jtptunimus-gdl-sunitig0a0-5108-2-bab2.pdf

36
7 BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Keluarga A. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen kesehatan RI. 1988). Pengertian asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan / dipusatkan pada keluarga sebagai unit / kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau penyalur (Nasrul Effendi , 1997). B. Tipe / bentuk keluarga (Murwani, 2007) 1. Keluarga inti ( Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. 2. Keluarga Besar ( Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan satu saudara, misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya. 3. Keluarga bcrantai ( Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti

description

jtptunimus-gdl-sunitig0a0-5108-2-bab2.pdf

Transcript of jtptunimus-gdl-sunitig0a0-5108-2-bab2.pdf

  • 7BAB II

    KONSEP DASAR

    I. Konsep Keluarga

    A. Definisi Keluarga

    Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

    keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di

    bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen

    kesehatan RI. 1988).

    Pengertian asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat

    perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan / dipusatkan pada

    keluarga sebagai unit / kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan

    melalui perawatan sebagai saran atau penyalur (Nasrul Effendi , 1997).

    B. Tipe / bentuk keluarga (Murwani, 2007)

    1. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

    ibu, dan anak-anak.

    2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah

    dengan satu saudara, misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara

    sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya.

    3. Keluarga bcrantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari

    wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

    keluarga inti

  • 84. Keluarga duda /janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi

    kerena perceraian atau kematian.

    5. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga

    perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

    6. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi

    satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga

    C. Tugas Keluarga

    Tugas keluarga menurut (Friedman ,1998)

    1. Menurut Friedman (1998) ada lima tugas keluarga dalam bidang

    kesehatan yaitu sebgai berikut:

    a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

    b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

    c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan

    yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau

    usianya yang terlalu muda.

    d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

    perkembangan kepribadian anggota keluarga.

    e. Mempertahankan hubungan sosial balik antara keluarga dan

    lembaga kesehatan yang ada.

    Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut:

    a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

    b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

  • 9c. Pembagian masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya

    masing-masing.

    d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

    e. Pengatur jumlah anggota keluarga.

    f. Pemelihara ketertiban anggota keluarga.

    g. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

    h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

    D. Peran keluarga

    Menurut (Friedman, 1998).

    a. Peran formal

    1) Peran parental dan perkawinan.

    Nye dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang

    membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu.

    a) Peran sebagai provider (penyedia)

    b) Peran sebagai pengatur rumah tangga.

    c) Peran perawat anak

    d) Peran sosialisasi anak.

    e) Peran rekreasi.

    f) Peran persaudaraan (kinship) atau memelihara hubungan

    keluarga paternal dan maternal.

    g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan efektif pasangan).

    h) Peran seksual.

  • 10

    2) Peran perkawinaan.

    Minuchin (1974) menekankan pentingnya hubungan peran

    suami atau istri yaitu kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara

    suatu hubungan perkawinan kokoh. Anak-anak terutama dapat

    mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana

    suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara

    suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan salah

    satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.

    b. Peran informal

    1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para

    anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

    2) Inisiator kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide

    baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan

    kelompok.

    3) Pendamai (compromiser) : merupakan salah satu bagian dari konflik

    dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan

    mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian "setengah

    jalan".

    4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawat dan

    mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

    5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-

    kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan / keakraban

  • 11

    E. Fungsi Keluarga (Effendi, 1998)

    1. Fungsi biologis

    a) Untuk meneruskan keturunan.

    b) Memelihara dan membesarkan anak.

    c) Memenuhi kebutuhan grzi keluarga.

    d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

    2. Fungsi Psikologis

    a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

    b) Mcmberikan perhatian diantara anggota keluarga.

    c) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

    d) Memberikan identitas keluarga.

    3. Fungsi Sosialisasi

    a) Membina sosialisasi pada anak.

    b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

    perkembangan anak.

    c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

    4. Fungsi Ekonomi

    a) Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan

    kebutuhan keluarga.

    b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk mernenuhi

    kebutuhan keluarga.

    c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang

    misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

  • 12

    5. Fungsi pendidikan

    a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

    keterampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat

    dan minat yang dimilikinya.

    b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

    dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

    c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya.

    6. Fungsi perlindungan

    Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan -

    tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa

    terlindung dan merasa aman.

    7. Fungsi perasaan

    Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,

    merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling

    pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam

    keluarga.

    8. Fungsi religius

    Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan

    mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan

    beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan

    bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada

    kehidupan lain setelah didunia ini.

  • 13

    9. Fungsi rekreatif

    Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi

    ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan

    suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai

    keseimbangan kepribadian masing - masing anggotanya.

    F. Keperawatan kesehatan keluarga

    1. Definisi

    Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

    masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit

    atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui

    perawatan sebagai saran / penyalur (Bailon dan Maglaya,1978).

    2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.

    a) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga

    yang menyangkut kehidupan masyarakat.

    b) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

    mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan

    dalam kelompoknya.

    c) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

    apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah

    kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

    d) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

    (Pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan

    dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

  • 14

    e) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

    berbagai upaya kesehatan masyarakat.

    G. Proses Keperawatan Keluarga

    Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan

    secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan

    keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan

    melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan

    rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah

    dilaksanakan terhadap keluarga (Friedman, 1998).

    1. Pengkajian Keluarga

    Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan

    keluarga ke dalam tahap tahap meliputi identifikasi data, tahap dan

    riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi

    keluarga dan koping keluarga.

    2. Mengidentifikasi Data

    Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

    keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun

    sosial yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan untuk

    mengatasinya (Friedman, 1998).

    Pengumpulan data pada keluarga dengan Thypoid difokuskan

    pada komponen komponen yang berkaitan dengan Thypoid.

  • 15

    3. Data Identitas

    a) Usia

    Usia sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada

    usia 3 19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak-

    anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan

    yang belum tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari

    pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata rata tidak tahu

    penyebab dari penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk

    dengan para orang tua tidak memperhatikan pola jajan dari anak

    anak mereka.

    b) Jenis Kelamin

    Pada pria lebih bresiko terkena penyakit thypoid ataupun

    terpapar dengan kuman salmonella typhi dibandingkan wanita

    karena aktivitas di luar rumah lebih banyak pria dari pada wanita.

    (Artikel mahasiswa Fak.kedokteran, 2008).

    c) Lingkungan

    Penyakit thypoid merebak didaerah yang kebersihan

    lingkungannya kurang diperhatikan, misalnya saja didaerah yang

    kumuh atau kotor dan banyak lalat. Banyaknya lalat didaerah

    yang kumuh akan menjadi perantara pindahnya kuman ke

    manusia, dimana penyebaran salmonella thypi ini melalui

    muntahan, urine, dan kotoran dari penderita yang kemudian

    terbawa oleh lalat, lalat itu megontaminasi makanan, minuman,

  • 16

    sayuran maupun buah-buahan yang terbuka, sehingga orang yang

    mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan kuman

    salmonella thypi akan beresiko terkena penyakit thypoid (Artikel

    mahasiswa Fak.kedokteran UH, 2005, 6, google.com, diakses

    tanggal 10 Mei 2008).

    d) Pekerjaan

    Orang yang bekerja pada lingkungan yang kumuh dan

    kotor lebih beresiko terkena penyakit thypoid, misalnya

    pemulung.

    e) Pendidikan

    Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena

    dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan

    psikomotorik dalam pengelolaan penderita thypoid mereka tidak

    mengenal tentang thypoid dan akibat serta pentingnya fasilitas

    kesehatan.

    f) Hubungan (genogram).

    Dalam anggota keluarga penularan kuman salmonella

    thypi melalui 2 sumber yaitu adanya anggota keluarga yang saat

    itu sedang menderita penyakit thypoid dan adanya anggota

    keluarga dengan carier (orang yang sembuh dari penyakit thypoid

    dan terus mengeksresi salmonella thypi, tinja dan air kemih

    selama lebih dari satu tahun. (Artikel mahasiswa Fakultas

  • 17

    Kedokteran UH, 2005, 8, google.com, diakses tanggal 10 mei

    2008).

    g) Kebiasaan.

    Kebiasaan yang paling berpengaruh pada proses terjadinya

    penyakit thypoid yaitu hygiene personal yang kurang. Kebiasaan

    tidak mencuci tangan sebelum makan ataupun kebiasaan

    memelihara kuku yang panjang akan mempermudah masuknya

    kuman kedalam tubuh (Artikel mahasiswa Fak.kedokteran UH,

    2005, 10, google.com, diakses tanggal 10 mei 2008).

    H. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

    1. Tahap Perkembangan Keluarga

    Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami

    masalah thypoid adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak

    usia sekolah, karena pada fase ini umumnya keluarga mencapai

    jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk

    dan kurang memperhatikan pola jajan dari anak mereka.Dimana dalam

    pengolahan bahan makanan tersebut belum tentu bersih dari pada

    makan dirumah. Anak usia sekolah rata-rata tidak tahu penyebab dari

    penyakit thypoid.

    2. Riwayat Kesehatan Keluarga

    Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain

    misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain lain, karena penyakit

    thypoid kaitannya adalah dengan lingkungan (lingkungan yang kotor

  • 18

    dan kumuh) meskipun thypoid adalah penyakit menular, namun

    penularan penyakit thypoid yaitu melalui carier atau orang yang

    sembuh dari penyakit thypoid dan masih mengekskresi salmonella

    thypii dalam kemih selama lebih dari satu tahun.

    I. Data Lingkungan

    1. Kondisi Rumah atau Karakteristik Rumah

    Penataan perabot rumah yang kurang diperhatikan atau tidak

    teratur seperti tempat makanan dan tempat sampah yang dibiarkan

    terbuka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit thypoid, karena

    penyakit thypoid sering terjadi pada daerah yang kebersihan

    lingkungannya kurang diperhatikan misalnya saja dilingkungan yang

    kumuh dan kotor serta banyak lalat.

    2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas, menjelaskan tentang

    karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat

    a) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

    menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

    berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

    keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

    b) Sistem pendukung

    Pengelolaan pasien post opname thypoid dikeluarga sangat

    membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga dan petugas

    dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya

    berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan mengontrol

  • 19

    perkembangan kesehatan anggota keluarga yang habis menderita

    penyakit thypoid.

    3. Struktur Keluarga

    a) Pola Komunikasi

    Adanya komunikasi yang terbuka antara keluarga sangat

    berpengaruh terhadap kesembuhan penyakitnya, karena dengan

    komunikasi yang terbuka dapat mengetahui masalah kesehatan

    keluarga secara dini.

    b) Struktur Pengambilan Keputusan

    Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap

    pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota

    keluarga yang sakit, karena pengambilan keputusan yang tepat

    dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut.

    c) Peran

    Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan

    keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga

    yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan.

    d) Nilai atau Norma

    Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh

    terhadap cara perawatan anggota keluarga yang sakit.

  • 20

    4. Fungsi Keluarga

    a) Fungsi Afektif

    Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang

    sakit mengakibatkan penderita thypoid tidak mendapatkan

    perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat

    menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut.

    b) Fungsi Sosial

    Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang thypoid dan cara

    penanggulangannya.

    J. Fungsi Perawatan Keluarga

    Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai

    kecenderungan lebih tinggi untuk menderita thypoid (Friedman, 1998).

    1. Mengenal Masalah Kesehatan

    Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah thypoid adalah salah

    satu faktor penyebab karena apabila keluarga tidak mampu mengenal

    masalah thypoid, penyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi.

    2. Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

    Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

    sakit thypoid dikarenakan oleh ketidaktahuan tentang penyakit,

    misalnya penyebab, gejala, perawatan, pencegahan, komplikasi, serta

    diit thypoid.

  • 21

    3. Memodifikasi Lingkungan

    Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan

    dapat beresiko untuk dilihat dari kebiasaan Nn. A yang tidak sehat

    yaitu menjalankan diit yang salah dan memelihara kuku yang panjang

    serta keadaan tempat sampah yang terbuka.

    4. Fungsi Reproduksi

    Dalam keluarga penyakit thypoid merupakan penyakit yang dapat

    ditularkan kepada anggota keluarga yang lain.

    5. Fungsi Ekonomi

    Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit thypoid tidak

    diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya, sementara penyakit

    thypoid juga sering diderita oleh kalangan ekonomi menengah

    kebawah.

    K. Pengkajian Fokus

    1. Biodata Keluarga

    Fokus pengkajian untuk Biodata keluarga berkaitan dengan umur,

    jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga yang ada pada keluarga.

    Umur sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3 19

    tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak anak usia

    sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum

    tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan

    dirumah. Anak usia sekolah rata rata tidak tahu penyebab dari

  • 22

    penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua

    tidak memperhatikan pola jajan dari anak anak mereka.

    2. Riwayat Keluarga

    Thypoid bisa disebabkan karena adanya riwayat keluarga yang pernah

    menderita penyakit thypoid. Mengingat penularan salmonella thypi

    salah satunya adalah pasien dengan carier orang yang sembuh dari

    demam thypoid dan terus mengekspres salmnella thypi dalam tinja

    dan air kemih selama lebih dari satu tahun.

    3. Karakteristik Lingkungan

    Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebab terjadinya

    Thypoid, yaitu lingkungan yang kotor akan beresiko tinggi untuk

    terkena penyakit thypoid.

    4. Fungsi Perawatan Kesehatan

    Pada keluarga yang pernah menderita thypoid perawatan kesehatan

    perlu dilakukan seperti mengatur diit nya yaitu jangan makan yang

    keras keras, pedas dan masam. Pada keluarga Tn.L jika sakit selalu

    periksa ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat

    II. Konsep Penyakit

    A. Pengertian

    Tifus abdominalis (atau demam tifoid, enteric fever) ialah

    penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan

    dengan gejala dimana lebih dari satu minggu, ganguan pada saluran

  • 23

    pencernaan dan gangguan kesadaran. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan

    Anak, 2002).

    Demam typhoid / enterik atau typus abdominalis adalah sindrom

    klinissistemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella typhi dan

    demam paratiroid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi A, Salmonella

    Schott Mulleri, salmonella hissch feldii. (Richard E Behrman, 1999).

    Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus,

    disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan minuman dan air

    yang tercemar dan sering timbul dalam wabah (Markum, 1991).

    Jadi tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang

    disebabkan oleh kuman salmonella typhi dan terdapat pada saluran

    pencernaan yang disertai dengan demam lebih dari satu minggu,dan

    gangguan kesadaran.

    B. Etiologi

    Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhosa,

    eberthella typhosa yang merupakan basil gram (-), bergerak dengan

    rambut getar, tidak berspora, kuman ini dapat hidup pada suhu 70 derajat

    maupun oleh anti septik. Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini

    hanya menyerang manusia.

    Salmonella typhosa memiliki tiga macam antigen: antigen O

    (Onhe Houch) merupakan somatik antigen atau tidak menyebar terletak

    dimembran luar yang terdiri dari komponen protein dan lipid. Antigen H

    (Houch) =flagela=menyebar, antigen ini mempunyai kemampuan untuk

  • 24

    menahan mekanisme pembersih dari gerakan peristaltik usus dan

    menunjang proses penetrasi serta penempelan pada mukosa usus halus,

    yang ketiga adalah Vi (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh

    kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis. Ketiga jenis

    antigen di dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan 3

    macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

    C. Patofisiologi

    Kuman salmonella typhi masuk kedalam mulut melalui makanan

    dan minuman yang tercemar basil masuk dan diserap diusus halus

    melalui pembuluh limfe masuk kedalam peredaran darah (Bakterimia)

    merangsang leukosit pada jaringan yang meradang untuk melepaskan zat

    pirogen. Zat pirogen inilah yang mempengaruhi pusat termoregulator di

    hipotalamus sehingga timbul gejala demam.

    Melalui pembuluh limfe juga basil masuk pembuluh darah sampai

    diorgan-organ terutama hati dan linpa. Basil yang tidak dihancurkan

    berkembang biak dalam hati dan limpa sehigga organ-organ tersebut

    akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk

    kembali kedalam darah (bakterimia) dan mengadakan multiplikasi di

    usus halus, yang menimbulkan tukak pada mukosa diatas plak payeri.

    Tukak tersebut dapat mengakibatka peradangan pada usus dan bila parah

    bisa terjadi perdarahan dan perforasi usus.

  • 25

    D. Manifestasi Klinik

    Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan

    daripada orang dewasa. Masa tunas: 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari

    jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman

    yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala

    prodmoral, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala., pusing

    dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik

    yang biasa ditemukan ialah :

    1. Demam

    Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris

    remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu

    tubuh berangsur - angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada

    pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam

    minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada

    minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir

    minggu ketiga.

    2. Gangguan pada saluran pencernaan

    Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan

    pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),

    ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen

    ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa

    membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi

    tetapi juga dapat diare atau normal.

  • 26

    3. Gangguan kesadaran

    Umumnya kesadaran pasien menurun walapun tidak berapa dalam,

    yaitu apatis sampai somnolen, jarang sopora koma atau gelisah

    (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan ).

    Disamping gejala gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya.

    Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu

    bintik bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit

    yang dapat ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak

    besar ( Ngastiyah, 1997 ).

    E. Komplikasi

    Dapat terjadi :

    1. Pada usus halus

    a) Pendarahan usus

    Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja

    dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat

    disertai nyeri perut dengan tanda tanda ranjatan.

    b) Perforasi usus

    Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi

    pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritontis

    hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga

    peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara

    diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang

    dibuat dalam mengadakan tegak.

  • 27

    c) Peritonitis

    Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi

    usus. Ditemukan gejala abdomen akut, nyeri perut yang hebat,

    dinding abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri tekan.

    2. Di luar usus

    Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia),

    yaitu meningitis, kolesistitis, ensefolopati. Terjadi karena infeksi

    sekunder yaitu bronkopneumonia (Ngastiyah, 1997).

    F. Penatalaksanaan

    Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu:

    1. Perawatan

    Pasien demam thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk

    isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut

    sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14

    hari.

    Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi

    komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien

    dilakuakan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan

    pasien.

    Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya

    harus di ubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari

    komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.

  • 28

    Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena

    kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih

    2. Diet

    Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi

    protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak

    merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila

    kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung.

    Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di berikan makanan

    lunak.

    Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan

    padat dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang

    sayuran dengan serat kasar) dapat di berikan dengan aman.

    3. Obat

    Obat obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:

    a) Kloramfenikol

    Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam

    lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk

    orang dewasa 4x.500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari

    bebas demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam pada

    demam tifoid turun rata-rata setelah 5 hari.

    b) Tiamfenikol

    Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama

    dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada

  • 29

    penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol.

    Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah

    rata-rata 5-6 hari.

    c) Ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol)

    Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai

    7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimitropin

    dan 400 mg sulfametoksazol). Dengan kontrimoksazol demam

    pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5-6 hari.

    d) Ampicillin dan Amoksisilin

    Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid

    dengan leukopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-

    150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas

    demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam

    tifoid turun rata-rata setelah 7-9 hari.

    e) Sefalosforin generasi ketiga

    Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga

    antara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk

    demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum

    diketahui dengan pasti.

    f) Fluorokinolon

    Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid, tetapi dosis

    dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

  • 30

    Obat-obat Simtomatik:

    a) Antipiretika

    Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien

    demam thypoid, karena tidak dapat berguna.

    b) Kortikosteroid

    pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau

    parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap (Tapering

    off) selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan,

    kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan cepat turun

    sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan

    tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal

    dan relaps.

    G. Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan SGOT dan SPGT

    Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya

    demam thypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan

    pembatasan pengobatan.

    2. Pemeriksaan Leukosit

    Pada demam thypod terdapat Leukopenia dan Limfositosis relatif ,

    tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

    kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan

    darah tepi berada dalam batas normal, malahan kadang-kadang

  • 31

    terjadi leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi

    sekunder.

    Leukositosis : Peningkatan jumlah Leukosit

    Leukopenia : Penurunan jumlah Leukosit

    Nilai normal Leukosit :

    Dewasa : Total :4500-10000 L

    Anak usia 2 tahun : 6000-17000 L

    Bayi baru lahir : 9000-30000 L (Kee, 1997)

    3. Biakan Darah

    Biakan darah positif memastikan demam thypoid tetapi biakan darah

    negatif tidak menunjukan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena

    hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor :

    a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium

    Hasil pemeriksaan laboratorium satu dengan yang lain berbeda.

    Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan tehnik dan media

    biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang berada

    dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah

    (dewasa 5-10 ml, anak 2-5 ml ) dan darah tersebut harus segera

    ditanam dalam media biakan sewaktu berada di sisi pasien dan

    langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah

    paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakteriemia

    berlangsung

  • 32

    b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit

    Pada demam tifoid biakan darah terhadap Salmonella thypi

    terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang

    pada minggu-minggu berikutnya, pada waktu kambuh biakan

    dapat positif lagi.

    c. Vaksinasi dimasa Lampau

    Vaksinasi pada masa lampau menimbulkan antibody dalam

    darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia, hingga

    biakan darah mungkin negative.

    d. Pengobatan dengan obat antimikrobia

    Bila pasien sebelum biakan darah sudah mendapat obat

    antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat

    dan hasil biakan mungkin negative

    e. Kepekaan Salmonella typhi terhadap obat antimikrobia

    Penelitian di laboratorium kesehatan perum bio farma

    menunjukaan bahwa selama 1984 1990 Salmonella.typhi dan

    Salmonella. paratyphi A masih 100% sensitive terhadap

    Kloramfeniol 83,3%-100% sensitive terhadap ampisilin dan

    97%- 100% sensitive terhadap kotrimoksasol.

    4. Uji Widal

    Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

    antibobodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella

    terdapat dalam serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang

  • 33

    pernah tertular salmonella dan pada orang yang pernah difaksinasi

    terhadap demam thypid. Maksud uji widal adalah untuk menentukan

    adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita

    thypoid. Akibat infeksi Salmonella typhi pasien membuat antibody

    (aglutinin), yaitu :

    a. Aglutinin O , yang dibuat Karena rangsang antigen O (berasal

    dari tubuh kuman)

    b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagella

    kuman)

    c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai

    kuman)

    Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin 0 dan H yang

    ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin

    besar kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi

    yang aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang

    yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.

    Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam thypoid yang

    mempunyai gejala hampir sama, hanya bedanya demam biasanya

    tidak terlalu tinggi (lebih ringan) ialah yang terdapat pada paratifoid

    A, B, C, untuk menemukan kuman penyebab perlu pemeriksaan

    darah seperti pasien thypoid.

  • 34

    Interpretasi Uji Widal

    Tidak ada konsensus baku mengenai tingginya titer uji widal

    yang mempunyai nilai diagnostik yang pasti untuk demam thypoid.

    Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan

    darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Peningkatan titer

    uji widal selama 2 sampai 3 minggu, memastikan diagnosis demam

    thypoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antibody O 1/320 atau

    titer antibody H 1/640 menyokong diagnosis demam thypoid pada

    pasien dengan gambaran klinis yang sama.

  • 1H. Pahway

    Air dan makanan yang mengandung kuman Salmonela typhosa

    Mulut

    Saluran pencernaan

    Jaringan tubuh

    Peradangan

    Pelepasan zat pytogen

    Proses termoregulasi tubuh

    Peningkatan suhu tubuh Hipermetabolisme

    Output berlebihan

    Defisit volume cairan

    Limfoid plague payeriDi ileum terminalis

    Perdarahan dan perforasiintestinal

    Lamina propia

    Kuman masuk aliran limfemesentrial

    Menuju limfe dan hati

    Kuman berkembangbiak

    Peradangan usus

    Nyeri tekan

    Gangguan rasanyaman nyeri

    Demam

    Usus

    Proses infeksi

    Merangsangperistaltik usus

    Diare

    Diet rendah serat

    Penurunan absorbsi pada usus

    Konstipasi

    Perasaan tidak enak diperut,mual, muntah, anoreksia

    Intake tidak adekuat

    Perubahan nutrisi kurangdari kebutuhan

    Kelemahan fisikKeterbatasan aktifitas

    Tirah baring lama

    Intoleransi aktifitas

    (Sumber : Mansjoer, 2000)

  • 35

    I. Diagnosa Keperawatan

    1. Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan

    absorbsi nutrient, status hipermetabolik, secara medik masukan

    dibatasi, takut makan dapat menyebabkan diare ditandai dengan

    penurunan berat badan, penurunan lemak, subkutan/ massa otot,

    tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif, konjungtiva dan membrane

    mukosa pucat.

    2. Hipertermi b/d peningkatan tingkat metabolisme, penyakit,

    dehidrasi, efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,

    perubahan pada regulasi temperature ditandai dengan peningkatan

    suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal, kulit kemerahan,

    hangat waktu disentuh, peningkatan pernapasan, takhikardi.

    3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d hiperperistaltik, diare lama, iritasi

    kulit/ jaringan, ekskoriasi fisura perirektal, fistula.ditandai dengan

    laporan nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri menyebar, perilaku

    berhati-hati, gelisah, nyeri wajah, perhatian diri sendiri.

    J. Fokus Intervensi dan Rasional

    1. Diagnosa Keperawatan 1

    Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan

    absorbsi nutrient, status hipermetabolik, secara medik masukan

    dibatasi, takut makan dapat menyebabkan diare ditandai dengan

    penurunan berat badan, penurunan lemak, subkutan/ massa otot,

    tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif, konjungtiva dan membrane

    mukosa pucat.

  • 36

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan

    nutrisi terpenuhi

    Intervensi :

    a) Timbang berat badan setiap hari

    Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet /

    keefektifan terapi

    b) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase

    sakit akut

    Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah

    penurunan kalori dan simpanan energi.

    c) Anjurkan istirahat sebelum makan.

    Rasional : Menenangkan peristaltik, dan meningkatkan rasa

    makanan.

    d) Berikan kebersihan oral

    Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa

    makanan.

    e) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan

    menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani.

    Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan

    stress dan lebih kondusif untuk makan.

    f) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus.

    Rasional : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.

  • 37

    g) Catat masukan dan perubahan simtomatologi

    Rasional : Memberikan rasa kontrol pada pasien dan

    kesempatan untuk memilih makanan yang

    diinginkan / dinikmati, dapat meningkatkan

    masukan.

    h) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai

    makan diet.

    Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan

    oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi

    gejala.

    i) Pertahankan puasa sesuai indikasi.

    Rasional : Istirahat usus menurunkan peristaltik dan diare

    dimana menyebabkan malabsorsi/kehilangan

    nutrient.

    j) Kolaborasi nutrisi pareneral total, terapi IV sesuai indikasi.

    Rasional : Program inii mengistirahatkan saluran GI

    sementara memberikan nutisi penuh.

    2. Diagnosa Keperawatan 2

    Hipertermi b/d peningkatan tingkat metabolisme, penyakit,

    dehidrasi, efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,

    perubahan pada regulasi temperature ditandai dengan peningkatan

    suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal, kulit kemerahan,

    hangat waktu disentuh, peningkatan pernapasan, takhikardi.

  • 38

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh

    dalam batas normal.

    Intervensi :

    a) Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil.

    Rasional : Suhu 38,9-41,10 C menunjukan proses penyakit

    infeksius akat. Poa demam dapat membantu dalam

    diagnosis, misal kurva demam lanjut berakhir lebih

    dari 24 jam menunjukkan pneumonia pnemokokal,

    demam scarlet atau tipoid.

    b) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambah linen temat tidur, sesuai

    indikasi.

    Rasional : Suhu lingkungan / jumlah selimut harus diubah

    untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

    c) Berikan kompres mandi hangat , hindari penggunaan alkohol

    Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.

    (penggunaan alcohol / air es mungkin

    menyebabkan, peningkatan suhu secara actual.

    Selain itu, alkohol dapat mengeringkan kulit.

    d) Kolaborasi pemberian antipiretik

    Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam untuk aksi

    sentralnya pada hipotalamus. Meskipun demam

    mungkin dapat berguna dalam membatasi

    pertumbuhan organisme, dan meningkatkan

    autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

  • 39

    e) Berikan selimut dingin

    Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam umumnya

    lebih besar dari 39,5-400 C pada waktu terjadi

    kerusakan / gangguan pada otak.

    3. Diagnosa keperawatan 3

    Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d hiperperistaltik, diare lama, iritasi

    kulit/ jaringan, ekskoriasi fisura perirektal, fistula.ditandai dengan

    laporan nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri menyebar, perilaku

    berhati-hati, gelisah, nyeri wajah, perhatian diri sendiri.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa

    nyaman terpenuhi

    Intervensi :

    a) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri

    Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada

    meminta analgetik.

    b) Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,

    intensitas (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan

    karakteristik nyeri.

    Rasional : Nyeri kolik hilang timbul pada penyakit crohn.

    Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada KU

    dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan terus-

    menerus.perubahan pada karakteristik nyeri dapat

    menunjukan penyebaran penyakit / terjadinya

    komplikasi.

  • 40

    c) Catat petunjuk non verbal, gelisah, menolak untuk bergerak,

    berhati-hati engan abdomen, menarik diri, dan depresi. Selidiki

    perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.

    Rasional : Bahasa tubuh / petunjuk non verbal dapat secara

    psikologis dan fisiologis dan dapat digunakan

    pada hubungan petunjuk verbal untuk

    mengidentifikasi luas / beratnya masalah.

    d) Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau

    menghilangkan nyeri.

    Rasional : Dapat menunjukan dengan tepat pencetus dan

    faktor pemberat seperti stress, tidak toleran

    terhadap makanan atau mengidentifikasi terjadinya

    komplikasi.

    e) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis, lutut

    fleksi

    Rasional : Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan

    rasa kontrol.

    f) Berikan tindakan nyaman (misal, pijatan punggung, ubah posisi)

    dan aktivitas senggang.

    Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali

    perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.

  • 41

    g) Bersihkan area rectal dengan sabun ringan dan air/lap setelah

    defekasi dan memberikan perawatan kulit, misalnya salep, jel /

    jeli minyak.

    Rasional : Supaya tidak terjadi lecet pada area rektal dan

    membuat klien nyaman