jurnal
-
Upload
kristi-herdiyanti -
Category
Documents
-
view
176 -
download
0
description
Transcript of jurnal
1
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK-
TALK-WRITE BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMK REKAYASA PERANGKAT
LUNAK
Kristi Herdiyanti
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA UPI [email protected]
Drs. Heri Sutarno, M.T
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA UPI [email protected]
Drs. Eka Fitrajaya, M.T
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA UPI [email protected]
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan rerata kemampuan analisis siswa,
efektivitas metode, respon siswa dan bagaimana
pengembangan multimedia sebagai alat bantu dalam
pembelajaran menggunakan metode Think-Talk-
Write (TTW) berbasis multimedia pada mata
pelajaran kompetensi kejuruan di SMK Rekayasa
Perangkat Lunak. Objek yang diteliti dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X RPL 1 dan X RPL 3 SMK
Negeri 11 Bandung. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode Pre-Experimental Design
dengan design One-Shot Case Study. Berdasarkan
hasil dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang menggunakan metode Think-
Talk-Write berbasis multimedia tidak efektif terhadap
kemampuan analisis siswa baik pada kelompok atas,
sedang maupun bawah. Hal ini dapat dilihat dari
persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan.
Kelompok atas memperoleh persentase sebesar
33%, kelompok tengah memperoleh presentase
sebesar 23%, dan kelompok bawah memperoleh
presentase sebesar 22%. Dalam penelitian ini, pada
umumnya siswa memberi respon cukup positif pada
penerapan metode Think-Talk-Write (TTW) berbasis
multimedia.Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang
diberikan kepada siswa pada tahap akhir dari
penelitian.
Kata Kunci : Metode Think-Talk-Write, Multimedia, kemampuan analisis.
I. PENDAHULUAN
Pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan khususnya di sekolah. Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan konsep belajar. Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. [1]
Berbeda halnya dengan yang terjadi di lapangan, “The teaching style in Asian countries is more teachers centred, where the teachers or lecturers would give all or most of the information to the students. This makes the learning easier for students because they don’t need to look for more knowledge themselves. This style of teaching also enables the teachers to cover a wider scope of knowledge in the allocated teaching time. Students involved in this interview regard this style of learning as spoon-feeding” [2]
[3] Pola pembelajaran konvensional, kegiatan proses belajar mengajar lebih sering diarahkan pada aliran informasi dari guru dan kemudian harus menghafalkan, sehingga siswa pasif dalam pembelajaran. Selaras dengan pernyataan di atas, kecenderungan pola pembelajaran saat ini masih bersifat transmisif pengajar mentransfer konsep-konsep secara langsung kepada siswa. Siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru
2
atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada siswa. [4]
Pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif ini tentunya memiliki dampak yang kurang baik apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif. “The active teaching approach may have a greater positive influence on student learning than the passive teachingapproach in some contexts.” [5]
[6] Siswa memiliki kedudukan dalam kelompok atau kelasnya. Kedudukan tersebut diperoleh berdasarkan hasil atau prestasi belajar siswa yang beragam. Prestasi belajar siswa diasumsikan tergambar dalam sebuah kurva normal. Sebagian besar dari anak-anak di kelas itu akan terletak di tengah-tengah daerah kurva, yaitu di daerah “sedang”. Sebagian kecil terletak di daerah “atas” dan sebagian lain akan terletak di daerah “bawah”. Perbedaan hasil belajar setiap siswa tersebut dapat disebabkan oleh komponen pembelajaran yang menyertainya seperti tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, guru atau faktor kondisi peserta didik sendiri. Komponen tersebut saling terkait sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. [7]
Pembelajaran juga erat hubungannya dengan lembaga pendidikan baik formal (sekolah) maupun non formal. Setiap bentuk sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana pembelajaran yang baik diharapkan dapat menyesuaikan dengan karakter setiap bentuk sekolah tersebut. Misalnya, sekolah menengah kejuruan (SMK) yang memiliki jurusan yang lebih bervariasi dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas dan pilihan jurusan itu nantinya akan berhubungan dengan jenis pekerjaan. Pendidikan kejuruan ini diharapkan mendorong terjadinya penyesuaian dan perubahan terhadap kemajuan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan tidak hanya harus adaptif tetapi juga harus antisipatif terhadap perubahan sehingga lulusannya mampu menyesuaikan dengan kemajuan dengan memiliki pengetahuan dan kemampuan berfikir tinggi seperti kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi [8]
Lulusan SMK yang merupakan sebuah lembaga yang mempersiapkan lulusan siap kerja seperti yang telah dipaparkan sebelumnya ternyata
memiliki angka pengangguran tertinggi. Berdasarkan Badan Pusat Statitik bahwa : “Pengangguran terbuka didominasi lulusan SMK sebesar 17,26%, SMA 14,31%, Perguruan Tinggi 12,59%, diploma 11,21%, lulusan SMP 9,39% dan lulusan SD 4,57% dari jumlah penganggur.” Selain itu, lulusan SMK yang terserap di lapangan kerja pun tidak semuanya bekerja sesuai dengan jurusan yang ditekuni semasa sekolah. Salah satu penyebab dari permasalahan di atas adalah kompetensi lulusan SMK yang belum relevan dengan kebutuhan dunia kerja atau dunia industri [9]
Guru sekolah kejuruan pun perlu menciptakan lingkungan belajar yang mampu mengembangkan keterampilan berfikir yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang ada di dunia kerja. Metode konvesional yang diberikan oleh guru tidak akan mampu membentuk siswa yang memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi. Perlu diupayakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan mengembangkan kemampuan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi dengan pembelajaran berbasis pemecahan masalah. [10]
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti mencoba untuk menemukan sebuah metode yang dapat membantu siswa SMK dalam mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dengan pembelajaran berbasis pemecahan masalah dengan tetap mempertimbangkan kedudukan siswa dalam kelasnya. Metode pembelajaran yang peneliti dapatkan adalah metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode ini dimulai dari pemberian situasi masalah yang harus diselesaikan dengan tahap Think yaitu siswa membaca dan mempelajari masalah tersebut serta membuat catatan dari hasil bacaannya. Tahap selanjutnya yaitu Talk , siswa berdiskusi dengan teman untuk membahas permasalahan. Tahap terakhir yaitu Write, siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi berupa catatatan kelompok. [11]
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari metode ini kepada siswa SMK, salah satu diantaranya penelitian “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Kooperatif Think-Talk-Write (TTW) dengan Metode Konvensional dalam Mata Diklat Jaringan Komputer bagi Siswa SMK”. Hasil dari penelitian tersebut adalah metode
3
pembelajaran Think-Talk-Write lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional. [12]
Selain metode pembelajaran yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa, media pembelajaran juga berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa. Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa. [13]
Media pembelajaran yang sedang berkembang saat ini adalah penggunaan multimedia dalam pembelajaran. Computer Technology Research (Munir, 2012:6) menyatakan bahwa orang hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus. Multimedia dapat menyajikan informasi yang dapat dilihat, didengar dan dilakukan, sehingga multimedia sangatlah efektif untuk menjadi alat yang lengkap dalam proses pengajaran dan pembelajaran [14]
Penggunaan multimedia juga dapat mendorong siswa untuk aktif . “The evolution of multimedia has made it very possible for learners to become involved in their work. With multimedia technologies, they can create multimedia applications as part of their project requirements. This would make them active participants in their own learning process, instead of just being passive learners of the educational content.” [15]
Beberapa penelitian sebelumnya juga memberikan hasil yang positif terhadap penggunaan multimedia dalam pembelajaran. Salah satunya penelitian mengenai pengaruh pembelajaran berbasis multimedia terhadap hasil belajar fisika yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis multimedia berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar fisika. [16]
II. METODE
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan bentuk “Pre-Experimental Design”.
Desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh dikarenakan masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel independen. [17]
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah One Shot Case Study. Jenis ini dimaksudkan
untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai
ilmiah suatu desain penelitian. Suatu kelompok diberikan
perlakuan, dan selanjutnya diobsErvasi hasilnya. Model
desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1 Desain one-shot case study
Metode Kelompok Variabel Tes
Metode Think-Talk-Write (TTW)
Atas
X O Sedang
Bawah
C. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik ini dipakai karena pada pelaksanaannya, sampel akan dipilih menurut pertimbangan-pertimbangan dari guru mata pelajaran yang bersangkutan disekolah tempat penelitian dilakukan. Jumlah kelas yang akan digunakan adalah sebanyak dua kelas. Dalam pemilihan kelas sebagai sampel penelitian,, pertimbangan yang digunakan adalah karakteristik siswa dan jumlah siswa dimasing-masing kelas. Berdasarkan rekomendasi dari guru sekolah tempat penelitian dilakukan, maka didapatkan kelas X RPL 3 dan X RPL 1 sebagai sampel dalam penelitian ini.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari tahapan persiapan penelitian, tahap pra tindakan, tahap tindakan, tahapan pelaksanaan penelitian, tahapan analisa data, tahapan uji hipotesis, dan tahapan penarikan kesimpulan.
4
E. Instrumen Penelitian 1. Tes objektif pilihan ganda.
Soal tes bentuk pilihan ganda digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan kemampuan analisis.
2. Angket
Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap multimedia pembelajaran.
F. Pengembangan Bahan Ajar
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Peneliti membuat tiga (3) buah RPP, yaitu RPP
yang pertama adalah RPP untuk materi array multidimensi, RRP yang kedua untuk materi prosedur dan fungsi dan RPP yang ketiga untuk materi library pemrograman grafik.
2. Soal
Peneliti membuat 20 soal Pilihan Ganda (PG) untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
G. Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Proses pengembangan multimedia terdiri dari tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi dan tahap penilaian. [18]
H. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari uji prasyarat, uji hipotesis dan analisa data angket. Uji prasyarat meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas. Uji hipotesis meliputi uji satu jalan Kruskal-Walls dan indeks gain ternormalisasi. Sedangkan analisa data angket menggunakan rumus skala likert.
III. HASIL PENELITIAN
A. Analisa Data Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas
Hasil uji validitas pada soal dapat diketahui bahwa terdapat 18 soal yang valid dan 2 soal yang tidak valid sehingga jumlah soal yang dapat digunakan adalah 18 soal. Selain 2 soal yang tidak valid, peneliti tidak menggunakan 3 soal yang memiliki nilai koefisien sangat rendah agar jumlah soal selaras dengan jumlah indikator. Soal yang
dinyatakan valid atau tidak valid dilakukan dengan melihat harga r dan interpretasikan.
2. Uji Reliabilitas
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda
Tes
r11 Koefisien
-0,246 Sangat Rendah
Dari Tabel 2, dapat diketahui bahwa instrumen ini memiliki nilai r11 -0,246 yang bila diinterprestasikan termasuk pada koefisien kriteria “sangat rendah”.
3. Uji Tingkat Kesukaran
Hasil uji tingkat kesukaran untuk soal tes dapat diketahui bahwa sebanyak 60,00% instrument terdapat pada koefisien mudah, 33,33% instrumen terdapat pada koefisien sedang dan 6,67% instrumen terdapat pada koefisien sukar.
4. Uji Daya Pembeda Hasil uji daya pembeda untuk soal tes dapat
diketahui bahwa sebanyak 46,67% instrumen terdapat pada koefisien kurang baik, 13,33% instrumen terdapat pada koefisien cukup, 13,33% instrumen terdapat pada koefisien baik dan 26,67% instrumen terdapat pada koefisien sekali.
B. Tahap Analisa Data 1. Analisa Data Kuantitatif
Sebelum melakukan uji prasyarat, peneliti membagi 1 kelompok besar yang terdiri dari dua kelas menjadi 3 kelompok kecil dengan cara menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai skor terendah. Langkah selanjutnya yaitu mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok atas dan 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya disebut kelompok bawah. Sisa sebanyak 46% dianggap kelompok sedang. Setelah dihitung, peneliti mendapatkan informasi bahwa jumlah siswa pada kelompok atas adalah 18 orang sama halnya dengan jumlah siswa pada kelompok
5
bawah. Sedangkan jumlah siswa yang termasuk pada kelompok sedang adalah 31 orang.
a. Deskripsi Umum Data
Tabel 3 Deskripsi Umum Data Skor Total
Kel. Tes
S Max Min
Atas 50,83 20,82 73 28
Sedang 48,42 13.03 73 10
Bawah 44,72 13,20 73 28
Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat diuraikan deskripsi umum data sebagai berikut :
1) Setelah siswa diberikan perlakuan diperoleh rerata untuk kelompok atas adalah 50,83, kelompok sedang adalah 48,42 dan kelompok bawah adalah 44,72. Hal ini menunjukan perbedaan rerata secara keseluruhan.
2) Setiap kelompok mendapatkan nilai terbesar yang sama yaitu 73. Hal ini menunjukan bahwa semua kelompok menerima mata pelajaran dengan metode Think-Talk-Write (TTW) berbasis multimedia dengan baik.
b. Analisis dan Uji Prasyarat 1) Uji Normalitas
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa kelompok atas dan bawah memiliki nilai χ2
hitung > χ2
tabel . Hal ini menyatakan bahwa soal untuk kelompok atas, sedang dan bawah dianggap berdistribusi tidak normal.
2) Uji Homogenitas
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas
Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan dapat diketahui χ2
hitung (1,16) < χ2tabel (5,99). Hal ini
menunjukan bahwa data tersebut adalah homogen.
C. Analisis dan Uji Hipotesis 1) Uji Varians Satu Jalan Kruskal-Walls
Data hasil tes berasal dari sampel yang berdistribusi tidak normal, maka perhitungan dilanjutkan dengan statistika non parametrik. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji varians satu jalan Kruskal-Walls.
Tabel 6 Hasil Uji Varians Satu Jalan Kruskal-Walls
Berdasarkan tabel 6 diperoleh hasil Hhitung (82,92) > Htabel (5,99). Hal ini mengindikasikan penolakan hipotesis nol (H0), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada soal tersebut terdapat perbedaan dalam penerapan metode Think-Talk-Write (TTW) berbasis multimedia terhadap kemampuan analisis siswa berdasarkan prestasi siswa kelompok atas, kelompok sedang dan kelompok bawah.
2) Analisa Data Kualitatif
Pada angket terdapat skor pengumpulan data sebesar 2696 dan skor kriterium sebesar 3600. Secara kontinu, perolehan hasil tersebut dapat dibuat kategori skala sebagai berikut
Gambar 1 Interval Kategori Perolehan Angket
6
Berdasarkan skala di atas, jumlah skor dari 36
responden adalah 2696 dari 3600 sehingga jumlah
skor berada pada posisi kurang baik menuju cukup
baik. Skor tersebut sangat mendekati posisi cukup
baik apabila dibandingkan dengan posisi kurang
baik. Presentase yang diperoleh pun mencapai
hasil 75%, hal ini menunjukkan bahwa pada
umumnya siswa merasakan dampak yang kurang
baik menuju cukup baik dalam penerapan metode
Think-Talk-Write (TTW) berbasis multimedia.
D. Pengembangan Multimedia Pembelajaran
1) Tahap Analisis
Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan
informasi mengenai model think talk write yang
akan diimplementasikan kedalam multimedia,
informasi mengenai alat-alat yang akan dipakai
dalam pengimplementasian multimedia, serta
peneliti akan menentukan pula tujuan-tujuan yang
ingin dicapai dari pembuatan multimedia ini.
Informasi yang diperlukan dalam pengembangan
multimedia ini meliputi tujuan pengajaran dan
pembelajaran, peserta didik, standar kompetensi
dan kompetensi dasar, sarana dan prasarana,
pendidik dan lingkungan. Adapun informasi yang
peneliti dapatkan untuk merancang multimedia
diantaranya :
a) Tujuan Pengajaran
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kemampuan analisis siswa
antara kelompok atas, sedang atau bawah yang
dalam pembelajarannya menggunakan metode
Think-Talk-Write berbasis multimedia. Oleh sebab
itu, tujuan pengajaran difokuskan kepada
peningkatan kemampuan analisis siwa.
b. Metode Pembelajaran
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
metode pembelajaran yang diterapkanpada
multimedia ini adalah metode Think Talk Write.
Sebuah metode yang terdiri dari tiga tahap, tahap
pertama (Think) adalah pemberian materi dan
kasus kepada siswa yang harus dikerjakan secara
individu, tahap kedua (Talk), siswa mendiskusikan
jawaban dari kasus tersebut secara berkelompok,
terakhir tahap Write siswa menuliskan hasil dari
diskusi kelompoknya.
c. Peserta Didik
Peserta didik berasal dari kelas XI SMK
Rekayasa Perangkat Lunak. Jumlah peserta didik
yang akan menjadi objek penelitian adalah 67
siswa. Peserta didik sudah terbiasa dalam
menggunakan komputer.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi : Menerapkan Algoritma
Pemrograman Tingkat Lanjut
Kompetensi Dasar : - Menjelaskan prinsip array
multidimensi
- Menggunakan array
multidimensi
- Menggunakan prosedur
dan fungsi
- Menggunakan library
pemrograman grafik
e. Sarana dan Prasarana
Sekolah yang menjadi tempat penelitian memiliki
laboratorium komputer sendiri. Lalu sebagian besar
siswa pun memiliki laptop sendiri. Selain itu, pihak
sekolah juga memiliki persediaan laptop yang cukup
banyak untuk dipinjamkan kepada siswa, sehingga
siswa dipastikan dapat menggunakan komputer
atau laptop secara individu pada saat penelitian.
b) Tahap Desain
Pada tahap ini peneliti akan merancang multimedia
mulai dari sistem, tampilan dan bahan materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam
multimedia yang dibuat.
Pada tahap analisis telah terkumpul informasi
yang diperlukan untuk membuat multimedia
diantaranya metode pembelajaran yang digunakan
adalah Think Talk Write. Oleh sebab itu, peneliti
merancang sebuah desain yang dapat memfasilitasi
implementasi dari metode tersebut seperti
disediakannya tampilan yang menarik untuk
menyajikan materi, form untuk menginputkan
7
jawaban siswa secara individu, timer otomatis untuk
membantu siswa dalam mengetahui waktu
pengerjaan kasus serta multimedia juga harus
dapat memfasilitasi terjadinya diskusi seperti
chatting.
Selain itu, kompetensi dasar yang cukup banyak
berpengaruh terhadap penyajian materi yang cukup
banyak dan jumlah pertemuan pembelajaran yang
cukup banyak pula yaitu 4 pertemuan. Tentunya
kondisi tersebut harus difasilitasi oleh sebuah
multimedia yang dapat mempermudah siswa untuk
menentukan pertemuan pembelajaran dan siswa
dapat fokus pada pertemuan yang dipilih saja.
Multimedia dirancang untuk bisa digunakan secara
langsung baik pada pertemuan 1, pertemuan 2,
pertemuan 3 ataupun pertemuan 4. Tetapi dengan
syarat materi pada pertemuan 2 hanya bisa dibuka
apabila siswa telah menyelesaikan pertemuan 1,
materi pertemuan 3 hanya bisa dibuka apabila
pertemua 2 telah selesai, begitupun seterusnya.
Peserta didik yang berasal dari seolah
menengah juga menjadi pertimbangan dalam
desain multimedia ini seperti pemilihan warna,
gambar dan lain sebagainya.
c) Tahap Pengembangan
Setelah kebutuhan untuk multimedia dianalisis
dan desain dari multimedia ditentukan, selanjutnya
dibuat flowchart dan storyboard untuk menjadi
panduan visual dalam membuat multimedia.
Flowchart dan storyboard yang dibuat harus sesuai
dengan kebutuhan dan analisis yang telah
ditentukan sebelumnya. Storyboard dan flowchart
terlampir.
Dalam tahap ini juga akan dilakukan
pengintegrasian sistem antara satu bagian sistem
dengan sistem lainnya yang telah dikembangkan.
Pembuatan atau pengembangan multimedia ini
dibuat dengan menggunakan Adobe Flash CS3
sedangkan untuk fasilitas diskusi, peneliti tidak
menggunakan program yang sama tetapi peneliti
menggunakan program yang sudah disediakan dan
free untuk digunakan yaitu InterChat3. Walaupun
peneliti menggunakan program yang berbeda untuk
diskusi, tetapi program tersebut tetap dipanggil
menggunakan multimedia utama yang dibuat
menggunakan Adobe Flash CS3.
d) Tahap Implementasi
Pada tahap ini multimedia yang telah
dikembangkan akan diberikan kepada siswa untuk
digunakan dalam proses pembelajaran. Siswa
dapat menggunakan multimedia tersebut secara
individu. Pada awalnya siswa dapat mengikuti
setiap instruksi yang ditampilkan dalam multimedia
tersebut dan mulai mempelajari materi yang telah
disediakan. Tetapi pada saat tahap diskusi (Talk),
sebagian besar siswa menjadi kurang terkondisikan
dan mulai membicarakan hal-hal yang tidak
berhubungan dengan materi pelajaran. Multimedia
itu sendiri tidak dapat secara otomatis
menghentikan atau memberi peringatan kepada
siswa yang membicarakan hal selain materi
pelajaran. Tentunya, hal ini sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar dikarenakan tahap diskusi
memegang peranan yang sangat penting dalam
metode pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini.
e) Tahap Penilaian
Setelah siswa mencoba multimedia yang
dikembangkan, selanjutnya siswa memberi
penilaian terhadap multimedia yang dikembangkan.
Penilaian multimedia oleh siswa ini bertujuan untuk
mengetahui apakah multimedia yang dikembangkan
dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih
baik atau tidak. Adapun penilaian siswa terhadap
multimedia ini, pada umumnya memberikan respon
yang cukup baik.
IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan perbedaan peningkatan kemampuan analisis siswa antara kelompok atas, sedang atau bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia dengan materi Algoritma dan Pemrograman tingkat lanjut di SMK jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Penelitian dilakukan pada satu kelompok besar yang terdiri dari dua kelas yang sama-
8
sama mendapat pengajaran dengan menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia. Jumlah keseluruhan siswa sebanyak 67 siswa.
Penelitian dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, siswa diberikan pretest dilanjutkan dengan materi 1, pertemuan kedua diberikan materi 2, pertemuan ketiga diberikan materi 3 dan pertemuan terakhir diberikan materi 4 dilanjutkan dengan postest agar diketahui hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data penelitian ditemukan bahwa data tidak normal sehingga perhitungan dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk statistik non parametrik yaitu uji Varians Satu Jalan Kruskal-Walls. Dimana hasil uji hipotesis tersebut adalah penolakan H0 pada pretest, postest dan gain. Data yang berdistribusi tidak normal ini selain berpengaruh kepada penentuan uji hipotesis uji Varians Satu Jalan Kruskal-Walls. juga berpengaruh kepada hipotesis yang dihasilkan sehingga hipotesis yang sudah dijabarkan pada BAB I perlu dirumuskan ulang. Hal ini dikarenakan perhitungan uji hipotesis tidak lagi menggunakan rerata tetapi menggunakan rank (peringkat), sehingga kesimpulan dari penolakan H0 pada pretes menjadi “Terdapat perbedaan kemampuan analisis (peringkat) siswa antara kelompok atas, sedang atau bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia”. Penolakan H0 pada postes juga memberikan kesimpulan yang sama dengan pretest yaitu “Terdapat perbedaan kemampuan analisis (peringkat) siswa antara kelompok atas, sedang atau bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia”. Begitu pun penolakan H0 pada gain menghasilkan kesimpulan “Terdapat perbedaan selisih kemampuan analisis (peringkat) siswa antara kelompok atas, sedang atau bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia”.
Seperti yang telah dipaparkan pada BAB II bahwa syarat suatu pembelajaran dikatakan efektif adalah :
A. Sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai ≥ 60 dalam peningkatan hasil belajar
Tabel 7 Ketuntasan hasil belajar siswa
Kelompok Ketuntasan
Atas 33%
Sedang 23%
Bawah 22%
Tabel 7 menunjukkan bahwa syarat no. 1 tidak terpenuhi karena jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 kurang dari 75%, baik siswa pada kelompok atas, sedang maupun bawah.
B. Skor rerata nilai hasil angket tanggapan siswa yang positif minimal sebesar 56% dengan rentang kualitatif “cukup”.
Syarat no.2 juga tidak terpenuhi dikarenakan 75% tanggapan siswa tidak mencapai rentang kualitatif cukup baik tetapi hanya mendekati cukup baik saja dengan kekurangan 4 skor tambahan untuk mencapai rentang kualitatif cukup baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode Think-Talk-Write tidak efektif terhadap kemampuan analisis siswa baik pada kelompok atas, sedang maupun bawah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1. Pelaksanaan tahap diskusi (Talk) yang merupakan salah satu komponen yang sangat penting pada metode Think-Talk-Write tidak maksimal. Pada saat diskusi, multimedia tidak dapat membedakan konten yang didiskusikan siswa, sehingga siswa dapat mendiskusikan hal-hal di luar topik diskusi.
2. Materi yang diajarkan akan lebih mudah dipahami apabila dipraktekkan secara langsung. Sedangkan multimedia pembelajaran Think-Talk-Write hanya memfasilitasi siswa untuk menuliskan jawaban saja tetapi siswa tidak dapat mengecek jawaban tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
9
1. Terdapat perbedaan kemampuan analisis (peringkat) siswa antara kelompok atas, kelompok sedang dan kelompok bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia.
2. Pembelajaran yang menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia tidak efektif terhadap kemampuan analisis siswa baik pada kelompok atas, sedang maupun bawah
3. Pada umumnya siswa merespon positif (kurang baik menuju cukup baik) pembelajaran yang menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia.
4. Pengembangan multimedia dikembangkan dengan lima tahap yaitu tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi dan tahap penilaian
B. Saran Adapun saran yang disampaikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran menggunakan metode Think-Talk-Write berbasis multimedia tidak efektif terhadap kemampuan analisis siswa, disarankan untuk mengubah variabel yang diteliti dengan variabel lain misalnya kemampuan pemahaman.
2. Dalam penelitian ini, multimedia tidak dapat memfasilitasi tahap diskusi dengan maksimal dikarenakan siswa mempunyai kemungkinan untuk mendiskusikan topik lain pada multimedia tersebut. Selain itu, multimedia ini juga tidak memfasilitasi siswa untuk mengecek (meng-compile) jawaban secara langsung, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar multimedia dikembangkan sehingga sesuai dengan karakter metode dan materi pembelajaran.
Daftar Pustaka
[1] Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan
Pembelajaran Tim Pengembang MKDP Kurpem Jurusan Kurtekpen. Bandung.
[2] Wong. (2004). “Are the Learning Styles of Asian
International Students Culturally or Contextually Based?” International Education Journal. 4. (4). 154 – 165
[3] Purbaningtyas, Dewi A. (2012). Efektivitas Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi pada FKIP-UKSW : Tidak diterbitkan
[4] Vierwinto. (2012). Pengaruh Penggunaan Model
Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SD Negeri Gendongan 03. Skripsi pada FKIP-UKSW : Tidak diterbitkan
[5] Michel., N. et al.” Active Versus Passive Teaching
Styles: An Empirical Study Of Student Learning Outcomes” Human Resource Development Quarterly. 20, (4), 397 – 418.
[6] Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
[7] Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran Tim Pengembang MKDP Kurpem Jurusan Kurtekpen. Bandung.
[8] Pardjono & Wardaya. (2009).”Peningkatan
Kemampuan Analisis, Sintesis dan Evaluasi Melalui Pembelajaran Problem Solving”Cakrawala Pendidikan. 3, 257-269
[9] Bambang, et al. (2012). “Pemetaan Kompetensi-
Kompetensi Di Dunia Kerja Bidang Mekanik Otomotif Roda Dua” Seminar Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS. 435-441
[10] Pardjono & Wardaya. (2009).”Peningkatan
Kemampuan Analisis, Sintesis dan Evaluasi Melalui Pembelajaran Problem Solving”Cakrawala Pendidikan. 3, 257-269
[13] Nurseto. (2011). “Membuat Media Pembelajaran
Yang Menarik” Jurnal Ekonomi & Pendidikan. 8, (1), 19-35
[14] Munir, (2012). Multimedia Konsep & Aplikasi
dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta
10
[15] Neo. (2001). “Innovative Teaching : Using Multimedia in A Problem-Based Learning Environment” Educational Technology & Society.
[16] Wiendartun. et al.(2007).”Pengaruh Pembelajaran
Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar Fisika”. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.7.
[17] Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.