jurnal 2

7
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ofiolit berdasarkan konsep tektonik lempeng menurut Coleman (1986), merupakan batuan alokton yang merupakan bagian integral dari mekanisme lempeng yang terdapat ditepi benua. Menurut Dietz (1963), proses pemekaran dasar samudera dapat membawa gabungan batuan yang terdapat di pematang tengah samudera ke tepi benua. Hutchinson (1973), mengemukakan bahwa pengalihtempatan ofiolit ke tepi benua meliputi tiga cara yaitu yang pertama pengalihtempatan gawir – gawir ofiolit yang tergeser ke dalam kawasan zona penunjaman yang terdeformasi, yang kedua pengalihtempatan secara obduksi, yaitu pemotongan kerak samudera yang tersusun dari ofiolit lengkap oleh kerak benua, dan yang ketiga pengalihtempatan ofiolit lengkap akibat benturan dua massa kerak benua atau dua massa kerak samudera. Berdasarkan konsep diatas maka, ofiolit tidak dapat ditemukan di setiap daerah. Secara lithostratigrafi, ofiolit merupakan sekelompok batuan yang berkomposisi mafik sampai ultramafik dengan sekuen dari bawah ke atas, disusun oleh : komplek ultramafik, komplek gabro berlapis dan gabro massif, komplek retas berkomposisi mafik (diabas) dan kelompok batuan vulkanik berkomposisi mafik bertekstur bantal / basalt (Penrose Field Conference, 1972). Kelompok ofiolit yang berada di daerah Tebingsiring merupakan bagian dari kelompok mélange Meratus.

description

geo

Transcript of jurnal 2

Page 1: jurnal 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ofiolit berdasarkan konsep tektonik lempeng menurut Coleman (1986),

merupakan batuan alokton yang merupakan bagian integral dari mekanisme lempeng

yang terdapat ditepi benua. Menurut Dietz (1963), proses pemekaran dasar samudera

dapat membawa gabungan batuan yang terdapat di pematang tengah samudera ke tepi

benua. Hutchinson (1973), mengemukakan bahwa pengalihtempatan ofiolit ke tepi

benua meliputi tiga cara yaitu yang pertama pengalihtempatan gawir – gawir ofiolit

yang tergeser ke dalam kawasan zona penunjaman yang terdeformasi, yang kedua

pengalihtempatan secara obduksi, yaitu pemotongan kerak samudera yang tersusun

dari ofiolit lengkap oleh kerak benua, dan yang ketiga pengalihtempatan ofiolit

lengkap akibat benturan dua massa kerak benua atau dua massa kerak samudera.

Berdasarkan konsep diatas maka, ofiolit tidak dapat ditemukan di setiap daerah.

Secara lithostratigrafi, ofiolit merupakan sekelompok batuan yang

berkomposisi mafik sampai ultramafik dengan sekuen dari bawah ke atas, disusun

oleh : komplek ultramafik, komplek gabro berlapis dan gabro massif, komplek retas

berkomposisi mafik (diabas) dan kelompok batuan vulkanik berkomposisi mafik

bertekstur bantal / basalt (Penrose Field Conference, 1972). Kelompok ofiolit yang

berada di daerah Tebingsiring merupakan bagian dari kelompok mélange Meratus.

Page 2: jurnal 2

2

Berdasarkan konsep di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat

mengungkap serta menceritakan hubungan antara beberapa susunan batuan menurut

ruang dan waktu. Kehadiran beberapa batuan yang berbeda di Gunung Belanda

daerah Tebingsiring, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut, Propinsi

Kalimantan Selatan merupakan suatu hal yang menarik untuk dijadikan suatu objek

permasalahan geologi.

Batuan penyusun ofiolit yang diteliti di Gunung Belanda pada daerah

Tebingsiring, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut, Propinsi Kalimantan

Selatan sebagai adalah Basal, Batuan Malihan dan batuan Ultramafik. Kelompok

batuan ini diduga merupakan bagian bawah dari sikuen ofiolit pada kompleks

mélange meratus. Melalui penelitian dari segi petrologinya diharapkan dapat

diketahui kemungkinan penentuan genesis dan lingkungan pembentukan sikuen

ofiolit pegunungan meratus berdasarkan karakteristik petrologi dan data singkapan.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam melakukan analisis dan rekonstruksi suatu ofiolit diperlukan suatu

metode geokimia yang akan diuji berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan. Oleh

karena itu, agar penelitian tidak bersifat melebar serta tidak sistematis maka perlu

adanya batasan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi geologi yang membentuk daerah Tebingsiring sebagai bagian

dari ofiolit meratus ?

2. Bagaimana karakteristik petrologi pada sikuen ofiolit di daerah Tebingsiring ?

Page 3: jurnal 2

3

3. Bagaimana kemungkinan genesis dan lingkungan pembantukan Ofiolit Meratus

berdasarkan karakteristik petrologi batuan daerah Tebingsiring ?

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui genesis Ofiolit Meratus

berdasarkan data karakteristik petrologi pada singkapan yang terdapat di daerah

Tebingsiring.

Adapun penelitian petrologi batuan dasar pada Ofiolit Meratus bertujuan

untuk :

1. Mengidentifikasi kelompok batuan di Gunung Belanda daerah Tebingsiring

sebagai ofiolit dengan susunan tertentu yang khas.

2. Mengetahui karakteristik petrologi pada sikuen ofiolit di Gunung Belanda daerah

Tebingsiring yang mencakup :

a. Komposisi mineral berdasarkan analisis petrografi dan analisis kimia dengan

metode yang sesuai,

b. Jenis batuan berdasarkan data analisis petrografi dan analisis kimia menurut

klasifikasi tertentu,

c. Sejarah terbentuknya batuan tersebut yang mencakup pendugaan jenis magma

asal, proses differensiasi, dan temperatur magma pada saat proses kristalisasi.

d. Petrogenesis batuan di daerah Tebingsiring berdasarkan hasil analisis

petrografi, analisis kimia, dan asosiasinya.

Page 4: jurnal 2

4

3. Mengetahui kemungkinan genesis dan lingkungan pembentukan Ofiolit Meratus

berdasarkan karakteristik petrologi batuan daerah Tebingsiring dan data

singkapan batuan penyususn ofiolit tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah adanya pemahaman

mengenai genesis ofiolit yang menyusun pola Pegunungan Meratus dilihat dari

analisis petrografi dan analisis kimia mineralnya. Penelitian ini diharapkan dapat

memperkaya bekal pengetahuan dan pengalaman bagi penulis sebelum terjun di

tengah – tengah masyarakat sebagai seorang ahli geologi. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memperkaya data geologi daerah Tebingsiring dan sekitarnya, serta

diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan mengenai kompleks ofiolit di

Indonesia pada umumnya dan di Pulau Kalimantan pada khususnya. Kiranya juga,

penelitinan ini dapat memberikan wacana baru mengenai hubungan antara kerabat

ofiolit dengan kompleks mélange.

1.5 Kerangka Penelitian

Komplek akresi Bobaris – Maratus menurut Sikumbang dan Heryanto (1994)

merupakan suatu barisan pegunungan berarah timur laut – barat daya yang tersusun

oleh batuan dasar berupa batuan malihan, batuan mafic – ultramafic yang secara

tektonik ditutupi oleh produk volkanik, mahmatik Kapur dan endapan volkaniklastik

Kapur.

Page 5: jurnal 2

5

Ofiolit menurut Penrose Field Conference,(1972) merupakan sekelompok

batuan yang berkomposisi mafik sampai ultramafik yang sekuennya terdiri dari

komplek ultramafik, komplek gabro, komplek retas berkomposisi mafic, komplek

batuan vulkanik berkomposisi mafic. Suatu ofiolit dapat terbentuk pada lingkungan

MOR (Mid Oceanic Ridge) dan SSZ (Super Subduction Zone).

Ofiolit Pegunungan Meratus menurut Satyana dan Armandita (2008)

merupakan pelepasan lempeng samudera dari akarnya yang berupa Slab induk di

depan mikrokontinent Paternoster pada saat terjadi akresi karena benturan antara

mikrokontinen Schwaner pada Kapur Awal. Pelepasan Slab meratus terobduksi diatas

dua mikrokontinent yang berbenturan ini.

1.6 Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan empat tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap

pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis data, serta tahap penyusunan

laporan.

Pada penelitian ini dilakukan tiga prosedur yang digunakan, yaitu penelitian

di studio, lapangan, dan laboratorium.

1.7 Lokasi Penelitian dan Waktu

Secara administratif, daerah penelitian (Gambar 1.1) yaitu Gunung Belanda

termasuk dalam daerah Tebingsiring, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut,

Page 6: jurnal 2

6

Propinsi Kalimantan Selatan. Dalam Peta Rupabumi Digital Indonesia skala

1:50.000 yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL, daerah penelitian termasuk ke

dalam Lembar Pelaihari . Secara geografis, daerah penelitian terletak pada koordinat

1140 47’ 23,98” – 1140 50’ 47,6” BT dan 030 40’ 28,8” – 030 37’ 59,6” LS . Adapun

daerah penelitian meliputi daerah seluas 24 Km2.

Budaya yang berkembang di daerah penelitian adalah budaya Banjar dan

Dayak, hal ini dengan mudah diketahui dari bahasa yang digunakan penduduk

setempat dan nama – nama kenampakan alam, seperti sungai dan bukit. Mata

pencaharian penduduk setempat umumnya bertani, sebagian pedagang, nelayan,

pegawai negeri dan pegawai tambang.

Vegetasi penutup di daerah penelitian umumnya adalah tanaman pertanian

yang berumur pendek, seperti sayuran dan buah – buahan, untuk tanaman perkebunan

adalah kelapa sawit. Agama mayoritas yang dianut oleh penduduk sekitar adalah

agama Islam.

Penelitian dilaksanakan pada bulan juni 2012 – juli 2012, yang terdiri atas

tahap persiapan, kajian pustaka, pengambilan data lapangan, pengolahan data, dan

penyusunan laporan. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Juni 2012 –

Juli 2012. Analisis Laboratorium dilakukan pada bulan Agustus 2012. Preparasi

sample untuk uji XRF dilakukan pada bulan September 2012 – Oktober 2012.

Penyusunan laporan dilakukan pada bulan November 2012 – Desember 2012.

Page 7: jurnal 2

7

Gambar 1.1 Lokasi daerah penelitian daerah Tebingsiring, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten

Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Lokasi Penelitian