Jurnal 8 - Sukarman

18
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PURWODADI PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Sukarman *) Abstrak; penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi Globalisasi melalui pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian adalah tindakan kelas dengan dua siklus yang terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data adalah tes di setiap akhir siklus dan pengamatan aktivitas siswa dan guru dengan rubrik. Analisis data menunjukkan hasil sebagai berikut : 1) aktivitas siswa meningkat per siklus yaitu, 63,36% di prasiklus menjadi 74,05% di siklus I dan 83,53% di siklus II; 2) Prosentase ketuntasan hasil belajar dari prasiklus 60,34% menjadi 79,31% di siklus I dengan rerata nilai 79,14 atau meningkat sebesar 18,97%, dan di siklus II menjadi 94,83%, dengan rerata nilai 87,76, sehingga dapat disimpulan bahwa hipotesis tindakan terbukti benar. . Kata Kunci: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn, Pembelajaran Kooperatif Model STAD, SDN 3 Purwodadi Grobogan PENDAHULUAN Guru memiliki peran yang penting dalam pengajaran. Guru berperan dalam membimbing siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam proses belajar. Hubungan yang positif antara guru dan siswa akan mengarahkan siswa untuk belajar aktif. Oleh karena itu, guru tidak boleh beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa mutlak harus mengikuti apa yang menjadi ketentuan guru selama proses belajar berlangsung. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran akan menentukan kualitas pembelajaran. Guru seharusnya tidak hanya sekedar melaksanakan tugas mengajar, akan tetapi mengerti karakteristik dan kebutuhan siswa. Suasana belajar yang dibutuhkan siswa adalah suasana belajar aktif, menyenangkan, nyaman, dan bervariasi. Selain itu, peka terhadap permasalahan yang terjadi di dalam kelas juga tidak boleh terlepas dari perhatian guru. Jika hal tersebut tercapai maka siswa akan merasa nyaman dan tidak tertekan. Oleh karena itu, guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Inovasi pembelajaran perlu dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi agar dapat ----------------------------- 1 ----------------------------- *) Guru SDN 3 Purwodadi, Kab. Grobogan

description

Jurnal kependidikan

Transcript of Jurnal 8 - Sukarman

Page 1: Jurnal 8 - Sukarman

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PURWODADI PADA SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Sukarman *)

Abstrak; penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi Globalisasi melalui pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian adalah tindakan kelas dengan dua siklus yang terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data adalah tes di setiap akhir siklus dan pengamatan aktivitas siswa dan guru dengan rubrik. Analisis data menunjukkan hasil sebagai berikut : 1) aktivitas siswa meningkat per siklus yaitu, 63,36% di prasiklus menjadi 74,05% di siklus I dan 83,53% di siklus II; 2) Prosentase ketuntasan hasil belajar dari prasiklus 60,34% menjadi 79,31% di siklus I dengan rerata nilai 79,14 atau meningkat sebesar 18,97%, dan di siklus II menjadi 94,83%, dengan rerata nilai 87,76, sehingga dapat disimpulan bahwa hipotesis tindakan terbukti benar. .Kata Kunci: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn, Pembelajaran Kooperatif Model

STAD, SDN 3 Purwodadi Grobogan

PENDAHULUANGuru memiliki peran yang penting

dalam pengajaran. Guru berperan dalam membimbing siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam proses belajar. Hubungan yang positif antara guru dan siswa akan mengarahkan siswa untuk belajar aktif. Oleh karena itu, guru tidak boleh beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa mutlak harus mengikuti apa yang menjadi ketentuan guru selama proses belajar berlangsung. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran akan menentukan kualitas pembelajaran.

Guru seharusnya tidak hanya sekedar melaksanakan tugas mengajar, akan tetapi mengerti karakteristik dan kebutuhan siswa. Suasana belajar yang dibutuhkan siswa adalah suasana belajar aktif, menyenangkan, nyaman, dan bervariasi. Selain itu, peka terhadap permasalahan yang terjadi di dalam kelas juga tidak boleh terlepas dari perhatian guru. Jika hal tersebut tercapai maka siswa akan merasa nyaman dan tidak tertekan. Oleh karena itu, guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Inovasi pembelajaran perlu dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi agar dapat memperbaiki mutu pembelajaran secara efektif dan efisien.

Karakteristik pelajaran PKn adalah menitikberatkan pada pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan menerap-kannya dalam kehidupan sehari-hari. Upaya untuk mencapai pemahaman terhadap materi yaitu proses KBM harus dibuat menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna adalah dengan melibatkan siswa secara aktif menemukan ide atau konsep PKn. Guru dapat menambahkan beberapa variasi dalam pengelolaan kelas dengan membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil serta menggunakan hadiah dan hukuman yang efektif. Pengelolaan kelas yang seperti ini menciptakan suasana yang kompetitif dan dapat memberi motivasi kepada siswa untuk berusaha mendapatkan hasil kerja yang terbaik. Dan pelaksanaan pembelajaran PKn hendaknya mencapai tiga ranah pembelajaran yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Indikator ideal dari kondisi dimuka menjadi permasalahan di SDN 3 Purwodadi, dimana kenyataan dan harapan tidak sejalan. Sekolah menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 73 untuk kelas IV mata pelajaran PKn, namun masih dijumpai siswa kelas IV yang serjumlah 58 orang pada tahun ajaran 2014/2015 ini sering menunjukkan

----------------------------------------------------- 1 -----------------------------------------------------

*) Guru SDN 3 Purwodadi, Kab. Grobogan

Page 2: Jurnal 8 - Sukarman

belum bisa mencapai ketuntasan. Berdasar-kan refleksi awal, ketidaktuntasan tersebut antara lain disebabkan pembelajaran masih jauh dari kondisi ideal, guru banyak mendominasi pembelajaran sehingga keaktifan siswa kurang yang memicu pada perolehan nilai menjadi tidak optimal. Selama ini guru menggunakan metode ceramah dan menekankan kepada siswa untuk menghafal, dan latihan dirumah sehingga siswa merasa bosan dan ketika menemukan kesulitan tidak berani menanyakan kepada guru karena budaya/ kebiasaan belajar dimana keaktifan siswa kurang diperhatikan.

Selain masalah itu, menurut Winata-putra (2009:3.7) pendidikan kewarganegaraan merupakan program pendidikan yang berlan-daskan nilai-nilai Pancasila untuk mengem-bangkan dan melestarikan nilai moral dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, konsep dan nilai kewarganegaraan yang diajarkan tidak boleh berhenti pada teori-teori saja, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan nyata. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Sulaiman (dalam Wahyuni, 2001:2) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga sudah sering digunakan pada penelitian serupa, sehingga hal ini tidak akan menjadi sesuatu yang baru yang dapat membangkitkan keraguan.

Berasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan permasala-hannya sebagai berikut: 1) Apakah metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar PKn materi globalisasi bagi siswa Kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pad semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015?; 2) Berapa besar peningkatan aktivitas dan hasil belajar PKn materi globalisasi setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015?.

Pembatasan masalah dalam peneli-tian ini dikhususkan pada materi globalisasi yang diajarkan di kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar PKn materi globalisasi setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015; 2) Mengetahui besarnya peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar PKn materi globalisasi setelah diterapkannya pembelaja-ran kooperatif model STAD pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pad semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pengertian Belajar dan Aktivitas Belajar Belajar adalah kegiatan yang

merupakan unsur dasar dalam penyeleng-garaan setiap jalur dan jenjang pendidikan. Siddiq (2008:1-3), menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemam-puan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Definisi lain dinyatakan oleh Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 9), bahwa aktivitas belajar seseorang berdampak pada perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kegiatan belajar dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Sugihartono, dkk (2007: 74-6), menyatakan ciri-ciri belajar meliputi: (1) perubahan perilaku terjadi secara sadar; (2) perubahan bersifat kontinu dan fungsional; (3) perubahan bersifat positif dan aktif; (4) perubahan bersifat permanen; (5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah; dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Slameto (2010: 36), dalam proses belajar mengajar guru perlu menim-bulkan aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuat. Penerimaan pelajaran melalui aktivitas siswa memberikan kesan yang tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Hamalik (2010: 90),

----------------------------------------------------- 2 -----------------------------------------------------

Page 3: Jurnal 8 - Sukarman

Environment Input

Learning Teaching Proces

Instrument Input

OutputRaw Input

menyatakan bahwa pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, di mana siswa belajar sambil bekerja. Siswa dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sementara itu, Rousseau dalam Sardiman (2011: 96), juga menyatakan segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis. Jadi, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa baik secara individu maupun secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.

Siswa memiliki tanggung jawab individu untuk mengerjakan tugas-tugas melalui keterampilan yang dimiliki. Keteram-pilan tersebut akan selalu bertambah beriringan dengan pengalaman siswa dalam belajar. Menurut pendapat Dierich dalam Hamalik (2011: 172-3), terdapat 8 kelompok aktivitas belajar, yaitu: (1) kegiatan-kegiatan visual meliputi membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demon-strasi; (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral); (3) kegiatan-kegiatan mendengarkan; (4) kegia-tan-kegiatan menulis; (5) kegiatan-kegiatan menggambar; (6) kegiatan-kegiatan metrik; (7) kegiatan-kegiatan mental; dan (8) kegia-tan-kegiatan emosional meliputi minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Menurut Sudjana (2010:61), beberapa aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, antara lain: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) menilai kemam-puan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh-nya; (7) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; (8) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas sangat penting dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang menyediakan kesempatan pada siswa untuk melakukan aktivitas sendiri yang meliputi proses berpikir dan berbuat.

Noehi Nasution dalam Djamarah (2008:175) memandang belajar itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya yaitu: raw input, learning teaching proces, output, enviromental input, dan instrumental input sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut.

Gambar 1. Unsur-unsur kegiatan pembelajaran

Bagan tersebut menggambarkan bahwa masukan belajar merupakan bahan pengalaman belajar maupun kemampuan dasar tertentu yang dimiliki oleh siswa. Pengalaman belajar tersebut akan diolah dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan akan menghasilkan keluaran yang memiliki kriteria tertentu. Faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar antara lain, faktor internal siswa, faktor lingkungan, dan faktor instrumental.

Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya.

Hasil BelajarHasil belajar menurut Suprijono (2012:

5), adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Anni, dkk. (2007: 5), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung oleh apa yang dipelajari oleh pembelajar.

----------------------------------------------------- 3 -----------------------------------------------------

Page 4: Jurnal 8 - Sukarman

Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2009: 250-1), mengemukakan bahwa Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Sejalan dengan pendapat tersebut Bloom dalam Sudjana (2010: 22-3) membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi; (2) ranah afektif, berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; dan (3) ranah psikomotoris, berkaitan dengan hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak.

Dari ketiga ranah yang menjadi objek belajar tersebut, ranah kognitif merupakan ranah yang paling sering dinilai guru berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Sementara itu, Gagne dalam Suprijono (2012: 5-6), menyebutkan bahwa hasil belajar berupa : (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) keterampilan motorik; (5) dan sikap.

Berdasarkan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kompetensi-kompetensi yang diperoleh siswa dengan kriteria tertentu dari pengalaman belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal, faktor lingkungan, dan faktor instrumental.

Materi Globalisasi di PKn SDDarmadi (2010:34), menyatakan

bahwa pendidikan kewarganegaraan berupaya untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, bertanggung jawab dan mampu mengamalkan Pancasila dan UUD 1945. PKn merupakan pendidikan untuk mempersiapkan siswa dalam menjalankan perannya sebagai individu dan masyarakat berdasarkan nilai-nilai pancasila yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi warga

negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya. PKn adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang mempelajari sikap dan perilaku sehingga yang bersangkutan memiliki pengetahuan, sikap, dan berjiwa demokrasi yang menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa.

Lebih lanjut Ruminiati (2007: 1-30) menyatakan, bahwa PKn SD adalah mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya bangsa seperti yang terdapat pada kurikulum PKn SD. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran dituangkan pada setiap kompetensi yang tercantum dalam kurikulum yang salah satunya dalam materi PKn di kelas IV ini adalah Globalisasi.

Globalisasi berasal dari kata global. Global dari kata globe yang artinya dunia atau bola dunia. Globalisasi menunjuk pada proses, yaitu proses menuju lingkup dunia. Globalisasi artinya proses mendunia. Adanya globalisasi disebabkan oleh kemajuan sarana transportasi, kemajuan sarana komunikasi dan informasi (Winarno dan Kusumawati, 2009: 60).

Globalisasi telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil pikiran, perasaan, dan akal budi manusia yang diwujudkan dalam suatu karya. Kebudayaan merupakan kepribadian suatu bangsa. Beberapa contoh budaya bangsa adalah lagu daerah, tarian daerah, alat musik daerah, seni pertunjukan, dan berbagai budaya khas lainnya.

Kebudayaan Indonesia harus dapat terus bertahan di era globalisasi. Kita harus kelestarikannya. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara menampilkan kebudayaan Indonesia di dalam negeri dan juga memperkenalkannya ke luar negeri. Salah satu cara memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke negara lain yaitu mengadakan misi kebudayaan internasional. Tujuan dilakukannya misi kebudayaan internasional yaitu untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke mancanegara, sehingga diharapkan dapat menarik wisatawan ke Indonesia. Pada akhirnya, hal ini akan

----------------------------------------------------- 4 -----------------------------------------------------

Page 5: Jurnal 8 - Sukarman

menambah devisa negara yang merupakan keuntungan bagi bangsa Indonesia.

Selain memiliki nilai lebih, globalisasi juga berdampak buruk terhadap gaya hidup masyarakat termasuk siswa SD. Oleh karenanya jika pemahaman siswa pada materi ini tidak sesuai harapan ditakutkan akan menimbulkan permasalahan yang lebih rumit lagi dalam kehidupan nantinya. Dan berdasarkan karakteristik materi ini pemilihan tindakan kelas dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD sangatlah tepat, karena konsep metode ini mampu menjangkau seluruh aspek pembelajaran PKn.

Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2). Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Selain itu Setyaningsih (2001: 8) juga mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktifitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran.

Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alernatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri. Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4).

Pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan kerjasama lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya yang ada di sekitar tempat tinggal siswa. Sedangkan faktor instrumental terdiri dari kurikulum, program, sarana dan prasarana serta guru. Faktor lingkungan dan instrumental tersebut akan dirancang dan dimanipulasikan guna menunjang tercapainya keluaran atau hasil belajar yang dikehendaki.

Nur dalam Isjoni (2012:27), menyatakan bahwa model pembelajaran yang mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Di pihak lain Lie (2010:9), menyatakan bahwa nilai-nilai gotong royong dalam budaya Indonesia sangat memungkinkan digunakannya metode pembelajaran cooperative learning dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dirancang guru untuk membentuk situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa mendalami materi pelajaran melalui kelompok secara aktif. Penerapan kelompok kecil sangat efektif diterapkan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri masing-masing siswa. Potensi siswa dapat dikembangkan melalui pengalaman langsung dalam kegiatan berkelompok sehingga memungkinkan siswa berpartisipasi secara aktif. Interaksi yang terjadi dalam kelompok akan membuat siswa merasa bahwa teman kelompok menginginkan mereka melakukan yang terbaik dari diri mereka.

STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD merupakan model pembe-lajaran koopertif yang menekankan pada kemampuan dan aktivitas siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Trianto (2007: 52), menyatakan bahwa “pembelajaran koopertif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen”.

Pembagian kelompok dalam pembe-lajaran kooperatif tipe STAD akan memotivasi

----------------------------------------------------- 5 -----------------------------------------------------

Page 6: Jurnal 8 - Sukarman

siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan dan pengetahuan yang diajarkan oleh guru. Meskipun kegiatan dilakukan secara kelompok, masing-masing anggota harus dapat menguasai dan berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Jadi, setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan, masing-masing anggota setidaknya memiliki pegetahuan dan konsep yang sama terhadap permasalahan yang diberikan oleh guru. Pengetahuan dan konsep tersebut selanjutnya menjadi bekal bagi siswa untuk mengerjakan tes individu yang diker-jakan tanpa bantuan siswa lain termasuk anggota satu kelompok.

Slavin (2005: 143-6), menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 5 komponen utama, yaitu : (1) presentasi kelas; (2) tim; (3) skor kema-juan individual; (4) kuis; dan (5) rekognisi tim.

Kerangka BerpikirPembelajaran PKn lebih berpusat

pada guru, sementara aktivitas siswa lebih banyak duduk, mendengarkan, serta menye-lesaikan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan guru. Akibatnya, banyak terdapat siswa yang kurang memahami materi pelajaran dan hasil belajar menjadi rendah. Oleh karena itu, guru berpikir perlu melakukan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan kajian pustaka, model pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi alternatif pemecahan masalah yang ada. Karena metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lainnya dalam menemukan informasi-informasi baru. Dan guru berperan dalam membimbing dan membantu dalam menemukan ide atau konsep tersebut, sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa lain.

Dengan pemikiran ini diduga dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015

Hipotesis TindakanBerdasarkan pada permasalahan dan

setelah mempelajari teori serta mengkaji dari beberapa pustaka, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

"Jika proses pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pada semes-ter genap tahun pelajaran 2014/2015, menggunakan metode Pembelajaran Koope-ratif Model STAD (Student Teams Achieve-ment Division), maka dimungkinkan aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelumnya".

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SD

Negeri 3 Purwodadi yang beralamat di Jl.Siswomiharjo No. 6 Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015, yang dimulai dari pengajuan ijin penelitian sampai dengan penyusunan laporan Penelitian.

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi Kabupaten Grobogan yang berjumlah 58 siswa, terdiri dari 31 laki-laki dan 27 perempuan dengan tingkat kemampuan belajar yang berbeda.

Instrumen penelitian bersumber dari: a) Nilai hasil belajar dari instrumen tes yang didapatkan dari evaluasi pembelajaran di setiap akhir siklus; b) Aktivitas siswa dan guru, dari instrumen rubrik/lembar penga-matan aktivitas siswa dan guru yang dida-patkan saat pembelajaran berlangsung.

Data hasil belajar siswa atau nilai ulangan dianalisis secara deskriptif statistic kualitatif dengan teknik persentase berda-sarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Sesuai perhitungan KKM yang mempertim-bangkan intake, daya dukung dan kompleksitas, dalam penelitian ini, siswa dikatakan tuntas secara individual apabila skornya mencapai 73 (sesuai penetapan KKM SD Negeri 3 Purwodadi). Sedangkan secara klasikal, ketuntasan kelas dicapai / penelitian dianggap berhasil apabila dalam satu kelas siswa yang mencapai nilai tuntas secara individu mencapai 85% dari keseluruhan siswa. Dan untuk menilai aktivitas guru digunakan teknik penskoran berdasarkan indicator pengamatan yang sudah disiapkan peneliti untuk dijelaskan secara kualitatif. Adapun untuk memberikan penjelasan atau penilaian atas hasil pengamatan guru diguna-kan tabel rentang berikut.

----------------------------------------------------- 6 -----------------------------------------------------

Page 7: Jurnal 8 - Sukarman

Tabel 1. Skor Penilaian Kemampuan Guru No Skor Nilai Kriteria Penilaian

1 3,50 < x ≤ 4,00 Sangat Baik

2 2,50 < x ≤ 3,49 Baik

3 1,50 < x ≤ 2,49 Cukup Baik

4 1,00 < x ≤ 1,49 Kurang Baik

Kemudian nilai aktivitas belajar siswa yang diamati difokuskan pada kriteria berikut: (1) keantusiasan siswa mengikuti pembe-lajaran; (2) keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru; (3) keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya; (4) kemampuan siswa bekerja sama dalam kelompok; (5) dan keberanian siswa dalam mengemukakan tanggapan atau pendapat.

Setiap kriteria yang diamati memiliki skor maksimal 4. Apabila masing-masing kriteria memperoleh skor 4, skor maksimal keseluruhan berjumlah 20. Menurut Yonny (2010: 175-6), nilai keaktifan belajar masing-masing siswa siswa dihitung dengan rumus:

Aktivitas Siswa =

Skor Keseluruhan yangdiperolehSkor Maksimal X JumlahSIswa

x 100

Menurut Yonny, (2010: 175-6), hasil perolehan nilai aktivitas belajar siswa dianalisis dengan pedoman seperti tabel berikut.

Tabel 2. Kualifikasi Persentase Keaktifan SiswaPersentase Kriteria

75%-100% Sangat Tinggi

50%-74,99% Tinggi

25%-49,99% Sedang

0%-24,99% Rendah

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang direncanakan dalam 2 siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 2 kegiatan tatap muka, dimana pada pertemuan pertama digunakan untuk kegiatan proses pembelajaran, sedangkan pertemuan kedua digunakan untuk pembelajaran dan evaluasi / penilaian. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penga-matan/ observasi, dan refleksi.

Disetiap siklus tindakan, guru mela-kukan prosedur tindakan/tahapan sebagai berikut: (1) guru menyiapkan rencana pembelajaran; (2) guru menyiapkan alat

peraga, media, dan lembar kegiatan siswa yang akan digunakan; (3) guru mengkondisikan siswa duduk dengan rapi; (4) guru mengucapkan salam dan membimbing siswa untuk berdo’a; (5) guru melakukan presensi siswa sebelum pelajaran dimulai; (6) guru membimbing siswa mempersiapkan alat tulis dan menulis tanggal pembelajaran; (7) guru menyampaikan apersepsi untuk membimbing persepsi dan pegetahuan siswa ke arah materi pelajaran; (8) guru menyajikan materi globalisasi; (9) guru membagi siswa menjadi tiga kelompok heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa; (10) guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok dengan soal yang sama; (11) guru membimbing diskusi kelompok; (12) masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas; (13) guru memberikan evaluasi kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan secara individu; (14) guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan nilai rata-rata peningkatan setiap kelompok dengan memberikan predikat tim baik, hebat, dan super; (15) pada akhir siklus I, siswa mengerjakan tes.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN-NYA

Deskripsi Hasil Penelitian Kondisi Awal (Prasiklus)

Pembelajaran prasiklus dilaksanakan pada Rabu, 11 Februari 2015 untuk pertemuan pertama dan Rabu, 18 Februari 2015 untuk pertemuan kedua. Peneliti melakukan perencanaan seperti, menyusun RPP, lembar kerja dan instrumen / indikator penilaian baik untuk tes kemampuan siswa maupun observasi pembelajaran yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan prasiklus berjalan seperti pada kegiatan pembelajaran biasanya. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi materi globa-lisasi sesuai urutan langkah pembelajaran menurut RPP. Dan 1 jam pelajaran terakhir pada pertemuan kedua guru melakukan tes dengan lembar soal yang sudah disiapkan.

Pengamatan di kondisi awal (prasiklus) ini menunjukkan aktivitas siswa masih belum optimal. Hal ini terlihat dari

----------------------------------------------------- 7 -----------------------------------------------------

Page 8: Jurnal 8 - Sukarman

olahdata hasil pengamatan aktivitas siswa sebesar 63,36% yang menurut indikator dalam penilaian sedang. Dan pengamatan pada aktivitas guru memperlihatkan skor 2,55 dengan kriteria Baik.

Analisis data hasil belajar siswa, memperlihatkan kemampuan belajar siswa bervariasi/berbeda-beda seperti yang diperlihatkan grafik berikut.

94 - 100

87 - 93 80 - 86 73 - 79 66 - 72 59 - 65 52 - 58 49 - 51 <4902468

101214161820

02

19

14

9 10

0

4

0

Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Prasiklus

Banyak Siswa

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Prasiklus

Selain itu, hasil olah data nilai pada kondisi awal (prasiklus) berdasarkan kriteria ketuntasan adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Rekapitulsasi Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal / Pra Siklus.

Nilai KKM

KriteriaFre-

kuensiProsentase

> 73 Tuntas 35 60,34%

< 73Tidak Tuntas

23 39,66%

Jumlah 58 100%

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan: 1) Secara individu, dari 58 siswa yang ada di kelas IV, sebanyak 35 siswa telah mampu mencapai KKM, sedangkan sisanya yaitu 23 orang atau sebanyak 39,66% dari seluruh peserta didik yang ada dalam kelas belum mampu mencapai KKM yang diten-tukan sebesar 73; 2) Secara klasikal, ketun-tasan kelas yang ditetapkan sebelumnya sebesar 85% belum terpenuhi, yaitu baru mencapai 60,34%.

Analisis nilai juga memberikan informasi bahwa peserta didik mencapai nilai tertinggi di skor nilai 90, sedangkan nilai terendah pada skor 50, dan rerata nilai

sebesar 72,93. Sedangkan nilai modus (frekuensi terbanyak yang diperoleh siswa) di skor nilai 75.

Siklus I Pelaksanaan tindakan kelas atau

pembelajaran siklus I dilaksanakan pada Rabu, 25 Februari 2015 untuk pertemuan pertama dan Rabu, 4 Maret 2015 untuk pertemuan kedua yang digunakan untuk pembelajaran dan penilaian. Berdasarkan hasil refleksi pada prasiklus guru sekaligus peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran dengan memberikan tindakan model kooperatif tipe STAD. Dengan mengacu pada prosedur pelaksanaan tindakan sesuai metode penelitian dimuka, guru melaksanakan perbaikan pembelajaran.

Dari pengamatan, proses pembela-jaran siklus I ini terlihat lebih baik dari pada prasiklus. Terlihat beberapa siswa mulai berani bertanya, namun siswa masih canggung dalam berdiskusi kelompok dan beberapa masih pasif, diskusi dan penyelesaian tugas kelompok didominasi oleh siswa yang pintar, dan beberapa sudah mulai berani mempresentasikan hasil didepan kelas meskipun masih terlihat kurang percaya diri.

Analisis data pengamatan aktifitas siswa pada siklus I mendapat skor 74,05% yang menurut indikator masuk dalam kriteria tinggi, sementara aktivitas guru mendapat skor 3,45 dengan predikat baik. Pembelajaran yang lebih baik ini berdampak pada hasil belajar siswa. Analisis data memberi informasi bahwa siklus I lebih baik dari kondisi sebe-lumnya. Dilihat dari distribusi frekuensi tergambarkan adanya peningkatan sebaran perolehan nilai siswa di rentang kelas atas, seperti yang digambarkan pada grafik berikut.

94 - 100

87 - 93

80 - 86

73 - 79

66 - 72

59 - 65

52 - 58

49 - 51

< 4905

101520253035

16

29

10 11

1 0 0 0

Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I

Banyak SiswaRentang Nilai

Frekuensi

Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I

----------------------------------------------------- 8 -----------------------------------------------------

Page 9: Jurnal 8 - Sukarman

Kenaikan hasil belajar pada siklus I berdasarkan kriteria ketuntasan disajikan dalam tabel 4. berikut.

Tabel 4. Rekapitulsasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I.

Nilai KKM

Kriteria Frekuensi Prosentase

> 73 Tuntas46 79,31%

< 73 Tidak Tuntas 12 20,69%

Jumlah 58 100%

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Sesuai tabel dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Secara individu, sebanyak 46 peserta didik atau 79,31% telah mampu mencapai KKM, sedangkan sisanya yaitu 12 peserta didik atau sebanyak 20,69% dari seluruh peserta didik yang ada di kelas belum mampu mencapai KKM yang ditentukan sebesar 73; 2) Dan secara klasikal, ketuntasan kelas yang ditetapkan sebelumnya sebesar 85% belum terpenuhi, yaitu baru mencapai 79,31%.

Selanjutnya analisis juga memberi informasi, bahwa di siklus I peserta didik berhasil mencapai nilai tertinggi pada skor nilai 100, sedangkan nilai terendah di skor 60, dan rerata nilai sebesar 79,14. Sedangkan nilai modus adalah skor nilai 80.

Dari kegiatan refleksi siklus I, guru selaku peneliti memperoleh simpulan bahwa, meskipun sudah ada peningkatan baik proses pembelajaran maupun hasil belajar, namun secara klasikal hasil belajar masih dibawah kriteria keberhasilan penelitian, maka guna memperbaiki pelaksanakan pembelajaran terutama agar hasil belajar siswa dapat meningkat dan mencapai indikator ketuntasan yang ditentukan maka pembelajaran perlu dilanjutkan pada siklus II.

Siklus II Tindakan kelas pada Siklus II

dilaksanakan pada Rabu, 11 Maret 2015 untuk pertemuan pertama dan Rabu, 18 Maret 2015 untuk pertemuan kedua. Seperti pada siklus I, di siklus II ini peneliti melakukan aktivitas sesuai prosedur penelitian yang sama, seperti perencanaan dengan menyiap-kan RPP, lembar kerja/soal, instrumen pengamatan, media/alat hingga pelaksanaan.

Pelaksanaan tindakan kelas di siklus II ini tidak beda dengan siklus I, akan tetapi sesuai refleksi pada siklus I, pelaksanaan pembelajaran di siklus II ini lebih menekankan pada keaktifan siswa. Dari pengamatan terlihat siswa mulai mendominasi kegiatan dengan tanyajawab, bekerja secara kelompok dan secara umum sudah berani memaparkan hasil pekerjaan di depan kelas.

Analisis data hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus II mendapat skor 83,53% yang menurut indikator masuk dalam kriteria sangat tinggi, dan aktivitas guru mendapat skor 3,91 dengan predikat sangat baik. Analisis data hasil belajar menginformasikan sebaran frekuensi hasil belajar yang cukup bervariasi. Ini menandakan bahwa kemampuan siswa masih heterogen, dan tentunya hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk memudahkan dalam membedakan hasil belajar peserta didik di siklus II ini dapat diamati gambar grafik berikut.

94 - 100

87 - 93

80 - 86

73 - 79

66 - 72

59 - 65

52 - 58

49 - 51

< 490

5

10

15

20

25

30

17

12

25

13

0 0 0 0

Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus II

Bany...

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siklus II

Dan berdasarkan kriteria ketuntasan (KKM) disajikan dalam tabel 4.6. berikut.

Tabel 5. Rekapitulsasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II.

Nilai KKM

Kriteria Frekuensi Prosentase

> 73 Tuntas55 94,83%

< 73 Tidak Tuntas 3 5,17%

Jumlah 58 100 %

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Sesuai tabel dapat dijelaskan, seba-gai berikut : 1) Secara individu, seba-nyak 55 peserta didik atau 94,83% dari jumlah peserta didik telah mampu mencapai KKM,

----------------------------------------------------- 9 -----------------------------------------------------

Page 10: Jurnal 8 - Sukarman

sedangkan yang tidak berhasil mencapai KKM adalah sisanya yaitu 3 peserta didik atau 5,17% berdasarkan KKM yang ditentukan sebesar 73; 2) Secara klasikal, ketuntasan kelas yang ditetapkan sebelumnya sebesar 85% telah terpenuhi, yaitu dengan perolehan sebesar 94,83%.

Analisis data juga menjelaskan, siswa berhasil mencapai nilai tertinggi dengan skor nilai 100, sedangkan nilai terendah di skor 70 dengan nilai rata-rata sebesar 87,76. Dan nilai modus (frekuensi terbanyak) atau kebanya-kan peserta didik memperoleh skor nilai 80 seperti yang dapat dilihat secara lengkap pada daftar nilai penelitian siklus II.

Refleksi pada siklus II, guru selaku peneliti memperoleh informasi bahwa secara umum kegiatan pembelajaran sudah lebih baik dan kriteria ketuntasan individu maupun klasikal telah terpenuhi dengan rerata hasil belajar yang lebih baik. Hal ini disebabkan siswa sudah bisa beradaptasi dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD dengan baik. Perhatian dan bimbingan guru pada tiap kelompok membuat siswa cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dan dikarenakan aktivitas belajar dan hasil belajar telah meningkat, baik siklus I maupun siklus II dan sesuai kriteria keberhasilan telah terpenuhi, maka diputuskan untuk mengakhiri siklus penelitian.

Pembahasan Hasil PenelitianSebagaimana telah diuraikan dalam

deskripsi data dimuka, bahwa dari siklus ke siklus pembelajaran mengalami perbaikan yang dibuktikan dari hasil olahdata baik skor aktivitas siswa, skor aktivitas guru maupun hasil belajar / nilai tes mengalami kenaikan.

Tabel 6. Perbandingan Skor Aktivitas Siswa dan Guru Per Siklus

KeteranganPra-

siklusSiklus

ISiklus

II

Aktivitas Siswa

Skor 63,36% 74,05% 83,53%

Kriteria Penilaian

Sedang Tinggisangat Tinggi

Aktivitas Guru

Skor 2,22 3,45 3,91

Kriteria Penilaian

Baik BaikSangat

Baik

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Berdasarkan tabel, peningkatan akti-vitas siswa yang meliputi aspek : a) Keantu-siasan siswa mengikuti pembelajaran, b) keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru, c) Keberanian siswa dalam mempre-sentasikan hasil diskusinya, d) Kemampuan siswa bekerja sama dalam kelompok, dan e) Keberanian siswa dalam mengemukakan tanggapan atau pendapat, yaitu dari prasiklus yang dinilai sedang meningkat sebesar 10,69% di siklus I dengan kategori penilaian Tinggi, kemudian meningkat kembali sebesar 20,17% di Siklus II dengan kategori penilaian Sangat Tinggi.

Sedangkan peningkatkan aktivitas guru pun mengalami perbaikan, dari prasiklus yang dinilai dengan skor 2,22 menjadi 3,45 di siklus II dan menjadi 3,91 di siklus II dengan kriteria Sangat Baik dalam hal persiapan, penguasaan materi, penggunaan media, bimbingan, memotivasi siswa, dan pengelolaan waktu pembelajaran.

Peningkatan aktivitas siswa ini berdampak pada perolehan hasil belajar siswa yang mengalami kenaikan seperti yang diperlihatkan tabel berikut.

Tabel 7. Perbandingan Pencapaian KKM per Siklus

NilaiKri-teria

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Fre

kuen

si

Pro

sen

tase

Fre

kuen

si

Pro

sen

tase

Fre

kuen

si

Pro

sen

tase

> 73 Tuntas 3560,34

%46

79,31%

5594,83

%

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Dan jika data hasil belajar ini ditandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 73, maka secara klasikal prosentase ketuntasan individu dari kondisi awal ke siklus I meningkat sebesar 18,97%, selanjutnya ketuntasan individu dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 15,52%. Selain itu untuk mengukur keberhasilaan penelitian, data ditandingkan kembali dengan penetapan ketuntasan kelas yang sejak awal telah ditetapkan sebesar 85%. Hasil tandingan tersebut menghasilkan penilaian belum tuntas

---------------------------------------------------- 10 ----------------------------------------------------

Page 11: Jurnal 8 - Sukarman

pada kondisi awal (prasiklus) yaitu pencapaian ketuntasan kelas hanya sebesar 60,34%. Dan setelah adanya tindakan pada siklus I, pencapaian ketuntasan kelas sebesar 79,31% yang juga dinilai belum tuntas, dan setelah perbaikan tindakan di siklus II, pencapaian ketuntasan kelas dinilai sudah tuntas dengan nilai prosentase yang mencapai 94,83%.

Untuk memudahkan pemahaman peningkatan ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik berikut.

Tuntas

60.34%79.31%

94.83%

Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Gambar 5. Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Materi globalisasi

Berdasarkan analisis data hasil belajar, jika dibandingkan kondisi awal (prasiklus), ada peningkatan rerata nilai sebesar 6,21% setelah diterapkan tindakan pada siklus I, hasil belajar di siklus II menunjukkan adanya peningkatan rerata nilai kembali sebesar 14,83% dibandingkan pada kondisi awal (prasiklus), kemudian jika dibandingkan dengan hasil di siklus I, hasil pada siklus II memperlihatkan adanya peningkatan rerata nilai sebesar 8,62%. Untuk melihat perbandingan ini dapat diamati tabel 8 berikut.

Tabel 8. Perbandingan Rekapitulasi Data Statistika Hasil Belajar Per Siklus

Keterangan Pemusatan Data

Pra-siklu

s

Siklus I

Siklus II

Nilai Tertinggi 90 100 100

Nilai Terendah 50 60 70

Nilai Rata-rata 72,93 79,14 87,76

Nilai Modus 75 80 80

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Tabel menunjukkan bahwa hasil belajar terus meningkat, dengan demikian penerapan metode Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi globalisasi bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pada semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015 yang membuk-tikan hipotesis dapat diterima.

PENUTUP

SimpulanBerdasarkan pembahasan dimuka dapat

disimpulkan bahwa: 1) Ada peningkatan aktifitas belajar siswa dan hasil belajar PKn materi globalisasi setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Purwodadi pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015; 2) Peningkatan aktivitas belajar siswa ini yaitu sebesar 10,69% dari prasiklus ke siklus I, dan meningkat 20,17% di siklus II jika dilihat dari prasiklus. Dan ketuntasan hasil belajar materi globalisasi dari prasiklus ke siklus I meningkat sebesar 18,97%, kemudian di siklus II meningkat kembali sebesar 34,48% dari nilai di kondisi awal.

SaranSaran peneliti adalah sebagai berikut : 1)

Bagi Siswa, agar selalu aktif melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan petunjuk guru dengan penuh perhatian, aktif dalam kegiatan tanya jawab dan jangan malu bertanya ketika menemui kesulitan; 2) Bagi Guru, metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat dijadikan alternatif perbaikan pembelajaran di sekolah. Dan guru sebaiknya membimbing siswa secara mandiri yang sesuai dengan karakter dan latar belakannya; 3) Bagi sekolah, berikan kesempatan dan motivasi, bagi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran disekolah, dan akan lebih baik di sekolah dilengkapi sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan aktivitas siswa seperti proyektor, laptop, cd pembelajaran, dll.

---------------------------------------------------- 11 ----------------------------------------------------

Page 12: Jurnal 8 - Sukarman

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNESPRESS.

Darmadi, Hamid. 2010. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:Alfabeta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: PT. Rinka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lie, Anita. 2010. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: Rosdakarya.

Suprijono, A. 2012. Pembelajaran kooperatif: Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrukvistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. 2007. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Winarno dan Mike Kusumawati. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan 4 untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Winataputra, Udin S. 2009. Pembelajaran PKn di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yonny, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.

---------------------------------------------------- 12 ----------------------------------------------------