jtptiain-gdl-s1-2007-nurfasicha-1756-1101097_-1
-
Upload
abdulhamied-moiden -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of jtptiain-gdl-s1-2007-nurfasicha-1756-1101097_-1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Esensi dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia,
baik individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang
lebih baik (Aziz, 2004:10). Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap
muslim baik di manapun dan kapanpun. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an
surat Ali Imron ayat 104:
ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكـر )104: ال امران (وأولـئك هم المفلحون
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar: merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran : 104).
Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa dakwah merupakan ajakan,
dorongan, atau memanggil umat manusia untuk menyebarluaskan Islam dan
merealisir ajarannya di tengah masyarakat dan kehidupannya, agar mereka
memeluk Islam dan mengamalkannya. Agar tujuan dakwah dapat tercapai
semaksimal mungkin, maka salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan media. Pertimbangan pemilihan media dakwah tersebut antara lain
berupa tujuan yang hendak dicapai, materi dakwah, sasaran dakwah,
kemampuan da’i, ketersediaan, dan kualitas media (Syukir, 1983: 164-165).
Sastra sebagai produk masyarakat, ia berada di tengah masyarakat,
karena dibentuk oleh anggota-anggota masyarakat berdasarkan desakan-
2
desakan emosional atau rasional dari masyarakat (Sumardjo, 1979: 12).
Sebagai mana hasil seni, sastra tidak lahir dalam sebuah kevakuman, ada
sebuah ruang diskursif yang terbentang manakala sebuah karya sastra
dilahirkan (Sarjono, 2001: 1). Sebuah karya sastra memang diciptakan
pengarang sebagai makhluk sosial dan untuk orang-orang lain, bukan untuk
dirinya sendiri saja.
Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
pemikiran perasaan, ide semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran
konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Kesusasteraan adalah
seni bahasa yang menjadi alat manusia untuk menyatakan perasaan, pemikiran
dan angan-angannya itu menjadi sarana bagi pujangga seni bahasa, untuk
menyampaikan keindahan. Bahasa pengarang itu memancarkan keindahan bagi
pembaca yang terbuka hatinya terhadap keindahan. Bahasa sastra berbeda
dengan bahasa sehari-hari, karena bahasa sastra lebih segar, lebih meresap,
lebih tepat, dan langsung menyatakan hal-hal yang dimaksud, sebab ia lebih
banyak mengandung perasaan dan lebih membangkitkan angan-angan atau
fantasi. Ketika seseorang membaca suatu karya sastra, maka perasaan, pikiran,
dan angan-angan pembaca lebih tergerak, lebih hebat imajinasinya dari pada
membaca karya biasa. Dengan demikian maka jelas hal-hal yang bersifat
intelektual bisa juga ditemukan dalam karya sastra (Sobary: 2002).
Manfaat yang diperoleh seseorang setelah mengapresiasikan sastra
(pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan
pengarang), dibedakan dalam dua ragam: pertama, manfaat secara umum, yaitu
3
dengan membaca sastra akan mendapat hiburan dan dapat mengisi waktu
luang. Kedua, manfaat secara khusus, yaitu memberi informasi yang
berhubungan dengan perolehan nilai-nilai kehidupan, memperkaya pandangan
atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan
peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian bacaan
sastra mempunyai pengaruh, karena dengan membaca sastra bisa menimbulkan
perubahan pikiran, sikap dan pandangan orang yang membaca dengan disadari
atau tidak, sehingga ia bisa dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif media
dakwah yang efektif.
Ahmad Tohari merupakan salah satu sastrawan yang produktif dalam
menghasilkan karya religius. Dilahirkan di Desa Tinggarjaya, Kecamatan
Jatilawang, Banyumas tanggal 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya
sampai SMAN II Purwokerto. Namun demikian beberapa fakultas seperti
Ekonomi, Sospol, dan Kedokteran pernah dijelajahinya. Semuanya tak ada
yang ditekuninya. Ahmad Tohari tidak pernah melepaskan diri dari
pengalaman hidup kedesaannya yang mewarnai seluruh karya sastranya.
Ahmad Tohari (dalam Yudiono, 2003: 7) percaya dan bahkan yakin
bahwa karya sastra merupakan pilihan lain untuk berdakwah atau
mencerahkan batin manusia agar senantiasa mau membaca ayat-ayat Tuhan,
sehingga tercipta masyarakat yang beradap. Semangat itulah yang mendasari
kepengarangan beliau yang berangkat dari kesadaran yang kukuh untuk
memanfaatkan karya sastra sebagai sarana pengingatan masyarakat (dakwah).
Barangkali hal itu merupakan pengejawantahan dari penafsiran beliau tentang
4
hakekat dakwah yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim dengan cara
apapun dan dalam kondisi apapun.
Hasil Karya sastra lain dari Novel karya Ahmad Tohari adalah :
Novel-novel berwarna geger politik tahun 1965 yang meliputi; Ronggeng
Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala dan Kubah.
Adapun novel Ahmad Tohari yang berwarna korupsi terdiri dari; Orang-orang
Proyek, Dikaki Bukit Cibalak, Belanyik dan sebagainya.
Dari beberapa karya Ahmad Tohari yang telah penulis sebutkan di atas
bahwa pada dasarnya karya sastra Ahmad Tohari sebagian besar mengisahkan
tentang pesan dakwah yang terkandung dalam teks karyanya akan tetapi
berbeda dengan karya sastra Ahmad Tohari yang akan penulis teliti. Dalam
novel ini memuat beberapa pesan dakwah yang meliputi bidang aqidah,
syari'ah, dan akhlak.
Alasan lain yang mendasari penelitian novel Kubah karya Ahmad
Tohari adalah dilihat dari latar belakang Ahmad Tohari yang merupakan
seorang pengurus pondok pesantren yang ada di Banyumas. Dia adalah
seorang da'i di pondok pesantrennya dan merupakan figur yang berkompeten
dalam bidang dakwah. Hal ini terlihat dari karya-karyanya yang sebagian
besar bercorak keagamaan. Bahkan dia berharap bahwa karya sastra dapat
memberikan pencerahan batin manusia.
Selain itu, dilihat dari judul novel tersebut yaitu "Kubah". "Kubah" itu
berkaitan dengan masjid, yang berarti sebuah lengkung atau setengah
bundaran yang biasa dipakai di atap masjid.
5
Berdasarkan alasan tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti
novel Kubah karya Ahmad Tohari yang tertuang dalam judul "Analisis Pesan
Dakwah dalam Novel Kubah karya Ahmad Tohari". .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan,
maka permasalahan yang dikemukakan adalah apa pesan dakwah yang
terkandung dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apa pesan dakwah novel Kubah karya Ahmad
Tohari?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat secara praktis bagi orang yang berkompetensi dalam dunia
dakwah adalah dapat mengetahui format teks dakwah yang ada dalam
sastra khususnya novel Kubah karya Ahmad Tohari.
2. Sedangkan manfaat secara teoritis antara lain:
a. Memperkaya dan memperluas khasanah ilmu pengetahuan teoritis,
khususnya dalam bidang sastra dalam fungsinya sebagai media
dakwah.
b. Melatih untuk bersikap kritis terhadap hasil-hasil karya dan pemikiran
yang telah lampau untuk memformulasikan sintesis baru.
6
c. Memperluas dan memperdalam pengetahuan, pemahaman
dan penghayatan terhadap masalah sosial keagamaan.
1.5 Telaah Pustaka
Karya sastra merupakan dunia kemungkinan, artinya ketika pembaca
berhadapan dengan karya sastra, maka ia berhadapan dengan kemungkinan-
kemungkinan penafsiran. Setiap pembaca berhak dan seringkali berbeda hasil
penafsiran terhadap makna karya sastra. Pembaca dengan horison harapan
yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan penafsiran terhadap sebuah
karya sastra tertentu.(Sarjono, 2001: 75).
Hal ini berkaitan dengan masalah sifat, fungsi dan hakikat karya sastra.
Sifat-sifat khas sastra ditunjukkan oleh aspek referensialnya (acuan),
fiksionalitas, "ciptaan dan sifat imajinatif". Sedangkan fungsi sastra
tergantung dari sudut pandang serta ditentukan pula oleh latar ideologinya.
Hal inilah yang menjadikan karya sastra menjadi semakin rumit dan
menawarkan permasalahan yang sangat kompleks.
Namun demikian, kajian-kajian tentang karya sastra sudah banyak
dilakukan, khususnya yang berkaitan dengan dakwah Islamiyah. Studi dan
penelitian yang khusus dan serius tentang hal tersebut telah banyak dilakukan,
namun kesemuanya belumlah menghasilkan suatu kesimpulan yang
memuaskan. Hal ini terjadi karena persoalan manusia selalu berubah seiring
dengan kemajuan pola pikir serta perkembangan ilmu pengetahuan yang
menjadikan persoalan manusia kian kompleks.
7
Penelitian yang berupaya mendeskripsikan tentang sastra dalam
fungsinya sebagai media dakwah telah banyak bermunculan. Sebagai contoh,
penelitian yang dilakukan oleh Arqom Sulasa pada tahun 2004 yang berjudul
Komik Sebagai Media Dakwah Islam (Pendekatan Hermeneutik Pada
Komiqolbu “Jang Emqi” Edisi “Gaya Selebritis dan “Ramalan Bintang”).
Dalam penelitian tersebut dipaparkan tentang pesan dakwah dalam teks yang
terdiri dari pesan aqidah, syari’ah dan akhlak. Dalam penelitian ini juga
dipaparkan tentang teknik penyajian dalam menyampaikan pesan dakwah
dalam komik tersebut, yakni menggunakan media tulisan dan gambar.
(Arkom, 2004).
Penelitian lain yang serupa juga telah dilakukan oleh Afif Burhani
(2003) yang berjudul “Pesan-Pesan dalam Serat Sana Sunu Karya R. Ng.
Yasadipura II”. Dalam penelitian ini dipaparkan tentang pesan-pesan dakwah
dalam serat Sana Sunu. Dalam penelitian tersebut juga dipaparkan tentang
relevansi serat Sana Susu tersebut dengan kegiatan dakwah pada era sekarang.
(Burhani, 2003).
Karya-karya tersebut hampir keseluruhannya berupaya ‘memotret’
pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam teks. Sehingga dalam pandangan
penulis penelitian tersebut kurang komprehensif jika tidak mengkaitkan peran
sastra tersebut dengan fungsi-fungsi sosial –termasuk di dalamnya apa maksud
dan tujuan sastra tersebut diciptakan.
8
Berkaitan dengan hal di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang sastra sebagai media dakwah yang tertuang dalam judul
“Analisis Pesan Dakwah dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari”.
1.6 Kerangka Teori
Hakikat dakwah adalah suatu usaha untuk merealisasikan ajaran Islam
ke dalam semua segi kehidupan, yang bisa dilakukan dengan berbagai cara,
baik melalui media lisan maupun media tulisan. Dakwah merupakan suatu
kewajiban bagi setiap muslim, hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat An-
Nahl:125)
نـسأح يي هم بالتلهادجو ةنسالح ظةعوالمو ةكمبالح كببيل رى سإل عاد يندتهبالم لمأع وهو هبيلن سل عن ضبم لمأع وه كب125: النحل (إن ر(
Artinya : “Seruhlah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. an-Nahl : 125).
Agar proses dakwah dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien,
da’i harus mengorganisir komponen-komponen dakwah secara baik dan tepat.
Salah satu komponen tersebut adalah media dakwah.
Sastra merupakan salah satu bentuk media tulis yang dapat digunakan
sebagai media dakwah. Pemanfaatan sastra sebagai media dakwah terkait
dengan beragamnya perbedaan kemampuan, sifat, kebudayaan dan ideologi
sasaran dakwah, maka juru dakwah harus lebih jeli dalam memberikan materi
yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi mad’u. Hal ini selaras dengan
9
pernyataan HB. Jassin yang menyatakan bahwa hendaknya para seniman
mempergunakan alat-alat media modern tanpa perasaan was-was untuk
mendakwahkan agama, seperti film, radio, televisi dan alat-alat tradisional,
seperti seni lukis, seni pahat, seni musik, seni tari, sandiwara, sendratari dan
sastra (Jassin, 1983: 12).
Karya sastra –– termasuk di dalamnya novel –– sebagai salah satu
media penuangan ide atau gagasan, jika dimanfaatkan sebagai media dakwah
maka diharapkan dapat memberikan semacam pencerahan bagi masyarakat
untuk mewujudkan kehidupan yang penuh rahmat.
Keterlibatan seniman dalam berbagai masalah yang dihadapi
masyarakatnya memiliki nilai istimewa, dia tidak sekedar menyampaikan
pikirannya sebagai seorang idividu, akan merepresentasikan pandangan dunia
(world view).
Bagi sastrawan yang kompeten terhadap persoalan-persoalan
masyarakat, maka penciptaan karya sastranya tidak hanya berorientasi pada
hiburan semata, melainkan juga sebagai sarana pencerahan atau pengingatan
masyarakat (dakwah). Dengan demikian, apa yang dikemukakan sang seniman
yang adalah sebuah hembusan dakwah. Untuk itulah banyak sekali karya-
karya sastra yang bersumber dari Hadist Nabi dan ayat-ayat al-Qur’an.
Beragamnya perbedaan kemampuan sasaran dakwah, menurut hemat
penulis, sastra sebagai wahana penuangan ide dan gagasan pengarangnya,
diharapkan dapat tampil memperkaya media dakwah. Hal ini sangat
memungkinkan karena dewasa ini telah terjadi pergeseran fungsi dalam
10
khasanah kesusasteraan di mana pada awalnya sastra hanya berorientasi pada
hiburan, kemudian bergeser menjadi ajang untuk mendidik masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut Danarto (dalam Sobary, http:
www.pikiranrakyat.com, diakses tanggal 28 November 2006) mengungkapkan:
“……jika cerita pendek atau karya sastra pada umumnya dibaca sungguh-sungguh oleh masyarakat dan para pengelola negara, maka saat ini kita tidak akan mengalami krisis moral dan spiritual. Sayangnya dewasa ini masih banyak orang yang mendudukkan cerita pendek atau karya sastra hanya sebatas hiburan belaka, tanpa melihat esensi macam apa yang terkandung di dalamnya".
Dari uraian di atas memperjelas keyakinan penulis, bahwa sastra
diciptakan bukan hanya sebagai hiburan saja, melainkan ada sebuah gagasan
yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, sehingga ia dapat
dijadikan sebagai alternatif media dakwah.
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Jenis Pendekatan
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati (Moleong, 2002: 3). Adapun pendekatan yang
penulis gunakan adalah pendekatan semiotik. Secara etimologi, istilah
semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu semion yang berarti tanda
(Sobur, 2001:95). Sedangkan secara terminologis semiotik dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-
objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Sobur,
2001: 100).
11
Dalam perkembangannya sekurang-kurangnya terdapat
sembilan macam semiotik, yaitu semiotik analitik, semiotik deskriptif,
semiotik faunal, semiotik kultural, semiotik naraftif, semiotik normatif,
semiotik sosial, dan semiotik strukturalisme (Sobur, 2001:101)
Karena objek materi dalam penelitian dalam penelitian ini
adalah karya sastra, maka peneliti menggunakan metode strukturalisme
semiotik. Strukturalisme pada dasarnya berasumsi bahwa karya sastra
merupakan suatu konstruksi dari unsur tanda-tanda. Sedangkan
semiotik atau semiologi adalah ilmu tentang tanda-tanda dalam bahasa
dan karya sastra. Demikian strukturalisme semiotik adalah analisis
pemaknaan pada suatu karya sastra yang mengacu pada semiotik
(Muhajir, 1996:166).
Penelitian sastra dengan pendekatan struktural semiotik
sesungguhnya dikarenakan bahwa karya sastra itu merupakan struktur
tanda-tanda yang bemakna tanpa memperhatikan struktur karya sastra
atau novel, tanda maka sulit dimengerti maknanya secara optimal.
1.7.2 Definisi Konseptual
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul
Pesan-Pesan Dakwah dalam Novel Kubah karya Ahmad Tohari, maka
penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang ada dalam judul
tersebut.
a. Pesan Dakwah
Yang dimaksud dengan pesan dakwah dalam penelitian ini
adalah muatan-muatan tentang ajaran Islam baik itu yang tergolong
12
aqidah, syari'ah maupun akhlak yang terdapat dalam novel yang
dipilih sebagai objek penelitian.
Pesan-pesan dakwah di sini dipahami sebagai materi yang
berkaitan antara lain:
1) Pesan akidah
Pesan aqidah merupakan landasan pokok dalam Islam bersifat
I’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat
hubungannya dengan rukun iman yang terdiri dari; iman kepada
Allah, iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada Kitab-Kitab-
Nya, iman kepada Rasul-Rasul-Nya, iman kepada Hari Akhir
dan iman kepada Qadha dan Qadhar.
2) Pesan syari’ah
Pesan syari’ah pada dasarnya merupakan aturan yang diciptakan
oleh Allah yang dipakai oleh Islam dalam mengamalkan ajaran-
ajarannya, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun
dengan sesama manusia.
3) Pesan akhlak
Pesan akhlak sebenarnya merupakan pelengkap bagi manusia
untuk mencapai keimanan dan keislaman yang sempurna, yaitu
bagaimana tata cara manusia dalam berhubungan dengan sang
khaliq, dengan sesama manusia, maupun dengan isi alam
semesta yang lain (Syukir, 1983 ; 60-62).
13
b. Pesan Dakwah dalam Novel Kubah karya Ahmad Tohari adalah:
Suatu studi yang akan mengetahui ada tidaknya pesan-pesan
yang berguna bagi kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
1.7.3 Sumber dan jenis data
Sumber data yang penulis peroleh dalam penelitian ini adalah
Novel Kubah Karya Ahmad Tohari yang bersumber pada data berupa
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 1998 : 144).
Dalam penelitian ini penulis membagi sumber data menjadi dua
jenis. Kedua jenis data tersebut adalah :
a. Data Primer
Data primer dari penelitian ini berupa novel dengan judul “Kubah”
karya Ahmad Tohari.
b. Data Sekunder
Yang digolongkan data sekunder dalam penelitian ini adalah
berbagai sumber tertulis baik itu yang berupa buku, antara lain :
- Yudiono KS. 2003. Ahmad Tohari Karya dan Dunianya.
Jakarta: PT. Grasindo.
- Jakob Sumarjo dan Saini KM. 1988. Apresiasi Kesusastraan.
- Asmuni Syukir. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam.
Surabaya: al-Ikhlas.
- Dan sebagainya.
14
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data penulis menggunakan metode
dokumentasi. Data dokumentasi adalah usaha mencari data mengenai
hal-hal atau literatur yang dibutuhkan dalam penelitian yang berupa
catatan, transkrip, dokumen, surat kabar, majalah dan bentuk-bentuk
tulisan lainnya. (Akbar, 1996: 73). Metode ini digunakan untuk
mengungkap dan mencari data yang berkaitan dengan masalah yang
penulis bahas.
1.7.5 Teknik Analisis data
Dalam teknik analisis data ini peneliti menggunakan metode
hermeneutik. Metode hermeneutik yaitu metode khusus yang biasanya
digunakan untuk analisis pemaknaan suatu karya sastra, yang mengacu
pada tanda-tanda. Dalam bahasa hermeneutik merupakan telaah pada
totalitas atau keseluruhan karya sastra yang berupa sajak-sajak atau
bait-bait syair, yang terkait dalam satu tema atau keseluruhan karya
sastra itu sendiri (Muhajir,1996: 166).
Pada bagian pendekatan penelitian dalam hal ini penulis
menggunakan pendekatan semiotic strukturalisme. Menurut
Jabrohim.Ed dalam bukunya Metodologi Penelitian Sastra, bahwa
untuk dapat memberi makna struktualisme semiotic pertama kali dapat
dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutic (retroaktif)
(Riffaterre,1978 : 5-6).
15
Pembacaan heuristik disini adalah pembacaan berdasarkan struktur
kebahasaannya atau secara semiotic adalah berdasarkan konvensi sistem
semiotic tingkat pertama, dalam bacaan heuristik ini karya sastra dibaca
berdasarkan struktur kebahasaaannya, maksud disini adalah untuk
memperjelas arti bila mana perlu diberi sisipan kata atau sinonim kata-
katanya diberi tanda kurung untuk dapat memperjelas arti bacaannya.
Sedangkan pembacaan hermeneutic adalah pembacaan karya sastra
(novel) berdasarkan konvensi sastranya. Dalam pembacaan hermeneutic
adalah pembacaan ulang sesudah pembacaan heuristik dengan
memberikan tafsiran berdasarkan konvensi sastranya (Jabrohim, 2003:96).
Dari sini kemudian akan dideskripsikan sesuai materi dakwah yang
akan diteliti yaitu tentang materi dakwah yang terkandung dalam novel
Kubah karya Ahmad Tohari.