Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berat Bayi Lahir 1. Pengertian Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 - 293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari) (Kosim dkk, 2009, p.12-13). 2. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Menurut Kosim dkk (2009, p.12) Berat bayi lahir berdasarkan berat badan dapat dikelompokan menjadi : a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Berat yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi (Kosim dkk, 2009, p.12). Menurut Prawirohardjo (2007, p.376), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak 9

Transcript of Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

Page 1: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Berat Bayi Lahir

1. Pengertian

Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1

jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur

kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (BKB),

yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari). Bayi

cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42

minggu (259 - 293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan

dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari) (Kosim dkk, 2009, p.12-13).

2. Klasifikasi Berat Bayi Lahir

Menurut Kosim dkk (2009, p.12) Berat bayi lahir berdasarkan berat badan

dapat dikelompokan menjadi :

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Berat yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa

memandang usia gestasi (Kosim dkk, 2009, p.12). Menurut Prawirohardjo

(2007, p.376), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat

kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini

dikatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant

atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak

9

Page 2: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun

lebih bulan. Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga

bayi berat lahir rendah adalah bayi aterm. (Kosim dkk, 2008, p.11).

Menurut Jitowiyono dan Weni (2010, p.78 – 79) bayi dengan BBLR dapat

dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas

1) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari

37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan

untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai

masa kehamilan.

2) Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir

dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa

kehamilan.

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam

pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan

terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk

menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia

yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah

yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi

berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih

tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

Page 3: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

b. Bayi Berat Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan

sampai 42 minggu dan berat badan lahir > 2500 - 4000 gram (Jitowiyono

&Weni, 2010, p.60).

c. Bayi Berat Lahir Lebih

Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir lebih > 4000 gram (Kosim dkk, 2009, p.12). Bayi dengan berat lahir

lebih bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari kehamilan posterm,

bila terjadi perubahan anatomik pada plasenta maka terjadi penurunan

janin, dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36

minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya

penurunan sesudah 42 minggu. Namun seringkali pula plasenta masih

dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai

dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling menyatakan bahwa

rata-rata berat janin > 3600 gram sebesar 44,5% pada kehamilan posterm,

sedangkan pada kehamilan term sebesar 30,6 %. Risiko persalinan bayi

dengan berat >4000 gram pada kehamilan posterm meningkat 2-4 kali

lebih besar dari kehamilan term (Prawirohardjo, 2008, p.691). Selain itu

faktor risiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan penyakit

diabetes militus, ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB

berlebihan pada semua usia kehamilan (Prawirohardjo, 2007, p.291)

Page 4: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

3. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir

Berat lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu

proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Menurut Sri

Kardjati (1985, p.21) dalam Setianingrum (2005) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :

Faktor lingkungan internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai

berikut :

a. Umur Ibu hamil

Menurut sitorus (1999, p.13) dalam setianingrum (2005) menyatakan

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir, kehamilan dibawah umur

20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di

bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur

yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum

cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat

menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.

Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan

semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi

kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.

Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor

jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang

belakang dan panggul. Menurut Sitorus (1999, p.15 ) dalam Setianingrum

(2005) menyatakan bahwa Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun

Page 5: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang

ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan

sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat

lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang

panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan

penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi,

maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-35 tahun.

Menurut Depkes RI (1999, p.4) menyatakan bahwa ibu sebaiknya

ibu hamil pada umur 20 – 35 tahun, karena masa tersebut merupakan masa

yang aman untuk hamil alasanya, mulai umur 20 tahun rahim dan bagian –

bagian lainya sudah benar – benar siap untuk untuk menerima kehamilan.

Pada umur tersebut biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi ibu.

Dan sebaiknya tidak hamil pada usia >35 tahun, karena kesehatan tubuh

ibu sudah tidak sebaik pada umur 20 – 35 tahun, biasanya ibu sudah

mempunyai dua anak atau lebih, kemungkinan memperoleh anak cacat

lebih besar. Menurut Depkes RI (1999, p.40) menyatakan bahwa

kehamilan pada umur dibawah 20 tahun rahim dan panggul ibu belum

berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan

mengalami persalinan yang sulit dan keracunan hamil, sedangkan

kehamilan pada usia > 35 tahun kesehatan dan keadaan rahim tidak sebaik

seperti pada umur 20 – 35 tahun sebelumnya, hingga perlu diwaspadai

kemungkinan terjadinya persalinan lama, perdarahan dan risiko cacat

bawaan.

Page 6: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

Selain itu semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang

sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.

Umur yang muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga

harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Sedangkan umur yang tua

perlu energy yang besar juga karena fungsi organ yang semakin melemah

dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan

energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (

kristyanasari, 2010, p. 51).

b. Jarak Kehamilan/Kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga

berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih,

kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum

cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan

sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan

kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus (1999, p.16)

dalam Setianingrum (2005) menyatakan bahwa Risiko proses reproduksi

dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.

Menurut Depkes RI (1999, p.41) menyatakan kehamilan yang perlu

diwaspadai adalah jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan

sekarang kurang dari 2 tahun, bila jarak terlalu dekat , maka rahim dan

kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Pada keadaan ini perlu diwaspadai

Page 7: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau

perdarahan.

c. Paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,

prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam

arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas

dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau

lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi

kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering

mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan

letak bayi sungsang ataupun melintang.

Menurut Depkes RI (1999, p.40) jumlah anak >4 orang perlu

diwaspadai kemungkinan persalinan lama, karena makin banyak anak,

rahim ibu makin lemah.

d. Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi

yang dilahirkan. Menurut Sitorus (1999, p.63) dalam Setianingrum (2005)

menyatakan bahwa Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila

kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr%. Hal ini jelas menimbulkan

gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas,

prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang

rendah (Soebroto, 2009, p.76).

Page 8: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

Menurut Depkes RI (1999, p. 8) kadar hemoglobin tidak normal

pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah

(BBLR), dan gangguan perkembangan otak, resiko perdarahan sebelum

dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan

bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Keadaan ini

disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada

placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

e. Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi

ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi

ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Ada beberapa cara yang dapat

digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau

pertambahan berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (

LILA) dan mengukur kadar hemoglobin, pertambahan berat badan selama

hamil sekitar 10 -12 kg, dimana trimester I pertambahan kurang dari 1 kg,

trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.pertambahan berat

badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.

Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang

menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar

hemoglobin untuk mengetahui kondisi ibu apakah megalami anemia besi (

kristyanasari, 2010, p.66). Menurut Sitorus (1999, p.41) dalam

Setianingrum (2005), Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi

Page 9: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu

yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang

rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai risiko paling tinggi untuk

melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami

kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan

sebelum hamil. Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri

yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk

mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu

yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di bawah 23,5 cm

berisiko melahirkan bayi BBLR (kristyanasari, 2010, p. 68). Pengukuran

LILA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat

ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai

untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim. Seorang ibu yang

sedang hamil mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. Pada

trimester I kenaikan berat badan seorang ibu tidak mencapai 1 kg, namun

setelah mencapai trimester II penambahan berat badan semakin banyak

yaitu 3 kg dan pada trimester III sebanyak 6 kg. kenaikan tersebut

disebabkan karena adanya pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban .

Kenaikan BB yang ideal untuk ibu yang gemuk yaitu antara 7 kg dan 12,5

kg untuk ibu yang tidak gemuk, jika BB ibu tidak normal maka akan

memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature, BBLR, gangguan

kekuatan rahim saat kelahiran, dan perdarahan setelah persalinan

(Proverawati, 2009, p.53).

Page 10: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

f. Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi

lahir diantaranya adalah Diabetes Melitus Gestasional (DMG), cacar air,

dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DMG adalah intoleransi glukosa

yang dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil. Tidak dapat

dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi glukosa yang tidak

diketahui yang muncul seiring kehamilan, komplikasi yang mungkin

sering terjadi pada kehamilan dengan diabetes adalah bervariasi, Pada ibu

akan meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, secsio sesaria, dan

terjadiny diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari, sedangkan pada janin

meningkatkan risiko terjadinya makrosomi (Prawirohardjo, 2008, p.851).

Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu

Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis

penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin

yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena

katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti

jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak

normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris

mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Prawirohardjo, 2008, p.935 -

942). Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak

langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 11: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

1) Faktor lingkungan eksternal yang meliputi kondisi lingkungan, asupan

zat gizi ibu hamil dan tingkat social ekonomi ibu hamil, kebersihan

dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal

Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan berkaitan dengan cacing

tambang, Seseorang yang asupan zat besinya cukup tetapi jika sering

terinfeksi cacing tambang dapat menderita anemia. Demikian juga jika

seorang yang asupan zat besi rendah maka daya tahan tubuhnya

berkurang sehingga mudah sering mudah terserang penyakit dan

akhirnya akan mengalami penurunan kadar Hb. Faktor ketinggian

tempat tinggal menurut Jitowiyono dan weni (2010, p.77)

menyebutkan salah satu faktor penyebab berat bayi lahir tidak normal

adalah tempat tinggal yaitu dataran tinggi. Menurut kristyanasari

(2010, p. 50) pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5

– 370 C untuk metabolisme yang optimum adanya perbedaan suhu

antara tubuh dan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus

menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus

melepaskan sebagian panasnya diganti dengan hasil metabolism

tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka

akan semakin besar pula panas yang dilepaskan.

2) Faktor ekonomi, sosial dan meliputi jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan, dan pengetahuan ibu hamil :

Menurut kristyanasari (2010, p. 49 -50) menyatakan bahwa keadaan

ekonomi keluarga akan mempengaruhi pemilihan ragam dan kualitas

Page 12: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

bahan makanan, ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan

makanan yang akan dikonsumsi sehari – harinya. Seseorang dengan

ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali

gizi yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan

membuat gizi ibu semakin terpantau. jenis pekerjaan atau aktifitas

juga mempengaruhi Berat Bayi Lahir, jika aktivitas ibu hamil tinggi,

kebutuhan energinya juga akan tinggi. pengetahuan ibu dalam

pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya,

ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, kemungkinan akan

memberikan gizi yang cukup bagi bayinya. kepercayaan terhadap adat

juga dapat mempengaruhi asupan makanan ibu hamil, misalnya, ada

kepercayaan bahwa pada waktu hamil ibu dilarang makan ikan karena

dikhawatirkan bayinya cacingan dan berbau amis, padahal, konsumsi

ikan terutama ikan laut justru sangat dianjurkan karena kandungan

lemaknya rendah, proteinya tinggi, serta mengandung omega 3 dan

omega 6 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak janin dalam

kandungan. semua faktor tersebut berpengaruh pada status gizi ibu

hamil yang selanjutnya berpengaruh kadar hemoglobin ibu hamil dan

berat bayi lahir (Wibisono, 2008, p.63 – 64).

g. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi

pemeriksaan kehamilan / ANC

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan

mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga

Page 13: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan

bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.

Pemeriksaan kehamilan hendaknya dimulai seawal mungkin, yaitu segera

setelah tidak haid selama 2 bulan berturut-turut tujuanya agar kalau ada

kelainan pada kehamilan, masih cukup waktu untuk menangani sebelum

persalinan (Depkes RI, 1999, p. 36). Menurut Huliana (2001, p. 80) selama

masa hamil ibu dianjurkan memeriksakan kondisi kehamilan secara teratur

dan berkala:

1) Pada awal kehamilan sampai dengan 28 minggu, pemeriksaan

dilakukan setiap satu bulan satu kali

2) Pada kehamilan 28-32 minggu, pemeriksaan yang dilakukan setiap tiga

minggu satu kali

3) Pada kehamilan 32–36 minggu, pemeriksaan yang dilakukan setiap

dua minggu satu kali

4) Pada kehamilan 36–40 minggu, pemeriksaan yang dilakukan setiap

satu minggu satu kali

Menurut Profil kesehatan jawa tengah tahun 2009 Kunjungan ibu hamil

yang sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal:

1) Timbang badan dan ukur tinggi badan

2) Ukur tekanan darah

3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian imunisasi tetanus

toxoid)

4) Ukur tinggi fundus uteri

Page 14: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

5) Pemberian tablet Fe (90 tablet selama kehamilan)

6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling)

7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan

indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

B. Hemoglobin Ibu Hamil

1. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu protein yang kompleks, yang tersusun dari

protein globin dan senyawa bukan protein yang dinamai hem ( Sadikin, 2001,

p.17). Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah

merah (Supariasa dkk, 2001, p.145). Menurut Soebroto (2009, p.2)

hemoglobin merupakan protein pernafasan (respiratory protein) yang

mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya

molekul – molekul oksigen.

2. Struktur Hemoglobin

Dalam hemoglobin terdapat protein (globin ) dan hem. Hem terdiri

dari senyawa yang rumit, yang tersusun dari suatu senyawa lingkar yang

bernama profirin, yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi,

hem adalah senyawa porfirin-besi (Fe-porfirin), sedangkan hemoglobin

adalah kompleks antara globin-hem. Satu molekul hem mengandung 1 atom

besi, demikian pula 1 protein globin hanya mengikat 1 molekul hem.

Sebaliknya, 1 molekul hemoglobin terdiri atas 4 buah kompleks molekul

globin dengan hem. Jadi, dalam tiap molekul hemoglobin terkandung 4 atom

besi (Sadikin, 2001, p.19-20). Hemoglobin terdiri dari besi yang mengandung

Page 15: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

pigmen hem dan protein globin yang terdiri dari alpha (α ), beta ( β), delta (

δ), dan gamma ( γ). HbA1 tersusun dari 2 pasang globin yang berbeda yaitu

globin 2α dan 2β. Oleh karena itu HbA1 dapat juga dinyatakan dalam jenis

globin penyusunya, yaitu sebagai α2β2 dan HbA2 yang dapat dituliskan

sebagai α2δ2 karena terdiri dari globin 2α dan 2δ (Sadikin, 2001, p.20).

Pada orang dewasa sehat, terdapat 2 macam hemoglobin yaitu HbA1

dan HbA2 (A singkatan dari adult, dewasa). molekul HbA1 tersusun dari 2

pasang globin yang berbeda, yaitu 2 globin α dan 2 globin β. Oleh karena itu,

HbA1 dapat juga dinyatakan dalam jenis globin penyusunya (sebagai α2β2)

begitu juga dengan HbA2 dapat dituliskan α2δ2, karena terdiri dari 2 rantai

globin α dan 2 rantai globin δ. Pada bayi dalam kandungan, terutama 2

trimester pertama, hemoglobin dalam sel darah merah bukanlah salah satu

atau dari kedua HbA tersebut, akan tetapi HbF (fetal). HbF dalam janin rumus

tetrameternya adalah α2γ2. Dari rumus tetrameter ini, jelaslah ada perbedaan

antara HbA dengan HbF terletak pada rantai γ pada HbF dan rantai β/δ pada

kedua macam HbA. Kedua macam hemoglobin ini sama – sama mempunyai

2 globin α (Sadikin, 2001, p.19-20).

3. Fungsi Hemoglobin

Fungsi hemoglobin adalah mengikat dan membawa oksigen dari paru

untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh sel di berbagai jaringan. ikatan

hemoglobin dan oksigen disebut oksihemoglobin (HbO2), fungsi kedua

adalah membawa karbondioksida membentuk karbonmonoksi hemoglobin

(HbCO) yang berperan dalam keseimbangan ph darah. Dalam menjalankan

Page 16: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

fungsinya membawa oksigen ke seluruh tubuh, hemoglobin didalam sel darah

merah mengikat oksigen melalui suatu ikatan kimia khusus. Hemoglobin

yang tidak atau belum mengikat oksigen dinamakan deoksihemoglobin (Hb) .

hemoglobin yang mengikat oksigen dinamakan oksihemoglobin (HbO2)

reaksi penggabungan hemoglobin dan oksigen terjadi di alveolus paru-paru,

tempat berlangsungnya pertukaran udara antara tubuh dengan lingkungan.

Sebaliknya reaksi penguraian terjadi di dalam berbagi jaringan. Dengan

demikian bahwa hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen di

paru-paru dan melepaskanya di jaringan, untuk diserahkan dan digunakan

oleh sel. Fungsi lain dari hemoglobin dalam sel darah merah adalah mengikat

dan mempermudah transportasi CO2 yang terbentuk diseluruh jaringan yang

mampu melakukan metabolism secara aerob (dengan menggunakan oksigen),

untuk dibawa ke jaringan pembuangan ekskreta yang berbentuk gas yaitu

paru – paru. Dengan demikian, didalam paru- paru terjadilah pertukaran gas

dengan lingkungan, O2 diambil dari lingkungan da CO2 dikeluarkan ke

lingkungan (Sadikin, 2001, p.15-16).

Pada bayi dalam kandungan, terutama 2 trimester pertama,

hemoglobin dalam sel darah merah bukanlah salah satu atau dari kedua HbA

tersebut, akan tetapi HbF (fetal). Afinitas HbF terhadap oksigen lebih besar

daripada afinitas HbA. seluruh pasokan oksigen janin tergantung dari ibu,

hemoglobin dalam sel darah merah adalah HbA, untuk dapat “menarik” dan

mengikat oksigen yang terikat dalam darah ibu yang terpisah pula oleh

plasenta, dari darah janin, didalam sel darah merah janin harus ada suatu

Page 17: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

mekanisme untuk dapat menarik oksigen, mekanisme tersebut dijalankan oleh

HbF. Afinitasnya akan oksigen yang lebih besar daripada afinitas HbA,

oksigenpun ditarik oleh HbF yang ada dalam sel darah merah janin.

Perbedaan afinitas akan oksigen disebabkan oleh perbedaan jenis protein

globin yang membentuk tiap – tiap hemoglobin, hemoglobin merupakan

suatu tetramer (gabungan 4 molekul hemoglobin yang berinteraksi satu sama

lain, yang membentuk molekul yang lebih besar) (Sadikin, 2001, p.19-20).

Dengan banyaknya O2 yang dapat diikat dan dibawa oleh darah,

berkat adanya Hb yang terkurung dalam sel darah merah, pasokan O2 ke

berbagai tempat diseluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi

sekalipun akan terjamin. Akibatnya, berbagai sel dalam tubuh dapat bekerja

melakukan fungsinya dengan energi cukup. Hasilnya, individu tersebut dapat

berfungsi dan berkembang dengan sempurna termasuk janin yang ada dalam

kandungan (Sadikin, 2001, p.15).

4. Penyebab Turunya Kadar Hemoglobin

Faktor-faktor penyebab turunya kadar hemoglobin menurut Soebroto (2009,

p.21-22) adalah :

a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan (anemia hemolitik) yaitu

sel darah merah yang dihancurkan secara berlebihan (umur sel darah

merah normalnya 120 hari, pada keadaan anemia hemolitik umur sel

darah merah lebih pendek) . Sumsum tulang penghasil sel darah merah

tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah. Kelainan

bawaan yang mengakibatkan gangguan sel darah merah juga dapat

Page 18: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

menyebabkan anemia. Kekurangan zat besi, penyebab langsung dari

turunya kadar hemoglobin adalah ketidakcukupan asupan Fe dan infeksi

penyakit seperti cacing tambang. Seseorang yang asupan zat besinya

cukup tetapi jika sering terinfeksi cacing tambang dapat menderita

anemia. Demikian juga jika seorang yang asupan zat besi rendah maka

daya tahan tubuhnya berkurang sehingga mudah sering mudah terserang

penyakit dan akhirnya akan mengalami penurunan kadar Hb

b. Produksi sel darah merah yang tidak optimal ini terjadi saat sumsum

tulang tidak dapat membentuk sel darah merah dalam jumlah cukup. Ini

akibat dari infeksi virus, paparan terhadap kimia beracun,radiasi atau obat

– obatan (antibiotik, antikejang, atau obat kanker). Cacat pada sel darah

merah (SDM), sel darah merah mempunyai komponen penyusun banyak

sekali, tiap-tiap komponen apabila mengalami cacat akan menimbulkan

masalah bagi sel darah merah tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan

dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan

c. Kehilangan darah dapat menyebabkan kadar hemoglobin turun (anemia),

pembedahan atau permasalan dengan pembekuan darah. Perdarahan kecil

atau mikro yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat

menimbulkan turunya kadar hemoglobin. Kehilangan darah yang banyak

karena menstruasi pada remaja atau perempuan juga dapat menyebabkan

kadar hemoglobin turun

Menurut proverawati & asfuah (2009, p.76) penyebab turunya hemoglobin

adalah:

Page 19: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

a. Makanan yang kurang bergizi

b. Gangguan pencernaan dan malabsorpsi

c. Kurangnya zat besi dalam makanan

d. Kebutuhan zat besi yang meningkat

e. Kehilangan darah banyak

f. Penyakit – penyakit kronis seperti TBC, cacing usus, malaria dan lain lain.

Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya konsentrasi kadar

hemoglobin yang turun dibawah normal adalah status gizi yang buruk

dengan defisiensi multivitamin.

5. Dampak Turunya Kadar Hemoglobin

Pengaruh turunya kadar hemoglobin pada kehamilan dan janin menurut

Manuaba (2010, p 30-32) adalah sebagai berikut :

a. Pengaruh turunya kadar hemoglobin terhadap kehamilan

1) Bahaya selama kehamilan yaitu Dapat terjadi abortus, Persalinan

prematuritas, Hambatan tumbuh kembang janin, Mudah terjadi infeksi,

Ancaman dekompensasi cordis (Hb <6 gr %), Mola hidatidosa,

Hiperemesis gravidarum, Perdarahan antepartum, Ketuban pecah dini

(KPD).

2) Bahaya selama persalinan yaitu Gangguan his kekuatan mengejan,

Kala I lama, partus terlantar, Kala II lama sehingga melelahkan dan

sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala uri dapat diikuti

retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, Kala

IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri

Page 20: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

3) Bahaya selama nifas: terjadi subinvolusi uteri menimbulkan

perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran

ASI berkurang, terjadi dekompensasi cordis mendadak setelah

persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae

b. Bahaya terhadap janin: abortus,terjadi kematian intrauterine, persalinan

prematuritas tinggi, BBLR, kelahiran dengan anemia, cacat bawaan, bayi

mudah mendapat infeksi, intelegensia rendah

Menurut Sadikin (2001, p.24) dampak turunya kadar hemoglobin terhadap

kehamilan adalah : Gangguan pada organ uterus, uterus memerlukan

kontraksi yang kuat pada saat persalinan, menghentikan perdarahan akibat

perlepasan plasenta dari perlekatanya dipermukaan dalam endometrium yang

luas selama kehamilan dan sesudah persalinan untuk involusi uterus. Kadar

hemoglobin pada ibu hamil yang < 11,0 % akan membuat kontraksi otot

rahim lemah ketika persalinan berlangsung (atonia uteri), menyebabkan masa

persalinan memenjang (partus lama) dengan bahaya perdarahan atau infeksi

serta hipoksia pada janin.

Hasil penelitian Rahmawati (2005), menunjukan kadar hemoglobin selama

kehamilan <11,0 % melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

dibandingkan dengan kadar hemoglobin yang normal. Keadaan tersebut

merupakan faktor yang meningkatkan angka kematian ibu dan anak.

6. Tanda – tanda Kadar Hemoglobin Tidak Normal

Tantda – tanda kadar hemoglobin tidak normal menurut Soebroto ( 2009,

p.23) adalah sebagai berikut :

Page 21: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

a. Wajah tampak pucat, kepucatan pada lidah dan bibir dalam dan

conjungtiva, hemoglobin dalam darah merah memberikan warna merah

pada lidah dan bibir serta conjungtiva , lidah dan bibir bagian dalam akan

terjadi apabila kandungan hemoglobin terlalu sedikit didalam tubuh.

Kepucatan merupakan tanda anemia ringan atau akut.

b. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai. orang yang kadar

hemoglobinya turun dibawah normal (anemia) akan merasa tidak sehat,

merasa letih, lesu, sakit kepala dan kehilangan nafsu makan. rasa letih

terlebih dahulu muncul pada orang yang mengalami kekurangan zat besi

dengan kadar Hb rendah

c. Mata berkunang – kunang, nafsu makan berkurang, sulit berkonsentrasi

dan mudah lupa, sering sakit

d. Sesak nafas, orang yang kadar hemopglobinya tidak normal akan merasa

sesak nafas dan jantungnya berdebar terlalu keras. Ini menandakan bahwa

jantung bekerja terlalu keras untuk memompa darah pada seluruh tubuh

untuk mendapat oksigen keseluruh sel

e. Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala kulit pucat atau

berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku

f. Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah,

maka terdapat gejala lain seperti jaundice, warna kuning pada bagian

putih mata, pembesaran limpa dan warna urin seperti teh.

Page 22: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

Menurut Supariasa dkk ( 2001, p. 145) menyatakan bahwa nilai normal

yang paling sering dinyatakan adalah 14 – 18 gr% untuk pria dan 12 – 16

gr% untuk wanita.

7. Hemoglobin Ibu Hamil

Pada kehamilan jumlah sel darah merah, tingkat hemoglobin dan

packed cell volume meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Kebanyakan

eritrosit mengandung hemoglobin fetus (HbF), pada mingu ke 36, 70%

eritrosit mengandung HbF, dan 30% hemoglobin dewasa, namun terdapat

variasi yang luas (Hipokrates, 2001, p. 28). Pada saat hamil, jumlah darah

yang ada terpakai untuk kebutuhan ibu dan janin, maka otomatis volum darah

jadi berkurang. Akibatnya pasokan oksigen ke otak berkurang. Diawal

kehamilan sampai pertengahan trimester kedua, pembuluh darah ibu hamil

cenderung melebar. Seringkali volume darah yang tersedia tidak cukup untuk

mengisi ruang-ruang kosong di pembuluh darah yang melebar. Akibatnya,

terjadi tekanan darah rendah (Soebroto, 2009, p.56-57).

Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang hamil disebabkan

ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan volume sel

darah merah dan hemoglobin. Hal ini terjadi pada TM III. Pada akhir

kehamilan, ekspansi plasma menurun sementara hemoglobin terus meningkat.

Pada saat nifas, bila tidak terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar,

konsentrasi hemoglobin tidak berbeda dengan saat hamil (Mansjoer, 2001,

p.288).

Page 23: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

Menurut kristyanasari (2010, p.67) kondisi kadar hemoglobin yang

berada dibawah normal di definisikan anemia. Di Indonesia umumya

disebabkan kekurangan zat besi yang merupakan salah satu gangguan yang

paling sering terjadiselama kehamilan, ibu hamil umunya mengalami deplesi

besi sehingga hanya member sedikit nesi kepada janin yang dibutuhkan untuk

metabolisme besi yang normal, selanjutnya kadar hemoglobin akan turun pada

sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III. Menurut proverawati & asfuah

(2009, p.79) wanita hamil dikatakan anemia jika kadar hb kurang dari 10 gr%.

Pengawasan terhadap ibu hamil harus sudah mulai dilaksanakan pada

trimester I dan III, karena pengenceran mencapai puncaknya.

Hemoglobin merupakan parameter yang digunakan secara luas untuk

menetapkan prevalensi anemia. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa

oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan

jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa

oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah diindikasikan

anemia (Supariasa, 2001, p.145). Berdasarkan data penelitian Scott &

Pritchard (1967), tentang konsentrasi hemoglobin pada 85 wanita sehat yang

terbukti memiliki cadangan besi, maka anemia pada wanita tidak hamil

didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan

kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi

hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan. Pada awal kehamilan

dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita

sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11 g/dl atau lebih. Atas alasan

Page 24: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

tersebut, maka dapat didefenisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang

dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada

trimester kedua (Proverawati, 2009, p.76). Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat

mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil yang anemia karena

Hbnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini

disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang

akan berpengaruh pada fungsi placenta terhadap janin. Turunya kadar

hemoglobin pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat

Lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,

bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut

menderita anemia berat (Dinkes Prov, 2009).

Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang

akan dilahirkan. Ibu hamil yang anemia karena Hbnya rendah bukan hanya

membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan karena

kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh

pada fungsi placenta terhadap janin.

Untuk mengetahui kadar hemoglobin seseorang maka perlu dilakukan

pemeriksaan kadar hemoglobin

8. Metode Pemeriksaan Hemoglobin

Menurut supariasa dkk (2002, p.146 - 147) ada beberapa pemeriksaan

hemoglobin :

Page 25: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

a. Pemeriksaan dengan metode Sahli

Metode pemeriksaan Sahli merupakan pemeriksaan kadar hemoglobin

yang menggunakan teknik kimia dengan membandingkan senyawa akhir

secara visual terhadap standar gelas warna

1. Reagensia

a. HCL

b. Aquadest

2. Alat/sarana

a. Pipet hemoglobin

b. Alat sahli

c. Pipet pastur

d. Pengaduk

3. Prosedur kerja

a. Masukan HCL 0,1 N kedalam tabung sahli sampai angka 2

b. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan

desinfektan (alkohol 70%, betadin) kemudian tusuk dengan lanset

c. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan

ujung pipet kemudian teteskan darah sampai ke tanda batas dengan

cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring atau tissue

d. Masukan pipet yang berisi darah kedalam tabung kemudian tiup

pelan-pelan. Usahakan tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa

darah yang menempel pada dinding pipet dengan cara menghisap

HCL dan meniupnya lagi sebanyak 2-4 kali

Page 26: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

e. Campur sampai rata dan diamkan + 10 menit

f. Masukan kedalam alat pembanding, encerkan dengan aquades tetes

demi tetes sampai warna larutan homogeny. Bila sudah sama baca

kadar hemoglobin pada skala tabung.

b. Pemeriksaan dengan metode sian-methemoglobin

Reagensia

1) Laruran kalium feerosianida (K3Fe(CN)6 0.6 mmol/l

2) Larutan kalium sianida (KCN) 1.0 mmol/l

Alat/sarana:

1) Pipet darah

2) Tabung cuvet

3) Kolorometer

Prosedur kerja

1)Masukan campuran reagen sebanyak 5 ml kedalam cuvet

2)Ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml dan

masukan kedalam cuvet diatas, kocok dan diamkan selama 3 menit

3)Baca dengan kalorimeter pada lambda 546

Perhitungan:

Kadar Hb = absorpsi x 36,8 gr/dl/100ml, atau

Kadar Hb = absorpsi x 22,8 mmol/l

Page 27: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

C. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Sri Kardjati (1985, p. 21) dalam Setianingrum (2005), Proverawati

&Asfuah (2009, p. 76)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

D. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep penelitian

Umur ibu hamil

Pemeriksaankehamilan

Berat Bayi Lahir

Jarak kelahiran

Paritas

Penyakitkehamilan

Status gizi

Kadar Hb ibuhamil

Variabel Bebas:Kadar Hb ibu hamil

Variabel Terikat:

Berat bayi lahir

Page 28: Jtptunimus Gdl Muazizahg0 6048 2 Babii

E. Hipotesis

Hipotesis :

Ada pengaruh kadar hemoglobin ibu hamil terhadap berat bayi lahir di RS

Permata Bunda Kab.Grobogan.