JSS PF GEL

14

Click here to load reader

description

uuyvguyvhyuvhy

Transcript of JSS PF GEL

JSS PFAPT ITB JAN 2014/2015GEL

BAB III TINJAUAN SEDIAAN (GEL)(Revisi: Himawan Adi A, Ricek: Melly. K)3.1 BENTUK-BENTUK SEDIAAN YANG ADA DALAM PERDAGANGANBentuk sediaan dengan zat aktif .. yang tersedia di pasaran antara lain adalah:

.................... (Lihat ISO atau MIMS untuk mengetahui bentuk sediaan apa saja yang tersedia di pasaran)

Bentuk sediaan yang dipilih berdasarkan analisis farmakologi adalah bentuk sediaan gel, karena

Tujuan penggunaan bentuk sediaan semisolida adalah (Bahan kuliah Formulasi Resep/Meracik Ibu Lucy) melindungi kulit atau membran mukosa dari iritasi fisika atau kimia dari lingkungan atau membantu perbaikan jaringan kulit

dapat memberikan efek hidrasi (melemabkan) atau emolien (melembutkan)

sebagai media untuk pengobatan lokal atau sistemik

dapat digunakan untuk non medikasi

memiliki fungsi lain sebagai protektan, emolien, keratolitik, antiseptic, antipruritis, astringentTujuan/ sasaran penggunaan gel adalah :

Biasanya sediaan gel diberikan untuk sediaan dengan cara pemberian topikal (pustaka tidak ada)Keuntungan:

Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang jernih dan elegan; setelah kering meninggalkan lapisan film yang tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi tetapi tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obat baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

Kerugian:

a. Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut akan sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.

b. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.

c. Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.(Sumber ISO, MIMS, Dapat dipakai sumber buku yang lain)3.2 KETERCAMPURAN ANTARA ZAT AKTIF DAN ANTAR SEDIAANKETERCAMPURAN ANTAR ZAT AKTIF

Zat aktif .. memiliki inkompatibitas dengan zat

.

.

.

Sehingga sebaiknya tidak dicampurkan bersamaan.

Lihat data inkompatibilitas (pustaka lihat di Martindale, AHFS, TPC, USP DI)

KETERCAMPURAN ANTAR SEDIAAN :

Contoh GelR/ Ichtimol2 g

Tragakan5 g

Alkohol10 mL

Gliserol

2 g

Air

hingga 100 g

Buat

50 g

Kimia:Fisika:Apabila gel (zat aktif) dicampur dengan sediaan lain, maka gel (zat aktif) akan tidak tercampurkan dengan ..

Bagian ini menjelaskan tentang interaksi kimia fisika (secara farmasetika) antar zat aktif dengan zat aktif lainnya atau interaksi kimia fisika (secara farmasetika) yang mungkin terjadi apabila dua/lebih sediaan yang lain digunakan bersamaan (biasanya terjadi pada sediaan parenteral seperti injeksi/infus) sehingga menyebabkan sediaan menjadi tidak tercampurkan. Untuk sediaan gel, kemungkinan interaksi terjadi bila dicampurkan (diracik) dengan sediaan semisolida lain, meskipun menurut undang-undang peracikan di luar industri sudah tidak diperbolehkan lagi.

Masing-masing data inkompatibilitas ini tergantung dari masing-masing stabilitas dan kelarutan dari zat aktifnya.

(sumber yang dapat dilihat: Tricell, AHFS, Martindale, HOPE, Codex).

(sebutkan sumber yang didapat dari pustaka, kalo ga dapet ya sebutkan saja tidak ditemukan data inkompatibilitas dengan sediaan dan zat aktif lain)

3.3 FORMULA UMUM Untuk membuat bentuk sediaan gel (zat aktif), formula umum yang dibutuhkan adalah (Sebaiknya, ditulis pertimbangan-pertimbangan mengapa memutuskan membuat sediaan gel tsb.)Formula Umum Sediaan Gel

R/ Zat aktif

Basis gel

Zat tambahan- Peningkat penetrasi

- Peningkat konsistensi

- Pengawet

- Pendapar

- Pelembab

- Antioksidan

- Pengompleks

BAHAN PEMBANTU

Basis gelFungsi: sebagai pembawa

Contoh: Gom alam, tragakan, karagen, pectin, asam alginate, selulosa (CMC, HPMC), Karbopol

Peningkat Penetrasi:Fungsi: meningkatkan kecepatan penetrasi zat aktif ke lapisan kulit

Contoh: dimetil sulfoksida, gliserilmonooleat, ispropil miristat, dll (HOPE)Peningkat konsistensi:Fungsi: menjamin kemudahan penggunaan atau pengolesan sediaan

Contoh: poilioksietilen alkil ester (makrogol) (HOPE)Pengawet:Fungsi: untuk mencegah pertumbuhan mikroba

Contoh:Benzalkonium klorida, Benzethonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol, Klorokresol, Metakresol, Kresol, Fenol, Fenilmerkuri nitrat dan asetat, Metil -p-hidroksibenzoat, Propil-p-hidroksibenzoat, Butil-p-hidroksibenzoat, TimerosalPendapar:

Fungsi: Menjaga pH sediaan pada kondisi kestabilan zat aktif/pH yang diharapkan

Contoh: dapar fosfat, dapar sitrat-fosfatPelembab:Fungsi: untuk meningkatkan kelembapan kulit sehingga memfasilitasi peningkatan absorpsi obat pada kulit (HOPE 6th, 399)Contoh: lanolin, minyak jarak, wax setil ester, setil alcohol, dll.(Remington)Antioksidan:Fungsi: mencegah terjadinya reaksi oksidasi

Contoh: alfa tokoferol, asam askorbat, askorbil palmitat,BHA, BHT, EDTA, Asam Edetat, propel galat, natrium metabisulfit, natrium sulfit.Pengompleks:Fungsi: sebagai agen pengkelat Contoh: disodium edetat (HOPE)Alasan pengembangan formula :

Alasan pemilihan bentuk sediaan(dapat dilihat di bagian farmol (bab II) Alasan pemilihan bentuk zat aktif( dapat dilihat di bagian farmol (bab II) Alasan pemilihan eksipien, mengacu pada formula yang dipilih (sebutkan eksipien dan fungsinya masing-masing), misalnya:

Antioksidan. Fungsi : mencegah terjadinya reaksi oksidasi.

Alasan pemilihan metode pembuatan, berdasarkan data monografi zat aktif dan eksipien

Data Preformulasi:

Zat Aktif

Tulis :

Nama Zat Aktif:

Struktur:

Organoleptik:

Stabilitas : (akan membantu dalam pemilihan eksipien) Kelarutan:

Interaksi/ inkompatibilitas/ OTT : (Apakah ada OTT dg eksipien yg digunakan, tetapi mungkin tidak ada OTT lagi karena biasanya eksipien yang kita pilih tentu yang tidak OTT dg zat aktifnya) Karakteristik farmakokinetik/ farmakologinya:

Eksipien (Monografi eksipien, sumber HOPE 6th Ed)Tulis :

Nama eksipien:

Sinonim:

Golongan: (ex: protein, lemak, dll) Pemerian:

Kelarutan:

Fungsi:

Konsentrasi yang dibutuhkan : (berdasarkan rentang konsentrasi yang diperbolehkan di pustaka sesuai dengan fungsinya masing-masing) Stabilitas:

Inkompatibilitas : (Apakah ada OTT dg eksipien lain yang digunakan, tetapi mungkin tidak ada OTT lagi karena biasanya eksipien yang kita pilih tentu yang tidak OTT satu dengan yg lainnya)3.4 PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN Timbang g gram gelling agent (sesuai yang dibutuhkan) Kembangkan gelling agent dengan cara............ (sesuai caranya masing-masing)

(lihat di TS gel)

Aduk kembali menggunakan stirer sejumlah basis gel yang sudah mengembang (terbasahi semuanya) dan timbang sesuai dengan jumlah yang diperlukan, yaitu f gram, masukkan ke matkan yang lain. Timbang ..... gram zat aktif dan ..... gram zat tambahan lainnya.

Larutkan zat aktif dan zat tambahan sesuai dengan pelarut masing-masing secara terpisah pada wadah yang sesuai, kemudian masukkan ke satu persatu secara perlahan dalam matkan berisi basis gel yang telah ditimbang sambil terus diaduk menggunakan stirrer dengan kecepatan rendah hingga homogen. (kecepatan sitirer yang terlalu cepat akan menyerap udara sehingga menyebabkan timbulnya gelembung udara dalam sediaan)

Masukkan sediaan gel yang sudah berisi zat aktif dan tambahan, dan telah tercampur secara homogen ke dalam alat pengisi gel, kemudian isikan ke dalam tube sebanyak jumlah yang diinginkan.

Tutup tube dan tempelkan etiket, kemudian kemas dalam wadah sekunder yang telah dilengkapi brosur dan etiket.

3.5 EVALUASI FARMASETIK MUTU SEDIAANEvaluasi Sediaan Akhir Gel3.5.1 Evaluasi Fisik

1. Penampilan (Diktat teknologi likuida dan semisolid hal.127)Tujuan: memeriksa kesesuaian bau, warna, dan tampilan di mana sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan selama formulasi.Prinsip: pemeriksaan bau, warna, dan tampilan menggunakan panca indera

Penafsiran hasil: warna, bau, dan tampilan memenuhi spesifikasi formulasi yaitu... (sesuaikan dengan spesifikasi sediaan yang dibuat)

2. Homogenitas (uji daya sebar) (Diktat teknologi likuida dan semisolid hal.127; FI III hal 33) Tujuan : Menjamin distribusi bahan aktif yang homogen.

Prinsip : Jika dioleskan pada kepingan kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen.

Penafsiran hasil :Distribusi bahan aktif pada lapisan sediaan di permukaan kaca terlihat merata.3. Viskositas/rheologi (lihat lampiran martin, Farfis hal 501) Prinsip : Untuk mengukur viskositas dan sifat aliran dari sediaan. Untuk mengetahui sifat aliran dilakukan dengan memplot kurva ppm dengan usaha yang digunakan untuk memutar spindel.

Alat : Viskometer Brookfield. Penafsiran hasil : Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne cm (untuk viskometer Brookfield tipe RV).4. Distribusi Ukuran Partikel (pustaka tidak ditemukan) Prinsip : Perubahan reflektan pada panjang gelombang dimana fase dalam berwarna mengabsorpsi sebagian cahaya yang masuk, ternyata berbanding terbalik dengan suatu kekuatan dari diameter partikel yang diamati melalui mikroskop Penafsiran hasil : mengikuti kurva distribusi normal.5. Uji Kebocoran (Lihat Lampiran FI IV Hal. 1096) ( tidak ditemukan pernyataan serupa di halaman tsb Tujuan : memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas (untuk sediaan yang harus steril) dan volume serta stabilitas sediaan . Prinsip : 10 tube sediaan dibersihkan dan dikeringkan bagian luarnya dengan kain penyerap. Kemudian tube diletakkan secara horizontal di atas kain penyerap di dalam oven dengan suhu 603C selama 8 jam Hasil : tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai. Abaikan bekas gel yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube. Jika terdapat kebocoran tidak lebih dari satu tube, ulangi pengujian dengan 20 tube tambahan. Uji memenuhi syarat jika tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari 1 tube pada 30 tube yang diuji.6. Isi Minimum (Lihat Lampiran FI IV hal.997)Pengujian dilakukan untuk sediaan dengan etiket yang mencantumkan bobot bersih tidak lebih dari 150 gram.

Prinsip:Bobot bersih isi adalah selisih antara bobot wadah beserta sediaan didalamnya (wadah telah dibersihkan dari etiket) dengan bobot wadah tanpa sediaan di dalamnya. Penafsiran Hasil:

Kriteria penerimaan : Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan tidak satu wadahpun yang bobot bersih isinya kurang dari 90% dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang dan 95% untuk bobot lebih dari 60 g dan kurang dari 150 g. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi, tetapkan bobot bersih isi dari 20 wadah tambahan.

Bobot bersih rata-rata isi dari 30 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan hanya satu wadah yang bobot bersih isinya kurang dari 90% dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang dan 95% untuk bobot lebih dari 60 g dan kurang dari 150 g.

7. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Ivantina Pelepasan Diklofenak Dari Sediaan Salep)( prinsipnya mirip seperti difusi bahan ZA dari sediaan gel Prinsip : mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan gel dengan cara mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu-waktu tertentu

Penafsiran hasil : bahan aktif dinyatakan mudah terlepas dari sediaan apabila waktu tunggu (waktu pertama kali zat aktif ditemukan dalam cairan penerima) semakin kecil dan hal ini tergantung dari pembawa, penambahan komponen lain, dan jenis cairan penerima.8. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Sriningsih Kecepatan difusi kloramfenikol dari sediaan salep) Prinsip : Menguji difusi bahan aktif dari sediaan gel menggunakan suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu).

9. Stabilitas gel (Dosage Form, disperse system vol.2 hal 507)a. Yield value suatu sediaan viskoelastis dapat ditentukan dengan menggunakan penetrometer. Alat ini berupa logam kerucut atau jarum. Dalamnya penetrasi yang dihasilkan dilihat dari sudut kontak dengan sediaan diwawah suatu tekanan. Yield value ini dapat dihitung dengan rumus :

So = yield value ; m = massa kerucut dan fasa gerak (g) ; g = percepatan gravitasi ;

p = dalamnya penetrasi (cm) ;n = konstanta material mendekati 2

Yield value antara 100-1000 dines/cm2 menunjukkan kemampuan untuk mudah tersebar. Nilai dibawah ini menunjukkan sediaan terlalu lunak dan mudah mengalir, diatas nilai ini menunjukkan terlalu keras dan tidak dapat tersebar.

b. Dilakukan uji dipercepat dengan : Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik)Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 25000 RPM atau lebih).Amati apakah terjadi pemisahan atau tidak (Lachman hal 1081). Manipulasi suhu

Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70 C. Amati dengan bantuan indikator (seperti sudan merah) mulai suhu berapa terjadi pemisahan, makin tinggi suhu bearti makin stabil.

10. Konsistensi (Modul Praktikum Farmasi Fisika tahun 2002 hal 17-18 dan tahun 2008 hal 10-11) Prinsip : sediaan semisolid termasuk system non newton, maka viskositasnya diukur dengan Viskometer Brookfield Helipath Stand. Pengukuran konsistensi gel dilakukan pada suhu kamar dengan memakai spindle pada kecepatan (rpm) tertentu. Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis spindel dan kecepatan putarnya. Untuk menghitung viskosistas maka angka tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang tercantum pada tabel. Selanjutnya viskositas diperoleh pada berbagai kecepatan geser. Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel.

Penafsiran hasil:

Hasil yang didapat merupakan viskositas dari sediaan

3.5.2 Evaluasi Kimia

1. Identifikasi zat aktif(sesuai dengan monografi FI IV/kompendialain atau mengacu pada jurnal bab analisis)

2. Penetapan kadar zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain atau mengacu pada jurnal bab analisis)

3. Penetapan pH (FI IV hal 1039, lampiran)Alat: pH meter

Tujuan: mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

Prinsip:

Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dan mampu mengontrol perubahan dalam milivolt per perubahan unit pada pembacaan pH melalui kendali suhu dan/ atau kemiringan. Pengukuran dilakukan pada suhu 250 20, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Skala pH kemudian dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

E dan Esberturut-turut adalah potensial terukur dengan sel galvanik berisi larutan uji, dinyatakan sebagai pH dan larutan dapar untuk pembakuan yang tepat, dinyatakan sebagai pHs, dan secara teoritis sebesar {0,05916+0,000198 (t 250)} volt pada suhu t.

Penafsiran hasil: pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yaitu... (sesuaikan)

3.5.3 Evaluasi Biologi

1. Uji penetapan potensi antibiotik (khusus jika zat aktif antibiotik) (lampiran FI IV hal 891-899 dan Suplemen FI IV halaman 1519-1527)

Tujuan : memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan sediaan. Aktivitas antibiotik dapat dilihat dengan dua kriteria, yaitu konsentrasi hambat minimum (KHM) dan diameter hambat. Harga KHM berlainan untuk setiap mikroorganisme, tergantung pada kepekaan masing-masing mikroba. Prinsip: Menentukan aktivitas antibiotik dengan melihat 2 parameter, yaitu KHM dan diameter hambat dengan menggunakan metide turbidimetri atau lempeng silinder.

Ada 2 metode umum yang digunakan:1. Penetapan dengan lempeng silinder atau lempeng

Prinsip: Metode ini berdasarkan metode difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng sehingga mikroba yang dihasilkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik.

2. Penetapan dengan cara tabung atau turbidimetri

Prinsip:Metode ini berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik.

Penafsiran hasil : Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linearitas (FI IV, hal 899 ). Pada umumnya, makin rendah harga KHM, makin kuat potensinya. Pada umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM yang rendah dan diameter hambat yang besar.Contoh Pengerjaan Penetapan Potensi Antibiotika:

Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi untuk sediaan X dilakukan dengan metode cara lempeng.

Prinsip : berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng, sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa zona di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik.

Tujuan : untuk menetapkan potensi atau aktivitas atau daya hambat sediaan tablet X terhadap mikroorganisme secara mikrobiologi.

Kondisi pengujian :

1. Peralatan : harus steril (sterilisasi dengan autoklaf atau oven)

2. Suhu : 32-35C

3. Wadah : Untuk penetapan secara lempeng silinder digunakan cawan petri kaca atau plastik (ukuran ( 20 mm & 100mm), silinder besi tahan karat atau porselen dengan ukuran DD : 6 mm, DL : 8 mm, tinggi 10 mm ((0.1 mm). Sedangkan untuk penetapan secara turbidimetri digunakan tabung reaksi kaca atau plastik dengan ukuran 16 mm x 150 mm yang panjang dan diameter ketebalannya relatif seragam.4. Media:

Media 32 (untuk kondisi inkubasi)Media 5 (untuk komposisi inokula)

Pepton P : 6,0 gPepton P : 6,0 g

Digesti Pankreatik Kasein P : 4gEkstrak ragi P : 3 g

Ekstrak ragi P : 3 gEkstrak daging : 1,5 g

Ekstrak daging : 1,5 gAgar P : 15 g

Glukosa P : 1gAir : 1000 mL

Agar P : 15 gpH setelah sterilisasi 7.9 ( 0.1

Mangan sulfat P : 300mg

Air : 1000 mL

pH setelah sterilisasi 6.6 ( 0.1

5. Mikroba uji dan inokula :

Mikroba uji : Bacillus subtilis ATCC No 6633( Mikroba uji untuk tiap antibiotik berbeda, nama mikroba dan nomor ATCC (American Type Culture Collection) tertera pada tabel 2 hal 896 FI IV Kondisi inkubasi : menggunakan media 32 pada suhu 32-35C selama 5 hari( Kondisi inkubasi berbeda-beda tergantung mikroba uji Komposisi inokula : menggunakan media 5 dalam jumlah seperti yang disyaratkan( Komposisi inokula berbeda-beda tergantung mikroba uji2. Uji sterilitas ((lihat lampiran FI IV, hal 855-863 dan Suplemen FI IV, hal 1512-1515) KALAU SEDIAAN GEL-NYA STERILNB : Prosedur sterilisasi berbeda tergantung zat atau sediaannya, sebaiknya ditulisin jg prosedurnya, sesuaikan dengan zat aktif dan sediaan yang dibuat.Tujuan: menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.

Prinsip: Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi secara aseptic dalam medium Tioglikonat Cair selama 14 hari pada suhu 32.5 2.5C, dan Soybean Casein Digest pada suhu 22.5-2.5C, kecuali dinyatakan lain dalam monografi.Penafsiran Hasil: tahap pertama:

Bahan uji memenuhi syarat, jika tidak ada pertumbuhan mikroba selama interval waktu inkubasi dan pada akhir periode inkubasi.

Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam pemantauan fasilitas pengujian sterilitas, bahan yang digunakan, prosedur pengujian dan kontrol negatif menunjukkan tidak memadai atau teknik aseptik yang salah digunakan dalam pengujian, tahap pertama dinyatakan tidak absah dan dapat diulang.

Jika pertumbuhan mikroba teramati tetapi tidak terbukti uji tahap pertama tidak absah, lakukan tahap kedua.

tahap kedua: Jumlah spesimen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah Tahap pertama. Volume minimum tiap spesimen yang diuji dan media dan periode inkubasi sama sepeti yang tertera pada Tahap pertama.

Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa bahan uji tidak memenuhi syarat.

Jika dapat dibuktikan bahwa uji pada Tahap kedua tidak absah karena kesalahan atau teknik aseptik yang tidak memadai, maka Tahap kedua dapat diulang.. 3. Uji efektivitas pengawet antimikroba (FI IV , hlm. 854-855)

Tujuan : untuk menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung, dsb, yang dicantumkan pada etiket produk bersangkutan. Prinsip : Pengurangan jumlah mikroba yang diinokulasikan ke dalam sediaan yang mengandung pengawet dalam selang waktu tertentu. Mikroba yang digunakan adalah Candida albicans, Aspergillus niger, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus, dalam media Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 20-25(C selama 28 hari. Prosedur : Ambil sediaan menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet secara aseptic dari 5 wadah asli sediaan. Jika wadah tidak dapat ditembus secara aseptic maka pindahkan 20 mL sampel masing-masing ke dalam 5 tabung bakteriologik bertutup berukuran sesuai dan steril. Lalu inokulasikan menggunakan perbandingan 0,1 mL inokula setara dengan 20 mL sediaan dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkan sedemikian rupa sehingga jumlah mikroba dalam sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000 per mL. Tetapkan jumlah mikroba viable di dalam tiap suspensi inokula dan hitung angka awal mikroba tiap mL sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Penafsiran hasil :

Suatu pengawet dikatakan efektif jika :

Jumlah bakteri viabel pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal

Jumlah kapang & khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari jumlah awal

Jumlah tiap mikroba uji selama hari sisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebutkan pada a dan b.

3.6 Kesimpulan

Berdasarkan data stabilitas, kelarutan, dan ketercampuran dari zat aktif maka dibuat formulasi dasar :

Zat aktif

Jenis Eksipien 1

Jenis Eksipien 2

Dst

+ Tambahan :

Cara penyiapan dan penyimpanan sediaan

WADAH GEL

1. Gel lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan.

2. Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.

3. Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep.4. Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan