jurnal 1

download jurnal 1

of 4

Transcript of jurnal 1

  • 69

    POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GASTROENTERITIS BERDAMPAK DIARE AKUT PASIEN ANAK RAWAT INAP

    DI BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

    SELAMA TAHUN 2009

    Cakrawardi 1, Elly Wahyudin

    1, dan Bachtiar Saruddin

    2

    1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar

    2 Komite Farmasi RS dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar

    ABSTRAK

    Telah dilakukan studi penggunaan obat antibiotik pada pasien gastroenteritis akut anak rawat inap yang mengalami diare di BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Periode Januari Desember 2009. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penggunaan obat antibiotik telah memenuhi kriteria penggunaan obat yang sesuai dengan indikasi penyakit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sacara restropektif berdasarkan data rekam medis. Populasi penelitian adalah penderita gastroenteritis pada anak umur 1 5 tahun. Dari hasil analisis diperoleh data antibiotik ampisilin sebagai seri pengobatan tunggal (39,30%), amoksisillin (9,52%), cefotaksim 1,19 %, kotrimoksazol 5,95 %, kloramfenikol 2,38 %, dan metronidazole 4,76 % dan penggunaan kombinasi obat yaitu 36,90 % yang memungkinkan terjadinya interaksi obat. Penggunaan antibiotik pada pasien gastroentritis berdampak diare pada anak di BLU RS. Wahidin Sudirohusodo hanya sebagian kecil yang telah memenuhi pedoman penggunaan antibiotika yang merupakan literatur resmi di rumah sakit tersebut. Kata kunci : antibiotik, gastroentteritis

    PEDAHULUAN Gastroenteritis akut adalah penyakit yang

    terjadi akibat adanya peradangan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan gejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi dan diare. Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara men-dadak pada orang yang sebelumnya sehat (1)

    Gastroentitis akut disebabkan oleh 90 % adanya infeksi bakteri dan penyebab lainnya antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya. Bakteri penyebab diare antara lain Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non-01, Vibrio parachemolyticus, Clostridium perfringens, Campylobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylo-coccus spp, Streptococcus spp, Yersinia intesti-nalis, dan Coccidosi (1). Terapi antibiotik diindika-sikan untuk gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Hal ini dikarenakan antibiotika merupakan obat andalan untuk terapi infeksi bakteri.

    Menurut data Badan Layanan Umum (BLU) dr. Wahidin Sudirohusodo, kasus gastro-enteritis berdampak diare akut pada anak dari Januari Desember 2009 sejumlah 149 kasus.

    BLU DR. Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah sakit pusat regional Sulawesi selatan.

    Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian untuk mempelajari pola peng-gunaan antibiotika pada pasien anak gastroenteri-tis berdampak diare akut di Badan Layanan Umum (BLU) DR. Wahidin Sudirohusodo, yang menjadi gambaran pengobatan gastroenteritis pada pesien anak dan diharapkan dapat menjadi bahan acuan perbaikan pelayanan kesehatan pada umumnya dan pengobatan Gastoenteritis pada khususnya.

    METODE PENELITIAN

    Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel

    Penelitian ini merupakan penelitian restro-spektif dengan melihat status pasien yang sudah pulang. Populasi penelitian adalah pasien gastro-enteritis akut anak yang dirawat inap di rumah sakit BLU dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, pada periode Januari Desember 2009. Sampel penelitian Sebanyak 149 rekam medik sampel yang diambil adalah data pasien gastroenteritis akut anak umur 1 5 tahun yang dirawat inap di BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, selama periode Januari Desember 2009.

  • 70 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 Juli 2011, hlm. 69 72

    Pengumpulan Data

    Data yang diambil merupakan data sekunder status pasien gastroenteritis akut anak umur 1 5 tahun yang dirawat inap di BLU rumah sakit dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar selama periode Januari Desember 2009, Kriteria inklusi adalah diare akut dengan diagnosa utama GEA, dan kriteria eksklusi diare kronik non spesifik. Data yang diperoleh ditabulasi secara manual dan dihitung persentase penggunaan obat. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Selama tahun 2009 terdapat 149 kasus pasien anak yang mengidap gastroenteritis akut dan menjalani rawat inap di BLU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo. Studi penggunaan antibiotik pada pasien anak tersebut telah dilakukan dengan jumlah pasien perempuan sebanyak 84 pasien dan jumlah pasien laki-laki sebanyak 65 pasien. Persentase terbesar ditunjukkan oleh kelompok umur dibawah 2 tahun sebesar 84,56% sedangkan 2 5 tahun sebesar 15,44%. Data ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik pasien gastroentritis akut anak rawat inap di RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar tahun 2009

    Karakteristik Jenis Kelamin Kelompok Umur

    Laki Perempuan < 2 thn 2 5 thn

    Jumlah

    Kasus 89 60 126 23

    Persentase 59,73 40,27 84,56 15,44

    Sumber : data rekam medik Tabel 2. Persentase gejala demam dan mual/muntah yang dialami oleh pasien

    Karakteristik Demam Mual/muntah

    Ya Tidak Ya Tidak

    Jumlah Kasus

    105 44 121 28

    Persentase 70,46 29,54 81,20 18,80

    Sumber : data rekam medik Tabel 3. Profil hasil diagnosis pasien

    Karakteristik Diagnosis

    GEA GEADR GEADS

    Jumlah

    Kasus 121 26 2

    Persentase 81,2 17,5 1,3

    Sumber : data rekam medik

    Perhatian kombinasi ampisilin dengan klor-amfenikol (3,57%), ampisilin dapat meningkatkan kadar serum dari kloramfenikol sehingga monitor-ing konsentrasinya sangat diperlukan, pengumpul-an bukti yang cukup kuat berupa keutamaan faktor keamanan lebih besar dibanding resiko pengguna-an kombinasi obat ini harus diperhatikan. Kombi-nasi obat ampisilin-kotrimoksasol (2,38%), harus diperhatikan karena keduanya sama efektifnya untuk pengobatan diare bakterialis sehingga per-timbangan penggunaan tunggal diutamakan, se-bab kotrimoksazol efektif untuk pengobatan infeksi khususnya shigella resisten terhadap ampislin. Pengkajian kombinasi juga dibutuhkan pada ampisilin dengan gentamisin, gabungan obat ini hanya disarankan pada kolestasis dan bukan untuk diare. Tabel 4. Profil lengkap antibiotik yang digunakan pada pasien gastroenteritis akut anak rawat inap di rumah sakit BLU dr. Wahidin Sudirohusodo

    Antibiotik Jumlah kasus

    Persentase

    Ampicilin 33 39,30

    Amoxicilin 8 9,52

    Cefotaksim 1 1,19

    Cotrimoksasol 5 5,95

    Kloramfenikol 2 2,38

    Metronidazole 4 4,76

    Ampicilin-Metronidazole 2 2,38

    Ampicilin-Gentamicin 15 17,86

    Ampicilin-Cefotaksim 3 3,57

    Ampicilin-Kotrimoksazole 2 2,38

    Ampicilin-Kloramfenikol 3 3,57

    Cefotaksim-Gentamicin 1 1,19

    Ampisilin-Cefixim 1 1,19

    Ampisilin-Polimixin 1 1,19

    Ampisilin-Gentamicin-Cefotaksim

    1 1,19

    Ampisilin-Gentamicin-Cotrimoksazole

    2 2,38

    TOTAL 84 100,00

    Sumber : data rekam medik

    Pemberian kombinasi tiga antibiotik dalam kasus ini sebanyak (3,57%). Kombinasi ini hanya diberikan pada pasien dengan infeksi berat. Ampisilin-gentamisin-cefotaksim digunakan pada 1,19% kasus yang perlu dikaji lebih lanjut karena kombinasi ketiga obat tersebut dapat menyebab-kan masalah ketidaktepatan indikasi. Ampisilin-gentamisin-kotrimoksasol dikombinasikan untuk pengobatan diare akibat infeksi berat, pada dasarnya obat-obat ini biasa digunakan tunggal untuk diare bakterialis. Data ini dapat dilihat dalam tabel 5.

  • Cakrawardi, Pola Penggunaan Antibiotik Pada GastroenteritisAnak di RS Wahidin Sudorohusodo 71

    Tabel 5. Profil penggunaan antibiotik tunggal dan kombinasi pada pasien gastroenteritis akut anak rawat inap di rumah sakit BLU dr. Wahidin Sudirohusodo

    Penggunaan Antibiotik Jumlah kasus

    Persentase

    Tunggal 53 63,10

    Kombinasi 2 antibiotik 28 33,33

    Kombinasi 3 antibiotik 3 3,57

    TOTAL 84 100,00

    Sumber : data rekam medik Sebagian besar antibiotik yang digunakan

    dalam pengobatan merupakan antibiotik generik 83 kasus (98,81%). Hanya 1 kasus (1,19 %) yang menggunakan antibiotik paten dan generik secara bersama. Data dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Profil penggunaan antibiotik generik dan paten yang digunakan pada pasien gastroenteritis akut anak rawat inap di rumah sakit BLU dr. Wahidin Sudirohusodo

    Tipe Antibiotik Jumlah kasus

    Persentase

    Generik 83 98,81

    Paten 0 0

    Generik dan Paten 1 1,19

    TOTAL 84 100,00

    Sumber : data rekam medik

    Tercatat 29 kasus (34,52%) di mana pasien hanya diberikan antibiotik selama 1 hingga 3 hari, padahal durasi pemberian antibiotik yang terlalu singkat dapat menimbulkan resistensi bak-teri dan memungkinkan kumatnya infeksi. Sesuai dengan standar penanganan medis pemberian antibiotik biasanya berlangsung selama 5-10 hari, namun pemberian antibiotik yang singkat tersebut kemungkinan disebabkan karena dalam rekam medis yang tercatat hanyalah durasi pemberian antibiotik selama pasien menjalani rawat inap, se-dangkan ditemukan banyak kasus pasien men-jalani rawat inap hanya selama 1-3 hari. Periode rawat inap yang singkat tersebut kemungkinan disebabkan karena pasien sudah tidak membutuh-kan perawatan intensif sehingga pengobatan de-ngan antibiotik dapat diteruskan di rumah. Pilihan utama antimikroba berdasarkan educated guess pada gastroenteritis tergantung pada mikroba penyebabnya. Infeksi Shigella dapat diobati dengan kotrimoksazol, fluorokuinolon dan ampisilin. Vibrio cholera dengan tetrasiklin dan ko-trimoksazol. Entamuba histolytica dengan metro-nidazol. Campylobacter jejuni dengan eritromisin, fluo-rokuinolon, dan tetrasiklin.

    Tabel 7. Profil lama rawat inap pasien gastroenteritis akut anak rumah sakit BLU dr. Wahidin Sudirohusodo

    Lama rawat inap (hari) Jumlah kasus

    Persentase

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    11

    12

    20

    25

    1

    6

    9

    16

    15

    21

    5

    5

    2

    1

    1

    1

    1

    1,19

    7,14

    10,71

    19,06

    17,86

    25,00

    5,95

    5,95

    2,38

    1,19

    1,19

    1,19

    1,19

    TOTAL 84 100,00

    Sumber : data rekam medik Tabel 8. Profil durasi penggunaan antibiotik pasien gastroenteritis akut anak rawat inap di rumah sakit BLU dr. Wahidin Sudirohusodo

    Durasi penggunaan (hari)

    Jumlah kasus

    Persentase

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 18

    5 10 14 21 11 9 3 5 1 1 3 1

    5,95 11,90 16,67 25,00 13,11 10,71 3,57 5,95 1,19 1,19 3,57 1,19

    TOTAL 84 100,00

    Sumber : data rekam medik

    Rekomendasi pemilihan antibiotik pada

    pasien gastroenteritis berdampak diare yang tidak diawali dengan pemeriksaan mikrobiologis dilaku-kan dengan penggunaan antibiotik tunggal, di-hindari menggunakan kombinasi antibiotik tanpa pemeriksaan mikrobiologis. Penggunaan kotrimok-sazol, ampisilin dan metronidazol tanpa kombinasi menjadi rekomendasi terbaik untuk pasien ini berdasarkan educated guess. Pedoman penggu-naan antibotika di rumah sakit tersebut harus lebih diperhatikan sebab dalam acuan tersebut sudah memuat pilihan terapi dengan antibiotika yang sangat memperhatikan aspek kuman penyebab, rekomendasi pemberian obat yang mencantumkan lama pemberian dan perhatian khusus pada individualisasi pasien.

  • 72 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 Juli 2011, hlm. 69 72

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpul-kan bahwa 1. Ampisilin merupakan antibiotik pilihan utama

    pada pasien anak dengan gastroenteritis, yang dirawat inap di BLU rumah sakit dr. Wahidin Sudirohudo sebagai seri pengobatan tunggal 39,30%, sedangkan antibiotik lainnya adalah amoxicillin 9,52%, kotrimoksazol 5,95%, metronidazole 4,76%, kloramfenikol 2,38%, dan cefotaksim 1,19%.

    2. Penggunaan kombinasi antibiotik 36,90 %, perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan adanya kemungkinan interaksi obat yang tidak diharapkan.

    3. Diare pada anak di BLU RS. Wahidin Sudirohusodo hanya sebagian kecil yang telah memenuhi pedoman penggunaan antibiotik yang merupakan literature resmi di rumah sakit tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Noerasid, H.S. 1988. Gastroenteritis (Diare) Akut, Dalam Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universi-tas Indonesia. Jakarta.

    2. Noviprakita. 2009. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP dr. Kariadi Semarang Tahun 2008. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro. Semarang. Hal.4

    3. Rahmawati. 2003. Studi penggunaan obat pa-da hepatitis dengan komplikasinya di Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar perode 2000 2001. Skripsi Fakultas Mate-matika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univer-sitas Hasanuddin. Makassar. Hal.4

    4. Ciesla, W.P., Guerrant, R.L., Infectious Diarrhea. In: Wilson, W.R., Drew, W.L., Henry, N.K., (editors). 2003. Current Diagno-sis and Treatment in Infectious Disease. Lange Medical Books, New York, pp.225 - 68.

    5. Lung, E., Acute Diarrheal Disease. In: Friedman, S.L., McQuaid, K.R., Grendell, J.H, (editors). 2003. Current Diagnosis and Treat-ment in Gastroenterology. 2

    nd ed. Lange Medi-

    cal Books, New York, pp.131 50 6. Soewondo, E.S., Penatalaksanaan diare akut

    akibat infeksi (Infectious Diarrhoea). Dalam : Suharto, Hadi, U., Nasronudin, (editor). 2002. Seri Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa Penya-kit Tropik Infeksi. Airlangga University Press, Surabaya, hal. 34 40.

    7. Kolopaking, M.S., Penatalaksanaan Muntah dan Diare akut. Dalam: Alwi, I., Bawazier, L.A, Kolopaking, M.S., Syam, A.F., Gustaviani, (editor). 2002. Prosiding Simposium Penata-laksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penya-kit Dalam. Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedok-teran, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 52 -70.

    8. Ganiswarna, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi. ed.4. Bagian Farmakolgi. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 209

    9. Aggarini, R.N. 2002. Pola Penggunaan Anti-biotik Pada Penyakit Gastroentritis akut anak pasien rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, hal. 61- 67