jtptiain-gdl-s1-2007-karsiyatin-1698-bab1_210-1

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang menekankan pentingnya persaudaraan dan perdamaian. Sehingga setiap muslim walaupun berbeda status sosialnya, berbeda pola pikirnya, berbeda kecenderungan pribadinya dan berbagai macam perbedaan lainnya, mereka terkait dengan ikatan persaudaraan yang sangat kukuh yakni “iman”. 1 Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga, oleh karena itu setiap manusia sama derajatnya dihadapan Allah, untuk merealisasikan kekeluargaan dan kebersamaan tersebut harus ada yang kerja sama dan tolong- menolong. Islam menoleransi ketidaksamaan pendapat sampai tingkat tertentu, karena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan dan pelayanannya terhadap masyarakat. 2 Syari’at Islam mengatur sama sisi penting kehidupan. Syari’at Islam menawarkan kesempurnaan hidup, melindungi dan menjaga akidah dari bentuk-bentuk “bid’ah” dan penyimpangan, membebaskan manusia dari belenggu perbudakan dan ketakutan kepada selain Allah, serta menjadikan mereka terhubung dengan pencipta dan pemberi rizki-Nya. 3 1 Caswiyono Rusydie (eds), Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Ra Sail, 2005, hlm. 129. 2 Hasan M. Noer (eds), Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta: Penamadani, 2004, hlm. 122-123. 3 Abdullah Abu Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip Dasar dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2004, hlm. 1.

description

ghgh

Transcript of jtptiain-gdl-s1-2007-karsiyatin-1698-bab1_210-1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang menekankan pentingnya persaudaraan dan

perdamaian. Sehingga setiap muslim walaupun berbeda status sosialnya,

berbeda pola pikirnya, berbeda kecenderungan pribadinya dan berbagai

macam perbedaan lainnya, mereka terkait dengan ikatan persaudaraan yang

sangat kukuh yakni “iman”.1

Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga, oleh karena itu

setiap manusia sama derajatnya dihadapan Allah, untuk merealisasikan

kekeluargaan dan kebersamaan tersebut harus ada yang kerja sama dan tolong-

menolong. Islam menoleransi ketidaksamaan pendapat sampai tingkat tertentu,

karena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan dan pelayanannya

terhadap masyarakat.2

Syari’at Islam mengatur sama sisi penting kehidupan. Syari’at Islam

menawarkan kesempurnaan hidup, melindungi dan menjaga akidah dari

bentuk-bentuk “bid’ah” dan penyimpangan, membebaskan manusia dari

belenggu perbudakan dan ketakutan kepada selain Allah, serta menjadikan

mereka terhubung dengan pencipta dan pemberi rizki-Nya.3

1 Caswiyono Rusydie (eds), Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Ra Sail, 2005, hlm. 129. 2 Hasan M. Noer (eds), Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta: Penamadani, 2004,

hlm. 122-123. 3 Abdullah Abu Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip Dasar dan Tujuan, Yogyakarta:

Magistra Insani Press, 2004, hlm. 1.

2

Kehadiran Islam untuk membawa rahmat bagi umat Islam. Masyarakat

muslim berkeyakinan bahwa Islam adalah satu kesatuan sistem yang

mempunyai dasar-dasar fundamental yang harus diaplikasikan ke dalam

dinamika kehidupan yang terus berkembang.4

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia dari masa ke masa

selalu dihadapkan pada berbagai persoalan ekonomi, sosial, politik ataupun

budaya. Persoalan yang ada tidak akan pernah habis mengingat munculnya

solusi pasti akan diikuti oleh munculnya persoalan baru.

Diantara semua kajian Islam, bidang fiqih merupakan bagian yang

paling banyak menimbulkan perbedaan pendapat. Karena masing-masing

mazhab memiliki dalil-dalil argumentasi sendiri atas pendapatnya. Maka sikap

yang paling baik kepada semua pendapat adalah toleransi kepada semua

pendapat yang berbeda setelah terlebih dahulu mengkaji pendapat yang ada.

Salah satu diantara perselisihan pendapat dibidang fiqih adalah tentang

hukum menjual belikan harta wakaf.

Allah telah mensyari’atkan wakaf, menganjurkan dan menjadikannya

sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Wakaf yang

dimaksud dalam kajian ini, tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam al-

Qur’an. Namun demikian ditemukan petunjuk umum, firman Allah QS. al-

Baqarah, 2: 267:

4 Muslich Taman, Lc., (eds), Metodologi Ijtihad Umar bin Al-Khathab, Jakarta: Khalifah,

2005, hlm. 31.

3

و متبا كسات مبوا أنفقوا من طينآم ا الذينها أيضياألر نا لكم منجرا أخمم

)267: البقرة(

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah di jalan Allah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kami…” (QS. al- Baqarah: 267).5 Orang-orang jahiliyah tidak mengenal wakaf, akan tetapi wakaf itu

diciptakan dan diserukan oleh Rasulullah karena kecintaan beliau kepada

orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkannya. Hadits Nabi:

ت االنسان انقطع عمله مااذا : عن اىب هريرة ان الرسول صل اهللا عليه وسلم قال

رواه (صدقة جارية اوعلم ينتفع به اوولد صاحل يدعوله: اال من ثالثة اشياء

6)مسلم

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “apabila manusia meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak saleh yang berdoa’ untuk orang tuanya”.

Wakaf merupakan salah satu tuntunan ajaran Islam yang menyangkut

kehidupan bermasyarakat dalam rangka Ibadah Ijtima’iyah (ibadah sosial).

Karena wakaf adalah ibadah, maka tujuan utamanya adalah pengabdian

kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridha-Nya.7

5 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. AL-WAAH, 1995, hlm. 67. 6 Imam Abi Husaini Muslim Ibn al-Hajj, Shahih Muslim, Bairut: Daar al-Ihya’ al-Thirosul

Araby, t.th.,hlm. 1255. 7 Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta: Pilar

Media, 2005, hlm. 1.

4

Sedangkan pengelolaan wakaf yang baik juga harus menggunakan

manajemen yang baik, sesuai situasi dan kondisi masyarakat. Pengurusan dan

pengelolaan yang kurang baik menjadi kendala masih kurangnya manfaat dan

kegunaan wakaf. Banyak ditemukan harta wakaf yang tidak berfungsi

sebagaimana mestinya bahkan telah beralih fungsi menjadi milik pengurusnya.

Dan banyak harta wakaf yang karena tidak dikelola dengan baik maka

manfaatnya tidak dirasakan oleh masyarakat.

Masalah yang timbul kemudian adalah bagaimana jika dalam

pengelolaan itu menyimpang dari yang disyari’atkan dan apakah

diperbolehkan untuk menjual, menukar atau mendayagunakan dalam bentuk

lain agar harta wakaf tersebut benar-benar bermanfaat sesuai dari tujuan wakaf

tersebut.

Dalam penelitian ini mencoba mengkaji pendapat Imam Syafi’i

tentang jual beli harta wakaf. Dengan harapan penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran mengenai hukum jual beli harta wakaf.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka peneliti

merumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan penulis telaah lebih

lanjut, yakni:

1. Bagaimanakah pendapat Imam Syafi’i tentang jual beli harta wakaf ?

2. Bagaimanakah istinbath hukum yang digunakan Imam Syafi’i tentang jual

beli harta wakaf ?

5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendapat Imam Syafi’i tentang jual beli harta wakaf.

2. Untuk mengetahui istinbath yang digunakan Imam Syafi’i tentang jual beli

harta wakaf.

D. Telaah Pustaka

Ditinjau dari skripsi yang penulis teliti, maka di bawah ini terdapat

kajian yang telah diteliti oleh peneliti lain yang relevan dengan judul yang

penulis teliti.

“Studi Analisis Terhadap Fatwa Majelils Ulama Indonesia Tentang

Wakaf Uang” oleh Muhammad Shodli lulus pada tahun 2004. Di dalamnya ia

menyatakan bahwasannya diperbolehkan wakaf uang itu merupakan sebuah

ijtihad kontemporer, sebagai jalan alternatif dari wakaf-wakaf yang sudah ada

di Indonesia seperti perwakafan tanah. Wakaf uang merupakan wakaf

produktif. Apabila dikembangkan secara produktif, dengan jalan dana wakaf

tunai tersebut diinvestasikan dan keuntungan didistribusikan untuk membiayai

kebutuhan rakyat miskin yang benar-benar membutuhkan dan kepentingan

umum lainnya sesuai dengan tujuan wakaf yang disyari’atkan agama Islam.

Skripsi yang ditulis Taufiq Jamzuri lulus tahun 2000 yang berjudul

“Studi Analisis Tentang Penerapan Istihsan Dalam Perubahan Tanah Wakaf”.

Di dalamnya ia menguraikan bahwa dalam hal tanah wakaf terjadi konversi

baik dengan perubahan atau pergantian berarti hal tersebut sudah keluar dari

6

kaidah umum yang telah melarang adanya konversi terhadap tanah wakaf,

disebabkan adanya hal-hal yang lebih dikehendaki untuk tetap dipeliharanya

kelangsungan manfaat wakaf.

Buku “Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia” karangan Dr.

Abdul Ghofur, S.H, M.H. disebutkan bahwa pada umumnya wakaf itu

menggunakan benda-benda tak bergerak seperti halnya tanah, akan tetapi

pemanfaatannya hanya dapat dinikmati orang yang berdomisili disekitar tanah

wakaf tersebut berada. Sementara rakyat miskin sudah tersebar di seluruh

Indonesia. Sehingga dibutuhkan sumber pendanaan baru yang tidak terikat

tempat dan waktu. Oleh karena itu berwakaf dengan uang sebagai salah satu

alternatif untuk mengentaskan kemiskinan yang lokasinya tersebar di luar

daerah para wakaf tersebut. Karena uang bersifat lebih fleksibel dan tidak

mengenal batas wilayah pendistribusiannya.

Ahmad Rofiq dalam bukunya yang berjudul “Hukum Islam di

Indonesia”, yang secara umum membahas tentang materi hukum Islam di

Indonesia. Namun, di dalamnya juga memuat tentang permasalahan wakaf

yang meliputi pengertian wakaf, benda wakaf, pengawasan benda wakaf dan

nazir.

Buku yang berjudul “Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori

dan Praktik” karangan Adijani Al-Alabij. Buku ini menerangkan bahwa

semenjak peraturan pemerintah tentang perwakafan tanah diberlakukan

beberapa puluh tahun yang lalu, sampai dengan saat ini belum ada suatu

penelitian yang mengungkapkan bagaimana prakteknya di lapangan. Apakah

7

segala informasi mengenai peraturan-peraturan tersebut sudah diketahui oleh

masyarakat luas, apakah pelaksanaannya sudah rapi atau justru banyak

ditemui hambatan dan penyimpangan.

Dalam buku yang berjudul “Strategi Pengamanan Tanah Wakaf” yang

diterbitkan oleh Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf Ditjen Bimas

Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI tahun 2004. Buku ini membahas

tentang strategi pengamanan tanah wakaf di dalamnya, pengamanan tanah

wakaf dari segi hukum, pengamanan tanah wakaf dari segi administrasi,

pengamanan tanah wakaf dari segi fisik, pengamanan tanah wakaf dari segi

komputerisasi, serta pengamanan tanah wakaf dari segi pengawasan dan

bimbingan.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba meneliti pendapat Imam Syafi’i

tentang hukum jual beli harta wakaf. Penelitian ini menjelaskan pendapat

Imam Syafi’i tentang jual beli harta wakaf.

E. Metodologi Penelitian

1. Sumber Data

Data penelitian ini adalah data pustaka, yang dapat dibedakan menjadi:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber primer,

yakni sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.8 Adapun

sumber data dalam penelitian ini adalah karya Imam Syafi’i yaitu di

dalam kitab al-Umm.

8 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,Cet. Ke-3 1995, hlm. 132.

8

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber bukan asli

memuat informasi atau data tersebut.9 Jadi, data sekunder ini adalah

segala data yang membahas segala persoalan-persoalan yang berkaitan

dengan pembahasan-pembahasan skripsi ini.

2. Analisis Data

Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Deskriptif

Metode deskriptif adalah prosedur dalam pemecahan masalah

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.10 Data

atau fakta pada metode ini harus diberi arti tidak hanya menyajikannya

secara deskriptif. Data atau fakta yang terkumpul harus diolah dan

ditafsirkan. 11

Metode ini penulis gunakan untuk menggambarkan dan menguraikan

secara menyeluruh atas pendapat Imam Syafi’i sehingga akan

didapatkan informasi secara komprehensif dan utuh.

b. Komparatif

Yaitu membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-

penyebabnya.12 Kemudian ditarik ke dalam suatu kesimpulan atau

dengan kata lain meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan

9 Ibid . 10 Hadari Nawawi, Penelitian Terapan, Jakarta: Gadjah Mada University Press, Cet. Ke-2,

1996, hlm. 73. 11 Ibid 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, Cet. Ke-11, 1998, hlm. 248.

9

dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan satu faktor yang lain.

Disini, penulis mengkomparasikan pendapat Imam Syafi’i dengan

pendapat ulama-ulama yang lain.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan dalam memahami gambaran secara menyeluruh

tentang skripsi ini, maka penulis akan memberikan sistematika beserta

penjelasan secara garis besar. Penulis membagi dalam lima bab, yang mana

masing-masing bab berisi persoalan-persoalan tertentu dengan tetap berkaitan

antara bab yang satu dengan bab yang lainnya. Adapun sistematikanya

tersusun sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Telaah Pustaka

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB II : KONSEP UMUM TENTANG WAKAF

A. Pengertian Wakaf dan Dasar Hukumnya

B. Rukun dan Syarat Wakaf

C. Macam-macam Wakaf dan Hikmahnya

10

BAB III : PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG JUAL BELI

HARTA WAKAF

A. Biografi Imam Syafi’i

B. Pendapat Imam Syafi’i Tentang Jual Beli Harta Wakaf

C. Istinbath Hukum Yang Digunakan Imam Syafi’i Tentang Jual

Beli Harta Wakaf

BAB IV : ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG JUAL

BELI HARTA WAKAF

A. Analisis Pendapat Imam Syafi’i Tentang Jual Beli Harta

Wakaf

B. Analisis Terhadap Metode Istinbath Hukum Yang Digunakan

Imam Syafi’i Tentang Jual Beli Harta Wakaf

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-Saran

C. Penutup