Jtptunimus Gdl Noviantywa 5253 2 Bab2
-
Upload
lyana-anthonio -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of Jtptunimus Gdl Noviantywa 5253 2 Bab2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELLITUS
A.1 Definisi Diabetes mellitus (DM)
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat
kekurangan insulin ( Subekti, 1999).
A.2 Hormon Insulin
Insulin adalah salah satu hormon didalam tubuh manusia yang
dihasilkan atau diproduksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam kelenjar
pangkreas. Insulin merupakan suatu polipeptida (protein).
Dalam keadaan normal, jika kadar glukosa darah naik, kelenjar
pangkreas akan mengeluarkan insulin dan masuk ke dalam aliran darah.
Oleh darah insulin disalurkan ke reseptor hati sebesar 50 % ginjal 10-20%,
sel darah, otot, jaringan lemak 30-40%. Apabila kadar insulin cukup atau
fungsinya tidak terganggu, kelebihan gula dalam darah akan segera diubah
dan disimpan untuk metabolisme tubuh.
Gula darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi
energi dan akan merangsang sel beta pulau langernas untuk mengeluarkan
insulin. Selama tidak ada insulin, gula darah tidak dapat masuk kedalam
sel-sel jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak.
Insulin merupakan kunci yang membuka pintu sel jaringan,
memasukkan gula ke dalam sel dan menutup pintu kembali. Di dalam sel,
gula dibakar menjadi energi yang berguna untuk aktivitas
A.3 Penyebab Diabetes Mellitus
Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan
ketersediaan insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat
bekerja secara normal. atau terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin
berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60 –
5
120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/ dl pada dua jam sesudah
makan ( orang normal) (Tjokropawiro, 2001)
Kekurangan insulin disebabkan terjadinya kerusakan sebagian kecil
atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pangkreas
yang berfungsi menghasilkan insulin. ada beberapa faktor yang
menyebabkan diabetes mellitus sebagai berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa sebagian besar diabetes
mellitus memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus.
Penderita diabetes yang sudah dewasa, lebih dari 50 % berasal dari
keluarga yang menderita diabetes mellitus. Maka diabetes mellitus
cenderung diturunkan tidak ditularkan. Sesuai dengan ilmu genetika,
bibit diabetes mellitus mengunakan simbol D untuk normal dan simbol
d untuk resesif Diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut
oleh kromosom seks.
b. Virus dan Bakteri
Virus yang menyebabkan diabetes mellitus adalah rubela,
mumps, dan human coxsackievirus B4. hasil penelitian menyebutkan
bahwa virus ini dapat menyebabkan diabetes mellitus melalui
mekanisme infeksi sitolitik pada sel beta yang mengakibatkan
destruksi (perusakan sel) juga melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta.
c. Bahan Toksin atau Beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara
langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin
(produk dari sejenis jamur). Bahan toksik lain berasal dari cassava atau
singkong yang merupakan sumber kalori utama kawasan tertentu.
Singkong mengandung glikosida sianogenik yang dapat melepaskan
sianida sehingga memberi efek toksik terhadap jaringan tubuh.
6
Sianida dapat menyebabkan kerusakan pangkreas yang akhirnya
menimbulkan gejala diabetes mellitus jika disertai dengan kekurangan
protein. Karenannya protein dibutuhkan dalam proses detoksikasi
sianida.
d. Nutrisi
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan
dengan nutrisi, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan.
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko
pertama yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus. Semakin lama
dan berat obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar
kemungkinan terjangkitnya Diabetes mellitus.
A.4 Gejala Diabetes Mellitus
Gejala Diabetes mellitus sangat bervariasi dan baru ditemukan pada
saat pemeriksaan penyaringan untuk penyakit selain diabetes mellitus.
Umumnya adalah rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing
terutama pada malam hari (piliuria), dan sering lapar (polifagia), Berat
badan naik, dapat disertai dengan rasa mual, muntah. Gejala akut
(mendadak) pada penderita diabetes mellitus baru diketahui setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap Diabetes mellitus yang
disebut gejala kronik atau menahun yang disertai dengan tanda-tanda yaitu
: (1) Kesemutan dan mati rasa (baal) yang diakibatkan neuropati, (2)
kelainan ginekologi seperti0 keputihan yang diakibatkan adanya jamur
candida, kelainan kulit seperti gatal dan bisul didaerah genital atau lipatan
kulit seperti ketiak dan bawah payudara, (3) tubuh lemas dan mudah
merasa lelah, (4) keluhan impotensi yang diderita kaum pria, (5) luka atau
bisul yang tak kunjung sembuh, (6) katarak atau gangguan retreksi akibat
perubahan-perubahan pada lensa akibat hiperglikemia, (7) diabetes wanita
hamil akan melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 4 kg.
7
A.5 Etiologi Dan Patofisiologi Diabetes Mellitus
1. Etiologi
Pada diabetes mellitus, tubuh kekurangan insulin sehingga untuk
pengaturan kadar gula darah menjadi tidak seimbang, meskipun kadar
gula darah sudah tinggi, pemecahan protein dan lemak menjadi glukosa
(glukoneogenesis) dihati tetap tidak bisa dihambat ( karena insulin
kurang) sehingga kadar gula darah semakin meningkat. Akibatnya
terjadi gejala - gejala khas diabetes mellitus, yaitu : poliuria, polidipsi,
polifagia.
Khusus diabetes yang banyak dijumpai adalah NIDDM, yang
umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin.
Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel
ß pangkreas masih dapat mengkompensasi sehingga terjadi
hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau sedikit
meningkat memenuhi criteria diabetes mellitus. Adanya kelainan dasar
pada NIDDM adalah resistensi insulin, kenaikan produksi insulin dihati,
sekresi insulin yang kurang. (Waspadji 1999)
2. Patofisiologi
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk
sel baru dan menganti sel yang rusak, juga badan memerlukan energi
supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Pada manusia berasal dari
bahan bakar yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat
(gula dan tepung-tepungan) protein (asam amino) dan lemak (asam
lemak). untuk berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus
masuk dulu kedalam sel supaya dapat diolah.
Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses
kimia yang rumit yang hasilnya timbul energi yang disebut metabolisme.
Dalam proses metabolisme ini insulin memegang peran yang sangat
penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah
suatu zat atau hormon yang keluarkan oleh sel beta di pangkeas.
8
Pada penderita Diabetes mellitus mengalami defisiensi insulin
menyebabkan glukosa meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru
(glukoneogenesis) dan yang menyebabkan metabolisme lemak
0meningkat kemudian akan terjadi proses pembentukan keton
(ketoasidosis), terjadinya ketoasidosis dalam urin akan menyebabkan
ketonuria dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun
menyebabkan asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan pengunaan glukosa oleh sel
menjadi turun sehingga kadar gula didalam plasma meningkat
(hiperglikemia) apabila hiperglikemianya menurun parah dan melebihi
ambang ginjal maka akan terjadi glukosuria yang menyebabkan
diuresius osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria),
timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria
mengakibatkan kalori negatif yg menimbulkan rasa lapar yang tinggi.
Pada pengunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi
metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri
kecil sehingga suplai makanan dan 02 ke perifer menjadi berkurang yang
akan menyebabkan luka tidak sembuh – sembuh. Karena suplai makanan
dan 02 tidak adekuat maka akan menyebabkan terjadinya infeksi dan
terjadi gangren (ulkus).
Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran darah retina
menurun sehingga suplai makanan dan 02 ke retina berkurang. Akibatnya
pandangan menjadi kabur.
A. 6 Diagnosa Diabetes Mellitus
Kriteria diabetes mellitus diambil dari keputusan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) berdasarkan kadar gula dan glukosa darah.
Ada parameter yang dapat digunakan untuk mendiagnosa Diabetes
Mellitus sebagai berikut :
9
a. Apabila penderita kadar glukosa darah ketika puasa > 126mg/dl atau
2 jam setelah minum glukosa 75 gram menunjukkan kadar glukosa
darah lebih dari 200 mg/dl
b. Terganggu toleransi glukosanya jika kadar glukosa darah ketika
puasa 110-125mg/dl atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75
gram menunjukkan kadar glukosa darah 140-199mg/dl.
c. Tidak menderita Diabetes Mellitus jika kadar gula darah ketika puasa
kurang dari 110 mg/dl, kadar gula darah dalam 1 jam setelah minum
larutan glukosa 75 gram menunjukkan kadar glukosa darah kurang
dari 180 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelah kurang dari
140 mg/dl.
Di diagnosa pasti apabila penderita menderita gejala khas beserta
keluhan diatas ditambah dengan kadar glukosa darah sewaktu lebih besar
atau 200mg/dl dan memiliki kadar glukosa darah puasa > 125 mg/dl pada
2 kali pemeriksaan yang berbeda. Pengolongan diagnosa Diabetes Mellitus
berdasarkan Kadar Gula Darah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
KADAR GULA DARAH SEWAKTU DAN PUASA
Bukan DM Belum DM Penderita DM
Kadar Gula Darah Sewaktu
Plasma Vena <110 110-199 >200
Darah Kapiler <90 90-199 >200
Kadar Gula Darah Puasa
Plasma Vena <110 110-125 >126
Darah Kapiler <90 90-110 >110
Sumber : Soegondo, 2002
A.7 Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. Kelompok Berdasarkan Pola Makan
a. Jenis diabetes mellitus yang menjangkit wilayah dengan penduduk
dengan berpola makan dan berpola hidup modern dan tradisional.
10
komposisi makanannya adalah kalori dan karbohidrat tinggi tetapi
protein, sumber lainnya rendah.
b. Jenis Diabetes mellitus yang disebabkan kekurangan makanan
(malnutrition) ada didaerah yang kekurangan pangan, penderita
biasanya berusia muda dan bertubuh kurus, keadaan membutuhkan
insulin dosis tinggi.
2. Kelompok berdasarkan Gejala Klinis atau medis
a. Diabetes mellitus (DM)
1. DM tipe 1 atau DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
Sebagian besar sel beta pulau langerhans yang memproduksi
insulin pangkreas mengalami kerusakan, akibatnya kadar
insulin menjadi kurang atau tidak ada.
2. DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin)
Kelompok ini terdiri dari diabetis tidak gemuk (non obese) dan
gemuk (obese)
3. DMTM (Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi)
Diakibatkan karena kekurangan nutrisi atau gizi DM
4. Diabetes mellitus yang berhubungan atau sindrom tertentu
Termasuk penyakit pangkreas, penyakit hormonal, disebabkan
oleh zat kimia, gangguan reseptor insulin, sindrom genetik
tertentu atau gejala penyakit keturunan seperti diabetes
mellitus.
b. Gangguan Toleransi Glukosa ( GTG)
Gangguan ini terjadi pada kelompok tidak gemuk, gemuk, dan
berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu.
c. Diabetes mellitus pada kehamilan ( Gestional / DM )
Gangguan ini terjadi yang baru menderita diabetes mellitus setelah
hamil. Sebelumnya kadar glukosa darah dalam keadaan normal.
3. Kelompok Berdasarkan Risiko Tinggi untuk Penderita Diabetes
Mellitus
a. Toleransi glukosanya pernah abnormal
11
b. Kedua orang tua mengidap Diabetes mellitus
c. Pernah melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg
A.8 Komplikasi Pada Diabetes Mellitus
1. Komplikasi akut
Meliputi ketoasidosis diabetic (DKA), koma nion ketosis
hiperosmolar ( koma hiperglikemia) merupakan tanda gawat darurat
yang bisa terjadi pada perjalanan penyakit diabetes melitus.yang biasa
terjadi pada diabetes mellitus tipe I (IDDM) yang dipercepat dengan
suatu penyakit akut misalnya penyakit infeksi trauma, gangguan
kardiovaskuler, stress, emosi dan penghentian insulin.
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang
disebabkan penurunan glukosa darah dan gejala dapat berupa gelisah
sampai berat berupa koma, kejang dengan penyebab antara lain (1)
Makan kurang dari aturan yang ditentukan, (2) Berat badan turun, (3)
Sesudah olahraga, (4) Makan obat dengan sifat yang sama.
Pencegahannya pada penderita dengan insulin harus sesuai dosis,
jangan terlalu dalam saat penyuntikan, dan kurangi dosis insulin saat
perubahan makan kurang, olahraga, melahirkan sesudah operasi.
2. Komplikasi Kronis
Komplikasi yang bersifat menahun pada umumnya terjadi pada
penderita yang mengidap penyakit diabetes mellitus selama 5 – 10
tahun. Menurut Waspaji (1994) komplikasi mikrovaskuler yang
merupakan komplikasi khas dari diabetes mellitus lebih disebabkan
hiperglikemia yang tidak terkontrol.
Komplikasi makrovaskuler pada penderita diabetes mellitus yang
tidak terlontrol menyebabkan hipertrigleseridemia (kadar trigleserida
yang normal) dan perubahan kadar kholesterol darah secara kualitatif.
(pranadji, Marianto, dan Subandriyo, 1996)
12
B. GLUKOSA DARAH
B.1 Pengertian
Gula darah adalah produk akhir kharbohidrat dan merupakan sumber
energi utama untuk organisme hidup yang pemanfaatannya dikontrol oleh
insulin. Kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan disimpan dalam
hati dan otot untuk dipakai bila perlu.disamping dikonversi menjadi lemak
dan disimpan dalam jaringan adiposa (Harjono. Dkk, 1994)
B.2 Mekanisme Glukoda Darah Dalam Tubuh
Kharbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk termasuk gula sederhana
atau monosakarida dan unit—unit yang kompleks, disakarida dan
polisakarida.kharbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi
monosakarida dan absorbsi terutama dalam deudonium dan jejunum.
Sesudah diabsorbsi kadar gula darah akan meningkat untuk sementara waktu
dan akan kembali lagi ke kadar gula darah semula ( Prince dan Wilson,
1995)
B.3 Efek Makanan Terhadap Glukosa Darah
Pada orang normal, separuh dari glukosa yang dimakannya akan
diubah menjadi energi lewat lintasan glikolisis dan separuh lagi disimpan
dilemak atau glikogen. Glukosa yang dimakan sektar 59 % duiubah menjadi
energi (Glikolisis), 30-40 % diubah menjadi lemak dan 10 % menjadi
glikogen ( Murray, 1996)
C. POLA MAKAN
c.1 Pola makan konsumsi
Pola makan konsumsi adalah Kebiasaan makan yang meliputi
jumlah makanan, frekuensi makan dan macam makanan yang dikonsumsi.
Pola konsumsi makan biasa disebut Kebiasaan makan (Roedjito, 1989)
dapat dilakukan dengan mencatat semua makanan yang dikonsumsi setiap
hari, minggu atau bulan. Dengan metode recall atau food recall.
Pola konsumsi makanan pada tiap-tiap individu sangat sulit untuk
diterapkan, perlu program diit khusus yang mudah, dan praktis.
13
Dilaksanakan terutama oleh penderita penyakit degeneratif. Program diit
lebih efektif yang didasarkan pada Kebiasaan makan seseorang yang
bertujuan mencegah penyakit, mempertahankan kesehatan dan berperan
dalam pengobatan penyakit.
c.2 Prinsip Diit Diabetes Mellitus
a. Prinsip Diit Penderita Diabetes Mellitus
Adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat
sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan kadar gula
darah dengan anjuran karbohidrat kompleks dan mengandung serat
Prinsip pemberian makanan bagi diabetes mempunyai interval
waktu 3 jam sekali dengan Tujuan agar mampu mengontrol kadar gula
darah, jadwal makan terakhir diberikan snack malam sebelum tidur,
sehingga jarak waktu malam sebelum tidur sampai bangun pagi tidak
terlalu panjang umtuk mencegah hipoglikemia pada pagi harinya
(Tjokroprawiro, 1991).
b. Tujuan pemberian diit Penderita Diabetes Mellitus
1. Memperbaiki kondisi kesehatan pasien secara umum
2. Memberikan sejumlah energi yang cukup untuk pemeliharaan
tingkat kesehatan yang optimal
3. Mempertahankan kadar gula darah normal
4. Menekan atau menunda timbulnya penyakit penyerta
c. Syarat Diit Penderita Diabetes Mellitus
1. Memberikan kalori sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur,
jenis kelamin, TB,BB, aktifitas fisik
2. Karbohidrat diberikan antara 60 – 70 % total energi dengan
karbohidrat berserat terutama serat larut air, protein 10-15 %,
lemak 20-25 %, vitamin dan mineral
3. menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula
makanan sehari-hari
4. Pola pemberian diit diabetes menurut 3 J yaitu jenis makanan,
jumlah makanan, jadwal makanan. Prinsip 3J ini digunakan pada
14
pemberian kalori yang benar pada jumlah 1 kalori harus sesuai
dengan penderita diabetes misalnya menghindari jenis makanan
manis (Soelistiyani, 1999).
D. STATUS GIZI
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi
makanan, penyimpanan, dan pengunaan makanan. Menurut Robinson dan
Weigglei (1988) status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang
dihubungkan dengan pengunaan makanan didalam tubuh.
Menurut Habicht (1979), reksodikusumo dkk, (1988) mendefinisian
status gizi adalah tanda – tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh
keadaan keseimbangan disatu pihak dengan pengeluaran oleh organisme dan
pihak lain yang terlihat melalui variable tertentu, disebut indikator misalnya
BB dan TB.
Penentuan gizi penderita dilaksanakan dengan Index Massa Tubuh
(IMT) yaitu suatu indexs yang diperoleh dengan perhitungan Berat Badan (
dalam kg) di bagi dengan kuadrat Tinggi badan ( dalam M) ( Supariasa,2002).
IMT merupakan alat yang sederhana untuk mementau gizi dewasa khsusnya
yang berkaitan dengan kekurangan atau kelebihan Berat Badan, maka
mempertahankan Bberat Badan Normal memunhgkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang ( Supariasa, 2002) untuk
rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT = BB (Kg)
TB (m) x TB (m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO / WHO
yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan peremppuan. Batas
normal laki-laki adalah 20.1 –25.1 dan untuk perempuan adalah 18.7-23.8 /
rentang ideal yang disarankan adalah 20 –25 / m2 Overweight adalah diatas
batas tertinggi dari rentang normal (Supariasa,2002) Kategori IMT dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
15
Tabel 2
KATEGORI AMBANG BATAS IMT
Kategori IMT ( Indek Massa Tubuh) Kekurangan BB tingkat Berat Kurus Kekurangan BB tingkat Ringan Normal Kelebihan BB tingkat Berat Gemuk Kelebihan BB Tingkat ringan
<17
17.0-18.5
>18.5-25.0 >25.0-27.0
>27
Sumber : Depkes RI, 1996
IMT digunakan untuk mengukur Underweight, Overweight, dan resiko
Overweight pada anak dan dewasa dan bermanfaat untuk memprediksi
obesitas saat dewasa ( U.S. Departement of Health And Human Service, 2000)
E. PENGARUH ASUPAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR GULA
DARAH
E.1 Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang menjadi bahan
bakar bagi berbagai proses dalam tubuh dengan menyediakan glukosa
sebagai bahan bakar untuk tubuh dalam beraktifitas.
Fungsi karbohidrat adalah : (1) mencegah ketosis yang dapat terjadi
jika lemak dalam tubuh dipakai sebagai bahan bakar, (2) menjadi
komponen senyawa lain seperti mukopolisakarida dalam tubuh, (3)
mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka
dibutuhkan 50-100 gram karbohidrat sehari untuk mencegah ketoasidosis (
Dudek, 1993).
Asupan karbohidrat adalah jumlah asupan dan jenis bahan makanan
yang dikonsumsi perhari. Kebutuhan energi berlangsung terus sehingga
karbohidrat harus sering dikonsumsi sepanjang hari. Setiap gram
karbohidrat memberikan 4 kalori. Pencernaan karbohidrat di mulai
didalam mulut pati dikunyah, enzim amilase (ptyalin) yang disekresikan
oleh kelenjar parotis dalam saliva akan memulai proses pemecahan pati
16
menjadi dekstrin dan maltosa. Dekstrin merupakan propduk pencernaan
pati dan dibentuk melalui hidrolisa parsial pati ( William,1978).
Penderita Diabetes Mellitus harus memperhatikan takaran
karbohidrat yang dikonsumsi, sebab lebih dari separuh kebutuhan energi
diperoleh dari karbohidrat. Menurut dr. Elvina Karyadi, M.sc., ahli gizi
dari SEAME – Tropmed UI, ada dua golongan karbohidrat kompleks dan
karbohidrat sederhana dari sisi makanan penderita diabetes dianjurkan
mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti kacang – kacangan, sayuran
buah segar.
Pemberian diit karbohidrat pada penderita diabetes mellitus adalah
diit dengan komposisi 68 % karbohidrat, 20 % lemak, 12 % protein, sangat
cocok untuk orang Indonesia karena mengandung karbohidrat tinggi, kaya
serat dan rendah kolesterol.
Dengan diit karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi, dapat
memperbaiki kepekaan sel beta pangkreas. Berdasarkan penelitian gizi
asal universitas Airlangga, Surabaya Prof. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro.
E.2 Jenis Karbohidrat
Karbohidrat memiliki beberapa jenis yang terdiri dari karbohidrat
kompleks dan karbohidrat sederhana. Jenis karbohidrat kompleks
mempunyai ikatan kimiawi lebih dari satu rantai glukosa sedangkan jenis
sederhana hanya satu. Pada tubuh karbohidrat kompleks seperti roti atau
nasi, harus diurai menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap kedalam
aliran darah. Sedangkan karbohidrat sederhana seperti gula, es kream
langsung masuk kedalam darah sebagai gula darah yang langsung melejit.
a. Karbohidrat kompleks berupa polisakarida terdiri dari 2 ikatan
monosakarida dan Serat yang dinamakan polisakarida non pati.untuk
kesehatan WHO (1990) menganjurkan 55-75 % konsumsi energi
berasal dari karbohidrat (Sunita, 2001)
b. Karbohidrat sederhana berupa ; (1) Monosakarida (heksosa) terdiri dari
glukosa, fruktosa, galaktosa, (2) Disakarida terdiri dari empat jenis
sukrosa (gula tebu), maltosa (gula malt), laktosa (gula susu), (3) Gula
17
alkohol dari alam yang bisa dibuat secara sintesis yang terdiri dari
sarbitol dengan tingkat kemanisan 60 % yang baik untuk penderita
diabetes, manitol, masitol yang berasal dari sekam serealia. Pemakain
untuk kesehatan hanya 10 % (Sunita , 2001)
E.3 Peran karbohidrat
Peranan karbohidrat didalam tubuh adalah menyediakan glukosa
bagi sel-sel tubuh yang diubah menjadi energi. Glukosa memegang
peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya
memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah, sel otak dan
sistem syaraf.
Karbohidrat dapat berfungsi secara optimal, tubuh harus dapat
mempertahankan konsentrasi glukosa dalam batas-batas tertentu yaitu 70-
120 mg/ml, dalam keadaan puasa. bila gula darah naik diatas 170 mg/ml,
gula akan dikeluarkan lewat urine. Apabila gula darah turun sampai 40-50
mg/100 ml terjadi gugup, lemas, pusing. Pengaturan kegagalan gula darah
terjadi karena terganggunya sistim pengaturan gula darah dalam tubuh.
Bagi penderita diabetes Tipe II (diabetes non insulin dependent)
untuk konsumsi karbohidrat kompleks bersama serat makanan akan
menekan gula darah sedemikian rupa sehingga jauh lebih rendah dari
biasanya dan itu sangat membantu untuk terapi diitnya.
Karbohidrat didalam tubuh meningkatkan kadar gula darah. Dalam
pencernaan. Dalam perencanaan makanan harus memperhatikan jenis,
jumlah karbohidrat, jadwal makan, agar keseimbangan terhadap efek
hipoglikemik dari pemberian insulin, umumnya 70 % dari total
karbohidrat berupa karbohidrat kompleks dan membatasi gula murni.
Dimana karbohidrat kompleks akan dicerna dan diserap lebih lamban
daripada bentuk gula murni, sehingga dapat terhindar kadar gula darah
yang terlalu tinggi. Untuk konsumsi gula murni dimasukkan dalam
perhitungan total kalori, jumlah kalori yang masuk lebih penting daripada
jenis sumber kalori.
18
Asupan karbohidrat pada diabetes merupakan komponen pengelolaan
diabetes sehingga perlu penerapan komposisi diit yang sesuai untuk
kontrol gula darah. Pada penelitian bagi diabetes didapatkan bahwa 75 %
diabetes tidak mematuhi dalam hal pengaturan makan sesuai dengan diit
yang dianjurkan ( Soegondo, 1995).
Pada diit dengan komposisi karbohidrat 70 % total energi, lebih
dapat diterima oleh diabetes Indonesia. Dikatakan bahwa penggunaan diit
68 % karbohidrat, berupa karbohidrat kompleks dengan dosis terbagi dapat
meningkatkan dan memperbaiki pembakaran glukosa di jaringan perifer
dan memperbaiki sel β pangkreas (Tjokroprawiro,1991).
Pada asupan karbohidrat dengan serat makanan akan dapat
memperlambat penyerapan dan pencernaan karbohidrat, dan membatasi
insulin yang dilepas pembuluh darah.
F. PENGARUH ASUPAN SERAT DENGAN KADAR GULA DARAH
Serat adalah makanan berbentuk karbohidrat kompleks yang banyak
terdapat pada dinding sel tanaman. Serat tidak dapat dicerna dan tidak dapat
diserap oleh saluran pencernaan manusia. Bahan pangan nabati, selain
mengandung zat-zat gizi yang berguna untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan yang memiliki komponen penting untuk kesehatan, yang
dikenal dengan zat non gizi.
Serat dalam makanan merupakan (Dietery Fiber) merupakan bahan
tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim didalam saluran pencernaan
manusia. Di dunia tanaman ditemukan berbagai macam serat dengan tipe yang
berbeda dan jumlah berlainan yang terdapat dalam segala struktur tanaman.
Serat tersebut berbeda didalam dinding sel dan sel-sel akar, daun, batang, dan
serat buah.
Serat makanan (ditery Fiber) berbeda dengan serat kasar (Crude
Fiber). Serat kasar adalah bagian tanaman pangan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat
19
kasarnya itu. Asam Sulfat (H2SO4 1,25%) dan Natrium Hidroksida (N2OH
1,25%) dalam analisa proksimat makanan.
Serat makanan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat
dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan. Peliang dan DJojo Soebagjo (2002)
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan serat kasar adalah sisa bahan
makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa
kuat selama 30 menit yang dilaboratorium.
Dengan proses ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak
dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-
tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu serat kasar
merendahkan perkiraan jumlah kandungan serat sebesar 80 % untuk
hemiselulos, 50-90 % untuk lignin, dan 20-59 % untuk selulosa.
F.1. Definisi serat pangan
a. Definisi fisiologis serat pangan adalah sisa sel tanaman setelah
dihidrolisa enzim pencernaan manusia, termasuk materi dinding sel
tanaman yakni selulosa, hemiselulosa, pektin dan lignin, polisakarida
intraseluler seperti gum dan musilago.
b. Serat kasar adalah zat sisa asal tanaman yang biasa dimakan dan masih
tertinggal setelah berturut-turut diekstrasi dengan zat pelarut, asam
encer dan alkali. Maka nilainya rendah dari serat pangan sekitar 1/5
dari seluruh serat pangan.
c. Dinding tanaman mengandung persentase serat yang besar terdiri dari
dua dinding, pada dinding pertama adalah pembungkus sel yang belum
matang terdiri dari selulosa dan dinding kedua terbentuk setelah sel
matang yang terdiri dari selulosa dan non selulosa (polisakarida).
F.2. Jenis sumber serat
Mutu makanan dapat dilihat dari komposisi komponen serat
makanan dimanan komponen serat makanan terdiri dari serat yang larut
(Soluble Diatery Fiber, SDF) dan serat tidak larut (Insoluble Diatery Fiber,
IDF). Sekitar sepertiga dari serat makanan total (Total Diatery Fiber, TDF)
20
adalah serat makanan larut air (SDF) sedangkan kelompok terbesarnya
merupakan serat tidak larut air (IDF).
Berdasarkan Jenis kelarutannya serat tersebut dapat digolongkan
menjadi dua seperti keterangan dibawah ini :
a. Serat tidak larut dalam air
1. Selulosa
Fungsi selulosa didalam tanaman adalah memperkuat dinding
sel, sedang serat didalam pencernaan berperan sebagai pengikat air.
Didalam kolon selulosa akan mempengaruhi masa feses. Sayur-
sayuran dan buah-buahan paling banyak mengandung selulosa dan
akan mengalami perubahan tekstur pada proses penuyimpanan dan
pengolahan.
2. Hemiselulosa
Hemiselulosa berfungsi memperkuat dinding tanaman dan
sebagai cadangan makanan bagi tanaman. Sifatnya sama dengan
selulosa yaitu mampu berikatan dengan air. Jenis ini banyak
ditemukan pada bahan serealia , sayuran, dan buah-buahan.selama
proses penyimpanan dan pengolahan kandungan hemiselulosa yang
terdapat bahan makanan mudah mengalami perubahan tekstur.
3. Lignin
Lignin bersama holoselulosa ( gabungan antara selulosa dan
hemiselulosa). Berfungsi membentuk jaringan tanaman, terutama
memperkuat sel-sel kayu. Ikatan dan jenis lain, menyebabkan lignin
difermentasi oleh bakteri kolon. Serealia kacang-kacangan
merupakan bahan makanan bersumber serat lignin.
b. Serat larut dalam air
1. Pektin
Pektin terdapat pada dindin primer tanaman dan berfungsi
sebagai perekat antara dinding sel tanaman. Sifat yang membentuk
gel dapat mempengaruhi metabolisme zat gizi. Kandungan pektin
pada buah, selain memberikan ketebalan pada kulit yang dapat
21
mempertahankan kadar air buah. Semakin matang buah maka
kandungan pektin dan kemampuan membentuk gel semakin
berkurang.
2. Musilase
Musilase mampu mengikat air sehingga kadar air dalam biji
tanaman tetap bertahan. Selain itu, musilase juga mampu
membentuk gel yang mampengaruhi metabolisme tubuh. Serat
jenis ini banyak ditemukan pada serealia dan kacang-kacangan.
3. Gum
Gum ada yang berbentuk dari turunan pati dan selulosa. jenis
gum semacam ini ada pada kacang-kacangan dan buah-buahan
Serat yang dianjurkan untuk orang yang tidak membutuhkan diit
tinggi serat harus makan makanan sumber serat secukupnya untuk
kelancaran system pencernaan. Setiap hari kita harus
mengkonsumsi makanan dari sumber nabati yang mengandung
serat sebesar 25 – 35 gr.
c. Komponen serat berbeda dan presentase serat larut dalam seluruh serat
makanan 32 % di gandum, 32 % di sayuran, 25 % di kacang-kacangan,
38 % di buah-buahan. pektin gum dan musulago dipakai sebagai
tambahan dalam asupan makanannya.
F.3. Manfaat Serat
Manfaat dari serat makanan baik untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit maupun terapi. Peran utama serat dalam makanan
adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan
adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran
pencernaan untuk diekskresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses akan
mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar
karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar menjadi lamban.
Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi akan
memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat komplek yang
menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya
22
komsumsi makanan. Diet serat yang tinggi yaitu 25 gram perhari mampu
memperbaiki pengontrolan gula darah, menurunkan peningkatan insulin
yang berlebihan didalam darah serta menurunkan kadar lemak darah.
a. Anjuran kebutuhan serat
Menurut Mayor dan Gold Berg (1990) orang dewasa sehat
dianjurkan mengkonsumsi serat makanan paling sedikit 20 – 25 % /
1000 kalori. Untuk pria dewasa dianjurkan sebanyak 27-35 gram/ 1000
kalori perhari (rata-rata konsumsi energi 2700 kalori perhari) sedang
untuk wanita dewasa sebanyak 21-27 gram perhari dengan rata-rata
konsumsi energi 2100 kalori perhari.
Kebiasaan pola makan yang kaya serat sebaiknya
diperkenalkan sejak dini, karena pada masa inilah seseorang belajar
akan pola makan yang sehat. Pola makan dengan kandungan serat
lengkap – seimbang pada masa ini menjadi penting karena merupakan
langkah pencegahan penyakit degeneratif.
Pemberian serat secara klinis tidak banyak mengganggu
penyerapan vitamin atau mineral. Serat merupakan kontra indikasi
pada gangguan pengosongan lambung seperti gastroparesis diabetes
yang responnya terhadap prokinetik.. ( Quinn, Cerda 1993 ).
b. Resiko Kekurangan Serat
1. Susah buang air besar ( sembelit / konstipasi )
Tanpa serat, buang air besar menjadi tidak normal. Feses yang
keras, kering sehingga buang air besar lama, susah, sering tidak
tuntas setiap hari.
2. Wasir ( hemoroid)
Wasir adalah terjadinya pelebaran pembuluh darah di anus.
Untuk menghindari wasir sebaiknya konsumsi serat makanan yang
tidak larut air ditingkatkan.
Tanpa serat usus besar bekerja keras mengeluarkan tinja. Lama
kelamaan usus tidak mampu lagi mengeluarkan tekanan ekstra kuat,
sehingga timbul pendarahan dan muncul wasir.
23
3. Kegemukan
Tanpa serat, usus halus akan menyerap seluruh lemak dan gula
yang dimakan dalam waktu relatif singkat, sehingga perut akan cepat
menjadi lapar kembali.
Menurut data Dit. BGM Depkes tahun 1997, pria dewasa yang
berlebihan berat badan (overweigt) 12% dan gendut ( obesitas) 2,5%
populasi penduduk Indonesia. Pada wanita angka penyakit lebih
besar yaitu 20 % dan 5.9 % . kegemukaan akan membahayakan
kesehatan, seorang obesitas akan meningkatkan resiko terjadinnya
stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.
4. Kangker usus
Tanpa serat, waktu transit makanan dalam darah akan sulit
dikendalikan dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah
(Aterosklerosis). Sumbatan terjadi di pembuluh darah menyebabkan
penyakit jantung koroner dan bila keotak bisa terjadi stroke
F.4. Anjuran Khusus pada penyakit Diabetes mellitus
Konsesus Nasional Pengelolaan Diabetes di Indonesia
menyarankan konsumsi serat 25 gr/hari bagi orang yang mempunyai
resiko menderita DM. Tapi perlu ditinjau dari kasus demi kasus seperti
kebiasaan makanan dan keluhan serta penyakit yang diderita.
F.5. Keuntungan pemberian serat khusus penderita diabetes mellitus :
a. Perasaan kenyang dan puas yang mampu menekan nafsu makan dan
penurunan berat badan.
b. Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori.
c. Membantu buang air besar secara teratur.
F.6 Faktor yang mempengaruhi Asupan Serat
a. Ketersediaan pangan
Keterdediaan pangan merupaka faktor utama mempengaruhi
konsumsi makanan pada tingkat rumah tangga, melambungnya harga
makanan diperberat dengan kenyataan bahwa variasi ketersediaan
24
pangan dipasar berkurang mengakibatkan kemungkinan berkurangnya
asupam makanan.
b. Kebiasaan makan
Pangan adalah bahan makanan yang diolah menjadi makanan
utama yang siap dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh,
pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Makanan sangat
berpengaruh terhadap status kesehatan dan kesehatan dan keadaan gizi
seseorang untuk menunjang aktivitasnya.
c. Sosial budaya
Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun temurun untuk
mencari, memilih, menangani, menyiapkan, menyajikan dan cara
makan. Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku tersebut, yang
biasanya dikurangkan.
b. Pengetahuan gizi
Menurut sukirman bahwa asupan makanan (termasuk serat)
dipengaruhi secara langsung oleh pengatahuan.sedangkan menurut
notoatmojo ( 1993) pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Tanpa
pengetahuan yang cukup orang tidak tahu dan tidak akan
memperhitungkan pentingnya masalah kesehatan dan tidak tahu
bagaimana memerangi perilaku kesehatan.
Suatu hal yang meyakinkan tentang pengetahuan gizi berdasarkan
pada tiga kenyataan : (1) tingkat pengetahuan sangat penting dalam
usaha untuk meningkatkan status gizi, (2) dengan pengetahuan gizi
seseorang akan dapat mencukupi keadaan optimal yang diperlukan
untuk pertumbuhan pemeliharaan dan energi, (3) ilmu gizi yang
dipelajari dapat meningkatkan pengetahuan gizi seseorang dimana
ilmu gizi tersebut memberikan fakta yang perlu sehingga penduduk
dapat belajar mengunakan pangan dengan baik sebagai bagian
perbaikan gizi.
25
G. KERANGKA TEORI
H. KERANGKA KONSEP
I. HIPOTESA
a. Ada Hubungan Asupan Kharbohidrat Dengan Kadar Gula Darah
b. Ada Hubungan Asupan Serat Dengan Kadar Gula Darah
Kadar Gula Darah
Status Gizi
Genetik / Keturunan
Kegemukan
Asupan Serat
Virus dan Bakteri
Asupan Karbohidrat
Diabetes Mellitus
Asupan Serat
Asupan Karbohidrat
Kadar Gula Darah
Diabetes Mellitus