Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

29
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Hipertensi di defenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik nya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. ( Smeltzer, 2001 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg. ( Nasrin, 2003 ). Hipertensi didefiniskan oleh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure JNC sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai degan derajat keparahannya , mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Jadi dapat disimpulakn bahwa hipertensi adalah tekanan darah persistendimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg dan di klasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan nya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal. Secara klinis derajat hipertensi menurut Rahardjo ( 2000 ) dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC VI) sebagai berikut :

description

jggyyrrvbbykkmmmtrmkkikikjijktrndn6rd6cdrcn6ncdcr6mmj,,,,oo,iojmybmmyhjhyhhfrhed4de4hfhfvvxxzwwzzw444

Transcript of Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Page 1: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Hipertensi di defenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistolik nya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. ( Smeltzer,

2001 )

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama

atau lebih besar 95 mmHg. ( Nasrin, 2003 ).

Hipertensi didefiniskan oleh Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure JNC sebagai tekanan

yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai degan derajat

keparahannya , mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai

hipertensi maligna.

Jadi dapat disimpulakn bahwa hipertensi adalah tekanan darah

persistendimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya

diatas 90 mmHg dan di klasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan nya,

mempunyai rentang dari tekanan darah normal.

Secara klinis derajat hipertensi menurut Rahardjo ( 2000 ) dapat

dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join

National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure

“ (JNC VI) sebagai berikut :

Page 2: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120 – 129 80 – 84

3. High Normal 130 – 139 85 – 89

4. Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Sistem kardiovaskuler adalah system transport (peredaran) yang

membawa gas -gas pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan zat lain ke dari dan

jaringan tubuh. Sistem kardiovaskuler di bangun oleh :

1. Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung

meupakan jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk dan susunanya sama

dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama otot polos yaitu di luar kemauan

kita ( dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) .

Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul

(pangkal jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing

yang disebut apeks kordis.

Page 3: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan ( kavum

mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, d

atas diafragma , dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan

VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung

yang di sebut iktus kordis.

Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan

beratnya kira – kira 250 – 300 gram.

a. Lapisan jantung

Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah

dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang

melapisi rongga endotel atau selaput lender yang melapisi permukaan

rongga jantung.

Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot – otot

jantung, otot jantung ini membentk bundalan – bundalan otot yaitu:

a. Bundalan otot atria , yang terdapat di bagian kiri/ kanan dan basis

kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.

b. Bundalan otot ventrikel , yang membentuk bilik jantung, di ualai dari

cincin atrioventrikular sampai di apeks jantung.

c. Bundalan dari otot ventrikuler merupakan dinding pemisah antara ruang

serambi dan bilik jantung.

b. Katup – katup jantung

Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat penting

artinya dalam susunan perdaran darah dan pergerakan jantung manusia.

Page 4: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

a. Valvula biskuspidalis , terdapat antara atrium dextra dengan ventrikel

dextra terdiri dari 3 katup.

b. vena biskuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel

sinistra terediri 2 katup.

c. vulva semilunaris artei pulmonalis, terletak antara ventrikel dextra

dengan arteri pulmonali , tempat darah mengalir menuju ke paru – paru.

d. vena semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sisnistra dengan aorta

tepat darah mengalir menuju keseluruh tubuh.

2. Pembuluh darah

a. pembuluh darah arteri

Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung

yang membawa darah ke seluruh dari ventrikel sinistra di sebut aorta. Arteri

mempunyai 3 lapisan yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan trdiri

dari 3 lapisan.

1. Tunika intima / interna. Lapisa paling dalam sekali behubungan dengan

darah dan terdiri dari jaringn endotel.

2. Tunika media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang terdiri

dari jaringan otot yang polos.

3. Tunika eksterna / adventesia. Lapisan yang palng luar sekali trdiri dari

jaringan ikat lembur yang menguatkan dinding arteri.

b. Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari

cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah

Page 5: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

mikroskop. Kapiler pembentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh. Kapiler

selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar

disebut vena.

c. Vena ( pembuluh darah balik )

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung

Beberapa vena yang penting :

1. Vena cava superior

Vena balik yang memasuki atrium kanan membawa darah kotor dari

daerah kepala, thorax dan ektremitas atas.

2. Vena cava inferor

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ

tubuh bagian bawah.

3. Vena cava jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.

Page 6: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Gambar 2.1

(

Gambar : Sayfudin, 1997)

2. Fisiologi

Siklus jantung

Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah. Dua pompa primer atrium dan 2

tenaga ventrikel periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi berikutnya

dinamakan siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi

secara spontan pada simpul SA ( sinotrial) yang terletak pada dinding posterium

atrium kanan dekat muara vena kava superior. Potensial aksi berjalan dengan

cepat melalui atrioventrikular ( AV ) ke dalam vebtrikel, karena susunan

Page 7: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

khusus sistem pengantar atrium ke ventrikel terdapat perlambatan 1/10 detik

antara jalan implus jantung dan atrium ke dalam ventrikel. Hal ini memungkinkan

atrium berkontraksi mendahului ventrikel , atrium bekerja sebagai pompa primer

bagi ventrikel dan ventrikel kemudian menyediakan sumber tenaga utama bagi

pergerakan darah melalui sistem vaskular.

C. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya menurut Mansjoer (2000) dapat

dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya,di sebut juga hipertensi idioptik, terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

hiperaktifitas, susunan saraf simpatis, sistem renin – angiostenin, defek

dalamekresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor – faktor yang

meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok.

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,

sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun

hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data

penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Page 8: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya

adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki

lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari

kulit putih)

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau

makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum

alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

D. Pathofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

Page 9: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan rennin.

Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua

faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan

gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),

Page 10: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Smeltzer, 2002 ).

E. Manifestasi Klinis

1. Pemeriksaan fisik mungkin menunjukan tidak menunujukan adanya abnormalitas

selain tingginya tekanan darah.

2. Mungkin terjadi perubahan retina dengn hemoragi, eksudat, penyempitan

arteriole, dan edema papil.

3. Gejala biasanya menunjukan kerusakan vaskuler berhubungan dengan sistem

organ yang di sebabkab oleh pembuluh darah yang terserang.

4. Penyakit arteri koroner dengan angina merupakan akibat yang umum.

5. Perubahan patologis pada ginjal ( nokturia dan azotemia)

6. Terjadi hipertropi ventrikel kiri ; gagal jantung

7. Keterlibatan vaskuler serebral dan seranngan iskemia trensien (

Baughman, Diane C , 2000 )

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup

Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan

merupakan langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam

sampai 60 mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan.

Akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan

Page 11: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

akan mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis. Pada beberapa

penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi resiko

penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur dapat

menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti

merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan

tekanan darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga

menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan mendapat hipertensi.

Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf

autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah.

2. Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi

Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan

beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan

organ target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor

resiko lain.Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria,

perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg

dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu dimulai terapi obat-

obatan.(Smeltzer,2001)

Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :

a. Diuretik

Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan

pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan diuretik

Page 12: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit “gout”

dan kadar gula pada DM sedikit meningkat.

b. Beta Bloker

Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin

terhadap jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki

lemah dan tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol,

alprenolol, propanolol, timolol, pindolol,dll.

c. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium bekerja dngan cara mengurangi jumlah kalsium

yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi

ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah

turun. Efek samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan

pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazim, verapamil,

amlodipin, felodipin dan nikardipin.

d. Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme

Inhibitor atau ACE Inhibitor).

ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang bertugas

menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan tekanan darah

yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh losartan,

valsartan dan irbesartan.

e. Vasodilator

Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari

vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan

Page 13: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah

doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium nitroprusid.

f. Golongan penghambat simpatetik

Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak

seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer

seperti reserpin dan guanetidine.

G. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari hipertensi yang mungkin muncul

1. Efek pada jantung

kongestif, strroke dan angina pektoris

2. Gagal jantung

3. Kerusakan pembuluh darah 0tak berupa pecah nya pembuluh darah stroke dan

kerusakan dinding pembuluh darah

4. Gagal ginjal

5. Kerusakan pada mata yang menyebabkan gangguan pengliahatan sampai dengan

kebutaan.

H. Pengkajian Fokus

Menurut Doengoes (2000)

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

Page 14: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna

kulit, suhu dingin

3. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,

faktor stress multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,

tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan

menghela, peningkatan pola bicara

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan / Cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

6. Neurosensori

Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,

berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan

retinal optik

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Page 15: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital

berat, nyeri abdomen

8. Pernapasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,

dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,

riwayat merokok

Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi

napas tambahan, sianosis

9. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural

10. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM , penyakit ginjal

11. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

12. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

penyakit serebrovaskuler

Page 16: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna

kulit, suhu dingin

13. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,

faktor stress multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,

tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,

peningkatan pola bicara

14. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

15. Makanan / Cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

16. Neurosensori

Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,

berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan

retinal optik

17. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital

berat, nyeri abdomen

18. Pernapasan

Page 17: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,

dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,

riwayat merokok

Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi

napas tambahan, sianosis

19. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural

20. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM , penyakit ginjal

Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

Pemeriksaan penunjang

a. BUN : memebrikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal

b. Glukosa : hiperglikemi dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin

c. Kalium serum : hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama

d. Kalsium serum : peningkatan dapat menyebabkan hipertensi

e. Kolesterol dan trigliserid serum : peningkatan dapat membentuk adanya plak

ateromatosa

f. pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi

Page 18: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

g. kadar aldosteron urin/serum : mengkaji aldosteronisme primer (

penyebab )

h. urinalisa :mengisyaratkan disfungsi ginjal

i. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

j. steroid urin : mengindikasikan hiperadrenalisme

k. IVP : mengetahui penyebab hieprtensi

l. Foto dada : menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran

jantung

m. CT skan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati

n. EKG : Dapat menunjukan perbesaran jantung , pola regangan , gangguan

konduksi. Catatan : luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini

penyakit jantung hipertensi.

I. Pathways Keperawatan

Page 19: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Etiologi

Faktor genetik, kegemukan, merokok, pencandu alkohol

I. Fokus Intervensi dan Ra

J. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

Tekanan darah meningkat

Arteriosklerosis

Pembuluh darah menyempit

Peningkatan kontraksiMyocardium

Peningkatan tekanan

Vasculer serebral

Suplay O2

kejaringan menurun

Hipertropi ventrikel kiri Nyeri kepala

Resti penurun cop Gangguan rasanyaman nyeri

Kelemahan umum

Intolerenaktifitas

Saluran cerna

Merangsang saraf simpatik

Sekresi asam lambung

Mual muntah

Resiko nutrisi < darikebutuhan tubuh

Brunner & Suddarth, 2001 : 899Soeparman, 1992; 208Isselbacher, 2000; 1258

Page 20: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

Tujuan :

Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia

miokard

Hasil yang diharapkan :

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD

- Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi :

a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat

Rasional :

perbandingan dari tekanan telah memberikan gambaran yang lebih lengkap

tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

Rasional :

Denyutan karotis , jugularis, radialis , femoralis mungkin teramati/

terpalpasi. Denyut tungkai mungkin menurun mencerminkan effek dari

vasokontriksi dan kongesti vena.

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

Rasional :

Page 21: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

S4 umum nya terdengar pada pasien hipertensi berta karena adanya

hipertrofi atrium.

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

Rasional :

Adaanya pucat , dingin ,kulit lembab , mungkin berkaitan denagn

vasokontriksi atau membuktikan dekompensasai atau penurunan curah

jantung.

e. Catat edema umum

Rasional :

Dapat mengidentifikasi gagal jantung , kerusakan ginjal, atau vaskular.

f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.

Rasional :

membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatakan relaksasi

g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi

Rasional :

menurunkan setres dan ketegangan yang mempenagruhi tekanan darah dan

perjalaan penyakit hipertensi.

h. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher

Rasional :

mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsangan simpatis.

i. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan

Rasional :

Page 22: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres , membuat efek

tenang , sehingga menurunkan tekanan darah.

j. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

Rasional :

Respon terhadap terapi obat “ stepped” yang terdiri atas diuretik , inhibator

simpatis dan vasodilator ) tergantug pada individu dan efek senoregis obat.

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan :

Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat

Hasil yang diharapkan :

Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan

Rasional :

Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi

b. Beriakan tindakan non farmakologi unuk menghilangkan sakit kepala misal

kompres dingin pada dahi , pijat punggung dan leher , tenang , redupkan

lampu kamar

Rasional :

tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral

c. Batasi aktivitas vasokontriksi yang dapat mengakibatkan sakit kepala; misal

mengejan saat bab, batuk panjang dan membungkuk.

Rasional :

Page 23: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabakan sakit kepala pada

adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral.

3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan

gangguan sirkulasi

Tujuan :

Sirkulasi tubuh tidak terganggu

Hasil yang diharapkan:

- Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti

ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan

sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

- Haluaran urin 30 ml/ menit

- Tanda-tanda vital stabil

Intervensi

a. Pertahankan tirah baring

b. Tinggikan kepala tempat tidur

c. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur dan duduk denagn

pemantuan tekanan darah arteri jika tersedia

d. Ambulasi sesuai dengan kemampuan

e. Amati adanya hipotensi mendadak

f. Ukur masukandan pengeluaran

g. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program

Page 24: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

Tujuan:

Menunjukan tidak ada kelemahan umum.

Hasil yang di harapkan

Berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan

Melaporkan peningjatan dalam toleransi aktivitas yang dapat di ukur

Intervensi

a. Kaji respon psien terhadap aktivitas perhatiakan frekuensi nadi lebih dari 20

kali per menit diatas frekuensi istirahat.

Rasional:

Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisioligis dalam

terhadap stres aktivitas dan, bila ada merupakan indicator dari kelebiahan kerja

yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.

b. Instruksikan pasien tentang penghematan energi,missal menggunakan kursi

saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan

aktivitas dengan perlahan.

Rasional :

Teknik menghemat energy mengurangi pengurangan energi , juga membantu

keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perwatan diri bertahap jika dapat

ditoleransi beriakan bantuan sesuai kebutuhan

Rasional:

Page 25: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

.memberiakan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

5. Perubahan nutrisi berhubungan dengan berlebihan kebutuhan metabolik

Tujuan :

Pasien menunjukan perubahan pola makan

Kriteria hasil:

Pasien mampu mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan

kesehatan.

Intervensi :

a. Kaji pemahaman pasien tenteng hubungan langsungan antara hipertensi dan

kegemukan.

Rasional:

Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disporsisi

antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan

peningkatan masa tubuh.

b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan

lemak,garam, dan gula sesuai indikasi.

Rasional:

Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya atereosklerosis dan

kegemukan, yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.

c. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.

Rasional:

Page 26: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan.

d. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan yang

kejenuhan lemak tinggi.

Rasional:

Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolestrol penting dalam

mencegah perkembangan aterogenesis.

e. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.

Rasional:

Memberikan konseling dan bantuan dengn memenuhi kebutuhan diet individual.

6. Koping individual tidak aktif berhubungan dengan krisis situasional

Tujuan:

Mampu menyatakan kesadaran kemampuan koping

Hasil yang di harapkan:

Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan

Mengindentifikasi situasi potensial stres dan menagmbil langkah untuk

menghindari.

Intervensi:

a. Kaji keefektifan strategi koping denagan mengobservasi perilaku,

misal;keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

Rasional:

Page 27: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

b. Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang menagatasi

hipertensi kronik.

Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan kerusakan konsentrasi,

penurunan toleransi sakit kepala.

c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stersor spesifik dan kemungkinan strategi

untuk mengatasinya.

Rasional:

Pengenalan stresor adalah langkahpertama dalam mengubah respon seseorang

terhadap stersor.

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit

Tujuan:

Menyatakan faham tentang proses penyakit.

Hasil yang di harapkan

Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan

Intervensi

a. kaji kesiapan pasien dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat.

Rasional: kesalahan konsep dan menyangakal diagnosa karena perasaan

sejahtera yang sudah lama dinikmati minat pasien untuk mempelajari

penyakit.

b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal.

Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanana darah

dan mengklarifikasi istilah medis yang sering di gunakan.

Page 28: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

c. Bantu pasien dalam mengidenrtifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler

yang dapat di ubah misal obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol,

pola hidup monoton.

Rasional:

Faktor-faktor resiko inilah menunjukan hubungan dalam menunjang

hipertensi dan penyakiny kardiovaskuler serta ginjal

d. Bahas pentingnya menghentikan merokok

Rasional nikotin meningkatkan pelepasan ketokolamin, mengakibatkan

peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah dan vasokontriksi dan

meningkatkan beban kerja miocardium

8. Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan efek samping negative

dari terapi dan kurang percaya terhadap perawatan yang di butuhkan tanpa adanya

gejala ( carpenito, 2000 )

Tujuan:

Pasien patuh terhadap pengaturan diri

Kriteria hasil:

Pasien percaya bahwa pengobatan penting untuk hipertensi

Intervensi :

a. Jelaskan kepada pasien bahwa kenaikan tekanan darah secara tipikal tidak

menunjukan gejala.

b. Tekankan pada pasien kemungkinan ancaman hidup jika tekanan darah tidak

terkontrol.

Page 29: Jtptunimus Gdl Dinarkesum 6154 2 Babii

c. Jelaskan pada pasien keungkinan efek stroke pada masa akan datang gagal

ginjal atau penyakit koroner.

d. Ikut sertakan keluarga dalam pemberian informasi yang mengarah pada

perencanaan keperawatan.

e. Jelaskan kemungkinan efek samping obat antihipertensi misal: impotensi,

vertigo, beritahu pasien untuk konsul dokter untuk obat alternatife.