[Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

15
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional ISSN 1979-1208 366 ANALISIS KETERSEDIAAN DATA OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG EVALUASI TAPAK PLTN BANGKA BARAT Heni Susiati¹, Yarianto SBS.², June Mellawati³ Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN, Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Email: [email protected] ABSTRAK ANALISIS KETERSEDIAAN DATA OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG TAPAK PLTN BANGKA BARAT. Telah dilakukan kajian aspek oseanografi untuk mengetahui potensi perairan pesisir Pantai Tanah Merah - Teluk Mengris, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat sebagai daerah calon tapak PLTN Bangka Barat. Aspek oseanografi adalah salah satu aspek untuk menentukan keberterimaan tapak, antara lain mencakup kajian bahaya tsunami, struktur geologi laut, dispersi thermal, desain struktur intake-discharge dan lain-lain. Hal tersebut harus didukung data yang akurat, seperti data struktur geologi, pasang surut, batimetri, sedimentasi dan dinamika perairan lokasi tapak. Dalam proses evaluasi tapak, aspek oseanografi sebagai bagian dari fenomena hidrologi merupakan salah satu aspek terkait standar keselamatan IAEA (IAEA, Safety Standard Series No. DS 417, 2011) dan BAPETEN (Perka No. 5 Tahun 2007). Tujuan analisis kondisi awal oseanografi, seperti suhu air laut, batimetri, pasang surut, arus dan gelombang untuk mengetahui hidrodinamika pesisir, serta sedimentasi di daerah calon tapak. Metode yang dipakai adalah pengumpulan data sekunder, konfirmasi lapangan dan analisis data oseanografi perairan sekitar tapak Bangka Barat. Kegiatan dilakukan bulan Februari – Oktober 2011. Berdasarkan hasil penelitian awal menunjukkan bahwa kondisi oseanografi yang diperlukan untuk program pengembangan PLTN di Bangka Barat masih dalam kondisi yang dapat diterima. cukup baik (di bawah batas ambang yang ditentukan).. Kata kunci: tapak potensial, PLTN, oseanografi ABSTRACT ANALYSIS OF OCEANOGRAPHY DATA AVAILABILITY TO SUPPORT OF NPP SITE EVALUATION AT WEST BANGKA. Study of oceanographic aspect has been conducted to determine the potential of the coastal waters of Tanah Merah Coast - Gulf Mengris, Muntok District, West Bangka regency as a potential area of West Bangka siting nuclear power plants. Oceanography is one aspect in determining the acceptability of the site, among others, include the review of tsunami hazards, marine geological structure, thermal dispersion, the design of intake and discharge structures, etc. This must be supported by existing accurate data such as the data structure of the geology, tides, bathymetry, sedimentation and water dynamics of the site location. In the site evaluation process, aspects of oceanography as part of the hydrological phenomena is one of the aspects related to IAEA safety standards (IAEA, Safety Standards Series No. DS 417, 2011) and Bapeten (BCR No. 5 of 2007). The purpose of the analysis is to know the initial conditions of oceanographic parameters, such as sea water temperature, bathymetry, tides, currents and waves to determine the coastal hydrodynamics, and sedimentation in the site candidate. The method used was secondary data collection, field confirmation and analysis of oceanographic data on the waters around the site of West Bangka. The activities were conducted in period February-October 2011. Based on the result of preliminary investigation showed that the oceanographic conditions for NPP’s development program in the West Bangka still good condition. Keyword: potential site, NPP’s, oceanographic

description

Jurnal ketersediaan Data

Transcript of [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Page 1: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 366

ANALISIS KETERSEDIAAN DATA OSEANOGRAFI

DALAM MENDUKUNG EVALUASI TAPAK PLTN BANGKA

BARAT

Heni Susiati¹, Yarianto SBS.², June Mellawati³

Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN,

Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

Email: [email protected]

ABSTRAK ANALISIS KETERSEDIAAN DATA OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG TAPAK

PLTN BANGKA BARAT. Telah dilakukan kajian aspek oseanografi untuk mengetahui potensi

perairan pesisir Pantai Tanah Merah - Teluk Mengris, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat

sebagai daerah calon tapak PLTN Bangka Barat. Aspek oseanografi adalah salah satu aspek untuk

menentukan keberterimaan tapak, antara lain mencakup kajian bahaya tsunami, struktur geologi laut,

dispersi thermal, desain struktur intake-discharge dan lain-lain. Hal tersebut harus didukung data

yang akurat, seperti data struktur geologi, pasang surut, batimetri, sedimentasi dan dinamika perairan

lokasi tapak. Dalam proses evaluasi tapak, aspek oseanografi sebagai bagian dari fenomena hidrologi

merupakan salah satu aspek terkait standar keselamatan IAEA (IAEA, Safety Standard Series No. DS

417, 2011) dan BAPETEN (Perka No. 5 Tahun 2007). Tujuan analisis kondisi awal oseanografi,

seperti suhu air laut, batimetri, pasang surut, arus dan gelombang untuk mengetahui hidrodinamika

pesisir, serta sedimentasi di daerah calon tapak. Metode yang dipakai adalah pengumpulan data

sekunder, konfirmasi lapangan dan analisis data oseanografi perairan sekitar tapak Bangka Barat.

Kegiatan dilakukan bulan Februari – Oktober 2011. Berdasarkan hasil penelitian awal menunjukkan

bahwa kondisi oseanografi yang diperlukan untuk program pengembangan PLTN di Bangka Barat

masih dalam kondisi yang dapat diterima. cukup baik (di bawah batas ambang yang ditentukan)..

Kata kunci: tapak potensial, PLTN, oseanografi

ABSTRACT ANALYSIS OF OCEANOGRAPHY DATA AVAILABILITY TO SUPPORT OF NPP SITE

EVALUATION AT WEST BANGKA. Study of oceanographic aspect has been conducted to

determine the potential of the coastal waters of Tanah Merah Coast - Gulf Mengris, Muntok District,

West Bangka regency as a potential area of West Bangka siting nuclear power plants. Oceanography is

one aspect in determining the acceptability of the site, among others, include the review of tsunami

hazards, marine geological structure, thermal dispersion, the design of intake and discharge structures,

etc. This must be supported by existing accurate data such as the data structure of the geology, tides,

bathymetry, sedimentation and water dynamics of the site location. In the site evaluation process,

aspects of oceanography as part of the hydrological phenomena is one of the aspects related to IAEA

safety standards (IAEA, Safety Standards Series No. DS 417, 2011) and Bapeten (BCR No. 5 of

2007). The purpose of the analysis is to know the initial conditions of oceanographic parameters, such

as sea water temperature, bathymetry, tides, currents and waves to determine the coastal

hydrodynamics, and sedimentation in the site candidate. The method used was secondary data

collection, field confirmation and analysis of oceanographic data on the waters around the site of West

Bangka. The activities were conducted in period February-October 2011. Based on the result of

preliminary investigation showed that the oceanographic conditions for NPP’s development program

in the West Bangka still good condition.

Keyword: potential site, NPP’s, oceanographic

Page 2: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 367

1. PENDAHULUAN Dalam kaitannya dengan program pembangunan PLTN di Bangka Belitung telah

dilakukan kegiatan survei untuk aspek oseanografi dalam menentukan lokasi tapak PLTN

yang aman dari faktor eksternal. Dalam kegiatan pra-survei tapak tahun 2010, telah dipilih

salah satu calon tapak di Kabupatan Bangka Barat, yaitu di pantai Tanah Merah- Teluk

Mengris, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat[1]

Kegiatan industri pembangkit listrik, PLTN pada umumnya dibangun di dekat

pantai. Alasan utamanya adalah untuk mendapatkan air yang digunakan sebagai pendingin

untuk proses pendinginan mesin atau cooling water sistem[1]. PLTN memerlukan cukup

banyak air, oleh karena itu perlu mengetahui sumber air, baik untuk air pendingin, air baku

boiler dan air domestik. Untuk maksud tersebut sumber-sumber air tawar (fresh water),

sumber air laut, serta batimetri laut perlu diketahui, khususnya untuk air pendingin.

IAEA telah menyusun Draf Safety Guide No. DS 417 tentang pedoman evaluasi tapak

PLTN terkait potensi bahayanya, khususnya “Meteorological and Hydrological Hazards in Site

Evaluation for Nuclear Installations”. Pada penelitian ini dibahas beberapa kegiatan

pengumpulan data khususnya aspek oseanografi sangat diperlukan untuk melakukan kajian

terhadap potensi bahaya hidrologi, seperti kenaikan muka laut, tsunami, banjir pantai dan

lain-lain yang dapat mengancam keselamatan PLTN[2,3,4].

Pada survei tapak PLTN untuk mendapatkan daerah potensial, salah satu faktor

yang harus diperhatikan adalah bahwa lokasi tapak harus didukung dengan data

oseanografi yang cukup ketersediaan air dengan kualitas air yang memenuhi syarat yang

diperlukan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka tujuan studi adalah mengidentifikasi

kondisi awal parameter oseanografi dan selanjutnya dilakukan analisis guna memperoleh

data base rona awal kondisi oseanografi Kabupaten Bangka Belitung.

Oseanografi membahas mengenai kondisi perairan di sekitar wilayah penelitian.

Analisis dilakukan dengan mempelajari kondisi batimetri, pasang surut, dan informasi

kejadian tsunami, serta arus maupun kondisi sedimentasi. Daerah potensial dengan jarak

terdekat ke kedalaman 10 m mempunyai nilai sedimentasi yang lebih tinggi. Desa Tanjung,

Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat merupakan daerah potensial untuk

pembangunan PLTN karena secara geologi sangat stabil, litologi berupa batuan granit dan

sedimen klastik berumur tua, ancaman gempa buni sangat minim. Kondisi oseanografi di

daerah ini juga cukup baik, terlihat dari kedalaman air yang cukup dalam. Identifikasi sifat

fisik oseanografi perairan di Bangka Barat sangat diperlukan dalam persiapan

pembangunan PLTN untuk evaluasi lanjut dalam keberterimaan tapak.

2. METODOLOGI DAN LINGKUP STUDI 2.1 Lokasi Kegiatan

Wilayah kegiatan penelitian adalah di wilayah pesisir Bangka Barat sebagai calon

tapak potensial. Cakupan wilayah survei memprioritaskan daerah pantai pada zona tapak 5

km dari garis pantai ke arah lautan. Penelitian dilakukan pada daerah yang mencakup

perairan Teluk Mengris, Bangka Barat. Peta lokasi kegiatan ditunjukkan pada Gambar 1.

2.2 Waktu dan Tahapan Kegiatan

Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Oktober tahun 2011,

dengan tahapan penelitian: studi pustaka, koordinasi dan perizinan, pengumpulan data

sekunder, peninjauan lapangan, interpretasi data, dan pembuatan laporan. Kegiatan desk

work terdiri dari studi pustaka, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan evaluasi data,

sedangkan kegiatan peninjauan lapangan dimaksudkan untuk konfirmasi data meliputi

Page 3: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 368

pengamatan, deskripsi, interpretasi, dan pengumpulan data dari bukti-bukti yang dapat

dicatat. Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisis, konsultasi, dan

integrasi dari beberapa sumber informasi yang ada untuk menyusun laporan akhir[3].

Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Penelitian[1]

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah tapak PLTN direncanakan di Pantai Tanah Merah - Teluk Mengris,

Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Secara umum lokasi batas utara daerah

tersebut merupakan daerah hutan lindung pantai serta di beberapa tempat dimanfaatkan

oleh penduduk sebagai area perkebunan karet, kelapa sawit dan pertambangan timah

rakyat[5].

3.1 Kondisi Fisik Perairan (Laut) Daerah Potensial

Secara umum, letak Kabupaten Bangka Barat terletak di bagian barat Pulau Bangka

dengan batas disebelah barat merupakan pantai berupa selat (antara Sumatera dan Pulau

Bangka), disebelah utara merupakan perairan laut lepas yang merupakan bagian dari laut

Natuna dan disebelah timur laut berbatasan dengan perairan teluk (Teluk Kelabat).

Perbedaan kondisi ini menyebabkan perbedaan karakteristik dari masing-masing perairan

tersebut.

Perairan selat umumnya dicirikan oleh aliran arus yang kuat dan pola arus

menyerupai perairan laut lepas. Kecepatan arusnya sangat dipengaruhi oleh bentuk

geometri selat, musim, topografi perairan dan kondisi batas lainnya. Secara umum sirkulasi

pola arus di perairan selat sebagian besar tergantung pada kondisi lokal, walaupun proses

fisika oseonografi sudah menjadi hal yang umum. Selat Bangka yang terletak di bagian

timur Sumatera merupakan perairan yang dicirikan sebagai perairan sambungan antara

estuari lokal dan laut lepas (Laut Jawa).

Hal ini menjadikan bentuk geometri perairan Selat Bangka terkesan unik. Kondisi

geografis perairan dapat menyebabkan massa air Selat Bangka menjadi lebih tawar, hal ini

kemungkinan disebabkan oleh adanya sejumlah besar masukan air sungai ke perairan ini.

Area selat ini juga cukup panjang dan arus pasutnya sangat kuat, seperti halnya di daerah

selat pada umumnya. Perairan di sebelah utara dan sebagian di sebelah barat yang

berbatasan langsung dengan Laut Natuna merupakan perairan terbuka. Karakteristik

Page 4: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 369

perairannya lebih dipengaruhi oleh perairan Laut Natuna, yaitu pola arus lebih

dipengaruhi oleh faktor musim.

Hasil evaluasi kualitas air perairan di sekitar calon tapak Bangka Barat yang

meliputi kondisi suhu, salinitas, kecerahan, arus, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut,

fosfat, nitrat, silikat, fitoplankton dan zooplankton disajikan pada Tabel 1.

Penyajian informasi kualitas perairan Teluk Mengris didasarkan pada penelitian

beberapa parameter fisik-kimia kualitas air laut yang dibandingkan dengan baku mutu

kualitas air laut (KepmMen LH No. 51 tahun 2004)[6]. Secara umum perairan Teluk Mengris

masih cukup baik yang diindikasikan dari beberapa parameter masih berada di bawah baku

mutu lingkungan. Namun demikian terdapat juga satu parameter yang telah melebihi baku

mutu, sehingga dapat dikatakan bahwa perairan Teluk Mengris mengandung potensi

tercemar.

Tabel 1. Kualitas Perairan Sekitar Calon Tapak Potensial di Bangka Barat[7]

No PARAMETER SATUAN BAKU

MUTU

Pelabuhan

Tanjung

Gudang

Teluk

Limau

Tanjung

Kelian

Selat

Bangka

1

Selat

Bangka

2

A. FISIK

1. Kecerahan

(insitu) meter

koral: >

5

bakau: -

seagrass:

>3

2,0

1,5

3,0

> 2

> 4

2. Bau (insitu) - alami Alami Alami Alami Alami Alami

3. Turbiditi/keke

ruhan NTU < 5 4 3 6 3 2

4.

Sedimen

Tersuspensi

(TSS)

mg/l

koral:

20

bakau:

80

seagrass:

20

4

4

4

4

4

5. Suhu (insitu)

**) OC

alami

koral:

28-30

bakau:2

8 -32

seagrass:

28-30

29,5

29,0

28,5

29,5

29,5

6.

Lapisan

Minyak

(insitu)

-

negatif negatif negatif negatif negatif negatif

7. Limbah

(insitu) -

negatif negatif negatif negatif negatif negatif

B. KIMIA

1 pH (insitu) **) - 7 - 8.5 8,02 8,05 8,15 8,20 8,25

2 Salinitas 0/00 alami 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0

3 Oksigen

Terlarut (DO) mg/l > 5 6,0 6,0 6,0 5,8 6,0

Page 5: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 370

4 BOD5 mg/l 20 4 4 4 4 5

5 Ammonia

total (NH3-N) mg/l 0,3 < 0,01 0,04 < 0,01 < 0,01 < 0,01

6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015 0,01 < 0,01 0,01 0,01 0,01

7 Nitrat (NO3-

N) mg/l 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008

8 Sianida (CN) mg/l 0,5 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005

9 Sulfida (H2S) mg/l 0,01 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002

10 Fenol mg/l 0,002 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001

3.2 Profil Lingkungan Perairan Tanah Merah, Teluk Mengris

3.2.1 Batimetri

Batimetri adalah kontur kedalaman dasar laut. Informasi batimetri sangat penting

untuk analisis awal mengenai kecocokan suatu PLTN akan ditempatkan. PLTN memiliki

fasilitas air pendingin, yang bisa memanfaatkan air sungai ataupun air laut, dengan kondisi

dan syarat tertentu.

Untuk Pulau Bangka, water intake akan lebih tepat diambil dari air laut, untuk

menjamin kontinuitas debitnya (mengingat debit air sungai sangat fluktuatif terhadap

musim). Persyaratan umum air laut sebagai pendingin adalah:

a. Semakin dalam perairan laut akan semakin baik. Pada umumnya persyaratan untuk

water intake adalah pada kedalaman 10-15 meter. Semakin pendek jarak dari pantai

untuk mencapai kedalaman 10-15 meter, akan semakin baik dari sisi biaya

konstruksi water intake.

b. Tingkat pendangkalan atau sedimentasi yang relatif kecil.

c. Memenuhi persyaratan kualitas air tertentu (misalnya suhu, pH, TSS, TDS,

turbiditas dan lain-lain.)

d. Seminimal mungkin kompetisi kepentingan dengan kegiatan lain

Pantai di sepanjang Kecamatan Muntok yang menghadap ke Laut Natuna

membentuk garis pantai yang relatif melengkung ke arah barat daya, dengan kondisi pantai

datar dan berpasir putih. Kedalaman rata-rata perairan kecamatan Muntok sekitar 15 meter,

dimana perairan yang memiliki kedalaman 20 meter terdapat pada jarak antara 500 meter

sampai 1.500 meter, sementara kedalaman 5 meter terdapat pada jarak 50 meter sampai 300

meter dari garis pantai. Kedalamam perairan Tanah Merah yang berhubungan dengan Laut

Natuna pada jarak lebih dari 1.500 meter sedalam 30 – 50 meter. Kondisi kedalaman tersebut

dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Page 6: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 371

Gambar 2. Profil Batimetri di daerah Perairan Teluk Mengris, Muntok[8]

3.2.2 Arus Laut

Arus laut merupakan parameter yang sangat penting, karena arus laut dapat

mentransportasikan dan mendistribusikan zat yang berada dalam air laut, terutama yang

keluar masuk daerah pantai. Di lokasi tapak, tidak ada catatan sejarah tsunami, ataupun

banjir.

Kecepatan arus di perairan sekitar pantai Muntok seperti juga di Selat Bangka

adalah cukup kuat dengan kecepatan sesaat mencapai lebih dari 70 cm/detik. Pergerakan

pola arus yang terjadi ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kondisi arah arus

yang dalam dua musim yang berbeda cenderung menuju ke arah Selatan. Hal ini diduga

akibat pengaruh dari pasut, arus katulistiwa Selatan dan topografi lokal perairan[9].

Arus di suatu perairan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti angin, pasang

surut, densitas yang disebabkan oleh perbedaan suhu maupun salinitas, perbedaan tekanan

hidrositas ataupun gaya koriolis. Arus di sepanjang perairan wilayah Pantai Barat

merupakan kombinasi dari arus pasang surut dan arus yang ditimbulkan faktor

meteorologis, terutama angin. Namun demikian untuk arus permukaan dipengaruhi juga

oleh perubahan musim Barat, musim Timur maupun dua kali musim peralihan di antara

musim-musim tersebut.

3.2.2.1 Musim Barat

Hasil simulasi 15 hari model arus musim barat hanya dicuplik pada empat kondisi

pasang surut yang dianggap ektstrim mempengaruhi pola air di area penelitian. Cuplikan

gambar hasil simulasi masing-masing disajikan pada Gambar 3 yang merupakan hasil

simulasi pola arus saat pasang pada musim barat, pola aliran arus tidak terlalu jauh

berbeda dengan pola arus menjelang pasang, yakni masih bergerak ke arah selatan dengan

kecepatan sedikit menurun. Secara keseluruhan kecepatan maksumum saat pasang hasil

simulasi pada musim barat mencapai 0,54 m/ detik, akan tetapi rata-rata kecepatan arus

relatif kecil yakni sebesar 0,07 m/ detik.

Gambar 4 merupakan hasil simulasi arus saat surut pada musim barat, dari gambar

tersebut pola arus masih bergerak ke arah utara. Kecepatan arus maksimum saat surut hasil

simulasi pada musim barat mencapai 0,87 m/ detik, sedangkan kecepatan rata-rata ralatif

kecil yakni sebesar 0,10 m/ detik

Gambar 3. Hasil Simulasi Pola Arus Saat Pasang Pada Bulan Januari[8]

Page 7: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 372

Gambar 4. Hasil Simulasi Pola Arus Saat Surut Pada Bulan Januari[8]

3.2.2.2 Musim Timur

Hasil simulasi pola arus pada musim timur disajikan seperti halnya pada musim

barat, yakni di cuplik pada waktu saat pasang dan saat surut. Pada saat pasang (Gambar 5)

pola arus hasil simulasi masih bergerak ke selatan dengan kecepatan arus rata-ratanya

terlihat melemah. Hasil simulasi saat pasang pada musim timur kecepatan arus maksimum

diperoleh 0,47 m/detik, sedangkan kecepatan rata-rata melemah sebesar 0,05 m/detik.

Gambar 5. Hasil Simulasi Pola Arus Saat Pasang Pada Bulan Agustus[8]

Hasil simulasi pola arus saat surut pada musim timur disajikan dalam Gambar 6.

Dari Gambar 6 terlihat kecepatan arus rata-rata area penelitian meningkat dan masih

bergerak ke arah utara. Dari hasil simulasi diperoleh kecepatan arus maksimum pada saat

surut pada musim timur diperoleh 0,87 m/ detik dan rata-ratanya diperoleh 0,09 m/ detik.

Page 8: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 373

Gambar 6. Hasil Simulasi Pola Arus Saat Surut Pada Bulan Agustus[8]

Operasi sistem pendingin pada umumnya akan menyebabkan perubahan arus air

pada masukan dan muara air. Kondisi efek ini tergantung pada disain dan posisi masukan

dan lepasan, dan sifat alami badan air[1].

3.2.3 Pasang Surut

Data pasang surut (pasut) sangat penting dalam berbagai aplikasi, seperti navigasi,

rekayasa pantai/ ocean engineering (pembuatan pelabuhan, bangunan penahan gelombang,

jembatan laut, dan pemasangan pipa bawah laut) dan lain-lain. Dalam evaluasi tapak PLTN

yang letaknya di tepi pantai, data pasang surut tersebut diperlukan untuk analisis faktor

penolak. Apabila di suatu wilayah terdapat potensi tsunami dengan derajat katastropik dan

diperkirakan mungkin terjadi dalam kurun waktu operasi PLTN, maka calon tapak PLTN

akan ditolak. Dalam proses seleksi tapak, data ini mutlak dibutuhkan. Data pasang surut

juga diperlukan untuk analisis penyebaran limbah panas ataupun material radioaktif yang

mungkin akan terlepas dari PLTN, jika terjadi kecelakaan (terkait faktor keselamatan). Selain

itu data pasang surut juga digunakan untuk menentukan desain basis kebutuhan air

pendingin (terkait dengan faktor keselamatan). Jika terjadi pasang naik yang cukup tinggi,

sementara terjadi hujan ekstrim, dapat mengakibatkan banjir pantai[2,3].

Perairan Tanah Merah memiliki tipe pasang surut tunggal, yaitu hanya mengalami

satu kali pasang dan satu kali surut dalam waktu 1 x 24 jam. Kedudukan muka surutan (Zo)

adalah 150 – 170 cm.

-1

0

1

2

3

4

Date

Sea L

evel (

m)

20 Nov 22 24 26 28 30 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Gambar 7. Pengamatan dan Prediksi Pasang Surut di Perairan Teluk Mengris

(20 Nopember-21 Desember 2011)[10]

3.2.4 Gelombang Laut

Gelombang laut merupakan fenomena laut yang sangat berperan dalam transpor

sedimen yang menghasilkan abrasi maupun erosi di tepi pantai, disamping dapat

merusakkan bangunan pantai, menimbulkan gelombang pasang, serta sangat mengganggu

pelestarian maupun budidaya ikan dan rumput laut. Pengaruh gelombang besar di

permukaan laut dapat mengaduk sedimen halus di dasar laut, sehingga perairan menjadi

keruh, hal seperti ini dapat berpengaruh terhadap kehidupan karang.

Di perairan Bangka, gelombang besar terjadi pada bulan September sampai Maret,

dengan ketinggian lebih dari 1 m dengan periode sekitar 5 sampai 7 detik. Sedangkan

gelombang yang tidak terlalu besar terjadi pada bulan April sampai Agustus dengan

ketinggian antara 5 sampai 40 cm dengan periode 1-2 detik. Pada Musim Barat Laut tinggi

Page 9: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 374

gelombang berkisar antara 0,5-1,5 m, namun kadang-kadang mencapai tinggi 2 m terutama

pada bulan Januari dan Pebruari di perairan Utara Pulau Bangka. Saat musim Tenggara

tinggi gelombang berkisar antara 0,5-1,5 m kadang-kadang mencapai tinggi 2 m terutama

pada bulan Juli – September di perairan Selatan Pulau Bangka[9].

Umumnya kondisi gelombang di suatu perairan diperoleh secara tidak langsung

dari data angin di kawasan perairan tersebut, karena sebagian besar gelombang yang

ditemui di laut dibentuk oleh energi yang ditimbulkan oleh tiupan angin. Gelombang pada

bulan September sampai Maret ketinggiannya mencapai satu meter dengan periode 5-7

detik, sedangkan pada bulan April sampai Agustus ketinggian antara 5-40 cm dengan

periode 1-2 detik.

Pada fasilitas PLTN California, di mana struktur lepasan pada air dalam (deep water),

air hangat akan naik ke permukaan, dan sebagai hasilnya gelombang permukaan berubah.

Hal ini dengan mudah terlihat dengan melihat pola ombak ketika mengarah ke arah

matahari.

3.2.5 Suhu

Suhu perairan sekitar daerah penelitian dari lapisan permukaan hingga lapisan

dasar tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Perairan daerah penelitian merupakan

bagian Laut Natuna memiliki siklus suhu antara musim Barat dan musim Timur, suhu

permukaan Musim Barat (Desember – Februari) lebih kecil dan musim Timur (Juli-Agustus).

Pada permulaan musim Barat suhu berkisar 27,0oC – 28,5oC dan semakin menurun dengan

berjalannya musim Barat menjadi 28,8o – 30,0o C[10].

Secara keseluruhan nilai suhu di perairan berkisar 28,05 – 30,060C dengan rata-rata

29,860C. Secara umum kondisi air laut di permukaan perairan ini lebih tinggi lepas pantai

dibandingkan dekat pantai. Profil suhu perairan daerah penelitian ditampilkan pada

Gambar 8.

Gambar 8. Profil Suhu[11]

Page 10: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 375

Penurunan densitas air dengan kenaikan suhu dan pencampuran alami yang

perlahan-lahan di dalam badan air cenderung terbagi menjadi dua lapisan. Lapisan

permukaan menjadi hangat pada musim panas dan dingin pada musim dingin, sedangkan

lapisan dasar menjadi dingin sepanjang tahun[12]. Kebanyakan pembangkit tenaga listrik

mengambil air dari air di bagian dasar/dalam yang dingin, dan melepaskannya di dekat

permukaan pada suhu 2 - 100C di atas suhu lingkungan. Lepasan yang tipikal tersebut

membentuk suatu plume air hangat yang terdispersi dengan jarak dari sumber pelepasan

panas ke atmosfir atau bercampur dengan air sekitar yang lebih dingin. Pencampuran yang

terjadi di sungai dan laut lebih cepat dibandingkan dengan di danau, karena adanya

peningkatan turbulensi dan arus di sungai atau oleh pasang-surut, serta plume panas/

thermal dalam area itu akan lebih kecil dibandingkan di danau.

Lepasan air hangat dari PLTN dapat mengakibatkan konsekuensi signifikan

terhadap ekologi pantai. Dengan demikian, pemetaan dan pemantauan perairan pantai yang

terkontaminasi termal penting untuk melindungi kelestarian dari ekosistem pantai. Lepasan

panas dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton oleh karena efek adanya stratifikasi

air dan persediaan nutrisi. Suhu mempengaruhi stratifikasi densitas laut, danau dan

reservoir sebagai pengatur utama pertumbuhan fitoplankton dan distribusinya[13].

Lepasannya juga dapat mengubah pertumbuhan bentik dekat lokasi tapak melalui efek

ukuran butir sedimen, panas dan pengaruh stratifikasi, mencakup perubahan bahan

gizi/nutrien lokal, dan siltasi dan efek pengikisan. Kehidupan tumbuhan mungkin tidak ada

dengan seketika di depan suatu lepasan yang kuat oleh karena adanya pengikisan yang

kuat, tetapi kemungkinan meningkat di luar lepasan yang kuat tsb. Sebagai contoh, di PLTN

Loviisa, Finlandia telah terjadi suatu perubahan terhadap biota khusus yang disebabkan

oleh air hangat. Selain itu jumlah peningkatan yang berarti terjadi pada tumbuh-tumbuhan

di daerah pesisir di sekitar, pembuangan air pendingin reactor PLTN di Loviisa dan

Olkiluoto[13].

3.2.6 Karakteristik Sedimen

Kegiatan penting dalam penyiapan tapak PLTN adalah tersedianya tapak yang

aman dari faktor eksternal, salah satunya adalah kondisi faktor geologi khususnya kondisi

sedimen yang ada di tapak tersebut. Kondisi kualitas perairan pesisir Teluk Mengris,

Muntok memainkan peran sangat penting dalam persiapan pembangunan PLTN. Hal ini

terkait dengan kondisi sedimen yang sangat diperlukan dalam bidang rekayasa pantai

(coastal engineering), seperti pembuatan desain, konstruksi dan sarana pantai untuk

pendingin PLTN.

Hasil analisis besar butir dari contoh sedimen berdasarkan skala WENWORTH

disajikan pada Tabel 2. Sedimen dasar perairan didominasi oleh pasir yang berkisar antara

84,62 - 98,44 %.

Tabel 2. Hasil Analisis Sedimen Dasar Perairan di Perairan Bangka Barat[10]

No. Kode

Lokasi/Koordinat

Kandungan (%)

Kerikil Pasir Lanau Liat

1 1B 105o 07'

37.3"E

01o

58'48.3"S

0.94 81.09 17.98 0

2 1C 105o 07'

19.1"E

1.60 81.54 16.87 0

Page 11: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 376

No. Kode

Lokasi/Koordinat

Kandungan (%)

Kerikil Pasir Lanau Liat

01o 8' 48.2"S

3 1E 015 o 06'

47.1"E

01o 58'47.9"S

10 68.32 21.59 0

4 1F 105o 06' 31.6"E

01o 58' 48.4"S

38.24 53.47 8.29 0

5 2E 105 06' 32.1"E

01o 59' 20.8"S

22.22 63.62 14.47 0

6 2F 105o 06' 16"E

01o 59' 21"S

7 71.86 20.29 0

7 2G 105 05' 59.6"E

01o 59' 20.8"S

40.56 44.52 14.94 0

8 3A 105o 06'

14.2"E

01o 5 8' 47.6"S

11.64 86.73 1.63 0

9 3C 105o 07'

21.4"E

01o 59'

21.1"S

23.04 62.73 14.00 0

10 3E 105o 07 ' 5.2"E

01o 59' 2

0.5"S

2.63 86.76 10.62 0

11 3G 105o 06' 4

9.9"E

01o 59' 20.8"S

11.57 78.77 9.67 0

12 4A 105o 06'

32.1"E

01o 59'

20.8"S

16.80 80.81 2.40 0

13 4C 105o 06' 16"E

01o 59' 21"S

2.02 66.22 29.77 0

14 4E 105o 05'

59.6"E

01o 59'

20.8"S

14.36 76.76 8.89 0

16 5A 22.39 49.99 27.63 0

17 5B 0.94 85.88 13.18 0

18 5C 2.00 95.97 2.03 0

Hasil analisis sedimen tersuspensi di perairan Teluk Mengris dan sekitarnya ditunjukkan

pada Tabel 3 berikut:

Page 12: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 377

Tabel 3. Hasil Analisis Sedimen Tersuspensi/ TSS di Perairan Teluk Mengris

dan

Sekitarnya, Bangka Barat[10]

No. Kode Lokasi

Sampling

Koordinat Kedalaman

(meter)

Konsentrasi TSS

(mg/l) Longitude Latitude

1 1B 105 07'

37.3"E

01 58'48.3"S 0.5 5

2 1B 2.5 <1

3 2B 5 3

4 1C 105 07'

19.1"E

01 8'48.2"S 0.5 <1

5 1C 2.5 12

6 1C 4 4

7 1D 105 07' 3.8"E 01?58'48.5"S 0.5 1

8 1D 2.5 9

9 1D 5 19

10 1E 10 50

6'47.1"E

01?58'47.9"S 0.5 12

11 1E 2.5 7

12 1E 5 15

13 1F 105 06'

31.6"E

01 58' 48.4"S 3 4

14 1F 4 14

15 1F 6 16

16 1G 105 06'

14.2"E

01 58' 47.6"S 0.5 <1

17 1G 3 <1

18 1G 8 3

19 2B 105 07'

21.4"E

01 59' 21.1"S 1 1

20 2B 2 16

22 2B 4 18

23 2C 105 07' 5.2"E 01 59' 20.5"S 1 7

24 2C 2.5 3

25 2C 5 22

26 2D 105 06'

49.9"E

01 59' 20.8"S 0.5 8

27 2D 2.5 14

28 2D 4 16

29 2D 5 26

30 2E 105 06'

32.1"E

01 59' 20.8"S 2.5 15

31 2E 5 26

32 2E 6 15

33 2E 8 11

34 2F 105 06' 16"E 01 59' 21"S 0.5 4

Page 13: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 378

No. Kode Lokasi

Sampling

Koordinat Kedalaman

(meter)

Konsentrasi TSS

(mg/l) Longitude Latitude

35 2F 5 3

36 2F 7 14

37 2G 105 05'

59.6"E

01 59' 20.8"S 0.5 7

38 2G 3 1

39 2G 9 7

40 2G 12 1

Sedimen yang tersuspensi dalam air dapat berpengaruh terhadap sistem dan

peralatan pendingin yang diakibatkan adanya pengendapan dan penyumbatan pipa, jika

mempunyai sifat abrasif dapat juga merusak sistem peralatan dan pipa-pipa pendingin. TSS

yang berdiameter kurang dari 0,10 mm seperti lumpur atau lanau umumnya tidak abrasif

tetapi dapat menyebabkan pengendapan di dalam struktur intake, sistem pemipaan, dan alat

penukar panas sehingga akan mengganggu operasional pembangkit[14]. Beberapa contoh

kasus gangguan yang diakibatkan oleh sedimen, misalnya lokasi pendingin yang berada di

perairan pesisir dan muara sungai. Kondisi sedimen di perairan merupakan input yang

sangat penting dalam pemilihan konfigurasi sistem pendingin. Adanya sedimen yang

tersuspensi dalam perairan laut apabila digunakan sebagai air pendingin akan memerlukan

pengolahan khusus untuk mengurangi dampak bahaya terhadap sistem air pendingin,

sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut melalui observasi lapangan.

Kesesuaian antara kondisi sebaran sedimen di perairan laut Teluk Mengris, Muntok

dan kaitannya dengan persyaratan bangunan fisik PLTN diperlukan penelitian lebih lanjut.

Demikian juga untuk penelitian evaluasi terhadap pondasi dari infrastruktur PLTN, agar

kondisi hidrodinamika dan transport sedimen dapat dievaluasi lebih lanjut setelah analisis

terhadap kondisi sedimen di lokasi tapak PLTN telah selesai dilakukan.

Beberapa desain pendingin PLTN memerlukan persyaratan kualitas air, salah

satunya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4[15].

Tabel 4. Parameter Fisik Dasar Kualitas Air dan Batasan Konsentrasi

untuk Air Pendingin PLTN[15]

Unsur Satuan Batasan

TDS

TSS

mg/l

mg/l

70.000

<100 (dengan film fill)

<300 (dengan open fill)

Lepasan air pendingin mempunyai potensi untuk mengkikis sedimen dan

meningkatkan erosi, terutama dekat daerah lepasan dengan kecepatan tinggi, dan untuk

mengubah pola deposisi sedimen. Perubahan komposisi sedimen telah diamati di lokasi

dekat dengan beberapa pembangkit tenaga listrik yang sedang beroperasi. Erosi dan

pengikisan dapat mendorong ke arah penyaringan sedimen sekitar instalasi. Material

berbutir halus cenderung untuk tersuspensi oleh plume lepasan dan terbawa dari

pembangkit listrik, dan dalam waktu yang sama sedimen coarser-grained akan tertinggal

dekat tepat lepasan itu.

3.3 Hubungan PLTN dengan Kondisi Oseanografi

Rancang bangun PLTN mensyaratkan sumber air sebagai bagian tak terpisahkan

dari sistem kerjanya. Oleh sebab itu sebagai salah satu alternatifnya PLTN dibangun di

Page 14: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 379

tapak yang berdekatan dengan sumber air, misalnya dekat laut. Oleh karena itu pemilihan

lokasi tapak harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, misalnya dengan mengacu pada

IAEA Safety Standard DS 417 [3].

Salah satu kejadian eksternal yang mempengaruhi keselamatan reaktor yang turut

diperhitungkan adalah banjir. Pedoman yang lebih rinci evaluasi banjir telah tertuang dalam

IAEA Safety Standard DS 417 [3,4] (catatan Perka 5/2007 bukan spesifik banjir, Perka Bapeten

untuk banjir masih draf. Posisi Perka 5/2007 tidak sejajar dengan DS 417 tetapi setara dengan

NSR -3), jadi Perka Bapeten dihilangkan saja:. Kalau IAEA bukan peratutran tetapi

Pedoman. Data yang diperlukan untuk mengevaluasi bahaya banjir pada Tapak PLTN

termasuk dalam kelompok Data Tapak Pantai, sehingga data tersebut relevan dan akan

dievaluasi. Data tersebut diantaranya mencakup data hidrologi, data oseanografi dan

hidrografi, tingkat ketinggian air, potensi tsunami, data seismik dan geologi, badan air di

area yang salah satunya mencakup perairan pantai khususnya yang dapat mempengaruhi

banjir pada tapak terpilih[3,4].

Data oseanografi dan hidrografi yang relevan dikumpulkan untuk wilayah tapak

terpilih, meliputi: batimetri badan air, khususnya batimetri rinci dari area pantai dangkal

yang menghadap ke tapak reaktor, observasi gelombang dan swell, gelombang dan seiche,

run-up tsunami, arus pantai dan lain-lain.

Berikut adalah contoh efek lingkungan yang potensial dari PLTN terkait dengan

aspek oseanografi. Dalam pelaksanaan pembangunan dan operasi PLTN terdapat beberapa

hal yang harus dinilai: (i) perubahan lingkungan fisik dan kimia di habitat spesies termasuk

perubahan tanaman secara cepat akibat kondisi lingkungan; perubahan arah dan kecepatan

arus normal dari sumber air pendingin dan air penerima; endapan yang dihasilkan dari

konstruksi dan asupan dan debit air pendingin; perubahan akibat pengerukan dan

pembuangan yang berpotensi merusak garis pantai.

Guna mendukung semua rencana kegiatan pembangunan PLTN, maka perairan

pantai yang digunakan sebagai sumber air dan pemeliharaan air harus selalu memenuhi

persyaratan, baik parameter fisik, kimia dan biologi. Salah satu indikator penentu untuk

mengetahui kualitas perairan yang memenuhi persyaratan adalah nilai produktivitas

primer.

4. KESIMPULAN Berdasarkan data oseanografi yang dianalisis dapat disimpulkan :

Kualitas perairan Teluk Mengris dan sekitarnya masih dalam kondisi baik, terutama

terkait dengan kebutuhan air pendingin

Parameter oseanografi yang diteliti untuk evaluasi kelayakan tapak PLTN

mencakup arus, pasang surut, batimetri, gelombang, dan sedimentasi merupakan.

Data yang diperoleh merupakan informasi dasar untuk melaksanakan

perencanaan lanjut dalam evaluasi faktor eksternal tapak, seperti tsunami, banjir,

dispersi limbah termal maupun erosi dan banjir pantai.

DAFTAR PUSTAKA [1] ___________. Laporan Kegiatan Pra Survei Tapak PLTN di Babel. PPEN. BATAN Jakarta.

(2010).

[2] IAEA. “Site Evaluation for Nuclear Installation”. Safety Standards Series No. NS-R-3.

International Atomic Energy Agency. Wagramer Strasse 5, P.O. Box 100. A-1400

Vienna. Austria. 2003.

Page 15: [Jurnal] Analisis Ketersediaan Data Oseanografi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 380

[3] IAEA. “Meteorological and Hydrological Hazards in Site Evaluation for Nuclear Installations”.

DS 417. IAEA SAFETY STANDARDS. 2011.

[4] BAPETEN. ”Ketentuan Keselamatan Evaluasi Tapak Rektor Nuklir”. PERKA BAPETEN. No.

5 Tahun 2007.

[5] HENI SUSIATI. “Studi Rona Awal Lingkungan Pada Tahap Pra-Survei Tapak di Dua Daerah

Interes untuk PLTN di Pulau Bangka”. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan

Energi Nuklir IV. PPEN-BATAN. ISBN 1979-1208. Jakarta. Oktober 2011.

[6] KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Laut. Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 51, Jakarta. 2004.

[7] _______. “Ecology And Endangered Species Prepared For National Nuclear Energy Agency Of

Indonesia (Batan) ». West Bangka Final Topical Report - Year 1. Nuclear Power Plant

Siting Project at Bangka Island Bangka Belitung Province. December 2011.

[8] JUNE MELLAWATI, dkk. “Model Sebaran Limbah Panas di Sekitar Calon Lokasi Tapak

Potensial PLTN Babel”. Laporan Akhir Pelaksanaan Program Insentif Tahun 2011. SK.

Menristek No.: 77/M/Kp/II/2011. 2011.

[9] ASIKIN DJAMALI. "Potensi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Kepulauan

Bangka Belitung Untuk Mendukung Industri Perikanan Terpadu di Teluk Klabat”. Laporan

Akhir Kumulatif Kegiatan Program Kompetitif LIPI Tahun Anggaran 2007. Jakarta,

2007.

[10] _______, “Oceanographical Investigations For National Nuclear Energy Agency Of Indonesia

(Batan) ». West Bangka Final Topical Report - Year 1.Nuclear Power Plant Siting

Project at Bangka Island Bangka Belitung Province. December 2011.

[11] AMINI. “Analisis Spasial Sumberdaya Pesisir Kabupaten Bangka Barat untuk Pengembangan

Budidaya Perikanan”. Tesis Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Sekolah Pasca

Sarjana. IPB. Bogor. 2009.

[12] FIRMAN AGUS H., “Analisis Daerah Penangkapan Ikan Potensial di Perairan Selat Bangka

dan Sekitarnya”. Tesis Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Sekolah

Pasca Sarjana. IPB. Bogor. 2004.

[13] DONLON. C. J., MINNETT, P. J., GENTEMANN, C., NIGHTINGALE, T. J., BARTON,

I. J., WARD, B., et al., “Toward improved validation of satellite sea surface skin temperature

measurements for climate research”. Journal of Climate, 2002.

[14] ALSAFFAR, A. & Y. Zheng. “Coastal Cooling Water Intake Sedimentation Challenges and

Resolutions”. USA. 2006.

[15] VEIL, J.A., “Use of Reclaimed Water for Power Plant Cooling”. Environmental Science

Division. Argonne National Laboratory. Canada. 2007.