Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk menunjang penampilan. Susunan gigi pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa, pada anak sampai umur tertentu terdapat gigi sulung sedang pada orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada umur 6 tahun sampai 12-13 tahun dan diganti oleh gigi tetap atau permanen (Ircham, 2003). Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang menyebabkan demineralisasi email, dan akan berlanjut menjadi karies gigi. Pada awalnya, lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi (Zaviera, 2008). Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian 1

Transcript of Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

Page 1: Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena

adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah

makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

menunjang penampilan. Susunan gigi pada anak-anak berbeda dengan orang

dewasa, pada anak sampai umur tertentu terdapat gigi sulung sedang pada

orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

umur 6 tahun sampai 12-13 tahun dan diganti oleh gigi tetap atau permanen

(Ircham, 2003).

Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang

paling sering dijumpai di masyarakat. Proses terjadinya karies gigi dimulai

dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan

bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam

laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang

menyebabkan demineralisasi email, dan akan berlanjut menjadi karies gigi.

Pada awalnya, lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkembang

menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi (Zaviera,

2008).

Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan

kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian

1

Page 2: Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

2

penduduk dunia. Menurut hasil penelitian di negara-negara Eropa, Amerika

dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata bahwa 90-100% anak di bawah

18 tahun terserang karies gigi (Hembing, 2005). Di Indonesia karies gigi

menduduki peringkat ke-6 dari 10 peringkat penyakit terbanyak yang diderita

masyarakat. Di Jawa Tengah sendiri prevalensi karies gigi mencapai kisaran

60-80% dari populasi (Srigupta, 2004).

Pada keadaan normal, bakteri dalam rongga mulut ada pada semua

orang dan bila berinteraksi dengan karbohidrat yang kemudian terjadi

fermentasi akan dihasilkan asam. Gigi yang berada dalam kondisi asam terus

menerus akan menyebabkan terjadinya proses demineralisasi pada permukaan

email gigi. Oleh karena setiap gigi membentuk plak setiap hari maka untuk

mencegah terjadinya plak sebaiknya setiap orang harus membatasi konsumsi

karbohidrat terfermentasi (Kennedy, 2002).

Pemilihan pola makan yang salah dan pengaruh gaya hidup modern

juga dapat menyebabkan timbulnya karies gigi pada anak. Karbohidrat

seperti sukrosa yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi dikenal dengan

sebutan makanan kariogenik. Pada umumnya anak usia tersebut mempunyai

kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis atau yang mengandung

gula murni seperti permen, cokelat, dan donat. Konsumsi karbohidrat yang

mudah terfermentasi, terutama sukrosa yang berlebihan mempunyai efek pada

integritas dan kekuatan gigi seseorang (Widya, 2008).

Suatu studi epidemiologi mengenai status gigi anak usia 3 sampai 14

tahun dilakukan di panti asuhan Hope Wood Australia selama sepuluh tahun.

Page 3: Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

3

Mereka diberi diet yang tetap nilai nutrisinya, terdiri dari sayuran segar dan

mentah, dan kuning telur; diet tanpa daging dan pemberian refined karbohidrat

terbatas dan ketat, kecuali pada hari-hari terakhir diberi makanan di antara

waktu makan secara terbatas yaitu susu, buah dan sayuran. Prevalensi karies

pada anak-anak Hope Wood tersebut pada gigi tetapnya adalah sepersepuluh

dari rata-rata anak Australia seumur yang tinggal di luar panti (Ruslawati,

2010).

Adanya anak suka mengkonsumsi makanan jajanan kariogenik akan

meningkatkan resiko anak terkena karies gigi. Penelitian Rahardja (2005),

untuk membuktikan hubungan antara jenis makanan, waktu makan dan

frekuensi makan makanan kariogenik terhadap karies gigi anak. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi adalah 71%. Kriteria

karies sangat rendah 18,3%, rendah 25,4%, sedang 45% dan tinggi 11%. Hasil

penelitian jenis makanan kurang baik 58%, waktu makan sering 48% dan

frekuensi makan sering 61%.

Jenis makanan mengandung karbohidrat yang paling kariogenik

adalah gula atau sukrosa karena mempunyai kemampuan untuk menolong

pertumbuhan bakteri kariogenetik. Penelitian Mayangsari (2008) terhadap 30

kasus menunjukkan bahwa frekuensi karies tinggi bila rata-rata jumlah

konsumsi refined karbohidrat tinggi dan kebersihan mulut kurang. Jumlah

konsumsi rata-rata kalsium, fosfor dan fluor yang kurang juga mempengaruhi

timbulnya karies gigi pada anak-anak tersebut.

Page 4: Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

4

Penelitian Loveren (2003) dengan judul “Sugar and Dental Caries”

juga menunjukan ada hubungan konsumsi gula dengan keparahan karies gigi.

Indeks karies gigi sulung anak usia prasekolah dari hasil penelitian atas 1099

anak menunjukkan bahwa 85,17% anak menderita karies. Pada penelitian ini

hampir sembilan dari sepuluh anak yang diteliti menderita karies dengan

perincian bahwa rata-rata harus dicabut satu gigi tiap anak dan yang harus

ditambal rata-rata 5 gigi tiap anak.

Penelitian Sumarti (2007), juga menunjukan adanya pengaruh

konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi. Proporsi kejadian karies

gigi pada siswa sebanyak 47 siswa (94 %) dan yang tidak terkena karies gigi

sebanyak 3 siswa (6 %). Responden dengan tingkat konsumsi dalam kategori

berisiko (skor konsumsi makanan kariogenik pada kuesioner <8) sebanyak

88,0 %, dan responden dengan tingkat konsumsi makanan kariogenik dalam

kategori tidak berisiko (skor konsumsi makanan kariogenik pada kuesioner

≥8) sebanyak 12,0 %.

SD 02 A Purwosari Semarang mempunyai kantin yang menyediakan

makanan untuk siswa dan orangtuanya yang menunggu. Kebanyakan makanan

yang disediakan adalah makanan manis (mengandung gula) dan jajanan

lainnya. Siswa dapat dengan bebas memilih makanan yang disediakan di

kantin. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa siswa lebih senang

memilih makanan / jajanan yang mengandung gula seperti permen, coklat, dan

kue-kue manis. Mereka memberikan alasan karena selain rasanya manis dan

harganya yang murah, menurut mereka permen juga dijual dengan berbagai

Page 5: Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

5

bentuk dan warna yang menarik. Anak-anak setelah makan makanan manis

tidak melakukan kumur ataupun sikat gigi. Di sisi lain tidak ditemukan

informasi di kantin dan di lingkungan sekolah tentang kesehatan / perawatan

gigi baik dalam bentuk poster atau pun bentuk lainnya. Siswa kelas satu

sampai enam SD 02 A Purwosari terdiri dari 219 siswa, sebanyak 136 siswa

(62,10%)diantaranya mengalami karies gigi.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan

penelitian tentang “Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan

Jenis Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SD 02 A Purwosari Semarang

Utara” dikarenakan hasil penelitian ini dapat untuk melakukan pencegahan

terhadap terjadinya karies gigi pada anak sekolah di SD 02 A Purwosari.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah jenis makanan kariogenik yang dikonsumsi anak usia

sekolah di SD 02 A Purwosari Semarang Utara ?

2. Berapakah prosentase jenis karies gigi pada anak usia sekolah di SD 02 A

Purwosari Semarang Utara ?

3. Adakah hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan jenis

karies gigi pada anak usia sekolah di SD 02 A Purwosari Semarang Utara?

Page 6: Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan jenis

karies gigi pada anak usia sekolah di SD 02 A Purwosari Semarang Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan konsumsi jenis makanan kariogenik yang dikonsumsi

anak usia sekolah di SD 02 A Purwosari Semarang Utara

b. Mendiskripsikan prosentase jenis karies gigi pada anak usia sekolah di

SD 02 A Purwosari Semarang Utara

c. Menganalisis hubungan antara konsumsi makanan kariogenik yang

dikonsumsi dengan jenis karies gigi pada anak usia sekolah di SD 02 A

Purwosari Semarang Utara

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dini bagi

anak usia sekolah tentang pentingnya kesehatan gigi anak untuk mencegah

karies gigi dan makanan-makanan manis yang harus di hindari.

E. Bidang Ilmu

Penelitian ini mencakup bidang ilmu keperawatan yaitu keperawatan

anak dan Mikrobiologi.

Page 7: Jtptunimus Gdl Henitakusu 6115 1 Babi

7

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

No Judul penelitian Nama Tahun dan

tempat penelitian

Metode penelitian

Hasil

1 Hubungan karakteristik keluarga dan Kebiasaan konsumsi makanan kariogenik Dengan keparahan karies gigi Anak sekolah dasar

Hidayanti 2005 di kecamatan Cihideung kota Tasikmalaya

Metode survei dengan desain Cross sectional.

Ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan Kariogenik (p :0,020 r:0,140), makanan pencegah karies gigi (p:0,019 r:-0,140), dan Delta konsumsi makan (p:0,001 r:0,199) dengan keparahan karies gigi. Ada Hubungan indeks plak (p:0,001 r:0,223), dan oral higyene indects (ohis) (p:0,008 R:0,160) serta tidak ada hubungan ph mulut (p>0,05) dengan keparahan karies gigi.

2 Hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit Karies gigi sulung pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun

Sumarti 2007 di desa Sekaran kecamatan Gunungpati Semarang

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode survey dan pendekatan cros sectional.

Ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi sulung.