Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas...

82
Volume I : Nomor 1, Juni 2016 ISSN. 2460-7045 ` Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya REKSADANA SAHAM : METODE ALTERNATIF INVESTASI REKSADANA PADA 5 MANAJER INVESTASI DENGAN KELOLAAN TERBESAR DI INDONESIA PERIODE 2006 -2015 Dedi Wibowo san Sandi Nugraha Sutanto ANALISIS FINANCIAL DISTRES DENGAN PENDEKATAN ALTMAN Z-SCORE PADA PT. BUMI RESOURCES Tbk PERIODE 2010 - 2014 Tutik Siswanti dan Budira Gulo ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMELS SEBAGAI ALAT UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Pratiwi Prima Eka Boru Situmorang ANALISIS PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DENGAN METODE VARIABLE COSTING DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD. MEKARSARI Tutik Siswanti ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH SEBELUM PAJAK DAN TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tutik Siswanti dan Kharima PENERBIT : FAKULTAS EKONOMI-UNSURYA

Transcript of Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas...

Page 1: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

Volume I : Nomor 1, Juni 2016 ISSN. 2460-7045

`

Jurnal Akuntansi Dan Bisnis

Unsurya

REKSADANA SAHAM : METODE ALTERNATIF INVESTASI REKSADANA PADA 5 MANAJER INVESTASI DENGAN KELOLAAN TERBESAR DI INDONESIA PERIODE 2006 -2015 Dedi Wibowo san Sandi Nugraha Sutanto

ANALISIS FINANCIAL DISTRES DENGAN PENDEKATAN ALTMAN Z-SCORE PADA PT. BUMI RESOURCES Tbk PERIODE 2010 - 2014 Tutik Siswanti dan Budira Gulo

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMELS SEBAGAI ALAT UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Pratiwi Prima Eka Boru Situmorang ANALISIS PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DENGAN METODE VARIABLE COSTING DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD. MEKARSARI Tutik Siswanti ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH SEBELUM PAJAK DAN TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tutik Siswanti dan Kharima

PENERBIT : FAKULTAS EKONOMI-UNSURYA

Page 2: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya

Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN. 2460-7045

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

PENANGGUNG JAWAB Dekan Fakultas Ekonomi

PIMPINAN REDAKSI Tutik Siswanti, SE, MSi

ANGGOTA REDAKSI Gumelar Hidayat, SE, MM

Kurniawan Yuli Asmoro, SE, Ak, MSi Drs. Suparman, SE, Ak, MM, CA, CPA

Pratiwi P.E. Boru Situmorang, SE, Ak, M.Ak

Desain/Layout Dian Wijayanti, SE

SEKRETARIAT Rita Intan Permatasari, S.TP, MM

ALAMAT REDAKSI

Fakultas Ekonomi - Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Jl. Angkasa Komplek Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur – 13610

Tilp. (021) 80880031 Fax. (021) 80880030, e-mail : [email protected]

Page 3: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

karunia hidayah dan Ridho-Nya kepada tim redaksi, sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan jurnal Akuntansi dan Bisnis Unsurya Volume I, No. I , Juni 2016.

Jurnal Akuntansi dan Bisnis Unsurya, merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas

Ekonomi, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (UNSURYA). Jurnal ini

diterbitkan secara berkala setahun 2 (dua) kali, yaitu bulan Juni dan bulan Januari.

Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil tulisan ilmiah dalam

bidang akuntansi dan bisnis, baik dari hasil penelitian maupun tulisan ilmiah berdasarkan

studi pustaka. Selain itu dengan diterbitkan jurnal ini, maka dapat menambah wawasan,

pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan permasalahan serta penyelesaianya dalam

bidang akuntansi dan bisnis.

Pada kesempatan ini tim redaksi juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah

memberikan kontribusi, khususnya bagi penulis sehingga tersusunya jurnal ini dengan

baik.

Redaksi Jurnal Akuntansi dan Bisnis Unsurya juga menerima kiriman artikel dalam bahasa

Indonesia atau bahasa Inggris yang belum pernah dipublikasikan dalam jurnal lainnya.

Akhir kata, mudah-mudahan jurnal ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Jakarta, Juni 2016

Ketua Tim Redaksi

Tutik Siswanti, SE, MSi

Page 4: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

DAFTAR ISI

Reksadana Saham : Metode Alternatif Investasi Reksadana pada 5 Manajer

Investasi dengan Kelolaan Terbesar di Indonesia periode 2006 - 2015…………………..1

Analisis Financial Distress dengan Pendekatan Altman Z-Score pada PT. Bumi

Resources Tbk periode 210 – 2014………………………………………………..……..16

Analisis Laporan Keuangan dengan menggunakan Rasio Camels sebagai

Alat untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Bank Umum yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………25

Analisis Perbandingan Metode Full Costing dengan Metode Variable

Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi pada UD. Mekarsari ………………..44

Analisis Pengaruh Laba Bersih Sebelum Pajak dan Total Aset Terhadap

Return On Assets (ROA) pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia………………………………………………………………….………..59

Page 5: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

1

REKSA DANA SAHAM: METODE ALTERNATIF INVESTASI REKSA DANA SAHAM

PADA 5 MANAJER INVESTASI DENGAN KELOLAAN TERBESAR DI INDONESIA PERIODE 2006-2015

Dedi Wibowo dan Sandi Nugraha Sutanto

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti metode investasi manakah yang akan memberikan tingkat imbal hasil yang lebih baik diantara metode lump sum dan metode dollar-cost averaging. Penelitian ini juga meneliti apakah metode dollar-cost averaging dapat dimodifikasi dengan cara menggunakan kinerja IHSG dan/atau nilai tukar USD/IDR sebagai penentuan waktu investasi untuk menghasilkan imbal hasil yang lebih baik. Dari hasil pengujian backtesting, jika mempertimbangkan faktor time value of money, metode dollar-cost averaging akan memberikan tingkat imbal hasil yang lebih baik daripada metode lump sum untuk periode investasi 5, 8 dan 10 tahun.

Kata Kunci: backtesting, dollar-cost averaging, lump sum, mutual fund,

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Prinsip investasi adalah

mengorbankan sesuatu saat ini dengan

ekspektasi mendapatkan sesuatu dari

pengorbanan tersebut di masa yang akan

datang (Bodie, Kane, dan Marcus,

2013).proses investasi berdasarkan aktivitas

investor dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu

asset allocation yang merupakan aktivitas

alokasi atau pembagian suatu portofolio ke

dalam beberapa jenis asetdan security

selection yang merupakan aktivitas

pemilihan aset spesifik di suatu jenis aset

(Bodie, Kane, dan Marcus, 2013). Konsep

Asset allocation dan security selection

secara mudah dapat dilakukan oleh

investor yang berpengalaman, namun akan

sulit dilakukan oleh investor awam.

Produk reksa dana yang merupakan

salah satu produk pasar modal dapat

digunakan sebagai solusi. Reksa dana

merupakan produk yang dikelola secara

profesional oleh Manajer Investasi yang

berbadan hukum (Nurjanah, 2015).

Manajer investasi tersebut memiliki tenaga

kerja profesional yang menganalisis kinerja

produk pasar modal dan aset finansial

untuk dikombinasikan menjadi suatu

portofolio. Karakteristik portofolio di

implementasikan dalam bentuk

diversifikasi/membagi risiko ke dalam

beberapa jenis aset finansial dengan tujuan

memperoleh return yang optimal. Dengan

Page 6: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

2

kata lain, Manajer investasi akan

melakukan aktivitas asset allocation dan

security selection untuk investor.

Secara umum ada 4 metode investasi

yang dapat digunakan yaitu lump sum

investing, buy and hold strategy, value

averaging dan dollar-cost averaging

(Leggio & Lien, 2001). Lump sum investing

mengharuskan investor untuk menanamkan

dana yang dimiliki secara sekaligus pada

satu titik waktu. Keuntungan dari metode

ini adalah investor menentukan alokasi aset

yang optimal, membeli aset tersebut dan

segara mendapatkan imbal hasil dari

investasi yang dilakukan. Kelemahan dari

metode ini adalah ada kemungkinan

investor memilih waktu yang kurang tepat

dalam menanamkan dananya ketika pasar

sedang tinggi. Buy and hold strategy

menggunakan pembagian alokasi aset ke

dalam aset yang lebih berisiko dan aset

yang lebih aman. Kelebihan dari metode ini

adalah investor dapat menentukan di awal

estimasi imbal hasil yang diinginkan.

Kelemahan dari metode ini adalah ada

kemungkinan kesalahan alokasi aset seiring

dengan meningkatnya risiko aset dan

ekspektasi imbal hasil.

Value averaging memberikan

kesempatan bagi investor untuk mengambil

keuntungan dari fluktuasi harga yang

terjadi, menambah porsi dana ketika harga

rendah dan mengurangi porsi dana ketika

harga tinggi. Metode ini cocok digunakan

untuk produk yang berfluktuasi. Kelemahan

dari metode ini adalah investor harus

disiplin dalam melaksanakannya dan

menyiapkan dana untuk menambah porsi

investasi ketika harga rendah. Dollar-cost

averaging mengharuskan investor untuk

menanamkan dana dalam jumlah yang

sama secara regular dalam waktu yang

ditentukan di awal. Kelebihan dari metode

ini adalah sederhana, tidak memerlukan

partisipasi aktif dari investor dan

membutuhkan biaya yang lebih kecil

daripada investasi dengan pengelolaan aktif

untuk rebalancing. Kelemahan dari metode

ini berdasarkan beberapa penelitian yang

dilakukan adalah tidak optimalnya imbal

hasil jika dibandingkan dengan metode

yang lain.Metode investasi yang digunakan

dalam industri reksa dana di Indonesia

hanya 2 (Rudiyanto, 2015), yaitu lump sum

dan dollar-cost averaging. Dengan

pertimbangan karakteristik yang berbeda

antara lump sum dan dollar-cost averaging

serta didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Dunham dan Friesen

(2012), penelitian ini menggunakan asumsi

bahwa metode dollar-cost averaging dapat

ditingkatkan kinerjanya. Perbedaan antara

penelitian yang dilakukan oleh Peneliti

dengan penelitian Dunham dan Friesen

(2012) adalah Peneliti akan menggunakan

faktor makro ekonomi sebagai penentuan

waktu investasi sehingga dapat diperoleh

imbal hasil yang lebih optimal. Penggunaan

Page 7: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

3

faktor makro ekonomi ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Jank (2012)

dimana ditemukan adanya reaksi investor

reksa dana terhadap info makro ekonomi.

Dari beberapa faktor makro ekonomi dan

pasar modal yang ada, Peneliti akan

menggunakan Indeks Harga Saham

Gabungan dan Nilai Tukar USD/IDR untuk

menentukan waktu investasi. Pemilihan 2

faktor ini didukung oleh penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya oleh Prasthiwi

(2008), Suwito (2012) dan Amalia (2015)

yang menemukan bahwa Indeks Harga

Saham Gabungan dan Nilai Tukar

USD/IDR berpengaruh pada return reksa

dana saham. Penelitian yang dilakukan oleh

Octavianus (2014) menginformasikan

adanya penggunaan data makro ekonomi

oleh investor dalam melakukan timing

investasi.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penjabaran latar belakang di

atas, maka dua permasalahan yang akan

dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah metode dollar-cost averaging

memberikan kinerja imbal hasil yang

lebih kecil atau lebih besar jika

dibandingkan metode lump sum pada

beberapa pilihan jangka waktu investasi

(1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, 8 tahun dan

10 tahun) dengan menggunakan

backtesting?

2. Apakah metode dollar-cost averaging

dapat ditingkatkan imbal hasilnya

dengan cara menambahkan faktor

variabel makro ekonomi berupa Indeks

Harga Saham Gabungan dan/atau Nilai

Tukar USD/IDR dalam pengambilan

keputusan kapan investasi dilakukan?

2. LANDASAN TEORI

Berdasarkan tipe investor dan

peluang untuk jual kembali, terdapat dua

jenis reksa dana (Nurjanah, 2015):

1. Close-Ended Funds atau reksa dana

tertutup dimana reksa dana ini hanya

bisa ditransaksikan pada jangka waktu

yang telah ditentukan sebelumnya. Jika

tidak ada waktu khusus untuk penjualan

kembali, maka investor harus

memegang sampai dengan jatuh tempo.

Pada reksa dana tertutup tidak

dimungkinkan untuk terjadi

penambahan jumlah investor dan ada

tanggal jatuh temponya.

2. Open-Ended Funds atau reksa dana

terbuka dimana investor dapat

mentransaksikan reksa dana pada setiap

hari kerja bursa. Investor bebas untuk

beli dan jual sesuai keputusan masing-

masing. Dari segi jumlah investor, tidak

ada batasan dalam artian jumlah bisa

bertambah dan berkurang seiring dengan

usia reksa dana tersebut.

Page 8: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

4

Dilihat dari portfolio investasinya,

Reksa Dana dapat dibedakan menjadi

(ww.idx.co.id):

1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market

Funds)

Reksa Dana jenis ini hanya melakukan

investasi pada Efek bersifat Utang

dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu)

tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga

likuiditas dan pemeliharaan modal.

Instrumen investasi ditempatkan, antara

lain pada deposito berjangka (Time

Deposit), sertifikat deposito (certificate

of deposit), Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), dan Surat Berharga Pasar Uang

(SBPU). Efek bersifat utang dengan

jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun

akan memiliki tingkat risiko yang

rendah sehingga tingkat pengembalian

yang dihasilkan juga akan rendah. Reksa

dana pasar uang mungkin cocok

ditawarkan untuk investor dengan

horizon investasi pendek hingga

menengah.

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed

Income Funds)

Reksa dana jenis ini melakukan

investasi sekurang-kurangnya 80% dari

asetnya dalam bentuk efek bersifat surat

utang seperti obligasi yang diterbitkan

oleh pemerintah maupun korporasi baik

swasta maupun BUMN. Jenis reksa

dana ini mengandalkan penghasilannya

dari kupon yang didapatkan dari

obligasi. Umumnya instrumen efek yang

digunakan oleh Manajer Investasi

adalah instrumen yang diterbitkan oleh

Pemerintah dalam bentuk obligasi dan

juga obligasi korporasi dengan rating

yang layak investasi. Reksa dana

pendapatan tetap memiliki risiko yang

relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar

Uang. Tujuannya adalah untuk

menghasilkan tingkat pengembalian

yang stabil.

3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)

Reksa dana yang melakukan investasi

sekurang-kurangnya 80% dari asetnya

dalam bentuk efek bersifat

ekuitas/saham. Investor yang

berinvestasi pada reksa dana saham

mungkin akan mendapatkan imbal hasil

berupa dividen dan capital gain yang

terrefleksi pada NAB reksa dana.

Karena investasinya dilakukan pada

saham, maka risikonya lebih tinggi dari

dua jenis reksa dana sebelumnya namun

menghasilkan tingkat pengembalian

yang tinggi.

4. Reksa Dana Campuran (Discretionary

Funds)

Reksa Dana Campuran merupakan reksa

dana yang menggunakan strategi

investasi pada instrumen utang dan

saham tetapi dengan alokasi yang tidak

melekat pada batas reksa dana

pendapatan tetap dan reksa dana saham.

Reksa dana campuran mungkin cocok

Page 9: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

5

bagi investor yang ingin mendapatkan

imbal hasil lebih tinggi daripada reksa

dana pendapatan tetapi tetapi dengan

tingkat risiko yang terbatas.

5. Reksa Dana Terproteksi (Protected

Funds)

Merupakan jenis reksa dana yang

memberikan perlindungan/proteksi atas

nilai pokok investasi investor. Ciri khas

yang dimiliki oleh reksa dana terproteksi

adalah adanya tanggal jatuh tempo.

Portofolio reksa dana terproteksi

umumnya terdiri dari efek yang bersifat

utang yang dibeli pada harga diskon.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net

Asset Value (NAV) per Saham/Unit

Penyertaan adalah Harga Pasar Wajar dari

portofolio suatu reksa dana setelah

dikurangi biaya operasional kemudian

dibagi jumlah Saham/Unit Penyertaan yang

telah beredar (dimiliki investor) pada saat

tersebut (Nurjanah, 2015). Penghitungan

NAB atau disebut juga valuasi ini untuk

mengetahui berapa nilai aset investasi dari

reksa dana tersebut sehingga dapat

diketahui berapa perkembangan aset

investasi sampai pada periode tertentu.

Nilai pasar wajar (fair market value)

dari efek-efek dalam portofolio tersebut

adalah nilai yang diperoleh, misalnya nilai

transaksi efek yang dilakukan secara wajar

(bebas dan tanpa paksaan/likuidasi) atau

nilai sebagaimana ditentukan dalam

peraturan atau ditentukan oleh suatu

lembaga tertentu seperti Lembaga Penilai

Harga Efek (LPHE) (Nurjanah, 2015).

Berdasarkan peraturan mengenai reksa

dana, telah ditentukan NAB awal

diterbitkan Reksa Dana KIK untuk setiap

Unit Penyertaan dari Reksa Dana wajib

ditetapkan sebesar Rp1.000,- (seribu

rupiah). Sedangkan Reksa Dana yang

menggunakan denominasi mata uang asing,

maka NAB awal diterbitkan untuk setiap

Unit Penyertaan dari Reksa Dana wajib

ditetapkan sebesar US$1 (satu dolar

Amerika Serikat) atau EUR1 (satu Euro).

Perhitungan NAB reksa dana dilakukan

oleh Bank Kustodian, namun pemilihan

metode pasar wajar dari efek-efek dalam

portofolio efek reksa dana ditentukan oleh

Manajer Investasi (Nurjanah, 2015). Nilai

Pasar Wajar Portofolio Efek Reksa Dana

disampaikan Manajer Investasi kepada

Bank Kustodian pada akhir hari bursa yang

bersangkutan. Untuk selanjutnya, NAB

akan senantiasa dihitung sesuai dengan

peraturan yang berlaku seperti pada reksa

dana konvensional yaitu setiap hari bursa,

sehingga penetapan Nilai Pasar Wajar

setiap Efek yang ada dalam Portofolio Efek

juga ditentukan setiap hari bursa. Masing-

masing efek memiliki metode untuk

Penentuan Nilai Pasar Wajar, seperti untuk

efek saham, Nilai Pasar Wajar dari saham-

saham di bursa efek adalah harga saham

tersebut pada setiap akhir hari bursa. NAB

diumumkan oleh Bank Kustodian di media

Page 10: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

6

massa, seperti pada koran-koran tertentu.

Banyak Manajer Investasi juga yang telah

mencantumkan NAB pada website mereka

masing-masing atau media daring (online)

lainnya sehingga investor dapat dengan

mudah memantau NAB suatu reksa dana.

3. METODE PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk membandingkan metode investasi di

reksa dana saham yang ada saat ini (metode

lump sum dan metode dollar-cost

averaging) dan melihat apakah ada

alternatif metode berinvestasi di reksa dana

saham selain kedua metode tersebut.

Peneliti mengusulkan penggunaan faktor

makro ekonomi sebagai penentuan waktu

investasi sehingga dapat diperoleh imbal

hasil yang lebih optimal. Peneliti akan

menggunakan return dari Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) saja, kurs

USDIDR saja dan kombinasi dari IHSG

dan kurs USDIDR untuk menentukan

waktu investasi.

Usulan metode ini menggunakan

konsep dasar yang sama dengan Dollar-

Cost Averaging dimana investor

menanamkan dana secara rutin (bulanan)

tetapi perbedaannya pada mekanisme

penentuan kapan investor masuk ke reksa

dana saham. Peneliti akan menggunakan

return variabel IHSG saja, kurs USDIDR

saja dan kombinasi keduanya dimana jika

pada hari kerja sebelumnya variabel

mengalami koreksi/return bernilai negatif,

maka pada hari kerja berikutnya investor

akan masuk ke reksa dana saham.

Mekanisme ini dilakukan untuk return

negatif pertama di setiap bulannya dan

dilakukan selama periode pengamatan.

Dari ketiga metode (lump sum,

dollar-cost averaging dan usulan metode

baru) yang ada, masing-masing metode

akan dilakukan backtesting selama 1 tahun,

3 tahun, 5 tahun, 8 tahun dan 10 tahun

sehingga dapat dipetakan untuk masing-

masing metode apakah ada perbedaan dari

return yang dihasilkan. Jika ditemukan

perbedaan atau suatu pola tertentu, maka

Peneliti akan dapat memetakan untuk

masing-masing periode investasi (1, 3, 5, 8

dan 10 tahun) metode investasi mana yang

dapat memberikan return lebih tinggi

dibandingkan metode lainnya. Pada tahap

awal penelitian, Peneliti memiliki

ekspektasi bahwa metode Dollar-Cost

Averaging akan memberikan return yang

lebih rendah daripada metode Lump Sum

untuk kondisi pasar yang cenderung positif

dalam jangka panjang.

Obyek penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah seluruh reksa

dana saham yang diterbitkan oleh 5

Manajer Investasi (MI) terbesar

berdasarkan dana kelolaan pada akhir tahun

2015. Kelima MI tersebut mewakili 51%

dari total dana kelolaan reksa dana yang

Page 11: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

7

dilaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) Bapepam.Kelima MI tersebut yaitu

Schroder Investment Management

Indonesia, Mandiri Manajemen Investasi,

BNP Paribas Investment Partners, Bahana

TCW Investment Management, dan Batavia

Prosperindo Aset Manajemen. Karena

periode pengamatan backtesting terbesar

selama 10 tahun, maka reksa dana saham

yang dapat digunakan adalah reksa dana

saham yang diterbitkan sebelum bulan

Januari 2006. Berdasarkan batasan

backtesting tersebut, maka reksa dana

saham yang akan diteliti lebih lanjut

adalah:

Tabel 1. Daftar Reksa Dana Saham

yang akan dilakukan backtesting

4. HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini, selain melakukan

backtesting menggunakan metode Lump

Sum dan Dollar-Cost Averaging terhadap

harga harian dari 9 reksa dana saham,

Peneliti juga melakukan backtesting

terhadap tolok ukur (benchmark) kinerja

reksa dana saham. Hal ini dilakukan untuk

melihat apakah reksa dana saham yang

diteliti pada masing-masing periode

pengamatan mampu menghasilkan kinerja

yang lebih baik daripada tolok ukur.

Peneliti menggunakan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) sebagai tolok ukur

sebagaimana tercantum pada dokumen

Fund Fact Sheet masing-masing reksa dana

saham.

4.1. Analisis Data

4.1.1. Backtesting metode Lump Sum

Peneliti melakukan backtesting untuk

beberapa periode (1, 3, 5, 8 dan 10 tahun)

untuk melihat bagaimana kinerja metode

Lump Sum terhadap jangka waktu investasi

yang dimiliki oleh investor. Pada

backtesting metode Lump Sum, investor

dikondisikan memiliki titik awal investasi

yang sama, yaitu pada hari kerja pertama di

bulan Januari 2006. Pada titik awal ini,

seluruh reksa dana saham akan dihitung

unitnya menggunakan nominal 1 juta

Rupiah dibagi harga per masing-masing

reksa dana saham. Penentuan nominal yang

digunakan untuk backtesting tidak

berpengaruh pada tujuan penelitian karena

yang akan dihitung adalah tingkat imbal

hasil investasi dan bukan nilai uangnya.

Pada akhir periode backtesting (1, 3, 5, 8

dan 10 tahun), jumlah unit akan dikalikan

dengan harga yang tersedia pada hari kerja

terakhir di tahun tersebut. Kinerja investasi

akan diukur dengan membandingkan

Page 12: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

8

jumlah dana yang diperoleh terhadap

jumlah dana yang diinvestasikan di awal.

Tabel 2. Hasil Backtesting

Metode Lump Sum

4.1.2. Backtesting Metode Dollar-Cost

Averaging

Peneliti melakukan backtesting

metode Dollar-Cost Averaging (DCA)

dengan cara menggunakan patokan tanggal

yang sama untuk menentukan kapan

investor menanamkan dananya di reksa

dana saham. Jika ada tanggal yang bukan

merupakan hari kerja, maka tanggal di

bulan tersebut akan dilewatkan dan tidak

dimasukkan ke dalam perhitungan

kinerja.Hasil backtesting DCA pada seluruh

reksa dana sahamyang digunakan pada

penelitian ini memperlihatkan tidak ada

pola tertentu sehingga dapat dikatakan

bahwa penggunaan DCA pada seluruh

reksa dana saham tidak memiliki perbedaan

return antar tanggal investasi.

4.1.3. Perbandingan antara Metode

Lump Sum dengan Metode Dollar-

Cost Averaging

Dari hasil pengujian pada 2 bagian

sebelumnya (metode Lump Sum dan

metode Dollar-Cost Averaging), jika dibuat

rekapitulasi per reksa dana saham,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Perbandingan antara

Metode Lump Sum dengan

Metode Dollar-Cost Averaging

Untuk memastikan metode investasi

mana yang lebih unggul, Peneliti juga

memperhitungkan faktor time value of

money sehingga data pada tabel di bawah

akan disesuaikan menggunakan Compound

Annual Growth Rate (CAGR).Untuk

menghitung CAGR dari dari metode LS,

Peneliti membandingkan jumlah dana yang

Page 13: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

9

diperoleh pada akhir periode investasi

dibagi terhadap jumlah dana yang

dikeluarkan pada awal periode investasi

dan dihitung menggunakan rumus di atas.

Untuk menghitung CAGR dari metode

DCA, Peneliti menghitung nilai present

value menggunakan nilai inflasi bulanan

dari akumulasi masing-masing investasi

bulanan terlebih dahulu dan dibandingkan

nilai dana yang dihasilkan pada akhir

periode investasi menggunakan rumus di

atas. Setelah memperhitungkan faktor time

value of money, perbandingan tingkat imbal

hasil per tahun antara metode LS dan DCA

menjadi terbalik. Untuk periode investasi 1

dan 3 tahun, metode LS masih memberikan

tingkat imbal hasil per tahun yang lebih

baik daripada metode DCA. Tetapi pada

periode investasi 5, 8 dan 10 tahun, metode

DCA memberikan tingkat imbal hasil per

tahun yang lebih baik daripada metode LS.

Tabel 4. Perbandingan antara Metode

Lump Sum dengan Metode Dollar-Cost

Averaging menggunakan CAGR

Peneliti memiliki asumsi dengan

penambahan faktor IHSG dan/atau nilai

tukar USD/IDR, maka investor akan dapat

memiliki posisi terhadap pasar yang lebih

baik dengan cara menggunakan tren pasar

turun yang terjadi. Peneliti merujuk pada

penelitian yang dilakukan oleh Dunham

dan Friesen (2012) dimana investor akan

menambah porsi dana investasi ketika pasar

modal sedang mengalami koreksi dan

mengurangi porsi dana investasi ketika

pasar modal mengalami ekspansi.

Menggunakan konsep value averaging

yang sama, Peneliti akan melakukan

investasi bulanan jika faktor IHSG dan/atau

nilai tukar USD/IDR koreksi untuk pertama

kalinya di masing-masing bulan selama

periode investasi.

Tanggal investasi bulanan ditentukan

ketika faktor IHSG dan/atau nilai tukar

USD/IDR turun pada hari kerja pertama di

suatu bulan, maka pada hari kerja

berikutnya, dana investor akan

diinvestasikan. Metode ini berbeda dengan

backtesting sebelumnya dimana DCA

dilakukan pada tanggal yang sama setiap

bulannya untuk seluruh periode

pengamatan. Berikut tanggal-tanggal

investasi menggunakan usulan metode

investasi baru tersebut:

a) Berdasarkan IHSG saja

Tanggal-tanggal di bawah ini

merupakan tanggal hari kerja pertama di

setiap bulannya selama periode investasi

Page 14: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

10

dimana IHSG mengalami koreksi atau

pertumbuhan return negatif yang

pertama.

Tabel 5.Tanggal-tanggal dimana IHSG

mengalami koreksi pertama kali

per masing-masing bulan

b) Berdasarkan nilai tukar USD/IDR

saja

Tanggal-tanggal di bawah ini

merupakan tanggal hari kerja

pertama di setiap bulannya selama

periode investasi dimana nilai tukar

USD/IDR mengalami pelemahan

atau pertumbuhan return negatif

yang pertama.

Tabel 6. Tanggal-tanggal dimana nilai

tukar USD/IDR mengalami koreksi

pertama kali per masing-masing bulan

c) Berdasarkan IHSG dan nilai tukar

USD/IDR

Tanggal-tanggal di bawah ini

merupakan tanggal hari kerja

pertama di setiap bulannya selama

periode investasi dimana IHSG dan

nilai tukar USD/IDR mengalami

koreksi atau pertumbuhan return

negatif yang pertama secara

bersamaan.

Tabel 7. Tanggal-tanggal dimana IHSG

dan nilai tukar USD/IDR mengalami

koreksi pertama kali secara bersamaan

per masing-masing bulan

Berdasarkan tanggal-tanggal

penelitian tersebut, Peneliti melakukan

backtesting dan perbandingan terhadap

metode DCA biasa dengan hasil sebagai

berikut:

Tabel 8. Perbandingan imbal hasil antara metode DCA dengan

usulan metode baru

Page 15: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

11

Pengolahan backtesting

menunjukkan hasil yang sama untuk setiap

periode investasi (1, 3, 5, 8 dan 10 tahun)

dimana tingkat imbal hasil usulan metode

baru lebih tinggi daripada metode DCA

biasa. Tingkat imbal hasil yang tinggi

tersebut juga meliputi periode dimana

terjadi tren pasar turun sehingga

menghasilkan tingkat imbal hasil negatif

yang lebih kecil (periode investasi 3 tahun).

Hasil backtesting di atas mendukung

asumsi Peneliti bahwa metode DCA bisa

dimodifikasi atau ditingkatkan hasilnya

dengan cara mengubah tanggal penempatan

investasi berdasarkan parameter IHSG dan

nilai tukar USD/IDR. Urutan penggunaan

faktor tambahan berdasarkan keoptimalan

return yang dihasilkan adalah IHSG, nilai

tukar USD/IDR serta terakhir kombinasi

IHSG dan nilai tukar USD/IDR.

4.2. Pembahasan

Tidak optimalnya metode Dollar-

Cost Averaging (DCA) dibandingkan

metode Lump Sum (LS) seperti yang

dinyatakan pada penelitian (Leggio & Lien,

2001) dan (Hayley, 2012) tidak berlaku

sepenuhnya untuk sampel data di Indonesia

karena hasil backtesting reksa dana saham

di Indonesia memperlihatkan untuk periode

investasi 5, 8 dan 10 tahun akan lebih baik

menggunakan metode DCA dibandingkan

LS (setelah memasukkan faktor time value

of money).Pada pengujian perbandingan

yang dilakukan oleh Peneliti, jika

menggunakan absolute return, metode LS

akan terlihat lebih superior daripada metode

LS karena metode LS hanya akan

menggunakan harga di awal dan akhir

periode investasi dimana kecenderungan di

lapangan adalah tren pasar positif dalam

jangka panjang. Disisi lain metode DCA

yang menggunakan skema investasi

bulanan akan secara konsisten

mengakumulasi unit di harga yang

bervariasi (lebih tinggi atau lebih rendah)

tetapi dengan tren pasar yang positif dalam

jangka panjang, harga tengah investasi

metode DCA akan menjadi lebih tinggi.

Sehingga jika investasi metode DCA

dicairkan pada akhir periode investasi

nilainya akan lebih kecil jika dibandingkan

metode DCA. Tetapi perlu diingat bahwa

nilai uang sekarang dengan nilai uang satu

bulan kemudian atau bahkan 10 tahun

kemudian akan berbeda karena adanya

inflasi. Karena pada praktek di

lapangannya, jika investor memilih metode

DCA sambil menunggu kewajiban setor

dana pada bulan berikutnya, investor dapat

memutar dananya terlebih dahulu di

instrumen lain mulai dari deposito,

transaksi jual beli valas, reksa dana pasar

uang, dan lain-lain. Bahkan ketika dana

investor diam di rekening, dana tersebut

masih akan mendapatkan bunga tabungan.

Adanya return dari dana yang akan

Page 16: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

12

digunakan investor menunjukkan bahwa

nilai uang yang dibutuhkan setiap bulannya

akan lebih kecil seiring dengan berjalannya

periode investasi. Hal ini yang sudah

dibuktikan Peneliti dengan cara

menghitung Compound Annual Growth

Rate (CAGR) masing-masing metode

dimana untuk periode investasi 5, 8 dan 10

tahun CAGR metode DCA akan lebih

tinggi daripada metode LS.

Modifikasi metode investasi Dollar-

Cost Averaging seperti yang dilakukan

pada penelitian (Dunham & Friesen, 2012)

dapat direkonstruksi atau dibuat ulang

menggunakan parameter IHSG dan/atau

nilai tukar USD/IDR ketika menggunakan

data reksa dana saham di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh (Dunham &

Friesen, 2012) adalah mengubah nominal

investasi seteleh memperhatikan

kinerja/return bulan sebelumnya. Jika bulan

sebelumnya memiliki kinerja yang negatif,

maka investor akan menambah jumlah dana

investasinya. Sebaliknya, jika bulan

sebelumnya memiliki kinerja yang positif,

maka investor akan mengurangi jumlah

dana investasinya. Penelitian (Dunham &

Friesen, 2012) yang dinamakan Enhanced

DCA Strategy (EDCA) membuktikan

bahwa hampir selalu strategi EDCA

memberikan hasil yang lebih baik daripada

DCA biasa dengan tingkat keberhasilan

mencapai 95%.

Peneliti menggunakan konsep yang

sama dimana strategi DCA dapat

ditingkatkan dengan mengubah cara

kerjanya. Peneliti mengusulkan untuk

mengubah tanggal investasi untuk

mengakomodasi perubahan yang terjadi di

pasar modal terutama adanya informasi

baru seperti berita makroekonomi dan

mikroekonomi. Dengan nominal atau

jumlah dana investasi yang tetap setiap

bulannya, Peneliti menggunakan informasi

dimana terjadi kinerja negatif pertama kali

untuk IHSG dan/atau nilai tukar USD/IDR.

Peneliti mengasumsikan setelah terjadinya

kinerja negatif IHSG dan/atau nilai tukar

USD/IDR, maka saham-saham yang

menjadi aset yang mendasari reksa dana

saham bisa dibeli dengan harga yang lebih

murah sehingga harga reksa dana saham

juga akan menjadi lebih rendah. Di sisi

investor, harga yang lebih rendah tersebut

akan menyebabkan jumlah unit yang

didapatkan investor lebih banyak. Tentunya

tanggal terjadinya kinerja negatif dari IHSG

dan/atau nilai tukar USD/IDR tidak akan

sama setiap bulannya sehingga

kemungkinan tanggal investasi akan

berubah setiap bulannya.

Peneliti menggunakan tiga usulan

metode investasi baru dimana keputusan

investasi dilakukan pada hari kerja

berikutnya setelah kinerja negatif IHSG,

keputusan investasi dilakukan pada hari

kerja berikutnya setelah kinerja negatif nilai

Page 17: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

13

tukar USD/IDR dan keputusan investasi

dilakukan pada hari kerja berikutnya

setelah kinerja negatif dari IHSG dan nilai

tukar USD/IDR.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang Peneliti dapatkan

dari penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan perbandingan absolute

return, hasil backtesting terhadap 9

reksa dan saham periode 2006-2015 di

Indonesia menunjukkan metode Lump

Sum akan memberikan tingkat imbal

hasil yang lebih baik daripada metode

Dollar-Cost Averaging. Jika

memperhitungkan faktor time value of

money karena adanya jeda periode

investasi pada metode Dollar-Cost

Averaging, hasil backtesting terhadap 9

reksa dan saham periode 2006-2015 di

Indonesia menunjukkan metode Lump

Sum akan memberikan tingkat imbal

hasil yang lebih baik daripada metode

Dollar-Cost Averaging untuk periode

investasi 1 dan 3 tahun. Berdasarkan

hasil backtesting yang sama, metode

Dollar-Cost Averaging akan

memberikan tingkat imbal hasil yang

lebih baik daripada metode Lump Sum

untuk periode investasi 5, 8 dan 10

tahun.

2. Metode Dollar-Cost Averaging dapat

ditingkatkan kinerjanya dengan cara

menambahkan penggunaan return

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

dan/atau nilai tukar USD/IDR untuk

menentukan kapan investor berinvestasi.

Modifikasi metode Dollar-Cost

Averaging tersebut menyebabkan

tingkat imbal hasil yang lebih tinggi

sekitar 2% - 14% dari tingkat imbal

hasil metode Dollar-Cost Averaging

biasa.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk

penelitian berikutnya adalah:

1. Periode investasi yang diuji oleh Peneliti

untuk maksimum 10 tahun. Untuk

penelitian selanjutnya bisa menambah

periode pengamatan dari awal reksa

dana diterbitkan sehingga diperoleh

jumlah data pengujian yang lebih

banyak dan lebih mendekati statistik

populasi.

2. Pada penelitian ini yang diuji adalah

reksa dana saham. Pada penelitian

selanjutnya bisa menambah jenis reksa

dana yang diuji mulai dari pasar uang,

pendapatan tetap, campuran dan saham

untuk mengetahui apakah usulan metode

baru yang Peneliti sampaikan berlaku

pada seluruh jenis reksa dana.

Page 18: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

14

Kepustakaan

Amalia, Anesti Firda. (2015). Pengaruh Makroekonomi Terhadap Arus Dana Reksa Dana Syariah Dan Konvensional Kelolaan Manajer Investasi XYZ Januari 2011- Agustus 2014. Tesis. Universitas Indonesia

Bank Indonesia Official Web Site. http://www.bi.go.id/id/Default.aspx. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00

BNP Paribas Investment Partners. Beranda. https://www.bnpparibas-ip.co.id/id. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00

Bursa Efek Indonesia. Beranda. http://www.idx.co.id/index.html. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00

Chalmers, J., Kaul, A. Phillips, B. (2013). The wisdom of crowds: Mutual fund investors’ aggregate asset allocationDecisions. Journal of Banking & Finance,Vol 37, pp. 3318–3333.

Dunham, L.M., Friesen, G.C., 2012. Building a Better Mousetrap: Enhanced Dollar-Cost Averaging. The Journal of Wealth Management, p41.

Gujarati, D. N. (2003). Basic Econometrics. New York : McGraw Hill Companies.

Gideon, A. (2016). 3 Hal yang Bikin Pasar Modal Indonesia Berfluktuasi. Diambil dari http://bisnis.liputan6.com/read/2419241/3-hal-yang-bikin-pasar-modal-indonesia-berfluktuasi

Hayley, S., 2012. Dollar-Cost Averaging – The Role of Cognitive Error.Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1473046. diakses pada 9 Juli 2016 pukul 22:00

Henriksson, R. D., Merton, R. C. (1981). On Market Timing and Investment Performance. II. Statistical Procedures for Evaluating Forecast Skills. Journal of Business, Vol 54.

Investopedia. http://www.investopedia.com. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00

Jank, S.(2012). Mutual fund flows, expected returns and the real economy.

Journal of Banking & Finance,Vol 36, pp. 3060–3070.

Kustodian Sentral Efek Indonesia. Beranda. www.ksei.co.id. diakses pada 9 Juli 2016 pukul 22:00

Leggio, K.B., Lien, D., 2001. Does Loss Aversion Explain Dollar-Cost Averaging? Financial Services Review 10 (2001), 117–127.

Mandiri Investasi. http://mandiri-investasi.co.id/. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00

Nurjanah, Herawati. (2015). Mengenal Manajer Investasi dan Reksa Dana: Penjelasan dari Perspektif Hukum dan Manajemen Pengelolaan. Zavara.

Octavianus, Adri. (2014). Analisis Kinerja Portofolio Indeks Saham Dengan Menggunakan Strategi Market Timing dan Metode Pengukuran Market Extreme. Tesis Universitas Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/id/Default.aspx. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00

PT Indonesia News Center. Pasar Modal. http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2253902/bei-bidik-mahasiswa-dongkrak-jumlah-investor-muda. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00

Prasthiwi, Rini. (2014). Pengaruh faktor makroekonomi (kurs dollar, inflansi, SBI jumlah uang beredar) dan LQ45 terhadap imbal hasil reksa dana saham periode 2003-2006. Tesis. Universitas Indonesia

Rachman, Paloma Paramita. (2014). Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Return Indeks Sembilan Sektor Pada Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas IndonesiaRepublik Indonesia. (1995). Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Rudiyanto. (2015). Mana Yang Lebih Baik : Lump Sum atau Cost Averaging ? Diambil dari http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2015/03/23/mana-yang-lebih-baik-lump-sum-

Page 19: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

15

atau-cost-averaging/. diakses pada 9 Juli 2016 pukul 22:00

Saputri, Dessy Ayu. (2014). Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Return Indeks Saham Sektor perbankan periode 2002-2011, Serta Pengaruh Karakteristik Bank terhadap Profitabillitas Perusahaan Sektor Perbankanyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Tesis. Universitas Indonesia

Schroders Indonesia. http://www.schroders.com/id/id/investasi-reksadana/. diakses pada 18 Juni 2016 pukul 19:00

Suwito, Ferry. (2012). Analisis pengaruh BI rate, inflasi, dan IHSG terhadap return saham sektor perbankan yang terdaftar dalam BEI. Tesis. Universitas Indonesia

The Hongkong and Shanghai Banking Corporation. Wealth Management. http://www.hsbc.co.id/1/2/personal_in_ID/wealth_management/managing_and_growing_wealth. diakses pada 9 Juli 2016 pukul 22:00

Trainor, W.J., 2005. Within-Horizon Exposure to Loss for Dollar Cost Averaging and Lump Sum Investing. Financial Services Review 14 (2005), 319–330.

Treynor, J. L., Mazuy,K. (1966). Can Mutual Fund Outguess the Market, Harvard Business Review,Vol 43

Page 20: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

16

ANALISIS FINANCIAL DISTRES DENGAN PENDEKATAN ALTMAN Z-SCORE

PADA PT.BUMI RESOURCES TBK PERIODE 2010-2014”

ABSTRAK

Tutik Siswanti dan Budira Gulo

[email protected]

Perusahaan didirikan salah tujuaanya adalah agar tumbuh dan berkembang baik dari sisi finansial, maupun operasional. Namun demikian untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan juga dihadapkan dengan berbagai risiko yang berdampak pada gagalnya tujuan, bahkan mengalami kesulitan keuangan dan berakhir dengan kebangkrutan. Pada dasarnya jika perusahaan melakukan monitoring dan pengawasan yang maksimal dalam mengelola keuangan kebangkrutan dapat diprediksi sebelum benar-benar terjadi, sehingga perusahaan dapat melakukan pengambilan keputusan dan menyusun strategi agar kebangkrutan tidak terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui bagimana prediksi kebangkrutan dengan pendekatan Altman Z-Score jika pada PT Bumi Resources Tbk. Hal ini karena perusahaan tersebut, berdasarkan laporan keuangan menunjukan indikasi kebangkrutan, dimana selama 5 (lima ) tahun terakhir menunjukan, laba, pendapatan, harga saham dan aset mengalami penurunan, sedangkan hutang mengalami kenaikan.

Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi dokumentasi, dimana data yang digunakan adala berupa laporan keuangan selama tahun 2011 s.d 2014. Analisis prediksi kebangkrutan model Altman Z-Score ini menggunakan rasio keuangan berdasarkan data laporan keuangan dari Laporan Tahunan PT Bumi Resources Tbk. Analisis prediksi kebangkrutan Altman Z-Score ini merupakan analisis multivariate yang menggunakan dua atau lebih variabel ke dalam satu persamaan. Adapun persamaan tersebut yaitu Z-Score = 6,56WCTA+ 3,26RETA + 6,72EBITTA + 1,05TETL.

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis prediksi kebangkrutan model Altman Z-Score menunjukkan bahwa tahun 2010 nilai Z-score sebesar 2,04, hal ini berarti perusahaan berada dalam kategori “Grey Area” . Pada tahun 2011 sampai 2014 nilai Z-score berturut-turut sebesar ; 1,06, -0,86, -3,17, dan -4,37, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 2,6, maka, pada periode tersebut perusahaan berada pada zona bangkrut . Sehingga dapat disimpulkan bahwa, selama periode 2010 s.d 2014 kondisi perusahaan mengalami penurunan dan pada akhirnya dikatergorikan bangkrut. Kata Kunci : Analisis prediksi kebangkrutan, cut off, Model Altman Z-Score

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan organisasi

yang melakukan proses ataupun aktivitas

yang menghasilkan barang dan atau jasa.

Dimana kegiatan dilakukan secara tetap dan

terus-menerus, dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan. Perusahaan yang

baik adalah perusahaan yang mampu

Page 21: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

17

menyesuaikan diri dengan perubahan

lingkungan sehingga dapat terus bertahan

dalam persaingan dan mampu terus

berkembang.

Pada saat ini perkembangan ekonomi

dan bisnis serta investasi di dunia usaha

mengalami perkembangan dan perubahan

yang cukup signifikan. Dengan pesatnya

berkembangnya perekonomian tersebut,

juga berdampak pada persaingan usaha

semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan

untuk selalu memperkuat berbagai aspek

agar mampu bersaing dengan perusahaan

lain. Jika perusahaan tidak mampu

mengantisipasi pesatnya perkembangan

ekonomi tersebut, maka akan

mengakibatkan menurunnya pendapatan,

menurunya laba, menurunnya aset dan

tingginya risiko bisnis dan pada akhirnya

mengalamin kesulitan keuangan yang dapat

berakibat fatal yaitu kebangkrutan.

Kebangkrutan tidak akan datang tiba-

tiba melainkan melalui proses atau tahapan,

dengan indikasi-indikasi tertentu. Dimana

tanda atau indikasi tersebur dapat di deteksi

secara dini oleh manajemen. Indikasi

kebangkrutan dapat tercermin dari kinerja

keuangan yang tersaji dalam laporan

keuangan . Berdasarkan laporan keuangan

yang disusun secara periodik, maka

perusahaan dapat melakukan analisis

terhadap laporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan merupakan salah satu

sumber informasi mengenai posisi keuangan

perusahaan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan yang sangat berguna untuk

mendukung pengambilan keputusan yang

tepat. Salah satu metode yang dapat

digunakan untuk memprediksi kebangkrutan

adalah metode yang dikemukakan oleh

Altman, yang di kenal dengan Metode

Altman Z-Score

Beberapa penelitian terdahulu yang

menggunakan pendekatan ini antara lain

penelitian yang dilakukan oleh Handiko

Suharso, yang melakukan analisis

kbangkrutan pada PT. INDOSAT TBK

PERIODE 2008 – 2012, menyimpulkan

bahwa kinerja keuangan PT Indosat Tbk

selama periode tahun 2008 – 2012 dalam

keadaan kinerja keuangan perusahaan yang

sehat. Walaupun dalam perjalanan

operasionalnya PT Indosat Tbk sedikit

mengalami kesulitan dalam hal hutang atas

modal kerja terutama pada tahun 2009 yang

memiliki nilai Z-score paling rendah yaitu

3,168. Nilai overall Z-score tersebut itupun

masih berada diatas titik cut off yaitu 2,60.

Penelitian yang dilakukan oleh Hafiz dan

Dicky, . dengan sampel yang digunakan

adalah 6 (enam) perusahaan properti yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dari

periode 2005-2009, menyimpulkan bahwa,

berdasarkan hasil perhitungan Z-score

menunjukkan nilai ≤ 1,81, hal ini berarti

bahwa, selama periode tersebut ke-enam

Page 22: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

18

perusahaan yang dijadikan sampel

berpotensi bangkrut.

Berdasarkan latar belakang dan

penelitian terdahulu tersebut, maka jelaslah

bahwa informasi kesehatan dan prediksi

kebangkrutan sangat penting, hal itulah

yang menjadikan alasan penelitian ini perlu

dilakukan. Penelitian ini mencoba menguji

teori yang dihasilkan oleh Altman (1968),

dengan menggunakan lima rasio keuangan.

Penelitian ini menggunakan model Altman

Z-Score untuk melihat potensi kebangkrutan

yang mungkin ada pada PT.Bumi Resources

Tbk.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian

ini adalah apakah dengan menggunakan

metode Z–Score dapat mengindikasikan

PT.Bumi Resources Tbk yang mengalami

kebangkrutan dan yang diindikasi tidak

mengalami kebangkrutan selama periode

2010 – 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

dapat mengetahui indikasi yang bangkrut

dan yang di indikasi tidak bangkrut pada

PT.Bumi Resources Tbk selama periode

2010 – 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan pada PT.Bumi

Resources Tbk dalam mengambil suatu

kebijakan.

b. Sebagai bahan masukan bagi para

pemakai informasi laporan keuangan

PT.Bumi Resources Tbk .

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia

dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012),

laporan keuangan adalah suatu penyajian

terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas. Laporan keuangan

juga menunjukan hasil pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya

yang dipercayakan kepada mereka.

Harahap (2010) laporan keuangan

merupakan output dan hasil dan hasil proses

akuntansi yang menjadi bahan informasi

bagi para pemakainya sebagai salah satu

bahan dalam proses pengambilan keputusan.

2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan dalam

Standar Akuntansi Keuangan (2012), adalah

memberikan informasi mengenai posisi

keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas

entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar

kalangan pengguna laporan keuangan dalam

pembuatan keputusan ekonomi.

Page 23: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

19

Kasmir (2013) berpendapat, secara

umum laporan keuangan bertujuan untuk

memberikan informasi keuangan suatu

perusahaan, baik pada saat tertentu maupun

pada periode tertentu. Laporan keuangan

juga dapat disusun secara mendadak sesuai

kebutuhan perusahaan maupun secara

berkala.

2.3. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2013), pengertian

“analisis laporan keuangan (financial

statement analysis) adalah teknik atau

metode analisis untuk laporan keuangan

secara teliti, mendalam dan jujur dalam

menghasilkan kesimpulan guna mengambil

keputusan dan memberi gambaran kondisi

keuangan perusahaan terkini”.

Menurut Hanafi dan Halim (2009)

mendefinisikan “analisis laporan keuangan

(financial statement analysis) adalah suatu

metode yang pada dasarnya ingin melihat

prosek dan risiko perusahaan. Dalam hal ini

prospek berhubungan dengan profitabilitas

sedangkan risiko berhubungan dengan

kemungkinan perusahaan mengalami

kebangkrutan”.

2.4. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Kasomir (2013), analisa

laporan keuangan merupakan analisis yang

digunakan untuk mengetahui hubungan pos-

pos yang ada dalam satu laporan keuangan

atau pos-pos antara laporan posisi keuangan

(neraca) dan laporan laba rugi

komprehensif.

Analisis keuangan memerlukan

beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering

digunakan adalah rasio, yang

menghubungkan dua data keuangan yang

satu dengan yang lainnya. Analisis dan

inteprestasi dari berbagai rasio dapat

memberikan informasi dan gambaran

tentang kondisi keuangan dan prestasi

perusahaan bagi para pengambil keputusan

sesuai dengan kepentingan masing-masing.

2.5. Pengertian Kebangkrutan

Menurut Prihadi (2009), kondisi

perusahaan dari waktu ke waktu tidak selalu

seperti yang direncanakan dan laporan

keuangan merupakan refleksi dari kondisi

yang dihadapi perusahaan.

Ketidakmampuan bersaing dapat berakibat

pada penurunan profitabilitas. Beban utang

yang terlalu banyak juga dapat

menyebabkan perusahaan mengalami

tekanan arus kas.

Sedangkan menurut Rudianto (2013)

kebangkrutan merupakan akumulasi dari

kesalahan pengelolaan perusahaan dalam

jangka panjang.

2.6. Analisis Prediksi Kebangkrutan

Metode Altman Z-Score

Menurut Rudianto (2013), analisis

Page 24: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

20

Z-Score adalah metode untuk memprediksi

keberlangsungan hidup suatu perusahaan

dengan mengkombinasikan beberapa rasio

keuangan yang umum dan pemberian bobot

yang berbeda satu dengan yang lain. Itu

artinya dengan metode Z-Score dapat

diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu

perusahaan.

Menurut Prihadi (2009:81) Z-Score

merupakan persamaan multi variabel yang

digunakan Altman dalam rangka memprediksi

tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.

Altman menggunakan alat atau model

statistik yang disebut dengan analisis

diskriminan, lebih tepatnya adalah Multiple

Discriminant Analysis (MDA). Dalam MDA

Altman atau yang biasa disebut dengan

Metode Altman Z-Score ini memerlukan lebih

dari satu rasio keuangan yang berkaitan

dengan kebangkrutan perusahaan untuk

membentuk suatu model yang komprehensif.

Prediksi kebangkrutan bisa dilakukan

dengan rasio-rasio keuangan yakni

univariate dan multivariate. Altman model

merupakan salah satu model multivariate

yang mana analisis multivariate merupakan

analisis yang lain. Selain itu keunggulan

analisis Z-score Altman adalah dapat juga

digunakan pada perusahaan secara

individual tanpa harus membandingkan

dengan perusahaan lain sejenis, baik itu

untuk perusahaan yang go public maupun

yang belum go public.

Persamaan diskriminan Almant Z-

score yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Z-Score = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 +

1,05X4

Keterangan :

Z = Over All Index or Score

X1 = Modal kerja bersih terhadap total

aset (Working Capital to Total

Assets)

X2 = Laba ditahan terhadap total aset

(Retained Earnings to Total Assets)

X3 = Laba sebelum pajak dan bunga

terhadap total aset (Earnings Before

Interest and Taxes (EBIT) to Total

Assets)

X4 = Nilai buku ekuitas dengan nilai

buku hutang (Book Value of Equity

to Book Value of Debt).

Titik cut-off atau kriteria yang digunakan

dalam memprediksi kebangkrutan

perusahaan dengan model ini adalah

sebagai berikut :

1. Jika nilai Z ≤ 1,1 (zona bangkrut)

perusahaan dalam kondisi bangkrut

(mengalami kesulitan keuangan dan

risiko yang tinggi)

2. Jika nilai Z diantara 1,1 – 2.6 (zona

grey area) perusahaan dalam kondisi

mengalami masalah keuangan yang

harus ditangani dengan cepat dan cara

yang tepat.

Page 25: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

21

3. Jika nilai Z ≥ 2,6 (zona sehat)

perusahaan dalam kondisi sehat

sehingga kemungkinan kebangkrutan

sangat kecil terjadi.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Sifat Penelitian

Dalam metode penelitian penulis

melakukan penelitian yang bersifat

korelasional. Penelitian korelasional

merupakan penelitian dengan karakteristik

masalah berupa hubungan korelasional

antara dua variabel atau lebih. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menentukan ada

atau tidaknya korelasi antar variabel atau

membuat prediksi berdasarkan korelasi

antar variabel. Tipe dari penelitian

korelasional menekankan pada penentuan

tingkat hubungan yang dapat digunakan

untuk melakukan prediksi. Jika tingkat

hubungan antar variabel relatif tinggi, maka

sifat dari hubungannya adalah sebab-akibat

(causal-effect).

3.2. Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yaitu data yang

digunakan tidak atas usaha penulis sendiri

melainkan diperoleh dari literatur dan

pengamatan orang lain. Adapun data dalam

penelitian ini bersumber dari Website yaitu

www.idx.co.id. Data yang dikumpulkan

berupa laporan keuangan PT. Bumi

Resources Tbk periode 2010-2014 .

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini dikumpulkan dengan metode

dokumentasi yaitu dengan membuat salinan

dan menggandakan arsip dan catatan dari

BEI. Data yang dikumpulkan adalah data

sekunder yang diperoleh dari Website yaitu

www.idx.co.id.

3.4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, untuk

menganalisis kebangkrutan perusahaan PT.

Bumi Resources Tbk dengan menggunakan

metode Z-Score Altman. Dalam hal ini

rasio-rasio yang digunakan dikelompokkan

kedalam tiga kelompok besar, yaitu:

a. Rasio Likuiditas yang terdiri atas X 1

b. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X 2

dan X3

c. Rasio Sovabilitas yang terdiri dari X 4

4. PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data

4.1.1. Perhitungan Variabel Pembentuk

Nilai Z -Score

Perhitungan nilai Z-Score yang di

tetapkan untuk mengetahui adanya indikasi

kebangkrutan atau tidak dilakukan dengan

rumus:

Page 26: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

22

Z-Score = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3

+ 1,05X4

Komponen pembentuk variabel Z-

Score selama periode 2010 s.d 2014

berdasarkan data laporan keuangan tersaji

dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1. Komponen pembentuk variabel

Z-Score periode 2010 s.d 2014

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan komponen pembentuk

variabel nilai Z-Score pada tabel 1 diatas,

maka akan diperoleh nilai rasio X1 sampai

X4 sebagai berikut :

Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Nilai

Rasio Selama Periode 2010 -2014

2010 2011 2012 2013 2014

X1 0,1717 0,0325 -0,0308 -0,3101 -0,5031

X2 0,0521 0,0331 -0,0884 -0,1631 -0,2088

X3 0,0753 0,0812 -0,0640 -0,0833 -0,0422

X4 0,2302 0,1810 0,0563 -0,0415 -0,1013

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan data hasil perhitungan

nilai rasio pada tabel diatas, maka dapat

ditentukan nilai Z -Score yaitu dengan cara

mengalikan masing–masing nilai rasio

tersebut dengan bobot yang telah

ditentukan, maka akan diperoleh nilai

variabel X 1 sampai X4. Hasil perhitungan

diperoleh nilai Z -Score tersaji pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Perhitungan Z-Score

Periode 20010 -2014

Tahun X1 X2 X3 X4 Nilai Z

2010 0.17 0.05 0.08 0.23 2.04

2,011 0.03 0.03 0.08 0.18 1.06

2,012 (0.31) (0.09) (0.06) 0.06 (0.86)

2,013 (0.31) (0.16) (0.08) (0.04) (3.17)

2,014 (0.50) (0.21) (0.04) (0.10) (4.37)

Sumber : Data sekunder

Berdasarkan tabel tersebut, dapat

digambarkan dengan grafik, sehingga dapat

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Aset Lancar 2,576,072,995 2,581,185,496 2,263,210,808 1,944,236,777 2,346,891,707

Aset tidak Lancar 4,471,381,018 4,786,936,253 7,354,327,207 7,003,908,115 6,500,528,918

Liabilitas Lancar 1,365,508,063 2,341,285,350 2,559,443,581 4,719,914,333 6,798,673,348

Modal Kerja Bersih 1,210,564,932 239,900,146 -296,232,773 -2,775,677,556 -4,451,781,641

Saldo Laba Ditahan 367,054,305 243,738,757 -850,675,199 -1,459,689,117 -1,847,677,274

Laba Sebelum Bunga &

Pajak 530,479,324 598,551,070 -615,565,632 -745,238,913 -372,974,244

Nilai Buku Ekuitas 1,318,778,003 1,176,403,676 392,149,703 -302,959,535 -733,041,358

Total Hutang 5,728,676,010 6,191,718,073 6,962,177,504 7,306,867,650 7,233,570,276

Total Aset 7,047,454,013 7,368,121,749 9,617,538,015 8,948,144,892 8,847,420,625

Page 27: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

23

diketahui trend nilai Z-Score selama periode

2010 s.d 2014, sebagai berikut

Gambar 1

Grafik Tingkat Prediksi Kebangkrutan

Berdasarkan Nilai Z-score

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel , grafik dan

penjelasan diatas, maka dapat disajikan

kondisi perusahaan selama periode 2010 s.d

2014, berkaitan dengan pengukuran indikasi

kebangkrutan dengan metode Altam Z-

Score sbb :

Tabel 4. Rekapitulasi Prediksi

Kebangkrutan berdasarkan Altaman Z-

Score Periode 2010 s.d 2014

Tahun Nilai Z Zona

2010 2.04 Grey Area

2,011 1.06 Bangkrut

2,012 (0.86) Bangkrut

2,013 (3.17) Bangkrut

2,014 (4.37) Bangkrut

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui

tingkat prediksi kebangkrutan pada PT

Bumi Resources Tbk. untuk tahun 2010

nilai Z-score sebesar 2,04, dari hasil yang

didapat, perusahaan dikategorikan dalam

“Zona Grey Area. Hal ini dikarenan nilai Z-

Score berada di antaran 1,1- 2,6 dalam

situasi ini perusahaan dalam kondisi

mengalami masalah keuangan yang harus

ditangani dengan cepat dan cara yang tepat.

Pada grafik juga terlihat sangat jelas

kondisi yang menggambarkan grafik nilai Z-

Score terus mengalami penurunan, bahkan

pada tahun 2014 merupakan titik terendah

yaitu (4,37). Sehingga dari penjelasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa PT Bumi

Resources Tbk. pada tahun 2010 berada

pada kategori “Zona Grey Area”, sedangkan

pada tahun 2011-2014 PT Bumi Resources

Tbk. berada pada kondisi “Zona Bangkrut”.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah dan

hasil analisis serta pembahasan dari hasil

penelitian prediksi kebangkrutan dengan

pendekatan Altman Z-Score pada PT Bumi

Resources Tbk periode 2010-2014. Dapat

disimpulkan :

1. Kinerja keungan PT Bumi Resources Tbk

periode 2010-2014 mengalami penurunan

dilihat dari rasio dan hasil perhitungan

nilai Z- Score .

2. Berdasarkan kriteria metode Altman Z-

Score PT Bumi Resources Tbk tahun

2010 pada katagori Grey area, sedangkan

pada periode 2011-2014 menunjukan

terindikasi bangkrut, dimana nilai Z-Score

yang kurang dari 1,1.

2,04 1,06 (0,86)

(3,17) (4,37)

(10,00)

-

10,00

2010 2011 2012 2013 2014

Hasil Perhitungan Z-Score

Z

Page 28: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

24

5.2. Saran

1. Mengurangi penggunaan dana yang

berasal dari dana pinjaman (hutang)

untuk pembiayaan operasional.

2. Perusahaan melakukan evaluasi terhadap

peningkatan penjualan dan efisiensi

biaya produksi.

3. Melakukan evaluasi terhadap manajemen

pengelolaan keuangan, terutama

berkaitan dengan alokasi dana dan

sumber dana.

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Edward I. (1968), Finantial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankcrupcty, The Journal of Finance, Vol 23, No.4 (Sep., 1968), pp. 589-609.

Almwajeh, Omar. (2004), Applying Altman’s Z-Score model of Bankruptcy for the Prediction of Financial Distress of Rural hospital in Western Pennsylvania. Indiana University of Pennsylvania, Pennsylvania.

Aasen, Reistad Morten. (2011), Applying Altman’s Z-Score to the Financial Crisis. Norwegia School of Economics, Bergen.

Burganova. (2014), Z-Score For Bankruptcy Forcasting of the companies Producing Building Materials, Kazan Vederal Unicersity, Rusia.

Fahmi, I. (2012), Pengantar Manajemen Keuangan, CV. Alfabeta, Bandung.

Hanafi, Mamduh M., &Abdul Halim. (2012), Analisis Laporan Keuangan, AMP YKPN, Yogyakarta.

Haseley, Michael. (2012), An Analysis of the Efficacy of the Altman and Springate Bankruptcy Models in Compaies Listed on the Stock Exchange of Thailand, Webster Uneversity, Bangkok.

Harahap, Sofyan Syafri. (2010), Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hery, (2012), Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.

IAI (Revisi 2012), PSAK No. 1, “Penyajian Laporan Keuangan”, Jakarta.

Johamsson, Therese. (2010), Predicting Copporate Default – an Assessment of the Z-Score Model on the U.S Market, Lund University, Sweden.

Kasmir. (2013), Analisis Laporan Keuangan, Cet. 6, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Munawir. (2010), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta.

Prihadi, Toto. (2009), Investigasi Laporan Keuangan dan Analisis Rasio Keuangan, PPM, Jakarta.

Sugiono, Arief S.E., & Edy Untung, (2016), Analisis Laporan Keuangan, PT Gramedia, Jakarta.

Sugiono. (2012), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D. ALFABETA, Bandung.

www.idx.co.id Xie, Chi. (2010), Financial Distress

Prediction Based on SVM and MDA Methods, Hunan University, Hunan.

Page 29: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

25

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO

CAMELS SEBAGAI ALAT UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI

FINANCIAL DISTRESS BANK UMUM YANG

TERDAFTAR DI BEI

Oleh: PRATIWI PRIMA E S

[email protected]

ABSTRACT

This research analyzed the influence of the ratio of CAMELS on the symptoms of financial distress of commercial banks listed on the Indonesia Stock Exchange between 2007 until 2009. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id. Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is multiple regression analysis. The result of this research indicates that the Capital Adequacy Ratio, Assets Quality 1, Operating Expenses / Operating Income and Loan to deposit ratio does not significantly influence the financial symptoms distress. Meanwhile Good Corporate Governance and Net Interest Margin significant effect on symptoms of financial distress.

Keyword: capital adequacy ratio, asset quality 1, good corporate governance, the net

interest margin, operating expenses to operating income, loan to deposit ratio, financial distress condition

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya pertumbuhan ekonomi

di Indonesia salah satunya dipengaruhi

oleh perkembangan sektor perbankan

yang sangat cepat beberapa dekade

terakhir ini. Perbankan merupakan

perusahaan yang dalam kegiatannya

berhubungan langsung dengan

masyarakat. Bank sendiri merupa-kan

suatu badan usaha yang tujuannya

menghasilkan keuntungan atau laba.

Tujuan utama didirikannya suatu

perusahaan adalah untuk

memaksimumkan keuntungan dan

memaksimumkan kemakmuran

pemiliknya.

Dari dua tujuan utama perusahaan

tersebut, maka pihak manajemen harus

dapat menghasilkan keuntungan yang

optimal serta pengendalian yang

seksama terhadap kegiatan operasional

terutama yang berkaitan dengan

keuangan perusahaan. Realita ini

menjadi masalah manakala ternyata

bank-bank tersebut tidak mengelola

Page 30: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

26

dengan baik uang yang disimpan oleh

nasabahnya tersebut.

Sebagai contoh krisis ekonomi

yang terjadi akibat dilikuidasinya 16

bank pada November 1997. Bank-

bank tersebut dilikuidasi oleh

pemerintah dikarenakan bank-bank

tersebut mengalami ketidak-mampuan

atau kegagalan dalam ekonomi dan

keuangan. Hal ini menyebabkan

bangsa Indonesia terjerumus dalam

tingkat kemiskinan yang meningkat

secara drastis sejak terjadinya krisis

yaitu mencapai 49,5 juta orang.

Besarnya dampak krisis menyebabkan

banyak peneliti yang mencoba

mencari penyebabnya.

Beberapa peneliti berbeda

pendapat, peneliti ekonomi makro

berpendapat bahwa penyebab krisis

adalah faktor ekonomi makro yaitu

menurunnya nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika, sedangkan

peneliti mikro berpendapat bahwa

industri perbankan memiliki peran

besar untuk terjadinya krisis. Gejala

financial distress yang timbul menjadi

salah satu indikator yang mendukung

pendeteksian kebangkru-tan sebuah

bank karena sebelum mengalami

kebangkrutan, sebuah bank akan

mengalami gejala financial distress

terlebih dahulu. Untuk itu rasanya

penganalisisan terhadap gejala

financial distress bank ini perlu

ditinjau kembali dengan menggunakan

rasio CAMELS.

Penulis menuangkan penelitian

ini dalam sebuah skripsi yang berjudul

analisis laporan keuangan dengan

menggunakan rasio CAMELS sebagai

alat untuk memprediksi kondisi

financial distress bank umum yang

terdaftar di BEI.

1.2. Batasan Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan

lebih terfokus, maka dibuat batasan

masalah yang akan dianalisis yaitu:

a. Data perusahaan perbankan yang

diteliti adalah data bank umum di

Indonesia saat ini baik milik swasta

maupun milik pemerintah yang

mengeluarkan laporan keuangan

tahunan.

b. Laporan keuangan yang dianalisis

adalah dari tahun 2007 – 2009 yang

telah diaudit.

c. Laporan Pengawasan Perbankan

yang dipakai adalah dari tahun

2007 – 2009.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka yang akan menjadi

Page 31: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

27

rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

a. Apakah analisis rasio CAMELS

yang dianalisis melalui rasio CAR

mempengaruhi prediksi financial

distress bank?

b. Apakah analisis rasio CAMELS

yang dianalisis melalui rasio KAP

1 mempengaruhi prediksi financial

distress bank?

c. Apakah analisis rasio CAMELS

yang dianalisis melalui penilaian

Good Corporate Governance

mempengaruhi prediksi financial

distress bank?

d. Apakah analisis rasio CAMELS

yang dianalisis melalui rasio NIM

mempengaruhi prediksi financial

distress bank?

e. Apakah analisis rasio CAMELS

yang dianalisis melalui rasio BOPO

mempengaruhi prediksi financial

distress bank?

f. Apakah analisis rasio CAMELS

yang dianalisis melalui rasio LDR

mempengaruhi prediksi financial

distress bank?

g. Apakah analisis rasio CAMELS

secara simultan mempengaruhi

prediksi financial distress bank?

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh

analisis rasio CAMELS yang

dianalisis melalui rasio CAR

terhadap prediksi financial distress

bank.

b. Untuk mengetahui pengaruh

analisis rasio CAMELS yang

dianalisis melalui rasio KAP 1

terhadap prediksi financial distress

bank.

c. Untuk mengetahui pengaruh

analisis rasio CAMELS yang

dianalisis melalui penilaian Good

Corporate Governance terhadap

prediksi finan-cial distress bank.

d. Untuk mengetahui pengaruh

analisis rasio CAMELS yang

dianalisis melalui rasio NIM

terhadap prediksi financial distress

bank.

e. Untuk mengetahui pengaruh

analisis rasio CAMELS yang

dianalisis melalui rasio BOPO

terhadap prediksi financial distress

bank.

f. Untuk mengetahui pengaruh

analisis rasio CAMELS yang

dianalisis melalui rasio LDR

terhadap prediksi financial distress

bank.

Page 32: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

28

g. Untuk mengetahui pengaruh

analisis rasio CAMELS secara

simultan terhadap prediksi financial

distress bank.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti selanjutnya, untuk

menambah bahan informasi

peneliti sehubungan dengan

pengaruh Rasio CAMELS

terhadap gejala kegagalan usaha

pada sektor perbankan.

b. Bagi bank, dimana dengan adanya

penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan evaluasi

bagi sektor perbankan untuk

menilai kinerjanya selama periode

2007-2009.

c. Bagi akademisi, sebagai referensi

dan sumber informasi dalam

mempelajari evaluasi kinerja

perbankan melalui rasio – rasio

keuangan bank.

d. Bagi masyarakat, sebagai referensi

dan tambahan informasi untuk

memilih bank yang akan

digunakan jasanya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Kerangka Dasar

Penyusunan dan penyajian Laporan

Keuangan (IAI, 2009), laporan

keuangan merupakan bagian dari

proses pelaporan keuangan.

b. Komponen Laporan Keuangan

Komponen laporan keuangan

terdiri dari:

1) Neraca (Balance Sheet)

2) Laporan Laba Rugi (Income

Statement)

3) Laporan Perubahan Ekuitas

(Statement of Stakeholder

Equity)

4) Laporan Arus Kas (Cash Flow

Statement)

5) Catatan atas Laporan Keuangan

(Notes of Financial Statement)

c. Pihak-Pihak Yang Berkepen-

tingan Terhadap Laporan

Keuangan

Pihak yang berkepentingan

terhadap laporan keuangan adalah

masyarakat, pemilik / pemegang

saham, pemerintah, perpajakan,

karyawan, manajemen bank.

2.2. Model Analisis CAMELS

a. Pengertian Model Analisis

CAMELS

Untuk melakukan penilaian

kesehatan suatu bank dapat dilihat

dari berbagai aspek. Ukuran

untuk penilaian kesehatan bank

Page 33: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

29

telah ditentukan oleh Bank

Indonesia. Seperti yang tertera

dalam Undang-Undang RI No

7tahun 1992 tentang perbankan

pasal 29.

Berdasarkan ketentuan dalam

Undang-Undang tentang perbankan

tersebut, Bank Indonesia telah

mengeluarkan Surat Edaran

No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993

yang mengatur tentang tata cara

penilaian tingkat kesehatan bank.

Metode penilaian tingkat kesehatan

bank tersebut diatas kemudian

dikenal dengan metode CAMELS.

b. Tujuan & Manfaat Penggunaan

Model Analisis CAMELS

Penilaian bertujuan untuk

menentukan apakah bank tersebut

dalam kondisi yang sehat, cukup

sehat, kurang sehat, dan tidak

sehat, sehingga Bank Indonesia

sebagai pengawas serta pembina

bank-bank dapat memberikan

arahan bagaimana bank tersebut

harus dijalankan dengan baik atau

bahkan dihentikan operasinya.

c. Komponen Rasio CAMELS

Penilaian kesehatan bank meliputi

6 aspek yaitu:

1) Aspek Permodalan ( Capital

Ratio )

Rasio ini untuk menilai

kecukupan modal. Yang dinilai

adalah permodalan yang ada

didasarkan kepada kewajiban

penyediaan modal minimum

bank.

Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

2) Aspek Kualitas Aset ( Assets

Quality )

Rasio ini untuk menilai

kualitas aktiva. Penilaian

pendekatan kuantitatif dan

kualitatif faktor kualitas aset

antara lain dilakukan melalui

penilaian terhadap komponen –

komponen aset.

=

AktivaProduktifyang Diklasifikasikan(����)

Total Aktiva Produktif

3) Aspek Kualitas Manajemen

(Mangement Risk )

Rasio ini untuk menilai

kualitas manajemen. Penilaian

terhadap faktor manajemen

antara lain dilakukan melalui

penilaian terhadap komponen-

komponen manajemen

menggu-nakan indikator

pendu-kung antara lain sebagai

berikut:

a) Manajemen Umum

b) Penerapan Sistem Manaje-

men Resiko

Page 34: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

30

c) Kepatuhan bank terhadap

ketentuan yang berlaku

4) Aspek Rentabilitas

(Earnings)

Rasio ini untuk rasio-rasio

rentabilitas bank. Penilaian

pendekatan kuantitatif dan

kualitatif faktor rentabilitas

antara lain dilakukan melalui

penilaian terhadap komponen –

komponen sebagai berikut:

a) �����������������(���) =

���������������������

������������������������

b) Biaya Operasional dibagi

dengan Pendapatan

Operasional (BOPO).

= Biaya operasional

Pendapatan operasional

5) Aspek Likuiditas ( Liquidity )

Analisis likuiditas dimaksud-kan

untuk mengukur seberapa besar

kemampuan bank tersebut

mampu membayar utangnya dan

membayar kembali kepada

deposannya serta dapat

memenuhi permintaan kredit

yang diajukan tanpa terjadi

penangguhan.

LDR =Total Kredit

Dana Pihak Ketiga

6) Aspek Sensitivitas terhadap

Resiko Pasar (Sensitivity to

Market Risk)

Rasio ini menilai sensitivitas

terhadap resiko pasar. Penilaian

pendekatan kuantitatif dan

kualitatif faktor sensitivitas

terhadap resiko pasar.

d. Peringkat Penilaian Kesehatan

Perbankan Menurut Bank

Indonesia.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum maka predikat Tingkat

Kesehatan Bank dibagi dalam lima

peringkat, yaitu:

Peringkat Komposit-1 (PK-1)

adalah sangat baik, bank dapat

mengatasi pengaruh negatif kondisi

perekonomian dan industri

keuangan.

Peringkat Komposit-2 (PK-2)

adalah baik, bank masih memiliki

kelemahan = minor yang dapat

segera diatasi dengan tindakan

segera dan rutin.

Peringkat Komposit-3 (PK-3)

adalah cukup baik, masih ada

kekurangan dan perlu tindakan

korektif bila tidak akan

menurunkan peringkat komposit.

Peringkat Komposit-4 (PK-4)

adalah kurang baik, bank sensitif

terhadap pengaruh buruk kondisi

perekonomian dan memerlukan

tindakan korektif.

Peringkat Komposit-5 (PK-5)

Page 35: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

31

adalah tidak baik, bank sangat

sensitif dan dapat membahayakan

kelangsungan usahanya.

2.3. Financial Distress

a. Pengertian Financial Distress

Kegagalan keuangan (Financial

Distress) mempunyai makna

kesulitan dana baik dalam arti

dana dalam pengertian kas atau

dalam pengertian modal kerja.

Insolvensi atas dasar arus kas ada

dua bentuk, yaitu:

1) Insolvensi teknis

2) Insolvensi dalam pengertian

kebangkrutan

b. Sumber Informasi Prediksi

Financial Distress

Financial distress yang terjadi

sebenarnya dapat diprediksi

dengan melihat beberapa

indikator-indikator, yaitu:

1) Analisis aliran kas untuk saat

ini atau masa mendatang.

2) Analisis strategi perusahaan,

yaitu analisis yang memfokus-

kan pada persaingan yang

dihadapi oleh perusahaan.

3) Struktur biaya relatif terhadap

pesaingnya.

4) Kualitas manajemen.

5) Kemampuan manajemen

dalam mengendalikan biaya.

c. Faktor Penyebab Financial

Distress

Faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya financial distress pada

perusahaan adalah

1) Faktor umum seperti sektor

ekonomi, sosial, teknologi,

pemerintah

2) Faktor eksternal perusahaan

seperti pelanggan atau nasabah,

pemasok/kreditur,

pesaing/bank lain.

3) Faktor Internal Perusahaan

d. Akibat Financial Distress

Seperti yang tertera sebelumnya,

bank dianggap sebagai roda

penggerak perekonomian suatu

negara. Apabila terjadi kegagalan

dalam keuangannya, pasti

berdampak baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap

perekonomian suatu negara.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Laporan Keuangan

Penelitian ini menggunakan

desain kausal atau hubungan sebab

akibat. Desain ini berguna untuk

menganalisa hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya atau

bagaimana suatu variabel

mempengaruhi variabel lainnya

(Umar, 2003). Variabel yang

Page 36: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

32

digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis rasio CAMELS sebagai

variabel independen, serta kondisi

financial distress bank sebagai

variabel independen.

3.2. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu data yang berbentuk angka atau

data kualitatif yang diangkakan

(Sugiyono, 2004), dan data tersebut

juga merupakan data sekunder, yaitu

data atau informasi yang telah diolah

dan diperoleh dari laporan keuangan

tahunan perusahaan - perusahaan

perbankan yang telah diaudit yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2007-2009.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan

mendokumentasi data sekunder yang

diperlukan dimana merupakan

kombinasi antara data time series

dengan data cross section.

3.4. Sampel Penelitian

Seperti yang telah disebutkan

dalam batasan penelitian, maka

sampel yang memenuhi kriteria dalam

penelitian ini adalah 17 bank umum

yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Waktu penelitian yang

dipilih adalah dari tahun 2007 – 2009.

3.5. Definisi Operasional dan

Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan oleh

penulis dalam penelitian ini adalah

variabel independen dan variabel

dependen.

a. Variabel Dependen (Y) : Gejala

financial distress.

1) Pk-1 : sangat baik, bank dapat

mengatasi pengaruh negatif

kondisi perekonomian dan

industri keuangan.

2) Pk-2 : Baik, bank masih

memiliki kelemahan= minor

yang dapat segera diatasi dengan

tindakan segera dan rutin.

3) Pk-3 : cukup baik, masih ada

kekurangan dan perlu tindakan

korektif bila tidak akan

menurunkan peringkat

komposit.

4) Pk-4 : Kurang baik, bank

sensitif terhadap pengaruh buruk

kondisi perekonomian dan

memerlukan tindakan

korektif.karena berpotensi

membahayakan kelangsungan

usahanya.

5) PK-5 : Tidak baik, bank sangat

Page 37: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

33

sensitif dan dapat

membahayakan kelangsungan

usahanya.

b. Variabel Independen (X) terdiri

dari :

1) Capital Adequacy Ratio (CAR)

=Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

2) Kualitas Aktiva Produktif 1

(KAP 1)

=

AktivaProduktifyang Diklasifikasikan(����)

Total Aktiva Produktif

3) Good Corporate Governance

(GCG)

Hasil penilaian GCG

diklasifikasi-kan dalam 5

kelompok, yaitu:

a) sangat baik jika NK<1,5

b) baik untuk jika 1,5≤ NK <2,5

c) cukup baik jika 2,5≤ NK

<3,5

d) kurang baik jika 3,5≤

NK<4,5

e) tidak baik jika 4,5 ≤ NK<5

4) Net Interest Margin (NIM)

=Pendapatanbungabersih

Rata − rataaktivaproduktif

5) Beban Operasional / Pendapatan

Operasional (BOPO)

= Biaya operasional

Pendapatan operasional

6) Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR =Total Kredit

Dana Pihak Ketiga

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang

digunakan pada penelitian ini adalah

metode analisis statistik menggunakan

bantuan program SPSS 16 (Statistic

Product and Services Solution 16),

namun terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi klasik sebelum melakukan

pengujian hipotesis.

a. Pengujian Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

2) Uji Multikolinearitas

3) Uji Heteroskedastisitas

4) Uji Autokorelasi

b. Pengujian Hipotesis

Model penelitian ini menggunakan

model regresi linier berganda.

Persamaan regresi linier berganda

yaitu:

Y = α + β1X1 + β2X2 +β3X3+

β4X4+β5X5+ β6X6+e

Ket :

Y= Prediksi kegagalan ekonomi

(Financial Distress)

α=konstanta

β1-6=koefisien regresi variabel

independen

x1=CAR (Capital Adequacy Ratio)

x2=KAP 1

x3=Good Corporate Governance

x4=NIM (Net Interest Margin)

x5=BO/PO

Page 38: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

34

x6 =LDR (Loan Deposit Ratio

e =Error

Penelitian ini menggunakan uji

statistik t dan uji statistik f. Uji-t

dilakukan untuk mengetahui

signifikan tidaknya pengaruh masing-

masing variabel bebas terhadap

variabel terikat, atau dengan kata lain

untuk menguji pengaruh variabel

independen dan variabel dependen

secara parsial.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

Ho =tidak semua variabel

independen berpengaruh secara

parsial terhadap variabel

dependen.

Ha =semua variabel independen

berpengaruh secara parsial

terhadap variabel dependen.

Uji ini dilakukan dengan

membanding-kan t-hitung dengan t-

tabel dengan ketentuan :

Jika t-hitung < t-tabel,maka H0

diterima dan Ha ditolak.

Jika t-hitung > t-tabel, maka H0

ditolak dan Ha diterima.

Uji statistik F digunakan untuk

menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam

model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama (simultan) terhadap

variabel dependen.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

Ho = tidak semua variabel independen

berpengaruh secara simultan

terhadap variabel dependen.

Ha = semua variabel independen

berpe-ngaruh secara simultan

terhadap variabel dependen.

Uji ini dilakukan dengan

membandingkan F-hitung dengan F-

tabel dengan ketentuan :

Jika F-hitung < F-tabel,maka H0

diterima dan Ha ditolak.

Jika F-hitung > F-tabel, maka H0

ditolak dan Ha diterima.

4. ANALISIS HASIL

PENELITIAN

4.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif variabel

penelitian dari sampel perusahaan

selama periode pengamatan 2007

sampai dengan tahun 2009 disajikan

pada tabel 4.2 berikut ini

Page 39: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

35

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CAR 51 .0981 .3525 .182873 .0572152

KAP1 51 .0073 1.0000 .063092 .1919937

GCG 51 2 4 3.39 .603

NIM 51 .0238 .1110 .058851 .0201081

BOPO 51 .0626 1.0000 .804035 .1625952

LDR 51 .4071 1.1300 .758788 .1898447

FINANCIAL_DISTRESS

51 3 4 3.75 .440

Valid N (listwise)

51

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

Tabel 4.2 menunjukkan hasil ouput SPSS

mengenai statistik deskriptif variabel

penelitian tahun 2007-2009 dengan jumlah

sampel keseluruhan sebanyak 51 (17

perusahaan selama 3 tahun).

a. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Tabel 4.3

Uji Normalitas

One Sample Kolmogorov – Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 51

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .33223803

Most Extreme Differences Absolute .117

Positive .072

Negative -.117

Kolmogorov-Smirnov Z .835

Asymp. Sig. (2-tailed) .489

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

Page 40: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

36

Dari hasil pengolahan data tersebut,

secara keseluruhan bahwa nilai

observasi telah terdistribusi normal.

Pada grafik histogram, dapat dilihat

bahwa distribusi data tidak menceng

(skewnes) ke kiri atau ke kanan.

Gambar 4.1

Histogram

Gambar 4.2

Grafik Normal P-Plot

Pada grafik normal plot, dapat

dilihat titik – titik menyebar

disekitar garis diagonal dan agak

mendekati garis diagonal sehingga

dapat disimpulkan data berdistribusi

normal.

2) Uji Multikolonieritas

Page 41: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

37

Tabel 4.4

Uji Multikolonieritas

FINANCIAL_DISTRESS=f (CAR, KAP1, GCG, NIM, BOPO, LDR)

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

CAR .871 1.148

KAP1 .898 1.113

GCG .789 1.268

NIM .629 1.590

BOPO .594 1.685

LDR .625 1.600

a. Dependent Variabel: FINANCIAL_DISTRESS

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

Berdasarkan hasil pengujian tersebut

diperoleh kesimpulan tidak terdapat

multikolonieritas.

.Tabel 4.5

Cofficient Correlations

S

umber : Hasil olahan peneliti, 2011

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) .494 .285 1.731 .091

CAR .114 .446 .036 .255 .800

KAP1 .058 .131 .062 .444 .659

GCG -.052 .045 -.173 -1.162 .252

NIM -4.106 1.494 -.459 -2.749 .186

BOPO -.093 .190 -.084 -.487 .629

LDR .329 .159 .347 2.073 .064

a. Dependent Variable: Ln_Res1

Page 42: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

38

Gambar 4.3

Grafik Scatterplot

Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut dapat dibuktikan bahwa

tidak terdapat korelasi antar variabel

bebas atau tidak terdapat

multikolonieritas.

Dari grafik scatterplot terlihat

bahwa titik-titik menyebar secara

acak serta tersebar baik di atas

maupun di bawah angka nol pada

sumbu Y. Maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada persamaan

regresi

3) Uji Heterokedastisitas

Dalam penelitian ini, uji statistik yang

digunakan adalah uji Glejser.

Tabel 4.6

Hasil Uji Glejser

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

Coefficient Correlationsa

Model LDR GCG CAR KAP1 NIM BOPO

Correlations LDR 1.000 -.033 .143 .285 -.507 -.463

GCG -.033 1.000 .275 -.090 -.045 .339

CAR .143 .275 1.000 .058 -.204 .060

KAP1 .285 -.090 .058 1.000 -.073 -.187

NIM -.507 -.045 -.204 -.073 1.000 .455

BOPO -.463 .339 .060 -.187 .455 1.000

Covariances LDR .111 -.001 .045 .026 -.532 -.062

GCG -.001 .009 .024 -.002 -.013 .013

CAR .045 .024 .880 .015 -.600 .023

KAP1 .026 -.002 .015 .076 -.064 -.021

NIM -.532 -.013 -.600 -.064 9.864 .571

BOPO -.062 .013 .023 -.021 .571 .160

a. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS

Page 43: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

39

Dari hasil pengujian statistik, tidak

ada satupun variabel independen yang

signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen.

1) Uji Autokorelasi

Hasil pengujian pada tabel memperli-

hatkan nilai statistik Durbin – Watson

sebesar 1,671. Nilai DW sebesar 1,671

terletak diatas batas atas du lebih kecil dari

2,1799 (4 – 1,8201), maka diperoleh

kesimpulan tidak ada autokorelasi.

Tabel 4.7

Hasil Uji Autokorelasi

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

b. Pengujian Hipotesis

Hasil uji asumsi klasik

memperlihatkan data observasi

memenuhi asumsi normalitas sehingga

dapat dianalisis lebih lanjut untuk

pengujian hipotesis. Penulis

menggunakan analisis regresi berganda

untuk melakukan pengujian hipotesis

dengan bantuan program SPSS 16.

1) Persamaan Regresi

Tabel 4.8

Analisis Hasil Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 2.060 .600 3.433 .001

CAR 1.536 .938 .200 1.638 .109 .871 1.148

KAP1 -.324 .275 -.141 -1.177 .245 .898 1.113

GCG .297 .094 .406 3.171 .003 .789 1.268

NIM 1.207 3.141 .512 3.568 .001 .629 1.590

BOPO .487 .400 .180 1.219 .229 .594 1.685

LDR -.834 .334 -.360 -2.500 .016 .625 1.600

a. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

Model Summaryb

Model R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

.656a .430 .353 .354 1.671

a. Predictors: (Constant), LDR, GCG, CAR, KAP1, NIM, BOPO

b. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS

Page 44: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

40

Berdasarkan tabel di atas, di

dapatlah persamaan regresi

sebagai berikut :

FINANCIAL_DISTRESS =

2,060+1,536 CAR– 0,324 KAP1 +

0,297GCG + 1,207NIM + 0,487

BOPO – 0,834 LDR.

2) Analisis Koefisien Korelasi

Tabel 4.9 Model Summary

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .656a .430 .353 .354 1.671

a. Predictors: (Constant), LDR, GCG, CAR, KAP1, NIM, BOPO

b. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

Pada tapilan ouput SPSS model

summary , nilai koefisien korelasi (R)

sebesar 0,430 yang berarti bahwa

korelasi atau hubungan antara CAR,

KAP1, GCG, NIM, BOPO, LDR

(variabel independen) terhadap gejala

financial distress (variabel dependen)

lemah. Angka adjusted R Square atau

koefisien determinasi adalah 0,430. Hal

ini berarti35,3% variasi atau perubahan

dalam variabel dependen dapat

dijelaskan oleh variabel independen,

sedangkan sisanya 64,7 % dijelaskan

oleh faktor – faktor lain. Standar Error

of Estimate (SEE) adalah 0,354.

3) Pengujian secara Parsial

Uji – t digunakan untuk menguji

signifikansi konstan-ta dan setiap

variabel independennya. Hasil

pengolahan dapat dilihat pada tabel

4.10.

Tabel 4.10 Hasil uji – t

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 2.060 .600 3.433 .001

CAR 1.536 .938 .200 1.638 .109

KAP1 -.324 .275 -.141 -1.177 .245

GCG .297 .094 .406 3.171 .003

NIM 11.207 3.141 .512 3.568 .001

BOPO .487 .400 .180 1.219 .229

LDR -.834 .334 -.360 -2.500 .016

a. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

Page 45: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

41

Hasil perhitungan baik melalui t hitung

maupun nilai signifikannya,

menunjukkan CAR, KAP1,BOPO dan

LDR tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel gejala

financial distress. Hasil perhitungan

baik melalui t hitung maupun nilai

signifikannya, menunjukkan GCG &

NIM mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel gejala

financial distress.

4) Pengujian secara Simultan

Uji – F digunakan untuk mengetahui

apakah variabel independen secara

bersama – sama atau simultan

mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.11

Hasil uji – F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 4.167 6 .695 5.537 .000a

Residual 5.519 44 .125

Total 9.686 50

a. Predictors: (Constant), LDR, GCG, CAR, KAP1, NIM, BOPO

b. Dependent Variable: FINANCIAL_DISTRESS Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011

Kesimpulannya H0 ditolak, Ha

diterima. Artinya secara bersama-sama

(simultan), keenam variabel

independen yaitu CAR, KAP1, GCG,

NIM, BOPO, LDR mempengaruhi

variabel dependen yaitu gejala financial

distress.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Nilai Adjusted R Square sebesar

0,430. Hal ini berarti bahwa 43 % variasi

atau perubahan dalam gejala financial

distress dapat dijelaskan oleh variasi CAR,

KAP1, GCG, NIM, BOPO,LDR,

sedangkan sisanya sebesar 57 %

dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang

tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui

secara parsial, CAR dan BOPO memiliki

pengaruh ke arah positif terhadap gejala

financial distress. KAP1 dan LDR

memiliki pengaruh ke arah negatif dimana

apabila KAP1 dan LDR naik maka akan

mengurangi tingkat kesehatan perbankan

dan kemungkinan adanya gejala financial

distress semakin besar. Variabel GCG

dan NIM memiliki pengaruh ke arah

positif terhadap gejala financial distress.

Page 46: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

42

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk

menguji dan menganalisis apakah terdapat

hubungan yang signifikan antara Capital

Adequacy Ratio(CAR), Kualitas Aktiva

Produktif 1(KAP1), Good Corporate

Governance (GCG), Net Interest Margin

(NIM), Beban Operasional / Pendapatan

Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit

Ratio (LDR) terhadap gejala financial

distress pada bank umum yang terdaftar di

BEI pada periode pengamatan 2007-2009.

Sampel yang dipilih sebanyak 17

perusahaan perbankan. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan metode statistik

inferensial setelah sebelumnya dilakukan

pengujian asumsi klasik. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa CAR dan BOPO

tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap gejala financial distress dan

memiliki arah pengaruh yangpositif. KAP

1 dan LDR tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap gejala financial

distress dan memiliki arah pengaruh yang

negatif. GCG dan NIM mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap gejala

financial distress dan memiliki arah

pengaruh yang positif.

5.2. Saran

Bagi peneliti selanjutnya, disarankan

untuk memperluas set rasio yang

digunakan, misalnya melibatkan

ROA,ROE atau KAP2, atau menambah

variabel moderat serta disarankan untuk

memperbanyak sampel yang digunakan.

Selain itu disarankan juga untuk

memperpanjang periode penelitian. Jika

memungkinkan, dapat menggunakan

model lain dalam menilai gejala financial

distress dalam perusahaan dan tidak hanya

di dalam sektor perbankan.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Variabel dalam penelitian ini hanya

berkisar antara enam set rasio, namun

sebenarnya masih banyak rasio lain yang

dapat mempengaruhi gejala financial

distress. Selain itu rasio untuk menentukan

nilai sensitivity to market risk tidak dapat

dihitung karena data yang diperlukan

sangat sulit untuk diakses. Hal ini

membuat penelitian menjadi kurang

sempurna karena hanya 5 aspek saja yang

dapat dinilai. Selain itu periode

pengamatan dalam penelitian ini terbatas

hanya dari tahun 2007 – 2009 dan terbatas

hanya pada sektor perbankan.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas.2005. “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga PerbankanPeriode 2000 – 2002”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2, Nopember.ISSN 1411 – 0288.

Almilla, Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi. 2003.“Analisis Rasio

Page 47: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

43

Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI).Vol. 7 No. 2, Desember. ISSN: 1410 – 2420.

Erlina dan Sri Mulyani, 2007.Metodologi Penelitian Bisnis Akuntansi dan Manajemen, USU Press : Medan.

Fadhilah, Umi Nur. 2006. Analisis Keberlanjutan Usaha Perusahaan Home Industri.Jurnal Akuntansi dan Keuangan.Semarang.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro : Semarang.

Gitosudarmo, Indriyo. 2000. Manajemen Keuangan. BPFE : Yogyakarta.

Hasibuan, Drs. H. Malayu S. P., 2008. Dasar – Dasar Perbankan, Edisi Ketujuh, Bumi Aksara : Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia., 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Cetakan Kedua. Salemba Empat : Jakarta.

Jurusan Akuntansi universitas Sumatera Utara. 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Lestari, Etty Puji. 2009.Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pascakrisis Ekonomi:Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan.Vol.10, No.1, Juni.49 – 67.

Lubis, Ade Fatma., Arifin Akhmad dan Firman Syarif, 2007. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis, USU Press: Medan.

Rahmi, Kurnia, 2010. “Analisa Tingkat Kesehatan Perusahaan dengan Metode CAMELS pada Perusahaan Perbankan Pemerintah yang Terdaftar di BEI”,Skripsi S1,Fakultas Ekonomi,

Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.

Republik Indonesia. 1992. Undang – Undang No.7 Pasal 29 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Republik Indonesia. 1998. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang No. 1 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004. Bank Indonesia. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Surat Edaran Nomor 23/21/BPPP Tanggal 28 Februari 1991. Bank Indonesia. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Surat Edaran Nomor 26/5/BPPP Tanggal 29 Mei 1993. Bank Indonesia. Jakarta.

Sarwono, Jonathan, 2009. Statistik Itu Mudah, Penerbit Andi : Yogyakarta.

Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit FE UI : Jakarta

Sitanggang, Katrin Oktavia Sari, 2007. “Pengaruh Variabel Keuangan dan Rasio CAMEL terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Tercatat pada PT. BEJ”, Skripsi S1,Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.

Stickney, C.P. dan Weil, Roman L., 1994.Financial Accounting. Edisi Ketujuh.,The Dryden PressSea : Harbor Drive.

Sugiyono, 2004.Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh, Alfabeta : Bandung.

Umar, Husein, 2003. Riset Akuntansi : Metode Riset Sebagai Cara Penelitian Ilmiah, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

www.bi.go.id www.icmd.co.id www.idx.co.id

Page 48: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

44

ANALISIS PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DAN VARIABEL

COSTING DENGAN METODE PERUSAHAAN DALAM PERHITUNGAN

HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD MEKARSARI

Tutik Siswanti

[email protected]

ABSTRAKSI

Penentuan harga pokok produksi yang akurat dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat. Beberapa metode dapat digunakan dalam penentuah harga pokok produksi, antara lain full costing dan variable costing. Metode full costing dengan mendasarkan pada seluruh biaya produksi dalam penentuan harga pokok produksi, sedangkan variable costing hanya berdasarkan biaya produksi variabel saja. Permasalahan dalam penelitian ini adalah membandingkan perhitungan harga pokok produk dengan metode full costing dan variable costing dengan metode yang di gunakan perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis penentuan harga pokok produksi berdasarkan metode yang digunakan perusahaan dengan metode full costing dan variable costing. Objek penelitian ini adalah biaya-biaya yang menjadi fokus dari aktivitas dalam pembuatan tahu untuk menentukan alokasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik ke produksi. Jenis penelitian adalah kualitatif berdasarkan eksplanatory research, digunakan untuk mengkaji secara mendalam tentang penerapan metode full costing, variable costing dan metode yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok pada pabrik tahu. Hasil penelitian diperoleh harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing sebesar Rp 207,12, sedangkan dengan metode variabel costing sebesar Rp.204,59, dan dengan metode yang diterapkan perusahaan diperoleh harga pokok per potong tahu sebesar Rp.213,3. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan dalam penentuan harga pokok produk dengan ke tiga metode tersebut. Perbedaannya meliputi : Dasar yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi, klasifikasi biaya yang tidak jelas pada perusahaan, dan hasil perhitungan harga pokok produksi per potong tahu yang menunjukkan metode yang diterapkan perusahaan harganya paling tinggi dibandingkan kedua metode yang lain. Kata Kunci : Full Costing, Variable Costing, Harga Pokok Produksi

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perusahaan didirikan salah satu

tujuannya adalah untuk memperoleh laba

untuk menambah modal guna

mengembangkan usahan perusahaan.

Perusahaan manufaktur merupakan

perusahaan yang melakukan pengolahan

Page 49: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

45

bahan baku menjadi produk jadi.

Komponen pembentukan laba dalam

perusahaan manufaktur adalah

pendapatan yang diperoleh dari hasil

penjualan produksi yang dihasilkan oleh

perusahaan. Sedangkan biaya dalam

perusahaan manufaktur adalah

pengorbanan yang harus dikeluarkan

oleh perusahaan untuk memproduksi

atau menghasilkan barang.

Proses produksi yang dilakukan

perusahaan manufaktur akan berkaitan

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan

dalam rangka menghasilkan suatu.

Biaya-biaya yang yang dikeluarjkan

selama proses produksi dan berhubungan

dengan kegiatan produksi tersebut

merupakan biaya produksi. Dimana pada

akhirnya biaya-biaya produksi yang

dikeluarkan selama proses produksi

untuk menghasilkan produk dalam

periode tertentu tersebut dijumlahkan

perusahaan sehingga membentuk harga

pokok produksi pada periode yang

bersangkutan. Harga pokok produk

tersebut akan digunakan sebagai salah

satu informasi akuntansi untuk

pengambilan keputusan dalam

menetapkan harga jual. Sehingga tinggi

rendahnya harga jual akan dipengaruhi

oleh besar kecilnya harga pokok

produksi. Jika terjadi kesalahan

dalam penentuan harga pokok produk

akan berdampak kesalahan dalam

pengambilan keputusan penentuan harga

jual, hal ini akan berakibat pada laba

yang rendah atau kemungkinan

kerurugian. Oleh karena itu dalam

menentukan besarnya biaya produksi

harus tepat dan akurat, sehingga harga

pokok akan menunjukan harga pokok

sesungguhnya. Penentuan harga pokok

produksi merupakan hal yang sangat

penting mengingat manfaat informasi

harga pokok produksi selain untuk

menentukan harga jual produk juga

digunakan penentuan harga pokok

persedian produk jadi dan produk dalam

proses yang akan disajikan dalam neraca.

Ada beberapa pendekatan dalam

menetukan harga pokok produk antara

lain adalah pendekatan Full Costing dan

Variabel costing. Beberapa perusahaan

pada umumnya dalam nenetukan harga

pokok produk belum mengacu pada

metode yang ada, sehingga mengalami

permasalahan dalam menentukan harga

jual. Berdasarkan hal tersebut, maka

penulis akan memberikan gambaran dan

informasi sebagai alternatif lain dalam

penentuan harga pokok produk.

Sehingga dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam penentuan harga

Page 50: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

46

pokok produk setelah membandingkan

kedua metode tersebut.

1.2. Perumusan masalah

Perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana perhitungan harga pokok

produksi dengan metode Full Costing

?

b. Bagaimana perhitungan harga pokok

produksi dengan metode Variabel

Costing ?

c. Bagaimana perhitungan harga pokok

produksi dengan metode yang

diterapkan perusahaan?

d. Apakah Perbedaan perhitungan harga

pokok produksi dengan metode Full

Costing dan Variabel Costing dengan

metode yang diterapkan perusahaan ?

1.3. Tujuan Dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini

adalah adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui perhitungan harga

pokok produksi dengan metode Full

Costing .

b. Untuk mengetahui perhitungan harga

pokok produksi dengan metode

Variabel Costing.

c. Untuk mengetahui perhitungan harga

pokok produksi dengan metode yang

diterapkan perusahaan.

d. Untuk mengetahui perbedaan

perhitungan harga pokok produksi

dengan metode Full Costing dan

Variabel Costing dengan metode

yang diterapkan perusahaan.

1.3.2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan masukan bagi

perusahaan dalam pengambilan

keputusan memilih metode

perhitungan harga pokok produk

b. Sebagai gambaran dan informasi

berkaitan dengan perbedaan

perhitungan dalam penentuan harga

pokok produk khususnya dengan

pendekatan full costing dan variable

costing

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Biaya

Konsep biaya dan pemahaman

tentang biaya dalam perusahaan

sangat penting, hal ini karena biaya

merupakan salah satu informasi yang

dibutuhkan dalam berbagai

pengambilan keputusan, evaluasi dan

Page 51: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

47

perencanaan perusahaan dalam suatu

perusahaan.

Menurut William K. Carter (2009)

biaya adalah suatu nilai tukar,

pengeluaran, atau pengorbanan yang

dilakukan untuk menjamin perolehan

manfaat. Horngren, , Datar, & Rajan,

(2012), mendefinisikan biaya sebagai kas

atau nilai ekuivalen kas yang

dikorbankan untuk mendapatkan barang

atau jasa yang diharapkan memberi

manfaat saat ini atau di masa yang akan

datang bagi organisasi. Menurut

Horngren (2008) Biaya adalah sumber

daya yang dikorbankan atau dilepaskan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan menurut William K. Carter,

(2014) berpendapat bahwa biaya

merupakan pengorbanan sumber

ekonomi, yang diukur dalam satuan

uang, yang telah terjadi atau yang

kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

tertentu.

2.2. Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya merupakan

suatu proses pengelompokan biaya

secara sistematis atas keseluruhan

elemen biaya yang ada kedalam

golongan-golongan tertentu yang lebih

ringkas untuk dapat memberikan

informasi yang lebih ringkas dan

penting.

Menurut Supriyono, (2011) ada

beberapa cara penggolongan biaya yang

sering dilakukan, antara lain:

a. Penggolongan Biaya Menurut Obyek

Pengeluaran.

b. Penggolongan Biaya Menurut

Hubungan Biaya dengan Sesuatu

yang Dibiayai.

c. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi

Pokok dalam Perusahaan.

d. Penggolongan Biaya Menurut

Perilakunya dalam Hubungannya

dengan Perubahan Volume Aktivitas.

e. Penggolongan Biaya Atas Dasar

Jangka Waktu Manfaatnya

2.3. Harga pokok produksi

2.3.1. Pengertian

Harga pokok produksi Perhitungan

harga pokok produksi sangat

mempengaruhi penetapan harga jual

suatu produk sekaligus penetapan laba

yang diinginkan. Dengan demikian

ketepatan dalam melakukan perhitungan

harga pokok produksi benar-benar

diperhatikan karena apabila terjadi

kesalahan dalam perhitungan akan

menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Menurut Daljono (2011) Harga

pokok produksi merupakan jumlah biaya

Page 52: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

48

barang yang diselesaikan selama periode

berjalan. Biaya yang hanya dibiayakan

ke barang yang diselesaikan adalah biaya

produksi dari bahan baku langsung,

tenaga kerja langsung dan biaya

overhead.

Sedangkan menurut Armanto (2013)

bahwa harga pokok produksi merupakan

biaya untuk memperoleh barang jadi

yang siap dijual.

2.3.2. Tujuan Penentuan Harga pokok

produksi

Pada dasarnya Tujuan penentuan

harga pokok produksi adalah untuk

menentukan secara tepat jumlah biaya

per unit produk jadi, sehingga dapat

diketahui laba atau rugi suatu perushaan

per periode.

Menurut Armanto (2013) manfaat

dari penentuan harga pokok produksi

secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Harga Jual Produk.

b. Memantau Realisasi Biaya.

c. Menghitung Laba Rugi Periodik.

d. Menentukan Harga Pokok Persediaan

Jadi ,dan Produk dalam Proses yang

Disajikan dalam Neraca.

2.3.3. Metode Penentuan Biaya Produksi

Penentuan harga pokok produksi dapat

dilakukan dengan beberapa metode,

antara lain full costing variabel

costing dan Activity Based Costing.

a. Full costing

Menurut Supriyono, (2011), full

costing merupakan metode penentuan

biaya produksi yang memperhitungkan

semua unsur biaya produksi ke dalam

biaya produksi yang terdiri dari biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik, baik yang

berperilaku variabel maupun tetap.

Dengan demikian harga pokok produksi

menurut full costing terdiri dari unsur

biaya produksi, yaitu :

Biaya bahan baku langsung xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx

Biaya overhead pabrik tetap xxx +

Harga pokok produksi xxx

b. Variabel Costing

Menurut Ahmad Firdaus

(2012), variabel costing merupakan

metode penentuan biaya produksi yang

hanya memperhitungkan biaya

produksi yang hanya berperilaku

variabel ke dalam biaya produksi, yang

terdiri dari biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik variabel. Dengan

Page 53: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

49

demikian harga pokok produksi menurut

Variabel Costing terdiri dari unsur biaya

produksi, yaitu :

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx +

Harga pokok produksi xxx

c. Activity-Based

Menurut Horngren, Datar & Rajan

(2012), Activity-Based Costing adalah:

“Metode costing yang mendasarkan pada

aktivitas yang didesain untuk

memberikan informasi biaya kepada para

manajer untuk pembuatan keputusan

stratejik dan keputusan lain yang

mempengaruhi kapasitas dan biaya

tetap”.

Menurut Islahuzzaman (2011),

Activity-Based Costing adalah: “Metode

membiayakan biaya aktivitas-aktivitas

berdasarkan besarnya pemakaian sumber

daya dan membiayakan biaya pada objek

biaya, seperti produk atau pelanggan,

berdasarkan besarnya pemakaian

aktivitas, serta untuk mengukur biaya

dan kinerja dari aktivitas yang terikat

dengan proses dan objek biaya. Dengan

demikian harga pokok produksi menurut

Activity Based Costing terdiri dari unsur

biaya produksi, yaitu :

Aktivitas Tingkat Unit xxx

Aktivitas Tingkat Batch xxx

Aktivitas Tingkat Produk xxx

Aktivitas Tingkat Fasilitas xxx +

Harga Pokokok Produksi xxx

Pembiayaan biaya secara akurat

pada obyek biaya bertujuan untuk

membiayakan dan mengukur seakurat

mungkin biaya sumber daya yang

digunakan oleh obyek biaya. Pada

dasarnya dalam keadaan normal harga

jual produk atau jasa harus dapat

menutup biaya penuh yang telah

dikeluarkan industri untuk menghasilkan

produk atau jasa dan menghasilkan laba

yang dikehendaki. Harga jual yang

terlalu tinggi akan menjadikan produk

kurang bersaing di pasar, sementara

harga jual yang terlalu rendah akan tidak

memberikan keuntungan bagi indusrti

maupun perusahaan.

Perhitungan harga pokok produksi

menjadi masalah yang harus

dilakukan oleh perusahaan yang

menghasilkan produk, hal ini untuk

memberikan penentuan harga jual yang

tepat sehingga dapat menghasilkan

laba yang optimal. Harga pokok

produksi sangat menentukan laba rugi

perusahaan. Dengan demikian

Page 54: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

50

apabila perusahaan salah atau kurang

teliti dalam penentuan harga pokok

produksi, maka akan mengakibatkan

kesalahan dalam menentukan laba rugi

yang diperoleh perusahaan. Mengingat

arti pentingnya harga pokok produksi

yang memerlukan ketepatan dan

ketelitian, apalagi dalam persaingan

tajam di industri seperti saat ini memacu

perusahaan yang satu bersaing dengan

perusahaan yang lain, dalam

menghasilkan produk sejenis maupun

produk subtitusi.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Obyek dan waktu Penelitian

Obyek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan yang

memproduksi makanan yaitu tahu UD.

Mekarsari. Adapun lokasinya di

Kampung Crewet, Kelurahan Bekasi

Timur, Kecamatan Bekasi Jaya, Bekasi,

Jawa Barat.

Waktu penelitian dilakukan pada

bulan Januari sampai dengan bulan

April 2015.

3.2. Metode analisi data

Dalam melakukan penelitian ini

metode analisis data yang digunakan

adalah metode deskriptif kuantitatif

yaitu suatu analisis data dengan

merekomendasikan penyusunan harga

pokok produksi yang seharusnya dimana

metode ini dinyatakan dengan angka-

angka.

4. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1. Diskripsi data

4.1.1. Klasifikasi biaya pada UD.

Mekarsari

UD. Mekarsari melakukan proses

produksi mulai dari bahan baku sampai

dengan produk jadi. Dalam melakukan

proses produksi tersebut membutuhkan

beberapa bahan baku, tenaga kerja serta

biaya overhead pabrik. Adapun biaya-

biaya yang dibutuhkan adalah sebagai

berikut :

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam

proses produksi pada usaha ini adalah

kedelai. Dimana dalam melakukan

pembelian bahan baku dilakukan

dengan dasar perhitungan adalah kg.

b. Tenaga Kerja

Proses produksi pada

pembuatan tahu melalui beberapa

tahapan, dimana dalam setiap tahapan

menggunakan tenaga kerja yang

berbeda dan tarif/upah juga

Page 55: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

51

berbeda. Klasifikasi tenaga kerja

sesuai dengan aktivitas/kegiatan yang

dilakukan selama proses produksi.

Adapun klasifikasi tenaga kerja dalam

proses produksi adalah sebagai berikut:

1. Bagian Giling, bagian ini merupakan

tahapan melakukan penggilingan

kedelai, dimana kedelai yang telah

dibersihkan dan direndam

selanjutnya digiling sampai kedelai

menjadi bubur.

2. Bagian Pengolahan, bagian ini

melakukan mengolah kedelai yang

telah menjadi bubur tersebut dengan

suhu 7- 80 derajat.

3. Bagian Penyaring, bagian ini

melakukan penyaringan terhadap

bubur tahu dengan tujuan untuk

mendapatkan endapan tahu

(gumpalan)

4. Bagian Pemotongan, bagian ini

melakukan pemotongan terhadap

endapan tahu yang telah didinginkan

sesuai dengan ukuran potongan tahu

yang telah di siapkan.

5. Bagian Pengepakan/Pembungkusan,

bagian melakukan pembngkusan

/ pengepakan tahu dengan

kemasan plastik, selanjutnya

didistribusikan kepada pelanggan

atau kepada para pedagang pengecer.

c. Overhead Pabrik

Overhead pabrik merupakan biaya

yang tidak langsung yang terjadi pada

saat proses produksi, overhead pabrik

yang dibutuhkan dalam proses

produksi pembuatan tahu pada

perusahaan ini meliputi :

1. Tenaga Kerja Pimpinan Produksi,

pegawai ini merupakan pengawas

dalam proses produksi yang

bertanggungjawab terhadap

berlangsungnya produksi serta

kualitas produk, mulai dari awal

proses sampai dengan produk selesai

atau jadi.

2. Sopir, pegawai ini memiliki tugas

untuk mendistribusikan produk jadi

kepada para langganan atau pengecer

di pasar.

3. Bahan bakar mesin, dalam proses

produksi salah satu alat produksi

menggunakan mesin, dimana dalam

operasionalnya menggunakan bahan

bakar yaitu solar.

4. Bahan bakar mobil, merupakan

bahan bakar yang digunakan untuk

operasional pengiriman barang jadi

kepada pelanggan, maupun

pengecer.

Page 56: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

52

5. Listrik, digunakan sebagai

penerangan selama proses produksi

di dalam pabrik, dimana penetapan

biaya didasarkan pada KWh

pemakain listrik selama proses

produksi.

6. Kayu bakar, selain menggunakan

mesin dalam proses produksi juga

menggunakan kayu bakar sebagai

sarana untuk melakukan pengolahan

kedelai.

d. Non Produksi

1. Tenaga kerja bagian administrasi,

pegawai ini bertugas untuk

melakukan pencatatan dan

pembukuan sederhana berkaitan

dengan transaksi aliran kas masuk

dan kas keluar harian.

2. Alat tulis kantor, merupakan

pengeluaran untuk membeli buku-

buku , kertas, nota bon serta tinta

printer

4.1.2. Klasifikasi Kebutuhan Biaya

Produk yang dihasilkan oleh

perusahaan dalam satu bulan rata-rata

selama kurun waktu 4 (empat) bulan ,

yaitu Januari sampai dengan April 2015

sebanyak 550.000 potong tahu. Adapun

kebutuhan bahan baku rata-rata selama

satu bulan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Kebutuhan Bahan Baku Rata-rata

Periode Januari sampai dengan April

2015

Sumber : UD. Mekarsari

Beradasarkan tabel diatas, maka

dapat dapat dihitung kebutuhan bahan

baku kedelai rata-rata setiap bulan adalah

sebesar 51.800 kg/4 bulan = 12.950 kg.

Berdasarkan kebutuhan bahan

baku, maka selama kurun waktu 4

(empat) bulan,seluruh kebutuhan biaya

rata-rata berdasarkan masing-masing

unsur biaya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.

Kebutuhan biaya rata-rata per bulan

Sumber : UD Mekarsari

Periode Kebutuhan

Januari 13.000 kg

Februari 12.800 kg

Maret 12.900 kg

April 13.100 kg

Jumlah 51.800 kg

Rata-rata/bln 12.950 kg

No Unsur Biaya Kebutuhan/ bulan

1 Bahan Baku Kedelai 12.950 kg @ Rp.7.500 Rp .97.125.000 2 Biaya Tenaga Kerja : Bagian Penggilingan , 3 org @ Rp.20.000 Rp . 1.800.000 Bagian Pengolahan, 5 org @ Rp.25.000 Rp. 3.750.000 Bagian Penyaringan, 3 org @ Rp.15.000 Rp. 1.350.000 Bagian Pemotongan, 2 org @ Rp. 18.000 Rp. 640.000 Bagian Pengepakan, 2 org @Rp. 15.000 Rp. 900.000

3 Gaji Pimpinan Produksi, 1 orang Rp . 1.500.000 4 Gaji Pegawai Adm, 1 org Rp . 1.500.000 5 Gaji Sopir , 1 org Rp. 1.000.000 6 Bahan Bakar/Solar Rp 2.200.000 7 Listrik Rp. 350.000 8 Kayu Bakar Rp. 4.200.000 9 Perawatan Kendaraan Rp. 150.000 10 Perawatan mesin produksi Rp. 100.000 11 Alat Tulis Kantor Rp. 100.000 12 Bahan Bakar mobil Rp. 650.000

Total biaya /bln Rp.117.315.000

Page 57: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

53

Berdasarkan tabel 2 tersebut, maka dapat

diketahui bahwa kebutuhan biaya selama

satu bulan untuk memproduksi sebanyak

550.000 potong tahu adalah sebesar

Rp117.315.000,-. Kebutuhan biaya

tersebut, baik yang berkaitan dengan

biaya produksi maupun non produksi.

4.2. Analisis Data

4.2.1. Perhitungan Harga Pokok

Produksi dengan Metode Full Costing.

Penentuntuan harga pokok produk

dengan pendekatan ini berdasarkan

seluruh biaya produksi baik yang tetap

maupun variabel. Sedangkan unsur biaya

produksi di kalsifikasikan, meliputi :

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,

dan biaya overhead pabrik. Sehingga

berdasarkan data biaya produksi

pembuatan tahu pada UD. Mekarsari

dapat ditentukan harga pokok sebagai

berikut :

Tabel 3

Perhitungan Harga Pokok Produk dengan Metode Full Costing

Sumber : Data diolah peneliti

Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka

hasil perhitungan total biaya produksi

dengan metode full costing berdasarkan

data rata-rata satu bulan adalah sebesar

No Unsur Biaya Kebutuhan/ bulan

Jumlah

1 Biaya Bahan Baku Rp .97.125.000 Rp. 97.125.000

2 Biaya Tenaga Kerja :

Bagian Penggilingan Rp . 1.800.000

Bagian Pengolahan Rp. 3.750.000

Bagian Penyaringan Rp. 1.350.000

Bagian Pemotongan Rp. 640.000

Bagian Pengepakan Rp. 900.000

Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 8.440.000

3 Biaya Overhead Pabrik :

Gaji Pimpinan Produksi Rp . 1.500.000

Bahan Bakar/Solar Rp 2.200.000

Listrik Rp. 350.000

Kayu Bakar Rp. 4.200.000

Perawatan mesin produksi Rp. 100.000

Jumlah BOP Rp. 8.350.000

Total biaya Produksi Rp.113.915.000

Page 58: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

54

Rp.113.915.000,-. Jumlah produk yang

dihasilkan selama satu bulan adalah

sebanyak 550.000 potong tahu,

sehingga harga pokok produk per

potong tahu adalah sebesar :

HPP/potong=��.���.���.���

���.��� ������= Rp.207,12

Hasil perhitungan diatas menunjukkan

bahwa, harga poko produk untuk satu

potong tahu adalah sebesar Rp.207,12.

Sehingga dari hasil perhitngan ini, maka

dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan dalam

menentukan harga jual tahu per potong,

yatu harga pokok produk ditambah

dengan keuntungan yang diharapkan

(mark up). Dengan perhitngan ini, maka

dapat ditentukan harga pokok produk

secara tepat, hal ini dapat membantu

perusahaan dalam menentukan harga

jual, sehingga tidak mengalami

kerugian.

4.2.2. Perhitungan Harga Pokok

Produksi dengan Metode Variable

Costing.

Penentuntuan harga pokok produk

dengan metode variablel costing ini

berdasarkan pada biaya produksi yang

berlaku variabel saja, sehingga sebelum

menentukan harga pokok produk harus

mengklasifikasikan biaya berdasarkan

biaya tetap dan variabel. Berdasarkan

data yang tersaji pada tabel 2 tersebut,

maka klasifikasi biaya tetap dan

variabel pada produksi tahu UD

Mekasrsari adalah sebagai berikut :

Biaya produksi variabel terdiri dari:

1. Biaya bahan baku

2. Biaya Tenaga Kerja :

a. Bagian Penggilingan

b. Bagian Pengolahan

c. Bagian Penyaringan

d. Pemotongan

e. Pengepakan

3. Biaya Overhead Pabrik

a. Bahan Bakar Solar

b. Listrik

c. Kayu bakar

d. Perwatan Mesin

Biaya Produksi Tetap : Gaji pimpinan

produksi.

Berdasarkan klasifikasi tersebut diatas,

maka dapat dihitung besarnya harga

pokok produk dengan metode variable

costing, sebagai berikut:

Page 59: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

55

Tabel 4.

Perhitungan Harga Pokok Produk dengan Metode Variable Costing

Sumber : Data diolah peneliti

Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka

hasil perhitungan total biaya produksi

dengan metode variable costing

berdasarkan data rata-rata satu bulan

adalah sebesar Rp.112.415.000,-.

Jumlah produk yang dihasilkan selama

satu bulan adalah sebanyak 550.000

potong tahu, sehingga harga pokok

produk per potong tahu adalah sebesar :

HPP/potong =��.���.���.���

���.��� ������ =

Rp.204,59

Dari hasil perhitungan dengan metode

variable costing, maka diperoleh harga

pokok per potong tahu adalah sebesar

Rp.204,59. Hal ini berarti, jika

perusahaan akan menetukan harga jual,

maka perhitungan harga adalah

Rp.204,59 + keuntungan yang

diharakan.

4.2.3. Perhitungan Harga Pokok

Produk yang dilakukan perusahaan.

UD. Mekarsari selama ini dalam

menentukan harga pokok tidak

menggunakan metode tertentu. Dalam

menentukan harga pokok produk

berdasarkan total seluruh biaya yang

terjadi selama satu bulan dibagi dengan

jumlah produksi. Biaya yang digunakan

sebagai dasar penentuan harga pokok

No Unsur Biaya Kebutuhan/ bulan

Jumlah

1 Biaya Bahan Baku Rp .97.125.000 Rp. 97.125.000

2 Biaya Tenaga Kerja :

Bagian Penggilingan Rp . 1.800.000

Bagian Pengolahan Rp. 3.750.000

Bagian Penyaringan Rp. 1.350.000

Bagian Pemotongan Rp. 640.000

Bagian Pengepakan Rp. 900.000

Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 8.440.000

3 BOP Variabel :

Bahan Bakar/Solar Rp 2.200.000

Listrik Rp. 350.000

Kayu Bakar Rp. 4.200.000

Perawatan mesin produksi Rp. 100.000 Jumlah BOP Rp. 6.850.000

Total biaya Produksi Rp.112.415.000

Page 60: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

56

produk tidak hanya biaya produksi,

tetapi juga biaya non produksi. Dampak

dari perhitungan ini adalah harga pokok

produksinya menjadi tinggi, sehingga

dalam menentukan harga jual juga

tinggi. Selain itu harga pokok produksi

yang berubah-ubah, yang dipicu

kenaikan biaya non produksi. Sehingga

sering mengalami permasalahan dalam

menentukan harga jual. Selain itu pada

perusahaan tidak dilakukan klasifikasi

biaya, sehingga tidak dapat di lakukan

pengawasan terhadap penggunaan

biaya, akibatnya perusahaan tidak dapat

melakukan evaluasi pada saat selesai

proses produksi jika terjadi in-efisiensi

biaya.

Adapun Perhitungan harga pokok

produk berdasarkan metode yang

diterapkan di perusahaan adalah Total

biaya per bulan dibagi dengan jumlah

produksi per bulan. Berdasarkan tabel 2,

maka besarnya harga pokok produksi

per potong tahu adalah sebagai berikut :

HPP/potong =��.���.���.���

���.��� ������ = Rp.213,3

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka

harga pokok produk dengan metode

yang gunakan perusahaan diperoleh

hasil Rp.213,3 per potong tahu. Harga

ini lebih tinggi dibandingkan dengan

metode full costing, maupun variabel

costing.

4.3. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa ketiga metode yang digunakan

dalam perhitungan harga pokok

menghasilkan harga pokok per potong

tahu berbeda-beda. Namun demikian

focus dalam penelitian ini adalah untuk

membandingkan metode full costing

dan variabel costing dengan metode

yang diterapkan perusahaan dalam

perhitungan harga pokok produk tahu.

Berdasarkan analisis data, maka dapat

di sajikan pada tabel dibawah ini

beberapa perbedaan yang mendasar

dalam perhitungan harga pokok produk

tahu. Adapun perbedaan tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.

Perbedaan Penentuan Harga Pokok

Produk Metode Full Costing, Varieble

Costing dengan Metode yang

Diterapkan Perusahaan

No Keterangan Full Costing

Variable Costing

Perusahaan

1 Dasar Perhitungan

Harga Pokok Produk

Seluruh Biaya

Produksi Tetap dan Variabel

Biaya produksi Variabel

Seluruh biaya

produksi dan Non produksi

2 Klsifikiasi biaya

Biaya Produksi dan Non Produksi

Biaya Produksi Variabel

dan Biaya Produksi

Tetap

Tidak ada klsifikasi

biaya

3 Hasil perhitungan HPP/potong

tahu

Rp.207,12 Rp.204,59 Rp.213,3

Sumber : Data diolah peneliti

Page 61: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

57

Berdasarkan tabel diatas, maka

dapat terdapat perbedaan yang cukup

mendasar dalam penentuan harga pokok

produksi, dengan kedua metode dengan

metode yang diterapkan oleh

perusahaan. Akibat dari metode yang

diterapkan perusahaan, maka harga

pokok produksi menjadi lebih tinggi,

karena perusahaan tidak menentukan

harga pokok produksi berdasarkan biaya

yang terjadi dalam proses produksi,

tetapi seluruh biaya non produksi juga

digunakan dalam penentuan harga

pokok produksi. sehingga konsumen di

bebankan pada harga jual yang tinggi,

dimana biaya tersebut bukan merupakan

biaya yang dikeluarkan dalam rangka

untuk menambah nilai produk,

akibatnya harga jual menjadi tinggi

karena harga pokok produksi tinggi.

Klasifikasi biaya yang tidak

dilakukan oleh perusahaan juga

mengakibatkan perusahaan tidak dapat

mengidentifikasi penggunaan biaya

produksi secara terperinci, sehingga

dalam catatn pembukuan tidak dapat

terlihat dengan jelas biaya produksi dan

non produksi.

Biaya produksi yang tinggi karena

salah dalam menentukan metode

perhitungan harga pokok produk sangat

riskan, mengingat harga pokok produk

merupakan salah satu dasar yang

digunakan untuk menentukan harga jual

dan menghitung laba operasi/laba kotor.

Jika harga pokok produksi tinggi

otomatis akan berdampak pada harga

jual tinggi, sementara harga jual tinggi

secara teori tidak menarik bagi

konsumen dan dapat menyebabkan

penjualan menurun. Sementara dalam

perhitungan laba rugi akan mengalami

kesulitan ketika menentukan laba

kotor/laba usaha, karena perhitungan

harga pokok yang salah.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai beikut :

1. Metode penentuan harga pokok

produk dengan metode full costing,

berdasarkan seluruh biaya produksi

tetap dan variabel menghasilkan

harga pokok produk per potong tahu

sebesar Rp.207,12

2. Metode penentuan harga pokok

produk dengan metode variable

costing, biaya variabel saja

menghasilkan harga pokok produk

per potong tahu sebesar Rp.204,59

Page 62: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

58

3. Metode penentuan harga pokok

produk dengan metode yang

diterapkan perusahaan, berdasarkan

seluruh biaya produksi dan biaya non

produksi menghasilkan harga pokok

produk per potong tahu sebesar

Rp.213,3

4. Perbedaan dalam perhitungan harga

pokok produk antara metode full

costing dan variable costing dengan

metode yang diterapkan pada

perusahaan meliputi :

a. Dasar yang digunakan untuk

menghitung harga pokok

b. Klasifikasi Biaya

c. Hasil perhitungan harga pokok

per potong tahu.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka

disarankan kepada perusahaan sebagai

berikut :

1. Melakukan klasifikikasi biaya

produksi sesuai dengan terjadinya

biaya, dan memisahkan antara biaya

produksi dan non produksi.

2. Merubah metode perhitungan harga

pokok produksi untuk dapat

menentukan harga pokok produksi

dan harga jual yang tepat, serta dapat

menyusun perhitungan laporan laba

rugi yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Firdaus,. dan Abdullah, Wasilah. 2012. “Akuntansi Biaya”. Edisi 3. Salemba Empat

Armanto, Witjaksono,SE, MM, 2013 Akuntansi Biaya, Graha Ilmu

Blocher, Stout, Cokins, 2011, Manajemen Biaya, Salemba Empat, Jakarta.

Daljono. (2011). Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian. Edisi ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Horngren, C. T., Datar, S. M., & Rajan, M. (2012). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. England: Pearson.

Islahuzzaman. (2011). Activity Based Costing Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung

Prawironegoro, Darsono,2009, Akuntansi Manajemen, Mitra Wacana Media, Jakarta

Rambat Lupiyoadi, Ridho Bramulya Ikhsan, 2015, Praktikum Metode Riset Bisnis, Salemba Empat, Jakarta

Supriyono, 2011, Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya,serta Pengambilan Keputusan, BPFE, Yogyakarta

Witjaksono, Armanto, 2010, Akuntansi Biaya, Graha Ilmu, Jakarta

William K. Carter, 2014, Akuntansi Biaya “ Count Accounting”, Salemba Empat

Page 63: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

59

“ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH SEBELUM PAJAK DAN

TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA

PERUSAHAAN PROPERTI YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015”.

Tutik Siswanti dan Kharima

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara Laba bersih sebelum pajak dan Total aset terhadap Return on Assets, baik secara indivisu atau parsial maupun secara bersama-sama atau simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang mempublikasikan laporan keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011sampai dengan tahun 2015, sebanyak 27 perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu laporan keuangan selama 5 (lima) tahun dari seluruh populasi. Sehingga datanya merupakan panel, yaitu data gabungan antara data time series dan data cross section. Oleh karena itu metode pengolahan data dengan menggunakan software eviews seri 9, disesuaikan dengan jenis datanya. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Sedangkan uji hipotesis menggunakan uji hipotesis parsial dengan membandingkan anatara thitung dengan t tabel, sedangkan uji hipotesis simultan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Koefisien determinasi digunakan sebagai pengukuran besarnya varian variabel bebas dalam menjelaskan varian variabel terikat

Hasil penelitian menunjukan persamaan regresi adalah Y = 0,062360 + (8.21E-14 . X1) + (-4.70E-15. X2). Hasil uji hipotesis parsial menunjukkan, variabel Laba bersih sebelum pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on Assets , yang ditunjukan dengan nilai thitung 3,911045 > ttabel 1,66 . Sedangkan pada variabel total aset tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return on Assets, yang ditunjukan dengan nilai thitung 1,919361 < ttabel 1,66 .Hasil uji hipotesis secara simultan menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih sebelum pajak dan total aset terhadap Return on Assets, yang ditunjukkan dengan nilai Fhitung 4,538842 > Ftabel 3,06. Hasil koefisien determinasi R square (R2), menunjukan nilai sebesar 0.545235, hal ini berarti variabel bebas laba bersih sebelum pajak, dan total aset mampu menjelaskan varian dari variabel terikat yaitu Return On Assets sebesar 54,235% sedangkan sisanya sebesar 45,765 (100-54,235) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci : Laba Bersih Sebelum Pajak,Total Aset,Return On Asset

Page 64: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

60

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Informasi akuntansi keuangan

menunjukkan kondisi keuangan dan hasil

usaha suatu perusahaan yang digunakan

oleh para pemakainya sesuai dengan

kepentingan masing-masing. Pengertian

laporan keuangan menurut PSAK No1

(2015) merupakan bagian dari proses

pelaporan keuangan yang lengkap dari

laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas,

laporan perubahan posisi keuangan (yang

dapat disajikan dalam berbagai cara

misalnya, sebagai laporan arus kas, atau

laporan arus dana), catatan dan laporan

serta materi penjelasan yang merupakan

bagian intergral dalam laporan keuangan .

Laporan keuangan yang sebenarnya

merupakan produk akhir dari proses atau

kegiatan akuntansi dalam satu kesatuan.

Proses akuntansi dimulai dari

pengumpulan bukti-bukti transaksi yang

terjadi sampai pada penyusunan laporan

keuangan. Prose akuntansi tersebut harus

dilaksanakan menurut cara tertentu yang

lazim dan berterima umum serta sesuai

dengan standar akuntansi keuangan.

Laporan keuangan untuk tujuan umum

adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi serta

menunjukkan kinerja yang telah dilakukan

manajemen (stewardship), atau

pertanggungjawaban manajemen atas

penggunaan sumber-sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

Laporan keuangan merupakan alat

yang sangat penting untuk mendapatkan

informasi sehubungan dengan posisi

keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh

perusahaan. Data keuangan tersebut akan

lebih berarti jika diperbandingkan dan

dianalisis lebih lanjut sehingga dapat

diperoleh data yang dapat mendukung

keputusan. Investor sebagai penanam

modal berisiko dan penasehat mereka

berkepentingan dengan risiko yang

melekat serta hasil pengembangan dari

investasi yang mereka lakukan. Mereka

membutuhkan informasi untuk membantu

menentukan apakah harus membeli,

menahan atau menjual investasi tersebut.

Pemegang saham juga tertarik pada

informasi yang memungkinkan mereka

untuk menilai kemampuan perusahaan

untuk membayar dividen. Dimana dividen

merupakan salah satu indikasi untuk

mengukur seberapa besar tingkat

kembalian investasi yang diperoleh

investor atas sejumlah investasi yang

ditanamkan dalam suatu perusahaan.

Laporan keuangan terdiri dari beberapa

laporan salah satunya adalah

Page 65: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

61

laporan laba rugi.Laporan laba rugi

merupakan laporan yang memiliki fungsi

untuk menyediakan atau menganalisasi

perkembangan perusahaan kedepannya

yang di lihat dari seberapa besar

kemampuan perusahaan untuk dapat

menghasilkan laba sesuai dengan kurun

waktu yang di tetapkan sesuai dengan

manfaat akuntansi. Dengan adanya laporan

laba rugi ini maka perusahaan dapat

mengambil suatu keputusan untuk

kemajuan perusahaan. Pada prinsipnya

laporan laba rugi merupakan laporan

keuangan yang berisikan informasi terkait

dengan keberhasilan perusahaan dalam

periode tertentu. Laporan laba rugi memuat

informasi transaksi pendapatan, beban,

keuntungan, dan kerugian. Laporan laba

rugi ini memiliki manfaat yang besar bagi

sebuah perusahaan, dimana penentu

kebijakan dalam perusahaan menggunakan

informasi tersebut untuk memprediksi arus

kas masa mendatang dengan berbagai cara.

Misalnya, investor menggunakan informasi

dalam laporan laba rugi untuk

mengevaluasi kinerja perusahaan di masa

lalu, sebagai dasar untuk memprediksi

kinerja masa mendatang, dan menilai

resiko kegagalan perusahaan untuk

mencapai arus kas dimasa datang.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan,

disebutkan bahwa laporan keuangan yang

dibuat oleh manajemen secara berkala

setiap periode mempunyai tujuan berikut ;

a) Memberikan informasi tentang posisi

keuangan, kinerja (prestasi) dan aliran

kas perusahaan yang berguna bagi

pemakai dalam rangka pengambilan

keputusan.

b) Sebagai sarana pertanggungjawaban

(responsibility) manajemen atas

pengelolaan perusahaan selama ini.

c) Menilai keberhasilan operasi dan

efisiensi manajemen di dalam

mengolah kegiatan operasional

perusahaan.

d) Menilai profitabilitas (kemampuan

menghasilkan laba) dari modal yang

diinvestasikan ke dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka

jelaslah bahwa laporan keuangan

khususnya laporan laba rugi merupakan

salah satu informasi yang dibutuhkan

berkaitan dengan pengukuran kinerja,

pencapaian prestasi, kemampuan

perusahaan memperoleh keuantungan serta

mengkukur besarnya tingkat kembalian

investasi yang akan dinikmati oleh

investor.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam

penelitian ini meliputi :

a. Apakah laba bersih sebelum pajak

secara parsial berpengaruh terhadap

Return On Assets (ROA) pada

Page 66: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

62

perusahaan properti yang terdaftar di

BEI periode 2011-2015?

b. Apakah total aset secara parsial

berpengaruh terhadap Return On Assets

(ROA) pada perusahaan properti yang

terdaftar di BEI periode 2011-2015?

c. Apakah laba bersih sebelum pajak dan

total aset secara bersama-sama atau

secara simultan berpengaruh terhadap

Return On Assets (ROA) pada

perusahaan properti yang terdaftar di

BEI periode 2011-2015?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui :

a. Pengaruh laba bersih sebelum pajak

terhadap Return On Assets (ROA) pada

perusahaan properti yang terdaftar di

BEI periode 2011-2015.

b. Pengaruh total aset terhadap Return On

Assets (ROA) pada perusahaan properti

yang terdaftar di BEI periode 2011-

2015.

c. Pengaruh laba bersih sebelum pajak dan

total aset secara bersama-sama terhadap

Return On Assets (ROA) pada

perusahaan properti yang terdaftar di

BEI periode 2011-2015.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

sebagai bahan informasi dan masukan

khususnya kepada investor dan calon

investor berkaitan dengan keputusan

investasi, terutama menyangkut analisis

fundamental faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam investasi, agar

tidak mengalami kerugian dimasa yang

akan datang.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Laporan Keuangan

2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Fahmi (2011) “Laporan

keuangan merupakan suatu informasi yang

menggambarkan kondisi keuangan suatu

perusahaan dan lebih jauh informasi

tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran

kinerja perusahaan tersebut.”

Kasmir (2014) berpendapat,

“Laporan keuangan merupakan laporan

yang menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

periode tertentu.”

Berdasarkan pengertian tersebut

diatas maka laporan keuangan adalah salah

satu sumber informasi yang sangat penting

disamping sumber informasi lainnya

seperti informasi industri, kondisi

perekonomian yang bisa memberikan

gambaran mengenai kondisi dan prospek

perusahaan. Laporan keuangan yang baik,

menginformasikan seluruh kondisi

keuangan perusahaan secara lengkap dan

terperinci sehingga memudahkan para

pengguna laporan keuangan untuk

Page 67: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

63

memahami dan mengambil sebuah

keputusan.

2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Farah Margaretha (2011)

“Tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang relevan untuk

digunakan oleh manajer dalam

menjalankan operasi perusahaan, pihak

pihak yang berkepentingan penyumbang,

anggota organisasi, kreditur dan pihak lain

yang menyediakan sumber daya bagi

organisasi nirlaba (non profit) untuk

mengetahui kinerja dan kondisi

perusahaan”.

Sedangkan menurut (Nelson Lam dan

Peter Lau, 2014) untuk memberikan

informasi tentang posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas suatu entitas yang

berguna untuk berbagai pengguna dalam

membuat keputusan ekonomi, Laporan

keuangan juga menunjukan hasil dari

pengelolaan sumber daya oleh manajemen

yang dipercayakan kepadanya agar

memenuhi tujuan tersebut laporan

keuangan memberikan informasi tentang

suatu entitas ; aset, liabilitas, ekuitas,

pendapatan dan beban, termasuk

keuntungan dan kerugian, kontribusi oleh

dan distribusi kepada pemilik dalam

kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas.

2.1.3. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang dikeluarkan

oleh suatu perusahaan merupakan

ringkasan dari harta, kewajiban, dan

kinerja operasi selama suatu periode

akuntansi tertentu. Pada umumnya laporan

keuangan terdiri atas tiga hal utama, yaitu

neraca (Balance Sheet), laporan laba rugi

(Income Statement), dan laporan

perubahan modal (Statement of Changes in

Capital). Dalam perkembangannya

komponen laporan keuangan bertambah

dengan satu laporan keuangan yaitu

laporan arus kas (Cash Flow), dimana jenis

laporan keuangan meliputi (Gumanti ,

2011):

a. Laporan Posisi Keuangan

Merupakan laporan tentang kekayaan

dan kewajiban atau beban suatu

perusahaan dalam suatu periode

tertentu.

b. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Menunjukan kinerja operasi suatu

perusahaan dalam suatu periode

akuntansi tertentu dan juga menunjukan

seberapa jauh perusahaan mampu

menjalankan kegiatan usaha serta

seberapa efisien perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan.

c. Laporan Perubahan Modal (Statement

of Changes in Capital)

Menunjukan berapa besar bagian atau

porsi dari keuntungan bersih yang

diperoleh perusahaan yang

Page 68: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

64

diinvestasikan kembali ke perusahaan

yang mempengaruhi besaran modal

secara keseluruhan.

d. Laporan Arus Kas (Cash Flow)

Menyajikan informasi tentang arus kas

bersih dari tiga kegiatan utama

diperusahaan, yaitu arus kas dari

aktivitas operasi, arus kas dari

pendanaan, dan arus kas dari aktivitas

investasi.

e. Lampiran Penjelas atas Laporan

Keuangan.

Menyajikan informasi tambahan

penjelasan-penjelasan secara terperinci

berkaitan dengan ke empat laporan

keuangan yang telah disajikan.

2.2. Laba

2.2.1. Pengertian Laba

Laba merupakan jumlah residual yang

tertinggal setelah semua beban (termasuk

penyesuaian pemeliharaan modal, kalau

ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau

beban melebihi penghasilan, maka jumlah

residualnya merupakan kerugian bersih

(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)

Menurut Wild dan Subramanyam

(2014), “laba adalah mengindikasikan

profitabilitas perusahaan. Laba

mencerminkan pengembalian kepada

pemegang ekuitas untuk periode

bersangkutan, sementara pos - pos dalam

laporan merinci bagaimana laba didapat”.

Laba merupakan bagian dari laporan

keuangan sehingga laba seharusnya juga

berguna untuk keputusan kredit. Laba

dapat digunakan untuk menilai prospek

perusahaan misalnya untuk (a)

mengevaluasi performance manajemen,,

(b) memperkirakan earnings power, (c)

memprediksikan laba yang akan datang

atau (d) menilai risiko investasi atau

pinjaman pada perusahaan (SFAC No.1).

Chariri dan Ghozali (2007) dalam

Widhi (2011) mengungkapkan pengertian

laba yang dianut oleh struktur akuntansi

sekarang ini adalah laba akuntansi yang

merupakan selisih pengukuran pendapatan

dan biaya.

2.2.2. Jenis-jenis Laba

Jenis laba menurut Menurut Kasmir

(2011) meliputi :

a. Laba kotor (Gross Profit) artinya laba

yang diperoleh sebelum dikurangi biaya

biaya yang menjadi beban perusahaan.

Artinya laba keseluruhan yang pertama

sekali perusahaan peroleh.

b. Laba bersih (Net Profit) merupakan

laba yang telah dikurangi biaya biaya

yang merupakan beban perusahaan

dalam suatu periode tertentu termasuk

pajak.

2.3. Laba Bersih Sebelum Pajak

2.3.1. Pengertian Laba Bersih Sebelum

Pajak

Page 69: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

65

Laba bersih sebelum pajak secara

umum adalah ukuran dari profitabilitas

suatu perusahaan yang tidak termasuk

beban pajak penghasilan.

Menurut Golrida Karyawati (2012)

“pengertian laba bersih sebelum pajak

adalah sebagai uang yang disimpan oleh

perusahaan sebelum dikurangi karena

harus membayar pajak”

Sedangkan menurut Donals E Kieso

(2013) laba bersih sebelum pajak adalah

laba bersih yang belum dikurangi dengan

beban / biaya pajak. Laba sebelum pajak

memberikan informasi analisis investasi

yang berguna untuk mengevaluasi kinerja

operasi perusahaan tanpa memperhatikan

pengaruh pajak.

Berdasarkan pengertian tersebut

diatas ukuran dari profitabilitas suatu

perusahaan adalah laba bersih yang belum

dikurangi dengan beban/biaya pajak.

Laba bersih sebelum pajak

memberikan informasi analisis investasi

yang bermafaat untuk mengevaluasi

kinerja operasi perusahaan tanpa

memperhatikan pengaruh pajak. Dengan

menghapus faktor pajak, tentu Earning

Before Tak (EBT), akan lebih berfokus

kepada analisis profitabilitas operasi

sebagai ukuran tunggal kinerja perusahaan.

Rumus umum untuk menentukan EBT

adalah : Pendapatan – Beban-beban (tidak

termasuk pajak).

2.4. Aset

2.4.1. Pengertian Aset

Standar Akuntansi Keuangan 16 tahun

2015 asset adalah sumber daya yang

dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat

dari peristiwa masa lalu dan dari mana

manfaat ekonomis dimasa depan

diharapkanakan diperoleh perusahaan.

Sedangkan menurut Imam Santoso

(2010) mendefinisikan aktiva sebagai

berikut: aktiva adalah manfaat ekonomis

yang sangat mungkin diperoleh atau

dikendalikan oleh perusahaan pada masa

yang akan datang sebagai akibat dari

kejadian atau transaksi masa lalu yang

diharapkan dapat memberikan manfaat

ekonomis dalam menghasilkan

pendapatan.

2.4.2. Jenis-jenis Aktiva

1. Aktiva Lancar (Current Assets)

Menurut Fahmi (2011) “aktiva lancar

merupakan aset yang memiliki tingkat

perputaran yang tinggi dan paling cepat

bisa dijadikan uang tunai, dengan

penetapan periode waktu biasanya 1

(satu) tahun.”

2. Aktiva Tetap (Fixed Assets)

Aktiva tetap merupakan aktiva yang

mempunyai masa manfaat atau umur

ekonomis lebih dari satu tahun Imam

Santoso (2010). Sedangkan menurut

Kasmir (2010) “aktiva tetap

merupakan harta atau kekayaan

Page 70: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

66

perusahaan yang digunakan dalam

jangka panjang lebih dari satu tahun.”

Komponen yang terdapat di aktiva

tetap yang terdiri aktiva tetap berwujud

dan aktiva tetap tidak berwujud.

2.5. Return On Aset (ROA)

2.5.1. Pengertian

ROA merupakan salah satu ukuran

rasio profitabilitas. Menurut Irhan Fahmi

(2011) mendefinisikan rasio profitabilitas

adalah rasio yang mengukur efektivitas

secara keseluruhan yang ditunjukan oleh

besar kecilnya tingkat keuntungan yang

diperoleh dalam hubungannya dengan

penjualan maupun investasi.

Return On Asset menurut Kasmir

(2012) adalah rasio yang menunjukan hasil

(return) atas jumlah aktiva yangdigunakan

dalam perusahaan. Selain itu, ROA

memberikan ukuran yang lebih baik atas

profitabilitas perusahaan karena

menunjukan efektivitas manajemen dalam

menggunakan aktiva untuk memperoleh

pendapatan. Sedangkan Menurut Harahap

(2010) “Return On Assets

menggambarkan perputaran aktiva diukur

dari penjualan. Semakin besar rasio ini

maka semakin baik dan hal ini berarti

bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar

dan meraih laba.

Return On Assets (ROA) digunakan

untuk mengukur efektifitas perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

ROA merupakan rasio antara laba sesudah

pajak terhadap total assets. Semakin besar

ROA menunjukkan kinerja perusahaan

semakin baik, karena tingkat pengembalian

(return) semakin besar.

Menurut Toto Prihadi (2008) Return On

Asset yaitu (ROA, laba atas asset)

mengukur tingkat laba terhadap asset yang

digunakan dalam menghasilkan laba

tersebut, dimana persentase rasio ini

dinyatakan oleh rumus sebagai berikut :

ROA = Net Profit After Tax x 100%

Total Asset

Keterangan :

Net Profit After Tax = Laba Bersih Setelah

Pajak

Total Asset = Total Aktiva

2.5.2. Keunggulan ROA (Return On

Asset)

Menurut Munawir (2010), keunggulan

dari Return On Asset, yaitu:

a. Sebagai salah satu kegunaannya yang

prinsipiil ialah sifatnya yang

menyeluruh. Apabila perusahaan sudah

menjalankan praktek akuntanasi yang

baik maka managemet dengan

menggunakan teknik analisa ROI dapat

mengukur efisiensi penggunaan modal

yang bekerja, efisiensi produksi dan

efisiensi bagian penjualan.

b. Apabila perusahaan dapat mempunyai

data industri sehingga dapat diperoleh

ratio industry, maka dengan analisa

Page 71: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

67

ROI ini dapat dibandingkan efisiensi

penggunaan modal pada perusahaannya

dengan perusahaan lain

yang sejenis, sehingga dapat diketahui

apakah perusahaannya berada di bawah,

sama atau di atas rata-ratanya. Dengan

demikian akan dapat diketahui di mana

kelemahannya dan apa yang sudah kuat

pada perusahaan tersebut dibandingkan

dengan perusahaan lain yang sejenis.

c. Analisa ini pun dapat dignakan untuk

mengukuur efisiensi tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh

divisi/bagian, yaitu dengan

mengalokasikan semua biaya dan

modal ke dalam bagian yang

bersangkutan.

d. Analisa ini juga dapat digunakan untuk

mengukur profitabilitas dair masing-

masing produk yang dihasilkan oleh

perusahaan. Dengan menggunakan

product cost system yang baik, modal

dan biaya dapat dialokasikan kepada

berbagai produk yang dihasilkan oleh

perusahaan yang bersangkutan,

sehingga dengan demikian akan dapat

dihitung profitabilitas dari masing-

masing produk.

e. ROI/ ROA selain berguna untuk

keperluan control, juga berguna untuk

keperluan perencanaan. Misalnnya ROI

dapat digunakan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan kalau

perusahaan akan mengadakan expansi.

2.6. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini merupakan penelitian

yang menganalisis pengaruh anatar dua

variabel bebas terhadap variabel terikat,

baik secara parsial maupun simultan.

Dalam penelitian ini akan menganalisis

pengaruh laba bersih dan total aset sebagai

variabel bebas terhadap variabel terikat,

yaitu Return On Investmen. Dimana dalam

penelitian ini akan mengukur dan

melakukan analisis berkaitan dengan

besarnya pengaruh kedua varaiabel bebas

tersebut secara individu, atau sendiri-

sendiri dan berapa besar pengaruh kedua

variabel bebas tersebut secara bersama-

sama terhadap ROI sebagai variabel

tereikatnya.

Adapun secara sistematika dapat

digambarkan dalam kerangka berpikir

sebagai berikut :

Gambar 1

Kerangka Berpikir

Return On Investmen

Laba Bersih Sebelum pajak

Total Aset

Page 72: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

68

2.7. Hipotesis

Berdasarkan konsep teori yang telah

dikemukakan serta kerangka pemikiran,

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H1 : Laba bersih sebelum pajak diduga

berpengaruh terhadap terhadap

Return On Assets pada perusahaan

properti yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2011-2015.

H2 : Total Asset diduga berpengaruh

terhadap Return On Assets pada

perusahaan properti yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun

2011-2015.

H3 : Laba bersih sebelum pajak dan total

asset diduga berpengaruh terhadap

Return On Assets pada perusahaan

properti yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun.

3. Metodologi Penelitian

3.1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri

dari 2 (dua) variabel bebas dan satu

variabel terikat. Adapun variabel bebasnya

adalah laba bersih dan total aset,

sedangkan variabel terikatnya adalah

Return On Investment (ROI).

3.2. Difinisi Operasional Variabel

a. Laba Bersih

Laba bersih yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah laba bersih

sebelum pajak, dimana datanya

diperoleh dari laporan laba rugi.

b. Total Aset

Total Aset dalam penelitian ini adalah

seluruh harta/aset yang terdiri dari total

aktiva lancar ditambah total aktiva

tetap, data diperoleh dari laporan posisi

keuangan.

c. Return On Investment (ROI)

ROI diperoleh dengan membandingkan

antara Laba bersih sebelum pajak

dengan total aset dikalikan 100%.

Laba Bersih sebelum pajak

Total aset

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan properti yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) yang

mempublikasikan laporan keuangan

lengkap dan berturut-turut.

Sampel dalam penelitian ini adalah

perusahaan properti yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) yang

mempublikasikan laporan keuangan

lengkap dan berturut-turut, selama tahun

2011–2015. Berdasarkan data yang

dikumpukan, maka jumlah perusahaan

dalam penelitian ini sebanyak 27.

Sedangkan laporan keuangan selama 5

Page 73: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

69

(lima) tahun adalah sebanyak 137 laporan

keuangan.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif, dimana data dalam

penelitian ini adalah angka-angka dalam

laporan keuangan periode tahun 2011

sampai dengan 2015.

Sumber data dalam penelitian ini

adalah data sekunder, yaitu berupa laporan

keuangan posisi keuangan dan laporan laba

rugi yang telah diaudit dan dipublikasikan

oleh Indonesian Capital Market Direcotry

(ICMD)

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah studi dokumentasi, yaitu

mengumpulkan data yang berupa

dokumen-dokumen. Dokumen berupa

laporan keuangan dikumpulkan dengan

cara mengunduh melalui web. Indonesian

Capital Market Direcotry(ICMD).

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis

Data

Metode pengolahan data dalam

penelitian ini menggunakan bantuan

sotfware Eviews versi 9. Metode

pengolahan data ini dipilih, karena jenis

data dalam penelitian ini adalah data panel.

Data panel merupakan gabungan antara

data runtut waktu (time series) dan data

silang ( cross section).

Metode analisis data dalam penelitian

ini meliputi :

3.6.1. Uji Asumsi Dasar

Pada uji asumsi dasar akan dilakukan

uji Normalitas untuk mengetahui, residual

dari suatu model regresi terdistibusi

normal atau tidak.

3.6.2. Regresi berganda

Regresi berganda, secara sistematis

dengan menggunakan model persamaan

sebagai berikut:

Log Y = α + β1 log X1 + β2 log X2 + єt …

Dimana:

Y = Return On Assets

X1 = Laba bersih sebelum pajak

X2 = Total Aset

β1, β2 = Koefisiensi Regresi

єt = Error Term

α = Intercept

3.6.3. Uji Hipotesis

a. Uji Hipotesis Parsial

Uji parsial dilakukan untuk

mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen

secara parsial. Dalam penelitian ini uji

hipotesis parsial dilakukan untuk menguji

pengaruh laba bersih setelah pajak dan

total aset terhadap ROI. Uji ini dilakukan

dengan membandingkan antara thitung

dengan ttabel. Jika thitung > t tabel, maka

variabel bebas berpengaruh terhadap

Page 74: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

70

variabel terikat, dan sebaliknya.

b. Uji Hipotesis Simultan

Uji parsial dilakukan untuk

mengetahui pengaruh lebih dari satu

variabel independen terhadap variabel

dependen secara bersama-

sama/simultan. Dalam penelitian ini

uji hipotesis simultan dilakukan untuk

menguji pengaruh laba bersih setelah

pajak dan total aset terhadap ROI

secara parsial.Uji ini dilakukan dengan

membandingkan antara Fhitung dengan

Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel, maka secara

bersama-sama variabel bebas

bepengaruh terhadap variabel terikat,

dan sebaliknya.

4. PEMBAHASAN

4.1. Uji Normalitas

Hasil outpus dari uji normalitas dalam

penelitian ini dengan menggunakan uji

Jarque-Bera (Jonathan: 2016:59), adalah

sebagai berikut :

Gambar 2. Uji Normalitas

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20

Series: Standardized Residuals

Sample 2011 2015

Observations 135

Mean 1.54e-18

Median -0.001999

Maximum 0.215629

Minimum -0.134462

Std. Dev. 0.042734

Skewness 1.361003

Kurtosis 9.538496

Jarque-Bera 282.1570

Probability 0.000000

Sumber : Olah Data Eviews 9

Hasil dari pengujian normalitas yang

dilakukan dengan menggunakan program

Eviews 9 menghasilkan Jarque-Bera lebih

besar dari α (282.1570> 0.05), maka

hipotesis nol diterima yang artinya

residual terdistribusi normal sehingga uji

t dan uji F bisa dilakukan untuk melihat

signifikansi dari model.

4.2. Regresi Berganda

Analisis regresi berganda bertujuan

untuk menganalisis variabel independen

yaitu laba bersih sebelum pajak dan total

aset, serta Return on asset sebagai variabel

Dependen. Ketetapan tersebut bertujuan

untuk mengetahui apakah pola regresi

tersebut secara berganda mempunyai nilai

persamaan linier Log Y = α + β1 log X1 +

β2 log X2 + єt. Berikut disajikan hasil

output dari evews 9 :

Page 75: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

71

Tabel 1. Regresi Berganda Dependent Variable: Y

Method: Panel Least Squares Date: 08/11/16 Time: 20:45 Sample: 2011 2015

Periods included: 5 Cross-sections included: 27 Total panel (balanced) observations: 135

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 8.21E-14 2.10E-14 3.911045 0.0002

X2 -4.70E-15 2.45E-15 -1.919361 0.0576C 0.062360 0.008001 7.794288 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.545235 Mean dependent var 0.066444

Adjusted R-squared 0.425109 S.D. dependent var 0.063369S.E. of regression 0.048047 Akaike info criterion -3.045467Sum squared resid 0.244706 Schwarz criterion -2.421370

Log likelihood 234.5690 Hannan-Quinn criter. -2.791851F-statistic 4.538842 Durbin-Watson stat 2.087915Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Olah Data

Berdasarkan analisis regresi berganda

tersebut, dapat diketahui bahwa hasil

olah data variabel X1 yaitu laba bersih

sebelum pajak, variabel X2 yaitu total

aset dan ROA (Y) dengan persamaan

regresinya adalah :

Y = 0,062360 + (8.21E-14 . X1) + (-4.70E-15. X2).

Persamaan regresi tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Nilai koefisien a sebesar 0,062360

menunjukan bahwa apabila variabel

laba bersih sebelum pajak dan total

aset nilainya konstan (0) maka nilai

Return On Assets sebesar 0,062360.

b. Variabel laba bersih sebelum pajak

memiliki hubungan positif dan

berbanding lurus terhadap Return On

Asset. Hal ini berarti apabila variabel

laba bersih sebelum pajak naik atau

turun sebesar satu satuan maka nilai

Return On Assets akan naik atau turun

sebesar 0,821E-14 dengan asumsi

variabel total aset konstan.

c. Variabel total aset memiliki hubungan

negatif terhadap Return On Assets hal

ini berarti apabila variabel total aset

naik sebesar satu satuan maka

variabel Return On Assets penurunan

dan sebaliknya, kenaikan dan

penurunan total aset sebesar satu

satuan akan mengakibatkan

penurunan dan kenaikan sebesar -

0,470E-15.

Page 76: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

72

4.3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk

menguji model persamaan regresi lineir

berganda. Hal ini untuk mengetahui

apakah model persamaan tersebut

memenuhi persyaratan regresi atau tidak.

Uji asumsi klasik meliputi ; uji

multikimearitas, uji heterkedastisitas dan

uji autokorelasi.

a. Uji Multikolieniaritas

Uji multikolinearitas dimana tidak

akan terjadi multikolinearitas jika

nilai korelasi antar semua variabel

bebas yang diuji < 1,00 (Hair:

2010:161). Hasil output dari eviws

adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Uji Multikolinearitas

Correlation

Berdasarkan tabel diatas, maka nilai

koefisien korelasi sebesar 0, dimana

nilai tersebut < dari 1,00, hal ini

berarti hubungan antara X1 dan X2

tidak terjadi multikolinearitas.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji ini digunakan untuk menguji

apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari

residual dari suatu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Model yang

baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas. Uji

heterokedastisitas dalam penelitian

ini mengggunakan metode uji

Breusch-Pagan-Godfrey. Uji BPG

membandingkan nilai hasil uji

dengan tinggkat signifikansi 0,05.

Jika hasilnya menunjukkan nilai

0,05, maka dikatakan tidak terjadi

heterkedastisitas pada model

persamaan tersebut. Berikut

merupakan hasil output eviews :

Tabel 3. Uji Heteroskedastisitas

Dari tabel diatas menunjukan hasil

uji Breusch-Pagan LM sebesar,

0,0036, dimana nilai tersebut

X1 X2

X1 1.000000 0.857755

X2 0.857755 1.000000

Residual Cross-Section Dependence Test

Null hypothesis: No cross-section dependence (correlation) in

Residuals

Equation: FIX

Periods included: 5

Cross-sections included: 27

Total panel observations: 135

Cross-section effects were removed during estimation

Test Statistic d.f. Prob.

Breusch-Pagan LM 426.2530 351 0.0036

Pesara scaled LM 1.821191 0.0686

Bias-corrected scaled LM -1.553809 0.1202

Pesaran CD -0.309035 0.7573

Page 77: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

73

<0.05, yang artinya bahwa tidak

terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dari sebuah model

dapat dilakukan dengan menggunakan

uji Durbin Watson. Dalam pengujian

yang menggunakan jumlah observasi

sebanyak 135 (n = 135) dan jumlah

variabel independen sebanyak 2 (k =

2) serta dengan tingkat signifikansi

0.05 (α = 0.05), maka diperoleh nilai

dl = 1,7040 dan du = 1,7338. Hasil

output perhitungan uji autokorelasi

adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Uji Autokorelasi

Dependent Variable: Y

Method: Panel Least Squares

Date: 08/11/16 Time: 20:45

Sample: 2011 2015

Periods included: 5

Cross-sections included: 27

Total panel (balanced) observations: 135

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 8.21E-14 2.10E-14 3.911045 0.0002

X2 -4.70E-15 2.45E-15 -1.919361 0.0576

C 0.062360 0.008001 7.794288 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.545235 Mean dependent var 0.066444

Adjusted R-squared 0.425109 S.D. dependent var 0.063369

S.E. of regression 0.048047 Akaike info criterion -3.045467

Sum squared resid 0.244706 Schwarz criterion -2.421370

Log likelihood 234.5690 Hannan-Quinn criter. -2.791851

F-statistic 4.538842 Durbin-Watson stat 2.087915

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 78: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

74

Berdasarkan hasil pengolahan data

pada tabel diatas, menunjukkan nilai

statistik Durbin Watson sebesar

2.087915 Nilai d yang dihasilkan

berada diantara du dan 4-du (1,7040 <

2,087915 < 2,2662), hal ini berarti

hipotesis nol ditolak, sehingga dapat

disimpulkan tidak ada autokorelasi

positif maupun negatif pada model

regresi.

4.4. Uji Hipotesis

4.4.1. Uji Hipotesis Parsial

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan

hasil uji hipotesis parsial :

1) Nilai thitung variabel laba bersih

sebelum pajak (XI) adalah sebesar

3,911045 dan ttabel bernilai 1,66

sehingga thitung > ttabel (3,911045 >

1,66). Hal ini berarti variabel laba

bersih sebelum pajak berpengaruh

terhadap variabel return on asset (Y).

2) Nilai thitung variabel total asset adalah

sebesar -1,919361 dan ttabel bernilai

1,66 sehingga thitung < ttabel (-1,919361

< 1,66). Hal ini berarti variabel total

aset tidak berpengaruh terhadap

variabel return on asset .

4.4.2. Uji Simultan

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan

hasil uji hipotesis simultasn dengan

membandingkan antara Fhitung dengan

Ftabel, menunjukkan nilai Fhitung sebesar

4,538842, sedangkan Ftabel sebesar 3,06.

Hal Ini menunjukan bahwa, nilai Fhitung >

Ftabel. Sementara nilai signifikasi sebesar

0,000000 < 0,05. Berdasarkan kedua

hasil output tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa kedua variabel bebas

laba bersih sebelum pajak dan total aset

berpengaruh signifikan terhadap Return

on asset.

4.5. Diskripsi Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan

pengukuran untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan semua variabel bebas

dalam menjelaskan varians dari variabel

terikatnya. Hasil output dari koefisien

determinasi digambarkan dalam Rsquare

(R2). Adapun output dari penelitian ini

besarnya koefisien determinasi tersaji

dalam tabel 4 diatas.

Dari tabel 4 tersebut diatas

menunjukkan bahwa, nilai koefisien

determinasi sebesar 0.545235, hal ini

berarti variabel bebas laba bersih

sebelum pajak, dan total aset mampu

menjelaskan varian dari variabel terikat

yaitu Return On Assets sebesar 54,235%

sedangkan sisanya sebesar 45,765 (100-

54,235) dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Page 79: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

75

Berdasarkan hasil dan pengelolahan

data dan rumusan masalah dalam

penelitian ini, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan antara lain :

1. Variabel laba bersih sebelum pajak

berpengaruh terhadap Return On Aset

2. Variabel total aset sebelum pajak

berpengaruh terhadap Return On Aset

3. Variabel laba bersih sebelum pajak

dan total aset secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Return On Aset

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat

dikemukakan berdasarkan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi investor, perlu melakukan

analisis terhadap besarnya laba bersih

dan total aset sebagai informasi dalam

pengambilan keputusan nvestasi, agar

dapat memperkiraankan keuntungan

yang akan diperoleh dimasa yang

akan datang.

2. Bagi perusahaan, perlu malakukan

manajemen laba dengan

meningkatkan pendapatan efisiensi

biaya, serta mengalokasikan dana

untuk investasi aktiva seefektif dan

seefisien mungkin dalam rangka

meningkatkan laba perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya , perlunya

variable lain selain laba bersih

sebelum pajak dan total aset guna

pengukuran pengaruhnya terhadap

return on aset, agar hasil penelitian

lebih maksimal, mengingat semakin

banyak variabel yang digunakan

dalam pengukuran pengaruhnya

terhadap variabel lain akan

memberikan hasil yang mendekati

kebenaran, sehingga dapat membantu

dalam pengambilan keputusan pihal-

pihak yang membutuhkan informasi

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Agus & Martono. (2010). Manajemen Keuangan edisi 2, Yogyakarta: BFE

Brigham & Houston. (2010). Dasar – Dasar Manajemen Keuangan: Assetials Of Financial Management. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Darmadji dan Fakhrudin, M.H, (2012), Pasar Modal di Indonesia Edisi ke 3, Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan Edisi 6, Jakarta: Rajawali Perss

....... (2014). Bank dan lembaga keuangan lainnya, Jakarta: Rajawali Perss

........ (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Fahmi, Irhan. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABET

.......... (2014). Manajemen Keuangan dan Pasar Modal. Lampulo: Mitra Wacana Media

Gumanti, Tatang. (2011). Manajemen Investasi : Konsep, Teori, dan Aplikasi (Edisi 1). Jakarta : Mitra Wacana Media

Gujarati, Damodar N. (2012). Dasar Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat

Page 80: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

JURNAL AKUNTANSI & BISNIS UNSURYA

76

Harahap, Sofyan Syafri. (2010). Teori AKuntansi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hanafi, Mamduh M. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: UPPM STIM YKPN

Hery. (2012). Analisis Laporan

Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara Harahap, Sofyan Syafri. (2011). Teori

Akuntansi Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hasting, Nicholas A.J. (2010). Physical Asset Manajement. Jakarta: Salemba Empat

Hair, J.F., Black, W.C, Babin, B.J., & Anderson, R.E. (2010). Multivariate data analysis:A global perspective. New Jersey: Pearson Prentice Hall

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2011). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Karyawati, Golrida. (2012). Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi IFRS. Jakarta: Erlangga

Lam Nelson, Lau Peter. (2014). Akuntansi Keuangan Intermediate Financial Reporting Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat

L.M, Samryn. (2012). Pengantar Akuntansi. Jakarta: Rajawali Perss

Margaretha Farah. (2011). Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga

Rohmana,Yana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi Eviews. Bandung: Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.

Rusdin.(2012). Pasar Modal. Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabeta

Santoso, Imam. (2010). Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting). Jakarta: Refika Aditama

Sarwono, Jonathan. (2016). Prosedur-Prosedur Analisis Populer Aplikasi Riset Skripsi dan Tesis dengan Eviews. Jakarta: Gava Media

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

...... (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Wahyu,Wing. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Weygandt, Jerry J and Kieso, Donald E and Kimmel, Paul D, (2013). Accounting Principles Pengantar Akutansi Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat

John, Subramanyam Wild. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Weston, Fred J. (2012). Manajemen Keuangan. Jakarta: Binarupa Aksara

Page 81: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

PETUNJUK PENULISAN

MAJALAH ILMIAH “AKUNTANSI DAN BISNIS UNSURYA”

1. Naskah diketik dengan MS Word, jenis huruf Times News Roman 11, ukuran kertas

A4 (297 x 210), dengan jarak 1,5 spasi, jumlah 10 s/d 16 halaman, (termasuk

gambar, ilustrasi dan daftar pustaka).

2. Naskah berupa hasil penelitian atau pengabdian kepada masyarakat, yang

merupakan naskah asli dan belum pernah dipublikasikan di media masa manapun.

Makalah yang telah dipresentasikan dalam suatu pertemuan ilmiah, apabila belum

dipubilkasikan dapat diterima.

3. Sistematika penulisan sebagai berikut:

a. JUDUL

Singkat, jelas dan mencerminkan isi.

b. Nama (para) penulis atau baris kepemilikan

Ditulis lengkap tanpa gelar disertai keterangan instansi tempat bekerja,

alamat, Telepon, Fax dan alamat E-mail.

c. ABSTRAK

Abstrak diawali dengan judul makalah dalam bahasa Inggris. Berisi inti

sari makalah, cara penyelesain masalah, dan hasil yang diperoleh.

Selanjutnya abstract ditulis dalam bahasa Inggris, satu alinea dengan

maksimal 150 kata. Keyword: berisi 2 s/d 5 kata dalam bahasa Inggris.

d. PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan, ruang lingkup, dan

berisi teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan, serta

menjelaskan metodologi yang dipergunakan berisi bahan, alat yang

digunakan, dan cara melakukan penelitian.

e. PEMBAHASAN

Berisi penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan/atau lain

sebagainya. Permohonan dilakukan terhadap hubungan berbagai variabel

Page 82: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya - Fakultas Ekonomife.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/...Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Unsurya Volume I : Nomor 1 - Juni 2016 ISSN.

baik bebas maupun terikat, analisis tentang keterkaitan data dengan

hipotesa penelitian dan kesesuaian hasil penelitian terhadap teori yang

digunakan berikut alasannya.

f. SIMPULAN

Berisi simpulan dari pembahasan.

g. DAFTAR PUSTAKA

Penulisan daftar pustaka disusun tanpa nomor berdasarkan abjad dengan

urutan penulisan sebagai berikut nama pengarang, tahun terbit, judul,

penerbit dan kota penerbitan. Nama pengarang mendahulukan nama

keluarga atau nama dibalik tanpa gelar.

4. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan berpedoman pada Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

5. Hindari pemakaian istilah asing (kecuali bila sangat diperlukan). Penulisan

istilah asing dicetak dengan huruf miring / italic.

6. Isi tulisan bukan tanggung jawab redaksi. Redaksi berhak mengedit

redaksionalnya, tanpa mengubah arti.

7. Bagi penulis yang naskahnya diterbitkan akan diberi 1 (satu) eksemplar cetak

lepas.

8. Bagi pengirim naskah harus menyertakan print out naskah serta 1 (satu) CD

berisi copy naskahnya dikirim ke Redaksi Jurnal Akuntansi dan Bisnis

Unsurya, Alamat : Fakultas Ekonomi, Universitas Dirgantara Marsekal

Suryadarma, Fakultas Ekonomi, Kampus B, Komplek Angkasa, Halim

Perdanakusuma, Jakarta Timur, Telp. 021-80880030, Fax. 021-80880031,

email : [email protected]