jurnal 3

14
160 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN PENCEMARAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI Peni Pujiastuti Universitas Setia Budi, Jl.Let.Jen. Sutoyo Mojosongo Surakarta, Telp.0271 852518, Fax.0271 853275 Prodi Analis Kimia, Fakultas Teknik USB, Surakarta e-mail: [email protected] Abstrak Perairan waduk Gajah Mungkur Wonogiri (WGM) pada beberapa titik sampling inlet waduk dari Sub DAS dan sekitar KJA, mempunyai status tercemar ringan sampai sedang, berdasarkan uji STORET, pada baku mutu air kelas 3 PP no 82/ 2001, yaitu parameter TSS, DO, BOD, COD, N-NO 2 , N-NO 3 , N-NH 3 , P-PO 4 . Polutan berasal dari kegiatan masyarakat di luar dan di dalam waduk. Terjadinya Pencemaran diperkirakan terkait dengan peran serta masyarakat. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan waduk mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran di perairan waduk tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis persepsi masyarakat dalam hal pengendalian pencemaran perairan WGM. Populasi penelitian ini adalah persepsi partisipasi masyarakat di wilayah DTA Sub-DAS WGM, pengelola KJA, dan Pakar.Titik sampling menggunakan metode multiple stage random sampling. Mengumpulkan data menggunakan kuesioner. Data persepsi masyarakat dilakukan analisis diskriptif menggunakan tabel. Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat pada daerah penelitian masih rendah terhadap pengendalian pencemaran perairanWGM. Antara 56,25- 82,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan pencemaran; 50-73,63% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran, 67,16-71,64% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pemulihan pencemaran, dan 52,24-72,50% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah. Kata Kunci: Persepsi masyarakat, Pencemaran air, WGM Abstract WGM reservoir waters at some sampling points, the inlet reservoir of the sub watersheds and around KJA, have mild to moderate polluted status, STORET based test, the water quality standard Grade 3 PP No. 82/2001, that is, the parameters TSS, DO, BOD, COD, N-NO 2 , N-NO 3 , N-NH 3 , P-PO 4 . The pollutants come from community activities outside and inside the reservoir. The estimated pollution related with public participation. Knowledge of the people who live around the waters of the reservoir, has an important role in the control of pollution in the waters of the reservoir. Therefore, it is necessary to analyze public perception, in terms of water pollution control WGM The population of this study, is the perception of public participation, in the area of sub-watershed DTA, manager KJA, and Experts. Sampling point using a multiple stage random sampling method. collect data using questionnaires. Public perception of the data, descriptive analysis using table.

description

mlkml

Transcript of jurnal 3

Page 1: jurnal 3

160

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN PENCEMARAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI

Peni Pujiastuti

Universitas Setia Budi, Jl.Let.Jen. Sutoyo Mojosongo Surakarta, Telp.0271 852518, Fax.0271 853275

Prodi Analis Kimia, Fakultas Teknik USB, Surakarta e-mail: [email protected]

Abstrak Perairan waduk Gajah Mungkur Wonogiri (WGM) pada beberapa titik sampling

inlet waduk dari Sub DAS dan sekitar KJA, mempunyai status tercemar ringan sampai sedang, berdasarkan uji STORET, pada baku mutu air kelas 3 PP no 82/ 2001, yaitu parameter TSS, DO, BOD, COD, N-NO2, N-NO3, N-NH3, P-PO4. Polutan berasal dari kegiatan masyarakat di luar dan di dalam waduk. Terjadinya Pencemaran diperkirakan terkait dengan peran serta masyarakat. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan waduk mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran di perairan waduk tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis persepsi masyarakat dalam hal pengendalian pencemaran perairan WGM.

Populasi penelitian ini adalah persepsi partisipasi masyarakat di wilayah DTA Sub-DAS WGM, pengelola KJA, dan Pakar.Titik sampling menggunakan metode multiple stage random sampling. Mengumpulkan data menggunakan kuesioner. Data persepsi masyarakat dilakukan analisis diskriptif menggunakan tabel.

Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat pada daerah penelitian masih rendah terhadap pengendalian pencemaran perairanWGM. Antara 56,25-82,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan pencemaran; 50-73,63% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran, 67,16-71,64% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pemulihan pencemaran, dan 52,24-72,50% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah. Kata Kunci: Persepsi masyarakat, Pencemaran air, WGM

Abstract WGM reservoir waters at some sampling points, the inlet reservoir of the sub

watersheds and around KJA, have mild to moderate polluted status, STORET based test, the water quality standard Grade 3 PP No. 82/2001, that is, the parameters TSS, DO, BOD, COD, N-NO2, N-NO3, N-NH3, P-PO4. The pollutants come from community activities outside and inside the reservoir. The estimated pollution related with public participation. Knowledge of the people who live around the waters of the reservoir, has an important role in the control of pollution in the waters of the reservoir. Therefore, it is necessary to analyze public perception, in terms of water pollution control WGM

The population of this study, is the perception of public participation, in the area of sub-watershed DTA, manager KJA, and Experts. Sampling point using a multiple stage random sampling method. collect data using questionnaires. Public perception of the data, descriptive analysis using table.

Page 2: jurnal 3

161

The results showed, the public perception of the area of research, still low against water pollution control WGM. Between 56.25 to 82.09% of respondents have a low perception, against prevention of pollution; 50 to 73.63% of respondents have a low perception, against pollution prevention efforts; 67.16 to 71.64% of the respondents, have a low perception, against recovery effort pollution; and from 52.24 to 72.50% of the respondents, have a low perception, against attempt participation in WGM water pollution control. This is due, people around the WGM, reservoir management perceives the responsibility of the government. Key Words: Public perception, water pollution, WGM.

1. PENDAHULUAN Pencemaran air merupakan masalah penting yang perlu memperoleh perhatian

dari berbagai pihak. Jenis bahan pencemar utama yang masuk ke perairan waduk

antara lain limbah organik dan anorganik, sedimen dan bahan lainnya. Akibat

pencemaran, sebagian besar waduk di Indonesia mempunyai status kondisi yang

memprihatinkan. Sumber pencemar yang masuk ke perairan berasal dari buangan

yang dibedakan menjadi sumber titik (point source/PS) maupun sumber memanjang

(non point source/NPS). Sumber pencemar PS berasal dari sumber yang dapat

diketahui secara pasti, seperti berasal dari kegiatan industri yang membuang air

limbahnya. Sumber pencemar NPS berasal dari sumber yang tidak diketahui secara

pasti, berasal dari buangan kegiatan pertanian yang mengandung pupuk dan pestisida

serta dari limbah cair kegiatan domestik yaitu permukiman, perdagangan, dan

perkantoran [1]. Sumber pencemar dapat berasal dari pencemar alamiah (dari alam)

dan pencemar antropogenik (kegiatan manusia). Pencemar antropogenik adalah

polutan yang masuk ke perairan akibat aktivitas manusia seperti kegiatan domestik

(rumah tangga), perkotaan dan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat

dikendalikan dengan mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya pencemar

tersebut [1]. Aktivitas domestik memberikan masukan beban cemaran BOD yang lebih

besar dibandingkan aktivitas pertanian dan industri. Beban limbah WGM yang berasal

dari kegiatan penduduk, seperti KJA, rumah makan, hotel dan permukiman meningkat

signifikan dari tahun awal simulasi 2009 sampai akhir tahun simulasi 2029 seiring

dengan naiknya populasi penduduk [2]. Kualitas dan kuantitas perairan WGM telah mengalami penurunan [3,4], perairan

WGM telah mengalami peningkatan degradasi lingkungan perairan dari tahun ke

tahun.Sumber timbulan limbah di WGM dari berbagai aktivitas penduduk di sempadan

waduk dan kegiatan KJA. Usaha KJA meningkat menjadi 1186 petak pada tahun 2010.

Limbah pakan ikan yang menumpuk bertahun-tahun, telah menurunkan derajad

keasaman air[5], cadangan oksigen terlarut, meningkatkan kandungan N-NO2 dan N-

Page 3: jurnal 3

162

NH3 [6], menaikkan tingkat kerusakan bagian-bagian Pembangkit Listrik Tenaga Air[7],

merusak kehidupan biota air[5], maupun merusak tanaman yang dialiri [8]. Berdasarkan

baku mutu air kelas 3 PP no 82 tahun 2001, rata-rata status kualitas WGM 100 meter

dari muara DAS tercemar ringan sampai sedang dari polutan kegiatan masyarakat

disekitar WGM pada parameter TSS, DO, BOD, COD, Nitrogen, pospor [3]. Existing

condition perairan WGM Wonogiri berada pada tingkat kesuburan eutroik ringan. Kegiatan masyarakat yang paling dominan terhadap peningkatan kesuburan adalah

KJA, selanjutnya diikuti pariwisata, kegiatan masyarakat di Sub- DAS Wiroko dan

Keduang[9].

Pencemaran perairan waduk oleh limbah domestik maupun limbah rumah

tangga merupakan masalah yang serius yang dapat mengancam keberadaan

sumberdaya perairan dan kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan upaya

untuk mengendalikan, sehingga dapat meminimalkan dampak berantai terhadap nilai-

nilai manfaat waduk [8]. Terjadinya Pencemaran diperkirakan terkait dengan peran serta

masyarakat. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan waduk

mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran yang

terjadi di perairan waduk tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis persepsi

masyarakat dalam hal pengendalian pencemaran perairan waduk. Perlu dikaji tingkat

persepsi masyarakat di sekitar WGM terhadap pengendalian pencemaran perairan

WGM.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat

di sekitar lima sub DAS yang bermuara di WGM terhadap pengendalian pencemaran

perairan WGM. Pengendalian pencemaran yang menjadi fokus penelitian ini adalah

persepsi masyarakat dalam hal pencegahan, penanggulangan, pemulihan dan

partisipasi. Partisipasi yang akan digali adalah partisipasi masyarakat dalam hal

pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan WGM.

2. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian adalah perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang

memiliki luas 8800 ha . Lokasi berjarak 5 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten

Wonogiri, mempunyai aliran seluas 1350 km2 dengan sumber air masuk dari Sub DAS

Keduang, Sub DAS Bengawan Solo hulu, Sub DAS Alang-Unggahan, Sub DAS

Wiroko, dan Sub DAS Temon. Dari aliran Sub DAS tersebut dapat mencapai luas

permukaan perairan waduk sekitar 88 km2 pada saat air tinggi dan 38 km2 saat air

rendah, kedalaman rata-rata 8,5 m dan kedalaman tertinggi 38 berada diatas

Page 4: jurnal 3

163

permukaan DAM. Lokasi penelitian persepsi masyarakat adalah diwilayah sekitar Sub

DAS dan sekitar waduk.

Populasi dan Sampel Penelitian. Populasi penelitian ini adalah

persepsi partisipasi masyarakat a) di wilayah DTA Sub-DAS Keduang, Sub-DAS

Bengawan Solo hulu, Sub-DAS Alang-Uunggahan, Sub DAS Wiroko dan Sub-DAS

Temon, b) masyarakat pengelola KJA, dan c) Pakar. Titik pengambilan sampel

penelitian ini ditentukan menggunakan metode multiple stage random sampling,

karena secara geografis populasi menyebar dan meliputi area DTA wilayah Wonogiri

yang mempunyai luas 1.244 km2. Teknik pengambilan sampel dimulai dengan tahap

menentukan secara acak kecamatan terpilih pada masing-masing DTA wilayah Sub

DAS. Dari tiap kecamatan terpilih, dipilih desa penelitian secara acak. Pada tiap desa

terpilih, akan dipilih secara acak sederhana informan yang mengetahui dan

bertanggungjawab terhadap obyek penelitian. Alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data persepsi masyarakat adalah kuesioner. Data persepsi masyarakat di sekitar WGM terhadap pengendalian pencemaran

perairan waduk dalam hal pencegahan, pengendalian dan partisipasi dalam

pencegahan dan penanggulangan, diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh

responden. Data primer tentang prospek pengendalian pencemaran di masa depan

diperoleh dari hasil kuesioner dari seluruh pelaku dan para pakar. Penentuan

responden pada titik sampling terpilih, dilakukan dengan metode purposive sampling.

Total responden adalah 370 orang, yang terdiri 15 pakar ilmiah, 75 pedagang, 75

nelayan, 75 petani, 75 peternak, 25 pengusaha penginapan dan 30 industri sebagai

penghasil limbah, yang mengalirkan limbahnya melalui Sub DAS dan bermuara di

WGM, sehingga mempunyai kontribusi menimbulkan pencemaran di waduk. Sebaran

responden disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Responden

No. Responden Wilayah

Jumlah Responden WGM

DAS 1

DAS2

DAS3

DAS4

DAS 5

1. Pakar Ilmiah Pakar dari PT & Pemda 15 2. Pedagang 15 15 15 15 15 15 75 3. Nelayan 15 15 15 15 15 15 75 4. Petani 15 15 15 15 15 15 75 5. Peternak 15 15 15 15 15 15 75

Page 5: jurnal 3

164

6. Pengusaha Penginapan

15 2 2 2 2 2 25

7.

Industri

5 5

5 5 5 5

30

Jumlah 370 Analisis Persepsi Masyarakat, data karakteristik di sekitar perairan waduk

dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Untuk mengetahui persepsi atau

pandangan masyarakat di sekitar waduk terhadap pengendalian pencemaran

dilakukan melalui analisis deskriptif menggunakan tabel.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data Wonogiri dalam angka tahun 2009, populasi penduduk

Wonogiri pada lima tahun terakhir meningkat setiap tahunnya, dari 1.121.454 jiwa

(2005) menjadi 1.234.880 jiwa (2009) dengan laju pertumbuhan penduduk 1,83%,

maka pada tahun akhir simulasi mengalami kecenderungan meningkat menjadi

1.902.220 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk diikuti dengan kenaikan limbah yang

dihasilkan dari berbagai kegiatan yang dilakukan penduduk, yaitu akan menghasilkan

limbah dari kegiatan hotel sebesar 155.267,28 m3/hari, limbah cair penduduk

2.668.098.000 ton/tahun, limbah pakan dari usaha KJA sebesar 4.972281961e16

ton/tahun dan limbah cair dari rumah makan sebesar 170.323,23 ton/tahun, data

selengkapnya disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Populasi penduduk dan limbah kegiatan penduduk

Sumber: Data [3]

Page 6: jurnal 3

165

Hasil running dengan data dumi menggunakan software powersim

constructor 2.5, populasi penduduk, pengujian menunjukkan bahwa beban limbah dari

kegiatan masyarakat meningkat signifikan selaras dengan kenaikan populasi.

Persepsi Masyarakat Tentang Pengendalian Pencemaran WGM. Persepsi

merupakan pandangan individu terhadap suatu objek. Akibat adanya stimulus, individu

memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus

tersebut. Individu tidak hanya merespon suatu objek, tetapi juga memberi makna

situasi tersebut menurut kepentingannya. Persepsi masyarakat terhadap lingkungan

diperlukan untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan sesuai dengan persepsi

masyarakat yang menggunakannya. Persepsi mengenai lingkungan yang mencakup

harapan, aspirasi ataupun keinginan terhadap suatu kualitas lingkungan tertentu

sebaiknya dipahami secara subjektif, yakni dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis

dan sosio kultur masyarakat. Dengan demikian, kualitas lingkungan harus didefinisikan

secara umum sebagai lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang

atau sekelompok orang [10].

Persepsi masyarakat yang tinggal di sekitar waduk Gajah Mungkur Wonogiri

mempunyai peran penting untuk keberlanjutan pengelolaan pencemaran perairan.

Beberapa usaha yang menjadi mata pencaharian penduduk disekitar waduk antara lain

nelayan, rumah makan, hotel/penginapan, pertanian, sarana penunjang pariwisata dan

KJA. Kegiatan-kegiatan tersebut membawa dampak aliran limbah masuk ke badan air

waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar

perairan waduk Gajah Mungkur mempunyai peranan yang penting dalam proses

pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan waduk tersebut. Dalam upaya

pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan waduk Gajah Mungkur Wonogiri diperlukan

peran masyarakat dalam pengendalian pencemaran. Pengendalian pencemaran lingkungan dilaksanakan dalam rangka pelestarian

fungsi lingkungan hidup. Pengendalian pencemaran lingkungan meliputi:

a)pencegahan, b)penanggulangan, c)pemulihan. Pengendalian pencemaran

lingkungan dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Penanggungjawab

usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab

masing-masing. (UU 32 2009). Namun demikian peran masyarakat sangat diperlukan

untuk keberhasilan kegiatan ini.

Sampel persepsi masyarakat dikumpulkan dengan bantuan kuesioner yang

juga dilengkapi dengan pengamatan, dan wawancara dengan Pakar Ilmiah, Kabid

Lingkungan Hidup Wonogiri, Ka Jasa Tirta II, Kepala Desa Sendang Wonogiri, Ka

Page 7: jurnal 3

166

Bappeda Wonogiri, Ka Desa Petir Wonogiri, Kelompok Nelayan, Pengusaha KJA, Ka

Dinas Pertanian, Ka Dinas Perikanan & Kelautan, Ka Dinas Kebudayaan, Pariwisata,

Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri. Jumlah responden ditetapkan sebanyak

370 responden yang meliputi pakar ilmiah 15 responden, pengusaha penginapan 25

responden, pedagang 75 responden, nelayan 75 responden, petani 75 responden,

peternak 75 responden dan aktivitas industri 30 responden. Data persepsi masyarakat

dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Persepsi Masyarakat Sekitar WGM terhadap Pengendalian Pencemaran

WGM

Masyarakat sekitar WGM meliputi pedagang penunjang pariwisata, pengusaha

hotel, pengusaha rumah makan, nelayan, petani, peternak dan pengusaha KJA yang

berada di desa Sendang, Wuryorejo, Pokoh Kidul, Gumiwang dan Wuryantoro. Hasil

penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran

WGM rendah, sebanyak 56,25% responden mempunyai persepsi rendah terhadap

upaya pencegahan pencemaran di perairan WGM, sebesar 50% responden

mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran di perairan

WGM, sebanyak 75,00% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya

pemulihan pencemaran di perairan WGM dan sebanyak 72,50% responden

mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di

perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan

pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah.

Page 8: jurnal 3

167

Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat sekitar Sub DAS Keduang

(desa Pondok Sari, Ngadiroyo, Ngadipiro dan Gedang) terhadap pengendalian

pencemaran WGM rendah. Sebesar 64,18% responden mempunyai persepsi rendah

terhadap upaya pencegahan pencemaran di perairan WGM, sebesar 56,72%

responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran

di perairan WGM, sebesar 82,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap

upaya pemulihan pencemaran di perairan WGM dan sebanyak 59,70% responden

mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di

perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat disekitar Sub DAS Keduang

mempersepsikan pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah. Persepsi

masyarakat disekitar Sub DAS Keduang disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Persepsi Masyarakat DAS Keduang

Beban pencemar yang paling besar masuk keperairan WGM adalah TSS yang

berasal dari Sub DAS Keduang dengan sumbangan beban pencemar 291,84 ton/th.

Sub DAS membawa sedimen akibat erosi tanah yang ada disekitarnya pada saat hujan

dengan total beban pencemaran akibat sedimen ini adalah 891,71 ton/th. Beban

Page 9: jurnal 3

168

pencemaran organic yang ditunjukkan dengan pendekatan BOD dan COD menempati

urutan kedua sebagai penyumbang pencemar ke perairan WGM[3].

Persepsi masyarakat Sub DAS Wiroko terhadap pengendalian pencemaran

disajikan pada gambar 3. Masyarakat sekitar Sub DAS Wiroko yang tinggal di desa

Wiroko, Banyak Prodo, Kulurejo dan Boto mempunyai persepsi yang rendah terhadap

pengendalian pencemaran WGM. Sebanyak 59,70% s/d 67,16% responden

mempunyai persepsi tentang upaya pencegahan, penanggulangan, pemulihan

pencemaran WGM rata-rata rendah. Hal ini mungkin terkait latar belakang pendidikan

yang masih rendah. Mereka beranggapan upaya pengendalian pencemaran semata-

mata menjadi tenggung jawab pemerintah saja. Hal ini juga berakibat partisipasi

masyarakat disekitar Sub DAS wiroko untuk melakukan pengelolaan limbah pertanian,

peternakan dan limbah industry agar tidak dibuang langsung ke sungai masih rendah.

Data persepsi masyarakat Sub DAS Wiroko disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Persepsi Masyarakat Sub DAS Wiroko

Masyarakat disekitar Sub DAS Alang yang tinggal di desa Buleharjo,

Tawangharjo dan Glesungrejo rata-rata juga mempunyai persepsi yang rendah

terhadap pengendalian pencemaran, yaitu berkisar antara 71,84% s/d 82,09%

masyarakat tersebut enggan melakukan upaya pencegahan, penanggulangan dan

pemulihan pencemaran di WGM. Mereka sebetulnya menyadari bahwa sungai yang

mengalir di daerahnya akan bermuara di WGM, namun mereka beranggapan bahwa

upaya pengendalian pencemaran di WGM merupakan tanggung jawab Pemerintah.

Page 10: jurnal 3

169

Walaupun demikian sebagian masyarakat, sekitar 29,85% mempunyai persepsi

sedang dan 17,91% mempunyai persepsi tinggi dalam upaya pengendalian

pencemaran WGM, hal ini mereka tunjukkan dengan tidak membuang sampah

maupun limbah cair di sungai Alang. Data persepsi masyarakat sekitar Sub DAS

Alang disajikan pada gambar 4.

Gambar 4. Persepsi Masyarakat Sub DAS Alang

Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap pembangunan

secara partisipatif, khususnya dalam pengawasan dan pengendalian pencemaran air

waduk masih kurang. Masyarakat disekitar waduk mempersepsikan pengelolaan WGM

menjadi tanggung jawab pemerintah. Persepsi industri tentang partisipasi dalam

pengawasan dan pengendalian pencemaran air sungai baru sebatas pemenuhan

kewajiban terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku, sehingga inisiatif pihak

perusahaan untuk berpatisipasi dalam pengelolaan lingkungan hidup masih kurang.

Sampah organik dari limbah pemukiman sekitar waduk yang dibuang ke sungai

menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan

bakteri untuk proses pembusukannya.Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga

meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang

pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi

proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan

bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan. Sedangkan pemakaian pupuk limbah

pertanian dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk

Page 11: jurnal 3

170

mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang

dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan

dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen. Limbah pestisida

mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar

dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan,

udang dan hewan air lainnya.

Gambar 5. Rerata persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran WGM

Rerata persepsi masyarakat sekitar WGM, Sub Keduang (DAS 1), Sub DAS

Alang-Unggahan (das 2), Sub DAS Wiroko (DAS 3), Sub DAS Temon dan Sub DAS

Bengawan Solo Hulu (DAS 5) terhadap pemanfaatan lahan menunjukkan persepsi

tinggi (skor 3) sampai tinggi sekali (skor 4). Hal ini menunjukkan masyarakat di sekitar

Sub DAS mempersepsikan keinginan yang tinggi untuk memanfaatkan lahan di

sekitar daerah tangkapan air untuk di manfaatkan untuk pertanian, peternakan,

restoran, permukiman dan usaha lain. Sedangkan untuk lahan di badan waduk

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membudidayakan ikan dalam karamba jaring

apung (KJA). Beban limbah yang berasal dari kegiatan penduduk (KJA, rumah makan,

hotel, permukiman) meningkat signifikan dari tahun awal simulasi 2009 sampai akhir

tahun simulasi 2029 seiring dengan naiknya populasi penduduk. Hal ini juga berkaitan

dengan rendahnya persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran di

WGM[3].

Kegiatan yang berlangsung di dalam perairan WGM adalah budidaya ikan

dalam karamba jaring apung (KJA). Usaha KJA WGM meningkat dari tahun 1997

berjumlah 185 petak menjadi 231 petak[5], menurut pengamatan lapangan jumlah KJA

Page 12: jurnal 3

171

berjumlah 1186 petak. Kepemilikan KJA didominasi oleh PT. Aquafarm, dengan sistem

pemberian pakan adalah setiap pagi dan sore hari. Setiap petak KJA berisi ± 100 ekor

ikan dengan berat rata-rata 1–1,5 kg/ikan.

KJA mengembangkan ikan nila merah dan karper yang mendapat pakan

berupa pellet, yang diberikan secara di tabur. Kandungan gisi pellet ikan CP 788

adalah mengandung protein 26-28%, lemak 3–5%, serat 4-6%, abu 5-8% dan kadar

air 11-13% (PT Central Pangan Pertiwi). Pada saat survei lapangan jumlah pakan yang

diberikan dihitung terlebih dahulu dengan memperhitungkan jumlah populasi yang ada.

Dengan padat tebar sebesar 214,4 kg benih yang ditebar, pemberian pakan 3% dari

berat total biomass ikan yaitu sebesar 6,4 kg pakan perhari. Frekuensi pemberian

pakan setiap hari antara jam 12 00 – 13. 00 WIB, dan sore hari jam 17.00-18.00 WIB[5].

Pola pemberian pakan yang dilakukan selama puluhan tahun ini sedikit banyak dapat

merubah kualitas air waduk Gadjah Mungkur Wonogiri.

Hasil survai menunjukkan jumlah KJA di perairan WGM sebanyak 1186 petak,

dipasang pada seluruh kawasan zona budidaya WGM. Berdasarkan data sekunder

pada KJA tersebut dibudidayakan ikan nila merah dan karper dengan padat tebar

214,4 kg benih yang ditebar /unit KJA dan berat ikan rata-rata 100 gram/ekor. Dengan

demikian jumlah ikan di dalam KJA tersebut sebanyak 25.427.840 ton. Menurut

Marganof [10], rata-rata jumlah pakan yang diberikan untuk ikan nila merah dan karper

untuk satu unit KJA adalah 50 kg/hari. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk 1 unit KJA

selama satu periode pemeliharaan adalah 4,500 ton. Adapun lama waktu untuk satu

periode pemeliharaan (saat mulai menebar sampai panen) dibutuhkan waktu tiga

bulan. Dengan demikian jumlah pakan yang diberikan untuk 1186 unit KJA di WGM

dalam satu kali panen adalah 5.337.000 ton atau 21.348.000 ton per tahun.

Petani KJA menggunakan pakan (pellet) dengan kandungan protein 18%.

Untuk menentukan kandungan nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam pakan,

dilakukan dengan perkalian antara jumlah pakan (JP) yang diberikan dengan konstanta

pakan (N = 4,86% dan P = 0,26%) (Nastiti et al., 2001) [10]. Dengan demikian, jumlah

nitrogen dan fosfor yang terkandung dalam pakan yang diberikan pada kegiatan KJA di

WGM adalah N = 1.037.512,8 ton dan P= 55.504,8 ton. Dari pakan yang diberikan

tersebut hanya 70% yang dimakan oleh ikan, dan sisanya sebanyak 30% akan lepas

ke badan perairan waduk sebagai bahan pencemar atau limbah (Rachmansyah, 2004;

Syandri, 2006) [10]. Sementara itu,15–30% dari nitrogen (N) dan fosfor (P) dalam pakan

akan diretensikan dalam daging ikan dan selebihnya terbuang ke badan perairan

danau (Beveridge, 1987; Avnimelech, 2000)[10]. Dengan demikian dapat ditentukan

Page 13: jurnal 3

172

jumlah beban limbah nitrogen (N) dan fosfor (P) dari kegiatan KJA yang masuk ke

badan perairan WGM yaitu nitrogen sebesar 819.635,1 ton per tahun, dan fosfor

sebesar 43.848,79 ton per tahun[3].

Beban limbah yang masuk ke badan perairan waduk tersebut, menurut Midlen

dan Redding (2000) dalam[10] yang berada dalam keadaan terlarut adalah 10% fosfor

(P) dan 65% nitrogen (N). Beban limbah yang masuk WGM sebesar 4.384,879 ton

fosfor dan atau sebesar 532.762,8 ton nitrogen dalam bentuk terlarut. Sementara itu

yang berada dalam bentuk partikel adalah 65% fosfor (P) atau sebesar 28.501,71 ton

dan 10 % nitrogen (N) atau sebesar 81.963,51 ton. Sisa pakan dalam bentuk partikel

ini akan mengendap menjadi sedimen di dasar perairan WGM[2,3].

Rerata persepsi masyarakat pada daerah penelitian terhadap pelestarian

waduk masih kurang (skor 1), mereka mempersepsikan bahwa pelestarian waduk

bukan menjadi tanggung jawab penduduk. Untuk itu dibutuhkan pendekatan ke

masyarakat akan pentingnya peran serta masyarakat untuk ikut serta dalam upaya-

upaya pelesatrian WGM. Demikian juga terhadap pemeliharaan waduk, masyarakat

pada daerah penelitian rata-rata mempunyai persepsi yang kurang (skor 1). Untuk

masalah kebersihan lingkungan rata-rata masyarakat daerah penelitian mempunyai

persepsi sedang (skor 2).

4. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat pada daerah penelitian

masih rendah terhadap pengendalian pencemaran perairanWGM. Antara 56,25-

82,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan

pencemaran; 50-73,63% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya

penanggulangan pencemaran, 67,16-71,64% responden mempunyai persepsi rendah

terhadap upaya pemulihan pencemaran, dan 52,24-72,50% responden mempunyai

persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan

WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan pengelolaan

waduk menjadi tanggung jawab pemerintah

DAFTAR PUSTAKA [1] Agustiningsih, Dyah, 2012, Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai, Tesis Prodi Ilmu Lingkungan Undip, Semarang. [2] Pujiastuti, Peni, (2012) Pemodelan sistem pengendalian pencemaran perairan WGM Wonogiri, laporan penelitian HB

Page 14: jurnal 3

173

[3] Pujiastuti, Peni, (2010) The Utmost Capacity Estimation Of Organic Pollution In WGM from The Indigenous And Exogenous Activity, prosiding seminar internasional ICBC, Pascasarjana Magister Lingkungan UNS [4] Himawan Widhi, 2011, Kajian Pencemaran Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, UNS-Pascasarjana Prodi. Ilmu Lingkungan. [5] Pujiastuti, Peni, (2003) Dampak Budidaya Ikan Dalam Karamba Jaring Apung Terhadap Perkembangan Biota Air Lokal di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Prosiding Seminar Nasional Unika Soegijopranoto Semarang, ISBN 979-8366-61-1i [6] Simarmata, A.H. (2007) Kajian Keterkaitan Antara Kemantapan Cadangan Oksigen dengan Beban Masukan Organik di Waduk Ir. H. Juanda Purwakarta Jawa Barat, S.Ps –IPB. [7] Sumarna, 2005, Harus Ada Perbaikan Pembangkit (laporan utama), Majalah Bulanan Indonesia Power edisi 3 tahun 2005. [8] Pujiastuti, Peni, (2009) Deteksi Dini Dampak Berantai Budidaya Ikan KJA Terhadap Nilai Manfaat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri., Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta. [9] Wiryanto, Totok Gunawan, S.D. Tandjung dan Subiyakto (2012), Kajian Kesuburan Perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012 [10] Marganof, 2007, Model Pengendalian Pencemaran Perairan Di Danau Maninjau Sumatra Barat, Laporan hasil penelitian Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor, http://www.damandiri.or.id/file/marganofipb. [11] Hakim, R., dkk, 2008, Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kota Jakarta, Program Studi Arsitektur Lansekap FALTL Universitas Trisakti – Jakarta – Indonesia, http://rustam2000.wordpress.com