JURNAL

7
3. HASIL Studi dilakukan antara tahun 2007-2010, dimana sebanyak lima puluh satu kasus yang eligibel terpapar dengan BCG terkait komplikasi, empat puluh tiga diantaranya terbukti immunokompeten (Kelompok A). Perbandingan usia dan jenis kelamin yang dicocokan dengan kelompok immunokompeten, dalam hal ini tidak menerima vaksin BCG, digunakan sebagai perbandingan (Kelompok B). Delapan kasus dalam kelompok studi ini terbukti memiliki defek imun mendasar (kelompok C). Kelompok pasien (30 pasien) dengan defisiensi sel T mendasar yang menerima BCG dan tidak menunjukan komplikasi juga dievaluasi (kelompok D). Rentang usia pada studi kasus ini berkisar usia 2 bulan hingga 12 bulan dengan nilai rata-rata 2.2 bulan (Standar deviasi 1.7). Terdapat 28 bayi laki-laki dan 22 bayi perempuan dalam studi ini. Usia vaksinasi memiliki nilai median 30 hari (rentang waktu 3 hari sampai 2 bulan). Tidak ada perbedaan signifikan antara usia/ jenis kelamin/ usia vaksin antar kelompok. Pengukuran antropometri diobservasi dan diperoleh hasil lebih rendah untuk kelompok C dan D dengan nilai p secara berurutan 0.003 dan 0.005. Sebanyak 98% vaksinasi dilakukan di pelayanan kesahatan, sedangkan 2% sisanya dilakukan di klinik pribadi.

description

oke

Transcript of JURNAL

Page 1: JURNAL

3. HASIL

Studi dilakukan antara tahun 2007-2010, dimana sebanyak lima puluh satu

kasus yang eligibel terpapar dengan BCG terkait komplikasi, empat puluh tiga

diantaranya terbukti immunokompeten (Kelompok A). Perbandingan usia dan

jenis kelamin yang dicocokan dengan kelompok immunokompeten, dalam hal ini

tidak menerima vaksin BCG, digunakan sebagai perbandingan (Kelompok B).

Delapan kasus dalam kelompok studi ini terbukti memiliki defek imun mendasar

(kelompok C). Kelompok pasien (30 pasien) dengan defisiensi sel T mendasar

yang menerima BCG dan tidak menunjukan komplikasi juga dievaluasi

(kelompok D).

Rentang usia pada studi kasus ini berkisar usia 2 bulan hingga 12 bulan

dengan nilai rata-rata 2.2 bulan (Standar deviasi 1.7). Terdapat 28 bayi laki-laki

dan 22 bayi perempuan dalam studi ini. Usia vaksinasi memiliki nilai median 30

hari (rentang waktu 3 hari sampai 2 bulan). Tidak ada perbedaan signifikan antara

usia/ jenis kelamin/ usia vaksin antar kelompok. Pengukuran antropometri

diobservasi dan diperoleh hasil lebih rendah untuk kelompok C dan D dengan

nilai p secara berurutan 0.003 dan 0.005. Sebanyak 98% vaksinasi dilakukan di

pelayanan kesahatan, sedangkan 2% sisanya dilakukan di klinik pribadi.

Bekas luka vaksinasi diamati dan diperoleh hasil lebih tinggi pada

kelompok lain dibandingkan kelompok A yang diinjeksikan di daerah deltoid,

yaitu dengan nilai p 0.001. Komplikasi terkait BCG, termasuk yang terlokalisasi

(terkait lokasi injeksi) pada limfodenopati aksila ipsilateral (n = 34 dengan

rentang ukuran dari 5 mm sampai 30 mm dan rata-rata 12 mm SD 5.1), sinus

servikal terkait limfonodi (n = 9) dan lesi granulomatosis (n = 26). Karakteristik

pasien dengan komplikasi BCG dengan dan tanpa imunodefisiensi primer

mendasar dipresentasikan pada Tabel 1.

Page 2: JURNAL

Infeksi tuberkulosis ekstraparu setelah vaksinasi diamati pada semua kasus

dengan imunodefisiensi primer dan dua pasien tanpa imunodefisiensi primer yang

menunjukan limfodenopati general yang merespon baik terhadap terapi. Pasien

dengan profil defek imunitas mendasar dipresentasikan pada Tabel 2.

Page 3: JURNAL

Outcome Measure

Pada kelompok sehat, hasil yang merupakan resolusi sebanyak 97% (95%

Confidence Interval 97% ± 3%), dimana tiga persen sisanya masih memiliki

limfadenopati, tanpa ada kasus kematian yang tercatat. Untuk anak-anak dengan

imunodefisiensi primer, mortalitas dilaporkan dalam semua kasus, namun

kematian tidak dapat dikaitkan semata-mata dengan komplikasi BCG .

Rata-rata durasi sampai munculnya resolusi (sehat kembali) adalah selama 3

bulan pada komplikasi lokal.

Rasio kemungkinan memiliki imunodefisiensi primer mendasar pada BCG

akibat kasus sebanyak 0.11.

4. DISKUSI

Terdapat pertpeningkatan jumlah data anak-anak yang mengalami

komplikasi terkait vaksinasi BCG yang ditemui para dokter anak. Dalam setahun

rata-rata komplikasi vaksinasi BCG pada infant yang dilaporkan sebanyak

19.1/1000 di United Nations Relief di jalur Gaza, tetapi tidak ada data terbaru

yang diperoleh dari Mesir dan negara-negara tetangga yang mendeskripsikan

mengenai tingkat komplikasi. Tidak ada hubungan antara usia pemberian vaksin

dengan komplikasi pada kelompok yang divaksinasi sekitar minggu ketiga atau

keempat setelah kelahiran, namun studi lain melaporkan terdapat perbedaan

signifikan secara statistik apabila vaksin BCG diberikan minggu pertama setelah

kelahiran. Rata-rata interval antara vaksinasi dengan munculnya komplikasi pada

grup A (tanpa imunodefisiensi primer) adalah 3 minggu, sedangkan grup C

(dengan imunodefisiensi primer) adalah 4 minggu. Perbedaan signifikan secara

statistik tampak pada usia, di mana kasus tanpa defek yang mendasari memiliki

kejadian lebih awal yang mungkin diakibatkan oleh kesalahan dosis atau

kesalahan lokasi injeksi vaksinasi.

Pada kasus-kasus terkait, yang dibuktikan oleh tanda bekas suntikan, bahwa

suntikan diberikan pada lokasi lebih tinggi dari yang dianjurkan dalam guideline

yaitu pada daerah deltoid. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi peningkatan

komplikasi pada penyuntikan BCG adalah potensi dan dosis dari strain vaksin,

Page 4: JURNAL

rute pengiriman, umur dan kekebalan tubuh host, dan kemampuan teknis dari

praktikan yang memberikan vaksinasi.

Ukuran rata-rata lesi kulit adalah 12 mm, namun ada juga laporan mengenai

lesi yang berukuran hingga 210 mm. Pembentukan sinus pada tempat penyuntikan

berhubungan dengan drainase bedah pada lesi. Kepastian tentang dosis vaksin,

strain, dan tektik pemberian vaksin adalah hal-hal yang tidak dapat dinilai pada

semua kasus sehingga dianggap sebagai kelemahan penelitian.

Pada hasil, terlihat perbaikan pada 97% pasien dari kelompok dengan

komplikasi lokal (3% dengan limfadenopati residual) dan tidak ditemukan

mortalitas. Berbanding terbalik pada kelompok pasien dengan defek immunitas,

terlihat hasil yang sangat berlawanan dimana mortalitas terjadi pada 100%

anggota kelompok. Penyebarluasan komplikasi BCG patut diwaspadai terutama

pada pasien dengan HIV maupun pasien dengan imunodefisiensi primer.

Pada penelitian ini kelompok dengan defek imumunitas, yaitu pasien

dengan Severe Combined Immunodeficiency (SCID), Chronic Granulomatous

Disease (CGD) dan isolated T cell lymphopenia, terjadi kematian pada semua

anggota kelompok, walaupun penyebab utama mortalitas pada tiap kasus

berlainan. TB adalah penyebab tunggal mortalitas pada pasien CGD yang

meninggal akibat TB meningitis, dan pada pasien IFNGR1 yang tidak memiliki

infeksi lain. Pada pasien SCID, kombinasi beberapa infeksi dapat menjadi

penyebab kematian. Penelitian yang dilakukan di Tehran yang menguji fungsi

immunologis dari anak dengan komplikasi BCG, melaporkan bahwa kematian

terjadi pada semua sampel yang sejak awal memiliki imunodefisiensi primer.

Sutherman dan kolega dalam studi mereka menemukan bahwa proses

komplikasi mungkin dapat berlangsung hingga beberapa tahun, bahkan

komplikasi ini dapat terjadi pada kasus yang tidak memiliki defek imunologis.

Pada studi ini, kasus dengan defisiensi IFNGRI telah divaksinasi pada usia 7

minggu, lalu muncul manifestasi klinis pada usia 4 bulan, dan mengalami lesi

yang terus melebar dalam jangka waktu beberapa tahun.

Kebijakan pemberian vaksin BCG seharusnya disesuaikan dengan angka

kejadian kasus TB secara lokal, dan kebijakan perawatan juga seharusnya

Page 5: JURNAL

disesuaikan dengan tipe infeksi. Pergeseran dari screening yang bersifat universal

menuju ke targeted screening (screening yang spesifik untuk populasi tertentu)

mungkin berhubungan dengan menurunnya cakupan pada anak dengan risiko

tinggi.

Walaupun vaksinasi BCG tetap diwajibkan, perlu dilakukan screening awal

sebelum vaksinasi, mengingat adanya pasien dengan riwayat imunodefisiensi

primer pada keluarga, ditambah dengan adanya dugaan imunodefisiensi tipe

resesif autosomal yang banyak terdapat pada pasien dengan hubungan darah yang

dapat menimbulkan hasil yang fatal. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah

pelatihan petugas pemberi vaksinasi yang terstandarisasi baik metode maupun

dosis pemberiannya.

5. SIMPULAN

Komplikasi BCG memiliki dua tipe, yaitu lokal dan menyebar. Tipe lokal

memiliki hasil yang lebih baik dan dapat diminimalkan dampaknya dengan

pelatihan yang memadai untuk petugas vaksinasi. Tipe menyebar dapat

mengindikasikan adanya imunodefisiensi sehingga vaksinasi perlu ditunda pada

anak-anak dengan imunodefisiensi yang akan berpotensi memberikan dampak

fatal.