisasi koloida dan netralisasi muatan. Peranan struktur

dilakukan oleh mineral dalam keterlibatannya pada struktur kimia molekul biologi

atau fungsi dalam membentuk polimer strutur, misal kalsium dalam pektin. Dalam

fungsinya sebagai katalis, mineral terlibat dalam bagian aktif (active site) suatu

enzim. Mineral-mineral yang termasuk dalam kelompok makro (makronutrien)

memiliki ketiga peranan tersebut diatas, sedangkan kelompok unsur mikro

(mikronutrien) hanya mendukung fungsi katalis.

Pengambilan mineral pada tanaman terjadi secara difusi dan osmosis,

dengan mengikuti aliran air atau berdasarkan perpindahan anion (negatif berubah

menjadi ion) dan kation untuk menjaga keseimbangan dalam sel (Donnan

Equilibrium). Tetapi, kebanyakan uptake dilakukan secara aktif (disebut uptake

aktif) yang mengakibatkan pengeluaran energi. Energi yang dibutuhkan untuk

uptake aktif berasal dari respirasi. Oleh karena itu proses ini memerlukan oksigen

dan dipengaruhi oleh suhu. Studi tentang nutrisi dan ekologi menunjukkan bahwa

Page 5: FISIOLOGI ANGGREK

anggrek memperoleh mineral melalui mikoriza pada mereka dan secara langsung

dari substrat dimana mereka tumbuh.

II. Fiksasi Karbon

Karbon terdapat secara alami di atmodfer bumi dalam bentuk karbon

dioksida. Karbon dioksida terbentuk dari hasil respirasi makhluk hidup,

pembakaran minyek bumi dan sebagainya. Bumi kita memiliki jumlah karbon

dioksida (CO2) di udara yang semakin banyak tiap tahunnya dan mengakibatkan

efek rumah kaca. Bagi tanaman, CO2 sangat penting untuk proses fotosintesis.

Proses fotosintesis adalah proses pengolahan bahan dari luar tanaman seperti air,

CO2, nutrisi, yang akan digunakan untuk kebutuhan hidup, memperbaiki

kerusakan sel, dan sebagai sumber energi serta untuk membentuk cadangan

makanan bagi tanaman. Secara singkat, proses fotosintesis dapat dijelaskan

dengan persamaan :

Tanaman menyerap karbon dioksida dari udara melalui stomata daun. Air

diserap dari tanah melalui akar, kemudian transportasinya melalui xylem untuk

proses fotosintesisnya. Fotosintesis dalam tumbuhan tingkat tinggi dapat terjadi

melalui 3 jalur yaitu C3, C4 dan CAM. Anggrek merupakan tanaman dengan

diversitas yang sangat tinggi sehingga pada tanaman anggrek fotosintesisnya juga

melalui ketiga jalur tersebut diatas.

Page 6: FISIOLOGI ANGGREK

Jalur C3 terjadi pada tanaman subtropis, bergantung pada suhu, tanpa

mekanisme penumpukkan CO2. Contoh spesies jalur ini diantaranya : P.

barbatum, Eulophia keithii, Tainia penangiana. Jalur ini sering juga disebut

Siklus Calvin atau reaksi gelap yang merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang

dalam fotosintesis. Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2 yang

terjadi di stroma.

Jalur C4 terjadi pada tanaman tropis, prosesnya membutuhkan intensitas

cahaya tinggi, dengan mekanisme penumpukkan konsentrasi CO2. Contoh spesies

anggrek jalur ini adalah Arundina graminifolia, Araghnis Maggie Oei.

Jalur CAM terjadi pada tumbuhan yang tumbuh di daerah kering, CO2

difiksasi dalam keadaan gelap dengan mekanisme penumpukkan CO2. Contoh

spesies anggrek jalur ini adalah Vanillea, Thuria marshaliana.

III. Metabolisme Intermediate

Di dalam sel anggrek dan tanaman pada umumnya, terkandung zat-zat

yang mengalami perubahan zat-zat kimia melalui suatu proses metabolism. Zat

hasil metabolism tersebut baik keseluruhan ataupun sebagian dapat dimanfaatkan

sebagai senyawa sintesis oleh tanaman tersebut ataupun digunakan sebagai

sember energi. Sebagian hasil juga dapat dikeluarkan melalui respirasi. Jika

digunakan secara bersamaan maka disebit metabolism intermediet.

Energi dapat diperoleh dari karbohidrat, lipid, protein dan zat lainnya yang

didalam serangkaian reaksi disebut dengan respirasi, langkah akhirnya disebut

oksidasi. Banyak reaksi yang menjadikan asam piruvat sebagai zat yang

Page 7: FISIOLOGI ANGGREK

menyuplai dalam siklus asam trikarboksil, yaitu reaksi yang menyumbang

sebagian besar respirasi dalam sel tanaman.

Urutan awal reaksi dalam proses pelepasan energi ini disebut glikolisis.

dimulai dari perombakan glukosa dan substrat yang menjadi asam piruvat pada

tanaman. Beberapa mikroorganisme memperoleh energi dengan mengubah asam

piruvat secara anaerob menjadi alkohol (fermentasi) atau asam laktat. Di dalam

sel anggrek asam piruvat diubah menjadi asetil koenzim A yang membutuhkan

ion magnesium, vitamin B1, asam lipoic, coA, dan niacinamide denine

dinucleutide (NAD+ ).

Urutan alternatif untuk respirasi aerobik adalah melalui jalur heksosa

monofosfat. Enzim pada jalur ini banyak ditemukan di sitoplasma daripada

mitokondria. Rata-rata respirasi telah diukur pada anggrek sebagai pengambilan

oksigen, CO2, atau keduanya dan menunjukkan bahwa mereka dapat bervariasi

atau berubah sesuai dengan :

1. Umur bunga

2. Kondisi tanaman setelah polinasi

3. Spesies

4. Perlakuan zat penghambat tumbuh

5. Perbedaan pada bagian tanaman, bunga atau buah

IV. Pembungaan, Biji dan Perkecambahan

Tanaman anggrek merupakan tanaman yang termasuk kelompok

tumbuhan berbunga (Angiospermae). Proses pembungaan pada tanaman anggrek

sama dengan proses pembungaan yang terjadi pada kebanyakan tanaman

Page 8: FISIOLOGI ANGGREK

Angiospermae lainnya. Proses pembungaan merupakan masa berakhirnya fase

generative pada tumbuhan. Fase ini ditandai dengan berakhirnya pembentukan

daun dan inter nodus oleh meristem serta bagian-bagian bunga mulai terbentuk.

Pembentukan bunga pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah:

1. Fitokrom

Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh

tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang

oleh cahaya merah dan infra merah, cahaya infra merah memiliki panjang

gelombang yang lebih besar dari pada cahaya merah. Anggrek menggunakan

fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan,

seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan. Fitokrom

berfungsi sebagai fotodetektor yang memberitahukan tumbuhan apakah ada

cahaya atau tidak, Selain itu fitokrom juga berfungsi memberikan informasi pada

tumbuhan mengenai kualitas cahaya.

Mekanisme penyerapan cahaya oleh fitokrom dapat dijelaskan secara

singkat sebagai berikut. Dalam kontrol fotoperiodik perbungaan dan banyak

respon tumbuhan terhadap pencahayaan, fitokrom (phytochrome) berfungsi

sebagai fotodetektor yang memberitahukan tumbuhan apakah ada cahaya atau

tidak.  Secara kimia Fitokrom (phytochrome) mempunyai dua bentuk yaitu merah

(Pr) dan merah jauh (Prf). Fitokrom (phytochrome) merah (Pr) dan merah jauh

(Prf) pada daun turut berperan pada proses fisiologis pembungaan tanaman. Pada

percobaan mengenai kontrol fotoperiode pada perbungaan, sinar merah dengan

Page 9: FISIOLOGI ANGGREK

panjang gelombang 660 nm adalah sinar yang paling efektif untuk mengintrupsi

panjang malam.

2. Fotoperodisme

Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran

(panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah

fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan

dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa

jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran,

terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase

generatifnya,misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1994) Beberapa tumbuhan

akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika

tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap

periode sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan

memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat <10 Jam (Mader,

1995).

3. Vernalisasi

Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh

tumbuhan sebelum mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk

perbungaan, tetapi diperlukan pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum

perkecambahan. Respon terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu

pembungaan akan terjadi atau pembungaan tidak akan terjadi. Lamanya periode

dingin haruslah beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung sepesiesnya.

Spesies semusim pada musim dingin, dua tahunan, dan banyak spesies tahunan

Page 10: FISIOLOGI ANGGREK

dari daerah beriklim sedang yang membutuhkan vernalisasi semacam itu agar

berbunga. Biji, umbi, dan kuncup banyak spesies tanaman di daerah beriklim

sedang membutuhkan stratifikasi (beberapa minggu diletakkan dalam

penyimpanan yang dingin dan lembab) untuk mematahkan dormansi. Jadi

vernalisasi secara harfiah berarti membuat  suatu keadaan tumbuhan seperti

musim semi, yaitu menggalakkan pembungaan sebagai respon terhadap hari-hari

yang panjang selama musim semi (Gardner,dkk, 1991).

4. Hormon

Hormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan

senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun

buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara

biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong, menghambat, atau

mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.

Hormon yang mempengaruhi pembungaan pada anggrek adalah hormon giberelin.

Biji dan Perkecambahan

Anggrek memiliki biji yang bersifat mikroskopis dan berbentuk seperti

serbuk tepung berwarna putih. Menurut Pierik (1987) biasanya berukuran panjang

panjang 1.0-2.0 mm dan lebar 0.5-1.0mm. Biji anggrek memiliki endosperm yang

sangat sedikit bahkan tidak ada sebagai cadangan makanan untuk berkecambah

sehingga dibutuhkan media yang kaya nutrient. Dalam perkecambahannya

anggrek sangat rentan terhadap tekanan lingkungan. Biji anggrek dapat tumbuh di

alam jika mendapatkan tambahan makanan dari sejenis jamur yang hidup di dalam

akar anggrek dewasa yang disebut mikorhiza. Saat ini telah dikembangkan cara

Page 11: FISIOLOGI ANGGREK

mengembangbiakkan anggrek secara in vitro. Media yang seimbang sangat

dibutuhkan anggrek dalam perkecambahan biji secara in vitro dan perkembangan

biji di kultur atau pada pot.

Menurut Arditti (1967) dan Harley (1969) cit. Pierik (1987),

perkecambahan biji anggrek melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Air terimbibisi ke dalam biji melalui testa dan biji terlihat membengkak

2. Setelah pembelahan sel terjadi, embrio keluar dari kulit biji

3. Struktur seperti protokorm (protocorm like bodies = plb) terbentuk dari

gumpalan sel

4. Meristem tunas dapat dilihat pada plb

5. Terjadi diferensiasi jaringan, terlihat titik tumbuh atau meristem tunas di

satu sisi dan meristem akar (rhizoid) di sisi yang lain. Pada saat ini

pertumbuhan menjadi lebih cepat

6. Dalam kondisi terang, protokorm menjadi hijau dan lebih banyak daun

yang terbentuk. Klorofil juga semakin banyak terbentuk sehingga tanaman

menjadi autotrof

7. Akar yang sebenarnya mulai terbentuk dan protokorm serta rhizoid

(rambut akar) mulai hilang dan fungsinya digantikan oleh daun dan akar

Gb 1. Tahapan perkembangan protokorm

Page 12: FISIOLOGI ANGGREK

Faktor –faktor yang mempengaruhi perkecambahan anggrek antara lain

lingkungan dan nutrisi. Lingkungan yang mendukung seperti suhu dan cahaya

tertentu diperlukan untuk mematahkan dormansi dan memicu perkecambahan.

Nutrisi yang dibutuhkan perlu didukung dengan pemberian nutrisi secara lengkap

karena biji anggrek tidak mengandung endosperm atau cadangan makanan untuk

membantu pertumbuhan dalam tahap awal sebelum mencapai tahap autotrof.

Nutrisi yang harus dipenuhi mencakup senyawa anorganik, sumber energi

(sucrose atau gula pasir), vitamin (misalnya asam nikotinat), pH yang tepat dan

agar sebagai bahan pemadat. Variasi lain adalah penambahan zat pengatur tumbuh

yang dapat digunakan setelah bij berkecambah. Senyawa anorganik juga dapat

diganti dengan bahan-bahan lain seperti buah pisang, air kelapa, buah tomat atau

air rebusan taoge. Jenis media yang digunakan tergantung pada jenis anggrek,

umur biji, dan tujuan kultur.

V. Hormon

Auksin

Sintesis dari auksin terjadi di tempat-tempat yang aktif tumbuh dari suatu

tanaman, dan hormon tersebut bertranslokasi dari satu organ menuju organ lain.

Secara keseluruhan, auksin berada di seluruh bagian tanaman, tapi konsentrasi

tertinggi ditemukan pada batang dan ujung akar, daun muda, serbuk sari, dan

bakal buah. Serbuk sari dari anggrek mengandung 100µg auksin per gram, yang

mana diketahui adalah jumlah tertinggi pada tanaman. Auksin membantu dalam

proses mempercepat pertumbuhan tanaman. Beberapa bukti menyatakan bahwa

efek pada tanaman anggrek sama seperti yang terdapat pada tanaman lain.

Page 13: FISIOLOGI ANGGREK

Cytokinin

Sama seperti Auxin, Cytokinins ditemukan diseluruh tanaman yang

berbunga. Mereka dapat muncul seperti substansi bebas atau sebagai bagian dari

RNA. Embryo dan buah yang masih muda adalah tempat dimana ditemukannya

cytokinin paling banyak, namun cytokinin juga banyak diisolasi dari akar dan

eksudatnya, daun, bunga , dan bagian lain dari tanaman.

Cytokinin memiliki beberapa efek yang bisa berpengaruh walaupun

konsentrasinya rendah, dan pada konsentrasi yang tinggi dapat memecahkan

dormansi pada tangkai bunga Phalaenopsis.

Beberapa dari efek Cytokinin pada tanaman anggrek adalah memulai dan

mempertahankan kultur suatu jaringan, mempertinggi produksi plantlet dari kultur

kalus dalam invitro. Menginduksi bunga di beberapa hibrid Dendrobium dan

Aranda.

Gibberelins

Gibberelin muncul diseluruh bagian tanaman, namun level tertinggi

mereka muncul pada jaringan yang sedang membelah secara cepat. Konsentrasi

mereka pada tanaman sangatlah rendah. Pada tanaman anggrek gibberelin berefek

sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan bibit, menginduksi pembungaan,

dan menyebabkanperpanjangan bunga-batang.

Ethylene

Secara kimiawi, Ethylene, C2H4 adalah hormon tumbuhan yang paling

sederhana. Itu diproduksi pada berbagai bagian pada tanaman anggrek. Etilen

merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam

Page 14: FISIOLOGI ANGGREK

tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen

disebut juga ethene Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas,

sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap.

Fungsi lain etilen secara khusus adalah: Mengakhiri masa dormansi,

merangsang pertumbuhan akar dan batang, pembentukan akar adventif,

merangsang absisi buah dan daun, merangsang induksi bunga, induksi sel kelamin

betina pada bunga, merangsang pemekaran bunga.

Abscisic Acid

Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon)

yang merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh

oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan.

Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott

berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa

abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Asam absisat

berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam keadaan dorman atau

"istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis berhenti sementara.

juga sangat penting untuk menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti

kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun

dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel.

Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui

stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan

dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Pada tanaman anggrek

Page 15: FISIOLOGI ANGGREK

sendiri, ABA dapat menyebabkan senesens dan produksi antosianin pada bunga

Cymbidium.

Vitamin

Vitamin Efek

Asam AskorbatMeningkatkan germinasi dan pertumbuhan pada Cattleya dan Oncidium. Menggagaskan proses pertumbuhan embrio pada Cymbidium.

BiotinTidak ada efek pada Cattleya dan Epidendrum. Meningkatkan pertumbuhan dan/atau warna pada Cattleya, Odontoglossum, Paphiopedilum, dan Cymbidium.

Asam Folat Kebanyakan tanpa efek

NiasinSatu-satunya vitamin yang diketahui meningkatkan germinasi dan pertumbuhan secara konsisten pada beberapa Anggrek

Asam pantothenat

Secara general tidak memiliki efek.

RiboflavinMeningkatkan diferensiasi tanaman pada perkembangan daun dan menggagaskan pertumbuhan embrio.

ThiamineVitamin itu sendiri atau hanya senyawa Pyrimidine moiety yang mampu meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan.

VI. KESIMPULAN

Fisiologi anggrek belum diteliti secara luas dan spesifik. Namun, dari

berbagai data penelitian yang ada menunjukkan bahwa pada dasarnya fisiologi

anggrek sama dengan fisiologi tanaman pada umumnya. Anggrek memiliki

keanekaragaman yang sangat tinggi sehingga berdasarkan cara fotosintesisnya

anggrek dapat dimasukkan ke dalam golongan C3, C4 mmaupun CAM. Biji

anggrek memiliki cadangan makanan yang sangat sedikit bbahkan tidak ada

sehingga membutuhkan suplay nutrient yang didapatkan dari simbiosisnya dengan

mikorhiza maupun dengan cara penanaman in vitro.

Page 16: FISIOLOGI ANGGREK

Daftar Pustaka

Arditti, J. 2010. Plenary Presentation : History of Orchid Propagation. AsPac J.Mol.Biol.Biotecnol. Vol 18 (1) Supplement : 171-174.

Chen, L.J., and D.S. Luthe. 1987. Analysis of proteins from embryogenic non-embryogenic rice (Oryza sativa L.) calli. Plant Sci. 48: 181-188.

Cosgrove, D.J. 1997. Relaxation in a High-Stress Environment. The Molecular Bases of Extensible Cell Walls and Cell Enlargement. Plant Cell. 9: 1031- 1041

Cosgrove, D.J. 1998. Cell Walls Lossening by Expansins. Plant Physiol. 118: 333-339

Fosket, D.E. 1994. Plant Growth and Development a Molecular Approach. Academic Press. New York, London, Sydney. p.298-331

Fukuda, H., M. Ito, M. Sugiyama, and A. Komamine. 1994. Mechanism of The Proliferation & Differentiation of Plant Cells in Cell Culture System. J. Dev Biology. 38:287

Henuhili, V. 2012. Kultur Jaringan Tumbuhan. Petunjuk Praktikum FMIPA UNY. Yogyakarta.

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publishers. Netherlands

Li, Y., Z.B. Liu, X. Shi, G. Hagen, and T.J. Guilfoyle.1994. An Auxin Inducible Element in Soybean SAUR Promoters. Plant Physiol. 106: 37-43.

Lyndon, R.F. 1990. Plant Development The Cellular Basis. Unwin Hyman. London, Boston, Sydney. p. 190-200.

Maniatis, T., E.F. Fritsch, and J. Sambrook. 1982. Molecular Cloning. A. Laboratory Manual. Cold Spring Harbor Laboratory, Printed in the United States of America. 173-175.

Raghavan, V. 1997. Molecular Embryology of Flowering Plants. Cambridge University Press. p. 394-439

Taiz, L., and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology. Sinauer Associates, Inc. Publishers