[Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi
-
Upload
muhammad-naquib -
Category
Documents
-
view
38 -
download
8
description
Transcript of [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 366
ANALISIS KETERSEDIAAN DATA OSEANOGRAFI
DALAM MENDUKUNG EVALUASI TAPAK PLTN BANGKA
BARAT
Heni Susiati¹, Yarianto SBS.², June Mellawati³
Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN,
Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710
Email: [email protected]
ABSTRAK ANALISIS KETERSEDIAAN DATA OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG TAPAK
PLTN BANGKA BARAT. Telah dilakukan kajian aspek oseanografi untuk mengetahui potensi
perairan pesisir Pantai Tanah Merah - Teluk Mengris, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat
sebagai daerah calon tapak PLTN Bangka Barat. Aspek oseanografi adalah salah satu aspek untuk
menentukan keberterimaan tapak, antara lain mencakup kajian bahaya tsunami, struktur geologi laut,
dispersi thermal, desain struktur intake-discharge dan lain-lain. Hal tersebut harus didukung data
yang akurat, seperti data struktur geologi, pasang surut, batimetri, sedimentasi dan dinamika perairan
lokasi tapak. Dalam proses evaluasi tapak, aspek oseanografi sebagai bagian dari fenomena hidrologi
merupakan salah satu aspek terkait standar keselamatan IAEA (IAEA, Safety Standard Series No. DS
417, 2011) dan BAPETEN (Perka No. 5 Tahun 2007). Tujuan analisis kondisi awal oseanografi,
seperti suhu air laut, batimetri, pasang surut, arus dan gelombang untuk mengetahui hidrodinamika
pesisir, serta sedimentasi di daerah calon tapak. Metode yang dipakai adalah pengumpulan data
sekunder, konfirmasi lapangan dan analisis data oseanografi perairan sekitar tapak Bangka Barat.
Kegiatan dilakukan bulan Februari – Oktober 2011. Berdasarkan hasil penelitian awal menunjukkan
bahwa kondisi oseanografi yang diperlukan untuk program pengembangan PLTN di Bangka Barat
masih dalam kondisi yang dapat diterima. cukup baik (di bawah batas ambang yang ditentukan)..
Kata kunci: tapak potensial, PLTN, oseanografi
ABSTRACT ANALYSIS OF OCEANOGRAPHY DATA AVAILABILITY TO SUPPORT OF NPP SITE
EVALUATION AT WEST BANGKA. Study of oceanographic aspect has been conducted to
determine the potential of the coastal waters of Tanah Merah Coast - Gulf Mengris, Muntok District,
West Bangka regency as a potential area of West Bangka siting nuclear power plants. Oceanography is
one aspect in determining the acceptability of the site, among others, include the review of tsunami
hazards, marine geological structure, thermal dispersion, the design of intake and discharge structures,
etc. This must be supported by existing accurate data such as the data structure of the geology, tides,
bathymetry, sedimentation and water dynamics of the site location. In the site evaluation process,
aspects of oceanography as part of the hydrological phenomena is one of the aspects related to IAEA
safety standards (IAEA, Safety Standards Series No. DS 417, 2011) and Bapeten (BCR No. 5 of
2007). The purpose of the analysis is to know the initial conditions of oceanographic parameters, such
as sea water temperature, bathymetry, tides, currents and waves to determine the coastal
hydrodynamics, and sedimentation in the site candidate. The method used was secondary data
collection, field confirmation and analysis of oceanographic data on the waters around the site of West
Bangka. The activities were conducted in period February-October 2011. Based on the result of
preliminary investigation showed that the oceanographic conditions for NPP’s development program
in the West Bangka still good condition.
Keyword: potential site, NPP’s, oceanographic
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 367
1. PENDAHULUAN Dalam kaitannya dengan program pembangunan PLTN di Bangka Belitung telah
dilakukan kegiatan survei untuk aspek oseanografi dalam menentukan lokasi tapak PLTN
yang aman dari faktor eksternal. Dalam kegiatan pra-survei tapak tahun 2010, telah dipilih
salah satu calon tapak di Kabupatan Bangka Barat, yaitu di pantai Tanah Merah- Teluk
Mengris, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat[1]
Kegiatan industri pembangkit listrik, PLTN pada umumnya dibangun di dekat
pantai. Alasan utamanya adalah untuk mendapatkan air yang digunakan sebagai pendingin
untuk proses pendinginan mesin atau cooling water sistem[1]. PLTN memerlukan cukup
banyak air, oleh karena itu perlu mengetahui sumber air, baik untuk air pendingin, air baku
boiler dan air domestik. Untuk maksud tersebut sumber-sumber air tawar (fresh water),
sumber air laut, serta batimetri laut perlu diketahui, khususnya untuk air pendingin.
IAEA telah menyusun Draf Safety Guide No. DS 417 tentang pedoman evaluasi tapak
PLTN terkait potensi bahayanya, khususnya “Meteorological and Hydrological Hazards in Site
Evaluation for Nuclear Installations”. Pada penelitian ini dibahas beberapa kegiatan
pengumpulan data khususnya aspek oseanografi sangat diperlukan untuk melakukan kajian
terhadap potensi bahaya hidrologi, seperti kenaikan muka laut, tsunami, banjir pantai dan
lain-lain yang dapat mengancam keselamatan PLTN[2,3,4].
Pada survei tapak PLTN untuk mendapatkan daerah potensial, salah satu faktor
yang harus diperhatikan adalah bahwa lokasi tapak harus didukung dengan data
oseanografi yang cukup ketersediaan air dengan kualitas air yang memenuhi syarat yang
diperlukan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka tujuan studi adalah mengidentifikasi
kondisi awal parameter oseanografi dan selanjutnya dilakukan analisis guna memperoleh
data base rona awal kondisi oseanografi Kabupaten Bangka Belitung.
Oseanografi membahas mengenai kondisi perairan di sekitar wilayah penelitian.
Analisis dilakukan dengan mempelajari kondisi batimetri, pasang surut, dan informasi
kejadian tsunami, serta arus maupun kondisi sedimentasi. Daerah potensial dengan jarak
terdekat ke kedalaman 10 m mempunyai nilai sedimentasi yang lebih tinggi. Desa Tanjung,
Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat merupakan daerah potensial untuk
pembangunan PLTN karena secara geologi sangat stabil, litologi berupa batuan granit dan
sedimen klastik berumur tua, ancaman gempa buni sangat minim. Kondisi oseanografi di
daerah ini juga cukup baik, terlihat dari kedalaman air yang cukup dalam. Identifikasi sifat
fisik oseanografi perairan di Bangka Barat sangat diperlukan dalam persiapan
pembangunan PLTN untuk evaluasi lanjut dalam keberterimaan tapak.
2. METODOLOGI DAN LINGKUP STUDI 2.1 Lokasi Kegiatan
Wilayah kegiatan penelitian adalah di wilayah pesisir Bangka Barat sebagai calon
tapak potensial. Cakupan wilayah survei memprioritaskan daerah pantai pada zona tapak 5
km dari garis pantai ke arah lautan. Penelitian dilakukan pada daerah yang mencakup
perairan Teluk Mengris, Bangka Barat. Peta lokasi kegiatan ditunjukkan pada Gambar 1.
2.2 Waktu dan Tahapan Kegiatan
Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Oktober tahun 2011,
dengan tahapan penelitian: studi pustaka, koordinasi dan perizinan, pengumpulan data
sekunder, peninjauan lapangan, interpretasi data, dan pembuatan laporan. Kegiatan desk
work terdiri dari studi pustaka, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan evaluasi data,
sedangkan kegiatan peninjauan lapangan dimaksudkan untuk konfirmasi data meliputi
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 368
pengamatan, deskripsi, interpretasi, dan pengumpulan data dari bukti-bukti yang dapat
dicatat. Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisis, konsultasi, dan
integrasi dari beberapa sumber informasi yang ada untuk menyusun laporan akhir[3].
Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Penelitian[1]
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah tapak PLTN direncanakan di Pantai Tanah Merah - Teluk Mengris,
Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Secara umum lokasi batas utara daerah
tersebut merupakan daerah hutan lindung pantai serta di beberapa tempat dimanfaatkan
oleh penduduk sebagai area perkebunan karet, kelapa sawit dan pertambangan timah
rakyat[5].
3.1 Kondisi Fisik Perairan (Laut) Daerah Potensial
Secara umum, letak Kabupaten Bangka Barat terletak di bagian barat Pulau Bangka
dengan batas disebelah barat merupakan pantai berupa selat (antara Sumatera dan Pulau
Bangka), disebelah utara merupakan perairan laut lepas yang merupakan bagian dari laut
Natuna dan disebelah timur laut berbatasan dengan perairan teluk (Teluk Kelabat).
Perbedaan kondisi ini menyebabkan perbedaan karakteristik dari masing-masing perairan
tersebut.
Perairan selat umumnya dicirikan oleh aliran arus yang kuat dan pola arus
menyerupai perairan laut lepas. Kecepatan arusnya sangat dipengaruhi oleh bentuk
geometri selat, musim, topografi perairan dan kondisi batas lainnya. Secara umum sirkulasi
pola arus di perairan selat sebagian besar tergantung pada kondisi lokal, walaupun proses
fisika oseonografi sudah menjadi hal yang umum. Selat Bangka yang terletak di bagian
timur Sumatera merupakan perairan yang dicirikan sebagai perairan sambungan antara
estuari lokal dan laut lepas (Laut Jawa).
Hal ini menjadikan bentuk geometri perairan Selat Bangka terkesan unik. Kondisi
geografis perairan dapat menyebabkan massa air Selat Bangka menjadi lebih tawar, hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya sejumlah besar masukan air sungai ke perairan ini.
Area selat ini juga cukup panjang dan arus pasutnya sangat kuat, seperti halnya di daerah
selat pada umumnya. Perairan di sebelah utara dan sebagian di sebelah barat yang
berbatasan langsung dengan Laut Natuna merupakan perairan terbuka. Karakteristik
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 369
perairannya lebih dipengaruhi oleh perairan Laut Natuna, yaitu pola arus lebih
dipengaruhi oleh faktor musim.
Hasil evaluasi kualitas air perairan di sekitar calon tapak Bangka Barat yang
meliputi kondisi suhu, salinitas, kecerahan, arus, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut,
fosfat, nitrat, silikat, fitoplankton dan zooplankton disajikan pada Tabel 1.
Penyajian informasi kualitas perairan Teluk Mengris didasarkan pada penelitian
beberapa parameter fisik-kimia kualitas air laut yang dibandingkan dengan baku mutu
kualitas air laut (KepmMen LH No. 51 tahun 2004)[6]. Secara umum perairan Teluk Mengris
masih cukup baik yang diindikasikan dari beberapa parameter masih berada di bawah baku
mutu lingkungan. Namun demikian terdapat juga satu parameter yang telah melebihi baku
mutu, sehingga dapat dikatakan bahwa perairan Teluk Mengris mengandung potensi
tercemar.
Tabel 1. Kualitas Perairan Sekitar Calon Tapak Potensial di Bangka Barat[7]
No PARAMETER SATUAN BAKU
MUTU
Pelabuhan
Tanjung
Gudang
Teluk
Limau
Tanjung
Kelian
Selat
Bangka
1
Selat
Bangka
2
A. FISIK
1. Kecerahan
(insitu) meter
koral: >
5
bakau: -
seagrass:
>3
2,0
1,5
3,0
> 2
> 4
2. Bau (insitu) - alami Alami Alami Alami Alami Alami
3. Turbiditi/keke
ruhan NTU < 5 4 3 6 3 2
4.
Sedimen
Tersuspensi
(TSS)
mg/l
koral:
20
bakau:
80
seagrass:
20
4
4
4
4
4
5. Suhu (insitu)
**) OC
alami
koral:
28-30
bakau:2
8 -32
seagrass:
28-30
29,5
29,0
28,5
29,5
29,5
6.
Lapisan
Minyak
(insitu)
-
negatif negatif negatif negatif negatif negatif
7. Limbah
(insitu) -
negatif negatif negatif negatif negatif negatif
B. KIMIA
1 pH (insitu) **) - 7 - 8.5 8,02 8,05 8,15 8,20 8,25
2 Salinitas 0/00 alami 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0
3 Oksigen
Terlarut (DO) mg/l > 5 6,0 6,0 6,0 5,8 6,0
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 370
4 BOD5 mg/l 20 4 4 4 4 5
5 Ammonia
total (NH3-N) mg/l 0,3 < 0,01 0,04 < 0,01 < 0,01 < 0,01
6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015 0,01 < 0,01 0,01 0,01 0,01
7 Nitrat (NO3-
N) mg/l 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008
8 Sianida (CN) mg/l 0,5 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
9 Sulfida (H2S) mg/l 0,01 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
10 Fenol mg/l 0,002 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001
3.2 Profil Lingkungan Perairan Tanah Merah, Teluk Mengris
3.2.1 Batimetri
Batimetri adalah kontur kedalaman dasar laut. Informasi batimetri sangat penting
untuk analisis awal mengenai kecocokan suatu PLTN akan ditempatkan. PLTN memiliki
fasilitas air pendingin, yang bisa memanfaatkan air sungai ataupun air laut, dengan kondisi
dan syarat tertentu.
Untuk Pulau Bangka, water intake akan lebih tepat diambil dari air laut, untuk
menjamin kontinuitas debitnya (mengingat debit air sungai sangat fluktuatif terhadap
musim). Persyaratan umum air laut sebagai pendingin adalah:
a. Semakin dalam perairan laut akan semakin baik. Pada umumnya persyaratan untuk
water intake adalah pada kedalaman 10-15 meter. Semakin pendek jarak dari pantai
untuk mencapai kedalaman 10-15 meter, akan semakin baik dari sisi biaya
konstruksi water intake.
b. Tingkat pendangkalan atau sedimentasi yang relatif kecil.
c. Memenuhi persyaratan kualitas air tertentu (misalnya suhu, pH, TSS, TDS,
turbiditas dan lain-lain.)
d. Seminimal mungkin kompetisi kepentingan dengan kegiatan lain
Pantai di sepanjang Kecamatan Muntok yang menghadap ke Laut Natuna
membentuk garis pantai yang relatif melengkung ke arah barat daya, dengan kondisi pantai
datar dan berpasir putih. Kedalaman rata-rata perairan kecamatan Muntok sekitar 15 meter,
dimana perairan yang memiliki kedalaman 20 meter terdapat pada jarak antara 500 meter
sampai 1.500 meter, sementara kedalaman 5 meter terdapat pada jarak 50 meter sampai 300
meter dari garis pantai. Kedalamam perairan Tanah Merah yang berhubungan dengan Laut
Natuna pada jarak lebih dari 1.500 meter sedalam 30 – 50 meter. Kondisi kedalaman tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 371
Gambar 2. Profil Batimetri di daerah Perairan Teluk Mengris, Muntok[8]
3.2.2 Arus Laut
Arus laut merupakan parameter yang sangat penting, karena arus laut dapat
mentransportasikan dan mendistribusikan zat yang berada dalam air laut, terutama yang
keluar masuk daerah pantai. Di lokasi tapak, tidak ada catatan sejarah tsunami, ataupun
banjir.
Kecepatan arus di perairan sekitar pantai Muntok seperti juga di Selat Bangka
adalah cukup kuat dengan kecepatan sesaat mencapai lebih dari 70 cm/detik. Pergerakan
pola arus yang terjadi ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kondisi arah arus
yang dalam dua musim yang berbeda cenderung menuju ke arah Selatan. Hal ini diduga
akibat pengaruh dari pasut, arus katulistiwa Selatan dan topografi lokal perairan[9].
Arus di suatu perairan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti angin, pasang
surut, densitas yang disebabkan oleh perbedaan suhu maupun salinitas, perbedaan tekanan
hidrositas ataupun gaya koriolis. Arus di sepanjang perairan wilayah Pantai Barat
merupakan kombinasi dari arus pasang surut dan arus yang ditimbulkan faktor
meteorologis, terutama angin. Namun demikian untuk arus permukaan dipengaruhi juga
oleh perubahan musim Barat, musim Timur maupun dua kali musim peralihan di antara
musim-musim tersebut.
3.2.2.1 Musim Barat
Hasil simulasi 15 hari model arus musim barat hanya dicuplik pada empat kondisi
pasang surut yang dianggap ektstrim mempengaruhi pola air di area penelitian. Cuplikan
gambar hasil simulasi masing-masing disajikan pada Gambar 3 yang merupakan hasil
simulasi pola arus saat pasang pada musim barat, pola aliran arus tidak terlalu jauh
berbeda dengan pola arus menjelang pasang, yakni masih bergerak ke arah selatan dengan
kecepatan sedikit menurun. Secara keseluruhan kecepatan maksumum saat pasang hasil
simulasi pada musim barat mencapai 0,54 m/ detik, akan tetapi rata-rata kecepatan arus
relatif kecil yakni sebesar 0,07 m/ detik.
Gambar 4 merupakan hasil simulasi arus saat surut pada musim barat, dari gambar
tersebut pola arus masih bergerak ke arah utara. Kecepatan arus maksimum saat surut hasil
simulasi pada musim barat mencapai 0,87 m/ detik, sedangkan kecepatan rata-rata ralatif
kecil yakni sebesar 0,10 m/ detik
Gambar 3. Hasil Simulasi Pola Arus Saat Pasang Pada Bulan Januari[8]
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 372
Gambar 4. Hasil Simulasi Pola Arus Saat Surut Pada Bulan Januari[8]
3.2.2.2 Musim Timur
Hasil simulasi pola arus pada musim timur disajikan seperti halnya pada musim
barat, yakni di cuplik pada waktu saat pasang dan saat surut. Pada saat pasang (Gambar 5)
pola arus hasil simulasi masih bergerak ke selatan dengan kecepatan arus rata-ratanya
terlihat melemah. Hasil simulasi saat pasang pada musim timur kecepatan arus maksimum
diperoleh 0,47 m/detik, sedangkan kecepatan rata-rata melemah sebesar 0,05 m/detik.
Gambar 5. Hasil Simulasi Pola Arus Saat Pasang Pada Bulan Agustus[8]
Hasil simulasi pola arus saat surut pada musim timur disajikan dalam Gambar 6.
Dari Gambar 6 terlihat kecepatan arus rata-rata area penelitian meningkat dan masih
bergerak ke arah utara. Dari hasil simulasi diperoleh kecepatan arus maksimum pada saat
surut pada musim timur diperoleh 0,87 m/ detik dan rata-ratanya diperoleh 0,09 m/ detik.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 373
Gambar 6. Hasil Simulasi Pola Arus Saat Surut Pada Bulan Agustus[8]
Operasi sistem pendingin pada umumnya akan menyebabkan perubahan arus air
pada masukan dan muara air. Kondisi efek ini tergantung pada disain dan posisi masukan
dan lepasan, dan sifat alami badan air[1].
3.2.3 Pasang Surut
Data pasang surut (pasut) sangat penting dalam berbagai aplikasi, seperti navigasi,
rekayasa pantai/ ocean engineering (pembuatan pelabuhan, bangunan penahan gelombang,
jembatan laut, dan pemasangan pipa bawah laut) dan lain-lain. Dalam evaluasi tapak PLTN
yang letaknya di tepi pantai, data pasang surut tersebut diperlukan untuk analisis faktor
penolak. Apabila di suatu wilayah terdapat potensi tsunami dengan derajat katastropik dan
diperkirakan mungkin terjadi dalam kurun waktu operasi PLTN, maka calon tapak PLTN
akan ditolak. Dalam proses seleksi tapak, data ini mutlak dibutuhkan. Data pasang surut
juga diperlukan untuk analisis penyebaran limbah panas ataupun material radioaktif yang
mungkin akan terlepas dari PLTN, jika terjadi kecelakaan (terkait faktor keselamatan). Selain
itu data pasang surut juga digunakan untuk menentukan desain basis kebutuhan air
pendingin (terkait dengan faktor keselamatan). Jika terjadi pasang naik yang cukup tinggi,
sementara terjadi hujan ekstrim, dapat mengakibatkan banjir pantai[2,3].
Perairan Tanah Merah memiliki tipe pasang surut tunggal, yaitu hanya mengalami
satu kali pasang dan satu kali surut dalam waktu 1 x 24 jam. Kedudukan muka surutan (Zo)
adalah 150 – 170 cm.
-1
0
1
2
3
4
Date
Sea L
evel (
m)
20 Nov 22 24 26 28 30 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Gambar 7. Pengamatan dan Prediksi Pasang Surut di Perairan Teluk Mengris
(20 Nopember-21 Desember 2011)[10]
3.2.4 Gelombang Laut
Gelombang laut merupakan fenomena laut yang sangat berperan dalam transpor
sedimen yang menghasilkan abrasi maupun erosi di tepi pantai, disamping dapat
merusakkan bangunan pantai, menimbulkan gelombang pasang, serta sangat mengganggu
pelestarian maupun budidaya ikan dan rumput laut. Pengaruh gelombang besar di
permukaan laut dapat mengaduk sedimen halus di dasar laut, sehingga perairan menjadi
keruh, hal seperti ini dapat berpengaruh terhadap kehidupan karang.
Di perairan Bangka, gelombang besar terjadi pada bulan September sampai Maret,
dengan ketinggian lebih dari 1 m dengan periode sekitar 5 sampai 7 detik. Sedangkan
gelombang yang tidak terlalu besar terjadi pada bulan April sampai Agustus dengan
ketinggian antara 5 sampai 40 cm dengan periode 1-2 detik. Pada Musim Barat Laut tinggi
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 374
gelombang berkisar antara 0,5-1,5 m, namun kadang-kadang mencapai tinggi 2 m terutama
pada bulan Januari dan Pebruari di perairan Utara Pulau Bangka. Saat musim Tenggara
tinggi gelombang berkisar antara 0,5-1,5 m kadang-kadang mencapai tinggi 2 m terutama
pada bulan Juli – September di perairan Selatan Pulau Bangka[9].
Umumnya kondisi gelombang di suatu perairan diperoleh secara tidak langsung
dari data angin di kawasan perairan tersebut, karena sebagian besar gelombang yang
ditemui di laut dibentuk oleh energi yang ditimbulkan oleh tiupan angin. Gelombang pada
bulan September sampai Maret ketinggiannya mencapai satu meter dengan periode 5-7
detik, sedangkan pada bulan April sampai Agustus ketinggian antara 5-40 cm dengan
periode 1-2 detik.
Pada fasilitas PLTN California, di mana struktur lepasan pada air dalam (deep water),
air hangat akan naik ke permukaan, dan sebagai hasilnya gelombang permukaan berubah.
Hal ini dengan mudah terlihat dengan melihat pola ombak ketika mengarah ke arah
matahari.
3.2.5 Suhu
Suhu perairan sekitar daerah penelitian dari lapisan permukaan hingga lapisan
dasar tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Perairan daerah penelitian merupakan
bagian Laut Natuna memiliki siklus suhu antara musim Barat dan musim Timur, suhu
permukaan Musim Barat (Desember – Februari) lebih kecil dan musim Timur (Juli-Agustus).
Pada permulaan musim Barat suhu berkisar 27,0oC – 28,5oC dan semakin menurun dengan
berjalannya musim Barat menjadi 28,8o – 30,0o C[10].
Secara keseluruhan nilai suhu di perairan berkisar 28,05 – 30,060C dengan rata-rata
29,860C. Secara umum kondisi air laut di permukaan perairan ini lebih tinggi lepas pantai
dibandingkan dekat pantai. Profil suhu perairan daerah penelitian ditampilkan pada
Gambar 8.
Gambar 8. Profil Suhu[11]
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 375
Penurunan densitas air dengan kenaikan suhu dan pencampuran alami yang
perlahan-lahan di dalam badan air cenderung terbagi menjadi dua lapisan. Lapisan
permukaan menjadi hangat pada musim panas dan dingin pada musim dingin, sedangkan
lapisan dasar menjadi dingin sepanjang tahun[12]. Kebanyakan pembangkit tenaga listrik
mengambil air dari air di bagian dasar/dalam yang dingin, dan melepaskannya di dekat
permukaan pada suhu 2 - 100C di atas suhu lingkungan. Lepasan yang tipikal tersebut
membentuk suatu plume air hangat yang terdispersi dengan jarak dari sumber pelepasan
panas ke atmosfir atau bercampur dengan air sekitar yang lebih dingin. Pencampuran yang
terjadi di sungai dan laut lebih cepat dibandingkan dengan di danau, karena adanya
peningkatan turbulensi dan arus di sungai atau oleh pasang-surut, serta plume panas/
thermal dalam area itu akan lebih kecil dibandingkan di danau.
Lepasan air hangat dari PLTN dapat mengakibatkan konsekuensi signifikan
terhadap ekologi pantai. Dengan demikian, pemetaan dan pemantauan perairan pantai yang
terkontaminasi termal penting untuk melindungi kelestarian dari ekosistem pantai. Lepasan
panas dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton oleh karena efek adanya stratifikasi
air dan persediaan nutrisi. Suhu mempengaruhi stratifikasi densitas laut, danau dan
reservoir sebagai pengatur utama pertumbuhan fitoplankton dan distribusinya[13].
Lepasannya juga dapat mengubah pertumbuhan bentik dekat lokasi tapak melalui efek
ukuran butir sedimen, panas dan pengaruh stratifikasi, mencakup perubahan bahan
gizi/nutrien lokal, dan siltasi dan efek pengikisan. Kehidupan tumbuhan mungkin tidak ada
dengan seketika di depan suatu lepasan yang kuat oleh karena adanya pengikisan yang
kuat, tetapi kemungkinan meningkat di luar lepasan yang kuat tsb. Sebagai contoh, di PLTN
Loviisa, Finlandia telah terjadi suatu perubahan terhadap biota khusus yang disebabkan
oleh air hangat. Selain itu jumlah peningkatan yang berarti terjadi pada tumbuh-tumbuhan
di daerah pesisir di sekitar, pembuangan air pendingin reactor PLTN di Loviisa dan
Olkiluoto[13].
3.2.6 Karakteristik Sedimen
Kegiatan penting dalam penyiapan tapak PLTN adalah tersedianya tapak yang
aman dari faktor eksternal, salah satunya adalah kondisi faktor geologi khususnya kondisi
sedimen yang ada di tapak tersebut. Kondisi kualitas perairan pesisir Teluk Mengris,
Muntok memainkan peran sangat penting dalam persiapan pembangunan PLTN. Hal ini
terkait dengan kondisi sedimen yang sangat diperlukan dalam bidang rekayasa pantai
(coastal engineering), seperti pembuatan desain, konstruksi dan sarana pantai untuk
pendingin PLTN.
Hasil analisis besar butir dari contoh sedimen berdasarkan skala WENWORTH
disajikan pada Tabel 2. Sedimen dasar perairan didominasi oleh pasir yang berkisar antara
84,62 - 98,44 %.
Tabel 2. Hasil Analisis Sedimen Dasar Perairan di Perairan Bangka Barat[10]
No. Kode
Lokasi/Koordinat
Kandungan (%)
Kerikil Pasir Lanau Liat
1 1B 105o 07'
37.3"E
01o
58'48.3"S
0.94 81.09 17.98 0
2 1C 105o 07'
19.1"E
1.60 81.54 16.87 0
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 376
No. Kode
Lokasi/Koordinat
Kandungan (%)
Kerikil Pasir Lanau Liat
01o 8' 48.2"S
3 1E 015 o 06'
47.1"E
01o 58'47.9"S
10 68.32 21.59 0
4 1F 105o 06' 31.6"E
01o 58' 48.4"S
38.24 53.47 8.29 0
5 2E 105 06' 32.1"E
01o 59' 20.8"S
22.22 63.62 14.47 0
6 2F 105o 06' 16"E
01o 59' 21"S
7 71.86 20.29 0
7 2G 105 05' 59.6"E
01o 59' 20.8"S
40.56 44.52 14.94 0
8 3A 105o 06'
14.2"E
01o 5 8' 47.6"S
11.64 86.73 1.63 0
9 3C 105o 07'
21.4"E
01o 59'
21.1"S
23.04 62.73 14.00 0
10 3E 105o 07 ' 5.2"E
01o 59' 2
0.5"S
2.63 86.76 10.62 0
11 3G 105o 06' 4
9.9"E
01o 59' 20.8"S
11.57 78.77 9.67 0
12 4A 105o 06'
32.1"E
01o 59'
20.8"S
16.80 80.81 2.40 0
13 4C 105o 06' 16"E
01o 59' 21"S
2.02 66.22 29.77 0
14 4E 105o 05'
59.6"E
01o 59'
20.8"S
14.36 76.76 8.89 0
16 5A 22.39 49.99 27.63 0
17 5B 0.94 85.88 13.18 0
18 5C 2.00 95.97 2.03 0
Hasil analisis sedimen tersuspensi di perairan Teluk Mengris dan sekitarnya ditunjukkan
pada Tabel 3 berikut:
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 377
Tabel 3. Hasil Analisis Sedimen Tersuspensi/ TSS di Perairan Teluk Mengris
dan
Sekitarnya, Bangka Barat[10]
No. Kode Lokasi
Sampling
Koordinat Kedalaman
(meter)
Konsentrasi TSS
(mg/l) Longitude Latitude
1 1B 105 07'
37.3"E
01 58'48.3"S 0.5 5
2 1B 2.5 <1
3 2B 5 3
4 1C 105 07'
19.1"E
01 8'48.2"S 0.5 <1
5 1C 2.5 12
6 1C 4 4
7 1D 105 07' 3.8"E 01?58'48.5"S 0.5 1
8 1D 2.5 9
9 1D 5 19
10 1E 10 50
6'47.1"E
01?58'47.9"S 0.5 12
11 1E 2.5 7
12 1E 5 15
13 1F 105 06'
31.6"E
01 58' 48.4"S 3 4
14 1F 4 14
15 1F 6 16
16 1G 105 06'
14.2"E
01 58' 47.6"S 0.5 <1
17 1G 3 <1
18 1G 8 3
19 2B 105 07'
21.4"E
01 59' 21.1"S 1 1
20 2B 2 16
22 2B 4 18
23 2C 105 07' 5.2"E 01 59' 20.5"S 1 7
24 2C 2.5 3
25 2C 5 22
26 2D 105 06'
49.9"E
01 59' 20.8"S 0.5 8
27 2D 2.5 14
28 2D 4 16
29 2D 5 26
30 2E 105 06'
32.1"E
01 59' 20.8"S 2.5 15
31 2E 5 26
32 2E 6 15
33 2E 8 11
34 2F 105 06' 16"E 01 59' 21"S 0.5 4
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 378
No. Kode Lokasi
Sampling
Koordinat Kedalaman
(meter)
Konsentrasi TSS
(mg/l) Longitude Latitude
35 2F 5 3
36 2F 7 14
37 2G 105 05'
59.6"E
01 59' 20.8"S 0.5 7
38 2G 3 1
39 2G 9 7
40 2G 12 1
Sedimen yang tersuspensi dalam air dapat berpengaruh terhadap sistem dan
peralatan pendingin yang diakibatkan adanya pengendapan dan penyumbatan pipa, jika
mempunyai sifat abrasif dapat juga merusak sistem peralatan dan pipa-pipa pendingin. TSS
yang berdiameter kurang dari 0,10 mm seperti lumpur atau lanau umumnya tidak abrasif
tetapi dapat menyebabkan pengendapan di dalam struktur intake, sistem pemipaan, dan alat
penukar panas sehingga akan mengganggu operasional pembangkit[14]. Beberapa contoh
kasus gangguan yang diakibatkan oleh sedimen, misalnya lokasi pendingin yang berada di
perairan pesisir dan muara sungai. Kondisi sedimen di perairan merupakan input yang
sangat penting dalam pemilihan konfigurasi sistem pendingin. Adanya sedimen yang
tersuspensi dalam perairan laut apabila digunakan sebagai air pendingin akan memerlukan
pengolahan khusus untuk mengurangi dampak bahaya terhadap sistem air pendingin,
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut melalui observasi lapangan.
Kesesuaian antara kondisi sebaran sedimen di perairan laut Teluk Mengris, Muntok
dan kaitannya dengan persyaratan bangunan fisik PLTN diperlukan penelitian lebih lanjut.
Demikian juga untuk penelitian evaluasi terhadap pondasi dari infrastruktur PLTN, agar
kondisi hidrodinamika dan transport sedimen dapat dievaluasi lebih lanjut setelah analisis
terhadap kondisi sedimen di lokasi tapak PLTN telah selesai dilakukan.
Beberapa desain pendingin PLTN memerlukan persyaratan kualitas air, salah
satunya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4[15].
Tabel 4. Parameter Fisik Dasar Kualitas Air dan Batasan Konsentrasi
untuk Air Pendingin PLTN[15]
Unsur Satuan Batasan
TDS
TSS
mg/l
mg/l
70.000
<100 (dengan film fill)
<300 (dengan open fill)
Lepasan air pendingin mempunyai potensi untuk mengkikis sedimen dan
meningkatkan erosi, terutama dekat daerah lepasan dengan kecepatan tinggi, dan untuk
mengubah pola deposisi sedimen. Perubahan komposisi sedimen telah diamati di lokasi
dekat dengan beberapa pembangkit tenaga listrik yang sedang beroperasi. Erosi dan
pengikisan dapat mendorong ke arah penyaringan sedimen sekitar instalasi. Material
berbutir halus cenderung untuk tersuspensi oleh plume lepasan dan terbawa dari
pembangkit listrik, dan dalam waktu yang sama sedimen coarser-grained akan tertinggal
dekat tepat lepasan itu.
3.3 Hubungan PLTN dengan Kondisi Oseanografi
Rancang bangun PLTN mensyaratkan sumber air sebagai bagian tak terpisahkan
dari sistem kerjanya. Oleh sebab itu sebagai salah satu alternatifnya PLTN dibangun di
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 379
tapak yang berdekatan dengan sumber air, misalnya dekat laut. Oleh karena itu pemilihan
lokasi tapak harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, misalnya dengan mengacu pada
IAEA Safety Standard DS 417 [3].
Salah satu kejadian eksternal yang mempengaruhi keselamatan reaktor yang turut
diperhitungkan adalah banjir. Pedoman yang lebih rinci evaluasi banjir telah tertuang dalam
IAEA Safety Standard DS 417 [3,4] (catatan Perka 5/2007 bukan spesifik banjir, Perka Bapeten
untuk banjir masih draf. Posisi Perka 5/2007 tidak sejajar dengan DS 417 tetapi setara dengan
NSR -3), jadi Perka Bapeten dihilangkan saja:. Kalau IAEA bukan peratutran tetapi
Pedoman. Data yang diperlukan untuk mengevaluasi bahaya banjir pada Tapak PLTN
termasuk dalam kelompok Data Tapak Pantai, sehingga data tersebut relevan dan akan
dievaluasi. Data tersebut diantaranya mencakup data hidrologi, data oseanografi dan
hidrografi, tingkat ketinggian air, potensi tsunami, data seismik dan geologi, badan air di
area yang salah satunya mencakup perairan pantai khususnya yang dapat mempengaruhi
banjir pada tapak terpilih[3,4].
Data oseanografi dan hidrografi yang relevan dikumpulkan untuk wilayah tapak
terpilih, meliputi: batimetri badan air, khususnya batimetri rinci dari area pantai dangkal
yang menghadap ke tapak reaktor, observasi gelombang dan swell, gelombang dan seiche,
run-up tsunami, arus pantai dan lain-lain.
Berikut adalah contoh efek lingkungan yang potensial dari PLTN terkait dengan
aspek oseanografi. Dalam pelaksanaan pembangunan dan operasi PLTN terdapat beberapa
hal yang harus dinilai: (i) perubahan lingkungan fisik dan kimia di habitat spesies termasuk
perubahan tanaman secara cepat akibat kondisi lingkungan; perubahan arah dan kecepatan
arus normal dari sumber air pendingin dan air penerima; endapan yang dihasilkan dari
konstruksi dan asupan dan debit air pendingin; perubahan akibat pengerukan dan
pembuangan yang berpotensi merusak garis pantai.
Guna mendukung semua rencana kegiatan pembangunan PLTN, maka perairan
pantai yang digunakan sebagai sumber air dan pemeliharaan air harus selalu memenuhi
persyaratan, baik parameter fisik, kimia dan biologi. Salah satu indikator penentu untuk
mengetahui kualitas perairan yang memenuhi persyaratan adalah nilai produktivitas
primer.
4. KESIMPULAN Berdasarkan data oseanografi yang dianalisis dapat disimpulkan :
Kualitas perairan Teluk Mengris dan sekitarnya masih dalam kondisi baik, terutama
terkait dengan kebutuhan air pendingin
Parameter oseanografi yang diteliti untuk evaluasi kelayakan tapak PLTN
mencakup arus, pasang surut, batimetri, gelombang, dan sedimentasi merupakan.
Data yang diperoleh merupakan informasi dasar untuk melaksanakan
perencanaan lanjut dalam evaluasi faktor eksternal tapak, seperti tsunami, banjir,
dispersi limbah termal maupun erosi dan banjir pantai.
DAFTAR PUSTAKA [1] ___________. Laporan Kegiatan Pra Survei Tapak PLTN di Babel. PPEN. BATAN Jakarta.
(2010).
[2] IAEA. “Site Evaluation for Nuclear Installation”. Safety Standards Series No. NS-R-3.
International Atomic Energy Agency. Wagramer Strasse 5, P.O. Box 100. A-1400
Vienna. Austria. 2003.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 380
[3] IAEA. “Meteorological and Hydrological Hazards in Site Evaluation for Nuclear Installations”.
DS 417. IAEA SAFETY STANDARDS. 2011.
[4] BAPETEN. ”Ketentuan Keselamatan Evaluasi Tapak Rektor Nuklir”. PERKA BAPETEN. No.
5 Tahun 2007.
[5] HENI SUSIATI. “Studi Rona Awal Lingkungan Pada Tahap Pra-Survei Tapak di Dua Daerah
Interes untuk PLTN di Pulau Bangka”. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan
Energi Nuklir IV. PPEN-BATAN. ISBN 1979-1208. Jakarta. Oktober 2011.
[6] KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Laut. Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 51, Jakarta. 2004.
[7] _______. “Ecology And Endangered Species Prepared For National Nuclear Energy Agency Of
Indonesia (Batan) ». West Bangka Final Topical Report - Year 1. Nuclear Power Plant
Siting Project at Bangka Island Bangka Belitung Province. December 2011.
[8] JUNE MELLAWATI, dkk. “Model Sebaran Limbah Panas di Sekitar Calon Lokasi Tapak
Potensial PLTN Babel”. Laporan Akhir Pelaksanaan Program Insentif Tahun 2011. SK.
Menristek No.: 77/M/Kp/II/2011. 2011.
[9] ASIKIN DJAMALI. "Potensi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Kepulauan
Bangka Belitung Untuk Mendukung Industri Perikanan Terpadu di Teluk Klabat”. Laporan
Akhir Kumulatif Kegiatan Program Kompetitif LIPI Tahun Anggaran 2007. Jakarta,
2007.
[10] _______, “Oceanographical Investigations For National Nuclear Energy Agency Of Indonesia
(Batan) ». West Bangka Final Topical Report - Year 1.Nuclear Power Plant Siting
Project at Bangka Island Bangka Belitung Province. December 2011.
[11] AMINI. “Analisis Spasial Sumberdaya Pesisir Kabupaten Bangka Barat untuk Pengembangan
Budidaya Perikanan”. Tesis Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Sekolah Pasca
Sarjana. IPB. Bogor. 2009.
[12] FIRMAN AGUS H., “Analisis Daerah Penangkapan Ikan Potensial di Perairan Selat Bangka
dan Sekitarnya”. Tesis Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Sekolah
Pasca Sarjana. IPB. Bogor. 2004.
[13] DONLON. C. J., MINNETT, P. J., GENTEMANN, C., NIGHTINGALE, T. J., BARTON,
I. J., WARD, B., et al., “Toward improved validation of satellite sea surface skin temperature
measurements for climate research”. Journal of Climate, 2002.
[14] ALSAFFAR, A. & Y. Zheng. “Coastal Cooling Water Intake Sedimentation Challenges and
Resolutions”. USA. 2006.
[15] VEIL, J.A., “Use of Reclaimed Water for Power Plant Cooling”. Environmental Science
Division. Argonne National Laboratory. Canada. 2007.