FISIOLOGI ANGGREK
-
Upload
chemist-dikauna -
Category
Documents
-
view
138 -
download
9
description
Transcript of FISIOLOGI ANGGREK
FISIOLOGI ANGGREK
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses, fungsi, dan
aktivitas suatu organisme dalam menjaga dan mengatur kehidupannya. Sedangkan
fisiologi tanaman adalah cabang botani yang mempelajari bekerjanya sistem
kehidupan di dalam tubuh tumbuhan dan tanggapan terhadap pengaruh
lingkungan sekitarnya. Fisiologi anggrek belum diteliti secara luas dan spesifik.
Namun, dari berbagai data penelitian yang ada menunjukkan bahwa pada
dasarnya fisiologi anggrek sama dengan fisiologi tanaman pada umumnya.
Sehingga dalam makalah ini penjelasan tentang berbagai hal mengenai fisiologi
tanaman akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana fisiologi tanaman
anggrek.
I. Air dan Mineral
Air merupakan suatu senyawa yang ada di alam yang mempunyai peranan
penting bagi keberlangsungan hidup dan aktifitas mahkluk hidup. Air juga
merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam
proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam,
gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh tumbuhan.
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Urutan senyawa terlarut didalam air alam menurut jumlahnya ialah:
garam mineral, senyawa organik dan gas-gas. Air dapat dimanfaatkan secara
biologis maupun non biologis. Secara biologis air diperlukan untuk membentuk
senyawa karbohidrat, carrier bagi zat gizi, dan sebagainya.
Molekul air tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen (H2O).
Dalam keadaan cair, molekul-molekul air saling bertautan membentuk polimer
via ikatan hidrogen. Karena ikatan inilah air mempunyai panas latent penguapan
yang besar serta daya pelarutan yang tinggi.
Air memiliki keunikan sifat antara lain memberikan tegangan permukaan
air yang cukup kuat, dan memberikan bentuk butir-butir air. Demikian pula air
mempunyai tingkat adhesi yang tinggi dengan kebanyakan material, Kohesi yang
kuat sangat membantu proses penyerapan air dari akar ke pucuk tumbuhan yang
tinggi. Imbibisi (proses merasuknya air ke dalam struktur berpori-pori) membantu
penyerapan air ke dalam biji dan memecahkan kulit biji sehingga biji tersebut
dapat tumbuh. Ikatan hidrogen juga menyebabkan air mempunyai kapasitas panas
yang tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai tempat penampung panas yang
efektif. Karena air memiliki keunikan seperti diatas maka air dapat berfungsi baik
sebagai media untuk hidup oleh suatu organisme. Air menjaga level temperatur
yang stabil yang penting bagi iklim dan kehidupan. air juga memiliki viskositas
yang rendah sehingga dapat dengan mudah mengalir. Hal ini sangat penting dalam
sistem transportasi pada tumbuhan. Selain itu air memerlukan energi yang banyak
untuk menguap sehingga memoderasi panas dari matahari, menjaga temperatur
ekosistem air, dan menjaga temperatur organisma dari ekses panas.
Menurut Noggle dan Frizt (1983) fungsi air bagi tanaman yaitu : (1)
sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) sebagai senyawa pelarut bagi
masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut
mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, (3)
sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, (4) sebagai rektan pada
sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat, (5)mengatur
mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata,
membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu,
(6) berperan dalam perpanjangan sel, (7) sebagai bahan metabolisme dan produk
akhir respirasi, serta (8) digunakan dalam proses respirasi.
Air diserap melalui akar oleh tanaman melewati dinding sel dan akan
melalui xylem untuk diangkut ke daun sehingga dapat digunakan sebagai bahan
untuk fotosíntesis.
Mineral
Tanaman membutuhkan banyak elemen untuk membangun diri dan
fungsiannya. Untuk itu mereka membutuhkan karbon (C) dari udara dalam bentuk
CO2, hidrogen (H) dan Oksigen (O) dari air (H2O). Oksigen juga di absorbsi dari
udara yang terkonsentrasi sebagai O2 yang hampir 20%. Selain itu tanaman juga
membutuhkan elemen lainnya seperti mineral yang biasanya diserap oleh akar dan
beberapa diserap oleh daunan.
Mineral yang dibutuhkan oleh tanaman secara alami dibagi menjadi 2
kelompok. Kelompok pertama, disebut makroelemen (mineral yang dibutuhkan
dalam jumlah banyak), terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), potassium (K),
kalsium (Ca), sulfur (S), magnesium (Mg), dan besi (Fe). Kelompok mineral yang
kedua dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit oleh karena itu disebut
mikroelemen. Kelompok ini diantaranya : molybdenum (Mo), tembaga (Cu), seng
(Zn), boron (B), klorin (Cl), sodium (Na), silikon (Si), kobalt (Co), dan mangan
(Mn). Alumunium (Al), galium (Ga), selenium (Se), vandium (V), nikel (ni), dan
mineral lain
Selain itu mineral dapat melakukan tiga fungsi bagi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, yaitu fungsi elektro kimia, strukur dan katalis. Peranan
elektrokimia meliputi proses penyeimbangan konsentrasi ion, stabilisasi
makromolekul, stabilisasi koloida dan netralisasi muatan. Peranan struktur
dilakukan oleh mineral dalam keterlibatannya pada struktur kimia molekul biologi
atau fungsi dalam membentuk polimer strutur, misal kalsium dalam pektin. Dalam
fungsinya sebagai katalis, mineral terlibat dalam bagian aktif (active site) suatu
enzim. Mineral-mineral yang termasuk dalam kelompok makro (makronutrien)
memiliki ketiga peranan tersebut diatas, sedangkan kelompok unsur mikro
(mikronutrien) hanya mendukung fungsi katalis.
Pengambilan mineral pada tanaman terjadi secara difusi dan osmosis,
dengan mengikuti aliran air atau berdasarkan perpindahan anion (negatif berubah
menjadi ion) dan kation untuk menjaga keseimbangan dalam sel (Donnan
Equilibrium). Tetapi, kebanyakan uptake dilakukan secara aktif (disebut uptake
aktif) yang mengakibatkan pengeluaran energi. Energi yang dibutuhkan untuk
uptake aktif berasal dari respirasi. Oleh karena itu proses ini memerlukan oksigen
dan dipengaruhi oleh suhu. Studi tentang nutrisi dan ekologi menunjukkan bahwa
anggrek memperoleh mineral melalui mikoriza pada mereka dan secara langsung
dari substrat dimana mereka tumbuh.
II. Fiksasi Karbon
Karbon terdapat secara alami di atmodfer bumi dalam bentuk karbon
dioksida. Karbon dioksida terbentuk dari hasil respirasi makhluk hidup,
pembakaran minyek bumi dan sebagainya. Bumi kita memiliki jumlah karbon
dioksida (CO2) di udara yang semakin banyak tiap tahunnya dan mengakibatkan
efek rumah kaca. Bagi tanaman, CO2 sangat penting untuk proses fotosintesis.
Proses fotosintesis adalah proses pengolahan bahan dari luar tanaman seperti air,
CO2, nutrisi, yang akan digunakan untuk kebutuhan hidup, memperbaiki
kerusakan sel, dan sebagai sumber energi serta untuk membentuk cadangan
makanan bagi tanaman. Secara singkat, proses fotosintesis dapat dijelaskan
dengan persamaan :
Tanaman menyerap karbon dioksida dari udara melalui stomata daun. Air
diserap dari tanah melalui akar, kemudian transportasinya melalui xylem untuk
proses fotosintesisnya. Fotosintesis dalam tumbuhan tingkat tinggi dapat terjadi
melalui 3 jalur yaitu C3, C4 dan CAM. Anggrek merupakan tanaman dengan
diversitas yang sangat tinggi sehingga pada tanaman anggrek fotosintesisnya juga
melalui ketiga jalur tersebut diatas.
Jalur C3 terjadi pada tanaman subtropis, bergantung pada suhu, tanpa
mekanisme penumpukkan CO2. Contoh spesies jalur ini diantaranya : P.
barbatum, Eulophia keithii, Tainia penangiana. Jalur ini sering juga disebut
Siklus Calvin atau reaksi gelap yang merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang
dalam fotosintesis. Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2 yang
terjadi di stroma.
Jalur C4 terjadi pada tanaman tropis, prosesnya membutuhkan intensitas
cahaya tinggi, dengan mekanisme penumpukkan konsentrasi CO2. Contoh spesies
anggrek jalur ini adalah Arundina graminifolia, Araghnis Maggie Oei.
Jalur CAM terjadi pada tumbuhan yang tumbuh di daerah kering, CO2
difiksasi dalam keadaan gelap dengan mekanisme penumpukkan CO2. Contoh
spesies anggrek jalur ini adalah Vanillea, Thuria marshaliana.
III. Metabolisme Intermediate
Di dalam sel anggrek dan tanaman pada umumnya, terkandung zat-zat
yang mengalami perubahan zat-zat kimia melalui suatu proses metabolism. Zat
hasil metabolism tersebut baik keseluruhan ataupun sebagian dapat dimanfaatkan
sebagai senyawa sintesis oleh tanaman tersebut ataupun digunakan sebagai
sember energi. Sebagian hasil juga dapat dikeluarkan melalui respirasi. Jika
digunakan secara bersamaan maka disebit metabolism intermediet.
Energi dapat diperoleh dari karbohidrat, lipid, protein dan zat lainnya yang
didalam serangkaian reaksi disebut dengan respirasi, langkah akhirnya disebut
oksidasi. Banyak reaksi yang menjadikan asam piruvat sebagai zat yang
menyuplai dalam siklus asam trikarboksil, yaitu reaksi yang menyumbang
sebagian besar respirasi dalam sel tanaman.
Urutan awal reaksi dalam proses pelepasan energi ini disebut glikolisis.
dimulai dari perombakan glukosa dan substrat yang menjadi asam piruvat pada
tanaman. Beberapa mikroorganisme memperoleh energi dengan mengubah asam
piruvat secara anaerob menjadi alkohol (fermentasi) atau asam laktat. Di dalam
sel anggrek asam piruvat diubah menjadi asetil koenzim A yang membutuhkan
ion magnesium, vitamin B1, asam lipoic, coA, dan niacinamide denine
dinucleutide (NAD+ ).
Urutan alternatif untuk respirasi aerobik adalah melalui jalur heksosa
monofosfat. Enzim pada jalur ini banyak ditemukan di sitoplasma daripada
mitokondria. Rata-rata respirasi telah diukur pada anggrek sebagai pengambilan
oksigen, CO2, atau keduanya dan menunjukkan bahwa mereka dapat bervariasi
atau berubah sesuai dengan :
1. Umur bunga
2. Kondisi tanaman setelah polinasi
3. Spesies
4. Perlakuan zat penghambat tumbuh
5. Perbedaan pada bagian tanaman, bunga atau buah
IV. Pembungaan, Biji dan Perkecambahan
Tanaman anggrek merupakan tanaman yang termasuk kelompok
tumbuhan berbunga (Angiospermae). Proses pembungaan pada tanaman anggrek
sama dengan proses pembungaan yang terjadi pada kebanyakan tanaman
Angiospermae lainnya. Proses pembungaan merupakan masa berakhirnya fase
generative pada tumbuhan. Fase ini ditandai dengan berakhirnya pembentukan
daun dan inter nodus oleh meristem serta bagian-bagian bunga mulai terbentuk.
Pembentukan bunga pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah:
1. Fitokrom
Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh
tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang
oleh cahaya merah dan infra merah, cahaya infra merah memiliki panjang
gelombang yang lebih besar dari pada cahaya merah. Anggrek menggunakan
fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan,
seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan. Fitokrom
berfungsi sebagai fotodetektor yang memberitahukan tumbuhan apakah ada
cahaya atau tidak, Selain itu fitokrom juga berfungsi memberikan informasi pada
tumbuhan mengenai kualitas cahaya.
Mekanisme penyerapan cahaya oleh fitokrom dapat dijelaskan secara
singkat sebagai berikut. Dalam kontrol fotoperiodik perbungaan dan banyak
respon tumbuhan terhadap pencahayaan, fitokrom (phytochrome) berfungsi
sebagai fotodetektor yang memberitahukan tumbuhan apakah ada cahaya atau
tidak. Secara kimia Fitokrom (phytochrome) mempunyai dua bentuk yaitu merah
(Pr) dan merah jauh (Prf). Fitokrom (phytochrome) merah (Pr) dan merah jauh
(Prf) pada daun turut berperan pada proses fisiologis pembungaan tanaman. Pada
percobaan mengenai kontrol fotoperiode pada perbungaan, sinar merah dengan
panjang gelombang 660 nm adalah sinar yang paling efektif untuk mengintrupsi
panjang malam.
2. Fotoperodisme
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
(panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah
fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan
dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa
jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran,
terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase
generatifnya,misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1994) Beberapa tumbuhan
akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika
tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap
periode sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan
memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat <10 Jam (Mader,
1995).
3. Vernalisasi
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh
tumbuhan sebelum mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk
perbungaan, tetapi diperlukan pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum
perkecambahan. Respon terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu
pembungaan akan terjadi atau pembungaan tidak akan terjadi. Lamanya periode
dingin haruslah beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung sepesiesnya.
Spesies semusim pada musim dingin, dua tahunan, dan banyak spesies tahunan
dari daerah beriklim sedang yang membutuhkan vernalisasi semacam itu agar
berbunga. Biji, umbi, dan kuncup banyak spesies tanaman di daerah beriklim
sedang membutuhkan stratifikasi (beberapa minggu diletakkan dalam
penyimpanan yang dingin dan lembab) untuk mematahkan dormansi. Jadi
vernalisasi secara harfiah berarti membuat suatu keadaan tumbuhan seperti
musim semi, yaitu menggalakkan pembungaan sebagai respon terhadap hari-hari
yang panjang selama musim semi (Gardner,dkk, 1991).
4. Hormon
Hormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan
senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun
buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara
biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong, menghambat, atau
mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
Hormon yang mempengaruhi pembungaan pada anggrek adalah hormon giberelin.
Biji dan Perkecambahan
Anggrek memiliki biji yang bersifat mikroskopis dan berbentuk seperti
serbuk tepung berwarna putih. Menurut Pierik (1987) biasanya berukuran panjang
panjang 1.0-2.0 mm dan lebar 0.5-1.0mm. Biji anggrek memiliki endosperm yang
sangat sedikit bahkan tidak ada sebagai cadangan makanan untuk berkecambah
sehingga dibutuhkan media yang kaya nutrient. Dalam perkecambahannya
anggrek sangat rentan terhadap tekanan lingkungan. Biji anggrek dapat tumbuh di
alam jika mendapatkan tambahan makanan dari sejenis jamur yang hidup di dalam
akar anggrek dewasa yang disebut mikorhiza. Saat ini telah dikembangkan cara
mengembangbiakkan anggrek secara in vitro. Media yang seimbang sangat
dibutuhkan anggrek dalam perkecambahan biji secara in vitro dan perkembangan
biji di kultur atau pada pot.
Menurut Arditti (1967) dan Harley (1969) cit. Pierik (1987),
perkecambahan biji anggrek melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Air terimbibisi ke dalam biji melalui testa dan biji terlihat membengkak
2. Setelah pembelahan sel terjadi, embrio keluar dari kulit biji
3. Struktur seperti protokorm (protocorm like bodies = plb) terbentuk dari
gumpalan sel
4. Meristem tunas dapat dilihat pada plb
5. Terjadi diferensiasi jaringan, terlihat titik tumbuh atau meristem tunas di
satu sisi dan meristem akar (rhizoid) di sisi yang lain. Pada saat ini
pertumbuhan menjadi lebih cepat
6. Dalam kondisi terang, protokorm menjadi hijau dan lebih banyak daun
yang terbentuk. Klorofil juga semakin banyak terbentuk sehingga tanaman
menjadi autotrof
7. Akar yang sebenarnya mulai terbentuk dan protokorm serta rhizoid
(rambut akar) mulai hilang dan fungsinya digantikan oleh daun dan akar
Gb 1. Tahapan perkembangan protokorm
Faktor –faktor yang mempengaruhi perkecambahan anggrek antara lain
lingkungan dan nutrisi. Lingkungan yang mendukung seperti suhu dan cahaya
tertentu diperlukan untuk mematahkan dormansi dan memicu perkecambahan.
Nutrisi yang dibutuhkan perlu didukung dengan pemberian nutrisi secara lengkap
karena biji anggrek tidak mengandung endosperm atau cadangan makanan untuk
membantu pertumbuhan dalam tahap awal sebelum mencapai tahap autotrof.
Nutrisi yang harus dipenuhi mencakup senyawa anorganik, sumber energi
(sucrose atau gula pasir), vitamin (misalnya asam nikotinat), pH yang tepat dan
agar sebagai bahan pemadat. Variasi lain adalah penambahan zat pengatur tumbuh
yang dapat digunakan setelah bij berkecambah. Senyawa anorganik juga dapat
diganti dengan bahan-bahan lain seperti buah pisang, air kelapa, buah tomat atau
air rebusan taoge. Jenis media yang digunakan tergantung pada jenis anggrek,
umur biji, dan tujuan kultur.
V. Hormon
Auksin
Sintesis dari auksin terjadi di tempat-tempat yang aktif tumbuh dari suatu
tanaman, dan hormon tersebut bertranslokasi dari satu organ menuju organ lain.
Secara keseluruhan, auksin berada di seluruh bagian tanaman, tapi konsentrasi
tertinggi ditemukan pada batang dan ujung akar, daun muda, serbuk sari, dan
bakal buah. Serbuk sari dari anggrek mengandung 100µg auksin per gram, yang
mana diketahui adalah jumlah tertinggi pada tanaman. Auksin membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan tanaman. Beberapa bukti menyatakan bahwa
efek pada tanaman anggrek sama seperti yang terdapat pada tanaman lain.
Cytokinin
Sama seperti Auxin, Cytokinins ditemukan diseluruh tanaman yang
berbunga. Mereka dapat muncul seperti substansi bebas atau sebagai bagian dari
RNA. Embryo dan buah yang masih muda adalah tempat dimana ditemukannya
cytokinin paling banyak, namun cytokinin juga banyak diisolasi dari akar dan
eksudatnya, daun, bunga , dan bagian lain dari tanaman.
Cytokinin memiliki beberapa efek yang bisa berpengaruh walaupun
konsentrasinya rendah, dan pada konsentrasi yang tinggi dapat memecahkan
dormansi pada tangkai bunga Phalaenopsis.
Beberapa dari efek Cytokinin pada tanaman anggrek adalah memulai dan
mempertahankan kultur suatu jaringan, mempertinggi produksi plantlet dari kultur
kalus dalam invitro. Menginduksi bunga di beberapa hibrid Dendrobium dan
Aranda.
Gibberelins
Gibberelin muncul diseluruh bagian tanaman, namun level tertinggi
mereka muncul pada jaringan yang sedang membelah secara cepat. Konsentrasi
mereka pada tanaman sangatlah rendah. Pada tanaman anggrek gibberelin berefek
sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan bibit, menginduksi pembungaan,
dan menyebabkanperpanjangan bunga-batang.
Ethylene
Secara kimiawi, Ethylene, C2H4 adalah hormon tumbuhan yang paling
sederhana. Itu diproduksi pada berbagai bagian pada tanaman anggrek. Etilen
merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam
tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen
disebut juga ethene Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas,
sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap.
Fungsi lain etilen secara khusus adalah: Mengakhiri masa dormansi,
merangsang pertumbuhan akar dan batang, pembentukan akar adventif,
merangsang absisi buah dan daun, merangsang induksi bunga, induksi sel kelamin
betina pada bunga, merangsang pemekaran bunga.
Abscisic Acid
Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon)
yang merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh
oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan.
Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott
berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa
abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Asam absisat
berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam keadaan dorman atau
"istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis berhenti sementara.
juga sangat penting untuk menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti
kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun
dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel.
Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui
stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan
dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Pada tanaman anggrek
sendiri, ABA dapat menyebabkan senesens dan produksi antosianin pada bunga
Cymbidium.
Vitamin
Vitamin Efek
Asam AskorbatMeningkatkan germinasi dan pertumbuhan pada Cattleya dan Oncidium. Menggagaskan proses pertumbuhan embrio pada Cymbidium.
BiotinTidak ada efek pada Cattleya dan Epidendrum. Meningkatkan pertumbuhan dan/atau warna pada Cattleya, Odontoglossum, Paphiopedilum, dan Cymbidium.
Asam Folat Kebanyakan tanpa efek
NiasinSatu-satunya vitamin yang diketahui meningkatkan germinasi dan pertumbuhan secara konsisten pada beberapa Anggrek
Asam pantothenat
Secara general tidak memiliki efek.
RiboflavinMeningkatkan diferensiasi tanaman pada perkembangan daun dan menggagaskan pertumbuhan embrio.
ThiamineVitamin itu sendiri atau hanya senyawa Pyrimidine moiety yang mampu meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan.
VI. KESIMPULAN
Fisiologi anggrek belum diteliti secara luas dan spesifik. Namun, dari
berbagai data penelitian yang ada menunjukkan bahwa pada dasarnya fisiologi
anggrek sama dengan fisiologi tanaman pada umumnya. Anggrek memiliki
keanekaragaman yang sangat tinggi sehingga berdasarkan cara fotosintesisnya
anggrek dapat dimasukkan ke dalam golongan C3, C4 mmaupun CAM. Biji
anggrek memiliki cadangan makanan yang sangat sedikit bbahkan tidak ada
sehingga membutuhkan suplay nutrient yang didapatkan dari simbiosisnya dengan
mikorhiza maupun dengan cara penanaman in vitro.
Daftar Pustaka
Arditti, J. 2010. Plenary Presentation : History of Orchid Propagation. AsPac J.Mol.Biol.Biotecnol. Vol 18 (1) Supplement : 171-174.
Chen, L.J., and D.S. Luthe. 1987. Analysis of proteins from embryogenic non-embryogenic rice (Oryza sativa L.) calli. Plant Sci. 48: 181-188.
Cosgrove, D.J. 1997. Relaxation in a High-Stress Environment. The Molecular Bases of Extensible Cell Walls and Cell Enlargement. Plant Cell. 9: 1031- 1041
Cosgrove, D.J. 1998. Cell Walls Lossening by Expansins. Plant Physiol. 118: 333-339
Fosket, D.E. 1994. Plant Growth and Development a Molecular Approach. Academic Press. New York, London, Sydney. p.298-331
Fukuda, H., M. Ito, M. Sugiyama, and A. Komamine. 1994. Mechanism of The Proliferation & Differentiation of Plant Cells in Cell Culture System. J. Dev Biology. 38:287
Henuhili, V. 2012. Kultur Jaringan Tumbuhan. Petunjuk Praktikum FMIPA UNY. Yogyakarta.
Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publishers. Netherlands
Li, Y., Z.B. Liu, X. Shi, G. Hagen, and T.J. Guilfoyle.1994. An Auxin Inducible Element in Soybean SAUR Promoters. Plant Physiol. 106: 37-43.
Lyndon, R.F. 1990. Plant Development The Cellular Basis. Unwin Hyman. London, Boston, Sydney. p. 190-200.
Maniatis, T., E.F. Fritsch, and J. Sambrook. 1982. Molecular Cloning. A. Laboratory Manual. Cold Spring Harbor Laboratory, Printed in the United States of America. 173-175.
Raghavan, V. 1997. Molecular Embryology of Flowering Plants. Cambridge University Press. p. 394-439
Taiz, L., and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology. Sinauer Associates, Inc. Publishers