Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas...
Transcript of Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas...
Volume I : Nomor 1, Juni 2016 ISSN. 2460-7045
`
Jurnal Akuntansi Dan Bisnis
Unsurya
REKSADANA SAHAM : METODE ALTERNATIF INVESTASI REKSADANA PADA 5 MANAJER INVESTASI DENGAN KELOLAAN TERBESAR DI INDONESIA PERIODE 2006 -2015 Dedi Wibowo san Sandi Nugraha Sutanto
ANALISIS FINANCIAL DISTRES DENGAN PENDEKATAN ALTMAN Z-SCORE PADA PT. BUMI RESOURCES Tbk PERIODE 2010 - 2014 Tutik Siswanti dan Budira Gulo
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMELS SEBAGAI ALAT UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Pratiwi Prima Eka Boru Situmorang ANALISIS PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DENGAN METODE VARIABLE COSTING DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD. MEKARSARI Tutik Siswanti ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH SEBELUM PAJAK DAN TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tutik Siswanti dan Kharima
PENERBIT : FAKULTAS EKONOMI-UNSURYA
Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya
Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN. 2460-7045
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
PENANGGUNG JAWAB Dekan Fakultas Ekonomi
PIMPINAN REDAKSI Tutik Siswanti, SE, MSi
ANGGOTA REDAKSI Gumelar Hidayat, SE, MM
Kurniawan Yuli Asmoro, SE, Ak, MSi Drs. Suparman, SE, Ak, MM, CA, CPA
Pratiwi P.E. Boru Situmorang, SE, Ak, M.Ak
Desain/Layout Dian Wijayanti, SE
SEKRETARIAT Rita Intan Permatasari, S.TP, MM
ALAMAT REDAKSI
Fakultas Ekonomi - Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma
Jl. Angkasa Komplek Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur – 13610
Tilp. (021) 80880031 Fax. (021) 80880030, e-mail : [email protected]
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
karunia hidayah dan Ridho-Nya kepada tim redaksi, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan jurnal Akuntansi dan Bisnis Unsurya Volume I, No. I , Juni 2016.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis Unsurya, merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas
Ekonomi, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (UNSURYA). Jurnal ini
diterbitkan secara berkala setahun 2 (dua) kali, yaitu bulan Juni dan bulan Januari.
Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil tulisan ilmiah dalam
bidang akuntansi dan bisnis, baik dari hasil penelitian maupun tulisan ilmiah berdasarkan
studi pustaka. Selain itu dengan diterbitkan jurnal ini, maka dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan permasalahan serta penyelesaianya dalam
bidang akuntansi dan bisnis.
Pada kesempatan ini tim redaksi juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
memberikan kontribusi, khususnya bagi penulis sehingga tersusunya jurnal ini dengan
baik.
Redaksi Jurnal Akuntansi dan Bisnis Unsurya juga menerima kiriman artikel dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris yang belum pernah dipublikasikan dalam jurnal lainnya.
Akhir kata, mudah-mudahan jurnal ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Jakarta, Juni 2016
Ketua Tim Redaksi
Tutik Siswanti, SE, MSi
DAFTAR ISI
Reksadana Saham : Metode Alternatif Investasi Reksadana pada 5 Manajer
Investasi dengan Kelolaan Terbesar di Indonesia periode 2006 - 2015…………………..1
Analisis Financial Distress dengan Pendekatan Altman Z-Score pada PT. Bumi
Resources Tbk periode 210 – 2014………………………………………………..……..16
Analisis Laporan Keuangan dengan menggunakan Rasio Camels sebagai
Alat untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Bank Umum yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………25
Analisis Perbandingan Metode Full Costing dengan Metode Variable
Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi pada UD. Mekarsari ………………..44
Analisis Pengaruh Laba Bersih Sebelum Pajak dan Total Aset Terhadap
Return On Assets (ROA) pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia………………………………………………………………….………..59
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
1
REKSA DANA SAHAM: METODE ALTERNATIF INVESTASI REKSA DANA SAHAM
PADA 5 MANAJER INVESTASI DENGAN KELOLAAN TERBESAR DI INDONESIA PERIODE 2006-2015
Dedi Wibowo dan Sandi Nugraha Sutanto
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti metode investasi manakah yang akan memberikan tingkat imbal hasil yang lebih baik diantara metode lump sum dan metode dollar-cost averaging. Penelitian ini juga meneliti apakah metode dollar-cost averaging dapat dimodifikasi dengan cara menggunakan kinerja IHSG dan/atau nilai tukar USD/IDR sebagai penentuan waktu investasi untuk menghasilkan imbal hasil yang lebih baik. Dari hasil pengujian backtesting, jika mempertimbangkan faktor time value of money, metode dollar-cost averaging akan memberikan tingkat imbal hasil yang lebih baik daripada metode lump sum untuk periode investasi 5, 8 dan 10 tahun.
Kata Kunci: backtesting, dollar-cost averaging, lump sum, mutual fund,
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Prinsip investasi adalah
mengorbankan sesuatu saat ini dengan
ekspektasi mendapatkan sesuatu dari
pengorbanan tersebut di masa yang akan
datang (Bodie, Kane, dan Marcus,
2013).proses investasi berdasarkan aktivitas
investor dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
asset allocation yang merupakan aktivitas
alokasi atau pembagian suatu portofolio ke
dalam beberapa jenis asetdan security
selection yang merupakan aktivitas
pemilihan aset spesifik di suatu jenis aset
(Bodie, Kane, dan Marcus, 2013). Konsep
Asset allocation dan security selection
secara mudah dapat dilakukan oleh
investor yang berpengalaman, namun akan
sulit dilakukan oleh investor awam.
Produk reksa dana yang merupakan
salah satu produk pasar modal dapat
digunakan sebagai solusi. Reksa dana
merupakan produk yang dikelola secara
profesional oleh Manajer Investasi yang
berbadan hukum (Nurjanah, 2015).
Manajer investasi tersebut memiliki tenaga
kerja profesional yang menganalisis kinerja
produk pasar modal dan aset finansial
untuk dikombinasikan menjadi suatu
portofolio. Karakteristik portofolio di
implementasikan dalam bentuk
diversifikasi/membagi risiko ke dalam
beberapa jenis aset finansial dengan tujuan
memperoleh return yang optimal. Dengan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
2
kata lain, Manajer investasi akan
melakukan aktivitas asset allocation dan
security selection untuk investor.
Secara umum ada 4 metode investasi
yang dapat digunakan yaitu lump sum
investing, buy and hold strategy, value
averaging dan dollar-cost averaging
(Leggio & Lien, 2001). Lump sum investing
mengharuskan investor untuk menanamkan
dana yang dimiliki secara sekaligus pada
satu titik waktu. Keuntungan dari metode
ini adalah investor menentukan alokasi aset
yang optimal, membeli aset tersebut dan
segara mendapatkan imbal hasil dari
investasi yang dilakukan. Kelemahan dari
metode ini adalah ada kemungkinan
investor memilih waktu yang kurang tepat
dalam menanamkan dananya ketika pasar
sedang tinggi. Buy and hold strategy
menggunakan pembagian alokasi aset ke
dalam aset yang lebih berisiko dan aset
yang lebih aman. Kelebihan dari metode ini
adalah investor dapat menentukan di awal
estimasi imbal hasil yang diinginkan.
Kelemahan dari metode ini adalah ada
kemungkinan kesalahan alokasi aset seiring
dengan meningkatnya risiko aset dan
ekspektasi imbal hasil.
Value averaging memberikan
kesempatan bagi investor untuk mengambil
keuntungan dari fluktuasi harga yang
terjadi, menambah porsi dana ketika harga
rendah dan mengurangi porsi dana ketika
harga tinggi. Metode ini cocok digunakan
untuk produk yang berfluktuasi. Kelemahan
dari metode ini adalah investor harus
disiplin dalam melaksanakannya dan
menyiapkan dana untuk menambah porsi
investasi ketika harga rendah. Dollar-cost
averaging mengharuskan investor untuk
menanamkan dana dalam jumlah yang
sama secara regular dalam waktu yang
ditentukan di awal. Kelebihan dari metode
ini adalah sederhana, tidak memerlukan
partisipasi aktif dari investor dan
membutuhkan biaya yang lebih kecil
daripada investasi dengan pengelolaan aktif
untuk rebalancing. Kelemahan dari metode
ini berdasarkan beberapa penelitian yang
dilakukan adalah tidak optimalnya imbal
hasil jika dibandingkan dengan metode
yang lain.Metode investasi yang digunakan
dalam industri reksa dana di Indonesia
hanya 2 (Rudiyanto, 2015), yaitu lump sum
dan dollar-cost averaging. Dengan
pertimbangan karakteristik yang berbeda
antara lump sum dan dollar-cost averaging
serta didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Dunham dan Friesen
(2012), penelitian ini menggunakan asumsi
bahwa metode dollar-cost averaging dapat
ditingkatkan kinerjanya. Perbedaan antara
penelitian yang dilakukan oleh Peneliti
dengan penelitian Dunham dan Friesen
(2012) adalah Peneliti akan menggunakan
faktor makro ekonomi sebagai penentuan
waktu investasi sehingga dapat diperoleh
imbal hasil yang lebih optimal. Penggunaan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
3
faktor makro ekonomi ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Jank (2012)
dimana ditemukan adanya reaksi investor
reksa dana terhadap info makro ekonomi.
Dari beberapa faktor makro ekonomi dan
pasar modal yang ada, Peneliti akan
menggunakan Indeks Harga Saham
Gabungan dan Nilai Tukar USD/IDR untuk
menentukan waktu investasi. Pemilihan 2
faktor ini didukung oleh penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya oleh Prasthiwi
(2008), Suwito (2012) dan Amalia (2015)
yang menemukan bahwa Indeks Harga
Saham Gabungan dan Nilai Tukar
USD/IDR berpengaruh pada return reksa
dana saham. Penelitian yang dilakukan oleh
Octavianus (2014) menginformasikan
adanya penggunaan data makro ekonomi
oleh investor dalam melakukan timing
investasi.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari penjabaran latar belakang di
atas, maka dua permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah metode dollar-cost averaging
memberikan kinerja imbal hasil yang
lebih kecil atau lebih besar jika
dibandingkan metode lump sum pada
beberapa pilihan jangka waktu investasi
(1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, 8 tahun dan
10 tahun) dengan menggunakan
backtesting?
2. Apakah metode dollar-cost averaging
dapat ditingkatkan imbal hasilnya
dengan cara menambahkan faktor
variabel makro ekonomi berupa Indeks
Harga Saham Gabungan dan/atau Nilai
Tukar USD/IDR dalam pengambilan
keputusan kapan investasi dilakukan?
2. LANDASAN TEORI
Berdasarkan tipe investor dan
peluang untuk jual kembali, terdapat dua
jenis reksa dana (Nurjanah, 2015):
1. Close-Ended Funds atau reksa dana
tertutup dimana reksa dana ini hanya
bisa ditransaksikan pada jangka waktu
yang telah ditentukan sebelumnya. Jika
tidak ada waktu khusus untuk penjualan
kembali, maka investor harus
memegang sampai dengan jatuh tempo.
Pada reksa dana tertutup tidak
dimungkinkan untuk terjadi
penambahan jumlah investor dan ada
tanggal jatuh temponya.
2. Open-Ended Funds atau reksa dana
terbuka dimana investor dapat
mentransaksikan reksa dana pada setiap
hari kerja bursa. Investor bebas untuk
beli dan jual sesuai keputusan masing-
masing. Dari segi jumlah investor, tidak
ada batasan dalam artian jumlah bisa
bertambah dan berkurang seiring dengan
usia reksa dana tersebut.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
4
Dilihat dari portfolio investasinya,
Reksa Dana dapat dibedakan menjadi
(ww.idx.co.id):
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market
Funds)
Reksa Dana jenis ini hanya melakukan
investasi pada Efek bersifat Utang
dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu)
tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga
likuiditas dan pemeliharaan modal.
Instrumen investasi ditempatkan, antara
lain pada deposito berjangka (Time
Deposit), sertifikat deposito (certificate
of deposit), Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), dan Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU). Efek bersifat utang dengan
jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun
akan memiliki tingkat risiko yang
rendah sehingga tingkat pengembalian
yang dihasilkan juga akan rendah. Reksa
dana pasar uang mungkin cocok
ditawarkan untuk investor dengan
horizon investasi pendek hingga
menengah.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed
Income Funds)
Reksa dana jenis ini melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari
asetnya dalam bentuk efek bersifat surat
utang seperti obligasi yang diterbitkan
oleh pemerintah maupun korporasi baik
swasta maupun BUMN. Jenis reksa
dana ini mengandalkan penghasilannya
dari kupon yang didapatkan dari
obligasi. Umumnya instrumen efek yang
digunakan oleh Manajer Investasi
adalah instrumen yang diterbitkan oleh
Pemerintah dalam bentuk obligasi dan
juga obligasi korporasi dengan rating
yang layak investasi. Reksa dana
pendapatan tetap memiliki risiko yang
relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar
Uang. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan tingkat pengembalian
yang stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari asetnya
dalam bentuk efek bersifat
ekuitas/saham. Investor yang
berinvestasi pada reksa dana saham
mungkin akan mendapatkan imbal hasil
berupa dividen dan capital gain yang
terrefleksi pada NAB reksa dana.
Karena investasinya dilakukan pada
saham, maka risikonya lebih tinggi dari
dua jenis reksa dana sebelumnya namun
menghasilkan tingkat pengembalian
yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary
Funds)
Reksa Dana Campuran merupakan reksa
dana yang menggunakan strategi
investasi pada instrumen utang dan
saham tetapi dengan alokasi yang tidak
melekat pada batas reksa dana
pendapatan tetap dan reksa dana saham.
Reksa dana campuran mungkin cocok
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
5
bagi investor yang ingin mendapatkan
imbal hasil lebih tinggi daripada reksa
dana pendapatan tetapi tetapi dengan
tingkat risiko yang terbatas.
5. Reksa Dana Terproteksi (Protected
Funds)
Merupakan jenis reksa dana yang
memberikan perlindungan/proteksi atas
nilai pokok investasi investor. Ciri khas
yang dimiliki oleh reksa dana terproteksi
adalah adanya tanggal jatuh tempo.
Portofolio reksa dana terproteksi
umumnya terdiri dari efek yang bersifat
utang yang dibeli pada harga diskon.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net
Asset Value (NAV) per Saham/Unit
Penyertaan adalah Harga Pasar Wajar dari
portofolio suatu reksa dana setelah
dikurangi biaya operasional kemudian
dibagi jumlah Saham/Unit Penyertaan yang
telah beredar (dimiliki investor) pada saat
tersebut (Nurjanah, 2015). Penghitungan
NAB atau disebut juga valuasi ini untuk
mengetahui berapa nilai aset investasi dari
reksa dana tersebut sehingga dapat
diketahui berapa perkembangan aset
investasi sampai pada periode tertentu.
Nilai pasar wajar (fair market value)
dari efek-efek dalam portofolio tersebut
adalah nilai yang diperoleh, misalnya nilai
transaksi efek yang dilakukan secara wajar
(bebas dan tanpa paksaan/likuidasi) atau
nilai sebagaimana ditentukan dalam
peraturan atau ditentukan oleh suatu
lembaga tertentu seperti Lembaga Penilai
Harga Efek (LPHE) (Nurjanah, 2015).
Berdasarkan peraturan mengenai reksa
dana, telah ditentukan NAB awal
diterbitkan Reksa Dana KIK untuk setiap
Unit Penyertaan dari Reksa Dana wajib
ditetapkan sebesar Rp1.000,- (seribu
rupiah). Sedangkan Reksa Dana yang
menggunakan denominasi mata uang asing,
maka NAB awal diterbitkan untuk setiap
Unit Penyertaan dari Reksa Dana wajib
ditetapkan sebesar US$1 (satu dolar
Amerika Serikat) atau EUR1 (satu Euro).
Perhitungan NAB reksa dana dilakukan
oleh Bank Kustodian, namun pemilihan
metode pasar wajar dari efek-efek dalam
portofolio efek reksa dana ditentukan oleh
Manajer Investasi (Nurjanah, 2015). Nilai
Pasar Wajar Portofolio Efek Reksa Dana
disampaikan Manajer Investasi kepada
Bank Kustodian pada akhir hari bursa yang
bersangkutan. Untuk selanjutnya, NAB
akan senantiasa dihitung sesuai dengan
peraturan yang berlaku seperti pada reksa
dana konvensional yaitu setiap hari bursa,
sehingga penetapan Nilai Pasar Wajar
setiap Efek yang ada dalam Portofolio Efek
juga ditentukan setiap hari bursa. Masing-
masing efek memiliki metode untuk
Penentuan Nilai Pasar Wajar, seperti untuk
efek saham, Nilai Pasar Wajar dari saham-
saham di bursa efek adalah harga saham
tersebut pada setiap akhir hari bursa. NAB
diumumkan oleh Bank Kustodian di media
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
6
massa, seperti pada koran-koran tertentu.
Banyak Manajer Investasi juga yang telah
mencantumkan NAB pada website mereka
masing-masing atau media daring (online)
lainnya sehingga investor dapat dengan
mudah memantau NAB suatu reksa dana.
3. METODE PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membandingkan metode investasi di
reksa dana saham yang ada saat ini (metode
lump sum dan metode dollar-cost
averaging) dan melihat apakah ada
alternatif metode berinvestasi di reksa dana
saham selain kedua metode tersebut.
Peneliti mengusulkan penggunaan faktor
makro ekonomi sebagai penentuan waktu
investasi sehingga dapat diperoleh imbal
hasil yang lebih optimal. Peneliti akan
menggunakan return dari Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) saja, kurs
USDIDR saja dan kombinasi dari IHSG
dan kurs USDIDR untuk menentukan
waktu investasi.
Usulan metode ini menggunakan
konsep dasar yang sama dengan Dollar-
Cost Averaging dimana investor
menanamkan dana secara rutin (bulanan)
tetapi perbedaannya pada mekanisme
penentuan kapan investor masuk ke reksa
dana saham. Peneliti akan menggunakan
return variabel IHSG saja, kurs USDIDR
saja dan kombinasi keduanya dimana jika
pada hari kerja sebelumnya variabel
mengalami koreksi/return bernilai negatif,
maka pada hari kerja berikutnya investor
akan masuk ke reksa dana saham.
Mekanisme ini dilakukan untuk return
negatif pertama di setiap bulannya dan
dilakukan selama periode pengamatan.
Dari ketiga metode (lump sum,
dollar-cost averaging dan usulan metode
baru) yang ada, masing-masing metode
akan dilakukan backtesting selama 1 tahun,
3 tahun, 5 tahun, 8 tahun dan 10 tahun
sehingga dapat dipetakan untuk masing-
masing metode apakah ada perbedaan dari
return yang dihasilkan. Jika ditemukan
perbedaan atau suatu pola tertentu, maka
Peneliti akan dapat memetakan untuk
masing-masing periode investasi (1, 3, 5, 8
dan 10 tahun) metode investasi mana yang
dapat memberikan return lebih tinggi
dibandingkan metode lainnya. Pada tahap
awal penelitian, Peneliti memiliki
ekspektasi bahwa metode Dollar-Cost
Averaging akan memberikan return yang
lebih rendah daripada metode Lump Sum
untuk kondisi pasar yang cenderung positif
dalam jangka panjang.
Obyek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh reksa
dana saham yang diterbitkan oleh 5
Manajer Investasi (MI) terbesar
berdasarkan dana kelolaan pada akhir tahun
2015. Kelima MI tersebut mewakili 51%
dari total dana kelolaan reksa dana yang
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
7
dilaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) Bapepam.Kelima MI tersebut yaitu
Schroder Investment Management
Indonesia, Mandiri Manajemen Investasi,
BNP Paribas Investment Partners, Bahana
TCW Investment Management, dan Batavia
Prosperindo Aset Manajemen. Karena
periode pengamatan backtesting terbesar
selama 10 tahun, maka reksa dana saham
yang dapat digunakan adalah reksa dana
saham yang diterbitkan sebelum bulan
Januari 2006. Berdasarkan batasan
backtesting tersebut, maka reksa dana
saham yang akan diteliti lebih lanjut
adalah:
Tabel 1. Daftar Reksa Dana Saham
yang akan dilakukan backtesting
4. HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini, selain melakukan
backtesting menggunakan metode Lump
Sum dan Dollar-Cost Averaging terhadap
harga harian dari 9 reksa dana saham,
Peneliti juga melakukan backtesting
terhadap tolok ukur (benchmark) kinerja
reksa dana saham. Hal ini dilakukan untuk
melihat apakah reksa dana saham yang
diteliti pada masing-masing periode
pengamatan mampu menghasilkan kinerja
yang lebih baik daripada tolok ukur.
Peneliti menggunakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) sebagai tolok ukur
sebagaimana tercantum pada dokumen
Fund Fact Sheet masing-masing reksa dana
saham.
4.1. Analisis Data
4.1.1. Backtesting metode Lump Sum
Peneliti melakukan backtesting untuk
beberapa periode (1, 3, 5, 8 dan 10 tahun)
untuk melihat bagaimana kinerja metode
Lump Sum terhadap jangka waktu investasi
yang dimiliki oleh investor. Pada
backtesting metode Lump Sum, investor
dikondisikan memiliki titik awal investasi
yang sama, yaitu pada hari kerja pertama di
bulan Januari 2006. Pada titik awal ini,
seluruh reksa dana saham akan dihitung
unitnya menggunakan nominal 1 juta
Rupiah dibagi harga per masing-masing
reksa dana saham. Penentuan nominal yang
digunakan untuk backtesting tidak
berpengaruh pada tujuan penelitian karena
yang akan dihitung adalah tingkat imbal
hasil investasi dan bukan nilai uangnya.
Pada akhir periode backtesting (1, 3, 5, 8
dan 10 tahun), jumlah unit akan dikalikan
dengan harga yang tersedia pada hari kerja
terakhir di tahun tersebut. Kinerja investasi
akan diukur dengan membandingkan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
8
jumlah dana yang diperoleh terhadap
jumlah dana yang diinvestasikan di awal.
Tabel 2. Hasil Backtesting
Metode Lump Sum
4.1.2. Backtesting Metode Dollar-Cost
Averaging
Peneliti melakukan backtesting
metode Dollar-Cost Averaging (DCA)
dengan cara menggunakan patokan tanggal
yang sama untuk menentukan kapan
investor menanamkan dananya di reksa
dana saham. Jika ada tanggal yang bukan
merupakan hari kerja, maka tanggal di
bulan tersebut akan dilewatkan dan tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan
kinerja.Hasil backtesting DCA pada seluruh
reksa dana sahamyang digunakan pada
penelitian ini memperlihatkan tidak ada
pola tertentu sehingga dapat dikatakan
bahwa penggunaan DCA pada seluruh
reksa dana saham tidak memiliki perbedaan
return antar tanggal investasi.
4.1.3. Perbandingan antara Metode
Lump Sum dengan Metode Dollar-
Cost Averaging
Dari hasil pengujian pada 2 bagian
sebelumnya (metode Lump Sum dan
metode Dollar-Cost Averaging), jika dibuat
rekapitulasi per reksa dana saham,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Perbandingan antara
Metode Lump Sum dengan
Metode Dollar-Cost Averaging
Untuk memastikan metode investasi
mana yang lebih unggul, Peneliti juga
memperhitungkan faktor time value of
money sehingga data pada tabel di bawah
akan disesuaikan menggunakan Compound
Annual Growth Rate (CAGR).Untuk
menghitung CAGR dari dari metode LS,
Peneliti membandingkan jumlah dana yang
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
9
diperoleh pada akhir periode investasi
dibagi terhadap jumlah dana yang
dikeluarkan pada awal periode investasi
dan dihitung menggunakan rumus di atas.
Untuk menghitung CAGR dari metode
DCA, Peneliti menghitung nilai present
value menggunakan nilai inflasi bulanan
dari akumulasi masing-masing investasi
bulanan terlebih dahulu dan dibandingkan
nilai dana yang dihasilkan pada akhir
periode investasi menggunakan rumus di
atas. Setelah memperhitungkan faktor time
value of money, perbandingan tingkat imbal
hasil per tahun antara metode LS dan DCA
menjadi terbalik. Untuk periode investasi 1
dan 3 tahun, metode LS masih memberikan
tingkat imbal hasil per tahun yang lebih
baik daripada metode DCA. Tetapi pada
periode investasi 5, 8 dan 10 tahun, metode
DCA memberikan tingkat imbal hasil per
tahun yang lebih baik daripada metode LS.
Tabel 4. Perbandingan antara Metode
Lump Sum dengan Metode Dollar-Cost
Averaging menggunakan CAGR
Peneliti memiliki asumsi dengan
penambahan faktor IHSG dan/atau nilai
tukar USD/IDR, maka investor akan dapat
memiliki posisi terhadap pasar yang lebih
baik dengan cara menggunakan tren pasar
turun yang terjadi. Peneliti merujuk pada
penelitian yang dilakukan oleh Dunham
dan Friesen (2012) dimana investor akan
menambah porsi dana investasi ketika pasar
modal sedang mengalami koreksi dan
mengurangi porsi dana investasi ketika
pasar modal mengalami ekspansi.
Menggunakan konsep value averaging
yang sama, Peneliti akan melakukan
investasi bulanan jika faktor IHSG dan/atau
nilai tukar USD/IDR koreksi untuk pertama
kalinya di masing-masing bulan selama
periode investasi.
Tanggal investasi bulanan ditentukan
ketika faktor IHSG dan/atau nilai tukar
USD/IDR turun pada hari kerja pertama di
suatu bulan, maka pada hari kerja
berikutnya, dana investor akan
diinvestasikan. Metode ini berbeda dengan
backtesting sebelumnya dimana DCA
dilakukan pada tanggal yang sama setiap
bulannya untuk seluruh periode
pengamatan. Berikut tanggal-tanggal
investasi menggunakan usulan metode
investasi baru tersebut:
a) Berdasarkan IHSG saja
Tanggal-tanggal di bawah ini
merupakan tanggal hari kerja pertama di
setiap bulannya selama periode investasi
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
10
dimana IHSG mengalami koreksi atau
pertumbuhan return negatif yang
pertama.
Tabel 5.Tanggal-tanggal dimana IHSG
mengalami koreksi pertama kali
per masing-masing bulan
b) Berdasarkan nilai tukar USD/IDR
saja
Tanggal-tanggal di bawah ini
merupakan tanggal hari kerja
pertama di setiap bulannya selama
periode investasi dimana nilai tukar
USD/IDR mengalami pelemahan
atau pertumbuhan return negatif
yang pertama.
Tabel 6. Tanggal-tanggal dimana nilai
tukar USD/IDR mengalami koreksi
pertama kali per masing-masing bulan
c) Berdasarkan IHSG dan nilai tukar
USD/IDR
Tanggal-tanggal di bawah ini
merupakan tanggal hari kerja
pertama di setiap bulannya selama
periode investasi dimana IHSG dan
nilai tukar USD/IDR mengalami
koreksi atau pertumbuhan return
negatif yang pertama secara
bersamaan.
Tabel 7. Tanggal-tanggal dimana IHSG
dan nilai tukar USD/IDR mengalami
koreksi pertama kali secara bersamaan
per masing-masing bulan
Berdasarkan tanggal-tanggal
penelitian tersebut, Peneliti melakukan
backtesting dan perbandingan terhadap
metode DCA biasa dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 8. Perbandingan imbal hasil antara metode DCA dengan
usulan metode baru
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
11
Pengolahan backtesting
menunjukkan hasil yang sama untuk setiap
periode investasi (1, 3, 5, 8 dan 10 tahun)
dimana tingkat imbal hasil usulan metode
baru lebih tinggi daripada metode DCA
biasa. Tingkat imbal hasil yang tinggi
tersebut juga meliputi periode dimana
terjadi tren pasar turun sehingga
menghasilkan tingkat imbal hasil negatif
yang lebih kecil (periode investasi 3 tahun).
Hasil backtesting di atas mendukung
asumsi Peneliti bahwa metode DCA bisa
dimodifikasi atau ditingkatkan hasilnya
dengan cara mengubah tanggal penempatan
investasi berdasarkan parameter IHSG dan
nilai tukar USD/IDR. Urutan penggunaan
faktor tambahan berdasarkan keoptimalan
return yang dihasilkan adalah IHSG, nilai
tukar USD/IDR serta terakhir kombinasi
IHSG dan nilai tukar USD/IDR.
4.2. Pembahasan
Tidak optimalnya metode Dollar-
Cost Averaging (DCA) dibandingkan
metode Lump Sum (LS) seperti yang
dinyatakan pada penelitian (Leggio & Lien,
2001) dan (Hayley, 2012) tidak berlaku
sepenuhnya untuk sampel data di Indonesia
karena hasil backtesting reksa dana saham
di Indonesia memperlihatkan untuk periode
investasi 5, 8 dan 10 tahun akan lebih baik
menggunakan metode DCA dibandingkan
LS (setelah memasukkan faktor time value
of money).Pada pengujian perbandingan
yang dilakukan oleh Peneliti, jika
menggunakan absolute return, metode LS
akan terlihat lebih superior daripada metode
LS karena metode LS hanya akan
menggunakan harga di awal dan akhir
periode investasi dimana kecenderungan di
lapangan adalah tren pasar positif dalam
jangka panjang. Disisi lain metode DCA
yang menggunakan skema investasi
bulanan akan secara konsisten
mengakumulasi unit di harga yang
bervariasi (lebih tinggi atau lebih rendah)
tetapi dengan tren pasar yang positif dalam
jangka panjang, harga tengah investasi
metode DCA akan menjadi lebih tinggi.
Sehingga jika investasi metode DCA
dicairkan pada akhir periode investasi
nilainya akan lebih kecil jika dibandingkan
metode DCA. Tetapi perlu diingat bahwa
nilai uang sekarang dengan nilai uang satu
bulan kemudian atau bahkan 10 tahun
kemudian akan berbeda karena adanya
inflasi. Karena pada praktek di
lapangannya, jika investor memilih metode
DCA sambil menunggu kewajiban setor
dana pada bulan berikutnya, investor dapat
memutar dananya terlebih dahulu di
instrumen lain mulai dari deposito,
transaksi jual beli valas, reksa dana pasar
uang, dan lain-lain. Bahkan ketika dana
investor diam di rekening, dana tersebut
masih akan mendapatkan bunga tabungan.
Adanya return dari dana yang akan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
12
digunakan investor menunjukkan bahwa
nilai uang yang dibutuhkan setiap bulannya
akan lebih kecil seiring dengan berjalannya
periode investasi. Hal ini yang sudah
dibuktikan Peneliti dengan cara
menghitung Compound Annual Growth
Rate (CAGR) masing-masing metode
dimana untuk periode investasi 5, 8 dan 10
tahun CAGR metode DCA akan lebih
tinggi daripada metode LS.
Modifikasi metode investasi Dollar-
Cost Averaging seperti yang dilakukan
pada penelitian (Dunham & Friesen, 2012)
dapat direkonstruksi atau dibuat ulang
menggunakan parameter IHSG dan/atau
nilai tukar USD/IDR ketika menggunakan
data reksa dana saham di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh (Dunham &
Friesen, 2012) adalah mengubah nominal
investasi seteleh memperhatikan
kinerja/return bulan sebelumnya. Jika bulan
sebelumnya memiliki kinerja yang negatif,
maka investor akan menambah jumlah dana
investasinya. Sebaliknya, jika bulan
sebelumnya memiliki kinerja yang positif,
maka investor akan mengurangi jumlah
dana investasinya. Penelitian (Dunham &
Friesen, 2012) yang dinamakan Enhanced
DCA Strategy (EDCA) membuktikan
bahwa hampir selalu strategi EDCA
memberikan hasil yang lebih baik daripada
DCA biasa dengan tingkat keberhasilan
mencapai 95%.
Peneliti menggunakan konsep yang
sama dimana strategi DCA dapat
ditingkatkan dengan mengubah cara
kerjanya. Peneliti mengusulkan untuk
mengubah tanggal investasi untuk
mengakomodasi perubahan yang terjadi di
pasar modal terutama adanya informasi
baru seperti berita makroekonomi dan
mikroekonomi. Dengan nominal atau
jumlah dana investasi yang tetap setiap
bulannya, Peneliti menggunakan informasi
dimana terjadi kinerja negatif pertama kali
untuk IHSG dan/atau nilai tukar USD/IDR.
Peneliti mengasumsikan setelah terjadinya
kinerja negatif IHSG dan/atau nilai tukar
USD/IDR, maka saham-saham yang
menjadi aset yang mendasari reksa dana
saham bisa dibeli dengan harga yang lebih
murah sehingga harga reksa dana saham
juga akan menjadi lebih rendah. Di sisi
investor, harga yang lebih rendah tersebut
akan menyebabkan jumlah unit yang
didapatkan investor lebih banyak. Tentunya
tanggal terjadinya kinerja negatif dari IHSG
dan/atau nilai tukar USD/IDR tidak akan
sama setiap bulannya sehingga
kemungkinan tanggal investasi akan
berubah setiap bulannya.
Peneliti menggunakan tiga usulan
metode investasi baru dimana keputusan
investasi dilakukan pada hari kerja
berikutnya setelah kinerja negatif IHSG,
keputusan investasi dilakukan pada hari
kerja berikutnya setelah kinerja negatif nilai
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
13
tukar USD/IDR dan keputusan investasi
dilakukan pada hari kerja berikutnya
setelah kinerja negatif dari IHSG dan nilai
tukar USD/IDR.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang Peneliti dapatkan
dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan perbandingan absolute
return, hasil backtesting terhadap 9
reksa dan saham periode 2006-2015 di
Indonesia menunjukkan metode Lump
Sum akan memberikan tingkat imbal
hasil yang lebih baik daripada metode
Dollar-Cost Averaging. Jika
memperhitungkan faktor time value of
money karena adanya jeda periode
investasi pada metode Dollar-Cost
Averaging, hasil backtesting terhadap 9
reksa dan saham periode 2006-2015 di
Indonesia menunjukkan metode Lump
Sum akan memberikan tingkat imbal
hasil yang lebih baik daripada metode
Dollar-Cost Averaging untuk periode
investasi 1 dan 3 tahun. Berdasarkan
hasil backtesting yang sama, metode
Dollar-Cost Averaging akan
memberikan tingkat imbal hasil yang
lebih baik daripada metode Lump Sum
untuk periode investasi 5, 8 dan 10
tahun.
2. Metode Dollar-Cost Averaging dapat
ditingkatkan kinerjanya dengan cara
menambahkan penggunaan return
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan/atau nilai tukar USD/IDR untuk
menentukan kapan investor berinvestasi.
Modifikasi metode Dollar-Cost
Averaging tersebut menyebabkan
tingkat imbal hasil yang lebih tinggi
sekitar 2% - 14% dari tingkat imbal
hasil metode Dollar-Cost Averaging
biasa.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk
penelitian berikutnya adalah:
1. Periode investasi yang diuji oleh Peneliti
untuk maksimum 10 tahun. Untuk
penelitian selanjutnya bisa menambah
periode pengamatan dari awal reksa
dana diterbitkan sehingga diperoleh
jumlah data pengujian yang lebih
banyak dan lebih mendekati statistik
populasi.
2. Pada penelitian ini yang diuji adalah
reksa dana saham. Pada penelitian
selanjutnya bisa menambah jenis reksa
dana yang diuji mulai dari pasar uang,
pendapatan tetap, campuran dan saham
untuk mengetahui apakah usulan metode
baru yang Peneliti sampaikan berlaku
pada seluruh jenis reksa dana.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
14
Kepustakaan
Amalia, Anesti Firda. (2015). Pengaruh Makroekonomi Terhadap Arus Dana Reksa Dana Syariah Dan Konvensional Kelolaan Manajer Investasi XYZ Januari 2011- Agustus 2014. Tesis. Universitas Indonesia
Bank Indonesia Official Web Site. http://www.bi.go.id/id/Default.aspx. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00
BNP Paribas Investment Partners. Beranda. https://www.bnpparibas-ip.co.id/id. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00
Bursa Efek Indonesia. Beranda. http://www.idx.co.id/index.html. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00
Chalmers, J., Kaul, A. Phillips, B. (2013). The wisdom of crowds: Mutual fund investors’ aggregate asset allocationDecisions. Journal of Banking & Finance,Vol 37, pp. 3318–3333.
Dunham, L.M., Friesen, G.C., 2012. Building a Better Mousetrap: Enhanced Dollar-Cost Averaging. The Journal of Wealth Management, p41.
Gujarati, D. N. (2003). Basic Econometrics. New York : McGraw Hill Companies.
Gideon, A. (2016). 3 Hal yang Bikin Pasar Modal Indonesia Berfluktuasi. Diambil dari http://bisnis.liputan6.com/read/2419241/3-hal-yang-bikin-pasar-modal-indonesia-berfluktuasi
Hayley, S., 2012. Dollar-Cost Averaging – The Role of Cognitive Error.Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1473046. diakses pada 9 Juli 2016 pukul 22:00
Henriksson, R. D., Merton, R. C. (1981). On Market Timing and Investment Performance. II. Statistical Procedures for Evaluating Forecast Skills. Journal of Business, Vol 54.
Investopedia. http://www.investopedia.com. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00
Jank, S.(2012). Mutual fund flows, expected returns and the real economy.
Journal of Banking & Finance,Vol 36, pp. 3060–3070.
Kustodian Sentral Efek Indonesia. Beranda. www.ksei.co.id. diakses pada 9 Juli 2016 pukul 22:00
Leggio, K.B., Lien, D., 2001. Does Loss Aversion Explain Dollar-Cost Averaging? Financial Services Review 10 (2001), 117–127.
Mandiri Investasi. http://mandiri-investasi.co.id/. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00
Nurjanah, Herawati. (2015). Mengenal Manajer Investasi dan Reksa Dana: Penjelasan dari Perspektif Hukum dan Manajemen Pengelolaan. Zavara.
Octavianus, Adri. (2014). Analisis Kinerja Portofolio Indeks Saham Dengan Menggunakan Strategi Market Timing dan Metode Pengukuran Market Extreme. Tesis Universitas Indonesia
Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/id/Default.aspx. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00
PT Indonesia News Center. Pasar Modal. http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2253902/bei-bidik-mahasiswa-dongkrak-jumlah-investor-muda. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00
Prasthiwi, Rini. (2014). Pengaruh faktor makroekonomi (kurs dollar, inflansi, SBI jumlah uang beredar) dan LQ45 terhadap imbal hasil reksa dana saham periode 2003-2006. Tesis. Universitas Indonesia
Rachman, Paloma Paramita. (2014). Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Return Indeks Sembilan Sektor Pada Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas IndonesiaRepublik Indonesia. (1995). Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Rudiyanto. (2015). Mana Yang Lebih Baik : Lump Sum atau Cost Averaging ? Diambil dari http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2015/03/23/mana-yang-lebih-baik-lump-sum-
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
15
atau-cost-averaging/. diakses pada 9 Juli 2016 pukul 22:00
Saputri, Dessy Ayu. (2014). Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Return Indeks Saham Sektor perbankan periode 2002-2011, Serta Pengaruh Karakteristik Bank terhadap Profitabillitas Perusahaan Sektor Perbankanyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Tesis. Universitas Indonesia
Schroders Indonesia. http://www.schroders.com/id/id/investasi-reksadana/. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00
Suwito, Ferry. (2012). Analisis pengaruh BI rate, inflasi, dan IHSG terhadap return saham sektor perbankan yang terdaftar dalam BEI. Tesis. Universitas Indonesia
The Hongkong and Shanghai Banking Corporation. Wealth Management. http://www.hsbc.co.id/1/2/personal_in_ID/wealth_management/managing_and_growing_wealth. diakses pada 9 Juli 2016 pukul 22:00
Trainor, W.J., 2005. Within-Horizon Exposure to Loss for Dollar Cost Averaging and Lump Sum Investing. Financial Services Review 14 (2005), 319–330.
Treynor, J. L., Mazuy,K. (1966). Can Mutual Fund Outguess the Market, Harvard Business Review,Vol 43
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
16
ANALISIS FINANCIAL DISTRES DENGAN PENDEKATAN ALTMAN Z-SCORE
PADA PT.BUMI RESOURCES TBK PERIODE 2010-2014”
ABSTRAK
Tutik Siswanti dan Budira Gulo
Perusahaan didirikan salah tujuaanya adalah agar tumbuh dan berkembang baik dari sisi finansial, maupun operasional. Namun demikian untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan juga dihadapkan dengan berbagai risiko yang berdampak pada gagalnya tujuan, bahkan mengalami kesulitan keuangan dan berakhir dengan kebangkrutan. Pada dasarnya jika perusahaan melakukan monitoring dan pengawasan yang maksimal dalam mengelola keuangan kebangkrutan dapat diprediksi sebelum benar-benar terjadi, sehingga perusahaan dapat melakukan pengambilan keputusan dan menyusun strategi agar kebangkrutan tidak terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui bagimana prediksi kebangkrutan dengan pendekatan Altman Z-Score jika pada PT Bumi Resources Tbk. Hal ini karena perusahaan tersebut, berdasarkan laporan keuangan menunjukan indikasi kebangkrutan, dimana selama 5 (lima ) tahun terakhir menunjukan, laba, pendapatan, harga saham dan aset mengalami penurunan, sedangkan hutang mengalami kenaikan.
Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi dokumentasi, dimana data yang digunakan adala berupa laporan keuangan selama tahun 2011 s.d 2014. Analisis prediksi kebangkrutan model Altman Z-Score ini menggunakan rasio keuangan berdasarkan data laporan keuangan dari Laporan Tahunan PT Bumi Resources Tbk. Analisis prediksi kebangkrutan Altman Z-Score ini merupakan analisis multivariate yang menggunakan dua atau lebih variabel ke dalam satu persamaan. Adapun persamaan tersebut yaitu Z-Score = 6,56WCTA+ 3,26RETA + 6,72EBITTA + 1,05TETL.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis prediksi kebangkrutan model Altman Z-Score menunjukkan bahwa tahun 2010 nilai Z-score sebesar 2,04, hal ini berarti perusahaan berada dalam kategori “Grey Area” . Pada tahun 2011 sampai 2014 nilai Z-score berturut-turut sebesar ; 1,06, -0,86, -3,17, dan -4,37, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 2,6, maka, pada periode tersebut perusahaan berada pada zona bangkrut . Sehingga dapat disimpulkan bahwa, selama periode 2010 s.d 2014 kondisi perusahaan mengalami penurunan dan pada akhirnya dikatergorikan bangkrut. Kata Kunci : Analisis prediksi kebangkrutan, cut off, Model Altman Z-Score
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan organisasi
yang melakukan proses ataupun aktivitas
yang menghasilkan barang dan atau jasa.
Dimana kegiatan dilakukan secara tetap dan
terus-menerus, dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan. Perusahaan yang
baik adalah perusahaan yang mampu
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
17
menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan sehingga dapat terus bertahan
dalam persaingan dan mampu terus
berkembang.
Pada saat ini perkembangan ekonomi
dan bisnis serta investasi di dunia usaha
mengalami perkembangan dan perubahan
yang cukup signifikan. Dengan pesatnya
berkembangnya perekonomian tersebut,
juga berdampak pada persaingan usaha
semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan
untuk selalu memperkuat berbagai aspek
agar mampu bersaing dengan perusahaan
lain. Jika perusahaan tidak mampu
mengantisipasi pesatnya perkembangan
ekonomi tersebut, maka akan
mengakibatkan menurunnya pendapatan,
menurunya laba, menurunnya aset dan
tingginya risiko bisnis dan pada akhirnya
mengalamin kesulitan keuangan yang dapat
berakibat fatal yaitu kebangkrutan.
Kebangkrutan tidak akan datang tiba-
tiba melainkan melalui proses atau tahapan,
dengan indikasi-indikasi tertentu. Dimana
tanda atau indikasi tersebur dapat di deteksi
secara dini oleh manajemen. Indikasi
kebangkrutan dapat tercermin dari kinerja
keuangan yang tersaji dalam laporan
keuangan . Berdasarkan laporan keuangan
yang disusun secara periodik, maka
perusahaan dapat melakukan analisis
terhadap laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan merupakan salah satu
sumber informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan yang sangat berguna untuk
mendukung pengambilan keputusan yang
tepat. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan
adalah metode yang dikemukakan oleh
Altman, yang di kenal dengan Metode
Altman Z-Score
Beberapa penelitian terdahulu yang
menggunakan pendekatan ini antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Handiko
Suharso, yang melakukan analisis
kbangkrutan pada PT. INDOSAT TBK
PERIODE 2008 – 2012, menyimpulkan
bahwa kinerja keuangan PT Indosat Tbk
selama periode tahun 2008 – 2012 dalam
keadaan kinerja keuangan perusahaan yang
sehat. Walaupun dalam perjalanan
operasionalnya PT Indosat Tbk sedikit
mengalami kesulitan dalam hal hutang atas
modal kerja terutama pada tahun 2009 yang
memiliki nilai Z-score paling rendah yaitu
3,168. Nilai overall Z-score tersebut itupun
masih berada diatas titik cut off yaitu 2,60.
Penelitian yang dilakukan oleh Hafiz dan
Dicky, . dengan sampel yang digunakan
adalah 6 (enam) perusahaan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dari
periode 2005-2009, menyimpulkan bahwa,
berdasarkan hasil perhitungan Z-score
menunjukkan nilai ≤ 1,81, hal ini berarti
bahwa, selama periode tersebut ke-enam
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
18
perusahaan yang dijadikan sampel
berpotensi bangkrut.
Berdasarkan latar belakang dan
penelitian terdahulu tersebut, maka jelaslah
bahwa informasi kesehatan dan prediksi
kebangkrutan sangat penting, hal itulah
yang menjadikan alasan penelitian ini perlu
dilakukan. Penelitian ini mencoba menguji
teori yang dihasilkan oleh Altman (1968),
dengan menggunakan lima rasio keuangan.
Penelitian ini menggunakan model Altman
Z-Score untuk melihat potensi kebangkrutan
yang mungkin ada pada PT.Bumi Resources
Tbk.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian
ini adalah apakah dengan menggunakan
metode Z–Score dapat mengindikasikan
PT.Bumi Resources Tbk yang mengalami
kebangkrutan dan yang diindikasi tidak
mengalami kebangkrutan selama periode
2010 – 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
dapat mengetahui indikasi yang bangkrut
dan yang di indikasi tidak bangkrut pada
PT.Bumi Resources Tbk selama periode
2010 – 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan pada PT.Bumi
Resources Tbk dalam mengambil suatu
kebijakan.
b. Sebagai bahan masukan bagi para
pemakai informasi laporan keuangan
PT.Bumi Resources Tbk .
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012),
laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Laporan keuangan
juga menunjukan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.
Harahap (2010) laporan keuangan
merupakan output dan hasil dan hasil proses
akuntansi yang menjadi bahan informasi
bagi para pemakainya sebagai salah satu
bahan dalam proses pengambilan keputusan.
2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan dalam
Standar Akuntansi Keuangan (2012), adalah
memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan keuangan dalam
pembuatan keputusan ekonomi.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
19
Kasmir (2013) berpendapat, secara
umum laporan keuangan bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan suatu
perusahaan, baik pada saat tertentu maupun
pada periode tertentu. Laporan keuangan
juga dapat disusun secara mendadak sesuai
kebutuhan perusahaan maupun secara
berkala.
2.3. Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013), pengertian
“analisis laporan keuangan (financial
statement analysis) adalah teknik atau
metode analisis untuk laporan keuangan
secara teliti, mendalam dan jujur dalam
menghasilkan kesimpulan guna mengambil
keputusan dan memberi gambaran kondisi
keuangan perusahaan terkini”.
Menurut Hanafi dan Halim (2009)
mendefinisikan “analisis laporan keuangan
(financial statement analysis) adalah suatu
metode yang pada dasarnya ingin melihat
prosek dan risiko perusahaan. Dalam hal ini
prospek berhubungan dengan profitabilitas
sedangkan risiko berhubungan dengan
kemungkinan perusahaan mengalami
kebangkrutan”.
2.4. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Kasomir (2013), analisa
laporan keuangan merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui hubungan pos-
pos yang ada dalam satu laporan keuangan
atau pos-pos antara laporan posisi keuangan
(neraca) dan laporan laba rugi
komprehensif.
Analisis keuangan memerlukan
beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering
digunakan adalah rasio, yang
menghubungkan dua data keuangan yang
satu dengan yang lainnya. Analisis dan
inteprestasi dari berbagai rasio dapat
memberikan informasi dan gambaran
tentang kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan bagi para pengambil keputusan
sesuai dengan kepentingan masing-masing.
2.5. Pengertian Kebangkrutan
Menurut Prihadi (2009), kondisi
perusahaan dari waktu ke waktu tidak selalu
seperti yang direncanakan dan laporan
keuangan merupakan refleksi dari kondisi
yang dihadapi perusahaan.
Ketidakmampuan bersaing dapat berakibat
pada penurunan profitabilitas. Beban utang
yang terlalu banyak juga dapat
menyebabkan perusahaan mengalami
tekanan arus kas.
Sedangkan menurut Rudianto (2013)
kebangkrutan merupakan akumulasi dari
kesalahan pengelolaan perusahaan dalam
jangka panjang.
2.6. Analisis Prediksi Kebangkrutan
Metode Altman Z-Score
Menurut Rudianto (2013), analisis
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
20
Z-Score adalah metode untuk memprediksi
keberlangsungan hidup suatu perusahaan
dengan mengkombinasikan beberapa rasio
keuangan yang umum dan pemberian bobot
yang berbeda satu dengan yang lain. Itu
artinya dengan metode Z-Score dapat
diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu
perusahaan.
Menurut Prihadi (2009:81) Z-Score
merupakan persamaan multi variabel yang
digunakan Altman dalam rangka memprediksi
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.
Altman menggunakan alat atau model
statistik yang disebut dengan analisis
diskriminan, lebih tepatnya adalah Multiple
Discriminant Analysis (MDA). Dalam MDA
Altman atau yang biasa disebut dengan
Metode Altman Z-Score ini memerlukan lebih
dari satu rasio keuangan yang berkaitan
dengan kebangkrutan perusahaan untuk
membentuk suatu model yang komprehensif.
Prediksi kebangkrutan bisa dilakukan
dengan rasio-rasio keuangan yakni
univariate dan multivariate. Altman model
merupakan salah satu model multivariate
yang mana analisis multivariate merupakan
analisis yang lain. Selain itu keunggulan
analisis Z-score Altman adalah dapat juga
digunakan pada perusahaan secara
individual tanpa harus membandingkan
dengan perusahaan lain sejenis, baik itu
untuk perusahaan yang go public maupun
yang belum go public.
Persamaan diskriminan Almant Z-
score yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Z-Score = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 +
1,05X4
Keterangan :
Z = Over All Index or Score
X1 = Modal kerja bersih terhadap total
aset (Working Capital to Total
Assets)
X2 = Laba ditahan terhadap total aset
(Retained Earnings to Total Assets)
X3 = Laba sebelum pajak dan bunga
terhadap total aset (Earnings Before
Interest and Taxes (EBIT) to Total
Assets)
X4 = Nilai buku ekuitas dengan nilai
buku hutang (Book Value of Equity
to Book Value of Debt).
Titik cut-off atau kriteria yang digunakan
dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan dengan model ini adalah
sebagai berikut :
1. Jika nilai Z ≤ 1,1 (zona bangkrut)
perusahaan dalam kondisi bangkrut
(mengalami kesulitan keuangan dan
risiko yang tinggi)
2. Jika nilai Z diantara 1,1 – 2.6 (zona
grey area) perusahaan dalam kondisi
mengalami masalah keuangan yang
harus ditangani dengan cepat dan cara
yang tepat.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
21
3. Jika nilai Z ≥ 2,6 (zona sehat)
perusahaan dalam kondisi sehat
sehingga kemungkinan kebangkrutan
sangat kecil terjadi.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Sifat Penelitian
Dalam metode penelitian penulis
melakukan penelitian yang bersifat
korelasional. Penelitian korelasional
merupakan penelitian dengan karakteristik
masalah berupa hubungan korelasional
antara dua variabel atau lebih. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan ada
atau tidaknya korelasi antar variabel atau
membuat prediksi berdasarkan korelasi
antar variabel. Tipe dari penelitian
korelasional menekankan pada penentuan
tingkat hubungan yang dapat digunakan
untuk melakukan prediksi. Jika tingkat
hubungan antar variabel relatif tinggi, maka
sifat dari hubungannya adalah sebab-akibat
(causal-effect).
3.2. Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yaitu data yang
digunakan tidak atas usaha penulis sendiri
melainkan diperoleh dari literatur dan
pengamatan orang lain. Adapun data dalam
penelitian ini bersumber dari Website yaitu
www.idx.co.id. Data yang dikumpulkan
berupa laporan keuangan PT. Bumi
Resources Tbk periode 2010-2014 .
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini dikumpulkan dengan metode
dokumentasi yaitu dengan membuat salinan
dan menggandakan arsip dan catatan dari
BEI. Data yang dikumpulkan adalah data
sekunder yang diperoleh dari Website yaitu
www.idx.co.id.
3.4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk
menganalisis kebangkrutan perusahaan PT.
Bumi Resources Tbk dengan menggunakan
metode Z-Score Altman. Dalam hal ini
rasio-rasio yang digunakan dikelompokkan
kedalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Rasio Likuiditas yang terdiri atas X 1
b. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X 2
dan X3
c. Rasio Sovabilitas yang terdiri dari X 4
4. PEMBAHASAN
4.1. Analisis Data
4.1.1. Perhitungan Variabel Pembentuk
Nilai Z -Score
Perhitungan nilai Z-Score yang di
tetapkan untuk mengetahui adanya indikasi
kebangkrutan atau tidak dilakukan dengan
rumus:
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
22
Z-Score = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3
+ 1,05X4
Komponen pembentuk variabel Z-
Score selama periode 2010 s.d 2014
berdasarkan data laporan keuangan tersaji
dalam tabel dibawah ini :
Tabel 1. Komponen pembentuk variabel
Z-Score periode 2010 s.d 2014
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan komponen pembentuk
variabel nilai Z-Score pada tabel 1 diatas,
maka akan diperoleh nilai rasio X1 sampai
X4 sebagai berikut :
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Nilai
Rasio Selama Periode 2010 -2014
2010 2011 2012 2013 2014
X1 0,1717 0,0325 -0,0308 -0,3101 -0,5031
X2 0,0521 0,0331 -0,0884 -0,1631 -0,2088
X3 0,0753 0,0812 -0,0640 -0,0833 -0,0422
X4 0,2302 0,1810 0,0563 -0,0415 -0,1013
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan data hasil perhitungan
nilai rasio pada tabel diatas, maka dapat
ditentukan nilai Z -Score yaitu dengan cara
mengalikan masing–masing nilai rasio
tersebut dengan bobot yang telah
ditentukan, maka akan diperoleh nilai
variabel X 1 sampai X4. Hasil perhitungan
diperoleh nilai Z -Score tersaji pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Perhitungan Z-Score
Periode 20010 -2014
Tahun X1 X2 X3 X4 Nilai Z
2010 0.17 0.05 0.08 0.23 2.04
2,011 0.03 0.03 0.08 0.18 1.06
2,012 (0.31) (0.09) (0.06) 0.06 (0.86)
2,013 (0.31) (0.16) (0.08) (0.04) (3.17)
2,014 (0.50) (0.21) (0.04) (0.10) (4.37)
Sumber : Data sekunder
Berdasarkan tabel tersebut, dapat
digambarkan dengan grafik, sehingga dapat
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Aset Lancar 2,576,072,995 2,581,185,496 2,263,210,808 1,944,236,777 2,346,891,707
Aset tidak Lancar 4,471,381,018 4,786,936,253 7,354,327,207 7,003,908,115 6,500,528,918
Liabilitas Lancar 1,365,508,063 2,341,285,350 2,559,443,581 4,719,914,333 6,798,673,348
Modal Kerja Bersih 1,210,564,932 239,900,146 -296,232,773 -2,775,677,556 -4,451,781,641
Saldo Laba Ditahan 367,054,305 243,738,757 -850,675,199 -1,459,689,117 -1,847,677,274
Laba Sebelum Bunga &
Pajak 530,479,324 598,551,070 -615,565,632 -745,238,913 -372,974,244
Nilai Buku Ekuitas 1,318,778,003 1,176,403,676 392,149,703 -302,959,535 -733,041,358
Total Hutang 5,728,676,010 6,191,718,073 6,962,177,504 7,306,867,650 7,233,570,276
Total Aset 7,047,454,013 7,368,121,749 9,617,538,015 8,948,144,892 8,847,420,625
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
23
diketahui trend nilai Z-Score selama periode
2010 s.d 2014, sebagai berikut
Gambar 1
Grafik Tingkat Prediksi Kebangkrutan
Berdasarkan Nilai Z-score
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel , grafik dan
penjelasan diatas, maka dapat disajikan
kondisi perusahaan selama periode 2010 s.d
2014, berkaitan dengan pengukuran indikasi
kebangkrutan dengan metode Altam Z-
Score sbb :
Tabel 4. Rekapitulasi Prediksi
Kebangkrutan berdasarkan Altaman Z-
Score Periode 2010 s.d 2014
Tahun Nilai Z Zona
2010 2.04 Grey Area
2,011 1.06 Bangkrut
2,012 (0.86) Bangkrut
2,013 (3.17) Bangkrut
2,014 (4.37) Bangkrut
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
tingkat prediksi kebangkrutan pada PT
Bumi Resources Tbk. untuk tahun 2010
nilai Z-score sebesar 2,04, dari hasil yang
didapat, perusahaan dikategorikan dalam
“Zona Grey Area. Hal ini dikarenan nilai Z-
Score berada di antaran 1,1- 2,6 dalam
situasi ini perusahaan dalam kondisi
mengalami masalah keuangan yang harus
ditangani dengan cepat dan cara yang tepat.
Pada grafik juga terlihat sangat jelas
kondisi yang menggambarkan grafik nilai Z-
Score terus mengalami penurunan, bahkan
pada tahun 2014 merupakan titik terendah
yaitu (4,37). Sehingga dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa PT Bumi
Resources Tbk. pada tahun 2010 berada
pada kategori “Zona Grey Area”, sedangkan
pada tahun 2011-2014 PT Bumi Resources
Tbk. berada pada kondisi “Zona Bangkrut”.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah dan
hasil analisis serta pembahasan dari hasil
penelitian prediksi kebangkrutan dengan
pendekatan Altman Z-Score pada PT Bumi
Resources Tbk periode 2010-2014. Dapat
disimpulkan :
1. Kinerja keungan PT Bumi Resources Tbk
periode 2010-2014 mengalami penurunan
dilihat dari rasio dan hasil perhitungan
nilai Z- Score .
2. Berdasarkan kriteria metode Altman Z-
Score PT Bumi Resources Tbk tahun
2010 pada katagori Grey area, sedangkan
pada periode 2011-2014 menunjukan
terindikasi bangkrut, dimana nilai Z-Score
yang kurang dari 1,1.
2,04 1,06 (0,86)
(3,17) (4,37)
(10,00)
-
10,00
2010 2011 2012 2013 2014
Hasil Perhitungan Z-Score
Z
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
24
5.2. Saran
1. Mengurangi penggunaan dana yang
berasal dari dana pinjaman (hutang)
untuk pembiayaan operasional.
2. Perusahaan melakukan evaluasi terhadap
peningkatan penjualan dan efisiensi
biaya produksi.
3. Melakukan evaluasi terhadap manajemen
pengelolaan keuangan, terutama
berkaitan dengan alokasi dana dan
sumber dana.
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I. (1968), Finantial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankcrupcty, The Journal of Finance, Vol 23, No.4 (Sep., 1968), pp. 589-609.
Almwajeh, Omar. (2004), Applying Altman’s Z-Score model of Bankruptcy for the Prediction of Financial Distress of Rural hospital in Western Pennsylvania. Indiana University of Pennsylvania, Pennsylvania.
Aasen, Reistad Morten. (2011), Applying Altman’s Z-Score to the Financial Crisis. Norwegia School of Economics, Bergen.
Burganova. (2014), Z-Score For Bankruptcy Forcasting of the companies Producing Building Materials, Kazan Vederal Unicersity, Rusia.
Fahmi, I. (2012), Pengantar Manajemen Keuangan, CV. Alfabeta, Bandung.
Hanafi, Mamduh M., &Abdul Halim. (2012), Analisis Laporan Keuangan, AMP YKPN, Yogyakarta.
Haseley, Michael. (2012), An Analysis of the Efficacy of the Altman and Springate Bankruptcy Models in Compaies Listed on the Stock Exchange of Thailand, Webster Uneversity, Bangkok.
Harahap, Sofyan Syafri. (2010), Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hery, (2012), Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.
IAI (Revisi 2012), PSAK No. 1, “Penyajian Laporan Keuangan”, Jakarta.
Johamsson, Therese. (2010), Predicting Copporate Default – an Assessment of the Z-Score Model on the U.S Market, Lund University, Sweden.
Kasmir. (2013), Analisis Laporan Keuangan, Cet. 6, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Munawir. (2010), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta.
Prihadi, Toto. (2009), Investigasi Laporan Keuangan dan Analisis Rasio Keuangan, PPM, Jakarta.
Sugiono, Arief S.E., & Edy Untung, (2016), Analisis Laporan Keuangan, PT Gramedia, Jakarta.
Sugiono. (2012), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D. ALFABETA, Bandung.
www.idx.co.id Xie, Chi. (2010), Financial Distress
Prediction Based on SVM and MDA Methods, Hunan University, Hunan.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
25
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO
CAMELS SEBAGAI ALAT UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI
FINANCIAL DISTRESS BANK UMUM YANG
TERDAFTAR DI BEI
Oleh: PRATIWI PRIMA E S
ABSTRACT
This research analyzed the influence of the ratio of CAMELS on the symptoms of financial distress of commercial banks listed on the Indonesia Stock Exchange between 2007 until 2009. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id. Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is multiple regression analysis. The result of this research indicates that the Capital Adequacy Ratio, Assets Quality 1, Operating Expenses / Operating Income and Loan to deposit ratio does not significantly influence the financial symptoms distress. Meanwhile Good Corporate Governance and Net Interest Margin significant effect on symptoms of financial distress.
Keyword: capital adequacy ratio, asset quality 1, good corporate governance, the net
interest margin, operating expenses to operating income, loan to deposit ratio, financial distress condition
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya pertumbuhan ekonomi
di Indonesia salah satunya dipengaruhi
oleh perkembangan sektor perbankan
yang sangat cepat beberapa dekade
terakhir ini. Perbankan merupakan
perusahaan yang dalam kegiatannya
berhubungan langsung dengan
masyarakat. Bank sendiri merupa-kan
suatu badan usaha yang tujuannya
menghasilkan keuntungan atau laba.
Tujuan utama didirikannya suatu
perusahaan adalah untuk
memaksimumkan keuntungan dan
memaksimumkan kemakmuran
pemiliknya.
Dari dua tujuan utama perusahaan
tersebut, maka pihak manajemen harus
dapat menghasilkan keuntungan yang
optimal serta pengendalian yang
seksama terhadap kegiatan operasional
terutama yang berkaitan dengan
keuangan perusahaan. Realita ini
menjadi masalah manakala ternyata
bank-bank tersebut tidak mengelola
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
26
dengan baik uang yang disimpan oleh
nasabahnya tersebut.
Sebagai contoh krisis ekonomi
yang terjadi akibat dilikuidasinya 16
bank pada November 1997. Bank-
bank tersebut dilikuidasi oleh
pemerintah dikarenakan bank-bank
tersebut mengalami ketidak-mampuan
atau kegagalan dalam ekonomi dan
keuangan. Hal ini menyebabkan
bangsa Indonesia terjerumus dalam
tingkat kemiskinan yang meningkat
secara drastis sejak terjadinya krisis
yaitu mencapai 49,5 juta orang.
Besarnya dampak krisis menyebabkan
banyak peneliti yang mencoba
mencari penyebabnya.
Beberapa peneliti berbeda
pendapat, peneliti ekonomi makro
berpendapat bahwa penyebab krisis
adalah faktor ekonomi makro yaitu
menurunnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika, sedangkan
peneliti mikro berpendapat bahwa
industri perbankan memiliki peran
besar untuk terjadinya krisis. Gejala
financial distress yang timbul menjadi
salah satu indikator yang mendukung
pendeteksian kebangkru-tan sebuah
bank karena sebelum mengalami
kebangkrutan, sebuah bank akan
mengalami gejala financial distress
terlebih dahulu. Untuk itu rasanya
penganalisisan terhadap gejala
financial distress bank ini perlu
ditinjau kembali dengan menggunakan
rasio CAMELS.
Penulis menuangkan penelitian
ini dalam sebuah skripsi yang berjudul
analisis laporan keuangan dengan
menggunakan rasio CAMELS sebagai
alat untuk memprediksi kondisi
financial distress bank umum yang
terdaftar di BEI.
1.2. Batasan Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan
lebih terfokus, maka dibuat batasan
masalah yang akan dianalisis yaitu:
a. Data perusahaan perbankan yang
diteliti adalah data bank umum di
Indonesia saat ini baik milik swasta
maupun milik pemerintah yang
mengeluarkan laporan keuangan
tahunan.
b. Laporan keuangan yang dianalisis
adalah dari tahun 2007 – 2009 yang
telah diaudit.
c. Laporan Pengawasan Perbankan
yang dipakai adalah dari tahun
2007 – 2009.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka yang akan menjadi
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
27
rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
a. Apakah analisis rasio CAMELS
yang dianalisis melalui rasio CAR
mempengaruhi prediksi financial
distress bank?
b. Apakah analisis rasio CAMELS
yang dianalisis melalui rasio KAP
1 mempengaruhi prediksi financial
distress bank?
c. Apakah analisis rasio CAMELS
yang dianalisis melalui penilaian
Good Corporate Governance
mempengaruhi prediksi financial
distress bank?
d. Apakah analisis rasio CAMELS
yang dianalisis melalui rasio NIM
mempengaruhi prediksi financial
distress bank?
e. Apakah analisis rasio CAMELS
yang dianalisis melalui rasio BOPO
mempengaruhi prediksi financial
distress bank?
f. Apakah analisis rasio CAMELS
yang dianalisis melalui rasio LDR
mempengaruhi prediksi financial
distress bank?
g. Apakah analisis rasio CAMELS
secara simultan mempengaruhi
prediksi financial distress bank?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh
analisis rasio CAMELS yang
dianalisis melalui rasio CAR
terhadap prediksi financial distress
bank.
b. Untuk mengetahui pengaruh
analisis rasio CAMELS yang
dianalisis melalui rasio KAP 1
terhadap prediksi financial distress
bank.
c. Untuk mengetahui pengaruh
analisis rasio CAMELS yang
dianalisis melalui penilaian Good
Corporate Governance terhadap
prediksi finan-cial distress bank.
d. Untuk mengetahui pengaruh
analisis rasio CAMELS yang
dianalisis melalui rasio NIM
terhadap prediksi financial distress
bank.
e. Untuk mengetahui pengaruh
analisis rasio CAMELS yang
dianalisis melalui rasio BOPO
terhadap prediksi financial distress
bank.
f. Untuk mengetahui pengaruh
analisis rasio CAMELS yang
dianalisis melalui rasio LDR
terhadap prediksi financial distress
bank.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
28
g. Untuk mengetahui pengaruh
analisis rasio CAMELS secara
simultan terhadap prediksi financial
distress bank.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti selanjutnya, untuk
menambah bahan informasi
peneliti sehubungan dengan
pengaruh Rasio CAMELS
terhadap gejala kegagalan usaha
pada sektor perbankan.
b. Bagi bank, dimana dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi
bagi sektor perbankan untuk
menilai kinerjanya selama periode
2007-2009.
c. Bagi akademisi, sebagai referensi
dan sumber informasi dalam
mempelajari evaluasi kinerja
perbankan melalui rasio – rasio
keuangan bank.
d. Bagi masyarakat, sebagai referensi
dan tambahan informasi untuk
memilih bank yang akan
digunakan jasanya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar
Penyusunan dan penyajian Laporan
Keuangan (IAI, 2009), laporan
keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan.
b. Komponen Laporan Keuangan
Komponen laporan keuangan
terdiri dari:
1) Neraca (Balance Sheet)
2) Laporan Laba Rugi (Income
Statement)
3) Laporan Perubahan Ekuitas
(Statement of Stakeholder
Equity)
4) Laporan Arus Kas (Cash Flow
Statement)
5) Catatan atas Laporan Keuangan
(Notes of Financial Statement)
c. Pihak-Pihak Yang Berkepen-
tingan Terhadap Laporan
Keuangan
Pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan adalah
masyarakat, pemilik / pemegang
saham, pemerintah, perpajakan,
karyawan, manajemen bank.
2.2. Model Analisis CAMELS
a. Pengertian Model Analisis
CAMELS
Untuk melakukan penilaian
kesehatan suatu bank dapat dilihat
dari berbagai aspek. Ukuran
untuk penilaian kesehatan bank
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
29
telah ditentukan oleh Bank
Indonesia. Seperti yang tertera
dalam Undang-Undang RI No
7tahun 1992 tentang perbankan
pasal 29.
Berdasarkan ketentuan dalam
Undang-Undang tentang perbankan
tersebut, Bank Indonesia telah
mengeluarkan Surat Edaran
No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993
yang mengatur tentang tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank.
Metode penilaian tingkat kesehatan
bank tersebut diatas kemudian
dikenal dengan metode CAMELS.
b. Tujuan & Manfaat Penggunaan
Model Analisis CAMELS
Penilaian bertujuan untuk
menentukan apakah bank tersebut
dalam kondisi yang sehat, cukup
sehat, kurang sehat, dan tidak
sehat, sehingga Bank Indonesia
sebagai pengawas serta pembina
bank-bank dapat memberikan
arahan bagaimana bank tersebut
harus dijalankan dengan baik atau
bahkan dihentikan operasinya.
c. Komponen Rasio CAMELS
Penilaian kesehatan bank meliputi
6 aspek yaitu:
1) Aspek Permodalan ( Capital
Ratio )
Rasio ini untuk menilai
kecukupan modal. Yang dinilai
adalah permodalan yang ada
didasarkan kepada kewajiban
penyediaan modal minimum
bank.
Modal
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
2) Aspek Kualitas Aset ( Assets
Quality )
Rasio ini untuk menilai
kualitas aktiva. Penilaian
pendekatan kuantitatif dan
kualitatif faktor kualitas aset
antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen –
komponen aset.
=
AktivaProduktifyang Diklasifikasikan(����)
Total Aktiva Produktif
3) Aspek Kualitas Manajemen
(Mangement Risk )
Rasio ini untuk menilai
kualitas manajemen. Penilaian
terhadap faktor manajemen
antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-
komponen manajemen
menggu-nakan indikator
pendu-kung antara lain sebagai
berikut:
a) Manajemen Umum
b) Penerapan Sistem Manaje-
men Resiko
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
30
c) Kepatuhan bank terhadap
ketentuan yang berlaku
4) Aspek Rentabilitas
(Earnings)
Rasio ini untuk rasio-rasio
rentabilitas bank. Penilaian
pendekatan kuantitatif dan
kualitatif faktor rentabilitas
antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen –
komponen sebagai berikut:
a) �����������������(���) =
���������������������
������������������������
b) Biaya Operasional dibagi
dengan Pendapatan
Operasional (BOPO).
= Biaya operasional
Pendapatan operasional
5) Aspek Likuiditas ( Liquidity )
Analisis likuiditas dimaksud-kan
untuk mengukur seberapa besar
kemampuan bank tersebut
mampu membayar utangnya dan
membayar kembali kepada
deposannya serta dapat
memenuhi permintaan kredit
yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan.
LDR =Total Kredit
Dana Pihak Ketiga
6) Aspek Sensitivitas terhadap
Resiko Pasar (Sensitivity to
Market Risk)
Rasio ini menilai sensitivitas
terhadap resiko pasar. Penilaian
pendekatan kuantitatif dan
kualitatif faktor sensitivitas
terhadap resiko pasar.
d. Peringkat Penilaian Kesehatan
Perbankan Menurut Bank
Indonesia.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum maka predikat Tingkat
Kesehatan Bank dibagi dalam lima
peringkat, yaitu:
Peringkat Komposit-1 (PK-1)
adalah sangat baik, bank dapat
mengatasi pengaruh negatif kondisi
perekonomian dan industri
keuangan.
Peringkat Komposit-2 (PK-2)
adalah baik, bank masih memiliki
kelemahan = minor yang dapat
segera diatasi dengan tindakan
segera dan rutin.
Peringkat Komposit-3 (PK-3)
adalah cukup baik, masih ada
kekurangan dan perlu tindakan
korektif bila tidak akan
menurunkan peringkat komposit.
Peringkat Komposit-4 (PK-4)
adalah kurang baik, bank sensitif
terhadap pengaruh buruk kondisi
perekonomian dan memerlukan
tindakan korektif.
Peringkat Komposit-5 (PK-5)
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
31
adalah tidak baik, bank sangat
sensitif dan dapat membahayakan
kelangsungan usahanya.
2.3. Financial Distress
a. Pengertian Financial Distress
Kegagalan keuangan (Financial
Distress) mempunyai makna
kesulitan dana baik dalam arti
dana dalam pengertian kas atau
dalam pengertian modal kerja.
Insolvensi atas dasar arus kas ada
dua bentuk, yaitu:
1) Insolvensi teknis
2) Insolvensi dalam pengertian
kebangkrutan
b. Sumber Informasi Prediksi
Financial Distress
Financial distress yang terjadi
sebenarnya dapat diprediksi
dengan melihat beberapa
indikator-indikator, yaitu:
1) Analisis aliran kas untuk saat
ini atau masa mendatang.
2) Analisis strategi perusahaan,
yaitu analisis yang memfokus-
kan pada persaingan yang
dihadapi oleh perusahaan.
3) Struktur biaya relatif terhadap
pesaingnya.
4) Kualitas manajemen.
5) Kemampuan manajemen
dalam mengendalikan biaya.
c. Faktor Penyebab Financial
Distress
Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya financial distress pada
perusahaan adalah
1) Faktor umum seperti sektor
ekonomi, sosial, teknologi,
pemerintah
2) Faktor eksternal perusahaan
seperti pelanggan atau nasabah,
pemasok/kreditur,
pesaing/bank lain.
3) Faktor Internal Perusahaan
d. Akibat Financial Distress
Seperti yang tertera sebelumnya,
bank dianggap sebagai roda
penggerak perekonomian suatu
negara. Apabila terjadi kegagalan
dalam keuangannya, pasti
berdampak baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap
perekonomian suatu negara.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Laporan Keuangan
Penelitian ini menggunakan
desain kausal atau hubungan sebab
akibat. Desain ini berguna untuk
menganalisa hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lainnya
(Umar, 2003). Variabel yang
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
32
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis rasio CAMELS sebagai
variabel independen, serta kondisi
financial distress bank sebagai
variabel independen.
3.2. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data yang berbentuk angka atau
data kualitatif yang diangkakan
(Sugiyono, 2004), dan data tersebut
juga merupakan data sekunder, yaitu
data atau informasi yang telah diolah
dan diperoleh dari laporan keuangan
tahunan perusahaan - perusahaan
perbankan yang telah diaudit yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007-2009.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan
mendokumentasi data sekunder yang
diperlukan dimana merupakan
kombinasi antara data time series
dengan data cross section.
3.4. Sampel Penelitian
Seperti yang telah disebutkan
dalam batasan penelitian, maka
sampel yang memenuhi kriteria dalam
penelitian ini adalah 17 bank umum
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Waktu penelitian yang
dipilih adalah dari tahun 2007 – 2009.
3.5. Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini adalah
variabel independen dan variabel
dependen.
a. Variabel Dependen (Y) : Gejala
financial distress.
1) Pk-1 : sangat baik, bank dapat
mengatasi pengaruh negatif
kondisi perekonomian dan
industri keuangan.
2) Pk-2 : Baik, bank masih
memiliki kelemahan= minor
yang dapat segera diatasi dengan
tindakan segera dan rutin.
3) Pk-3 : cukup baik, masih ada
kekurangan dan perlu tindakan
korektif bila tidak akan
menurunkan peringkat
komposit.
4) Pk-4 : Kurang baik, bank
sensitif terhadap pengaruh buruk
kondisi perekonomian dan
memerlukan tindakan
korektif.karena berpotensi
membahayakan kelangsungan
usahanya.
5) PK-5 : Tidak baik, bank sangat
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
33
sensitif dan dapat
membahayakan kelangsungan
usahanya.
b. Variabel Independen (X) terdiri
dari :
1) Capital Adequacy Ratio (CAR)
=Modal
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
2) Kualitas Aktiva Produktif 1
(KAP 1)
=
AktivaProduktifyang Diklasifikasikan(����)
Total Aktiva Produktif
3) Good Corporate Governance
(GCG)
Hasil penilaian GCG
diklasifikasi-kan dalam 5
kelompok, yaitu:
a) sangat baik jika NK<1,5
b) baik untuk jika 1,5≤ NK <2,5
c) cukup baik jika 2,5≤ NK
<3,5
d) kurang baik jika 3,5≤
NK<4,5
e) tidak baik jika 4,5 ≤ NK<5
4) Net Interest Margin (NIM)
=Pendapatanbungabersih
Rata − rataaktivaproduktif
5) Beban Operasional / Pendapatan
Operasional (BOPO)
= Biaya operasional
Pendapatan operasional
6) Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR =Total Kredit
Dana Pihak Ketiga
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah
metode analisis statistik menggunakan
bantuan program SPSS 16 (Statistic
Product and Services Solution 16),
namun terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik sebelum melakukan
pengujian hipotesis.
a. Pengujian Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
2) Uji Multikolinearitas
3) Uji Heteroskedastisitas
4) Uji Autokorelasi
b. Pengujian Hipotesis
Model penelitian ini menggunakan
model regresi linier berganda.
Persamaan regresi linier berganda
yaitu:
Y = α + β1X1 + β2X2 +β3X3+
β4X4+β5X5+ β6X6+e
Ket :
Y= Prediksi kegagalan ekonomi
(Financial Distress)
α=konstanta
β1-6=koefisien regresi variabel
independen
x1=CAR (Capital Adequacy Ratio)
x2=KAP 1
x3=Good Corporate Governance
x4=NIM (Net Interest Margin)
x5=BO/PO
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
34
x6 =LDR (Loan Deposit Ratio
e =Error
Penelitian ini menggunakan uji
statistik t dan uji statistik f. Uji-t
dilakukan untuk mengetahui
signifikan tidaknya pengaruh masing-
masing variabel bebas terhadap
variabel terikat, atau dengan kata lain
untuk menguji pengaruh variabel
independen dan variabel dependen
secara parsial.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho =tidak semua variabel
independen berpengaruh secara
parsial terhadap variabel
dependen.
Ha =semua variabel independen
berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan
membanding-kan t-hitung dengan t-
tabel dengan ketentuan :
Jika t-hitung < t-tabel,maka H0
diterima dan Ha ditolak.
Jika t-hitung > t-tabel, maka H0
ditolak dan Ha diterima.
Uji statistik F digunakan untuk
menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho = tidak semua variabel independen
berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen.
Ha = semua variabel independen
berpe-ngaruh secara simultan
terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan
membandingkan F-hitung dengan F-
tabel dengan ketentuan :
Jika F-hitung < F-tabel,maka H0
diterima dan Ha ditolak.
Jika F-hitung > F-tabel, maka H0
ditolak dan Ha diterima.
4. ANALISIS HASIL
PENELITIAN
4.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif variabel
penelitian dari sampel perusahaan
selama periode pengamatan 2007
sampai dengan tahun 2009 disajikan
pada tabel 4.2 berikut ini
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
35
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR 51 .0981 .3525 .182873 .0572152
KAP1 51 .0073 1.0000 .063092 .1919937
GCG 51 2 4 3.39 .603
NIM 51 .0238 .1110 .058851 .0201081
BOPO 51 .0626 1.0000 .804035 .1625952
LDR 51 .4071 1.1300 .758788 .1898447
FINANCIAL_DISTRESS
51 3 4 3.75 .440
Valid N (listwise)
51
Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
Tabel 4.2 menunjukkan hasil ouput SPSS
mengenai statistik deskriptif variabel
penelitian tahun 2007-2009 dengan jumlah
sampel keseluruhan sebanyak 51 (17
perusahaan selama 3 tahun).
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Tabel 4.3
Uji Normalitas
One Sample Kolmogorov – Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 51
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .33223803
Most Extreme Differences Absolute .117
Positive .072
Negative -.117
Kolmogorov-Smirnov Z .835
Asymp. Sig. (2-tailed) .489
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
36
Dari hasil pengolahan data tersebut,
secara keseluruhan bahwa nilai
observasi telah terdistribusi normal.
Pada grafik histogram, dapat dilihat
bahwa distribusi data tidak menceng
(skewnes) ke kiri atau ke kanan.
Gambar 4.1
Histogram
Gambar 4.2
Grafik Normal P-Plot
Pada grafik normal plot, dapat
dilihat titik – titik menyebar
disekitar garis diagonal dan agak
mendekati garis diagonal sehingga
dapat disimpulkan data berdistribusi
normal.
2) Uji Multikolonieritas
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
37
Tabel 4.4
Uji Multikolonieritas
FINANCIAL_DISTRESS=f (CAR, KAP1, GCG, NIM, BOPO, LDR)
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CAR .871 1.148
KAP1 .898 1.113
GCG .789 1.268
NIM .629 1.590
BOPO .594 1.685
LDR .625 1.600
a. Dependent Variabel: FINANCIAL_DISTRESS
Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
Berdasarkan hasil pengujian tersebut
diperoleh kesimpulan tidak terdapat
multikolonieritas.
.Tabel 4.5
Cofficient Correlations
S
umber : Hasil olahan peneliti, 2011
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant) .494 .285 1.731 .091
CAR .114 .446 .036 .255 .800
KAP1 .058 .131 .062 .444 .659
GCG -.052 .045 -.173 -1.162 .252
NIM -4.106 1.494 -.459 -2.749 .186
BOPO -.093 .190 -.084 -.487 .629
LDR .329 .159 .347 2.073 .064
a. Dependent Variable: Ln_Res1
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
38
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut dapat dibuktikan bahwa
tidak terdapat korelasi antar variabel
bebas atau tidak terdapat
multikolonieritas.
Dari grafik scatterplot terlihat
bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka nol pada
sumbu Y. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada persamaan
regresi
3) Uji Heterokedastisitas
Dalam penelitian ini, uji statistik yang
digunakan adalah uji Glejser.
Tabel 4.6
Hasil Uji Glejser
Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
Coefficient Correlationsa
Model LDR GCG CAR KAP1 NIM BOPO
Correlations LDR 1.000 -.033 .143 .285 -.507 -.463
GCG -.033 1.000 .275 -.090 -.045 .339
CAR .143 .275 1.000 .058 -.204 .060
KAP1 .285 -.090 .058 1.000 -.073 -.187
NIM -.507 -.045 -.204 -.073 1.000 .455
BOPO -.463 .339 .060 -.187 .455 1.000
Covariances LDR .111 -.001 .045 .026 -.532 -.062
GCG -.001 .009 .024 -.002 -.013 .013
CAR .045 .024 .880 .015 -.600 .023
KAP1 .026 -.002 .015 .076 -.064 -.021
NIM -.532 -.013 -.600 -.064 9.864 .571
BOPO -.062 .013 .023 -.021 .571 .160
a. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
39
Dari hasil pengujian statistik, tidak
ada satupun variabel independen yang
signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen.
1) Uji Autokorelasi
Hasil pengujian pada tabel memperli-
hatkan nilai statistik Durbin – Watson
sebesar 1,671. Nilai DW sebesar 1,671
terletak diatas batas atas du lebih kecil dari
2,1799 (4 – 1,8201), maka diperoleh
kesimpulan tidak ada autokorelasi.
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
b. Pengujian Hipotesis
Hasil uji asumsi klasik
memperlihatkan data observasi
memenuhi asumsi normalitas sehingga
dapat dianalisis lebih lanjut untuk
pengujian hipotesis. Penulis
menggunakan analisis regresi berganda
untuk melakukan pengujian hipotesis
dengan bantuan program SPSS 16.
1) Persamaan Regresi
Tabel 4.8
Analisis Hasil Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 2.060 .600 3.433 .001
CAR 1.536 .938 .200 1.638 .109 .871 1.148
KAP1 -.324 .275 -.141 -1.177 .245 .898 1.113
GCG .297 .094 .406 3.171 .003 .789 1.268
NIM 1.207 3.141 .512 3.568 .001 .629 1.590
BOPO .487 .400 .180 1.219 .229 .594 1.685
LDR -.834 .334 -.360 -2.500 .016 .625 1.600
a. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS
Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
Model Summaryb
Model R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
.656a .430 .353 .354 1.671
a. Predictors: (Constant), LDR, GCG, CAR, KAP1, NIM, BOPO
b. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
40
Berdasarkan tabel di atas, di
dapatlah persamaan regresi
sebagai berikut :
FINANCIAL_DISTRESS =
2,060+1,536 CAR– 0,324 KAP1 +
0,297GCG + 1,207NIM + 0,487
BOPO – 0,834 LDR.
2) Analisis Koefisien Korelasi
Tabel 4.9 Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .656a .430 .353 .354 1.671
a. Predictors: (Constant), LDR, GCG, CAR, KAP1, NIM, BOPO
b. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS
Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
Pada tapilan ouput SPSS model
summary , nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,430 yang berarti bahwa
korelasi atau hubungan antara CAR,
KAP1, GCG, NIM, BOPO, LDR
(variabel independen) terhadap gejala
financial distress (variabel dependen)
lemah. Angka adjusted R Square atau
koefisien determinasi adalah 0,430. Hal
ini berarti35,3% variasi atau perubahan
dalam variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen,
sedangkan sisanya 64,7 % dijelaskan
oleh faktor – faktor lain. Standar Error
of Estimate (SEE) adalah 0,354.
3) Pengujian secara Parsial
Uji – t digunakan untuk menguji
signifikansi konstan-ta dan setiap
variabel independennya. Hasil
pengolahan dapat dilihat pada tabel
4.10.
Tabel 4.10 Hasil uji – t
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 2.060 .600 3.433 .001
CAR 1.536 .938 .200 1.638 .109
KAP1 -.324 .275 -.141 -1.177 .245
GCG .297 .094 .406 3.171 .003
NIM 11.207 3.141 .512 3.568 .001
BOPO .487 .400 .180 1.219 .229
LDR -.834 .334 -.360 -2.500 .016
a. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS
Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
41
Hasil perhitungan baik melalui t hitung
maupun nilai signifikannya,
menunjukkan CAR, KAP1,BOPO dan
LDR tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel gejala
financial distress. Hasil perhitungan
baik melalui t hitung maupun nilai
signifikannya, menunjukkan GCG &
NIM mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel gejala
financial distress.
4) Pengujian secara Simultan
Uji – F digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen secara
bersama – sama atau simultan
mempengaruhi variabel dependen.
Tabel 4.11
Hasil uji – F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 4.167 6 .695 5.537 .000a
Residual 5.519 44 .125
Total 9.686 50
a. Predictors: (Constant), LDR, GCG, CAR, KAP1, NIM, BOPO
b. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011
Kesimpulannya H0 ditolak, Ha
diterima. Artinya secara bersama-sama
(simultan), keenam variabel
independen yaitu CAR, KAP1, GCG,
NIM, BOPO, LDR mempengaruhi
variabel dependen yaitu gejala financial
distress.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Nilai Adjusted R Square sebesar
0,430. Hal ini berarti bahwa 43 % variasi
atau perubahan dalam gejala financial
distress dapat dijelaskan oleh variasi CAR,
KAP1, GCG, NIM, BOPO,LDR,
sedangkan sisanya sebesar 57 %
dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian.
Berdasarkan hasil pengujian diketahui
secara parsial, CAR dan BOPO memiliki
pengaruh ke arah positif terhadap gejala
financial distress. KAP1 dan LDR
memiliki pengaruh ke arah negatif dimana
apabila KAP1 dan LDR naik maka akan
mengurangi tingkat kesehatan perbankan
dan kemungkinan adanya gejala financial
distress semakin besar. Variabel GCG
dan NIM memiliki pengaruh ke arah
positif terhadap gejala financial distress.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
42
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji dan menganalisis apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara Capital
Adequacy Ratio(CAR), Kualitas Aktiva
Produktif 1(KAP1), Good Corporate
Governance (GCG), Net Interest Margin
(NIM), Beban Operasional / Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) terhadap gejala financial
distress pada bank umum yang terdaftar di
BEI pada periode pengamatan 2007-2009.
Sampel yang dipilih sebanyak 17
perusahaan perbankan. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan metode statistik
inferensial setelah sebelumnya dilakukan
pengujian asumsi klasik. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa CAR dan BOPO
tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap gejala financial distress dan
memiliki arah pengaruh yangpositif. KAP
1 dan LDR tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap gejala financial
distress dan memiliki arah pengaruh yang
negatif. GCG dan NIM mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap gejala
financial distress dan memiliki arah
pengaruh yang positif.
5.2. Saran
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan
untuk memperluas set rasio yang
digunakan, misalnya melibatkan
ROA,ROE atau KAP2, atau menambah
variabel moderat serta disarankan untuk
memperbanyak sampel yang digunakan.
Selain itu disarankan juga untuk
memperpanjang periode penelitian. Jika
memungkinkan, dapat menggunakan
model lain dalam menilai gejala financial
distress dalam perusahaan dan tidak hanya
di dalam sektor perbankan.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Variabel dalam penelitian ini hanya
berkisar antara enam set rasio, namun
sebenarnya masih banyak rasio lain yang
dapat mempengaruhi gejala financial
distress. Selain itu rasio untuk menentukan
nilai sensitivity to market risk tidak dapat
dihitung karena data yang diperlukan
sangat sulit untuk diakses. Hal ini
membuat penelitian menjadi kurang
sempurna karena hanya 5 aspek saja yang
dapat dinilai. Selain itu periode
pengamatan dalam penelitian ini terbatas
hanya dari tahun 2007 – 2009 dan terbatas
hanya pada sektor perbankan.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas.2005. “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga PerbankanPeriode 2000 – 2002”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2, Nopember.ISSN 1411 – 0288.
Almilla, Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi. 2003.“Analisis Rasio
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
43
Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI).Vol. 7 No. 2, Desember. ISSN: 1410 – 2420.
Erlina dan Sri Mulyani, 2007.Metodologi Penelitian Bisnis Akuntansi dan Manajemen, USU Press : Medan.
Fadhilah, Umi Nur. 2006. Analisis Keberlanjutan Usaha Perusahaan Home Industri.Jurnal Akuntansi dan Keuangan.Semarang.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro : Semarang.
Gitosudarmo, Indriyo. 2000. Manajemen Keuangan. BPFE : Yogyakarta.
Hasibuan, Drs. H. Malayu S. P., 2008. Dasar – Dasar Perbankan, Edisi Ketujuh, Bumi Aksara : Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia., 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Cetakan Kedua. Salemba Empat : Jakarta.
Jurusan Akuntansi universitas Sumatera Utara. 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Lestari, Etty Puji. 2009.Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pascakrisis Ekonomi:Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan.Vol.10, No.1, Juni.49 – 67.
Lubis, Ade Fatma., Arifin Akhmad dan Firman Syarif, 2007. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis, USU Press: Medan.
Rahmi, Kurnia, 2010. “Analisa Tingkat Kesehatan Perusahaan dengan Metode CAMELS pada Perusahaan Perbankan Pemerintah yang Terdaftar di BEI”,Skripsi S1,Fakultas Ekonomi,
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.
Republik Indonesia. 1992. Undang – Undang No.7 Pasal 29 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
Republik Indonesia. 1998. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang No. 1 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004. Bank Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2004. Surat Edaran Nomor 23/21/BPPP Tanggal 28 Februari 1991. Bank Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2004. Surat Edaran Nomor 26/5/BPPP Tanggal 29 Mei 1993. Bank Indonesia. Jakarta.
Sarwono, Jonathan, 2009. Statistik Itu Mudah, Penerbit Andi : Yogyakarta.
Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit FE UI : Jakarta
Sitanggang, Katrin Oktavia Sari, 2007. “Pengaruh Variabel Keuangan dan Rasio CAMEL terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Tercatat pada PT. BEJ”, Skripsi S1,Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.
Stickney, C.P. dan Weil, Roman L., 1994.Financial Accounting. Edisi Ketujuh.,The Dryden PressSea : Harbor Drive.
Sugiyono, 2004.Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh, Alfabeta : Bandung.
Umar, Husein, 2003. Riset Akuntansi : Metode Riset Sebagai Cara Penelitian Ilmiah, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
www.bi.go.id www.icmd.co.id www.idx.co.id
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
44
ANALISIS PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DAN VARIABEL
COSTING DENGAN METODE PERUSAHAAN DALAM PERHITUNGAN
HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD MEKARSARI
Tutik Siswanti
ABSTRAKSI
Penentuan harga pokok produksi yang akurat dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat. Beberapa metode dapat digunakan dalam penentuah harga pokok produksi, antara lain full costing dan variable costing. Metode full costing dengan mendasarkan pada seluruh biaya produksi dalam penentuan harga pokok produksi, sedangkan variable costing hanya berdasarkan biaya produksi variabel saja. Permasalahan dalam penelitian ini adalah membandingkan perhitungan harga pokok produk dengan metode full costing dan variable costing dengan metode yang di gunakan perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis penentuan harga pokok produksi berdasarkan metode yang digunakan perusahaan dengan metode full costing dan variable costing. Objek penelitian ini adalah biaya-biaya yang menjadi fokus dari aktivitas dalam pembuatan tahu untuk menentukan alokasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik ke produksi. Jenis penelitian adalah kualitatif berdasarkan eksplanatory research, digunakan untuk mengkaji secara mendalam tentang penerapan metode full costing, variable costing dan metode yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok pada pabrik tahu. Hasil penelitian diperoleh harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing sebesar Rp 207,12, sedangkan dengan metode variabel costing sebesar Rp.204,59, dan dengan metode yang diterapkan perusahaan diperoleh harga pokok per potong tahu sebesar Rp.213,3. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan dalam penentuan harga pokok produk dengan ke tiga metode tersebut. Perbedaannya meliputi : Dasar yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi, klasifikasi biaya yang tidak jelas pada perusahaan, dan hasil perhitungan harga pokok produksi per potong tahu yang menunjukkan metode yang diterapkan perusahaan harganya paling tinggi dibandingkan kedua metode yang lain. Kata Kunci : Full Costing, Variable Costing, Harga Pokok Produksi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perusahaan didirikan salah satu
tujuannya adalah untuk memperoleh laba
untuk menambah modal guna
mengembangkan usahan perusahaan.
Perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan yang melakukan pengolahan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
45
bahan baku menjadi produk jadi.
Komponen pembentukan laba dalam
perusahaan manufaktur adalah
pendapatan yang diperoleh dari hasil
penjualan produksi yang dihasilkan oleh
perusahaan. Sedangkan biaya dalam
perusahaan manufaktur adalah
pengorbanan yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk memproduksi
atau menghasilkan barang.
Proses produksi yang dilakukan
perusahaan manufaktur akan berkaitan
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam rangka menghasilkan suatu.
Biaya-biaya yang yang dikeluarjkan
selama proses produksi dan berhubungan
dengan kegiatan produksi tersebut
merupakan biaya produksi. Dimana pada
akhirnya biaya-biaya produksi yang
dikeluarkan selama proses produksi
untuk menghasilkan produk dalam
periode tertentu tersebut dijumlahkan
perusahaan sehingga membentuk harga
pokok produksi pada periode yang
bersangkutan. Harga pokok produk
tersebut akan digunakan sebagai salah
satu informasi akuntansi untuk
pengambilan keputusan dalam
menetapkan harga jual. Sehingga tinggi
rendahnya harga jual akan dipengaruhi
oleh besar kecilnya harga pokok
produksi. Jika terjadi kesalahan
dalam penentuan harga pokok produk
akan berdampak kesalahan dalam
pengambilan keputusan penentuan harga
jual, hal ini akan berakibat pada laba
yang rendah atau kemungkinan
kerurugian. Oleh karena itu dalam
menentukan besarnya biaya produksi
harus tepat dan akurat, sehingga harga
pokok akan menunjukan harga pokok
sesungguhnya. Penentuan harga pokok
produksi merupakan hal yang sangat
penting mengingat manfaat informasi
harga pokok produksi selain untuk
menentukan harga jual produk juga
digunakan penentuan harga pokok
persedian produk jadi dan produk dalam
proses yang akan disajikan dalam neraca.
Ada beberapa pendekatan dalam
menetukan harga pokok produk antara
lain adalah pendekatan Full Costing dan
Variabel costing. Beberapa perusahaan
pada umumnya dalam nenetukan harga
pokok produk belum mengacu pada
metode yang ada, sehingga mengalami
permasalahan dalam menentukan harga
jual. Berdasarkan hal tersebut, maka
penulis akan memberikan gambaran dan
informasi sebagai alternatif lain dalam
penentuan harga pokok produk.
Sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuan harga
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
46
pokok produk setelah membandingkan
kedua metode tersebut.
1.2. Perumusan masalah
Perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana perhitungan harga pokok
produksi dengan metode Full Costing
?
b. Bagaimana perhitungan harga pokok
produksi dengan metode Variabel
Costing ?
c. Bagaimana perhitungan harga pokok
produksi dengan metode yang
diterapkan perusahaan?
d. Apakah Perbedaan perhitungan harga
pokok produksi dengan metode Full
Costing dan Variabel Costing dengan
metode yang diterapkan perusahaan ?
1.3. Tujuan Dan Manfaat
1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini
adalah adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui perhitungan harga
pokok produksi dengan metode Full
Costing .
b. Untuk mengetahui perhitungan harga
pokok produksi dengan metode
Variabel Costing.
c. Untuk mengetahui perhitungan harga
pokok produksi dengan metode yang
diterapkan perusahaan.
d. Untuk mengetahui perbedaan
perhitungan harga pokok produksi
dengan metode Full Costing dan
Variabel Costing dengan metode
yang diterapkan perusahaan.
1.3.2. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan masukan bagi
perusahaan dalam pengambilan
keputusan memilih metode
perhitungan harga pokok produk
b. Sebagai gambaran dan informasi
berkaitan dengan perbedaan
perhitungan dalam penentuan harga
pokok produk khususnya dengan
pendekatan full costing dan variable
costing
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Biaya
Konsep biaya dan pemahaman
tentang biaya dalam perusahaan
sangat penting, hal ini karena biaya
merupakan salah satu informasi yang
dibutuhkan dalam berbagai
pengambilan keputusan, evaluasi dan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
47
perencanaan perusahaan dalam suatu
perusahaan.
Menurut William K. Carter (2009)
biaya adalah suatu nilai tukar,
pengeluaran, atau pengorbanan yang
dilakukan untuk menjamin perolehan
manfaat. Horngren, , Datar, & Rajan,
(2012), mendefinisikan biaya sebagai kas
atau nilai ekuivalen kas yang
dikorbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberi
manfaat saat ini atau di masa yang akan
datang bagi organisasi. Menurut
Horngren (2008) Biaya adalah sumber
daya yang dikorbankan atau dilepaskan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut William K. Carter,
(2014) berpendapat bahwa biaya
merupakan pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.
2.2. Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya merupakan
suatu proses pengelompokan biaya
secara sistematis atas keseluruhan
elemen biaya yang ada kedalam
golongan-golongan tertentu yang lebih
ringkas untuk dapat memberikan
informasi yang lebih ringkas dan
penting.
Menurut Supriyono, (2011) ada
beberapa cara penggolongan biaya yang
sering dilakukan, antara lain:
a. Penggolongan Biaya Menurut Obyek
Pengeluaran.
b. Penggolongan Biaya Menurut
Hubungan Biaya dengan Sesuatu
yang Dibiayai.
c. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi
Pokok dalam Perusahaan.
d. Penggolongan Biaya Menurut
Perilakunya dalam Hubungannya
dengan Perubahan Volume Aktivitas.
e. Penggolongan Biaya Atas Dasar
Jangka Waktu Manfaatnya
2.3. Harga pokok produksi
2.3.1. Pengertian
Harga pokok produksi Perhitungan
harga pokok produksi sangat
mempengaruhi penetapan harga jual
suatu produk sekaligus penetapan laba
yang diinginkan. Dengan demikian
ketepatan dalam melakukan perhitungan
harga pokok produksi benar-benar
diperhatikan karena apabila terjadi
kesalahan dalam perhitungan akan
menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Menurut Daljono (2011) Harga
pokok produksi merupakan jumlah biaya
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
48
barang yang diselesaikan selama periode
berjalan. Biaya yang hanya dibiayakan
ke barang yang diselesaikan adalah biaya
produksi dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan biaya
overhead.
Sedangkan menurut Armanto (2013)
bahwa harga pokok produksi merupakan
biaya untuk memperoleh barang jadi
yang siap dijual.
2.3.2. Tujuan Penentuan Harga pokok
produksi
Pada dasarnya Tujuan penentuan
harga pokok produksi adalah untuk
menentukan secara tepat jumlah biaya
per unit produk jadi, sehingga dapat
diketahui laba atau rugi suatu perushaan
per periode.
Menurut Armanto (2013) manfaat
dari penentuan harga pokok produksi
secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Harga Jual Produk.
b. Memantau Realisasi Biaya.
c. Menghitung Laba Rugi Periodik.
d. Menentukan Harga Pokok Persediaan
Jadi ,dan Produk dalam Proses yang
Disajikan dalam Neraca.
2.3.3. Metode Penentuan Biaya Produksi
Penentuan harga pokok produksi dapat
dilakukan dengan beberapa metode,
antara lain full costing variabel
costing dan Activity Based Costing.
a. Full costing
Menurut Supriyono, (2011), full
costing merupakan metode penentuan
biaya produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam
biaya produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku variabel maupun tetap.
Dengan demikian harga pokok produksi
menurut full costing terdiri dari unsur
biaya produksi, yaitu :
Biaya bahan baku langsung xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx +
Harga pokok produksi xxx
b. Variabel Costing
Menurut Ahmad Firdaus
(2012), variabel costing merupakan
metode penentuan biaya produksi yang
hanya memperhitungkan biaya
produksi yang hanya berperilaku
variabel ke dalam biaya produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik variabel. Dengan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
49
demikian harga pokok produksi menurut
Variabel Costing terdiri dari unsur biaya
produksi, yaitu :
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx +
Harga pokok produksi xxx
c. Activity-Based
Menurut Horngren, Datar & Rajan
(2012), Activity-Based Costing adalah:
“Metode costing yang mendasarkan pada
aktivitas yang didesain untuk
memberikan informasi biaya kepada para
manajer untuk pembuatan keputusan
stratejik dan keputusan lain yang
mempengaruhi kapasitas dan biaya
tetap”.
Menurut Islahuzzaman (2011),
Activity-Based Costing adalah: “Metode
membiayakan biaya aktivitas-aktivitas
berdasarkan besarnya pemakaian sumber
daya dan membiayakan biaya pada objek
biaya, seperti produk atau pelanggan,
berdasarkan besarnya pemakaian
aktivitas, serta untuk mengukur biaya
dan kinerja dari aktivitas yang terikat
dengan proses dan objek biaya. Dengan
demikian harga pokok produksi menurut
Activity Based Costing terdiri dari unsur
biaya produksi, yaitu :
Aktivitas Tingkat Unit xxx
Aktivitas Tingkat Batch xxx
Aktivitas Tingkat Produk xxx
Aktivitas Tingkat Fasilitas xxx +
Harga Pokokok Produksi xxx
Pembiayaan biaya secara akurat
pada obyek biaya bertujuan untuk
membiayakan dan mengukur seakurat
mungkin biaya sumber daya yang
digunakan oleh obyek biaya. Pada
dasarnya dalam keadaan normal harga
jual produk atau jasa harus dapat
menutup biaya penuh yang telah
dikeluarkan industri untuk menghasilkan
produk atau jasa dan menghasilkan laba
yang dikehendaki. Harga jual yang
terlalu tinggi akan menjadikan produk
kurang bersaing di pasar, sementara
harga jual yang terlalu rendah akan tidak
memberikan keuntungan bagi indusrti
maupun perusahaan.
Perhitungan harga pokok produksi
menjadi masalah yang harus
dilakukan oleh perusahaan yang
menghasilkan produk, hal ini untuk
memberikan penentuan harga jual yang
tepat sehingga dapat menghasilkan
laba yang optimal. Harga pokok
produksi sangat menentukan laba rugi
perusahaan. Dengan demikian
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
50
apabila perusahaan salah atau kurang
teliti dalam penentuan harga pokok
produksi, maka akan mengakibatkan
kesalahan dalam menentukan laba rugi
yang diperoleh perusahaan. Mengingat
arti pentingnya harga pokok produksi
yang memerlukan ketepatan dan
ketelitian, apalagi dalam persaingan
tajam di industri seperti saat ini memacu
perusahaan yang satu bersaing dengan
perusahaan yang lain, dalam
menghasilkan produk sejenis maupun
produk subtitusi.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Obyek dan waktu Penelitian
Obyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang
memproduksi makanan yaitu tahu UD.
Mekarsari. Adapun lokasinya di
Kampung Crewet, Kelurahan Bekasi
Timur, Kecamatan Bekasi Jaya, Bekasi,
Jawa Barat.
Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Januari sampai dengan bulan
April 2015.
3.2. Metode analisi data
Dalam melakukan penelitian ini
metode analisis data yang digunakan
adalah metode deskriptif kuantitatif
yaitu suatu analisis data dengan
merekomendasikan penyusunan harga
pokok produksi yang seharusnya dimana
metode ini dinyatakan dengan angka-
angka.
4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1. Diskripsi data
4.1.1. Klasifikasi biaya pada UD.
Mekarsari
UD. Mekarsari melakukan proses
produksi mulai dari bahan baku sampai
dengan produk jadi. Dalam melakukan
proses produksi tersebut membutuhkan
beberapa bahan baku, tenaga kerja serta
biaya overhead pabrik. Adapun biaya-
biaya yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut :
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi pada usaha ini adalah
kedelai. Dimana dalam melakukan
pembelian bahan baku dilakukan
dengan dasar perhitungan adalah kg.
b. Tenaga Kerja
Proses produksi pada
pembuatan tahu melalui beberapa
tahapan, dimana dalam setiap tahapan
menggunakan tenaga kerja yang
berbeda dan tarif/upah juga
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
51
berbeda. Klasifikasi tenaga kerja
sesuai dengan aktivitas/kegiatan yang
dilakukan selama proses produksi.
Adapun klasifikasi tenaga kerja dalam
proses produksi adalah sebagai berikut:
1. Bagian Giling, bagian ini merupakan
tahapan melakukan penggilingan
kedelai, dimana kedelai yang telah
dibersihkan dan direndam
selanjutnya digiling sampai kedelai
menjadi bubur.
2. Bagian Pengolahan, bagian ini
melakukan mengolah kedelai yang
telah menjadi bubur tersebut dengan
suhu 7- 80 derajat.
3. Bagian Penyaring, bagian ini
melakukan penyaringan terhadap
bubur tahu dengan tujuan untuk
mendapatkan endapan tahu
(gumpalan)
4. Bagian Pemotongan, bagian ini
melakukan pemotongan terhadap
endapan tahu yang telah didinginkan
sesuai dengan ukuran potongan tahu
yang telah di siapkan.
5. Bagian Pengepakan/Pembungkusan,
bagian melakukan pembngkusan
/ pengepakan tahu dengan
kemasan plastik, selanjutnya
didistribusikan kepada pelanggan
atau kepada para pedagang pengecer.
c. Overhead Pabrik
Overhead pabrik merupakan biaya
yang tidak langsung yang terjadi pada
saat proses produksi, overhead pabrik
yang dibutuhkan dalam proses
produksi pembuatan tahu pada
perusahaan ini meliputi :
1. Tenaga Kerja Pimpinan Produksi,
pegawai ini merupakan pengawas
dalam proses produksi yang
bertanggungjawab terhadap
berlangsungnya produksi serta
kualitas produk, mulai dari awal
proses sampai dengan produk selesai
atau jadi.
2. Sopir, pegawai ini memiliki tugas
untuk mendistribusikan produk jadi
kepada para langganan atau pengecer
di pasar.
3. Bahan bakar mesin, dalam proses
produksi salah satu alat produksi
menggunakan mesin, dimana dalam
operasionalnya menggunakan bahan
bakar yaitu solar.
4. Bahan bakar mobil, merupakan
bahan bakar yang digunakan untuk
operasional pengiriman barang jadi
kepada pelanggan, maupun
pengecer.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
52
5. Listrik, digunakan sebagai
penerangan selama proses produksi
di dalam pabrik, dimana penetapan
biaya didasarkan pada KWh
pemakain listrik selama proses
produksi.
6. Kayu bakar, selain menggunakan
mesin dalam proses produksi juga
menggunakan kayu bakar sebagai
sarana untuk melakukan pengolahan
kedelai.
d. Non Produksi
1. Tenaga kerja bagian administrasi,
pegawai ini bertugas untuk
melakukan pencatatan dan
pembukuan sederhana berkaitan
dengan transaksi aliran kas masuk
dan kas keluar harian.
2. Alat tulis kantor, merupakan
pengeluaran untuk membeli buku-
buku , kertas, nota bon serta tinta
printer
4.1.2. Klasifikasi Kebutuhan Biaya
Produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dalam satu bulan rata-rata
selama kurun waktu 4 (empat) bulan ,
yaitu Januari sampai dengan April 2015
sebanyak 550.000 potong tahu. Adapun
kebutuhan bahan baku rata-rata selama
satu bulan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Kebutuhan Bahan Baku Rata-rata
Periode Januari sampai dengan April
2015
Sumber : UD. Mekarsari
Beradasarkan tabel diatas, maka
dapat dapat dihitung kebutuhan bahan
baku kedelai rata-rata setiap bulan adalah
sebesar 51.800 kg/4 bulan = 12.950 kg.
Berdasarkan kebutuhan bahan
baku, maka selama kurun waktu 4
(empat) bulan,seluruh kebutuhan biaya
rata-rata berdasarkan masing-masing
unsur biaya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.
Kebutuhan biaya rata-rata per bulan
Sumber : UD Mekarsari
Periode Kebutuhan
Januari 13.000 kg
Februari 12.800 kg
Maret 12.900 kg
April 13.100 kg
Jumlah 51.800 kg
Rata-rata/bln 12.950 kg
No Unsur Biaya Kebutuhan/ bulan
1 Bahan Baku Kedelai 12.950 kg @ Rp.7.500 Rp .97.125.000 2 Biaya Tenaga Kerja : Bagian Penggilingan , 3 org @ Rp.20.000 Rp . 1.800.000 Bagian Pengolahan, 5 org @ Rp.25.000 Rp. 3.750.000 Bagian Penyaringan, 3 org @ Rp.15.000 Rp. 1.350.000 Bagian Pemotongan, 2 org @ Rp. 18.000 Rp. 640.000 Bagian Pengepakan, 2 org @Rp. 15.000 Rp. 900.000
3 Gaji Pimpinan Produksi, 1 orang Rp . 1.500.000 4 Gaji Pegawai Adm, 1 org Rp . 1.500.000 5 Gaji Sopir , 1 org Rp. 1.000.000 6 Bahan Bakar/Solar Rp 2.200.000 7 Listrik Rp. 350.000 8 Kayu Bakar Rp. 4.200.000 9 Perawatan Kendaraan Rp. 150.000 10 Perawatan mesin produksi Rp. 100.000 11 Alat Tulis Kantor Rp. 100.000 12 Bahan Bakar mobil Rp. 650.000
Total biaya /bln Rp.117.315.000
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
53
Berdasarkan tabel 2 tersebut, maka dapat
diketahui bahwa kebutuhan biaya selama
satu bulan untuk memproduksi sebanyak
550.000 potong tahu adalah sebesar
Rp117.315.000,-. Kebutuhan biaya
tersebut, baik yang berkaitan dengan
biaya produksi maupun non produksi.
4.2. Analisis Data
4.2.1. Perhitungan Harga Pokok
Produksi dengan Metode Full Costing.
Penentuntuan harga pokok produk
dengan pendekatan ini berdasarkan
seluruh biaya produksi baik yang tetap
maupun variabel. Sedangkan unsur biaya
produksi di kalsifikasikan, meliputi :
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik. Sehingga
berdasarkan data biaya produksi
pembuatan tahu pada UD. Mekarsari
dapat ditentukan harga pokok sebagai
berikut :
Tabel 3
Perhitungan Harga Pokok Produk dengan Metode Full Costing
Sumber : Data diolah peneliti
Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka
hasil perhitungan total biaya produksi
dengan metode full costing berdasarkan
data rata-rata satu bulan adalah sebesar
No Unsur Biaya Kebutuhan/ bulan
Jumlah
1 Biaya Bahan Baku Rp .97.125.000 Rp. 97.125.000
2 Biaya Tenaga Kerja :
Bagian Penggilingan Rp . 1.800.000
Bagian Pengolahan Rp. 3.750.000
Bagian Penyaringan Rp. 1.350.000
Bagian Pemotongan Rp. 640.000
Bagian Pengepakan Rp. 900.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 8.440.000
3 Biaya Overhead Pabrik :
Gaji Pimpinan Produksi Rp . 1.500.000
Bahan Bakar/Solar Rp 2.200.000
Listrik Rp. 350.000
Kayu Bakar Rp. 4.200.000
Perawatan mesin produksi Rp. 100.000
Jumlah BOP Rp. 8.350.000
Total biaya Produksi Rp.113.915.000
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
54
Rp.113.915.000,-. Jumlah produk yang
dihasilkan selama satu bulan adalah
sebanyak 550.000 potong tahu,
sehingga harga pokok produk per
potong tahu adalah sebesar :
HPP/potong=��.���.���.���
���.��� ������= Rp.207,12
Hasil perhitungan diatas menunjukkan
bahwa, harga poko produk untuk satu
potong tahu adalah sebesar Rp.207,12.
Sehingga dari hasil perhitngan ini, maka
dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam
menentukan harga jual tahu per potong,
yatu harga pokok produk ditambah
dengan keuntungan yang diharapkan
(mark up). Dengan perhitngan ini, maka
dapat ditentukan harga pokok produk
secara tepat, hal ini dapat membantu
perusahaan dalam menentukan harga
jual, sehingga tidak mengalami
kerugian.
4.2.2. Perhitungan Harga Pokok
Produksi dengan Metode Variable
Costing.
Penentuntuan harga pokok produk
dengan metode variablel costing ini
berdasarkan pada biaya produksi yang
berlaku variabel saja, sehingga sebelum
menentukan harga pokok produk harus
mengklasifikasikan biaya berdasarkan
biaya tetap dan variabel. Berdasarkan
data yang tersaji pada tabel 2 tersebut,
maka klasifikasi biaya tetap dan
variabel pada produksi tahu UD
Mekasrsari adalah sebagai berikut :
Biaya produksi variabel terdiri dari:
1. Biaya bahan baku
2. Biaya Tenaga Kerja :
a. Bagian Penggilingan
b. Bagian Pengolahan
c. Bagian Penyaringan
d. Pemotongan
e. Pengepakan
3. Biaya Overhead Pabrik
a. Bahan Bakar Solar
b. Listrik
c. Kayu bakar
d. Perwatan Mesin
Biaya Produksi Tetap : Gaji pimpinan
produksi.
Berdasarkan klasifikasi tersebut diatas,
maka dapat dihitung besarnya harga
pokok produk dengan metode variable
costing, sebagai berikut:
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
55
Tabel 4.
Perhitungan Harga Pokok Produk dengan Metode Variable Costing
Sumber : Data diolah peneliti
Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka
hasil perhitungan total biaya produksi
dengan metode variable costing
berdasarkan data rata-rata satu bulan
adalah sebesar Rp.112.415.000,-.
Jumlah produk yang dihasilkan selama
satu bulan adalah sebanyak 550.000
potong tahu, sehingga harga pokok
produk per potong tahu adalah sebesar :
HPP/potong =��.���.���.���
���.��� ������ =
Rp.204,59
Dari hasil perhitungan dengan metode
variable costing, maka diperoleh harga
pokok per potong tahu adalah sebesar
Rp.204,59. Hal ini berarti, jika
perusahaan akan menetukan harga jual,
maka perhitungan harga adalah
Rp.204,59 + keuntungan yang
diharakan.
4.2.3. Perhitungan Harga Pokok
Produk yang dilakukan perusahaan.
UD. Mekarsari selama ini dalam
menentukan harga pokok tidak
menggunakan metode tertentu. Dalam
menentukan harga pokok produk
berdasarkan total seluruh biaya yang
terjadi selama satu bulan dibagi dengan
jumlah produksi. Biaya yang digunakan
sebagai dasar penentuan harga pokok
No Unsur Biaya Kebutuhan/ bulan
Jumlah
1 Biaya Bahan Baku Rp .97.125.000 Rp. 97.125.000
2 Biaya Tenaga Kerja :
Bagian Penggilingan Rp . 1.800.000
Bagian Pengolahan Rp. 3.750.000
Bagian Penyaringan Rp. 1.350.000
Bagian Pemotongan Rp. 640.000
Bagian Pengepakan Rp. 900.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 8.440.000
3 BOP Variabel :
Bahan Bakar/Solar Rp 2.200.000
Listrik Rp. 350.000
Kayu Bakar Rp. 4.200.000
Perawatan mesin produksi Rp. 100.000 Jumlah BOP Rp. 6.850.000
Total biaya Produksi Rp.112.415.000
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
56
produk tidak hanya biaya produksi,
tetapi juga biaya non produksi. Dampak
dari perhitungan ini adalah harga pokok
produksinya menjadi tinggi, sehingga
dalam menentukan harga jual juga
tinggi. Selain itu harga pokok produksi
yang berubah-ubah, yang dipicu
kenaikan biaya non produksi. Sehingga
sering mengalami permasalahan dalam
menentukan harga jual. Selain itu pada
perusahaan tidak dilakukan klasifikasi
biaya, sehingga tidak dapat di lakukan
pengawasan terhadap penggunaan
biaya, akibatnya perusahaan tidak dapat
melakukan evaluasi pada saat selesai
proses produksi jika terjadi in-efisiensi
biaya.
Adapun Perhitungan harga pokok
produk berdasarkan metode yang
diterapkan di perusahaan adalah Total
biaya per bulan dibagi dengan jumlah
produksi per bulan. Berdasarkan tabel 2,
maka besarnya harga pokok produksi
per potong tahu adalah sebagai berikut :
HPP/potong =��.���.���.���
���.��� ������ = Rp.213,3
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka
harga pokok produk dengan metode
yang gunakan perusahaan diperoleh
hasil Rp.213,3 per potong tahu. Harga
ini lebih tinggi dibandingkan dengan
metode full costing, maupun variabel
costing.
4.3. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa ketiga metode yang digunakan
dalam perhitungan harga pokok
menghasilkan harga pokok per potong
tahu berbeda-beda. Namun demikian
focus dalam penelitian ini adalah untuk
membandingkan metode full costing
dan variabel costing dengan metode
yang diterapkan perusahaan dalam
perhitungan harga pokok produk tahu.
Berdasarkan analisis data, maka dapat
di sajikan pada tabel dibawah ini
beberapa perbedaan yang mendasar
dalam perhitungan harga pokok produk
tahu. Adapun perbedaan tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.
Perbedaan Penentuan Harga Pokok
Produk Metode Full Costing, Varieble
Costing dengan Metode yang
Diterapkan Perusahaan
No Keterangan Full Costing
Variable Costing
Perusahaan
1 Dasar Perhitungan
Harga Pokok Produk
Seluruh Biaya
Produksi Tetap dan Variabel
Biaya produksi Variabel
Seluruh biaya
produksi dan Non produksi
2 Klsifikiasi biaya
Biaya Produksi dan Non Produksi
Biaya Produksi Variabel
dan Biaya Produksi
Tetap
Tidak ada klsifikasi
biaya
3 Hasil perhitungan HPP/potong
tahu
Rp.207,12 Rp.204,59 Rp.213,3
Sumber : Data diolah peneliti
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
57
Berdasarkan tabel diatas, maka
dapat terdapat perbedaan yang cukup
mendasar dalam penentuan harga pokok
produksi, dengan kedua metode dengan
metode yang diterapkan oleh
perusahaan. Akibat dari metode yang
diterapkan perusahaan, maka harga
pokok produksi menjadi lebih tinggi,
karena perusahaan tidak menentukan
harga pokok produksi berdasarkan biaya
yang terjadi dalam proses produksi,
tetapi seluruh biaya non produksi juga
digunakan dalam penentuan harga
pokok produksi. sehingga konsumen di
bebankan pada harga jual yang tinggi,
dimana biaya tersebut bukan merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam rangka
untuk menambah nilai produk,
akibatnya harga jual menjadi tinggi
karena harga pokok produksi tinggi.
Klasifikasi biaya yang tidak
dilakukan oleh perusahaan juga
mengakibatkan perusahaan tidak dapat
mengidentifikasi penggunaan biaya
produksi secara terperinci, sehingga
dalam catatn pembukuan tidak dapat
terlihat dengan jelas biaya produksi dan
non produksi.
Biaya produksi yang tinggi karena
salah dalam menentukan metode
perhitungan harga pokok produk sangat
riskan, mengingat harga pokok produk
merupakan salah satu dasar yang
digunakan untuk menentukan harga jual
dan menghitung laba operasi/laba kotor.
Jika harga pokok produksi tinggi
otomatis akan berdampak pada harga
jual tinggi, sementara harga jual tinggi
secara teori tidak menarik bagi
konsumen dan dapat menyebabkan
penjualan menurun. Sementara dalam
perhitungan laba rugi akan mengalami
kesulitan ketika menentukan laba
kotor/laba usaha, karena perhitungan
harga pokok yang salah.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai beikut :
1. Metode penentuan harga pokok
produk dengan metode full costing,
berdasarkan seluruh biaya produksi
tetap dan variabel menghasilkan
harga pokok produk per potong tahu
sebesar Rp.207,12
2. Metode penentuan harga pokok
produk dengan metode variable
costing, biaya variabel saja
menghasilkan harga pokok produk
per potong tahu sebesar Rp.204,59
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
58
3. Metode penentuan harga pokok
produk dengan metode yang
diterapkan perusahaan, berdasarkan
seluruh biaya produksi dan biaya non
produksi menghasilkan harga pokok
produk per potong tahu sebesar
Rp.213,3
4. Perbedaan dalam perhitungan harga
pokok produk antara metode full
costing dan variable costing dengan
metode yang diterapkan pada
perusahaan meliputi :
a. Dasar yang digunakan untuk
menghitung harga pokok
b. Klasifikasi Biaya
c. Hasil perhitungan harga pokok
per potong tahu.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka
disarankan kepada perusahaan sebagai
berikut :
1. Melakukan klasifikikasi biaya
produksi sesuai dengan terjadinya
biaya, dan memisahkan antara biaya
produksi dan non produksi.
2. Merubah metode perhitungan harga
pokok produksi untuk dapat
menentukan harga pokok produksi
dan harga jual yang tepat, serta dapat
menyusun perhitungan laporan laba
rugi yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Firdaus,. dan Abdullah, Wasilah. 2012. “Akuntansi Biaya”. Edisi 3. Salemba Empat
Armanto, Witjaksono,SE, MM, 2013 Akuntansi Biaya, Graha Ilmu
Blocher, Stout, Cokins, 2011, Manajemen Biaya, Salemba Empat, Jakarta.
Daljono. (2011). Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian. Edisi ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Horngren, C. T., Datar, S. M., & Rajan, M. (2012). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. England: Pearson.
Islahuzzaman. (2011). Activity Based Costing Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung
Prawironegoro, Darsono,2009, Akuntansi Manajemen, Mitra Wacana Media, Jakarta
Rambat Lupiyoadi, Ridho Bramulya Ikhsan, 2015, Praktikum Metode Riset Bisnis, Salemba Empat, Jakarta
Supriyono, 2011, Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya,serta Pengambilan Keputusan, BPFE, Yogyakarta
Witjaksono, Armanto, 2010, Akuntansi Biaya, Graha Ilmu, Jakarta
William K. Carter, 2014, Akuntansi Biaya “ Count Accounting”, Salemba Empat
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
59
“ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH SEBELUM PAJAK DAN
TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA
PERUSAHAAN PROPERTI YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015”.
Tutik Siswanti dan Kharima
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara Laba bersih sebelum pajak dan Total aset terhadap Return on Assets, baik secara indivisu atau parsial maupun secara bersama-sama atau simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang mempublikasikan laporan keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011sampai dengan tahun 2015, sebanyak 27 perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu laporan keuangan selama 5 (lima) tahun dari seluruh populasi. Sehingga datanya merupakan panel, yaitu data gabungan antara data time series dan data cross section. Oleh karena itu metode pengolahan data dengan menggunakan software eviews seri 9, disesuaikan dengan jenis datanya. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Sedangkan uji hipotesis menggunakan uji hipotesis parsial dengan membandingkan anatara thitung dengan t tabel, sedangkan uji hipotesis simultan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Koefisien determinasi digunakan sebagai pengukuran besarnya varian variabel bebas dalam menjelaskan varian variabel terikat
Hasil penelitian menunjukan persamaan regresi adalah Y = 0,062360 + (8.21E-14 . X1) + (-4.70E-15. X2). Hasil uji hipotesis parsial menunjukkan, variabel Laba bersih sebelum pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on Assets , yang ditunjukan dengan nilai thitung 3,911045 > ttabel 1,66 . Sedangkan pada variabel total aset tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return on Assets, yang ditunjukan dengan nilai thitung 1,919361 < ttabel 1,66 .Hasil uji hipotesis secara simultan menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih sebelum pajak dan total aset terhadap Return on Assets, yang ditunjukkan dengan nilai Fhitung 4,538842 > Ftabel 3,06. Hasil koefisien determinasi R square (R2), menunjukan nilai sebesar 0.545235, hal ini berarti variabel bebas laba bersih sebelum pajak, dan total aset mampu menjelaskan varian dari variabel terikat yaitu Return On Assets sebesar 54,235% sedangkan sisanya sebesar 45,765 (100-54,235) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata kunci : Laba Bersih Sebelum Pajak,Total Aset,Return On Asset
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
60
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Informasi akuntansi keuangan
menunjukkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan yang digunakan
oleh para pemakainya sesuai dengan
kepentingan masing-masing. Pengertian
laporan keuangan menurut PSAK No1
(2015) merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan yang lengkap dari
laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas,
laporan perubahan posisi keuangan (yang
dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas, atau
laporan arus dana), catatan dan laporan
serta materi penjelasan yang merupakan
bagian intergral dalam laporan keuangan .
Laporan keuangan yang sebenarnya
merupakan produk akhir dari proses atau
kegiatan akuntansi dalam satu kesatuan.
Proses akuntansi dimulai dari
pengumpulan bukti-bukti transaksi yang
terjadi sampai pada penyusunan laporan
keuangan. Prose akuntansi tersebut harus
dilaksanakan menurut cara tertentu yang
lazim dan berterima umum serta sesuai
dengan standar akuntansi keuangan.
Laporan keuangan untuk tujuan umum
adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi serta
menunjukkan kinerja yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Laporan keuangan merupakan alat
yang sangat penting untuk mendapatkan
informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh
perusahaan. Data keuangan tersebut akan
lebih berarti jika diperbandingkan dan
dianalisis lebih lanjut sehingga dapat
diperoleh data yang dapat mendukung
keputusan. Investor sebagai penanam
modal berisiko dan penasehat mereka
berkepentingan dengan risiko yang
melekat serta hasil pengembangan dari
investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli,
menahan atau menjual investasi tersebut.
Pemegang saham juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Dimana dividen
merupakan salah satu indikasi untuk
mengukur seberapa besar tingkat
kembalian investasi yang diperoleh
investor atas sejumlah investasi yang
ditanamkan dalam suatu perusahaan.
Laporan keuangan terdiri dari beberapa
laporan salah satunya adalah
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
61
laporan laba rugi.Laporan laba rugi
merupakan laporan yang memiliki fungsi
untuk menyediakan atau menganalisasi
perkembangan perusahaan kedepannya
yang di lihat dari seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk dapat
menghasilkan laba sesuai dengan kurun
waktu yang di tetapkan sesuai dengan
manfaat akuntansi. Dengan adanya laporan
laba rugi ini maka perusahaan dapat
mengambil suatu keputusan untuk
kemajuan perusahaan. Pada prinsipnya
laporan laba rugi merupakan laporan
keuangan yang berisikan informasi terkait
dengan keberhasilan perusahaan dalam
periode tertentu. Laporan laba rugi memuat
informasi transaksi pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian. Laporan laba
rugi ini memiliki manfaat yang besar bagi
sebuah perusahaan, dimana penentu
kebijakan dalam perusahaan menggunakan
informasi tersebut untuk memprediksi arus
kas masa mendatang dengan berbagai cara.
Misalnya, investor menggunakan informasi
dalam laporan laba rugi untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan di masa
lalu, sebagai dasar untuk memprediksi
kinerja masa mendatang, dan menilai
resiko kegagalan perusahaan untuk
mencapai arus kas dimasa datang.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan,
disebutkan bahwa laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen secara berkala
setiap periode mempunyai tujuan berikut ;
a) Memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja (prestasi) dan aliran
kas perusahaan yang berguna bagi
pemakai dalam rangka pengambilan
keputusan.
b) Sebagai sarana pertanggungjawaban
(responsibility) manajemen atas
pengelolaan perusahaan selama ini.
c) Menilai keberhasilan operasi dan
efisiensi manajemen di dalam
mengolah kegiatan operasional
perusahaan.
d) Menilai profitabilitas (kemampuan
menghasilkan laba) dari modal yang
diinvestasikan ke dalam perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
jelaslah bahwa laporan keuangan
khususnya laporan laba rugi merupakan
salah satu informasi yang dibutuhkan
berkaitan dengan pengukuran kinerja,
pencapaian prestasi, kemampuan
perusahaan memperoleh keuantungan serta
mengkukur besarnya tingkat kembalian
investasi yang akan dinikmati oleh
investor.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini meliputi :
a. Apakah laba bersih sebelum pajak
secara parsial berpengaruh terhadap
Return On Assets (ROA) pada
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
62
perusahaan properti yang terdaftar di
BEI periode 2011-2015?
b. Apakah total aset secara parsial
berpengaruh terhadap Return On Assets
(ROA) pada perusahaan properti yang
terdaftar di BEI periode 2011-2015?
c. Apakah laba bersih sebelum pajak dan
total aset secara bersama-sama atau
secara simultan berpengaruh terhadap
Return On Assets (ROA) pada
perusahaan properti yang terdaftar di
BEI periode 2011-2015?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
a. Pengaruh laba bersih sebelum pajak
terhadap Return On Assets (ROA) pada
perusahaan properti yang terdaftar di
BEI periode 2011-2015.
b. Pengaruh total aset terhadap Return On
Assets (ROA) pada perusahaan properti
yang terdaftar di BEI periode 2011-
2015.
c. Pengaruh laba bersih sebelum pajak dan
total aset secara bersama-sama terhadap
Return On Assets (ROA) pada
perusahaan properti yang terdaftar di
BEI periode 2011-2015.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai bahan informasi dan masukan
khususnya kepada investor dan calon
investor berkaitan dengan keputusan
investasi, terutama menyangkut analisis
fundamental faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam investasi, agar
tidak mengalami kerugian dimasa yang
akan datang.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Fahmi (2011) “Laporan
keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu
perusahaan dan lebih jauh informasi
tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran
kinerja perusahaan tersebut.”
Kasmir (2014) berpendapat,
“Laporan keuangan merupakan laporan
yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu.”
Berdasarkan pengertian tersebut
diatas maka laporan keuangan adalah salah
satu sumber informasi yang sangat penting
disamping sumber informasi lainnya
seperti informasi industri, kondisi
perekonomian yang bisa memberikan
gambaran mengenai kondisi dan prospek
perusahaan. Laporan keuangan yang baik,
menginformasikan seluruh kondisi
keuangan perusahaan secara lengkap dan
terperinci sehingga memudahkan para
pengguna laporan keuangan untuk
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
63
memahami dan mengambil sebuah
keputusan.
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Farah Margaretha (2011)
“Tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang relevan untuk
digunakan oleh manajer dalam
menjalankan operasi perusahaan, pihak
pihak yang berkepentingan penyumbang,
anggota organisasi, kreditur dan pihak lain
yang menyediakan sumber daya bagi
organisasi nirlaba (non profit) untuk
mengetahui kinerja dan kondisi
perusahaan”.
Sedangkan menurut (Nelson Lam dan
Peter Lau, 2014) untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas yang
berguna untuk berbagai pengguna dalam
membuat keputusan ekonomi, Laporan
keuangan juga menunjukan hasil dari
pengelolaan sumber daya oleh manajemen
yang dipercayakan kepadanya agar
memenuhi tujuan tersebut laporan
keuangan memberikan informasi tentang
suatu entitas ; aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban, termasuk
keuntungan dan kerugian, kontribusi oleh
dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas.
2.1.3. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh suatu perusahaan merupakan
ringkasan dari harta, kewajiban, dan
kinerja operasi selama suatu periode
akuntansi tertentu. Pada umumnya laporan
keuangan terdiri atas tiga hal utama, yaitu
neraca (Balance Sheet), laporan laba rugi
(Income Statement), dan laporan
perubahan modal (Statement of Changes in
Capital). Dalam perkembangannya
komponen laporan keuangan bertambah
dengan satu laporan keuangan yaitu
laporan arus kas (Cash Flow), dimana jenis
laporan keuangan meliputi (Gumanti ,
2011):
a. Laporan Posisi Keuangan
Merupakan laporan tentang kekayaan
dan kewajiban atau beban suatu
perusahaan dalam suatu periode
tertentu.
b. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Menunjukan kinerja operasi suatu
perusahaan dalam suatu periode
akuntansi tertentu dan juga menunjukan
seberapa jauh perusahaan mampu
menjalankan kegiatan usaha serta
seberapa efisien perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan.
c. Laporan Perubahan Modal (Statement
of Changes in Capital)
Menunjukan berapa besar bagian atau
porsi dari keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan yang
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
64
diinvestasikan kembali ke perusahaan
yang mempengaruhi besaran modal
secara keseluruhan.
d. Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Menyajikan informasi tentang arus kas
bersih dari tiga kegiatan utama
diperusahaan, yaitu arus kas dari
aktivitas operasi, arus kas dari
pendanaan, dan arus kas dari aktivitas
investasi.
e. Lampiran Penjelas atas Laporan
Keuangan.
Menyajikan informasi tambahan
penjelasan-penjelasan secara terperinci
berkaitan dengan ke empat laporan
keuangan yang telah disajikan.
2.2. Laba
2.2.1. Pengertian Laba
Laba merupakan jumlah residual yang
tertinggal setelah semua beban (termasuk
penyesuaian pemeliharaan modal, kalau
ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau
beban melebihi penghasilan, maka jumlah
residualnya merupakan kerugian bersih
(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)
Menurut Wild dan Subramanyam
(2014), “laba adalah mengindikasikan
profitabilitas perusahaan. Laba
mencerminkan pengembalian kepada
pemegang ekuitas untuk periode
bersangkutan, sementara pos - pos dalam
laporan merinci bagaimana laba didapat”.
Laba merupakan bagian dari laporan
keuangan sehingga laba seharusnya juga
berguna untuk keputusan kredit. Laba
dapat digunakan untuk menilai prospek
perusahaan misalnya untuk (a)
mengevaluasi performance manajemen,,
(b) memperkirakan earnings power, (c)
memprediksikan laba yang akan datang
atau (d) menilai risiko investasi atau
pinjaman pada perusahaan (SFAC No.1).
Chariri dan Ghozali (2007) dalam
Widhi (2011) mengungkapkan pengertian
laba yang dianut oleh struktur akuntansi
sekarang ini adalah laba akuntansi yang
merupakan selisih pengukuran pendapatan
dan biaya.
2.2.2. Jenis-jenis Laba
Jenis laba menurut Menurut Kasmir
(2011) meliputi :
a. Laba kotor (Gross Profit) artinya laba
yang diperoleh sebelum dikurangi biaya
biaya yang menjadi beban perusahaan.
Artinya laba keseluruhan yang pertama
sekali perusahaan peroleh.
b. Laba bersih (Net Profit) merupakan
laba yang telah dikurangi biaya biaya
yang merupakan beban perusahaan
dalam suatu periode tertentu termasuk
pajak.
2.3. Laba Bersih Sebelum Pajak
2.3.1. Pengertian Laba Bersih Sebelum
Pajak
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
65
Laba bersih sebelum pajak secara
umum adalah ukuran dari profitabilitas
suatu perusahaan yang tidak termasuk
beban pajak penghasilan.
Menurut Golrida Karyawati (2012)
“pengertian laba bersih sebelum pajak
adalah sebagai uang yang disimpan oleh
perusahaan sebelum dikurangi karena
harus membayar pajak”
Sedangkan menurut Donals E Kieso
(2013) laba bersih sebelum pajak adalah
laba bersih yang belum dikurangi dengan
beban / biaya pajak. Laba sebelum pajak
memberikan informasi analisis investasi
yang berguna untuk mengevaluasi kinerja
operasi perusahaan tanpa memperhatikan
pengaruh pajak.
Berdasarkan pengertian tersebut
diatas ukuran dari profitabilitas suatu
perusahaan adalah laba bersih yang belum
dikurangi dengan beban/biaya pajak.
Laba bersih sebelum pajak
memberikan informasi analisis investasi
yang bermafaat untuk mengevaluasi
kinerja operasi perusahaan tanpa
memperhatikan pengaruh pajak. Dengan
menghapus faktor pajak, tentu Earning
Before Tak (EBT), akan lebih berfokus
kepada analisis profitabilitas operasi
sebagai ukuran tunggal kinerja perusahaan.
Rumus umum untuk menentukan EBT
adalah : Pendapatan – Beban-beban (tidak
termasuk pajak).
2.4. Aset
2.4.1. Pengertian Aset
Standar Akuntansi Keuangan 16 tahun
2015 asset adalah sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomis dimasa depan
diharapkanakan diperoleh perusahaan.
Sedangkan menurut Imam Santoso
(2010) mendefinisikan aktiva sebagai
berikut: aktiva adalah manfaat ekonomis
yang sangat mungkin diperoleh atau
dikendalikan oleh perusahaan pada masa
yang akan datang sebagai akibat dari
kejadian atau transaksi masa lalu yang
diharapkan dapat memberikan manfaat
ekonomis dalam menghasilkan
pendapatan.
2.4.2. Jenis-jenis Aktiva
1. Aktiva Lancar (Current Assets)
Menurut Fahmi (2011) “aktiva lancar
merupakan aset yang memiliki tingkat
perputaran yang tinggi dan paling cepat
bisa dijadikan uang tunai, dengan
penetapan periode waktu biasanya 1
(satu) tahun.”
2. Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Aktiva tetap merupakan aktiva yang
mempunyai masa manfaat atau umur
ekonomis lebih dari satu tahun Imam
Santoso (2010). Sedangkan menurut
Kasmir (2010) “aktiva tetap
merupakan harta atau kekayaan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
66
perusahaan yang digunakan dalam
jangka panjang lebih dari satu tahun.”
Komponen yang terdapat di aktiva
tetap yang terdiri aktiva tetap berwujud
dan aktiva tetap tidak berwujud.
2.5. Return On Aset (ROA)
2.5.1. Pengertian
ROA merupakan salah satu ukuran
rasio profitabilitas. Menurut Irhan Fahmi
(2011) mendefinisikan rasio profitabilitas
adalah rasio yang mengukur efektivitas
secara keseluruhan yang ditunjukan oleh
besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan
penjualan maupun investasi.
Return On Asset menurut Kasmir
(2012) adalah rasio yang menunjukan hasil
(return) atas jumlah aktiva yangdigunakan
dalam perusahaan. Selain itu, ROA
memberikan ukuran yang lebih baik atas
profitabilitas perusahaan karena
menunjukan efektivitas manajemen dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh
pendapatan. Sedangkan Menurut Harahap
(2010) “Return On Assets
menggambarkan perputaran aktiva diukur
dari penjualan. Semakin besar rasio ini
maka semakin baik dan hal ini berarti
bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar
dan meraih laba.
Return On Assets (ROA) digunakan
untuk mengukur efektifitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA merupakan rasio antara laba sesudah
pajak terhadap total assets. Semakin besar
ROA menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik, karena tingkat pengembalian
(return) semakin besar.
Menurut Toto Prihadi (2008) Return On
Asset yaitu (ROA, laba atas asset)
mengukur tingkat laba terhadap asset yang
digunakan dalam menghasilkan laba
tersebut, dimana persentase rasio ini
dinyatakan oleh rumus sebagai berikut :
ROA = Net Profit After Tax x 100%
Total Asset
Keterangan :
Net Profit After Tax = Laba Bersih Setelah
Pajak
Total Asset = Total Aktiva
2.5.2. Keunggulan ROA (Return On
Asset)
Menurut Munawir (2010), keunggulan
dari Return On Asset, yaitu:
a. Sebagai salah satu kegunaannya yang
prinsipiil ialah sifatnya yang
menyeluruh. Apabila perusahaan sudah
menjalankan praktek akuntanasi yang
baik maka managemet dengan
menggunakan teknik analisa ROI dapat
mengukur efisiensi penggunaan modal
yang bekerja, efisiensi produksi dan
efisiensi bagian penjualan.
b. Apabila perusahaan dapat mempunyai
data industri sehingga dapat diperoleh
ratio industry, maka dengan analisa
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
67
ROI ini dapat dibandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaannya
dengan perusahaan lain
yang sejenis, sehingga dapat diketahui
apakah perusahaannya berada di bawah,
sama atau di atas rata-ratanya. Dengan
demikian akan dapat diketahui di mana
kelemahannya dan apa yang sudah kuat
pada perusahaan tersebut dibandingkan
dengan perusahaan lain yang sejenis.
c. Analisa ini pun dapat dignakan untuk
mengukuur efisiensi tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh
divisi/bagian, yaitu dengan
mengalokasikan semua biaya dan
modal ke dalam bagian yang
bersangkutan.
d. Analisa ini juga dapat digunakan untuk
mengukur profitabilitas dair masing-
masing produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Dengan menggunakan
product cost system yang baik, modal
dan biaya dapat dialokasikan kepada
berbagai produk yang dihasilkan oleh
perusahaan yang bersangkutan,
sehingga dengan demikian akan dapat
dihitung profitabilitas dari masing-
masing produk.
e. ROI/ ROA selain berguna untuk
keperluan control, juga berguna untuk
keperluan perencanaan. Misalnnya ROI
dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan kalau
perusahaan akan mengadakan expansi.
2.6. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan penelitian
yang menganalisis pengaruh anatar dua
variabel bebas terhadap variabel terikat,
baik secara parsial maupun simultan.
Dalam penelitian ini akan menganalisis
pengaruh laba bersih dan total aset sebagai
variabel bebas terhadap variabel terikat,
yaitu Return On Investmen. Dimana dalam
penelitian ini akan mengukur dan
melakukan analisis berkaitan dengan
besarnya pengaruh kedua varaiabel bebas
tersebut secara individu, atau sendiri-
sendiri dan berapa besar pengaruh kedua
variabel bebas tersebut secara bersama-
sama terhadap ROI sebagai variabel
tereikatnya.
Adapun secara sistematika dapat
digambarkan dalam kerangka berpikir
sebagai berikut :
Gambar 1
Kerangka Berpikir
Return On Investmen
Laba Bersih Sebelum pajak
Total Aset
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
68
2.7. Hipotesis
Berdasarkan konsep teori yang telah
dikemukakan serta kerangka pemikiran,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H1 : Laba bersih sebelum pajak diduga
berpengaruh terhadap terhadap
Return On Assets pada perusahaan
properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011-2015.
H2 : Total Asset diduga berpengaruh
terhadap Return On Assets pada
perusahaan properti yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun
2011-2015.
H3 : Laba bersih sebelum pajak dan total
asset diduga berpengaruh terhadap
Return On Assets pada perusahaan
properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun.
3. Metodologi Penelitian
3.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari 2 (dua) variabel bebas dan satu
variabel terikat. Adapun variabel bebasnya
adalah laba bersih dan total aset,
sedangkan variabel terikatnya adalah
Return On Investment (ROI).
3.2. Difinisi Operasional Variabel
a. Laba Bersih
Laba bersih yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah laba bersih
sebelum pajak, dimana datanya
diperoleh dari laporan laba rugi.
b. Total Aset
Total Aset dalam penelitian ini adalah
seluruh harta/aset yang terdiri dari total
aktiva lancar ditambah total aktiva
tetap, data diperoleh dari laporan posisi
keuangan.
c. Return On Investment (ROI)
ROI diperoleh dengan membandingkan
antara Laba bersih sebelum pajak
dengan total aset dikalikan 100%.
Laba Bersih sebelum pajak
Total aset
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan properti yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang
mempublikasikan laporan keuangan
lengkap dan berturut-turut.
Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan properti yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang
mempublikasikan laporan keuangan
lengkap dan berturut-turut, selama tahun
2011–2015. Berdasarkan data yang
dikumpukan, maka jumlah perusahaan
dalam penelitian ini sebanyak 27.
Sedangkan laporan keuangan selama 5
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
69
(lima) tahun adalah sebanyak 137 laporan
keuangan.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif, dimana data dalam
penelitian ini adalah angka-angka dalam
laporan keuangan periode tahun 2011
sampai dengan 2015.
Sumber data dalam penelitian ini
adalah data sekunder, yaitu berupa laporan
keuangan posisi keuangan dan laporan laba
rugi yang telah diaudit dan dipublikasikan
oleh Indonesian Capital Market Direcotry
(ICMD)
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah studi dokumentasi, yaitu
mengumpulkan data yang berupa
dokumen-dokumen. Dokumen berupa
laporan keuangan dikumpulkan dengan
cara mengunduh melalui web. Indonesian
Capital Market Direcotry(ICMD).
3.6. Metode Pengolahan dan Analisis
Data
Metode pengolahan data dalam
penelitian ini menggunakan bantuan
sotfware Eviews versi 9. Metode
pengolahan data ini dipilih, karena jenis
data dalam penelitian ini adalah data panel.
Data panel merupakan gabungan antara
data runtut waktu (time series) dan data
silang ( cross section).
Metode analisis data dalam penelitian
ini meliputi :
3.6.1. Uji Asumsi Dasar
Pada uji asumsi dasar akan dilakukan
uji Normalitas untuk mengetahui, residual
dari suatu model regresi terdistibusi
normal atau tidak.
3.6.2. Regresi berganda
Regresi berganda, secara sistematis
dengan menggunakan model persamaan
sebagai berikut:
Log Y = α + β1 log X1 + β2 log X2 + єt …
Dimana:
Y = Return On Assets
X1 = Laba bersih sebelum pajak
X2 = Total Aset
β1, β2 = Koefisiensi Regresi
єt = Error Term
α = Intercept
3.6.3. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Parsial
Uji parsial dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen
secara parsial. Dalam penelitian ini uji
hipotesis parsial dilakukan untuk menguji
pengaruh laba bersih setelah pajak dan
total aset terhadap ROI. Uji ini dilakukan
dengan membandingkan antara thitung
dengan ttabel. Jika thitung > t tabel, maka
variabel bebas berpengaruh terhadap
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
70
variabel terikat, dan sebaliknya.
b. Uji Hipotesis Simultan
Uji parsial dilakukan untuk
mengetahui pengaruh lebih dari satu
variabel independen terhadap variabel
dependen secara bersama-
sama/simultan. Dalam penelitian ini
uji hipotesis simultan dilakukan untuk
menguji pengaruh laba bersih setelah
pajak dan total aset terhadap ROI
secara parsial.Uji ini dilakukan dengan
membandingkan antara Fhitung dengan
Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel, maka secara
bersama-sama variabel bebas
bepengaruh terhadap variabel terikat,
dan sebaliknya.
4. PEMBAHASAN
4.1. Uji Normalitas
Hasil outpus dari uji normalitas dalam
penelitian ini dengan menggunakan uji
Jarque-Bera (Jonathan: 2016:59), adalah
sebagai berikut :
Gambar 2. Uji Normalitas
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 135
Mean 1.54e-18
Median -0.001999
Maximum 0.215629
Minimum -0.134462
Std. Dev. 0.042734
Skewness 1.361003
Kurtosis 9.538496
Jarque-Bera 282.1570
Probability 0.000000
Sumber : Olah Data Eviews 9
Hasil dari pengujian normalitas yang
dilakukan dengan menggunakan program
Eviews 9 menghasilkan Jarque-Bera lebih
besar dari α (282.1570> 0.05), maka
hipotesis nol diterima yang artinya
residual terdistribusi normal sehingga uji
t dan uji F bisa dilakukan untuk melihat
signifikansi dari model.
4.2. Regresi Berganda
Analisis regresi berganda bertujuan
untuk menganalisis variabel independen
yaitu laba bersih sebelum pajak dan total
aset, serta Return on asset sebagai variabel
Dependen. Ketetapan tersebut bertujuan
untuk mengetahui apakah pola regresi
tersebut secara berganda mempunyai nilai
persamaan linier Log Y = α + β1 log X1 +
β2 log X2 + єt. Berikut disajikan hasil
output dari evews 9 :
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
71
Tabel 1. Regresi Berganda Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares Date: 08/11/16 Time: 20:45 Sample: 2011 2015
Periods included: 5 Cross-sections included: 27 Total panel (balanced) observations: 135
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 8.21E-14 2.10E-14 3.911045 0.0002
X2 -4.70E-15 2.45E-15 -1.919361 0.0576C 0.062360 0.008001 7.794288 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.545235 Mean dependent var 0.066444
Adjusted R-squared 0.425109 S.D. dependent var 0.063369S.E. of regression 0.048047 Akaike info criterion -3.045467Sum squared resid 0.244706 Schwarz criterion -2.421370
Log likelihood 234.5690 Hannan-Quinn criter. -2.791851F-statistic 4.538842 Durbin-Watson stat 2.087915Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Olah Data
Berdasarkan analisis regresi berganda
tersebut, dapat diketahui bahwa hasil
olah data variabel X1 yaitu laba bersih
sebelum pajak, variabel X2 yaitu total
aset dan ROA (Y) dengan persamaan
regresinya adalah :
Y = 0,062360 + (8.21E-14 . X1) + (-4.70E-15. X2).
Persamaan regresi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai koefisien a sebesar 0,062360
menunjukan bahwa apabila variabel
laba bersih sebelum pajak dan total
aset nilainya konstan (0) maka nilai
Return On Assets sebesar 0,062360.
b. Variabel laba bersih sebelum pajak
memiliki hubungan positif dan
berbanding lurus terhadap Return On
Asset. Hal ini berarti apabila variabel
laba bersih sebelum pajak naik atau
turun sebesar satu satuan maka nilai
Return On Assets akan naik atau turun
sebesar 0,821E-14 dengan asumsi
variabel total aset konstan.
c. Variabel total aset memiliki hubungan
negatif terhadap Return On Assets hal
ini berarti apabila variabel total aset
naik sebesar satu satuan maka
variabel Return On Assets penurunan
dan sebaliknya, kenaikan dan
penurunan total aset sebesar satu
satuan akan mengakibatkan
penurunan dan kenaikan sebesar -
0,470E-15.
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
72
4.3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk
menguji model persamaan regresi lineir
berganda. Hal ini untuk mengetahui
apakah model persamaan tersebut
memenuhi persyaratan regresi atau tidak.
Uji asumsi klasik meliputi ; uji
multikimearitas, uji heterkedastisitas dan
uji autokorelasi.
a. Uji Multikolieniaritas
Uji multikolinearitas dimana tidak
akan terjadi multikolinearitas jika
nilai korelasi antar semua variabel
bebas yang diuji < 1,00 (Hair:
2010:161). Hasil output dari eviws
adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Uji Multikolinearitas
Correlation
Berdasarkan tabel diatas, maka nilai
koefisien korelasi sebesar 0, dimana
nilai tersebut < dari 1,00, hal ini
berarti hubungan antara X1 dan X2
tidak terjadi multikolinearitas.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Model yang
baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas. Uji
heterokedastisitas dalam penelitian
ini mengggunakan metode uji
Breusch-Pagan-Godfrey. Uji BPG
membandingkan nilai hasil uji
dengan tinggkat signifikansi 0,05.
Jika hasilnya menunjukkan nilai
0,05, maka dikatakan tidak terjadi
heterkedastisitas pada model
persamaan tersebut. Berikut
merupakan hasil output eviews :
Tabel 3. Uji Heteroskedastisitas
Dari tabel diatas menunjukan hasil
uji Breusch-Pagan LM sebesar,
0,0036, dimana nilai tersebut
X1 X2
X1 1.000000 0.857755
X2 0.857755 1.000000
Residual Cross-Section Dependence Test
Null hypothesis: No cross-section dependence (correlation) in
Residuals
Equation: FIX
Periods included: 5
Cross-sections included: 27
Total panel observations: 135
Cross-section effects were removed during estimation
Test Statistic d.f. Prob.
Breusch-Pagan LM 426.2530 351 0.0036
Pesara scaled LM 1.821191 0.0686
Bias-corrected scaled LM -1.553809 0.1202
Pesaran CD -0.309035 0.7573
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
73
<0.05, yang artinya bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dari sebuah model
dapat dilakukan dengan menggunakan
uji Durbin Watson. Dalam pengujian
yang menggunakan jumlah observasi
sebanyak 135 (n = 135) dan jumlah
variabel independen sebanyak 2 (k =
2) serta dengan tingkat signifikansi
0.05 (α = 0.05), maka diperoleh nilai
dl = 1,7040 dan du = 1,7338. Hasil
output perhitungan uji autokorelasi
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Uji Autokorelasi
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 08/11/16 Time: 20:45
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 27
Total panel (balanced) observations: 135
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1 8.21E-14 2.10E-14 3.911045 0.0002
X2 -4.70E-15 2.45E-15 -1.919361 0.0576
C 0.062360 0.008001 7.794288 0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.545235 Mean dependent var 0.066444
Adjusted R-squared 0.425109 S.D. dependent var 0.063369
S.E. of regression 0.048047 Akaike info criterion -3.045467
Sum squared resid 0.244706 Schwarz criterion -2.421370
Log likelihood 234.5690 Hannan-Quinn criter. -2.791851
F-statistic 4.538842 Durbin-Watson stat 2.087915
Prob(F-statistic) 0.000000
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
74
Berdasarkan hasil pengolahan data
pada tabel diatas, menunjukkan nilai
statistik Durbin Watson sebesar
2.087915 Nilai d yang dihasilkan
berada diantara du dan 4-du (1,7040 <
2,087915 < 2,2662), hal ini berarti
hipotesis nol ditolak, sehingga dapat
disimpulkan tidak ada autokorelasi
positif maupun negatif pada model
regresi.
4.4. Uji Hipotesis
4.4.1. Uji Hipotesis Parsial
Berdasarkan tabel 4, menunjukkan
hasil uji hipotesis parsial :
1) Nilai thitung variabel laba bersih
sebelum pajak (XI) adalah sebesar
3,911045 dan ttabel bernilai 1,66
sehingga thitung > ttabel (3,911045 >
1,66). Hal ini berarti variabel laba
bersih sebelum pajak berpengaruh
terhadap variabel return on asset (Y).
2) Nilai thitung variabel total asset adalah
sebesar -1,919361 dan ttabel bernilai
1,66 sehingga thitung < ttabel (-1,919361
< 1,66). Hal ini berarti variabel total
aset tidak berpengaruh terhadap
variabel return on asset .
4.4.2. Uji Simultan
Berdasarkan tabel 4, menunjukkan
hasil uji hipotesis simultasn dengan
membandingkan antara Fhitung dengan
Ftabel, menunjukkan nilai Fhitung sebesar
4,538842, sedangkan Ftabel sebesar 3,06.
Hal Ini menunjukan bahwa, nilai Fhitung >
Ftabel. Sementara nilai signifikasi sebesar
0,000000 < 0,05. Berdasarkan kedua
hasil output tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua variabel bebas
laba bersih sebelum pajak dan total aset
berpengaruh signifikan terhadap Return
on asset.
4.5. Diskripsi Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan
pengukuran untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan semua variabel bebas
dalam menjelaskan varians dari variabel
terikatnya. Hasil output dari koefisien
determinasi digambarkan dalam Rsquare
(R2). Adapun output dari penelitian ini
besarnya koefisien determinasi tersaji
dalam tabel 4 diatas.
Dari tabel 4 tersebut diatas
menunjukkan bahwa, nilai koefisien
determinasi sebesar 0.545235, hal ini
berarti variabel bebas laba bersih
sebelum pajak, dan total aset mampu
menjelaskan varian dari variabel terikat
yaitu Return On Assets sebesar 54,235%
sedangkan sisanya sebesar 45,765 (100-
54,235) dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
75
Berdasarkan hasil dan pengelolahan
data dan rumusan masalah dalam
penelitian ini, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan antara lain :
1. Variabel laba bersih sebelum pajak
berpengaruh terhadap Return On Aset
2. Variabel total aset sebelum pajak
berpengaruh terhadap Return On Aset
3. Variabel laba bersih sebelum pajak
dan total aset secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Return On Aset
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat
dikemukakan berdasarkan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi investor, perlu melakukan
analisis terhadap besarnya laba bersih
dan total aset sebagai informasi dalam
pengambilan keputusan nvestasi, agar
dapat memperkiraankan keuntungan
yang akan diperoleh dimasa yang
akan datang.
2. Bagi perusahaan, perlu malakukan
manajemen laba dengan
meningkatkan pendapatan efisiensi
biaya, serta mengalokasikan dana
untuk investasi aktiva seefektif dan
seefisien mungkin dalam rangka
meningkatkan laba perusahaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya , perlunya
variable lain selain laba bersih
sebelum pajak dan total aset guna
pengukuran pengaruhnya terhadap
return on aset, agar hasil penelitian
lebih maksimal, mengingat semakin
banyak variabel yang digunakan
dalam pengukuran pengaruhnya
terhadap variabel lain akan
memberikan hasil yang mendekati
kebenaran, sehingga dapat membantu
dalam pengambilan keputusan pihal-
pihak yang membutuhkan informasi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agus & Martono. (2010). Manajemen Keuangan edisi 2, Yogyakarta: BFE
Brigham & Houston. (2010). Dasar – Dasar Manajemen Keuangan: Assetials Of Financial Management. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Darmadji dan Fakhrudin, M.H, (2012), Pasar Modal di Indonesia Edisi ke 3, Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan Edisi 6, Jakarta: Rajawali Perss
....... (2014). Bank dan lembaga keuangan lainnya, Jakarta: Rajawali Perss
........ (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Fahmi, Irhan. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABET
.......... (2014). Manajemen Keuangan dan Pasar Modal. Lampulo: Mitra Wacana Media
Gumanti, Tatang. (2011). Manajemen Investasi : Konsep, Teori, dan Aplikasi (Edisi 1). Jakarta : Mitra Wacana Media
Gujarati, Damodar N. (2012). Dasar Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA
76
Harahap, Sofyan Syafri. (2010). Teori AKuntansi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hanafi, Mamduh M. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: UPPM STIM YKPN
Hery. (2012). Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara Harahap, Sofyan Syafri. (2011). Teori
Akuntansi Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hasting, Nicholas A.J. (2010). Physical Asset Manajement. Jakarta: Salemba Empat
Hair, J.F., Black, W.C, Babin, B.J., & Anderson, R.E. (2010). Multivariate data analysis:A global perspective. New Jersey: Pearson Prentice Hall
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2011). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Karyawati, Golrida. (2012). Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi IFRS. Jakarta: Erlangga
Lam Nelson, Lau Peter. (2014). Akuntansi Keuangan Intermediate Financial Reporting Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat
L.M, Samryn. (2012). Pengantar Akuntansi. Jakarta: Rajawali Perss
Margaretha Farah. (2011). Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga
Rohmana,Yana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi Eviews. Bandung: Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.
Rusdin.(2012). Pasar Modal. Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabeta
Santoso, Imam. (2010). Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting). Jakarta: Refika Aditama
Sarwono, Jonathan. (2016). Prosedur-Prosedur Analisis Populer Aplikasi Riset Skripsi dan Tesis dengan Eviews. Jakarta: Gava Media
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
...... (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Wahyu,Wing. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Weygandt, Jerry J and Kieso, Donald E and Kimmel, Paul D, (2013). Accounting Principles Pengantar Akutansi Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat
John, Subramanyam Wild. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Weston, Fred J. (2012). Manajemen Keuangan. Jakarta: Binarupa Aksara
PETUNJUK PENULISAN
MAJALAH ILMIAH “AKUNTANSI DAN BISNIS UNSURYA”
1. Naskah diketik dengan MS Word, jenis huruf Times News Roman 11, ukuran kertas
A4 (297 x 210), dengan jarak 1,5 spasi, jumlah 10 s/d 16 halaman, (termasuk
gambar, ilustrasi dan daftar pustaka).
2. Naskah berupa hasil penelitian atau pengabdian kepada masyarakat, yang
merupakan naskah asli dan belum pernah dipublikasikan di media masa manapun.
Makalah yang telah dipresentasikan dalam suatu pertemuan ilmiah, apabila belum
dipubilkasikan dapat diterima.
3. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. JUDUL
Singkat, jelas dan mencerminkan isi.
b. Nama (para) penulis atau baris kepemilikan
Ditulis lengkap tanpa gelar disertai keterangan instansi tempat bekerja,
alamat, Telepon, Fax dan alamat E-mail.
c. ABSTRAK
Abstrak diawali dengan judul makalah dalam bahasa Inggris. Berisi inti
sari makalah, cara penyelesain masalah, dan hasil yang diperoleh.
Selanjutnya abstract ditulis dalam bahasa Inggris, satu alinea dengan
maksimal 150 kata. Keyword: berisi 2 s/d 5 kata dalam bahasa Inggris.
d. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan, ruang lingkup, dan
berisi teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan, serta
menjelaskan metodologi yang dipergunakan berisi bahan, alat yang
digunakan, dan cara melakukan penelitian.
e. PEMBAHASAN
Berisi penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan/atau lain
sebagainya. Permohonan dilakukan terhadap hubungan berbagai variabel
baik bebas maupun terikat, analisis tentang keterkaitan data dengan
hipotesa penelitian dan kesesuaian hasil penelitian terhadap teori yang
digunakan berikut alasannya.
f. SIMPULAN
Berisi simpulan dari pembahasan.
g. DAFTAR PUSTAKA
Penulisan daftar pustaka disusun tanpa nomor berdasarkan abjad dengan
urutan penulisan sebagai berikut nama pengarang, tahun terbit, judul,
penerbit dan kota penerbitan. Nama pengarang mendahulukan nama
keluarga atau nama dibalik tanpa gelar.
4. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan berpedoman pada Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
5. Hindari pemakaian istilah asing (kecuali bila sangat diperlukan). Penulisan
istilah asing dicetak dengan huruf miring / italic.
6. Isi tulisan bukan tanggung jawab redaksi. Redaksi berhak mengedit
redaksionalnya, tanpa mengubah arti.
7. Bagi penulis yang naskahnya diterbitkan akan diberi 1 (satu) eksemplar cetak
lepas.
8. Bagi pengirim naskah harus menyertakan print out naskah serta 1 (satu) CD
berisi copy naskahnya dikirim ke Redaksi Jurnal Akuntansi dan Bisnis
Unsurya, Alamat : Fakultas Ekonomi, Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma, Fakultas Ekonomi, Kampus B, Komplek Angkasa, Halim
Perdanakusuma, Jakarta Timur, Telp. 021-80880030, Fax. 021-80880031,
email : [email protected]