BAB II FARIDA -...
Transcript of BAB II FARIDA -...
BAB II
ANAK PRASEKOLAH DAN METODE-METODE
DALAM PENGAJARAN
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah
Ada istilah perkembangan dan pertumbuhan, keduanya memiliki
perbedaan. Pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam jumlah atau ukuran,
sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan
fungsinya.1
1. Pengertian Anak Prasekolah
Dalam memberikan pengertian anak prasekolah dari segi umur para
ahli mengalami kesulitan karena dalam menghubungkan antara batasan umur
dan kecakapan anak dapat dipengaruhi banyak faktor. Dengan demikian
banyak ahli yang berbeda pendapat untuk memberikan batasan umur anak
prasekolah.
Biechler dan Snowman berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
anak prasekolah adalah anak yang biasannya mengikuti program prasekolah
dan kindergarden. Sedangkan menurut E.B Hurlock mengatakan bahwa usia
prasekolah atau prakelompok disebut juga masa kanak-kanak dini yaitu anak
yang berumur 2-6 tahun, Biechler dan Snowman menambahkan bahwa usia
prasekolah adalah anak mulai usia 3-6 tahun. Walaupun ada beberapa
perbedaan dalam memberi batasan umur anak prasekolah, namun dapat
diambil kesimpulan bahwa pengertian anak prasekolah adalah anak-anak di
bawah usia sekolah atau anak-anak yang belum memasuki usia sekolah.2
1 Sri Harini dan Aba Firdaus, Mendidik Anak Usia Dini, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2003),
hlm 54-55 2 Ibid.
13
Dalam buku Early Childhood Education Today menjelaskan bahwa
preschool are formal school setting for our purpose, preschool means
programs for two-to five year old children before kindergarden.3
Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pemerintah
memasukkan atau mengkatagorikan pendidikan prasekolah sebagai
pendidikan usia dini dimana pada pasal 28 ini terdapat 6 item tentang
pendidikan usia dini di antaranya :
1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar.
2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, non formal, dan atau informal.
3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman
kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat.
5. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.
6. Ketentuan mengenai Pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud
ayat (I), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.4
2. Ciri-Ciri Anak Prasekolah
Ciri anak prasekolah pada umumnya ingin sekali mengenal alam
sekelilingnya dengan meraba, mencium, merasa dan bertanya. Kebanyakan
psikolog anak mengatakan bahwa tahun-tahun prasekolah dari usia 2-5
3 George S Morrison, Early Childhood Education Today, Fourth Edition, (USA, Merrill Publising Company, 1988), hlm. 218
4 Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional), (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 19.
14
tahun adalah masa yang paling penting dari seluruh tahapan perkembangan,
senada dengan apa yang yang dikemukakan oleh White bahwa masa
prasekolah adalah sangat penting untuk meletakkan pola penyesuaian
pribadi dan sosial yang kaya bagi anak usia 12-15 bulan adalah hal terbaik
yang dapat dilakukan guna menjamin pikirannya yang baik. 5Ada beberapa
ciri-ciri anak prasekolah diantaranya :
a. Ciri Fisik Anak Prasekolah
Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (2-6 tahun) ada ciri-
ciri yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak usia prasekolah
perpedaannya terletak pada penampilan, postur tubuh gerakan anak
prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola seperti :
menggerakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai secara
santai dan mampu melangkah dengan menggerak-gerakkan tungkai dan
kaki. Perkembangan lain yang terjadi pada anak prasekolah adalah jumlah
gigi yang tumbuh mencapai 20 buah dan gigi susu akan tanggal pada
akhir masa prasekolah. Kepala dan otak mereka telah mencapai ukuran
dewasa pada saat anak mencapai usia prasekolah, jaringan syaraf mereka
juga berkembang sesuai pertumbuhan otak dan mereka akan mampu
mengembangkan berbagai gerakan dan mengendalikannya dengan baik.6
b. Ciri Sosial Anak Prasekolah
Perkembangan sosial anak prasekolah biasanya dimaksudkan
sebagai perkembangan tingkah laku dalam menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat dimana anak berada, pada saat
anak usia 2 bulan anak mulai mampu merespon terhadap perilaku orang
lain dengan senyuman dan mampu meniru misalnya menjulurkan lidah
atau menutup mata. Pada saat usia 2 tahun anak-anak mencoba
5 Ibid, hlm, 65 6 Soemitra Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 25-26
15
memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukkan kemauan
dan kemampuannya dengan pernyataan “inilah saya” saya bisa!, tak
jarang pada saat tersebut anak dinilai sebagai anak yang keras kepala,
perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses
kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respon terhadap tingkah
laku.7
c. Ciri Emosional Anak Prasekolah
Menurut Snowman ciri emosional anak prasekolah
diantarannya: Pertama, anak prasekolah cenderung mengekspresikan
emosinnya dengan bebas dan terbuka, sikap marah sering diperlihatkan
juga pada anak usia tersebut. Kedua, iri hati pada anak prasekolah
sering terjadi mereka umumnya sering memperebutkan perhatian guru.8
Biasannya emosi anak sulit untuk dikendalikan, tangisan, jeritan
biasannya dilakukan oleh anak prasekolah sebagai luapan emosinya
yang menggambarkan keadaan hatinya yang lagi kesal, begitupun
sebaliknya disaat hatinya senang, gembira, maka anak akan senyum-
senyum dan kelihatan gembira.
d. Ciri Kognitif Anak Prasekolah
Anak prasekolah biasannya sudah terampil berbahasa, sebagian
dari mereka senang berbicara khususnya dalam kelompoknya,
sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara dan sebagian yang
lain perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik
7 Soemitra Patmonodewo, Op. Cit, hlm. 31 8 Ibid, hlm.35
16
B. Metode Pendidikan Akhlak pada Anak Prasekolah
1. Metode-Metode dalam Pengajaran
a. Metode ceramah
Yaitu teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim
dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara
penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Para murid di
sini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan dan
mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.9
b. Metode diskusi
Yaitu suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan
memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi
secara rasional dan obyektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan
perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga
dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berfikir
secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan obyektif
dalam memecahkan masalah.10
c. Metode tanya jawab
Yaitu penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya.
Bila metode ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan perhatian
siswa untuk belajar secara aktif.11
d. Metode demonstrasi dan eksperimen
Yaitu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau
orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk
memperhatikan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan
sesuatu.
9 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 34
10 Ibid., hlm. 36 11 Ibid., hlm. 43
17
Sedang metode eksperimen ialah cara pengajaran dimana guru
dan murid melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari suatu aksi.12
e. Metode resitasi
Metode ini sering disebut dengan metode pekerjaan rumah karena
siswa diberi tugas-tugas khusus diluar jam pelajaran berlangsung dimana
siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang
dapat ditemukan di laboratorium, perpustakaan, pusat belajar dan
sebagainya.13
f. Metode kerja kelompok
Metode ini dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik
merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan dan minat untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan
sistem gotong royong.14
g. Metode sosio drama
Metode sosio drama dan bermain peranan merupakan teknik
mengajar yang banyak berkaitan dengan pendemonstrasian, suatu sosio
drama atau bermain peranan kadang kala dilakukan dan dimulai dari
siswa-siswa itu sendiri sesuai dengan daya cipta mereka masing-masing.15
h. Metode karya wisata
Metode ini adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan
mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau
tempat yang ada kaitannya dengan bahasan.16
12 Ibid., hlm. 45 13 Ibid., hlm. 47 14 Ibid., hlm. 49 15 Ibid., hlm. 51 16 Ibid., hlm. 53
18
i. Metode drill
Disebut juga latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan
atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya
dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat
disempurnakan dan siap siagakan.17
j. Metode pembiasaan
Secara etimologi pembiasaan asal kata adalah "biasa" dalam
kamus bahasa Indonesia biasa adalah lazim atau umum seperti sedia kala,
sudah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-
hari.18
Pada hakekatnya metode-metode yang digunakan dalam proses
belajar mengajar memiliki banyak kesamaan dengan metode-metode yang
diungkapkan oleh kebanyakan tokoh pendidikan diantara tokoh pendidikan
itu muncul nama-nama Sudjana, dalam bukunya Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar menyebutkan bahwa metode-metode yang dapat digunakan dalam
proses pengajaran antara lain :
1. Metode ceramah
2. Metode tanya jawab
3. Metode diskusi
4. Metode tugas belajar dan sesitasi
5. Metode kerja kelompok
6. Metode Demonstrasi dan eksperimen
7. Metode sosiodrama
8. Metode problem solving
9. Metode sistem regu (team teaching)
10. Metode karya wisata
17 Ibid., hlm. 55 18 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Intermasa,
2002), hlm.110
19
11. Metode latihan
12. Metode resource person
13. Metode simulasi
14. Metode survai masyarakat.19
Metode-metode yang telah dikemukakan di atas tidak semuanya
cocok bagi program kegiatan taman kanak-kanak, misalnya metode ceramah
kurang cocok bagi program kegiatan belajar anak TK karena metode ceramah
menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama padahal
rentang waktu perhatian anak relative singkat.20
Berikut merupakan metode-metode pengajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak usia TK yaitu :
a. Metode bermain
Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin
pertumbuhan anak, dan bermain memberikan kepuasan bagi dirinya
sendiri, melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami
kehidupan. Kegiatan bermain dilakasnakan tidak serius dan fleksibel.
Oleh karena itu begitu besar nilai dalam kehidupan anak, maka
pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak
TK merupakan syarat mutlak yang tidak bisa diabaikan. Bagi anak TK
belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar.21
b. Metode karya wisata
Berkarya wisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak
karena dapat membangkitkan minat anak kepada sesuatu hal dan
memperluas perolehan informasi. Jadi dari karya wisata anak dapat
19 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo,
1995), hlm. 77-90 20 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta : Renika Cipta, 2004),
hlm. 24 21 Ibid., hlm. 24-25
20
belajar dari pengalaman sendiri dan sekaligus anak dapat melakukan
generalisasi berdasarkan sudut pandang mereka.22
c. Metode bercakap-cakap
Bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif dan ini penting bagi anak TK. Oleh karena itu metode bercakap-
cakap bagi anak TK membantu perkembangan dimensi sosial, emosi dan
kognitif, dan terutama bahasa anak.23
d. Metode cerita
Cerita merupakan salah satu media untuk menyampaikan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat. Seseorang yang dapat membacakan cerita dengan
baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup.24
e. Metode demonstrasi
Demontrasi berarti menunjukkan, mengerjakan dan menjelaskan. Jadi
dalam demonstrasi kita menunjukkan dan menjelaskan cara-cara
mengerjakan sesuatu.25
f. Metode pemberian tugas
Pemberian tugas merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja harus
dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas di taman kanak-kanak tugas
diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
petunjuk langsung guru.26
22 Ibid., hlm. 25-26 23 Ibid. 24 Ibid. 25 Ibid. 26 Ibid., hlm. 28
21
2. Akhlak
1) Pengertian akhlak
Akhlak menurut bahasa (etimologi) dalam bahasa Arab adalah
bentuk jamak dari kata khulk. Yang berarti budi pekerti, perangai tingkah
laku atau tabiat.27
Akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang mendorong untuk
melahirkan tindakan atau tingkah laku tanpa dipikir atau dipertimbangkan
secara mendalam. Keadaan ini ada dua jenis :
a. Alamiah dan bertolak dari watak
b. Tercipta melalui kebiasaan dan latihan, pada mulanya keadaan ini
terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan namun kemudian
melalui praktek terus menerus menjadi karakter.28
Menurut Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan
kehendak, artinya bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka
kebiasaan itu disebut akhlak.29
Sedangkan Imam Al-Ghazali dalam buku Ihya-Ulum al-Din
mengemukakan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.30
Al-Ghazali dalam bukunya akhlak seorang muslim juga
menambahkan adanya pembinaan Islam yang demikian terhadap
pembinaan akhlak ini, dan hal ini dapat dilihat dari perhatian Islam
terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan
fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan
yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan
27 Luis Ma'luf, Kamus Al Munjid al Maktabah al-Katulikiyah, (Beirut, t.t), hlm. 194 28 Ibnu Maskawih, Tahzibul Akhlak, (Penj. Helmi Hidayat), (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 56 29 Ahmad Amin, Kitab al-Kitab, Dar al-Kutub al-Misriyah, (Cairo, t.t.), hlm. 15 30 Imam Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, III al Masyhad al Husain, (Cairo : t.t), hlm. 56
22
kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan
batin.31
Jadi pada hakekatnya akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah
tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Dalam ensiklopedi Islam pengertian akhlak adalah hal-hal
berkaitan dengan sikap, prilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi
dengan dirinya, dengan sasarannya, dengan makhluk-makhluk lain dan
dengan Tuhannya.32
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan
antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.33
Pendidikan budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan Islam.
Islam telah memberi kesimpulan bahwa pendidikan budi pekerti dan
akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan Islam dan untuk mencapai suatu
akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.34
Ada juga istilah akhlak Islam yaitu akhlak yang berdasarkan
ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan hadits. Apa yang menurut ajaran ini baik
disebut akhlakul mahmudah dan apa yang tidak baik menurut ajaran ini
maka disebut akhlakul madzmumah. Akhlak Islam bersumber dari norma-
31 Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (terj. Moh. Rifa'I dari Judul Asli Khuluq
al-Muslim), (Semarang : Wicaksana, 1993), cet IV, hlm. 13 32 Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta : Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1992/1993), hlm. 104 33 Jakiah Daradjad, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhuma,
1995), hlm. 10 34 Athiyyah Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2003),
hlm. 13
23
norma yang tercantum dalam al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw
sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari.35
3. Metode Pendidikan Akhlak Pada Anak Prasekolah
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab besar dalam proses
pembelajaran. Untuk itu perlu adanya standar kompetensi guru yang meliputi,
kompetensi profesionalisme, paedagogik, personal dan social. Kompetensi
diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, dapat juga diartikan
sebagai spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki
seseorang serta penerapannya didalam pekerjaan sesuai dengan standar kinerja
yang dibutuhkan oleh lapangan.36
Sedangkan manfaat disusunnya standar kompetensi guru ialah sebagai
acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat dan pembinaan,
maupun acuan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk
melakukan evalusi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga
kependidikan.37
Standar kompetensi guru meliputi tiga komponen yaitu :
A. Komponen-komponen pengelolaan pembelajaran dan wawasan
kependidikan terdiri dari :
a. Sub komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran
1. Menyusun rencana pembelajaran
2. Melaksanakan pembelajaran
3. Menilai prestasi belajar peserta didik
4. Melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar peserta didik.
b. Sub komponen kompetensi wawasan kependidikan
1. Memahami landasan kependidikan
35 Chabib Thoha , et. al., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.117
36 Depdiknas, Standar Kompetensi Guru SMA, (Jakarta : Depdiknas, 2004), hlm. 3 37 Ibid.,hlm. 4
24
2. Memahami kebijakan pendidikan
3. Memahami tingkat perkembangan siswa
4. Memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi
pembelajaran
5. Menerapkan kerja sama dalam pekerjaan
6. Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam pendidikan
B. Komponen kompetensi akademik/vokasional terdiri dari :
Menguasai keilmuan dan ketrampilan sesuai materi pembelajaran yang
disesusikan, dengan struktur keilmuan atau kompetensi pada tiap satuan
pendidikan.
C. Komponen kompetensi pengembangan profesi terdiri dari :
Pengembangan profesi keguruan.38
Kompetensi professional guru versi CBTE yang oleh Departemen
Pendidikan Nasional dijadikan sebagai profil kompetensi dasar guru di
Indonesia yaitu: Menguasai bahan, mengelola program pembelajaran,
mengelola kelas, menggunakan media/sumber belajar, menguasai landasan-
landasan kependidikan, mengelola interaksi pembelajaran, menilai prestasi
peserta didik untuk kepentingan pendidikan, mengenal fungsi dan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.39
Dalam menjalankan keprofesionalismenya seorang guru harus
melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia.
38 Ibid., hlm. 6 39 M. Jamron Latief, "Profil Guru Agama dalam Konteks Kurikulum Berbasis KOmpetensi
(KBK)", Kependidikan Islam Jurnal Penelitian, Riset dan Pengembangan Pendidikan Islam, Vol. 1 No. 1 Februari-Juli, 2003, hlm. 36-37
25
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.40
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa
kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
a. Kompetensi pedagogik
Yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian
Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi professional
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
40 Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, http://www.jakartateachers.com/9479,html
26
d. Kompetensi sosial
Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali, peserta didik dan masyarakat sekitar.41
Lebih lanjut dalam pasal 29 PP RI No. 19 Tahun 2005 menyebutkan
syarat pendidik untuk pendidikan usia dini adalah
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimal diploma empat (D-IV)
2. Latar belakang pendidikan tinggi dibidang pendidikan anak usia dini,
kependidikan lain atau psikologi
3. Sertifikasi profesi guru untuk PAUD.42
Para pendidik dan orang tua perlu memahami prinsip-prinsip
pendidikan anak usia prasekolah atau usia dini, agar dapat melaksanakan tugas
pendidikan mempunyai dasar dan arah yang jelas. Penanaman nilai-nilai
keagamaan menyangkut nilai keimanan, ibadah, akhlak yang berlangsung
semenjak usia dini mampu membentuk religiusitas dan akhlak akan mengakar
kuat dan mempunyai pengaruh sepanjang hidup.
Mengingat begitu pentingnya bimbingan dan pemeliharaan potensi anak
pada usia dini dan dengan melihat ada tahapan perkembangan pada anak, maka
hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana upaya orang tua atau pendidik
dalam mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor anak. Ada
beberapa metode-metode pendidikan untuk anak prasekolah diantaranya :
1. Metode Teladan
Dalam praktik pendidikan, anak didik cenderung meneladani
pendidiknya dan ini diakui oleh hampir semua ahli pendidikan. pada
dasarnya secara psikologi anak senang meniru tidak saja yang baik-baik
41 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2005), cet 1, hlm. 17 42 Ibid., hlm. 18
27
tetapi juga yang jelek dan secara psikologis juga manusia membutuhkan
tokoh teladan dalam hidupnya.
Allah Ta'ala menceritakan Nabi Muhammad sebagai contoh
keteladanan yang sempurna akhlaknya.
لقد آان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن آان يرجو الله واليوم
الآخر وذآر الله آثيرا"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah." (Al-Ahzab : 21)43 Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa secara psikologis ternyata
manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini adalah
sifat pembawaan, taqlid (meniru) adalah salah satu sifat pembawaan
manusia. Peneladanan itu ada dua yaitu sengaja dan tidak sengaja.
Keteladanan tidak sengaja adalah keteladanan dalam keilmuan,
kepemimpinan, sifat keikhlasan dan sebagainya, sedangkan keteladanan
yang disengaja ialah seperti memberikan contoh membaca yang baik,
mengerjakan salat yang benar dan sebagainya.44
Pada fase-fase tertentu, anak didik mempunyai kecenderungan
belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang
disekitarnya, khususnya pendidik yang utama (orang tua). Asas
ketauladanan ini efektif bila digunakan tepat sesuai perkembangan anak.
Dalam psikologi kepentingan penggunaan keteladanan sebagai
metode pendidikan didasarkan atas adanya insting. Robert R. Sears
mengartikan identifikasi adalah :
43 Soenarjo, dkk, Al-Qur'an dan Terjemah, (Jakarta : PT. Intermasa, 1971), hlm. 670 44 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1994), hlm. 143-144
28
Identification is the name we choose to give to whatever process accours when the child adopts the method of role practice. i.e acts as though he were accupying another person's role. (Identifikasi adalah nama yang kami pilih untuk menunjuk proses apapun yang berlangsung ketika anak mengadopsi cara berperan, yaitu berlaku seakan-akan ia sedang melakukan peranan orang lain).45 Identifikasi mencakup segala bentuk peniruan peranan yang
dilakukan seseorang terhadap tokoh identifikasinya. Dengan demikian
identifikasi merupakan mekanisme penyesuaian diri yang terjadi melalui
kondisi interaksional dalam hubungan social antara individu dan tokoh
identifikasinya.46
Demikian pula di sekolah anak tidak hanya mempelajari
pengetahuan dan ketermapilan saja, tetapi juga sikap, nilai dan norma.
Sebagian sikap dan nilai itu dipelajari anak secara informal melalui situasi
formal didalam dan di luar kelas dari para guru dan teman-temannya.47
Usia kanak-kanak sangatlah peka terhadap hal-hal yang diperbuat
oleh orang lain. Ia senang meniru dan mencontoh apa saja yang didengar
dan dilihatnya. akhlak itu sendiri erat kaitanya dengan kebiasaan, maka
orang tua hendaknya bertindak hati-hati dalam hal ini. Teladankanlah
kepada anak-anak dengan akhlakul karimah jangan sampai mereka
diperkenalkan dengan kata-kata yang kotor, diperlihatkan tindakan yang
tidak terpuji dan seterusnya. Selain itu orang tua hendaknya memberikan
dorongan kepada anak agar berakhlak mulia misalnya :
1. Menceritakan kisah-kisah para nabi dan kisah-kisah ringan lainya yang
berisi keteladanan akhlak.
45 Robert R. Sears, et.al., Patterns of Child Rearing (Stanford, California : Stanford University
Press, 1976), hlm. 370 46 Jalaluddin Rakhmad, Psikologi Komunikasi, (Bandung : Remadja Karya, 1986), halm. 12 47 Mar'at, SIkap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982),
hlm. 159
29
2. Melatih kebiasaan anak agar mengucapkan kata-kata harian yang
terpuji, bagaimana cara anak bersopan santun dan lainya.48
Di rumah orang tua harus bisa menjadi top figur bagi anak-anaknya
menurut Jalaludin fungsi dan peranan kedua orang tua sebagai teladan
terdekat dengan anak telah diakui dalam pendidikan Islam. bahkan agama
dan keyakinan seseorang anak dinilai sangat tergantung dari keteladanan
orang tua mereka, oleh karena itu tidaklah heran apabila ahli-ahli
pendidikan modern abad 20 berkata bahwa anak-anak meniru tabiat orang
tua yang mendampinginya dalam lima tahun pertama usianya.49
Peranan guru terhadap anak-anak umur prasekolah (group bermain
dan taman kanak-kanak) amat penting, guru dengan penampilan yang apa
adanya : agamanya, keyakinanya, akhlaknya, cara berjalan, berbicara,
memperlakukan anak didik dan sebagainya, diserap pula oleh anak yang
mulia mengembangkan pribadinya lewat pengalaman diluar keluarga.50
2. Metode Pembiasaan
Pendidikan kepada anak prasekolah pada dasarnya lebih diarahkan
pada penanaman nilai moral, pembentukan sikap dan perilaku yang
diperlukan agar anak-anak mampu untuk mengembangkan dirinya secara
optimal. Anak-anak usia prasekolah memiliki daya tangkap dan potensi
yang sangat besar untuk menerima pengajaran dan pembiasaan disbanding
pada usia lainnya.51
Mengutip pendapat Ahmad Tafsir inti dari pembiasaan ialah
pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah
dapat diartikan sebagai usaha pembiasaan. Bila murid masuk kelas tidak
48 M Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003),
cet. III, hlm. 180-181 49 Athiyyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa, Bustami dkk,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1950), hlm. 106 50 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama,
1995), hlm. 78 51 Sri Harini dan Aba Firdaus, Op Cit., hlm. 126
30
mengucapkan salam, maka guru mengingatkan agar bila masuk ruangan
hendaklah mengucapkan salam. Ini juga satu cara membiasakan.52
Imam Ghozali menyatakan bahwa anak adalah amanah bagi kedua
orang tuanya, hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal, karenanya
jika kebaikan diajarkan dan dibiasakan kepadannya maka ia akan tumbuh
pada kebaikan tersebut dan akan bahagialah ia di dunia dan ahkirat.53 Ahmad
Tafsir juga mengemukakan bahwa inti dari pembiasaan adalah pengulangan
terhadap sesuatu yang dilaksanakan atau diucapkan misalnya anak-anak yang
dibiasakan bangun pagi dan hidup bersih, maka bagun pagi dan hidup bersih
itu yang akan menjadi kebiasaanya.54
3. Metode Cerita atau Dongeng
Di samping metode keteladanan dan pembiasaan, cerita atau dongeng
juga merupakan metode pendidikan yang sangat baik untuk anak usia
prasekolah.55 Biasanya anak kecil amat senang mendengarkan berbagai
dongeng baik disaat anak santai atau pada saat bobok (tidur-pen), tapi kalau
dalam konteks pendidikan prasekolah, jenis cerita atau dongeng harus
disesuikan dengan umur dan perkembangan intelektual anak.
Melalui cerita-cerita yang baik, sesungguhnya anak-anak tidak hanya
memperoleh kesenangan atau hiburan saja, tetapi mendapatkan pendidikan
yang jauh lebih luas. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa cerita
ternyata menyentuh berbagai aspek kepribadian anak-anak.56
Anak biasannya lebih menyukai cerita atau dongeng daripada yang
lain, terutama anak usia dini, sebab cerita meninggalkan jejak yang jelas
dalam dirinya dan menanamkan nilai-nilai yang baik tatkala emosinya
52 Ahmad Tafsir, Op. cit., hlm. 144 53 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid 2, Terj. Jamaludin Miri,
(Jakarta: Pustaka Imani, 1999), hlm. 203 54 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1979), hlm. 144 55 Sri Harini dan Aba Firdaus, Op. Cit., hlm. 132 56 Ibid., hlm. 139
31
berinteraksi dengan kisah yang diceritakan. Dalam al-Qur`an sendiri Allah
banyak menjelaskan kisah-kisah keteladanan, keikhlasan, keteguhan aqidah
yang semua itu merupakan metode yang tepat dalam pembentukan pribadi
yang baik serta tehnik yang tepat dalam memberikan pendidikan melalui
cerita. Kisah-kisah yang ada di dalam al-Qur`an diantarannya:
Dalam surat Yusuf Ayat 3 Allah menjelaskan :
نحن نقص عليك أحسن القصص بما أوحينا إليك هـذا القرآن وإن
آنت من قبله لمن الغافلين “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukai)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui” (Q.S. Yusuf: 3).57
Adapun materi cerita yang tepat pada fase prasekolah ini seperti yang
dikemukakan Abdul Aziz Abdul Majid dalam bukunya mendidik anak lewat
cerita adalah cerita-cerita seputar tokoh-tokoh dalam dunia binatang (fabel),
tumbuh-tumbuhan dan peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan dunia
tersebut atau materi cerita tentang tokoh-tokoh manusia yang dirasakan dekat
dengan psikologi seorang anak misalnya tokoh tersebut adalah ibunya,
bapaknya atau tentang anak-anak yang usianya sebaya dengannya.58
Ditilik dari aspek perkembangan kognitif anak, membacakan cerita
untuk anak merupakan sarana yang tepat untuk mengayakan kosakata anak
tanpa harus menyebabkan anak merasa terbebani. Anak yang memiliki
kosakata lebih banyak akan memahami masalah dengan, dapat
mengkomunikasikan gagasan secara terampil serta terdorong untuk
mengembangkan wawasan berfikir yang lebih baik.
57 Soenarjo dkk., Op. Cit, hlm. 348 58 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Anak Lewat Cerita, terj. Syarif Hede Masyam, (Jakarta:
Mustaqim, 2003), hlm. 23-24
32
4. Metode Bermain
Pentingnya bermain bagi perkembangan kepribadian memang telah
diakui secara universal, karena merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia baik bagi anak maupun orang dewasa, kesempatan bermain dan
rekreasi memberikan anak kegembiraan disertai kepuasaan emosional.
Bermain merupakan kegiatan yang spontan dan kreatif yang dengannya
seseorang dapat menemukan ekspresi diri sepenuhnya.59
Setiap anak pasti pernah bermain-main, semula dengan tangan, kaki
dan kemudian dengan alat-alat atau benda-benda, permainan lainnya adalah
suara-suara yang diucapkan bayi juga merupakan bentuk permainan yang
mengasyikkan. Jika anak sudah berusia antara 2-4 tahun ia akan bermain
bersama-sama teman sebayannya, mula-mula mereka bermain berdampingan,
masing-masing dengan permainan dan dunia fantasinya sendiri-sendiri,
kemudian mereka bermain bersama sehingga tercipta kerja sama.
Anak dilahirkan dalam keluarga yang terdiri dari ayah ibu, saudara
yang melaksanakan pendidikan anak, merawatnya sehingga masa dewasa
anak mampu hidup secara terpisah dengan kedua orang tua.60
Tujuan pendidikan Islam salah satunya yaitu menumbuhkan anak
yang beriman dan bertakwa kepada Allah dan berakhlak utama karena dengan
adanya pelajaran agama generasi yang sholeh dan bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat.61
Menurut An-Nahlawi dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar Metode
Pendidikan Islam adlam keluarga disebutkan ada beberapa metode yang tepat
diterapkan pada anak prasekolah yang diambilnya dari Al-Qur'an dan Hadits
antara lain :
59 Ibid., hlm. 144 60 Shaleh Abdul Aziz, At-Tarbiyatu Wathorquth al-Tadris, Juz I, (Darul Ma'arif bi Mathor, t.th),
hlm. 8 61 Mohammad Abdul Qodir at-Thorqu, Ta'lim At-Tarbiyah Al Islamiyah, jilid I, (Mesir :
Maktabah Nahdhoh, 1981), hlm. 19
33
1. Metode hiwar (percakapan)
2. Metode kisah
3. Metode amtsal (perumpamaan)
4. Metode keteladanan
5. Metode pembiasaan dan pengalaman
6. Metode targhib dan tarhib
7. Metode ibrah dan mau'izah62
Senada dengan an-Nahlawi, Tamyiz Burhanudin dalam bukunya
Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy'ari menyebutkan setidaknya
ada 6 metode dalam menerapkan pendidikan akhlaknya khususnya di
pesantren, yaitu :
a. Metode keteladanan (uswah al-hasanah)
b. Metode latihan dan pembiasaan
c. Metode mengambil pelajaran (ibrah)
d. Metode nasehat (mauidzah)
e. Metode kedisiplinan
f. Metode pujian dan hukuman (targhib wa tahdzib)63
Adajuga metode hafalan, melalui proses isyarat, metode ini
merangsang kecerdasan anak karena secara bersamaan anak akan melihat
gambar, mendengar suara, melakukan gerakan-gerakan yang selaras dengan
ucapan verbail. Metode ini akan sulit hilang (tidak cepat lupa) dibandingkan
hanya sekedar hafalan di mulut saja. Metode hafalan dengan menggunakan
isyarat ini diciptakan oleh seorang ulama bernama Sayyid Thabathabai. Anak
beliay yang pertama usia 5 tahun berada dalam bimbingan sudah hafal seluruh
juz Al-Qur'an berikut maknanya hafal topik-topiknya, dan mampu bercakap-
cakap dengan bahasa Arab. Anaknya yang kedua juga memiliki kemampuan
62 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Pendidikan Islam dan Keluarga, di Sekolah, dan di Masyarakat, Terj. Herry Noer Ali, (Bandung : Diponegoro, 1989), hlm. 284
63 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy'ari, (Yogyakarta : ITTAQA Press, 2001), hlm. 54-55
34
sama tapi sedikit lambat, sehingga mulai saat itu gerakan penghafal Al-Qur'an
untuk anak-anak kecil mulai digalakkan di Irak. Setiap anak penghafal Al-
Qur'an akan diberi hadiah pergi haji bersama orang tuanya oleh Negara dan
setiap tahunnya banyak anak kecil usia dibawah 10 tahun berhasil menghafal
Al-Qur'an.64
Kemuliaan akhlak tidak lepas dari kepribadian dan segala prilaku
yang ditimbulkan orang tua kepada anak, karena bagaimana orang tuanya
begitulah anaknya. Jadi kalau ada pepatah mengatakan “Buah jatuh tidak akan
jauh dari pohonnya”, walaupun pepatah itu tidak selamannya benar tapi juga
perlu untuk direnungkan. Kalau orangtua berprilaku buruk jangan harap kalau
anaknya kelak akan menjadi orang baik. Sebagaimana hadits Rosulullah yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.
رسول اهللا صلى اهللا عليه لقا: عن ا بى هر يرة رضي اهللا عنه قال
بهو دانه بواه رة فا لفط اعلى يو لد الاما من مو لو د ,وسلم
)روا ه مسلم ( ز بهيمة بهيمة جمعا ء اتجنانه آما تسيمجنه وا و ينصرDiriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rosulullah bersabda setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitroh, tetapi orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana seekor hewan yang melahirkan hewan yang sempurna. (HR. Muslim) 65
Hadis di atas menunjukkan bahwa munusia lahir bagaikam kertas
putih yang masih putih bersih, belum terkena noda apapun, orang tualah yang
nantinya menjadi penentu apakah anak itu akan menjadi baik atau buruk.
64 http://www.myquran.org/forum/active/index.[hp/t.7577.html 65 Imam Abu Husain Muslim bin Hajjaj , Sahih Muslim, (Libanon: Dar Al Fikr, 1996),
hlm. 44