jtptiain-gdl-s1-2007-karsiyatin-1698-bab1_210-1
-
Upload
abi-zulbahri -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of jtptiain-gdl-s1-2007-karsiyatin-1698-bab1_210-1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang menekankan pentingnya persaudaraan dan
perdamaian. Sehingga setiap muslim walaupun berbeda status sosialnya,
berbeda pola pikirnya, berbeda kecenderungan pribadinya dan berbagai
macam perbedaan lainnya, mereka terkait dengan ikatan persaudaraan yang
sangat kukuh yakni “iman”.1
Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga, oleh karena itu
setiap manusia sama derajatnya dihadapan Allah, untuk merealisasikan
kekeluargaan dan kebersamaan tersebut harus ada yang kerja sama dan tolong-
menolong. Islam menoleransi ketidaksamaan pendapat sampai tingkat tertentu,
karena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan dan pelayanannya
terhadap masyarakat.2
Syari’at Islam mengatur sama sisi penting kehidupan. Syari’at Islam
menawarkan kesempurnaan hidup, melindungi dan menjaga akidah dari
bentuk-bentuk “bid’ah” dan penyimpangan, membebaskan manusia dari
belenggu perbudakan dan ketakutan kepada selain Allah, serta menjadikan
mereka terhubung dengan pencipta dan pemberi rizki-Nya.3
1 Caswiyono Rusydie (eds), Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Ra Sail, 2005, hlm. 129. 2 Hasan M. Noer (eds), Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta: Penamadani, 2004,
hlm. 122-123. 3 Abdullah Abu Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip Dasar dan Tujuan, Yogyakarta:
Magistra Insani Press, 2004, hlm. 1.
2
Kehadiran Islam untuk membawa rahmat bagi umat Islam. Masyarakat
muslim berkeyakinan bahwa Islam adalah satu kesatuan sistem yang
mempunyai dasar-dasar fundamental yang harus diaplikasikan ke dalam
dinamika kehidupan yang terus berkembang.4
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia dari masa ke masa
selalu dihadapkan pada berbagai persoalan ekonomi, sosial, politik ataupun
budaya. Persoalan yang ada tidak akan pernah habis mengingat munculnya
solusi pasti akan diikuti oleh munculnya persoalan baru.
Diantara semua kajian Islam, bidang fiqih merupakan bagian yang
paling banyak menimbulkan perbedaan pendapat. Karena masing-masing
mazhab memiliki dalil-dalil argumentasi sendiri atas pendapatnya. Maka sikap
yang paling baik kepada semua pendapat adalah toleransi kepada semua
pendapat yang berbeda setelah terlebih dahulu mengkaji pendapat yang ada.
Salah satu diantara perselisihan pendapat dibidang fiqih adalah tentang
hukum menjual belikan harta wakaf.
Allah telah mensyari’atkan wakaf, menganjurkan dan menjadikannya
sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Wakaf yang
dimaksud dalam kajian ini, tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam al-
Qur’an. Namun demikian ditemukan petunjuk umum, firman Allah QS. al-
Baqarah, 2: 267:
4 Muslich Taman, Lc., (eds), Metodologi Ijtihad Umar bin Al-Khathab, Jakarta: Khalifah,
2005, hlm. 31.
3
و متبا كسات مبوا أنفقوا من طينآم ا الذينها أيضياألر نا لكم منجرا أخمم
)267: البقرة(
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah di jalan Allah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kami…” (QS. al- Baqarah: 267).5 Orang-orang jahiliyah tidak mengenal wakaf, akan tetapi wakaf itu
diciptakan dan diserukan oleh Rasulullah karena kecintaan beliau kepada
orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkannya. Hadits Nabi:
ت االنسان انقطع عمله مااذا : عن اىب هريرة ان الرسول صل اهللا عليه وسلم قال
رواه (صدقة جارية اوعلم ينتفع به اوولد صاحل يدعوله: اال من ثالثة اشياء
6)مسلم
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “apabila manusia meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak saleh yang berdoa’ untuk orang tuanya”.
Wakaf merupakan salah satu tuntunan ajaran Islam yang menyangkut
kehidupan bermasyarakat dalam rangka Ibadah Ijtima’iyah (ibadah sosial).
Karena wakaf adalah ibadah, maka tujuan utamanya adalah pengabdian
kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridha-Nya.7
5 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. AL-WAAH, 1995, hlm. 67. 6 Imam Abi Husaini Muslim Ibn al-Hajj, Shahih Muslim, Bairut: Daar al-Ihya’ al-Thirosul
Araby, t.th.,hlm. 1255. 7 Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta: Pilar
Media, 2005, hlm. 1.
4
Sedangkan pengelolaan wakaf yang baik juga harus menggunakan
manajemen yang baik, sesuai situasi dan kondisi masyarakat. Pengurusan dan
pengelolaan yang kurang baik menjadi kendala masih kurangnya manfaat dan
kegunaan wakaf. Banyak ditemukan harta wakaf yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya bahkan telah beralih fungsi menjadi milik pengurusnya.
Dan banyak harta wakaf yang karena tidak dikelola dengan baik maka
manfaatnya tidak dirasakan oleh masyarakat.
Masalah yang timbul kemudian adalah bagaimana jika dalam
pengelolaan itu menyimpang dari yang disyari’atkan dan apakah
diperbolehkan untuk menjual, menukar atau mendayagunakan dalam bentuk
lain agar harta wakaf tersebut benar-benar bermanfaat sesuai dari tujuan wakaf
tersebut.
Dalam penelitian ini mencoba mengkaji pendapat Imam Syafi’i
tentang jual beli harta wakaf. Dengan harapan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran mengenai hukum jual beli harta wakaf.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka peneliti
merumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan penulis telaah lebih
lanjut, yakni:
1. Bagaimanakah pendapat Imam Syafi’i tentang jual beli harta wakaf ?
2. Bagaimanakah istinbath hukum yang digunakan Imam Syafi’i tentang jual
beli harta wakaf ?
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pendapat Imam Syafi’i tentang jual beli harta wakaf.
2. Untuk mengetahui istinbath yang digunakan Imam Syafi’i tentang jual beli
harta wakaf.
D. Telaah Pustaka
Ditinjau dari skripsi yang penulis teliti, maka di bawah ini terdapat
kajian yang telah diteliti oleh peneliti lain yang relevan dengan judul yang
penulis teliti.
“Studi Analisis Terhadap Fatwa Majelils Ulama Indonesia Tentang
Wakaf Uang” oleh Muhammad Shodli lulus pada tahun 2004. Di dalamnya ia
menyatakan bahwasannya diperbolehkan wakaf uang itu merupakan sebuah
ijtihad kontemporer, sebagai jalan alternatif dari wakaf-wakaf yang sudah ada
di Indonesia seperti perwakafan tanah. Wakaf uang merupakan wakaf
produktif. Apabila dikembangkan secara produktif, dengan jalan dana wakaf
tunai tersebut diinvestasikan dan keuntungan didistribusikan untuk membiayai
kebutuhan rakyat miskin yang benar-benar membutuhkan dan kepentingan
umum lainnya sesuai dengan tujuan wakaf yang disyari’atkan agama Islam.
Skripsi yang ditulis Taufiq Jamzuri lulus tahun 2000 yang berjudul
“Studi Analisis Tentang Penerapan Istihsan Dalam Perubahan Tanah Wakaf”.
Di dalamnya ia menguraikan bahwa dalam hal tanah wakaf terjadi konversi
baik dengan perubahan atau pergantian berarti hal tersebut sudah keluar dari
6
kaidah umum yang telah melarang adanya konversi terhadap tanah wakaf,
disebabkan adanya hal-hal yang lebih dikehendaki untuk tetap dipeliharanya
kelangsungan manfaat wakaf.
Buku “Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia” karangan Dr.
Abdul Ghofur, S.H, M.H. disebutkan bahwa pada umumnya wakaf itu
menggunakan benda-benda tak bergerak seperti halnya tanah, akan tetapi
pemanfaatannya hanya dapat dinikmati orang yang berdomisili disekitar tanah
wakaf tersebut berada. Sementara rakyat miskin sudah tersebar di seluruh
Indonesia. Sehingga dibutuhkan sumber pendanaan baru yang tidak terikat
tempat dan waktu. Oleh karena itu berwakaf dengan uang sebagai salah satu
alternatif untuk mengentaskan kemiskinan yang lokasinya tersebar di luar
daerah para wakaf tersebut. Karena uang bersifat lebih fleksibel dan tidak
mengenal batas wilayah pendistribusiannya.
Ahmad Rofiq dalam bukunya yang berjudul “Hukum Islam di
Indonesia”, yang secara umum membahas tentang materi hukum Islam di
Indonesia. Namun, di dalamnya juga memuat tentang permasalahan wakaf
yang meliputi pengertian wakaf, benda wakaf, pengawasan benda wakaf dan
nazir.
Buku yang berjudul “Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori
dan Praktik” karangan Adijani Al-Alabij. Buku ini menerangkan bahwa
semenjak peraturan pemerintah tentang perwakafan tanah diberlakukan
beberapa puluh tahun yang lalu, sampai dengan saat ini belum ada suatu
penelitian yang mengungkapkan bagaimana prakteknya di lapangan. Apakah
7
segala informasi mengenai peraturan-peraturan tersebut sudah diketahui oleh
masyarakat luas, apakah pelaksanaannya sudah rapi atau justru banyak
ditemui hambatan dan penyimpangan.
Dalam buku yang berjudul “Strategi Pengamanan Tanah Wakaf” yang
diterbitkan oleh Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf Ditjen Bimas
Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI tahun 2004. Buku ini membahas
tentang strategi pengamanan tanah wakaf di dalamnya, pengamanan tanah
wakaf dari segi hukum, pengamanan tanah wakaf dari segi administrasi,
pengamanan tanah wakaf dari segi fisik, pengamanan tanah wakaf dari segi
komputerisasi, serta pengamanan tanah wakaf dari segi pengawasan dan
bimbingan.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba meneliti pendapat Imam Syafi’i
tentang hukum jual beli harta wakaf. Penelitian ini menjelaskan pendapat
Imam Syafi’i tentang jual beli harta wakaf.
E. Metodologi Penelitian
1. Sumber Data
Data penelitian ini adalah data pustaka, yang dapat dibedakan menjadi:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber primer,
yakni sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.8 Adapun
sumber data dalam penelitian ini adalah karya Imam Syafi’i yaitu di
dalam kitab al-Umm.
8 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,Cet. Ke-3 1995, hlm. 132.
8
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber bukan asli
memuat informasi atau data tersebut.9 Jadi, data sekunder ini adalah
segala data yang membahas segala persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan pembahasan-pembahasan skripsi ini.
2. Analisis Data
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Deskriptif
Metode deskriptif adalah prosedur dalam pemecahan masalah
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.10 Data
atau fakta pada metode ini harus diberi arti tidak hanya menyajikannya
secara deskriptif. Data atau fakta yang terkumpul harus diolah dan
ditafsirkan. 11
Metode ini penulis gunakan untuk menggambarkan dan menguraikan
secara menyeluruh atas pendapat Imam Syafi’i sehingga akan
didapatkan informasi secara komprehensif dan utuh.
b. Komparatif
Yaitu membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-
penyebabnya.12 Kemudian ditarik ke dalam suatu kesimpulan atau
dengan kata lain meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan
9 Ibid . 10 Hadari Nawawi, Penelitian Terapan, Jakarta: Gadjah Mada University Press, Cet. Ke-2,
1996, hlm. 73. 11 Ibid 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, Cet. Ke-11, 1998, hlm. 248.
9
dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan satu faktor yang lain.
Disini, penulis mengkomparasikan pendapat Imam Syafi’i dengan
pendapat ulama-ulama yang lain.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan dalam memahami gambaran secara menyeluruh
tentang skripsi ini, maka penulis akan memberikan sistematika beserta
penjelasan secara garis besar. Penulis membagi dalam lima bab, yang mana
masing-masing bab berisi persoalan-persoalan tertentu dengan tetap berkaitan
antara bab yang satu dengan bab yang lainnya. Adapun sistematikanya
tersusun sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Telaah Pustaka
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB II : KONSEP UMUM TENTANG WAKAF
A. Pengertian Wakaf dan Dasar Hukumnya
B. Rukun dan Syarat Wakaf
C. Macam-macam Wakaf dan Hikmahnya
10
BAB III : PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG JUAL BELI
HARTA WAKAF
A. Biografi Imam Syafi’i
B. Pendapat Imam Syafi’i Tentang Jual Beli Harta Wakaf
C. Istinbath Hukum Yang Digunakan Imam Syafi’i Tentang Jual
Beli Harta Wakaf
BAB IV : ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG JUAL
BELI HARTA WAKAF
A. Analisis Pendapat Imam Syafi’i Tentang Jual Beli Harta
Wakaf
B. Analisis Terhadap Metode Istinbath Hukum Yang Digunakan
Imam Syafi’i Tentang Jual Beli Harta Wakaf
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
C. Penutup