Jump 7C.docx

8
Jump 7C 3. Jelaskan cara kerja, teknik, indikasi, dan kontraindikasi cuci darah! DIALISIS Dialisis merupakan suatu terapi pengganti ginjal yang dilakukan apabila ginjal pasien sudah tak bisa berfungsi optimal untuk mempertahankan cairan, elektrolit, dan membuang sisa-sisa metabolisme dari tubuhnya. Di Indonesia sendiri, ada dua pilihan untuk menjalani terapi pengganti ginjal, yaitu hemodialisis (HD) dan dialisis peritoneal (DP). Hemodialisis Pada proses hemodialisis, darah dari pembuluhnya disalurkan melalui selang kecil ke mesin yang disebut dializer. Setelah itu, darah yang telah bersih dikembalikan ke tubuh. Di dalam dializer, darah akan melewati membran yang berfungsi sebagai saringan. Sampah hasil penyaringan akan dimasukkan ke dalam cairan yang disebut larutan dialisat. Selanjutnya, dialisat yang telah tercampur dengan sampah hasil penyaringan akan dipompa keluar, kemudian diganti dengan larutan dialisat yang baru. Berdasarkan parameter laboratorium, inisiasi terapi dialisis apabila laju filtrasi glomerulus antara 5 dan 8 ml/menit/1,73 m2 (Spiegel, 2005). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu : 1. Indikasi absolut Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru

description

ghfhgf nghjg jhgjhg

Transcript of Jump 7C.docx

Jump 7C3. Jelaskan cara kerja, teknik, indikasi, dan kontraindikasi cuci darah!DIALISISDialisis merupakan suatu terapi pengganti ginjal yang dilakukan apabila ginjal pasien sudah tak bisa berfungsi optimal untuk mempertahankan cairan, elektrolit, dan membuang sisa-sisa metabolisme dari tubuhnya. Di Indonesia sendiri, ada dua pilihan untuk menjalani terapi pengganti ginjal, yaitu hemodialisis (HD) dan dialisis peritoneal (DP).HemodialisisPada proses hemodialisis, darah dari pembuluhnya disalurkan melalui selang kecil ke mesin yang disebut dializer. Setelah itu, darah yang telah bersih dikembalikan ke tubuh. Di dalam dializer, darah akan melewati membran yang berfungsi sebagai saringan. Sampah hasil penyaringan akan dimasukkan ke dalam cairan yang disebut larutan dialisat. Selanjutnya, dialisat yang telah tercampur dengan sampah hasil penyaringan akan dipompa keluar, kemudian diganti dengan larutan dialisat yang baru. Berdasarkan parameter laboratorium, inisiasi terapi dialisis apabila laju filtrasi glomerulus antara 5 dan 8 ml/menit/1,73 m2 (Spiegel, 2005).Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu :1. Indikasi absolut Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. 2. Indikasi elektifIndikasi elektif, yaitu Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat (Sukandar, 2006).Indikasi pada gagal ginjal stadium terminalIndikasi dilakukannya hemodialisis pada penderita gagal ginjal stadium terminal antara lain karena telah terjadi: Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik) Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misalnya: asidosis metabolik, hiperkalemia dan hipercalsemia Edema paru sehingga menimbulkan sesak nafas berat Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms)Indikasi pada gagal ginjal kronikPada umumnya indikasi dialisis pada Gagal Ginjal Kronik adalah bila laju filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 5mL/menit (normalnya GFR mencapai 125 mL/menit) dan dianggap baru perlu di mulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah:1. Keadaan umum buruk dan gejala klinisnya nyata2. Serum Kalium > 6 meq/L3. Ureum darah > 200 mg/dl4. pH darah < 7,15. Anuria berkepanjangan (> 5 hari)6. Fluid overloaded

Saat memulai dialisis ( Inisiasi ) :1. TKK / LFG < 10 ml / mnt dg gejala uremia / malnutrisi.2. TKK/LFG < 5 ml / mnt walaupun tanpa gejala.3. Indikasi khusus : - Komplikasi akut ( edema paru, hiperkalemi, asidosis metabolik berulang ) - DM : TKK / LFG < 15 ml / mnt{ 140 umur (th) } x BB ( kg )TKK = ---------------------------------------------Kreatinin serum ( mg/dl ) x 72

Walaupun hemodialisis berfungsi mirip dengan cara kerja ginjal, tindakan ini hanya mampu menggantikan sekitar 10% kapasitas ginjal normal. Selain itu, hemodialisis bukannya tanpa efek samping. Beberapa efek samping hemodialisis antara lain tekanan darah rendah, anemia, kram otot, detak jantung tak teratur, mual, muntah, sakit kepala, infeksi, pembekuan darah (trombus), dan udara dalam pembuluh darah (emboli) (Nephrology Channel, 2001).KOMPONEN UTAMA :1. Cairan Dialisat: asetat dan bicarbonat 2. Dialiser / Ginjal buatan:Tempat terjadinya cuci proses pencucian, pengeluaran sampah toksin hasil metabolisme tubuh.Jenis : a. Kapiler (hollow fiber ). b. Paralel plate c. Coil.3. Sirkulasi darah : a. Saluran arteri ( outlet ) : saluran sbl dialiser merah b. Saluran vena ( inlet ) : Saluran ssd dialiser biruPada gagal ginjal kronik, hemodialisis biasanya dilakukan 3 kali seminggu. Satu sesi hemodialisis memakan waktu sekitar 3 sampai 5 jam. Selama ginjal tidak berfungsi, selama itu pula hemodialisis harus dilakukan, kecuali ginjal yang rusak diganti ginjal yang baru dari donor. Dialisis PeritonealDialisis adalah proses pengeluaran sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan dari darah melalui membran semipermeabel. Peritoneum merupakan selaput yang berfungsi sebagai membran semipermeabel ternyata dapat berperan dalam proses dialisis, hal ini didasarkan pertimbangan bahwa luas permukaan peritoneum kira-kira sama dengan luas permukaan seluruh kapiler glomerulus.5Peritoneum dapat berperan sebagai membran dialisis dengan beberapa alasan,yaitu:a. Zat-zat molekul kecil/kristaloid dapat berdifusi melalui membran semi permeabel dari suatu cairan di satu pihak ke cairan di pihak lain tergantung perbedaan konsentrasi.b. Koloid/molekul protein tidak dapat berdifusi melalui membran semi permeabelc. Ultrafiltrat sebagai hasil proses filtrasi ginjal normal mempunyai komposisi sama dengan plasma kecuali tidak mengandung protein.d. Peritoneum sebagai membran semipermeabel dapat menggantikan fungsi filtrsi glomerulus.e. Fungsi tubulus ginjal dalam resorpsi selektif cairan dan kristaloid dapat digantikan dengan pemberian cairan parenteral.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI DIALISIS PERITONEALDialisis peritoneal pada anak harus sesegera mungkin dilaksanakan sesuai dengan indikasi tanpa menunggu gejala atau manifestasi lain yang mungkin timbul. Oleh karena pada anak mempunyai kecepatan metabolisme yang lebih tinggi dari dewasa sehingga akan lebih cepat terjadi penumpukan sisa metabolism yang sangat merugikan. Apalagi pada anak dengan oligouri/anuria akan sangat susah untuk memenuhi kebutuhan kalori karena ada keterbatasan dalam pemberian jumlah cairan.Indikasi pada gagal ginjal akut adalah hiperkalemia (serum K > 7,0 mEq/L); Asidosis berat; Fluid overload, biasanya dengan hipertensi, payah jantung dan bendungan paru; Azotemia berat (BUN> 150 mg/dl); Gejala Uremia (ensefalopati, perikarditis, perdarahan, intractable vomiting); Hiponatremia, hipokalsemia, dan hiperphosphatemia (berat dan bergejala); Fluid removal untuk nutrisi yang optimal, transfuse. Indikasi lain untuk dialisa adalah pada keracunan zat/obat, antara lain barbiturate, sodium salisilat dan metal alkohol.Sedangkan kontra indikasi dialisa peritoneal umumnya berhubungan dengan tidak utuhnya rongga peritoneum, misalnya pada bayi dengan omphalocele, gastroschizis, hernia diafragmatika. Pasaca operasi abdomen, adanya shunt ventriculo peritoneal pada anak dengan hidrosefalus bukan merupakan kontraindikasi absolut.PROSEDUR DIALISIS PERITONEALCairan dialisa yang digunakan yaitu cairan standar yang mengandung glukosa 1,5%, komposisi elektrolit yang hamper sama denagn cairan ekstraseluler tubuh, tetapi tidak mengandung kalium. Cairan yang tersedia Perisolution dari Otsuka dengan konsentrasi glukosa 1,5%, Dianeal dari Baxter dengan konsentrasi glukosa 1,5%, 2,5% dan 4,25%. Pada bayi yang mengalami asisdosis metabolic karena akumulasi dari asam laktat endogen, cairan dialisa yang dipakai bukan cairan dialisa standar yang mengandung laktat tapi cairan dialisa yang mengandung bikarbonat sebagai pengganti laktat dan kalsium diberikan secara intravenaKateter yang digunakan: Rigid plastic catheter/polythelene catheter dengan stilet. Jenis ini yang tersedia di Indonesia yaitu buatan Otsuka dan Amecath (Ameco Medical Industries, Egypt). Jenis kateter ini digunakan untuk dialisa peritoneal 48-72 jam. Tenckhoff catheter dan modifikasinya. Terbuat dari silicon yang bersifat inert. Dapat dipasang untuk waktu yang lama. Untuk dialisa peritoneal akut yang diperkirakan lama dipakai jenis kateter ini.

4. Kenapa jumlah urin lebih dari normal?Pada skenario dijelaskan bahwa pada saat pasien memeriksakan diri kedokter pertama kali dan diberikan kateter per uretra, keluar urine 600cc. Padahal volume maksimum dari vesica urinaria adalah 500cc, bahkan ketika vesica urinaria sudah terisi 300cc akan meimbulkan reflek ingin berkemih. Jumlah urin yang keluar banyak pada saat kateterisasi per uretra pertama kali mungkin disebabkan karena penumpukan cairan urine di dalam vesica urinaria beberapa waktu sebelumnya atau bahkan ditambah dengan cairan yang sudah berada dalam ureter atau ginjal.Urine tersebut terhambat proses keluarnya karena ada penyempitan uretra pars prostatica akibat hyperplasia prostat. Karena hanya sediki turin yang dapat keluar, urin tertampung di dalam vesica urinaria sehingga vesica urinaria penuh. Hal ini menyebabkan tekanan intra vesica meningkat dan mendesak ureterovesico junction yang berfungsi sebagai sfingter yang mencegah adanya refluks dari vesica urinaria ke ureter. Cairan urine yang mendesak ureterovesico junction menyebabkan tergenangnya cairan dalam ureter sehingga terjadi hidroureter. Jika obstruksi berlangsung lama, maka akan menyebabkan cairan menggenangi ren sehingga disebut hidronefrosis.Sedangkan pada skenario, pasien hanya mengeluarkan urin 100 cc setiap harinya. Jumlah tersebut tergolong sedikit. Hal ini dapat dikarenakan banyaknya atrofi glomerulus dan tubulus dari ginjal akibat hidronefrosis sehingga jumlah glomerulus yang masih memiliki fungsi menyaring darah menjadi urin lebih sedikit. Oleh karena itu, urine yang dihasilkan juga sedikit pula.