JSS Salep

download JSS Salep

of 17

Transcript of JSS Salep

  • 8/10/2019 JSS Salep

    1/17

    JSS APT ITB AGUSTUS 2013-2014 BAB III SALEP

    BAB III

    ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI DAN USULAN FORMULA

    (By Ester)

    Sebagai pendahuluan, jelaskan sedikit mengenai definisi bentuk sediaan yang terkait (lihat

    definisinya di Teori Sediaan Salep)

    Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit

    atau selaput lendir.

    Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu

    dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan

    air dan dasar salep larut dalam air.Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep

    tersebut (FI IV, hal. 18).

    III.1. PENDEKATAN FORMULASI

    Data preformulasi dari zat aktif yang penting dipertimbangkan dalam pembuatan sediaan

    salep adalah:

    Pemerian

    Kelarutan

    pH stabilitas

    pKa

    Log P (Koefisien partisi)

    Stabilitas

    Inkompatibilitas dengan bahan lain dalam formula

    Orde reaksi (orde nol penguraiannya konstan,misal dari 100 terurai jadi 95,terurai jadi90,dst ; kalau orde satu : penguraiannya setengah dari konsentrasi nya, misal dari 100

    terurai jd 50, terurai lg jd 25, dst)

    Ukuran partikel (jika zat aktif didispersikan)

    (Pustaka : FI IV, USP, BP, dan semua buku monografi; Florey, TPC)

    Berdasarkan analisis farmakologi dan dari data preformulasi zat aktif tersebut, maka dibuat

    sediaan salep (nama zat aktif)dengan bobot ..gram(sediaan salep mata tidak boleh lebih

    dari 5 gram), dan dengan kekuatan sediaan ..% sejumlah.. tube.

    III.1.1. FORMULA UMUM

    Formula umum dari sediaan salepadalah

    R/ Zat aktif

    Basis (hidrokarbon, absorspi, larut air, emulsi)

    Zat untuk memperbaiki konsistensi

    Pengawet(hanya untuk multipledose, basis hidrokarbon tidak perlu pengawet)

    Emolien

    Antioksidan

    Pengkompleks

    Peningkat penetrasi (jika diperlukan yaitu tergantung efek yang diinginkan)

    Salep mata:

    R/ Zat aktif

  • 8/10/2019 JSS Salep

    2/17

    JSS APT ITB AGUSTUS 2013-2014 BAB III SALEP

    Basis (hidrokarbon, absorpsi, larut air, emulsi. TIDAK BOLEH VASELIN ALBUM KARENA

    DAPAT MENGIRITASI MATA)biasanyadigunakan salep hidrokarbon dengan alasan

    meningkatkan waktu kontak karena sifatnya yang oklusif, lanolin (sudah tidak boleh

    dipakai untuk salep mata), dasar salep tidak boleh hidrofil (o/w) karena dasar salep dapat

    diencerkan oleh air mata, adeps lanae sebagai basis salep mata dapat menimbulkan

    peradangan atau alergi (Benny Logawa, hal.18).Karenanya lebih baik adeps lanae tidakdimasukkan dalam basis salep mata.

    Zat untuk memperbaiki konsistensi

    Pengawet(hanya untuk multipledose, basis hidrokarbon tidak perlu pengawet)

    Emolien

    Antioksidan

    Dapar (diperlukan jika pH fase air dari salep mata diluar batas toleransi mata(jika tidak

    diadjust dapat menimbulkan iritasi).(Aulton, Pharmaceutical Practice, hal 267-269)

    III.1.2. FORMULA PUSTAKA

    Cari formula sediaan kita yang ada di berbagai pustaka (TPC, Fornas, Drug Formulation

    Manual, Generic Drug Formulation, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing

    Formulation, Art of Compounding, dll). Kalau ga ada di buku, bisa digunakan formula hasil

    browsing.

    Bila tidak ditemukan formula pustaka di mana-mana, tulis pustaka apa saja yang telah

    ditelusuri!!

    Formula pustaka yang ditemukan dianalisa kegunaan masing-masing eksipien sebisa

    mungkin (tapi secara sederhana saja), untuk eksipien yang membingungkan, biarkan kosong.

    III.1.3. PENGEMBANGAN FORMULA

    Alasan pemilihan bentuk sediaan saleptujuan pemberian sediaan secara farmakologi,

    tempat kerja, dan pengunaannya (proteksi: sebagai barier fisik terhadap lingkungan;

    emolient: melunakkan kulit; pembawa obat: sebagai pembawa)

    Alasan pemilihan bentuk zat aktif (ingat untuk sediaan topikal, harus bentuk zat aktif yg

    aktif secara farmakologi) (jangan lupa konversi dosis, jika ganti bentuk zat aktif).

    Telaah formula pustaka, meliputi:

    o Kesesuaian basis salep dengan sifat dan stabilitas zat aktif

    o Fungsi eksipien

    o Keuntungan dan kekurangan eksipien yang digunakan

    Pemilihan basis salep (laju pelepasan bahan aktif obat dari salep ; jangka waktu zat aktif

    stabil dalam basis salep ; pengaruh zat aktif terhadap kekentalan atau hal lain dari basis

    salep : kelayakan melindungi kelembapan kulit oleh basis salep dari bahan obat)

    1. Basis hidrokarbon (sifat inert; umumnya merupakan senyawa turunan minyak bumi

    yang memiliki bentuk fisik semisolid dan dapat dimodifikasi dengan wax atau

    senyawa turunan minyak bumi yang cair; sifat minyak dominan pada basis ini

    menyebabkan basis sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit, basis ini

    hanya menyerap dan mengabsorbsi sedikit air dari formulasi serta menghambat

    hilangnya kandungan air dari sel-sel kulit dengan membentuk lapisan film yang

  • 8/10/2019 JSS Salep

    3/17

    JSS APT ITB AGUSTUS 2013-2014 BAB III SALEP

    waterproff, basis ini meningkatkan hidrasi kulit sehingga dapat meningkatkan

    absorbsi dari zat aktif secara perkutan, sifat-sifat tersebut menguntungkan krn

    mampu mempertahankan kelembaban kulit (basis memiliki sifat moisturizer dan

    emollient)

    Dasar pertimbangan pemilihan basis hidrokarbon : disesuaikan dengan sifat zat aktifdan tujuan penggunaan (tidak mengabsorbsi air dari lingkungan, kandungan airnya

    sangat sedikit dapat mencegah hidrolisis zat aktif seperti beberapa antibiotik, basis

    ini dapat digunakan pada eksudat (luka terbuka) krn kemampuannya menyerap air

    yang rendah, biasanya basis hidrokarbon yang digunakan sebagai salep dasar adalah

    vaselin putih.

    Klo mau menambah oklusif ato lebih resisten terhadap air, basis hidrokarbon

    ditambahkan 2%-5% siklonmetikon ato fenil dimetikon

    2.

    Basis absorpsi (mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, membentuk emulsiw/o ; tipe 1 dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air

    dalam minyak, ex : parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat ; tipe 2 emulsi air dalam

    minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan ex : lanolin ;

    basis ini mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak, kurang tepat

    bila digunakan sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain

    yang kurang stabil dengan adanya air

    Formula yang dipilih beserta telaah penggunaan eksipien dan alasan pemilihannya

    Dalam formula yang akan digunakan eksipien-eksipien berikut ini:

    (Zat A) digunakan sebagai ..... (fungsi eksipien) pada konsentrasi ... karena ... , selan itu(Zat A) memiliki keuntungan ....

    Konsentrasi yang digunakan (harus ada dalam rentang konsentrasi yang diperbolehkan

    di pustaka sesuai dengan fungsinya)

    Pemilihan metode pembuatan beserta alasannya yang didasarkan pada data monografi

    zat aktif dan eksipien.

    Dipilih metode pembuatan salepyaitu

    Metode fusion karena (nama zat aktif) memiliki sifat stabil terhadap panas. Dari

    pustaka, diketahui bahwa .... (data stabilita ZA terhadap panas) atau

    Metode triturasi karena (nama zat aktif) memiliki sifat tidak stabil terhadap panas. Dari

    pustaka, diketahui bahwa .... (data stabilita ZA terhadap panas)

    Untuk salep mata: metode sterilisasi yang digunakan berdasarkan pertimbangan data

    stabilitas ZA

    Bisa ditambahkan alasan lain yang dianggap perlu

    III.2. USULAN FORMULA (KESIMPULAN FORMULA UTAMA DAN ALTERNATIF)

    Akan dibuat sediaan salep ...(nama zat aktif)dengan kekuatan sediaan .... % dengan bobot

    ..gram sejumlah ..tubedengan formula sebagai berikut:

    Formula utama

    Formula alternatifbeserta alasannya

  • 8/10/2019 JSS Salep

    4/17

    JSS APT ITB AGUSTUS 2013-2014 BAB III SALEP

    Jangan lupa tulis pustakanya. Formula alternatif sebenernya ga harus ada selama temen2

    yakin formula utamanya bakal jadi.

    III.3. MONOGRAFI EKSIPIEN(LIHAT di TS SALEP dan SALEP MATA/BUKU PUSTAKA!!!)

    Data monografi eksipien yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan salep (nama zat

    aktif)adalah sebagai berikut:

    Pemerian

    Kelarutan

    Inkompatibilitas

    Stabilitas

    Fungsi dan konsentrasi yang dibutuhkan

    NB: Tulis hanya eksipien yang dipakai di formula utama dan alternatif saja!!!

  • 8/10/2019 JSS Salep

    5/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    BAB IV

    PEMBUATAN DAN EVALUASI FARMASETIK SEDIAAN AKHIR

    IV.1. METODE PEMBUATAN SEDIAAN

    Berisi kesimpulan sediaan yang akan dibuat, kekuatan sediaan, bobot, metode pembuatandan alasan pemilihan metode, sterilisasi sediaan (untuk salep mata).

    Akan dibuat salep dengan kekuatan sediaan ....% dalam kemasan tube ... gram

    Cara pembuatan yang dipilih adalah:

    Metode fusion karena (nama zat aktif) memiliki sifat stabil terhadap panas. Dari pustaka,

    diketahui bahwa .... (data stabilita ZA terhadap panas)atau

    Metode triturasi karena (nama zat aktif) memiliki sifat tidak stabil terhadap panas. Dari

    pustaka, diketahui bahwa .... (data stabilita ZA terhadap panas)

    Cara sterilisasi sediaan yang dipilih adalah: (untuk salep mata beserta alasannya berdasarkan

    pada data stabilitas ZA)

    IV.2 PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN

    Perhitungan

    (NB : Kata bu Ninet, salep mata umumnya dalam sediaan 5 gram)

    Misal : Sediaan yang ditugaskan untuk dibuat sebanyak 10tube @ 10 gram. Untuk keperluan

    uji mutu sediaan akhir sebagai berikut:

    Penampilan dan homogenitas 3 tube

    Uji sterilitas salep (untuk salep mata) 2 tube

    Ukuran partikel (lihat di salep mata) 3 tube Isi minimum (tidak destruktif) 30 tube

    Penetapan pH (disesuaikan dengan basis) 3 tube

    Uji kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan 1 tube

    Uji difusi bahan aktif sediaan 1 tube

    (Jika dipersyaratkan dalam monografi/pustaka sediaan)

    Uji konsistensi (250 g, kapasitas minimal viskometer brookfield) 25tube

    Identifikasi 1 tube x triplo 1 tube

    Uji kebocoran tube (koptem FI IV , hal 1086) 10 tube

    (tidak destruktif dapat digunakan untuk evaluasi stabilitas salep, penetapan

    pH, penetapan kadar zat aktif, uji pelepasan zat aktif dari sediaan) Penetapan kadar zat aktif 1 tube x triplo 3 tube

    Uji efektivitas pengawet (jika memakai pengawet) 5 tube

    Uji kandungan zat antimikroba

    (untuk salep mata, tergantung pengawetnya apa) 1 tube

    Uji kandungan partikel logam (untuk salep mata) 30 tube

    Uji batas mikroba (jika dipersyaratkan monografi) FI IV,

    847 ... tube

    Uji potensi antibiotik (bila zat aktifnya antibiotik) .... tube +

    Total jumlah evaluasi sediaan = 90tube

    JIKA DI MONOGRAFI SEDIAAN DIPERSYARATKAN PENETAPAN KADAR MAKA TIDAK

    PERLUDILAKUAKN UJI POTENSI ANTIBIOTIK UNTUK SEDIAAN YANG ZAT AKTIFNYA

  • 8/10/2019 JSS Salep

    6/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    ANTIBIOTIK.

    Dari seluruh uji di atas ada uji yang tidak destruktif, sehingga dapat digunakan untuk uji

    evaluasi yang lain. Maka jumlah sediaan yang dibutuhkan untuk evaluasi = 90 30 -10 = 50

    tube.

    Jadi, jumlah sediaan yang akan dibuat adalah 50 + 10= 60 tube

    Penimbangan disesuaikan dengan metode pembuatan yang dipilih

    Formula yang akan dibuat:

    R/ Zat aktif m %

    Zat tambahan n %

    Basis salep ad 10 gram

    Total sediaan yang akan dibuat adalah = 60 x 10 = 600 gram.

    A.

    METODE PENCAMPURANNB : Dalam metode pencampuran, basis salep dibuat tanpa melalui proses pelelehan. Oleh

    karena itu, kecil kemungkinan basis salep akan hilang selama proses pembuatan.

    Kemungkinan basis salep tidak perlu dilebihkan (tetapi hal ini diserahkan lagi kepada

    interpretasi masing-masing orang).

    Klo dalam proses pembuatan, yang menggunakan wadahberbeda-beda, basis salep boleh

    dilebihkan ... %, tapi BASIS saja. Tapi klo dicampurnya dalam satu wadah saja, gak perlu

    penambahan basis.

    Penimbangan untuk 600 gram

    Zat aktif = m % x 600 gram = d gram

    Zat tambahan = n % x 600 gram = e gram

    Basis salep = 600 gram(d + e) gram = f gram

    Basis salep dilebihkan ...%untuk mengantisipasi kehilangan bahan selama proses

    pembuatan, maka basis yang ditimbang adalah: f + ( ... % x f) = ggram

    B. METODE FUSION

    NB : Untuk metode fusion, zat aktif ditambahkan langsung ke dalam fasa minyak pada saat

    pembuatan basis salep dan dilelehkan bersama dengan basis salep. Oleh karena itu,

    idealnya semua total massa SEDIAAN SALEP dilebihkan sebanyak 10-20% untuk

    mengantisipasi kehilangan selama proses pembuatan.

    Maka, total massa salep menjadi :

    Total massa salep setelah dilebihkan = 600gram + (20% x 600gram) = 720 gram

    Penimbangan semua bahan yang diperlukan, seperti zat aktif, eksipien, basis salep,

    seluruhnya dilebihkan 20%

    Bahan Komposisi dalam

    formula

    Bobot untuk 1 tube (10

    gram)

    Bobot untuk 720 gram

    Zat aktif m % m% x 10 gram = a gram m% x 720 gram = c gram

    Eksipien n % n % x 10 gram = b gram n % x 720 gram = d gram

    Basis 10(a+b) gram 720 (c +d) gram

  • 8/10/2019 JSS Salep

    7/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    C. METODE TRITURASI

    NB : Untuk metode triturasi, zat aktif ditambahkan di akhir, setelah basis terbentuk. Oleh

    karena itu, menurut tutorial Bu Ninet, sebaiknya yang dilebihkan 10-20% hanya BASIS

    SALEP SAJAdan kemudianditimbangkembalisebelumpenambahanzataktifsehingga total

    massa salep tidak perlu dilebihkan 20%. Oleh karena itu, total massa salep = 600 gram.

    Penimbangan untuk 600 gram

    Zat aktif = m % x 600 gram = d gram

    Zat tambahan = n % x 600 gram = e gram

    Basis salep = 600 gram(d + e) gram = f gram

    Jumlah basis dilebihkan 20% untuk mengantisipasi kehilangan bahan selama proses

    pembuatan. Basis yang ditimbang = f + (20 % x f) = ggram

    Untuk SALEP MATA STERIL, penimbangan dilebihkan 30-50%(Petunjuk Praktikum Steril,

    Benny Logawa, hal 39-40)

    Catatan : penambahan basis salep lebih dari 10% biasanya tidak cukup untuk mengantisipasi

    kehilangan!! (liat kembali TS semisolid)

    IV.3.PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN

    A. Metode Pencampuran

    1. Timbang zat aktif, bahan basis, dan eksipien lain, geruskemudian ZA diayak dengan

    pengayak mesh 200, baru kemudian ditimbangsesuai kebutuhan menggunakan kaca arloji

    atau kertas perkamen. (tuliskan rincian zat aktif, eksipien dan jumlah masing-masing yangditimbang).

    2.Bahan pembentuk basis salep, digerus/diaduk bersama-sama sampai terbentuk basis salep

    yang homogen.

    3.Masukkan sedikit basis ke dalam mortar untuk menutupi pori-pori mortar (mencegah

    kehilangan ZA) kemudian tambahkan ZA dan gerus. Tambahkan basis salep sedikit demi

    sedikit secara geometrik ke dalam mortar yang berisi zat aktif sambil digerus hingga

    homogen.

    Jika zat aktif mudah larut dalam air/pelarut yang kompatibel (alkohol, gliserin, propilen

    glikol) dan membentuk larutan yang stabil: larutkan zat aktif dalam volume minimum

    pelarut. Kemudian, basis salep ditambahkan sedikit demi sedikit secara geometrik ke

    dalam mortar yang berisi zat aktif sambil digerus hingga homogen.

    4.Salep ditimbang dengan kertas perkamen sejumlah yang diperlukan (10 gram), lalu kertas

    perkamen digulung menutupi sediaan salep.

    5.Salep yang digulung dalam gulungan perkamen dimasukkan ke dalam tube dalam kondisi

    ujung tube keluar dalam keadaan tertutup. (Apabila zat aktif stabil terhadap logam atau

    tube, kertas perkamen dikeluarkan) Kemudian tube ditutup dengan melipat bagian

    belakang yang terbuka.

    6.Etiket ditempelkan pada tube berisi salep, diberi brosur, dan dimasukkan ke dalam kotak.

    B. Metode Fusi

    1.

    Semua bahan (bahan berkhasiat, bahan basis salep, dan bahan tambahan lain) ditimbang

    (tuliskan rincian zat aktif, eksipien dan jumlah masing-masing yang ditimbang).

  • 8/10/2019 JSS Salep

    8/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    2.Bahan berkhasiat yang akan digunakan digerus halus dan dilelehkan bersama basis salep

    (catatan : zat aktif larut dalam basis dan tahan terhadap pemanasan).

    3.Setelah semua/sebagian bahan meleleh, bahan kemudian digerus dengan pengadukan

    konstan sampai terbentuk massa salep.

    4.Salep didinginkan hingga suhu kamar (Catatan: bahan yang mudah menguap

    ditambahkan setelah basis dingin + 40o

    C).5.Salep ditimbang dengan kertas perkamen sejumlah yang diperlukan (10 gram), lalu kertas

    perkamen digulung menutupi sediaan salep.

    6.Salep yang digulung dalam gulungan perkamen dimasukkan ke dalam tube dalam kondisi

    ujung tube keluar dalam keadaan tertutup. (Apabila zat aktif stabil terhadap logam atau

    tube, kertas perkamen dikeluarkan) Kemudian tube ditutup dengan melipat bagian

    belakang yang terbuka.

    7.Etiket ditempelkan pada tube berisi salep, diberi brosur, dan dimasukkan ke dalam kotak.

    C. Metode Triturasi

    1.Timbang zat aktif, bahan basis, dan eksipien lain, geruskemudian ZA diayak denganpengayak mesh 200, baru kemudian ditimbangsesuai kebutuhan menggunakan kaca arloji

    atau kertas perkamen.(tuliskan rincian zat aktif, eksipien dan jumlah masing-masing yang

    ditimbang).

    2.Bahan pembentuk basis salep dilelehkan dan kemudian digerus/diaduk dengan

    pengadukan konstan sampai terbentuk basis salep.

    3.Basis salep didinginkan hingga suhu kamar.

    4.Sejumlah basis salep ditimbang sesuai dengan yang diperlukan, yaitu.... gram (timbang

    sesuai dengan massa basis sebelum dilebihkan).

    5. Masukkan sedikit basis ke dalam mortar untuk menutupi pori-pori mortar (mencegah

    kehilangan ZA) kemudian tambahkan ZA dan gerus. Tambahkan basis salep sedikit demi

    sedikit secara geometrik ke dalam mortar yang berisi zat aktif sambil digerus hingga

    homogen.

    Jika zat aktif mudah larut dalam air/pelarut yang kompatibel (alkohol, gliserin, propilen

    glikol) dan membentuk larutan yang stabil: larutkan zat aktif dalam volume minimum

    pelarut. Kemudian, basis salep ditambahkan sedikit demi sedikit secara geometrik ke

    dalam mortar yang berisi zat aktif sambil digerus hingga homogen.

    6.Salep ditimbang dengan kertas perkamen sejumlah yang diperlukan (10 gram), lalu kertas

    perkamen digulung menutupi sediaan salep.

    7.Salep yang digulung dalam gulungan perkamen dimasukkan ke dalam tube dalam kondisi

    ujung tube keluar dalam keadaan tertutup. (Apabila zat aktif stabil terhadap logam atau

    tube, kertas perkamen dikeluarkan)Kemudian tube ditutup dengan melipat bagian belakang

    yang terbuka.

    8. Etiket ditempelkan pada tube berisi salep, diberi brosur, dan dimasukkan ke dalam kotak.

    D. Salep Mata Steril

    a. Sterilisasi ruangan dan meja kerja

    Ruangan kerja disterilkan dengan sinar UV selama 24 jam

    Meja kerja (di dalam LAF) disemprot dengan etanol 70% dan di lap sebelum

    digunakan.

    b. Pakaian kerja, masker, sarung tangan dan alas kaki disterilkan dalam autoklaf 121 C

    selama 15 menit.

    Pakaian kerja dimasukkan plastik tahan panas kemudian diautoklaf. Masker, sarung

    tangan dan alas kaki dibeli yang sudah steril

  • 8/10/2019 JSS Salep

    9/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    c. Sterilisasi Alat

    Alat Cara sterilisasi Keterangan

    Spatel

    Pinset

    Kaca arlojiBatang pengaduk gelas

    Pipet tetes

    Cawan penguap

    Oven Dibungkus dengan

    alumunium foil

    Lumping dan alu Dibakar dengan alkohol

    Kartu salep

    Balon pipet

    Tutup tube plastik

    Direndam dalam etanol

    70% selama 24 jam,

    keringkan dalam oven

    sebentar

    Pipet ukur

    Kertas perkamenGelas ukur

    Gunting

    Autoklaf 121 C selama 15

    menit

    Mulut dibungkus dengan

    kertas perkamen

    Alat yang mangandung ukuran (seperti gelas ukur) TIDAK BOLEH pakai oven

    d. Prosedur Kerja

    Ruang Penimbangan (Kelas C)

    1. Timbang basis dan zat aktif sesuai dengan jumlah masing-masing bahan (Tulis

    nama dan jumlah bahan).

    2. Basis ditimbang dalam cawan penguap yang telah dialasi kain batis, tutup cawan

    penguap dengan alumunium foil.

    Ruang Sterilisasi (Kelas D)

    3. Sterilisasi zat aktif (jika tahan panas) dan campuran basis dengan oven 170 C

    selama 1 jam.

    Jika zat aktif tidak tahan panas maka sterilisasi awal zat aktif dapat dilakukan

    dengan sinar gamma.Jika zat aktif tidak tahan panas dan larut dalam air, maka zat

    aktif dapat dilarutkan dalam air kemudian difiltrasi dengan membran bakteri 0.22

    m, kemudian campurkan dengan basis.Untuk zat aktif yang dilarutkan, diperlukan

    penambahan basis absorpsi seperti lanolin ke dalam basis.

    Laminar Air Flow (White Area)

    4. Saring dan peras campuran basis panas-panas.

    5. Masukan basis ke dalam mortar steril dan gerusdigerus dengan pengadukan

    konstan sampai terbentuk massa salep.

    6. Timbang sejumlah basis yang diperlukan.

    7. Pada mortar steril yang lain, lapisi dengan sedikit basis salepuntuk menutupi pori-

    pori mortar (mencegah kehilangan ZA), kemudian masukkan zat aktif dan gerus

    hingga halus dan homogen.

    8. Campurkan sisa basis secara geometris ke dalam mortar tersebut.

    9. Lakukan In Process Control (IPC) yang meliputi organoleptik, uji homogenitas,

    penetapan pH, pengukuran konsistensi dan penentuan distribusi ukuran partikel.

  • 8/10/2019 JSS Salep

    10/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    10. Timbang salep di atas kertas perkamen yang telah dilapisi paraffin cair lalu kertas

    perkamen digulung menutupi sediaan salep.

    11. Salep yang digulung dalam gulungan perkamen dimasukkan ke dalam tube dalam

    kondisi ujung tube keluar dalam keadaan tertutup.(Apabila zat aktif stabil

    terhadap logam atau tube, kertas perkamen dikeluarkan)

    12.

    Ujung tube ditutup dengan alat penekuk.

    Ruang Evaluasi (Black Area)

    13. Berikan etiket pada tube salep dan kemas dalam kotak disertai brosur.

    IV.4.PENGAWASANDALAM PROSES (IPC/IN PROCESS CONTROL)(Untuk lebih jelasnya,

    LIHAT TS SALEP dan SALEP MATA!!!)

    A. METODE PENCAMPURAN

    Penimbangan

    Pembuatan basis salep

    Penambahan basis terhadap zat aktif

    IPC

    Organoleptik

    Uji homogenitas

    Penetapan pH

    Pengukuran viskositas

    Penentuan distribusi ukuran partikel

    Penimbangan massa sediaan

    Pengemasan

    Evaluasi

    B. METODE FUSI

    Penimbangan

    Pelelehan zat aktif,basis,eksipien(untuk zat aktif tahan panas)

    Pembuatan massa salep

    digerus dengan pengadukan konstan, kemudian didinginkan hingga suhu kamar 25oC

    (untuk bahan yang mudah menguap ditambah setelah basis dingin40oC)

    IPC

    Organoleptik

    Uji homogenitas

    Penetapan pH Pengukuran viskositas

    Penentuan distribusi ukuran partikel

  • 8/10/2019 JSS Salep

    11/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    Penimbangan massa sediaan

    Pengemasan

    Evaluasi

    C. METODE TRITURASI

    Penimbangan

    Pembuatan basis salep

    (dilelehkan kemudian digerus dengan pengadukan konstan,dan didinginkan hingga suhu

    kamar 25oC)

    Penambahan basis terhadap zat aktif

    IPC

    Organoleptik

    Uji homogenitas

    Penetapan pH

    Pengukuran viskositas

    Penentuan distribusi ukuran partikel

    Penimbangan massa sediaan

    Pengemasan

    Evaluasi

    1. Penampilan (Diktat Teknologi Farmasi Liquida dan Semisolida, hal 127)

    Tujuan : Memeriksa kesesuaian bau dan warna dimana sedapat mungkin mendekati

    dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan selama formulasi.

    Prinsip : pemeriksaan bau dan warna menggunakan panca indera.

    Penafsiran hasil : bau dan warna memenuhi spesifikasi formulasi,

    yaitu..............(sesuaikan dengan spesifikasi sediaan yang dibuat).

    2. Homogenitas (FI ed III, hal 33; Diktat Teknologi Farmasi Likuida dan Semisolida, hal 127)

    Tujuan: Menjamin distribusi bahan aktif yang homogen.

    Prinsip : Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok

    harus menunjukkan susunan yang homogen.

    Penafsiran hasil :Distribusi bahan aktif pada lapisan sediaan di permukaan kaca

    terlihat merata.

    3. Penetapan pH (suplemen FI IV hal 1572)

    Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui

    kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan.

    Alat: pH meter.

    Prinsip: pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.

  • 8/10/2019 JSS Salep

    12/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    Prosedur:

    -Larutan dapar dibuat untuk pembakuan pH meter. Larutan dapar baku yang dipilih

    ada dua, di mana pH larutan uji diperkirakan berada diantara kedua larutan dapar

    baku tersebut dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan pH

    larutan uji.

    -

    Sel diisi dengan salah satu larutan dapar, kendali suhu dipasang pada suhu larutandan kontrol kalibrasi diatur sehingga pH larutan dapar baku identik dengan pH yang

    seharusnya.

    -Elektroda dan sel dibilas beberapa kali dengan larutan dapar untuk pembakuan

    yang kedua, kemudian sel diisi dengan larutan dapar kedua, pH dikalibrasi sesuai

    dengan pH larutan dapar kedua.

    -Jika pH dari kedua larutan dapar baku tersebut telah sesuai, maka pH larutan uji

    dapat diukur.

    -Suhu pengukuran larutan dapar baku dan larutan uji harus sama sesuai dengan suhu

    larutan uji yang akan diukur.

    pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan, yaitu....................(sesuaikan aja!!)

    4. Konsistensi

    Tujuan: Menjamin kemudahan penggunaan/pengolesan sediaan.

    Prinsip: Sediaan semisolida termasuk sistem non-Newton, jadi konsistensinya diukur

    dengan viskometer Brookfield Helipath stand. Pengukuran konsistensi salep dilakukan

    pada suhu kamar dengan menggunakan viskometer Brookfield Helipath stand yang

    memakai spindel dan pada kecepatan (rpm) tertentu.

    Penafsiran Hasil: viskositas yang diperoleh adalah (dinyatakan dalam cps).

    NB. Ada juga yang menganggap : Dengan pertimbangan bahwa konsistensi tidak dapat

    diadjust kembali ketika uji IPC konsistensi tidak memenuhi syarat, maka uji konsistensi IPC

    tidak dicantumkan. terserah interpretasi teman2..

    5. Distribusi ukuran partikel (Disperse System vol II 1989, hal 670-672)

    Tujuan : Menentukan distribusi ukuran partikel.

    Prinsip : Menghitung frekuensi ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop dan

    membuat plot antara frekuensi ukuran terhadap rentang ukuran partikel.

    Penafsiran hasil : Distribusi ukuran yang baik adalah yang menghasilkan kurva

    distribusi yang normal.

    IV.5.UJI MUTU FARMASETIK SEDIAAN AKHIR(disesuaikan dengan Pustaka, lihat TS SALEP

    dan SALEP MATA!!!)

    IV.5.1 EVALUASIFISIK

    1. Penampilan (Goeswin Agoes, Teknologi Farmasi Liquida & Semisolida, hal 127)

    Mengacu pada bab IV.4 IPC.

    2. Homogenitas (FI ed III, hal 33)

    Mengacu pada bab IV.4 IPC.

    3. Konsistensi

    Mengacu pada IV.4

  • 8/10/2019 JSS Salep

    13/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    4. Isi minimum (FI IV hal 997)

    Tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian bobot dari isi terhadap bobot yang tertera

    pada etiket.

    Prosedur:Ambil contoh 10 wadah berisi zat uji, hilangkan etiket yang dapat

    memepengaruhi bobot saat isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan

    sempurna bagian luar wadah dengan cara yang sesuai dan timbang satu per satu.Keluarkan isi secara kuantitatif dari masing-masing wadah, potong ujung wadah, jika

    perlu cuci dengan pelarut yang sesuai. Hati-hati agar tutup dan bagian lain wadah

    tidak terpisah. Keringkan dan timbang kembali masing-masing wadah kosong dan

    bagian-bagiannya. Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi

    wadah. Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera

    pada etiket dan tidak satupun yang bobot bersihnya kurang dari 90% bobot yang

    tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang. Jika persyaratan tidak dipenuhi,

    tetapkan bobot bersih isi 20 wadah tambahan. Bobot rata-rata 30 wadah tidak

    kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan hanya satu wadah yang bobot

    bersihnya kurang dari 90% untuk bobot 60 g atau kurang dan tidak kurang dari 95%yang tertera pada etiket untuk bobot lebih dari 60 g kurang dari 150 g bobot.

    5. Penetapan pH (suplemen FI IV hal 1572 )

    Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui

    kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan.

    Alat: pH meter.

    Prinsip: pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.

    Prosedur :

    -Larutan dapar dibuat untuk pembakuan pH meter. Larutan dapar baku yang dipilih

    ada dua, di mana pH larutan uji diperkirakan berada diantara kedua larutan daparbaku tersebut dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan pH

    larutan uji.

    -Sel diisi dengan salah satu larutan dapar, kendali suhu dipasang pada suhu larutan

    dan kontrol kalibrasi diatur sehingga pH larutan dapar baku identik dengan pH yang

    seharusnya.

    -Elektroda dan sel dibilas beberapa kali dengan larutan dapar untuk pembakuan

    yang kedua, kemudian sel diisi dengan larutan dapar kedua, pH dikalibrasi sesuai

    dengan pH larutan dapar kedua.

    -Jika pH dari kedua larutan dapar baku tersebut telah sesuai, maka pH larutan uji

    dapat diukur.

    -

    Suhu pengukuran larutan dapar baku dan larutan uji harus sama sesuai dengan suhu

    larutan uji yang akan diukur.

    6. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan salep (Tugas akhir Ivantina tentang pelepasan

    Diklofenak dari sediaan salep)

    Prinsip: Mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan salep dengan cara

    mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu-waktu tertentu.

    Prosedur:

    1.Sejumlah salep dioleskan pada cawan petri, dibuat permukaan serata mungkin.

    2.Cairan penerima disiapkan (dapar, larutan NaCl 0,9%, dll) dalam gelas kimia 600 mL

    dengan volume tertentu (250 mL). Kemudian gelas direndam dalam water bath

  • 8/10/2019 JSS Salep

    14/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    bersuhu 37oC. Pengaduk dipasang tepat ditengah-tengah antara permukaan cairan

    penerima dan krim dengan kecepatan 60 rpm.

    3.Cawan petri yang telah diolesi salep dimasukkan

    4.Cairan penerima dipipet pada waktu-waktu tertentu, pada menit 5, 10, 15, 20, 25,

    30, 60, 90, 120, 180, dan 240.

    Catatan: Pemipetan pada awal diusahakan range waktunya kecil dan semakin lamasemakin besar.

    5.Cairan yang dipipet diganti dengan cairan penerima yang sama bersuhu 37oC.

    6.Kadar zat aktif dalam sampel ditentukan dengan metode yang sesuai. Jika perlu

    dapat diencerkan.

    Catatan : apabila komponen salep mengandung bahan yang dapat bercampur

    dengan cairan penerima, maka pada permukaan salep harus dipasang membran

    selofan (diusahakan antara permukaan salep dengan membran tidak ada udara),

    sehingga salep tidak kontak langsung dengan cairan penerima.

    Penafsiran hasil: Bahan aktif dinyatakan mudah terlepas dari sediaan apabila waktu

    tunggu (waktu pertama kali zat aktif ditemukan dalam cairan penerima) semakin kecil.Dan ini tergantung dari pembawa, penambahan komponen lain dan jenis cairan

    penerima.

    7. Uji difusi bahan aktif dari sediaan salep (Tugas akhir Sriningsih, kecepatan difusi

    kloramfenikol dari sediaan salep)

    Prinsip: Menguji difusi bahan aktif dari sediaan salep menggunakan suatu sel difusi

    dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang

    waktu tertentu.

    Prosedur:

    1.

    Sejumlah salep dioleskan pada plat difusi sampai rata, ditutup dengan membran.Diusahakan tidak terjadi rongga udara antara permukaan salep dan membran.

    2.Plat dipasang pada penyangga bawah dan ditutup dengan cincin kemudian

    dihubungkan dengan penyangga atas.

    3.Sel difusi dimasukkan ke dalam penangas air bersuhu 37oC, dihubungkan dengan

    pompa peristaltik, wadah penerima dan tabung pencegah masuknya udara

    memakai selang.

    4.Cairan penerima dipipet pada waktu-waktu tertentu dan diganti dengan cairan yang

    sama bersuhu 37oC.

    5.Kadar zat aktif ditentukan dengan metode yang sesuai.

    Tambahan untuk salep mata

    8. Uji kebocoran tube (nondestruktif)(FI IV hal.1086)

    Tujuan: memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta

    kestabilan sediaan

    Prinsip: 10 tube sediaan dibersihkan dan dikeringkan baik-baik bagian luarnya

    dengan kain penyerap, lalu tube diletakkan secara horizontal di atas kain penyerap di

    dalam oven dengan suhu diatur pada 60o 3

    oC selama 8 jam.

    Hasil: Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian

    selesai. Abaikan bekas krim yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana

    terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube. Jika terdapat kebocoran

    pada 1 tube tetapi tidak lebih dari 1 tube, ulangi pengujian dengan 20 tube

    tambahan. Uji memenuhi syarat jika: tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10

  • 8/10/2019 JSS Salep

    15/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang

    diuji.

    9. Uji partikel logam(FI IV , hal 1038-1039)

    Tujuan :Membatasi jumlah ukuran partikel logam yang diperbolehkan dalam sediaan

    salep mata. Prinsip: Partikel logam dalam salep mata ditentukan dengan penghitungan jumlah

    partikel berukuran 50 mikrometer atau lebih menggunakan alat bantu mikroskop.

    Syarat/penafsiran hasil :

    Memenuhi syarat jika jumlah partikel dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan jika

    tidak lebih dari1 tube mengandung 8 partikel. Jika syarat tidak terpenuhi, dilakukan

    penambahan uji sebanyak 20 tube. Persyaratan dipenuhi jika jumlah partikel logam

    yang berukuran 50 mikrometer atau lebih besar pada tiap dimensi dari 30 tube tidak

    lebih dari 150 partikel dan jika tidak lebih dari 3 tube masing-masing mengandung 8

    partikel.

    IV.5.2. EVALUASIKIMIA

    Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan

    (dibuku FI IV atau buku resmi lainnya).

    1. Identifikasi

    Metode utama: mengacu pada bab V... (dijurnal: BAB analisis)

    Prinsip: mengacu pada bab V... (dijurnal: BAB analisis)

    Prosedur: mengacu pada bab V... (dijurnal: BAB analisis)

    2.Penetapan kadar Metode utama: mengacu pada bab V... (dijurnal: BAB analisis)

    Prinsip : mengacu pada bab V... (dijurnal: BAB analisis)

    Prosedur:mengacu pada bab V... (dijurnal: BAB analisis)

    IV.5.3. EVALUASIBIOLOGI

    1. Uji efektivitas pengawet antimikroba (khusus untuk formula yang menggunakan

    pengawet)(FI IV , hal 854-855)

    Tujuan: Menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada

    sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti

    produk-produk parenteral, telinga, hidung dan mata, yang dicantumkan pada etiketproduk yang bersangkutan.

    Prinsip: Pengurangan jumlah mikroba yang dimasukkan ke dalam sediaan yang

    mengandung pengawet dalam selang waktu tertentu dapat digunakan sebagai

    parameter efektivitas pengawet dalam sediaan. Inokulasi mikroba pada sediaan

    dengan cara menginkubasi tabung bakteri biologik (Candida albicans, Aspergillus

    Niger, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus) yang berisi sampel dari

    inokula pada suhu 20-25oC dalam media Soybean-Casein Digest Agar.

    Syarat/penafsiran hasil:

    Suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji, jika:

    a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari

    jumlah awal.

  • 8/10/2019 JSS Salep

    16/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau

    kurang dari jumlah awal.

    c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap

    atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.

    2.

    Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi (untuk zat aktifnya antibiotik)(suplemen FI IV , hal 1519-1527)

    Tujuan: untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses

    pembuatan larutan dan menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba

    Prinsip:Pengukuran hambatan pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik dalam

    sediaan yang ditambahkan ke dalam media padat atau cair yang mengandung biakan

    mikroba berdasarkan metode lempeng atau metode turbidimetri

    Penafsiran hasil: Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis

    lurus transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji

    linieritas. Harga KHM yang makin rendah, makin kuat potensinya.Pada umumnya

    antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM yang rendah dan diameter hambatyang besar.

    3. Uji sterilitas (suplemen FI IV hal. 1512-1519)

    Tujuan: menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan

    dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi

    Prinsip: Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknyapertumbuhan

    mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi

    dalam medium Tioglikonat cairdan Soybean Casein Digest.

    Pengamatan dan Penafsiran Hasil Uji:

    Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati media akan adanya

    pertumbuhan secara makroskopis. Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan pada

    media sehingga tidak dapat ditetapkan secara visual ada atau tidaknya pertumbuhan

    mikroba, 14 hari sejak mulai inkubasi, masukkan sejumlah media yang sama (tiap

    tabung tidak kurang dari 1 mL) ke dalam wadah yang baru, kemudian inkubasi

    bersama-sama tabung awal selama tidak kurang dari 4 hari.

    Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat

    sterilitas.Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi

    syarat sterilitas, kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal

    yang tidak berhubungan dengan bahan uji. Uji dapat dipertimbangkan tidak absah

    hanya jika satu atau lebih kondisi di bawah ini dipenuhi:

    a.

    Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan

    kegagalan.

    b. Peninjauan prosedur uji yang digunakan selama pengujian mengungkapkan

    kegagalan.

    c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif.

    d. Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji, pertumbuhan

    mikroba atau beberapa mikroba dapat dianggap berasal dari kesalahan pada

    bahan uji, atau tehnik pengujian yang digunakan pada prosedur uji sterilitas.

    Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang

    sama dengan uji aslinya. Jika tidak terbukti terjadi pertumbuhan mikroba pada uji

    ulang, maka contoh memenuhi syarat uji sterilitas.Jika ditemukan pertumbuhan

    mikroba, maka contoh tidak memenuhi syarat uji sterilitas.

  • 8/10/2019 JSS Salep

    17/17

    JSS APT ITB MARET 2013-2014 BAB IV SALEP

    IV.6.PENGEMASAN SEDIAAN JADI

    Sediaan jadi salep(nama zat aktif)dikemas dalamtube .... dengan berat netto ..gram.

    PERHATIAN!! INI CUMA RINGKASAN JURNAL AJA UNTUK LEBIH LENGKAP SEBAIKNYA

    LIHAT TEORI SEDIAAN DAN BUKU PUSTAKANYA!!!!!