Lap. Kkl Oseanografi
-
Upload
dodik-prasetyo-prabowo -
Category
Documents
-
view
153 -
download
3
Transcript of Lap. Kkl Oseanografi
Abstrak
Kawasan pesisir adalah suatu kawasan yang labil dan mudah
mengalami perubahan, karena merupakan tempat bertemunya daratan
dan lautan, dimana garis pertemuan tersebut dinamakan dengan garis
pantai. Dari garis pantai inilah kita dapat menentukan batas administrasi
suatu wilayah, dari sini dapat dipastikan pentingnya peranan dari garis
pantai tersebut, sedangkan garis pantai sendiri sangat mudah berubah,
sehingga perlu adanya penelitian secara berkala mengenai batas garis
pantai tersebut. Kawasan pesesir jawa bagian selatan khususnya pada
pantai Ngliyep adalah salah satu kawasan pesisir yang perlu dikaji
mengenai garis pantai dan tutupan lahannya, karena wilayah pesisir
sendiri banyak dimanfaatkan baik untuk industri, pariwisata dan
pembangunan, sehingga dapat memicu perubahan garis pantai beserta
tutupan lahan di wilayah tersebut. Perubahan garis pantai secara rinci dari
waktu ke waktu dapat diketahui bila tersedia peta dan data yang lengkap.
Bila data dan peta ini dibuat dengan melakukan pengukuran terestris
akan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Untuk mengatasi
hal tersebut dilakukan pendekatan dengan menggunakan sistem
pengindeaan jauh, yaitu dengan menggunakan citra satelit Landsat, jadi
dengan menggunakan proses interpretasi dan klasifikasi maka dapat
membuktikan terjadinya perubahan garis pantai dikawasan pesisir
tersebut. Hasil dari proses penginderaan jauh tersebut adalah sebuah peta
yang memuat informasi mengenai perubahan baik garis pantai kawasan
pesisir pantai Ngliyep. Setelah mengetahui ada perubahan garis pantai
langkah selanjutnya adalah mengetahui faktor yang memengaruhi
perubahan garis pantai.
Kata kunci: Pantai Ngliyep, Perubahan garis pantai, faktor penyebab perubahan
garis pantai.
Kata Pengantar
Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah (Bambang Triatmojo). Garis pantai adalah garis
batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan
dapat berubah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.
Perubahan garis pantai disebabkan oleh faktor alam atau faktor manusia. Faktor
alam diantaranya gelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi sungai, kondisi
tumbuhan pantai serta aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan faktor manusia
antara lain pembangunan pelabuhan dan fasilitas-fasilitasnya (misalnya
breakwater), pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan,
perlindungan pantai serta reklamasi pantai.
Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu
menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut
merupakan tanggapan dinamis alami terhadap laut. Proses dinamis pantai sangat
dipengaruhi oleh littoral transport, yang didefinisikan sebagai gerak sedimen di
daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu transpor sepanjang pantai (longshore
transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Material
pasir yang ditranspor disebut dengan littoral drift. Transpor tegak lurus pantai
terutama ditentukan oleh kemiringan gelombang, ukuran sedimen dan kemiringan
pantai. Pada umumnya gelombang dengan kemiringan besar menggerakkan
material kearah laut (abrasi), dan gelombang kecil dengan periode panjang
menggerakkan material kearah darat (akresi).
Garis pantai terletak di kawasan pantai yang Mempunyai beberapa
ekosistem tersendiri dimana setiap kehidupan pantai saling berkaitan antara satu
sama lain, antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya saling mempunyai
keterkaitan serta berbagai fungsi yang kadang–kadang saling menguntungkan
maupun merugikan. Oleh karena itu, kawasan pantai merupakan satu kawasan
yang sangat dinamik begitu pula dengan garis pantainya. Perubahan terhadap
garis pantai adalah satu proses tanpa henti (terus menerus) melalui proses baik
pengikisan (abrasi) maupun penambahan (akresi) pantai yang diakibatkan oleh
pergerakan sedimen, arus susur pantai (longshore current), gelombang dan
penggunaan tanah .Perubahan pada garis pantai yang diakibatkan oleh faktor-
faktor tersebut dapat menunjukkan kecenderungan perubahan garis pantai yang
mengarah kedaratan atau bertambah (menjorokkelaut).
Perubahan garis pantai tersebut dapat dipantau menggunakan teknologi
satelit penginderaan jauh, secara multi temporal. Teknologi penginderaan jauh
adalah teknik atau seni yang berlandaskan pada penggunaan gelombang
elektromagnetik. Teknologi untuk melihat perubahan garis pantai. Dengan
menggabungkan hasil analisa citra secara multitemporal dan pengetahuan pakar,
proses perubahan garis pantai tersebut dapat diukur atau diamati secara detail.
Pantai pada daerah jawa bagaian utara merupakan pantai endapan atau ada
pengaruh dari bentukan aluvial karena banyak sungai-sungai besar yang mengarah
pada pesisir jawa bagian utara. Sedangkan pantai jawa bagian selatan banyak
terjadi erosi dan kerusakan yang disebabkan oleh beberapa faktor yang
memengaruhi. Begitu pula pantai Ngliyep di Kecamatan Donomulyo Kabupaten
Malang.
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar lannya
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai batas antara daratan dan laut, pantai mempunyai bentuk yang
bervariasi dan dapat berubah dari musim ke musim . Pengertian pantai menurut
“A Modern Dictionary Of Geography” ( Small and Witherick, 1986) adalah
akumulasi pasir atau bahan lain yang terletak antara titik tertinggi yang dicapai
oleh ombak besar dan garis surut terendah suatu laut. Secara khusus Baker and
Kaeoniam ( 1985) menyatakan bahwa pantai adalah area geografis dimana faktor-
faktor darat dan laut bercampur dan mempentuk bentang lahan dan ekosistem
yang unik.
Menurut Sutikno (2000) batas wilayah pantai ke arah darat adalah batas
pasang surut, vegetasi suka air, intrusi air laut ke dalam air tanah dan konsentrasi
ekonomi bahari ; sedangkan ke arah laut dibatasi oleh garis pecahan gelombang
dan pengaruh aktifitas manusia di darat. Kegiatan yang dilaksanakan di daerah
aliran sungai yang mengakibatkan proses erosi dan deposisi mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap lingkungan ekosistem pantai.
Di surf zone atau daerah antara garis pantai sampai gelombang pecah
terjadi interaksi dinamis antara gelombang pecah dan arus atau air dan material
sedimen. Air yang bergerak membawa material dari tempat satu ke tempat lain
mengikis sedimen dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat lain akan
memnimbulkan perubahan garis pantai. Pantai selalu menyesuaikan bentuk
profilnya sedemikian sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang
datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan tanggapan pantai dinamis alami
pantai terhadap lautb. Jika pada bagian dari pantai mengalami erosi, material yang
terbawa arus akan diendapkan di bagian lain yang lebih tenang, seperti muara
sungai, teluk dan sebagainya. Sehingga menyebabkan terjadinya sedimentasi di
daerah tersebut. Untuk menanggulangi erosi dan sedimentasi di pantai, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah mencari penyebabnya. Dengan mengetahui
penyebabnya, selanjutnya dapat ditentukan cara penanggulangannya. Salah satu
penyebab terjadinya kerusakan pantai adalah kerentanan pantai itu sendiri untuk
mengalami kerusakan. Mencari penyebab perubahan garis pantai dapat dilakukan
dengan analisa mengenai proses pantai yang terjadi. Yaitu dengan mempelajari
interaksi antar sub-sistem dari sistem pantai. Interaksi antara aspek oseanografi
akan menimbulkan persoalan morfologi atau perubahan garis pantai.
Ketika gelombang menjalar pada permukaan air di daerah pantai dengan
kedalaman yang bervariasi, maka tinggi gelombang, panjang gelombang, dan arah
rambatnya akan berubah secara drastik karena kombinasi efek dari refraksi dan
defraksi. Jika gelombang melewati pantai yang merupakan dinding (mendekati)
vertikal tanpa perubahan kedalaman maka gelombang akan mengalami refleksi.
Karena flux energi gelombang konstan dan terjadi gesekan dengan dasar laut,
maka tinggi gelombang akan naik sehingga terjadi shoaling. Jika gelombang
mendekati pantai dengan menyudut, akan terjadi perbedaan kecepatan penjalaran
pada puncak-puncak gelombang dari dua ortogonal gelombang yang
berdekatan,sehingga penjalaran gelombang akan membelok, maka akan terjadi
refraksi. Jika gelombang melewati penghalang akan terjadi perbedaan gelombang
di belakang penghalang dan di depannya sehingga terjadi difraksi. Jika dasar laut
sangat dangkal maka gelombang tidak lama akan eksis karena akan pecah.
Gelombang yang pecah sebagian akan ditranfer menjadi arus. Jika arus mengalir
cukup kuat, maka akan sanggup mengikis dan membawa material pantai sehingga
akan terjadi erosi. Jika kekuatan arus berkurang maka material yang terbawa arus
akan diendapkan sehingga timbul sedimentasi.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di pantai Ngliyep Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang, berikut ini adalah lokasi penelitian:
Gambar 1. Lokasi Penelitian. (Sumber: http://artikel-luarbiasa.blogspot.com/2012/05/pantai-ngliyep-malang.html)
2.2. Alat dan Bahan
Citra Landsat 7 ETM+ Peta Rupa Bumi Indonesia Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 1954 Meteran Yalon Abney level Palu Geologi HCl Peta Geologi
2.3. Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini adalah :
Berikut ini penjelasan diagram alir penelitian tersebut :1. Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembuatan peta perubahan garis pantai di sepanjang kawasan pesisir pantai Ngliyep dan seberapa besar perubahan garis pantai serta faktor apa yang menyebabkan perubahan garis pantai di pantai Ngliyep.
2. Studi LiteraturBertujuan untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan
Oseanografi, Penginderaan Jauh, keadaan di kawasan pesisir dan literatur lain yang mendukung baik dari buku, jurnal, majalah, media masa, internet dan lain-lain.
3. Studi LapanganStudi lapangan bertujuan untuk melakukan pengukuran dan keadaan atau
kondisi pantai guna mencari faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai,
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Studi Lapangan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa
Penyusunan Laporan
4. Pengumpulan DataPengumpulan data yaitu data citra Landsat untuk tahun 1994, 2002 dan
2009 beserta data pengukuran dan cek lapangan.
5. Pengolahan DataPada tahapan ini dilakukan pengolahan dari data-data yang telah diambil
dari lapangan dan data penunjang lainnya dengan menggunakan metode Multitemporal.
6. Penyusunan LaporanPenyusunan laporan merupakan tahap akhir dari peneltian Tugas Akhir ini.
Berikut ini tahap dalam pengolahan data:
Penjelasan Diagram alir pengolahan data.
Peta RBI tahun 1954 Citra Satelit Landsat 7 ETM +
Deliniasi Garis Pantai
Peta Garis Pantai Ngliyep tahun 1954
Peta Garis Pantai Ngliyep tahun 1999
Peta perubahan garis pantai Ngliyep
Hasil Cek Lapangan
Faktor Penyebab Perubahan Garis Pantai
1. Tahap pertama adalah deliniasi garis pantai Ngliyep pada peta RBI dan citra Landsat 7 ETM + dengan menggunakan software ArcGis 9.32. Kemudian data citra tersebut dirubah dalam format *jpg3. Dalam software ER Mapper dilakukan pengolahan sebagai berikut :- Membuat kombinasi band 5-4-2 (true color) agar kenampakan dari obyek garis pantai dan tutupan lahan menjadi jelas, juga dilakukan contrast enhancement.- Koreksi geometrik digunakan untuk memperoleh koordinat citra yang mendekati koordinat sebenarnya dipermukaan bumi, hal ini dilakukan dengan acuan peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) skala 1 : 25000, citra terkoreksi, dan GCP sebagai data pelengkap dengan asumsi nilai RMS (Rate Mean Square) < 1.00 pixel- Proses pemotongan citra dimaksudkan untuk mengecilkan area penelitian, dalam hal ini pembagiannya berdasarkan batas kecamatan, dengan acuan peta batas kecamatan.- Berikutnya proses Deliniasi Garis Pantai, digunakan metode masking, yaitu dengan menggunakan perbandingan antar band dengan algoritma sebagai berikut : If( 0 > i1 /i2 >1 ) if in region Dimana i1 diisi dengan band 4, dan i2 diisi dengan band 1,juga digunakan kombinasi band 7-5-4.- Kemudian pada proses klasifikasi, dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) Dengan jenis kelas tutupan lahan yaitu : Badan air, lahan kosong, lahan terbuka, perairan, sawah, bakau, dan pemukiman4. Setelah dilakukan proses editing dari software ER Mapper 7.0, maka dilakukan proses import data citra ke dalam software Arcview 3.3, dengan proses – proses sebagai berikut :- Proses import data perubahan garis pantai kedalam software Arcview- Kemudian dilakukan proses overlay, dari dijitasi pada citra satelit Landsat tahun 1993 dan 2000 dengan citra Landsat 7 TM tahun 2009, sehingga diketahui perubahan yang terjadi pada garis pantai dan tutupan lahan daerah pesisir kota Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo- Setelah dilakukan proses overlay, dan mendapatkan perubahan garis pantai serta perubahan tutupan lahan, maka proses berikutnya adalah pembuatan muka peta danlegenda dari kedua peta tersebut.
BAB III
HASIL PENELITIAN
DATA LITOLOGI
No Nama Objek HCL(Kandungan Kapur)
H2O2
(Kandungan Bahan Organik)
PH
1. Tebing Batu Karang
+ (Banyak) - 8
PERIODE GELOMBANG (T)
No Waktu No Waktu1. 00.00.11.1 6. 00.00.15.52. 00.00.16.6 7. 00.00.19.63. 00.00.14.4 8. 00.00.11.04. 00.00.14.0 9. 00.00.25.75. 00.00.15.4 10. 00.00.13.8
PENGUKURAN HIGROBAROMETER
No Pukul Suhu Laut Suhu Udara Tekanan Kelembaban1. 11.00 30,5 ºC 31,5 ºC 1004 mbar 80 %2. 12.00 30,5 ˚C 33 ºC 1004 mbar 57 %3. 13.00 31 ºC 37 ºC 1004 mbar 48 %4. 14.00 31 ºC 37 ºC 1009 mbar 55 %5. 15.00 30 ºC 39 ºC 1009 mbar 49 %
PENGUKURAN SUDUT PASANG
No. Titik Pengamatan Arah Besaran Sudut1. Elevasi 1 Samping (utara) 310°
Depan (sejajara garis pantai)
240°
Back Azimuth2. Elevasi 2 Samping (utara)
Depan (sejajara garis pantai)Back Azimuth
3. Elevasi 3 Samping (utara) 106°Depan (sejajara garis pantai)
160°
Back Azimuth 286°
PENGUKURAN SUDUT LERENG GISIK
No. Lokasi Panjang Sudut Elevasi1 I 13,4 m 10°3”2 II 8,3 m 5°3 III 13,9 m 1°52”4 IV 12 m -2°2”5 V 4,1 m -10°1”6 VI 7,5 m 4°3”7 VII 50 m 1°2”
PENGUKURAN VOLUME SWASH DAN BACK SWASH
NoSwash
Titik II Titik III1 100 3602 100 1003 50 1004 100 7005 100 3006 50 7507 20 1008 50 8009 30 12510 20 100Rata 62
NoBack Swash
Titik II Titik III1 175 1002 175 503 100 754 175 2255 100 1506 50 3607 40 508 100 3009 50 5010 50 150Rata
Tangga
l
No Stasiun
Lokasi Kecepatan
angin (m/dt)
Periode
Gelomban
g(dt)
Sudut
Lereng
Gisik(β)
Sudut
Datang Empasan
Suhu (˚C) VolumeSampel
Air
U2 U10
U Udara
Laut
waktu
Swash
Back Swash
Air Laut
Air Tawar
1,67
- 11,1 10°3”
10°3”
31,5
30,5
11.00
360
100
1,48
16,6 5° 5° 33 30,5
12.00
100
50
0,93
14,4 1°52”
1°52”
37 31
13.00
100
75
0,74
14 -2°2
”
-2°2”
37 31
14.00
700
225
1,11
15,4 -10°1”
-10°1”
39 30
15.00
300
150
1,1115,5 4°3
”4°3” 75
0360
19,6 1°2”
1°2” 100
50
11 800
300
25,7 125
50
13,8 100
150
Jumlah 157,1 177,
15
5 3Rata-Rata 1,173
33333
15,71 35,5
30,6
TABEL PENGUKURAN DATA LAPANGAN
TABEL PERHITUNGAN PARAMETER GELOMBANG
No
U10 Suhu Koef Koreksi
suhu (RT)
Koef koreksi angin darat
Kec Angin terkoreksi
Tinggi Gelombang
Panjang Gel Kecepatan Gel
Energi Gel Tinggi gel pecah
U2x1,258 Δ Ta - Ts Grafik Grafik U=RT x RL x U10 (H0=0,0314 U2) (L0=1,56T2) C0=156T E=(ρġ H03L0)/8 Hb=0,39xg0,2 x (T.H0)0,4
1,476053 4,9 0,97 1,9 2,720366293 0,232372333 385,0144 24,5076 6065,829198 0,850970904
Sifat Gelombang : Destruktif H0/Lo ≥0,025 Tipe gelombang pecah: B0= H0/L0 Tan2β Transpor Sedimen: Qs = 1290 P1 m3/th
Konstruktif H0/L0 ≥ 0,025 B0 ≥4,8 spiling breakers Qs =3,534 P1 m3/hari
0,09 < B0 < 4,8 plunging breakers
B0 ≤ 0,09 surging breakers
Keterangan:
β sudut lereng gisik
α sudut datang gelombang pecah
TABEL DATA THEODOLIT untuk pembuatan profil
Lokasi
Tinggi Sudut Vertikal
Sudut Horizontal
Tinggi Alat
Jarak mirin
g
Beda Tinggi (BT)
PLOT
1. CA CT CB1. 17
2158
144
95.33.20
172.03.30
148 cm
49 S 0656595
UTM 9073128
2. 166
152
140
95.33.10
133.22.10
148 cm
49 S 0656570
UTM 9073114
3. 420
394
376
92.17.00
295.29.40
148 cm
49 S 0655657
6UTM
90731274. 18
2156
130
92.17.10
310.25.00
148 cm
49 S 0656567
UTM 9073147
5. 106
50 8 92.17.00
312.56.30
148 cm
49 S 0656559
UTM 9073160
6. 206
162
120
90.23.30
319.54.10
148 cm
49 S 0656535
UTM 9073187
7. 108
60 30 90.01.00
320.13.30
148 cm
49 S 0656544
UTM 9073192
8. 136
108
76 90.01.00
320.17.00
148 cm
49 S 0656557
UTM 9073194
9. 162
140
118
90.01.00
315.44.50
148 cm
49 S 0656568
UTM 9073174
10. 22 21 19 90.06.0 316.00.4 148 49 S
2 0 8 0 0 cm 0656569UTM
907316211. 22
2214
208
93.56.40
280.54.00
148 cm
49 S 0656577
UTM 9073145
12. 190
180
170
93.56.40
247.24.30
148 cm
49 S 0656582
UTM 9073131
13. 126
118
108
93.55.10
242.06.00
148 cm
49 S 0656579
UTM 9073121
14. 56 48 38 93.55.00
67.32.10 148 cm
49 S 0656586
UTM 9073120
15. 164
140
116
90.36.10
46.56.20 148 cm
49 S 0656514
UTM 9073130
16. 122
92 62 90.36.10
79.47.50 148 cm
49 S 0656643
UTM 9073149
17. 240
80 18 90.36.10
80.37.40 148 cm
49 S 0656644
UTM 9073167
18. 136
74 12 90.36.10
89.47.00 148 cm
49 S 0656717
UTM 9073154
19. 130
80 32 90.36.10
90.04.30 148 cm
49 S 0656722
UTM 9073134
20. 168
140
112
90.35.00
105.45.30
148 cm
49 S 0656697
UTM 9073129
21. 178
162
146
90.33.00
120.04.30
148 cm
49 S 0656651
UTM 9073117
22. 19 18 17 90.30.0 121.41.1 148 49 S
6 9 8 0 0 cm 0656641UTM
907312123. 13
4128
122
90.30.00
35.23.30 148 cm
49 S 0656616
UTM 9073120
24. 116
104
90 90.30.00
35.47.30 148 cm
49 S 0656604
UTM 9073132
25. 156
132
106
90.29.00
43.24.50 148 cm
49 S 0656602
UTM 9073143
26. 96 86 76 90.27.40
351.24.10
148 cm
49 S 0656613
UTM 9073145
BAB IV
PEMBAHASAN
Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu
sejalan dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang, angin, pasang
surut dan arus serta sedimentasi daerah delta sungai. Perubahan garis pantai juga
terjadi akibat gangguan ekosistim pantai seperti pembuatan tanggul dan kanal
serta bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai. Hutan bakau sebagai
penyangga pantai banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah
pertambakan, hunian, industri dan daerah reklamasi yang mengakibatkan
terjadinya perubahan garis pantai.
Perubahan garis pantai Ngliyep kemungkinan akan menyebabkan
terbentuknya beberapa sumenanjung dan teluk yang diperlihatkan adanya
pergerakan maju (progradasi) dan abrasi. Dimana proses abrasi di wilayah pesisir
pada umumnya mempunyai dampak negatif, karena mengakibatkan lahan menjadi
berkurang, sedangkan pantai akresi mempunyai dampak positif dan negatif.
Pada peta perubahan garis pantai yang dianalisis juga menunjukkan adanya kaitan
antara faktor alam dan tingkah laku manusia setempat sebagai penyebab
terjadinya perubahan garis pantai (abrasi dan akresi). Selain itu batuannya yang
tergolong batuan kapur sehingga sangat rentan dengan abrasi. Dimana pada
gelombang yang tinggi juga menyebabkan batuan tersebut sangat mudah diabrasi.
Kondisi pantai abrasi dan pantai akresi di daerah pesisir Ngliyep pantainya
ditempati oleh alluvium, hal ini disebabkan oleh adanya sungai yang bermuara di
daerah penelitian. Selain itu dilihat dari data swash yang lebih kebil dari back
swash menandakan bahwa pantai Ngliyep sangat rentan terhadap erosi garis
pantai yang dapat merubah garis pantainya.
Namun disisi lain berdasarkan perhitunan gelombang, tipe gelombang
yang ada pantai Ngliyep tergolong gelombang konstruktif. Hal ini disebabkan
oleh tipe pantainya yang berbentuk teluk sehingga ada pengaruh dari defraksi
gelombang. Energi gelombang yang datang sebenarnya besar, namun karena
adanya pengaruh defraksi gelombang, gelombang yang datang akan tersebar
kesegala arah akibat benturan dari tebing teluk. Kondisi ini akan menyebabkan
gelombang yang datang akan tersebar kesegala arah sehingga mengurangi energi
gelombang dan menambah panjang gelombang. Hal ini juga mempengaruhi
volume back swash dan swash. Dimana pantai yang berbentuk teluk akan
menyebabkan material yang terbawa oleh gelombang lebih kecil dengan dari pada
material yang kembali ke pantai. Hal ini disebabkan oleh material yang terbawa
oleh ombak akan terhalang oleh bentuk pantai yang teluk sehingga material
tersebut akan terbawa ombak menuju shoreline. Sehingga pada pantai Ngliyep
bersifat akresi.
BAB V PENUTUP
Daftar Rujukan
Taufiqurrohman.2012. ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN GARIS PANTAI DI
PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT. (Jurnal
Penelitian)
Anonim. Tanpa Tahun. Perencanaan Perlindungan Pantai Kendal. (Tugas Akhir)
Anonim. Tanpa Tahun. Pembangunan Bangunan Pengaman Di Daerah Mundu-
Balongan. (Laporan Tugas Akhir)
Wahyudi. 2009. Analisa Kerentanan Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Utara
Jawa Timur. (Jurnal Penelitian)
Muryani, 2010. Analisis Perubahan Garis Panatai Menggunakan SIG Serta
Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Muara
Sungai Rejoso Kebupaten Pasuruan. (Jurnal Penelitian)
Anonim. 2012. Pantai Ngliyep Malang. (Online). (http://artikel-
luarbiasa.blogspot.com/2012/05/pantai-ngliyep-malang.html)
Dayat. 2011. Abrasi Dan Sedimentasi Pantai.(Online)http://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/abrasi-dan-sedimetasi-pantai.html
Hanafi, Mustafa. Tanpa Tahun. Studi Perubahan Garis Pantai Kaitannya Dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir Indramayu Jawa Jarat.(Online) ( Diakses pada tanggal 16 Mei 2013)
Lampiran-Lampiran