Jtptunimus Gdl Lilikadiir 6730 1 Bab I

6
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. Kesehatan jiwa merupakan bagian intergral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007). Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa sangatlah kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Mekanisme koping yang tidak efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat mengalami gangguan jiwa. Menurut Yahoda seseorang dapat dikatakan sehat jiwanya apabila seseorang tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut : sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi

description

jkikojn

Transcript of Jtptunimus Gdl Lilikadiir 6730 1 Bab I

Page 1: Jtptunimus Gdl Lilikadiir 6730 1 Bab I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

utama di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak

dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung,

namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu

dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat

menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.

Kesehatan jiwa merupakan bagian intergral dari kesehatan, sehat jiwa

tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang

dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif

terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan

dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007).

Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa

sangatlah kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Mekanisme

koping yang tidak efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat

mengalami gangguan jiwa. Menurut Yahoda seseorang dapat dikatakan sehat

jiwanya apabila seseorang tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut : sikap

positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi

Page 2: Jtptunimus Gdl Lilikadiir 6730 1 Bab I

2

(keseimbangan atau keutuhan), otonomi, persepsi realitas, environmental

mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan).

Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan

meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa. Masalah gangguan jiwa yang

menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi hampir di

seluruh negara di dunia. Hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia World

Health Organization (WHO) menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa

orang di Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa di

dunia.

Data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dengan rata-

rata 40 dari 100.000 orang di Indonesia melakukan bunuh diri, sementara

rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang dan rata-rata orang

bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang perhari atau 48.000 orang bunuh

diri pertahun. Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan

kesehatan jiwa dan penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja

yang dirawat di RS Jiwa (Depkes, 2005).

Hal ini juga dapat dibuktikan dengan jumlah penderita kelainan jiwa

dengan di kota Semarang melonjak tajam selama tahun 2011. Data di rumah

sakit jiwa (RSJ) Amino Gondohutomo pedurungan mencatat kenaikan dalam

3 bulan terakhir. Faktor dominan yang menyebabkan adalah tidak kuat

menghadapi sulitnya ekonomi saat ini. Lonjakan pasien penderita kelainan

jiwa menyebabkan penuhnya kapasitas tempat tidur rumah sakit. Di RSJ Dr.

Amino Gondohutomo tercatat ada 346 tempat tidur pasien. Bed tingkat

Page 3: Jtptunimus Gdl Lilikadiir 6730 1 Bab I

3

hunian (BOR) pada bulan Oktober 94,62 persen, November 90,7 persen,

Desember 93,99 persen di tahun 2011. BOR salah satu indikator tinggi

rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit yang merupakan

persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Pasien

rawat inap di RSJ Amino Gondohutomo pada Oktober tercatat 408 pasien,

November 341 pasien, sedangkan pada Desember 369 pasien di tahun 2011.

Pada orang gangguan jiwa biasanya akan terjadi masalah-masalah

dalam pemenuhan kebutuhan diri, diantaranya yaitu kurangnya kebutuhan

merawat diri atau defisit perawatan diri. Menurut Wartonah (2006) personal

hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya

perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya.

Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi

kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan

masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau

higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Lynda Juall, 2007).

Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang

terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri

secara mandiri (Nanda, 2006).

Page 4: Jtptunimus Gdl Lilikadiir 6730 1 Bab I

4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran

nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit

perawatan diri.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Defisit

Perawatan Diri

b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan

Gangguan Defisit Perawatan Diri.

c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan Gangguan

Defisit Perawatan Diri.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan

Gangguan Defisit Perawatan Diri.

e. Mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan Gangguan

Defisit Perawatan Diri.

f. Mampu membuat faktor penghambat pada klien dengan Gangguan

Defisit Perawatan Diri.

g. Mampu membuat faktor pendukung pada klien dengan Gangguan

Defisit Perawatan Diri.

Page 5: Jtptunimus Gdl Lilikadiir 6730 1 Bab I

5

C. Metode Penulisan

Karya tulis ilmiah ini dengan menggambarkan masalah yang terjadi

dan didapat pada saat melaksanakan asuhan keperawatan. Adapun tehnik

pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara

Yaitu melakukan tanya jawab langsung ke klien, perawat dan dokter serta

tim kesehatan lainnya.

2. Observasi partisipasi aktif

Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap klien serta melakukan

asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

3. Studi kepustakaan

Mempelajari literatur yang berhubungan dengan defisit perawatan diri.

4. Studi dokumentasi

Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan hasil

pemeriksaan klien.

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai

berikut :

Bab I pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode

penulisan, sistematika penulisan.

Page 6: Jtptunimus Gdl Lilikadiir 6730 1 Bab I

6

Bab II konsep dasar meliputi pengertian, etiologi, tanda dan gejala,

manifestasi klinik, mekanisme koping, masalah keperawatan, pohon masalah,

diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan.

Bab III tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, pohon masalah,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi

keperawatan.

Bab IV pembahasan kasus yang ditunjukkan untuk menemukan kesenjangan

antara teori dan fakta yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, evaluasi dan implementasi dan evaluasi.

Bab V penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran tentang kasus yang

dibahas dan dapat menjadi pemikiran selanjutnya.

Daftar pustaka